Kpop4planet is looking for Junior Digital Campaigner. The full information is provided below or click here.
View this post on Instagram
Kpop4planet is looking for Junior Digital Campaigner. The full information is provided below or click here.
Sebuah topik yang akan dibahas dan diulas oleh PSDMA Nadim Ilmu Komunikasi UII bersama @habibizaki di acara diskusi bulanan pada dengan tema:
Hari/Tanggal: Jumat, 3 Desember 2021
Waktu: 09.30 WIB
Tautan Zoom:
Diskusi ini juga akan disiarkan langsung melalui kanal YouTube @ikonisiatv
Jangan sampai ketinggalan, atur pengingat dari sekarang!
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Tidak terasa sudah sekian lama kita tidak menjalin silatuhrahmi karena pandemi. Oleh karena itu, kami mengundang teman – teman sekalian untuk dapat bergabung di acara Reuni Alumni “Apa Kabar Komunikasi UII?” yang akan dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal: Minggu, 5 Desember 2021
Waktu: 12.00 WIB – Selesai.
Tempat: Omwil Coffe. Jl. Adisucipto No. 6
Yogyakarta
Link Reservasi:
*Undangan berlaku untuk 2 orang (Alumni dan pasangannya).
*mengundang semua alumni dari angkatan pertama hingga sekarang
Demikian undangan ini kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Wasalamu’alaikum Wr. Wb. See you there!🙏🏻
FKI (Festival Konten Inspiratif) kedua kali ini akhirnya sampai ke puncak acara. Ajang kompetisi membuat konten kreatif dan terutama inspiratif yang dikelar Ikonisia TV menggelar acara penghargaan, penganugrahan, dan bincang-bincang bersama para juri. Peserta langsung mendapat ulasan atas karyanya baik yang berhasil meraih juara maupun tidak.
Pengumuman dan pemberian penghargaan FKI 2nd ini dilaksanakan secara live melalui channel Youtube Ikonisia TV pada 30 November 2021. Acara yang dipandu oleh Ifa Zulkurnaini, Peneliti di Pusat Studi dan Dokumentasi Media Alternatif (PSDMA) Nadim Komunikasi UII, ini menghadirkan Bagoes Kresnawan, salah satu juri FKI kedua, dan Juga Heri Fadlie, juri lainnya.
Dalam kompetisi FKI tahun ini, terdapat tiga kategori lomba. Pertama, adalah kaegori fiksi. Menurut bagoes tiap peserta yang memilih karya dalam kategori Fiksi, jangan takut karya dinilai dan segala ketakutan lain. “Ini milestone buat teman-teman, membangun pondasi pertama. Soal kualitas yang Berharga nanti akan terbangun lama kelamaan,” kata Bagoes mengomentari karya-karya yang masuk di kategori Fiksi.
Kategori lainnya adalah Video podcast. Menurut Bagoes, podcast ini adalah kategori yang penuh jebakan. “Kedengarannya mudah, ngobrol lalu share bisa didengar orang. Tapi bagaimana orang bertahan untuk stay nonton sampai akhir,” kata Bagoes yang juga adalah pendiri huntingpasar(dot) id. “Tapi tidak apa-apa, media podcast yang nyaman bisa ngomongin opini. Beda dibanding yg lain, ipod broadcasting, misalnya, Orang ngobrol, intim. Poinnya adalah keiintiman, kedalaman,” tambahnya.
Sedangkan untuk kategori documenter, ia harus menangkap dunia apa adanya. “Harus menginspirasi atau menggerakkan,” kata Bagoes. Menurutnya, karya dokumenter juga menjadi media untuk kritik sosial. Orang akan merasa tergerak hatinya. Banyak jebakan yang muncul ketika menggarap dokumenter, kata Bagus, kadang dokumenter itu bikin bosan. “Aku paling suka kalau banyak konfliknya, fenomena mafia tanah misalnya. Gimana menghadapi konflik-konflik yang terus menerus. Secara story telling ada naik turun. Menggerakan orang untuk berpikir dan bertindak,” imbuh Bagoes menceritakan pengalamannya mengenai karakteristik dokumenter.
Terutama hal yang perlu dipersiapkan dan dimatangkan oleh teman-teman peserta adalah dalam hal penulisan cerita. “Terkadang kita merasakan ini bisa lebih menarik sebetulnya. Gemes harusnya bisa begini saja plotnya. Menarik. Masalah kualitas gambar, itu gampang, itu soal alat. Bisa beli atau sewa,” kata Bagoes. Paling penting adalah soal menulis naskah.
Namun tentang pesan apa yang akan kita sampaikan itu butuh perenungan panjang.
Kunci bagusnya dokumenter, kata Bagoes, adalah juga soal pendekatan pada subyek film. “Aku pendekatan ke pak min subjek dokumenterku dulu itu bisa dua minggu. Aku makan di sana, pesen makan dan minum berkali kali. Ngobrol, dia percaya kita, nyaman,” Kata Bagoes. Bahkan Bagoes akhirnya jadi kenal, dan paham apakah si subyek gampang bercanda atau keras kepala dan lain-lain. “Jadi kita kenal dulu karakternya,” katanya. Jadi tidak ujug-ujug bikin. Pengin cepet viral. Anda bisa mampir, tanya kabar, main, dekat dulu. Hubungan baik antar manusianya. Sebab, inti dokumenter adalah menangkap realita.
Bagoes mengatakan ada banyak teori dalam mendekati subyek dalam film kita. “Jangan cuma terkesan memanfaatkan atau memperalat. yang penting itu sambil ambil gambar, nanti mau jadi keren atau bangkrut ya terserah. Secara berkala kontak dengan subyek. Nanya kabar. Lalu juga menjalin hubungan baik,” kata Bagoes menceritakan pengalamannya.
Menurut Heri Fadli, juri lainnya, banyak pendekatan atau teknik penyampaian cerita yang bisa digunakan dalam memproduksi dokumenter. Baik itu dokumenter pendek ataupun panjang bahkan. Misalnya pendekatan interaktif, ekspository, partisipational, hingga observasional.
The FKI (Inspirational Content Festival) has finally reached its conclusion. Ikonisia TV presented an awards ceremony, as well as interviews with the judges, for a competition to make creative and inspirational content. Regardless of whether they won, participants received immediate feedback on their effort.
On November 30, 2021, the announcement and awarding of the 2nd FKI were broadcast live on Ikonisia TV’s Youtube page. Ifa Zulkurnaini, a researcher at the Center for Alternative Media Studies and Documentation (PSDMA) NADIM of the UII Communications Department, hosted the event, introducing Bagoes Kresnawan also known as Bagus Tikus, one of the judges, and Heri Fadlie, another jury member.
There are three competitive categories in this year’s FKI tournament. The first is the fiction category. Bagoes claims that anyone who chooses a work in the Fiction category is unafraid of being evaluated or of any other fear. “For friends, laying the first foundation is a watershed moment. Bagoes said on the works in the Fiction category, “Valuable quality issues will be established over time.”
Video podcasts are another option. This podcast, according to Bagoes, is a trap-filled genre. “It sounds simple, chatting and hearing people share,” says the narrator. But what people tolerate is that they stay to watch till the finish,” Bagoes, who is also the founder of huntingpasar (dot) id, added. “But that’s fine; podcasting allows people to talk freely.” Unlike others, iPod broadcasting, for example, people chat, is intimate. The point is intimacy, depth,” he added.
As for the documentary category, it must capture the world as it is. “It has to inspire or move,” said Bagoes. According to him, documentaries are also a medium for social criticism. People will feel moved. Many pitfalls arise when working on a documentary, said Bagus, sometimes the documentary makes you bored. “I like it the most when there are many conflicts, the phenomenon of the land mafia, for example. How to deal with continuous conflicts. In storytelling, there are ups and downs. It moves people to think and act,” added Bagoes, telling his experience about the characteristics of the documentary.
Especially the things that need to be prepared and matured by the participants are in terms of story writing. “Sometimes we feel that this can be more interesting. It should be able to plot it like this. Interesting. The problem of image quality is that it’s easy; it’s a matter of tools. You can buy or rent it,” said Bagoes. The most important thing is about writing the script. But about what message we will convey, it requires a long reflection.
The key to a good documentary, said Bagoes, is also the approach to the film’s subject. “I approached Mr. Min, my documentary subject used to take two weeks. I ate there, ordered food and drink many times. Chatted, he trusted us, it was comfortable,” said Bagoes. Even Bagoes finally became acquainted and understood whether the subject was easy to joke or stubborn and so on. “So we know the character first,” he said. So please don’t rush to do it. Want to go viral fast. You can stop by, ask how, play, close first. Good human relations. Because the core of the documentary is to capture reality.
Bagoes said there are many theories in approaching the subject in our films. “Don’t just seem to take advantage or use it. The important thing is that while taking pictures, later you want to be cool or go bankrupt, it’s up to you. Periodically contact the subject. Ask for news. Then also establish good relations,” said Bagoes, telling his experience.
According to Heri Fadli, another jury, many approaches or storytelling techniques can be used in producing documentaries. For example, short or long documentaries are interactive, expository, participatory, and observational approaches.
Graphic design of website content does not seem easy for some people. Moreover, it is carried out by staff who are not graphic design specialists, especially on the department’s website content, unit, or faculty. Ideally, the website as the vanguard and the first entrance to the UII institution should be designed with an attractive and artistic appearance. Not only need news and information content updates.
Based on that, UII’s Public Relations Division held an Online Workshop on Website Content Graphic Design on Tuesday, November 30, 2021. The speaker on that occasion was Rifda Sakina Anshori, who was previously the graphic design division within the UII Marketing Directorate. Rifda, who is also an alumnus of UII architecture, gave material on visual design techniques for website content using Corel Draw. After providing a conceptual introduction to the philosophy and tips of graphic design, Rifda also invited the participants to practice directly creating a website slider using the Corel Draw software step by step.
Ratna Permata Sari, Communications Lecturer at UII and Head of Public Relations at UII, said that digital displays are now inevitable in today’s digital era. “Mbak rifda will give stages of graphic design and basic concepts, especially color issues. Color is a bit sensitive; some say it is also subjective,” said Ratna opening online training for all website managers in UII.
“There are color guidelines. There are colors for the print medium. Some colors need to be considered according to the colors of UII. Ms. Rifda will later provide good reference images or cartoons to be used as design materials. Including being informed that this is paid or not,” added Ratna.
“How to maintain the website also requires budgeting at the leadership level. Even though it is not large, the leadership still has to budget for website maintenance,” Ratna hoped the leaders at the unit, department, and faculty level.
Ratna said this training aimed to achieve an attractive and attractive website appearance. “In addition to website design, we also need website maintenance and updating.”
Rifda, in her material, said that there are various types of people designing graphics. “It could be that he can design a website graphic but is less sensitive in taste. Or it could be the other way around,” said Rifda. This type is influenced by taste and ability. According to Rifda, taste is a designer’s compass, and ability is his vehicle.
The first type, for example, is that there are people who think their work is good when in fact, it is not. Both taste and ability are equally lacking. Another type is aware that his work is not good but cannot make it good. The third type is the execution of the design is good, but the result is not good. While the fourth, the work is good, and the aesthetic sense is interesting. “This is everyone’s dream designer,” said Rifda.
Rifda and the Public Relations Team also provide practice materials for designing sliders in Corel Draw. Practice starts from creating objects in Corel, determining colors, recognizing tools, cropping photos, selecting images, arranging stock images to update the website slider from time to time.
Desain grafis konten website nampaknya bukan perkara mudah bagi sebagian orang. Apalagi dilakukan oleh staf yang bukan spesialis desain grafis terutama pada konten website jurusan, unit, atau fakultas. Idealnya, website sebagai garda depan dan pintu masuk pertama institusi UII layaknya didesain dengan tampilan yang menarik juga artistik. Tak hanya butuh pembaruan konten berita dan informasi.
Berdasarkan itu Bidang Humas UII mengadakan Online Workshop Desain Grafis Konten Website pada selasa 30 November 2021. Pembicara pada kesempatan kali itu adalah Rifda Sakina Anshori yang sebelumnya adalah divisi desain grafis dalam Direktorat Pemasaran UII. Rifda, yang juga adalah alumni arsitektur UII, ini memberi materi tentang teknik desain grafis konten website dengan Corel Draw. Setelah memberi pengantar konseptual tentang filosofi dan tips desain grafis, Rifda juga mengajak para peserta praktik langsung membuat slider website menggunakan perangkat lunak Corel Draw langkah demi langkah.
Ratna Permata Sari, Dosen Komunikasi UII sekaligus Kepala Bidang Humas UII, mengatakan bahwa tampilan digital kini tak bisa dihindarkan di era digital saat ini. “Mbak rifda akan memberi tahapan desain grafis dan konsep-konsep dasar terutama masalah warna. Warna ini agak sensitif, ada yg bilang juga subjektif,” kata Ratna membuka pelatihan daring untuk semua pengelola website di lingkungan UII.
“Ada warna guideline. Ada warna untuk medium cetak. Ada warna yang perlu diperhatikan sesuai dengan warna UII. Mbak Rifda nanti bisa memberikan referensi gambar atau kartun yang bagus untuk bisa dijadikan bahan desain. Termasuk diinfokan ini berbayar atau tidak,” imbuh Ratna.
“Betapa untuk merawat website itu juga butuh penganggaran di level pimpinan. Meski tidak besar, pimpinan juga tetap harus menganggarkan perawatan website,” harap Ratna pada pimpinan di level unit, jurusan, dan fakultas.
Ratna mengatakan, tujuan pelatihan ini ingin mencapai tampilan webiste dapat terlihat menarik dan atraktif. “Selain soal desain website, kita juga perlu pemeliharaan dan pemutakhiran website.”
Rifda dalam materinya menyampaikan bahwa ada beragam tipe orang merancang grafis. “Bisa jadi ia memiliki kemampuan merancang sebuah grafik website, namun kurang peka dalam rasa. Atau bisa jadi sebaliknya,” kata Rifda. Tipe ini dipengaruhi oleh rasa dan kemampuan. Menurut Rifda, rasa adalah kompas seorang desainer dan kemampuan adalah kendaraanya.
Tipe pertama misalnya, ada orang yang merasa karyanya bagus padahal sebenarnya tidak. Baik rasa dan kemampuannya sama-sama kurang mumpuni. Ada lagi tipe kedua, sadar karyanya kurang bagus tetapi tidak punya kemampuan untuk membuatnya bagus. Tipe ketiga adalah eksekusi desainnya bagus tapi karyanya kurang baik. Sedangkan yang keempat, karyanya bagus dan rasa estetikanya menarik. “ini adalah seorang desainer idaman semua orang,” kata Rifda.
Rifda beserta Tim Humas juga menyediakan bahan latihan mendesain slider di Corel Draw. Latihan dimulai dari membuat objek di Corel, menentukan warna, mengenali Tools, memangkas foto, memilih gambar, hingga menyusun stok gambar untuk memperbarui slider website dari masa ke masa.
Tata kelola organisasi yang apik tak ayal adalah prasyarat menuju tercapainya tujuan organisasi. Organisasi yang tujuan-tujuannya terlaksana adalah organisasi yang sukses. Tata kelola pun tak melulu soal administrasi an sich, melainkan juga pengelolaan sumber daya, pengetahuan dan juga perencanaan kegiatan.
Dalam rangka peningkatan kader-kader komunikasi muda HIMAKOM (Himpunan Mahasiswa Komunikasi). Prodi Ilmu Komunikasi UII mengadakan “Workshop Penguatan Tata kelola Organisasi Himakom” pada Jum’at, 26 hingga 27 November 2021. Pelatihan ini diikuti oleh pewakilan Pengurus Inti Himakom, Komisi A Himakom, Komisi B Himakom, Komisi C Himakom, dan Komisi D. Perwakilan Komunitas atau Klub mahasiswa juga hadir. Misalnya perwakilan Komunitas Dispensi (diskusi dan penelitian komunikasi), Klik18 (Komunitas Lensa Ilmu Komunikasi Unit 18), Galaxy Radio, Red-aksi, dan juga Kompor (Komunitas Pilm Orang Komunikasi).
Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh masalah yang seringkali muncul ketika Himakom mengadakan sebuah program/acara. Proposal yang diajukan seringkali mendapat banyak evaluasi dari Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia. Evaluasi ini secara umum terkait tiga hal: masalah penyusunan proposal atau bagaimana ide program disusun dalam format proposal, lalu kedua adalah soal substansi kebutuhan program. Apakah kegiatan dibutuhkan atau hanya melanjutkan tradisi tanpa tahu tujuan dan kebutuhan terkini di level mahasiswa. Lalu ketiga adalah tertib administrasi yang kurang mulai dari pengajuan proposal yang mepet hingga evaluasi dan laporan yang tak kunjung rampung di bebebrapa program kegiatan.
“Goal dari kegiatan ini adalah meningkatkan skill tata Kelola organisasi anggota/pengurus internal Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi, dan setidaknya pengurus komunitas dan himakom yang hadir dapat merancang sebuah program jangka pendek dan menjadikannya dalam format proposal dan TOR,” kata Holy Rafika Dhona, Dosen Komunikasi UII, yang juga adalah penanggungjawab kegiatan peningkatan kapasitas Himakom pada 26 November 2021. Tujuan lain, adalah adanya kesepakatan format TOR dan Proposal yang bisa menjadi acuan dalam pengajuan program. Panitia yang berasal dari Lab Ilkom, PSDM Nadim, Staf Administrasi Prodi Ilmu Komunikasi UII berharap pula bahwa peserta memahami prosedur-prosedur yang ada di Prodi Komunikasi terkait dengan programnya.
Maka dari itu, kegiatan didesain dengan model workshop online disertai praktek. Mula-mula, di hari pertama pada 26 November 2021, Yudi Winarto dari Staf Administrasi dan Iskandar Gunawan tim Laboran Laboratorium Komunikasi UII menjadi pemateri pertama. Yudi menjelaskan prosedur keuangan dan pengajuan dengan presentasi infografisnya, lalu Gunawan menjelaskan tata kelola prosedur peminjaman alat dan fasilitas apa saja yang baiknya dioptimalkan oleh mahasiswa untuk mendukung peningkatan skill di bidang komunikasi.
Setelah itu, A. Pambudi W sebagai pemateri di sesi kedua, menjelaskan bagaimana membuat dan mendesain Action Plan yang berbasis pada kebutuhan anggota dengan ukuran indikator SMART (Specific, measurable, Achieveble, Reasonable, TImebound). Para peserta kemudian diminta praktik berkelompok untuk merancang rencana aksi kegiatan dimulai dari memetakan kebutuhan dan program apa yang bisa menjawab kebutuhan peserta. Selanjutnya, pada sesi ketiga esok harinya di 27 November 2021, Holy Rafika menjadi pembicara tentang bagaimana membuat proposoal dan TOR/ Term of referrence (juga kerangka acuan kegiatan/KAK). Holy menjelaskan struktur dokumen tersebut beserta filosofinya.
Pada akhirnya terdapat beberapa dokumen yang dibuat pada sesi praktik. Baik dokumen rencana aksi maupun proposal dan TOR. Ke depan, para perwakilan komunitas dan Himakom berjanji akan menggunakan format dan template ini sebagai landasan dalam menyusun proposal dan TOR di masa pengajuan kegiatan.
Beberapa peserta mengapresiasi kegiatan ini pula. Misalnya, salah satu dari mereka ada yang berpendapat kegiatan ini penting dilakukan untuk para pengelola komunitas mahasiswa di Komunikasi UII. “ada baiknya kegiatan seperti ini rutin diadakan setiap pergantian kepengurusan baik himakom maupun komunitas agar nantinya ada transfer pengetahuan ke kepengurusan yang selanjutnya,” tulis Maritza Khanza, Pengurus Inti Himakom, di kolom saran pada formulir google.
Good organizational governance is no doubt a prerequisite for achieving organizational goals. Organizations whose goals are accomplished are successful organizations. Governance is not only a matter of administration an sich, but also the management of resources, knowledge and planning activities.
In order to increase the young communication cadres HIMAKOM (Communication Student Association). UII Communication Studies Study Program held a “Workshop on Strengthening Himakom Organizational Governance” on Friday, 26 to 27 November 2021. This training was attended by representatives of Himakom Core Management, Himakom A Commission, Himakom B Commission, Himakom C Commission, and D Commission Representatives Student communities or clubs are also present. For example, representatives of the Dispensation Community (communication research and discussion), Klik18 (Community of Communication Science Lens Unit 18), Galaxy Radio, Red-action, and also Kompor (Communication of Communication Pilm People).
This activity is motivated by problems that often arise when Himakom holds a program/event. The proposals submitted often receive a lot of evaluation from the Communication Studies Program at the Islamic University of Indonesia. This evaluation is generally related to three things: the problem of preparing a proposal or how program ideas are formulated in a proposal format, then the second is a matter of the substance of program needs. Are activities needed or just continuing the tradition without knowing the current goals and needs at the student level. Then the third is the lack of administrative order, starting from the submission of tight proposals to evaluations and reports that have not been completed in several program activities.
“The goal of this activity is to improve the organizational governance skills of the members/internal administrators of the Communication Science Student Association, and at least the community administrators and himakom present can design a short-term program and make it into a proposal format and TOR,” said Holy Rafika Dhona, Lecturer of Communications. UII, which is also the person in charge of Himakom capacity building activities on November 26, 2021. Another goal is the agreement on the TOR and Proposal formats that can be used as references in program submission. The committee from the Communication and Communications Lab, PSDM Nadim, Administrative Staff of the UII Communication Studies Study Program also hoped that the participants would understand the procedures in the Communications Study Program related to the program.
Therefore, the activity is designed with an online workshop model accompanied by practice. First, on the first day on November 26, 2021, Yudi Winarto from the Administrative Staff and Iskandar Gunawan of the UII Communication Laboratory Laboratory team became the first presenters. Yudi explained the financial and submission procedures with his infographic presentation, then Gunawan explained the procedures for borrowing tools and facilities that students should optimize to support improving communication skills.
After that, A. Pambudi W as a speaker in the second session, explained how to create and design an Action Plan based on the needs of members with SMART indicator measures (Specific, measurable, Achieveable, Reasonable, TImebound). The participants were then asked to practice in groups to design an action plan for activities starting from mapping out their needs and what programs could answer the participants’ needs. Furthermore, in the third session the next day on 27 November 2021, Holy Rafika became a speaker on how to make proposals and TOR/Term of reference (also terms of reference for activities/KAK). Holy explained the structure of the document and its philosophy.
In the end, there were several documents that were made in the practice session. Both action plan documents and proposals and TORs. In the future, community representatives and Himakom promise to use this format and template as a basis for preparing proposals and TORs during the activity submission period.
Some participants also appreciated this activity. For example, one of them thought that this activity was important for the managers of the student community at UII Communications. “It is better if activities like this are routinely held every change of management, both Himakom and the community so that later there will be a transfer of knowledge to the next management,” Maritza Khanza, the top management of HIMAKOM wrote in the suggestion column on the google form.
Banyak Mahasiswa dari berbagai jurusan saling berkompetisi untuk melolosan proposalnya menembus PIMNAS. Tapi banyak program yang gagal didanai Kementrian Riset Teknologi Pendidikan dan Perguruan Tinggi (Kemenristekdikti) itu. Apa sih sebenarnya kunci sukses untuk menembus Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional alias PIMNAS?
Pusat Studi dan Dokumentasi Media Alternatif (PSDMA) Nadim menghadirkan Rizqiyah Yusrinawati, salah satu mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) yang berhasil lolos menjadi finalis di Pimnas ke-34. Pada diskusi Nadim 25 November 2021 ini, Yusrina menceritakan prosesnya dalam menggapai sukses di PiMNAS. “Prosesnya cukup panjang dan cukup mengguras perhatian. Tapi menyenangkan,” Ungkap Yusrina yang kerap dipanggil Yus itu.
Yusrina yang juga adalah Ketua Komunitas Dispensi (Diskusi dan Penelitian Komunikasi) Ilmu Komunikasi UII, memberikan poin penting dalam prosesnya. Ia menceritakan bagaimana salah satu juri sangat mempertimbanhkan timnya untuk lolosa sebagai salah satu Finalis di PIMNAS. “Salah satu juri senang karena tim kami ini berbeda. Kami berani untuk berkolaborasi dengan jurusan lain,” cerita Yus.
Kolaborasi memberikan perspektif dan pandangan lebih luas dalam melihat sebuah masalah dengan lebih berbagai sudut pandang. Kolaborasi juga membuka cakrawala berpikir untuk melihat masalah dan memecahkannya dengan lebih komprehensif dari berbagai disiplin ilmu.
Namun, kolaborasi saja bukanlah hal yang spesial ketika tidak dibarengi dengan sebuah ide dan gagasan yang bermanfaat. Sebuah ide yang menarik adalah ide yang berangkat untuk menjadi solusi atas masalah yang banyak dialami banyak orang. Atau, ide inovatif dalam arti ide yang mampu menawarkan upaya untuk memempermudah pekerjaan manusia.
Yusnita dan timnya mengambil poin pertama, yakni mengatasi permasalahan yang kini sedang krusial. Masalah lingkungan adalah isu yang tensinya makin meningkat dalam satu dekade ini. Ia menawarkan solusi untuk memurnikan kembali air limbah dari mesin cuci. Jumlah air makin berkurang, kualitas air kini makin kotor.
Pengetahuan tentang lingkungan ini bukanlah hal yang sehari-hari ia geluti sebagai mahasiswa komunikasi. Ia justru mengerti bahwa ini krusial karena ia banyak berteman dan berdiskusi dengan mahasiswa dari jurusan teknik lingkungan.
Tetapi dalam prosesnya, menuju Finalis PIMNAS tak semudah pose foto instagram. Jatuh bangun dengan kekompakan tim harus dia lalui. Menyesuaikan jadwal, membangun mood dengan tim, mengatur prioritas antar tim, hingga disiplin pencatatan di log book harus dibangun dengan tak mudah. Mudah jika hanya satu dua hari. Tapi jika harus dilakukan dalam satu tahun itu jadi persoalan ketabahan dan kesabaran.
Berikut adalah beberapa tips yang diberikan oleh Yus. “Jalani dengan usaha maksimal bersama tim, ikuti setiap prosedur yang ada, isi log book setiap pengerjaan, gunakan dana secara optimal, kolaborasi dengan jurusan lain.”
Mengisi list tips tersebut jauh lebih mudah daripada menjalankan dari waktu ke waktu dalam hitungan tahun. Tetapi bisa dilakukan satu persatu meski harus gagal, gagal lalu bangkit.
Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Psikologi & Ilmu Sosial Budaya
Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia
Jl. Kaliurang km. 14,5 Sleman, Yogyakarta 55584 Indonesia
Telephone: +62-274-898444 ext. 3267
Faks: +62 274 898444 ext. 2106
Email: [email protected]