Oleh Rachmat Arya Prayuda, Anindya Karina Putri, M Ikhsan Mahendra, Rahadyan Pakci Asmarandika (Mahasiswa Komunikasi UII)
Lupus Eritematosus Sistematik merupakan penyakit autoimun dengan pembentukan antibodi antinukleus (ANA), terutama terhadap double-stranded DNA (Anti ds-DNA). Pada LES terjadi inflamasi, vaskulitis, deposisi, kompleks imun, serta vaskulopati yang luas, dengan manifestasi klinis yang bersifat episodik dan multisistem. Sederhananya, lupus adalah penyakit autoimun dimana yang seharusnya melindungi tubuh mengalami miss fungsi sehingga menyerang organ tubuh sendiri.
Penderita lupus atau orang dengan lupus (Odapus) didominasi oleh wanita dengan perbandingan 10:1 untuk penderita wanita dan laki-laki. Lupus kabanyakan menyerang wanita di usia produtif dengan rentan usia 15-40 tahun. Gejala lupus termasuk beragam sehingga tak heran penderita lupus di-awali dengan diagnose yang salah. Ketika tubuh penderita lupus melemah, lupus dapat kambuh dan penderita harus menkonsumsi banyak obat yang salah satu akibat dari konsumsi obatnya adalah wajah mereka menjadi membengkak. Maka dari itu lupus disebut dengan penyakit seribu wajah.
Komunitas Lupus sudah berdiri di wilayah jogja dan jawa tengah sendiri. Salah satunya adalah Sahabat Cempluk. Komunitas yang awalnya berdiri dengan nama Sahabat Kupu ini merupakan komunitas support system bagi odapus-odapus yang ada di Jogja. Sahabat didirikan oleh Ian Sofyan yang juga merupakan seorang odapus. Dalam struktur kepengurusan Sahabat Cempluk hanya berisikan empat orang yaitu Ketua (founder), dua orang mahasiswa yang juga odapus, dan satu orang lagi yang merupakan orang tua dari odapus. Biasanya Sahabat Cempluk menemani dan memberikan support (baik materi mau pun non materi) bagi pasien-pasien yang rawat inap di Rumah Sakit Sardjito Jogjakarta.
Sahabat Cempluk juga sering mengadakan program untuk kampanye lupus. Program berfungsi juga untuk memberi bantuan kepada odapus dari hasil pelaksanaan program mereka. Salah satu programnyaadalah Cempluk Goes to School. Bentuknya, Sahabat Cempluk mendatangi sekolah dengan odapus yang bersekolah di sana.
Odapus tidak dapat menghindari efek-efek obat yang dikonsumsi. Terkhusus Odapus di usia remaja ke bawah mengalami hal-hal yang bukan hanya berdampak di fisik. Di sekolah-sekolah, anak anak odapus sering mengalami bully atau diskriminasi karena perubahan fisik yang sering dialami. Bukan hanya itu, mereka juga dibully karena sering izin sekolah dikarenakan harus dirawat inap di rumah sakit. Untuk itu edukasi kepada lingkungan Odapus menjadi sangat penting.
Selain itu odapus-odapus ini juga seringkali harus meninggalkan kegiatan belajar mengaar di sekolah karena keharusan untuk control ke dokter. Tentu saja hal ini membuat mereka semakin ketinggalan akan pelajaran, belum lagi jika mereka harus opname dirumah sakit dalam waktu berhari-hari, seminggu, bahkan ada yang sampai sebulan dalam beberapa kejadian. Tentu saja efek yang diterima tidak hanya sampai di sini saja, odapus-odapus juga mengalami demotivasi akibat ketinggalan pelajaran. Mereka juga merasa tertekan akibat perubahan dan penurunan fungsi tubuh mereka akibat efek dari obat yang membuat mereka tidak percaya diri. Salah satu hal yang paling tidak mengenkkan seperti yang telah dikatakan tadi adalah bully.
Cempluk goes to school diadakan untuk mengedukasi pelajar-pelajar terkhsus di lingkungan odapus agar mengerti ap aitu sebenarnya lupus dan bagaimana cara menyikapinya dengan benar. Cempluk goes to school juga diharapkan sebagai pembantu dalam mengupayakan awareness terhadap masyarakat tentang lupus. Sahabat Cempluk sendiri sebenarnya sudah pernah melaksanakan Cempluk goes to school sebelumnya, hanya saja acaranya berjalan kurang maksimal dan tidak ada kelanjutan Cempluk goes to school yang lainnya.
Program goes to school yang dijalani Sahabat Cempluk sebelumnya dinilai belum maksimal karena SOP dari program ini belum terbentuk dengan baik. Selain itu, hanya mengedukasi saja dirasa tidak cukup untuk memberikan dampak yang baik kepada odapus. Akan lebih baik jika program goes to school juga di campaign kan menggunakan media kreatif untuk memperluas jangkauan program ini. Dari program ini seharusnya juga dapat menjadi pembuka bagi Sahabat Cempluk untuk menciptakan sesuatu yang hasilnya dapat digunakan untuk membantu pengobatan bagi odapus atau hal-hal penting lainnya.
Sampai saat ini, akhirnya ada tiga sekolah yang berhasil didatangi oleh tim Cempluk goes to school yaitu SMK N 5 Yogyakarta, SMA N 1 Turi, dan SD N Bangunrejo 1 Yogyakarta. Perencanaan Cempluk goes to school dimulai dengan membuat list dari sekolah yang ada odapusnya dan akhirnya dipilihlah tiga sekolah tersebut. Selanjutnya yang harus dilakukan adalah mencari tahu atau membuat kontak dengan odapus yang sekolahnya ada di list untuk memastikan keadaan odapus itu sendiri. Jika odapus telah memberi konfirmas yang baik, maka baru beralih ke langkah selanjutnya yaitu membuat kontak dengan pihak sekolah yang dituju.
Sebelum membuat kontak dengan sekolah, tim harus menyiapkan proposal dan surat izin dahulu. Proposal yang dibuat digunakan untuk sekolah sebagai objek dan juga untuk calon mitra yang diharapkan memberi support pada kegiatan, bedanya proposal yang dikasih ke sekolah tidak dicantumkan anggaran biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan acara. Setelah itu surat izin dan proposal diberikan kepada sekolah untuk membuat kontak kepada humas sekolah atau bahkan kepala sekolah langsung guna membahas perihal acara yang akan dilakukan.
Berdiskusi dengan sekolah tidak membutuhkan waktu yang sedikit, tetapi juga membutuhkan waktu yang panjang karena kesibukan diantar kedua belah pihak. Untuk itu, sembari menunggu mendapatkan kata deal dengan sekolah, tim juga harus menyebarkan proposal kepada calon mitra untuk support acara Cempluk goes to school ini. Maka dari itu, anggara biaya haruslah dibuat dengan tepat dan matang agar kebutuhan acara nantinya dapat terpenuhi sebelum tiba di hari pelaksanaan. Sementara itu, dealing dengan sekolah sebagai mitra objek harus terus dilaksanakan baik itu lewat alat komunikasi jarak jauh atau bertemu tatap maka langsung dengan pihak sekolah.
Sebelum acara dimulai, tim harus membuat list untuk pra-event , event, dan after event. Untuk pra-event sendiri, hal-hal yang dibutuhkan adalah poster pra event, dan produksi marchendise Sahabat Cempluk. Marchendise yang di produksi sendiri ada pouch, booklet, dan gantungan kunci. Untuk poster ada dua poster yang harus disiapkan sebelum hari kegiatan acara dilaksanakan, yaitu ada poster pra-event dan poster edukasi tentang lupus. Poster pra-event berisikan informas tentang waktu-tempat-latar acara sedangkan poster edukasi berisikan tentang informasi umum mengenai lupus yang nantinya akan diserahkan kepada sekolah untuk ditempelkan di madding sekolah.
Pembuatan marchendise sendiri juga dilakukan sebelum hari kegiatan dilaksanakan. Terkhusus untuk booklet, dicetak dan didesain dengan sederhana dan menarik. Nantinya booklet ini berisikan tentang informasi deteksi lupus yang diharapkan murid-murid sebagai objek edukasi nanti akan memanfaatkannya dengan baik. Sementara itu, persiapan-persiapan seperti susunan kepanitiaan, susunan acara, kontak pembicara, perkembangan proposal, harus segera diselesaikan dengan baik sebelum hari pelaksanaan kegiatan tiba.
Acara kegiatan Cempluk goes to school dimulai dengan kata sambutan dari pihak sekolah sekaligus penyerahan dari pihak Sahabat Cempluk kepada sekolah. Setelah kata sambutan dan acara resmi dibuka, acara dilanjutkan dengan dikendalikan oleh pembawa acara dan langsung ke materi pertama yaitu edukasi lupus. Untuk edukasi lupus sendiri, tim mengundang anggota dari IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) yaitu Dr. Sumadiono dan Dr. Cahya. Kami mengundang Dr. Suma dan Dr. Cahya karena mereka memang berkompeten di dunia autoimun dan diharapkan dapat memberikan suasana kondusif kepada anak-anak sekolah.
Cempluk goes to school diisi dengan beberapa kali pemutaran video dan beberapa kali kuis agar suasana tidak begitu bosan. Video-video yang diputar mulai dari video informasi lupus hingga video testimoni para odapus dan kegiatan Sahabat Cempluk. Tim sudah menyiapkan banyak hadiah untuk siapa yang dapat menjawab pertanyaan kuis dengan benar. Biasanya disaat sedang ada kuis, dokumentator tidak boleh lengah untuk mendokumentasikan suasana anak-anak yang sedang bersemangat menjawab pertanyaan kuis, karena tentunya akan sangat sayang jika momen tersebut tidak tertangkap.
Acara terakhir dari Cempluk goes to school adalah games mengenai deteksi dini lupus. Games ini bertujuan untuk mengedukasi mereka mengenai cara mendeteksi lupus dengan gejala-gejala yang di keluarkan oleh pemerintah yaitu saluri (sadari lupus sendiri). Games ini juga kami harapkan dapat membuat anak-anak dapat mengkampanyekan gejala-gejala lupus dalam bentuk apapun seperti gambar, tulisan, audio, dan lain-lain. Ketiga sekolah yang dikunjungi memberikan kesan mendalaman selama kegiatan terkhusus acara games terakhir ini. SD N Bangunrejo 1 memberikan kesan tersendiri juga karena penanganan anak SD tidaklah sama dengan penanganan terhadap anak-anak SMA. Akan tetapi anak-anak SD N Bangunrejo 1 melampaui ekspektasi kami dan mampu membuat kami terpukau dengan kecerdasan mereka.
Setelah semua ketiga sekolah itu dikunjungi yang dilakukan adalah evaluasi untuk mengetahui dimana letak kekurangan acara Cempluk goes to school ini. Langkah yang dilakukan selanjutnya adalah merangkum semua kegiatan untuk perencanaan Cempluk goes to school mendatang seperti membuat SOP, membuat list sekolah tujuan, dan kebutuhan perlengkapan yang harus ditambah. Selain itu, hasil dokumentasi juga harus diolah agar dapat di publikasi di media social Sahabat Cempluk. Marchendise-marchendise yang sudah diproduksi juga akan di publikasi di media social guna mendapatkan keuntungan. Dengan demikian, acara Cempluk goes to school diharapkan akan terus dapat berjalan di sekolah-sekolah lainnya.
Seri Manajemen Komunikasi Non Komersil. Mulai Desember 2019 hingga Maret 2020, kami akan mengunggah tulisan-tulisan mahasiswa seri tentang manajemen komunikasi non komersil di bawah supervisi Puji Hariyanti, S.I.Kom, M.I.Kom. Puji Hariyanti adalah dosen spesialis kajian klaster Komunikasi Pemberdayaan. Ia telah berkali-kali mendapatkan hibah-hibah dan riset soal pemberdayaan. Berikut ini adalah tulisan-tulisan mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UII tahun angkatan 2017 ketika mengambil mata kuliah Manajemen Komunikasi Non Komersil. Karya ini adalah bimbingan Puji Hariyanti dan suntingan A. Pambudi W.