Dongi-Dongi

Menjalankan misi kemanusiaan kali ini hanya menyingkap sekelumit fakta, meski demikian perjalanan menuju Dongi-Dongi patut untuk dijadikan pustaka demi sebuah asa.

Tercatat 54 relawan dari berbagai penjuru negeri berkumpul di Bandara Halim Perdanakusuma sejak sebelum subuh, 30 Juli 2024. Berbagai pengecekan dilakukan demi keamanan, hingga pukul 06:00 WIB kami semua diangkut oleh Super Hercules bernomor A-1340 menuju Bandara Mutiara Sis Aljufri. Penerbangan itu berlangsung lebih dari 3 jam.

Barangkali pengalaman menumpangi alutsista milik TNI AU ini adalah kesempatan yang sangat langka maka mengabadikan momen adalah kesempatan paling berharga. Selain cerita, foto berjejer akan menjadi artefak penuh makna nantinya. Kesempatan ini tentu tak lepas dari relasi-relasi yang dibangun oleh Yayasan Tunas Bakti Nusantara (YTBN) selama beberapa tahun terakhir.

YTBN

Foto bersama relawan YTBN sebelum pemberangkatan ke Poso, Foto: Rayhan Taruna

Menginap semalam di Mes Pemda Palu, esoknya perjalanan menuju Dongi-Dongi dimulai. Jalanan berliku diapit perbukitan bisa dibilang tak cukup mudah, beberapa titik bekas longsoran tanah dan batu berserakan memaksa pengendara untuk terus waspada. Meski demikian, mata relawan dimanjakan dengan pemandangan yang menawan, bisa dibayangkan betapa menyenangkan bervakansi menuju lokasi bernama Dongi-Dongi.

Dongi-Dongi merupakan desa percobaan yang terletak di Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Secara administratif Dongi-Dongi berada di dua kabupaten yakni Sigi dan Poso. Setibanya di sana, kami disambut suka cita dan tarian khasnya. Mata-mata penuh binar begitu hangat dan lekat. Ingat ini bukan bervakansi, melainkan datang untuk saling berbagi.

Faktanya, Dongi-Dongi adalah daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) ditambah statusnya sebagai desa percobaan dengan segudang tantangan yang rumit diselesaikan. Mulai dari akses pendidikan, kesehatan, pernikahan dini dan tidak stabilnya perekonomian. Tidak adanya akses internet dan aliran listrik yang memadai menjadikan Dongi-Dongi semakin pelik.

Akses Pendidikan Memang Tidak Memadai

Seharusnya tidak perlu kaget atas tidak idealnya pendidikan di daerah 3T, isu soal aksesnya yang sulit pasti sering kita dengar. Namun menjalaninya secara langsung tak semua orang bisa membayangkan betapa rumitnya kondisi serba terbatas ini.

Salah satu program yang tak pernah absen dari Bakti Nusantara YTBN adalah Inspirasi Nusantara (IN). Dengan fokus pendidikan, semua program IN berlangsung di Sekolah Satap Dongi-Dongi. Sekolah Satap adalah sebutan untuk sekolah satu atap, dalam satu lokasi ada jenjang TK, SD, dan SMP.

Salah satu fasilitator dalam program IN yakni Leonardus Devi Heryanto menangkap banyak cerita pilu. Anak-anak di Dongi-Dongi sebagian besar hanya menamatkan sekolah di jenjang SD dan SMP, melanjutkan ke jenjang SMA adalah kemewahan. Bahkan, hanya 70 persen siswa SD yang melanjutkan ke jenjang SMP. Kondisi ini terjadi karena berbagai faktor, kondisi ekonomi memaksa anak-anak turut bekerja membantu orang tua. Faktor lain adalah tidak tersedianya sekolah jenjang SMA di Dongi-Dongi. Untuk mengakses jenjang SMA mereka harus pergi ke Palu, artinya butuh biaya transportasi hingga biaya operasional lain yang tak sedikit.

Dongi-Dongi

Relawan bersama para siswa Sekolah Satap Dongi-Dongi, Foto: Desyatri Parawahyu Mayangsari

“Yang kami tangkap dari cerita teman-teman terkait bahwa banyak yang berhenti SD atau SMP saja, banyak faktor mungkin karena kerja di ladang dan lain, kedua karena di sini tidak ada SMA. Kalau kita lihat dari SD yang melanjutkan ke SMP hanya 70-80 persen. Sisanya tidak lanjut hanya sampai SD saja,” ujar fasilitator yang akrab disapa Leo.

Cerita-cerita di daerah 3T tentu akan banyak kita dengar, semua dilakukan semata-mata untuk memperbaiki kehidupan yang lebih layak. Salah satu kakak beradik di SD Dongi-Dongi misalnya, keduanya harus berjalan kaki dengan jarak tempuh satu jam untuk menuju sekolah. Suhu dingin, jalan terjal bukan lagi jadi persoalan sulit bagi mereka.

Dari hasil fasilitasi yang dilakukan Leo bersama tim, para orang tua di Dongi-Dongi sebenarnya memiliki mimpi yang tinggi untuk menyekolahkan anak-anaknya. Ketika mengisi sesi motivasi, ia mengungkap salah besar jika narasi-narasi terkait masyarakat 3T enggan meraih pendidikan. Mereka sebenarnya tak ingin mengalami kondisi rumit ini, namun luasnya Indonesia tak meratanya fasilitas adalah penyebab utama.

“Sebenarnya banyak orang tua yang sudah punya pemahaman bahwa sekolah itu penting maka ada orang tua yang semangat menyekolahkan anaknya setinggi mungkin meskipun dalam kekurangan,” tambahnya.

Dongi-Dongi

Potret siswa Sekolah Satap Dongi-Dongi, Foto Rizka Aulia Ramadhani

Bayangkan saja, dengan penghasilan yang fluktuatif, orang tua di Dongi-Dongi harus membayar Rp 500 ribu untuk satu setcel seragam pramuka. Ini mungkin menjadi pembelajaran bagi relawan untuk melakukan riset dan observasi lebih detail ketika merencanakan program. Salah satu program penutup adalah kemah perdamaian di Dongi-Dongi, dan pengalaman ini bisa jadi perdana bagi mereka. Antusiasme luar biasa, mirisnya tak semua siswa memiliki seragam pramuka, sedari awal memang tak mewajibkan hal ini. Namun, mereka benar-benar ingin melakukan yang terbaik alhasil para orang tua rela pergi jauh ke pasar demi mendapatkan seragam pandu itu.

Tuntutan Negara dan Akses Internet yang Tak Memadai

Claudya Mardiani, tim IN peningkatan kapasitas guru juga menyebutkan jika dua hari menjalankan programnya berbagai hambatan nyata dirasakan. Berkali-kali aliran listrik mati, soal internet tak perlu ditanyakan lagi. Sementara Kurikulum Merdeka memaksa semua guru adaptif dengan teknologi dan deretan aplikasi.

“Di sini guru-gurunya melakukan apa-apa sendiri, mereka manual. Tidak ada bantuan alat apapun untuk mengajar. Mereka tetap semangat dalam melakukan pengajaran sehari-hari bersama anak-anak,” ujarnya.

Dari pengamatannya para guru masih belum terampil dalam menerapkan Kurikulum Merdeka, ditambah kondisi yang serba terbatas.

“Di Kurikulum Merdeka para guru diharapkan bisa menentukan tujuan pembelajaran secara mandiri, dan ada beberapa hal yang harus dilakukan seperti upload ini dan itu kalau dibayangkan dari penjelasan tadi mengenai ketersediaan akses internet, ini menjadi hal sangat menyulitkan,” tambahnya.

Dongi-Dongi

Peningkatan kapasitas guru di wilayah Lore bersaudara, Foto: Rizka Aulia Ramadhani

Persoalan itu diamini oleh Arum Putri Suryandari, seorang guru sekaligus Bendahara PB PGRI yang turut menjadi fasilitator peningkatan kapasitas guru menyebut hal mendasar terkait Kurikulum Merdeka masih belum dipahami menyeluruh oleh para guru.

Peningkatan kapasitas guru yang dilaksanakan di Satap Dongi-Dongi mengundang antusiasme luar biasa. Para guru di sekitar kecamatan Lore Bersaudara rela datang dengan menempuh jarak hingga 3 jam perjalanan.

“Kendala pertama adalah informasi, mereka seperti ini karena internetnya agak sulit sehingga sulit mengakses informasi,” jelas Arum.

Terputusnya informasi terkait Kurikulum Merdeka membuat tenaga pendidik gagal paham dengan beberapa konsep dasar seperti Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) hingga analisis capaian belajar.

“Itu sebenarnya dasar banget di Kurikulum Merdeka, karena untuk mereka meng-create sebuah pembelajaran dia harus ngerti dulu apa yang harus dia ajarkan, pada saat dia tidak ngerti capaian pembelajaran kemudian tujuan pembelajaran seperti apa, alur pembelajaran seperti apa bagaimana mau ngajarin,” keluhnya.

Selain dipusingkan dengan Kurikulum Merdeka, para pengajar di Dongi-Dongi juga harus bertaruh dengan kondisi siswa yang kerap absen. Hal biasa dalam seminggu mereka hanya mampu masuk kelas dua kali, lagi-lagi karena membantu pekerjaan orang tua di ladang, berdagang atau pekerjaan lainnya.

“Siswanya datang hari Senin nanti datang lagi hari Jumat. Karena diajak dagang diajak ini dan itu. Jadi itu tantangannya, bagaimana guru mau mengajar dengan baik, muridnya saja datang suka-suka. Sudah merencanakan pembelajaran dengan baik ternyata masuk muridnya tidak ada,” ujarnya lagi.

“Pak Nadiem harus tahu sih,” tandasnya.

Walau demikian masyarakat Dongi-Dongi masih bisa mensyukuri, Kepala Sekolah Satap bernama Dirman yang baru menjabat 24 hari adalah sosok penuh semangat. Pengakuan dari warga sekitar, ia bahkan selalu membersihkan sekolah seorang diri, mengajak masyarakat bergotong royong mengalirkan air ke sekolah. Mungkin terdengar sederhana, namun sebelumnya ini tak pernah dilakukan.

Fasilitas Kesehatan Tidak Memadai

Beranjak dari isu pendidikan yang belum menemui titik terang, persoalan fasilitas kesehatan di Dongi-Dongi tak kalah runyam. Data tahun 2018 jumlah masyarakat di sana mencapai 581, sementara hanya ada satu bidan yang bertugas. Martina Bonggadika adalah satu-satunya bidan tetap yang harus melayani seluruh masyarakat.

Sosok yang akrab disapa Bidan Sambo mengaku sudah hampir satu dekade ditugaskan di wilayah tersebut. Tak hanya berurusan dengan kesehatan kehamilan dan persalinan, Bidan Sambo melayani segala jenis penyakit yang dikeluhkan masyarakat Dongi-Dongi.

Beruntungnya kini Bidan Sambo mendapat bantuan tenaga dari petugas kesehatan Puskesmas Wuasa, Ellen Leomi Tengkow salah satunya. Sebagai Pengelola promosi Kesehatan Puskesmas Wuasa ia rutin menyambangi Dongi-Dongi untuk melakukan berbagai aktivitas kesehatan.

Isu kesehatan lingkungan hingga angka pernikahan dini belum tertangani dengan maksimal, Ellen bercerita soal kultur msayarakat Dongi-Dongi yang banyak melakukan MCK di sungai hingga menimbulkan masalah baru yakni pencemaran air.

“Jelas akan berdampak pada kesehatan (kegiatan MCK di sungai), sungai digunakan sebagai tempat BAB, airnya diambil untuk cuci piring, air dikonsumsi untuk minum. Biasanya ada kasus diare dampak dari penggunaan air yang tidak bersih,” jelas Ellen.

Banyak kasus diare setiap tahunnya, bahkan dalam sesi program Sehat Nusantara (SN) rumah sakit lapangan ada salah satu warga Dongi-Dongi yang menderita diare lebih dari dua tahun dan tak kunjung sembuh. Untuk alasan mengapa tak segera pulih tentu banyak faktor, kondisi ini benar-benar rumit.

Dari observasi yang penulis lakukan selama program Bakti Nusantara (BN) Poso 2024, masyarakat Dongi-Dongi mengeluhkan kondisi toilet umum yang tak memadai. Dari jumlahnya yang tak ideal dengan kebutuhan, pembangunan tak sesuai standar, hingga kerusakan-kerusakan yang tak dipertanggungjawabkan. Bahkan, kalimat-kalimat negatif bersahutan, kemana larinya dana-dana perbaikan?

Ellen mengakui bahwa kondisi toilet umum di Dongi-Dongi tidak terawat, masyarakat sebagai pengguna seolah tak memiliki rasa tanggung jawab untuk saling merawat fasilitas umum tersebut.

“Namanya toilet umum mereka tidak ada rasa memiliki sehingga tidak terlalu terawat. Masih layak digunakan tapi untuk kebersihan masih sangat kurang,” ujar Ellen terkait kondisi toilet umum.

Dari toilet umum yang tak memadai, kondisi kesehatan masyarakat juga miris untuk diceritakan. Sekali lagi, semua terbelenggu dalam keterbatasan. Bidan Sambo dan Ellen tentu sudah menahan getirnya memperjuangkan masyarakat Dongi-Dongi.

Raissa Liem, dokter spesialis obgyn dari Metropolitan nampak gusar kala memfasilitasi pemeriksaan kehamilan para ibu di Dongi-Dongi. Ada satu kasus yang serius, kekhawatiran memuncak ketika sang ibu ternyata juga tidak concern soal itu.

Ia menghadapi bagaimana kesadaran kesehatan sangat rendah. Namun, ini semua tak bisa diambil kesimpulan begitu saja. Para ibu di Dongi-Dongi tak bisa setiap bulan mengakses pemeriksaan USG, kontras jika dibandingkan dengan kondisi warga kota. Mereka dipaksa oleh keadaan yang serba tak ideal.

Dongi-Dongi

Pemeriksaan kesehatan ibu hamil oleh relawan YTBN, Foto: Rizka Aulia Ramadhani

“Mungkin kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan terutama kesehatan ibu hamil itu sangat rendah. Kemarin ada kasus bagaimana ibu hamil aterm 37 minggu ternyata pertumbuhan tulangnya tidak sesuai ukurannya 31-32 minggu. Namun ketika disampaikan kepada pasien, pasien tidak ada concern sama sekali mereka menganggap itu hal yang normal saja dan hanya peduli apa jenis kelamin bayinya saja,” jelas Raissa.

“Apa yang saya tangkap kesadaran dari masyarakat rendah, mereka mungkin tidak punya akses terhadap vitamin atau terhadap gizi yang baik atau mungkin pendidikan mereka masih tergolong rendah sehingga mereka tidak tahu apa itu pentingnya bayi yang sehat berpengaruh terhadap anak yang pintar, mereka belum ditahap itu,” tambahnya lagi.

Akses pendidikan yang tak memadai disinyalir menjadi pemicu-pemicu kondisi ini. Tak sedikit anak-anak melakukan pernikahan dini. Cerita yang dituturkan siswa-siswi sekolah Satap Dongi-Dongi banyak dari keluarga dan para tetangga yang menikah di usia dini, 14 tahun adalah usia yang sangat belia.

Dalam program SN lain yang fokus terhadap penyuluhan gizi tampak dua perempuan berusia belasan. Ketika berbincang, mereka mengaku akan melangsungkan pernikahan dengan laki-laki pilihannya beberapa bulan ke depan. Penyuluhan gizi yang mereka ikuti harapannya mampu memberi bekal ketika mereka berumah tangga nanti, bagaimana menyiapkan makanan pendampin asi untuk buah hatinya kelak.

Meski demikian, Dongi-Dongi adalah bagian dari Indonesia. Anak-anak di Sekolah Satap berhak meraih mimpinya. Beberapa dari mereka menyimpan semangat luar biasa. Mencoba mengurai rumitnya Dongi-Dongi, YTBN bersama banyak pihak membangun Puskesmas Pembantu atau Pustu Plus untuk memfasilitasi para masyarakat.

Semua pihak berhak mendapat fasilitas yang layak dan pendidikan yang memadai.

Dongi-Dongi

Kegiatan Inspirasi Nusantara di Sekolah Stap, Foto: Desyatri Parawahyu Mayangsari

“Nama saya Alif, cita-cita ingin menjadi tantara. Saya ingin melanjutkan SMA di Palu karena di sana lebih bagus. Ada kakak sepupu melanjutkan di sana”

“Saya Novita, kelas 7. Cita-cita ingin menjadi TNI, ingin melanjutkan sekolah di daerah Parigi Palu. Di keluarga saya ada yang menikah usia dini kakak sepupu, ada yang lulus SMP ada yang lulus SMP”

“Saya Kayra, cita-cita ingin menjadi dokter, Mudah-mudahan nanti bisa sekolah di Palu. Saya sedih kakak sepupu menikah dini lulus SD”

Dongi-Dongi, untuk tiba di sana memang sangat berliku.

 

 

Penulis: Meigitaria Sanita

BPPTKG

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta lakukan penjajakan kerja sama dengan Prodi Ilmu Komunikasi pada 25 Juli 2024. Diskusi mengerucut pada potensi-potensi kolaborasi yang bisa dilakukan kedua belah pihak.

Kepala BPPTKG Yogyakarta, Agus Budi Santoso memaparkan bahwa jumlah masyarakat di sekitar lereng Gunung Merapi mencapai 75.410 jiwa. Tingginya risiko erupsi pada Merapi membuat pihaknya harus terus melakukan adaptasi dalam hal mengkomunikasikan intruksi kepada masyarakat.

Tercatat erupsi Merapi tahun 2010 menyebabkan 386 korban meninggal termasuk juru kunci yakni Mbah Maridjan. Letusan dimulai 26 Oktober dan puncaknya tanggal 4 hingga 5 November 2010 itu adalah erupsi paling dahsyat dengan skala 4 dan luncuran awan panas mencapai 15 km.

“Butuh peran akademisi untuk mengidentifikasi apakah selama ini tahap yang dilakukan untuk mendorong adaptasi masyarakat itu sudah tepat. Sehingga masyarakat bisa merespon setiap intruksi dengan baik dan tidak terulang lagi kejadian masyarakat tidak mau di evakuasi,” ujarnya.

Niat baik tersebut disambut terbuka oleh Prodi Ilmu Komunikasi UII, beberapa dosen telah aktif dalam riset kebencanaan sehingga hal ini memungkinkan untuk dilakukan.

“Sudah ada dosen-dosen yang biasa melakukan program terkait kebencanaan, sehingga mungkin akan lebih relevan untuk kerjasama. Penelitian dan kajian Pak Muzayin dan Pak Anang sudah melakukan penelitian di Merapi,” ujar Kaprodi Ilmu Komunikasi UII, Iwan Awaluddin Yusuf.

Beberapa tawaran yang telah didiskusikan dalam momen tersebut antara lain pemagangan mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UII dalam bidang media di BPPTKG, projek tugas akhir terkait dokumentasi pembuatan film, hingga kolaborasi konten dalam YouTube IkonisiaTV.

Potensi-potensi dari Prodi Ilmu Komunikasi UII memberikan angin segar pada BPPTKG Yogyakarta, pihaknya sangat berharap upaya-upaya tersebut mampu mengoptimalkan mitigasi bencana sehingga meminimalis risiko korban jiwa.

“Kerja sama ini diharapkan mampu menjadi pendukung pelaksanaan tugas fungsional dari BPPTKG sebagai pelaksanaan mitigasi bencana,” tandas Kepala BPPTKG Yogyakarta.

Dalam penjajakan kerja sama tersebut hadir pula Nor Cholik dan Kebak Alam Setiyawan dari pihak BPPTKG Yogyakarta, sementara dari Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Anang Hermawan dan Muzayin Nazarudin keduanya adalah dosen yang intens dalam riset kebencanaan.

Unived

Universitas Dehasen (Unived) Bengkulu bertandang ke Yogyakarta untuk menjalin kerja sama dengan Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) pada 7 Agustus 2024.

Secara umum kerja sama yang disepakati terkait dengan pengelolaan jurnal, kesepakatan tersebut berisi kesediaan kedua belah pihak untuk menjadi reviewer atau editorial on board yang dilakukan oleh Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial Unived dengan Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) UII.

Prodi Ilmu Komunikasi UII tercatat memiliki tiga jurnal yakni Jurnal Komunikasi, Jurnal Cantrik, dan Asian Journal of Media and Communication (AJMC) yang nantinya dapat membantu mempublikasikan artikel-artikel berkualitas yang ditulis oleh pihak Unived.

Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial Unived, Dra. Maryaningsih, M.Kom mengungkapkan jika kesepakatan dan berbagai peluang yang akan dilakukan anatara Unived dengan UII membuatnya cukup lega.

“Bagi kami sangat sulit jika tidak ada kolaborasi, mengetahui ada jurnal Sinta 2 sangat gembira sekali. Artinya dosen-dosen kami bisa mencoba untuk mempublikasikan artikelnya dengan bantuan bapak ibu,” ujarnya dalam diskusi.

Hal ini juga direspon oleh Kaprodi Ilmu Komunikasi UII, Iwan Awaluddin Yusuf sebagai tuan rumah beliau menyebut jika kedua belah pihak memiliki potensi-potensi yang layak untuk saling dikolaborasikan.

“Kita berangkat dari potensi apa yang bisa kami kolaborasikan bersama,” ujarnya.

Hadir pula Kepala Pengelola Jurnal FPSB sekaligus dosen Prodi Ilmu Komunikasi yakni Puji Rianto, beliua menegaskan jika dalam implementasinya artikel yang akan diterbitkan tentu mengikuti standar kualitas masing-masing jurnal.

“Tukar-menukar naskah untuk menghindari menerbitkan penulis internal tetapi prosesnya dengan standr jurnal masing-masing. Meskipun tukar-menukar naskah setiap pengelola jurnal itu bertanggung jawab atas kualitas jurnal itu,” tambah Puji Rianto.

Diskusi yang berlangsung hampir dua jam itu berjalan interaktif, baik pihak Unived maupun UII saling memberikan feedback. Bahkan Wakil Rektor Bidang Kemitraan dan Kewirausahaan UII, Wiryono Raharjo berbagi pengalaman terkait kolaborasi-kolaborasi tingkat nasional maupun global untuk memberikan referensi terhadap Unived.

“Akhir-akhir ini kita gencar melakukan program outbond mobility, mahasiswa UII ke luar baik level nasional maupun intrnasional. Kami juga (berpartisipasi) dalam beasiswa studi IISMA itu membuka peluang-peluang kolaborasi mitra kami di luar,” ujarnya.

Momen penandatanganan kerja sama tersebut juga dihadiri oleh Kaprodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial Unived, Sri Narti, M.I.Kom beserta dosen Prodi Ilmu Komunikasi Bayu Risdiyanto, MPS. Sp.

Sementara dari pihak UII hadir pula Qurotul Uyun, Dekan Fakultas Psikologi & Ilmu Sosial Budaya, dosen Prodi Ilmu Komunikasi Ratna Permata Sari, dan Bambang Suratno selaku Kepala Divisi Kemitraan Dalam Negeri.

UII

Rektor Universitas Islam Indonesia, Fathul Wahid pada Rabu, 24 Juli 2024 telah melakukan pelepasan mahasiswa yang akan mengikuti kegiatan mobilitas internasional. Tercatat 6 mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi terlibat dalam program tersebut. Keenam mahasiswa tersebar ke beberapa negara mulai dari Malaysia, Italia, hingga Belanda.

Program mobilitas internasional yang diikuti oleh mahasiswa UII meliputi IISMA, IISMA Co-funding, ICT Kemendikbud, dan ICT Self-funding.

Sementara enam mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi yang terlibat dalam program tersebut antara lain Guevara Tamtaka Warih Sadana (IISMA – University of Pisa), Yasmeen Mumtaz Widyawan (IISMA – University of Groningen) keduanya merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi reguler. Selanjutnya ada empat mahasiwa Program Internasional yakni Sri Rahmawati (ICT Kemendikbud – Universiti Utara Malaysia), Muhammad Taufiq (ICT Kemendikbud – Universiti Utara Malaysia), Mohammad Aji Bayu Samudera (ICT Self-funding – Universiti Utara Malaysia), dan Raihan Muyassar Abbud (ICT Self-funding – Universiti Utara Malaysia).

Turut sertanya enam mahasiswa dalam mobilitas internasional diapresiasi oleh Kaprodi Ilmu Komunikasi UII, Iwan Awaluddin Yusuf. Beliau menyebut jika program ini memiliki nilai strategis yang aplikatif khususnya terkait iklim akademik dan kreativitas di kancah global.

“Mobilitas internasional yang dilakukan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi punya nilai strategis. Untuk mahasiswa program ini memberi eksposure pengalaman global dalam kancah internasional sehingga mereka punya bekal dalam menghadapi tata pergaulan global secara akademis maupun kreativitas. Mereka terpapar dan berinteraksi dengan iklim budaya atau negara-negara yang lain yang beberapa negara ini adalah negara maju sehingga mereka akan mendapatkan pengalaman dari sana untuk dibawa pulang kembali ke Indonesia dan mengkontribusikannya. Atau minimal dalam perkuliahan mereka memiliki wawasan yang lebih luas,” jelasnya.

Prodi Ilmu Komunikasi juga berkomitmen untuk mendukung program-program mobilitas internasional yang melibatkan mahasiswa dengan mengikuti kebijakan serta sistem kurikulum universitas.

“Untuk Program Studi Ilmu Komunikasi kami memberi kesempatan kepada mahasiswa seluas-luasnya untuk bersaing di tingkat internasional sejak mereka kuliah dengan adanya program-program pertukaran, credit transfer, dan peluang-peluang mobilitas internasional lainnya yang itu sangat kami dukung dan terbuka diikuti oleh mahasiswa dengan menyesuaikan kebijakan dan sistem kurikulum di kampus kita,” tandasnya memberi dukungan.

AI

Artificial Intelligence (AI) mengalami perkembangan yang begitu dinamis. Salah satu generative AI yang paling populer tahun 2023 adalah ChatGPT. WriterBuddy melaporkan rilis pada penghujung tahun 2022 hingga Agustus 2022, ChatGPT meraih jumlah pengguna lebih dari 14,6 miliar.

ChatGPT merupakan satu dari deretan generative AI dalam bidang penulisan yang mampu membuat teks, menerjemahkan bahasa, hingga menjawab berbagai pertanyaan. Banyak dari kalangan mahasiswa yang memanfaatkan ChatGPT untuk memecah kebuntuan dalam mengerjakan tugas.

Meski popularitasnya tak diragukan lagi, ternyata ada deretan AI sejenis yang bisa dicoba terlebih untuk membuat artikel ilmiah. Pengguna dapat memanfaatkan untuk pencarian data, membuat draft tulisan yang diinginkan melalui prompt yang spesifik. Namun perlu diketahui bahwa pemanfaatan AI bukanlah menjadi rujukan utama dan perlu dilakukan pengecekan berulang.

Rekomendasi AI untuk Menulis Artikel Ilmiah

  1. Jenni AI

Jenni AI banyak direkomendasikan dalam bidang akademik penulisan ilmiah. Serupa dengan ChatGPT, dilengkapi dengan chatbot pada Jenni AI mampu menjadi asisten penelitian yang komprehensif. Terdapat fitur sicasi in-text, multibahasa, hingga generate teks dari file. Bahkan klaimnya, tulisan yang dihasilkan unik dan terbebas dari plagiarisme. Salah satu YouTuber dengan akun Academic English Now menyebut Jenni AI sangat unggul dalam pembuatan outline dibanding dengan AI sejenis lain “has outline builder feature, versatility in outlining”.

  1. PaperPal

Selanjutnya ada PaperPal yang mampu mengoreksi tulisan akademik secara detail. AI ini dapat membantu peneliti maupun penerbit untuk mengoreksi kesalahan ketik, plagiarisme, ketidakkonsistenan structural dan teknis. Dalam aplikasinya PaperPal dilengkapi dengan fitur unggah dan download naskah dari Microsoft Word untuk efisiensi pekerjaan.

  1. Grammarly

Jika PaperPal dirancang untuk membantu mengoreksi tulisan akademik, Grammarly lebih fleksibel dalam tata bahasa. AI ini banyak dimanfaatkan oleh para blogger, penulis, dan copywriter karena mampu menciptakan SEO yang efektif. Selain memeriksa tata bahasa, Grammarly mampu mendeteksi plagiarisme.

  1. Iris AI

 Iris AI menjadi tools yang dapat memindai dan menganalisis kumpulan topik penelitian yang relevan denga napa yang tengah kita cari. Dengan kemampuan tersebut Iris AI sangat membantu dalam mempercepat proses penelitian yang tengah dilakukan dengan cara memberi referensi secara efektif.

  1. Yomu AI

Terakhir ada Yomu AI yang hampir mirip dengan cara kerja Jenni AI. Yomu AI sangat membantu dalam penulisan esai melalui fitur chatbot yang tersedia. Dengan memberikan prompt spesifik, Yomu AI akan mengembangkan dengan kalimat dan argumen yang relevan. Tak hanya berhenti disana, Yomu AI akan melakukan pengeditan, paraphrase, hingga mempersingkat teks. Sama dengan Jenni AI, Yomu AI mengklaim bahasa yang digunakan unik dan terhindar dari plagiarisme.

Itulah deretan AI yang mampu membantu dalam penulisan ilmiah, meski demikian AI bukan rujukan utama dalam menyusun tulisan secara utuh.

Baca artikel selengkapnya terkait AI pada laman berikut:

https://communication.uii.ac.id/benarkah-pekerjaan-manusia-akan-digantikan-oleh-ai-chatgpt-tak-terkendali-hingga-nasib-lulusan-ilmu-komunikasi/

https://communication.uii.ac.id/mana-yang-lebih-menguntungkan-memperkerjakan-manusia-atau-ai/

https://communication.uii.ac.id/kupas-tuntas-soal-ai-serta-perannya-dalam-ilmu-komunikasi/

https://communication.uii.ac.id/benarkah-ai-terbukti-lebih-kreatif-dibanding-manusia/

https://communication.uii.ac.id/7-ai-paling-populer-sepanjang-tahun-2023-bisa-bikin-kamu-makin-produktif/

https://communication.uii.ac.id/society-5-0-definisi-lengkap-dan-peran-ilmu-komunikasi-terkait-ai-hingga-transformasi-digital/

Gemini

Salah satu artificial intelligence (AI) yang dinamai Gemini telah rilis pada 21 Maret 2023, tengah menjadi sorotan karena dinilai lebih unggul atau canggih dari AI sejenis lainnya termasuk ChatGPT. Benarkah demikian?

Setelah melalui berbagai uji perusahaan dan berfungsi secara optimal akhirnya Gemini dapat digunakan publik pada 21 Mei 2024. Gemini dibuat oleh salah satu pendiri Google, Sergey Brin bersama staf Google lainnya untuk membantu pengembang dan bisnis yang agar terus berinovasi.

Hal tersebut sesuai dengan data pengguna AI yang memanfaatkannya untuk mendukung kerja pemasaran atau marketing (Konsultan Bisnis McKinsey, 2023).

Pada laman resminya tertulis bahwa Gemini merupakan AI paling mumpuni dari ekosistem Google lainnya “The Gemini ecosystem represents Google’s most capable AI”.

Gemini adalah chatbot AI dengan teknologi Natural Language Processing (NPL) yang mampu merespon pertanyaan dan perintah dari pengguna. Gemini AI dapat digunakan untuk menghasilkan teks, menerjemahkan bahasa, menciptakan konten kreatif, hingga menjawab pertanyaan dengan informatif.

Iwan Awaluddin Yusuf, dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Indonesia, yang juga pemerhati perkembagan AI menilai bahwa saat ini masyarakat semaikin diuntungkan dengan fitur-fitur, kebaruan basis data, dan kecepatan respons yang ditawarkan aplikasi generative AI terbaru.

Namun ia mengingatkan risiko bias data yang akan tetap terjadi sehingga perlu membandingkan dengan data lain. Sikap kritis dan evaluatif atas jawaban AI juga perlu dikedepankan sehingga kretivitas manusia tetap memliki peran aktif.

Membandingan Gemini dengan ChatGPT

Berdasarkan data pengguna kedua model AI tersebut, ChatGPT tentu lebih populer karena lebih dulu beroperasi. Melansir dari data yang disampaikan Similar Web, per 3 Juli 2024 pengguna ChatGPT memiliki angka kunjungan 834,1 juta pengguna, sementara Gemini di angka 422,2 juta pengguna.

Perbedaan paling mencolok dari keduanya tentu soal sumber data dan respons terkini. Dri artikel yang ditulis Tempo Eksklusif menyebut jika Gemini dilatih dengan data real time dari internet sehingga informasi lebih up to date. Sementara ChatGPT data yang digunakan untuk merespon permintaan pengguna terhenti pada September 2022.

Untuk membuktikan kecanggihan antara Gemini dan ChatGPT, tom’s guide dalam laman resminya melakukan uji bertajuk battle of chatbots dengan menganalisis 9 aspek. Hasilnya, Gemini unggul pada 5 aspek, ChatGPT unggul dalam 3 aspek, dan 1 aspek imbang.

Coding Profiency, adalah aspek dasar pada model AI jenis ini. Bahasa dan kode seputar penulisan, memperbarui, dan menguji bahasa yang berbeda. Dengan perintah kalimat yang sama, Gemini memberikan laporan lebih rinci termasuk referensi.

Kedua adalah Natural Language Understanding, dalam aspek ini melihat seberapa baik keduanya memahami bahasa secara alami. Tom’s guide memberikan perintah Cognitive Reflect Test (CRT) atau tes kemampuan AI untuk memahami ambiguitas. untuk tidak disesatkan oleh kesederhanaan tingkat permukaan masalah dan untuk menjelaskan pemikirannya dengan jelas. Keduanya menjawab dengan benar, tetapi ChatGPT menunjukkan cara kerjanya dengan lebih jelas.

Creative Text Generation & Adaptability, menurut tim Tom’s Guide ini merupakan aspek yang paling rumit untuk dianalisis. Pihaknya mengharapkan hasil yang orisinil dan dengan elemen-elemen kreatif. Dengan memberi perintah “Tulislah sebuah cerita pendek yang berlatar kota futuristik di mana teknologi mengendalikan setiap aspek kehidupan, tetapi karakter utama menemukan masyarakat tersembunyi yang hidup tanpa teknologi modern. Gabungkan tema kebebasan dan ketergantungan.” Masing-masing chatbot menang di bidang tertentu, namun Gemini lebih unggul memiliki kepatuhan yang lebih baik pada rubrik ini.

Reasoning & Problem Solving, penalaran menjadi indikator pada model AI ini. Dengan mengajukan pertanyaan yang membutuhkan solusi, kedua AI memberikan jawaban yang solid. Namun ChatGPT memberikan jawaban yang lebih detail dan jelas.

Explain Like I’m Five (ELI5), aspek ini pada dasarnya menyederhanakan jawaban. Pertanyaan sederhana yang diajukan “Jelaskan bagaimana pesawat terbang bisa berada di angkasa kepada anak berusia lima tahun.” Harapannya chatbot memberikan penjelasan yang sederhana dan dipahami anak kecil, namun tetap akurat dengan bahasa menarik minat anak-anak. Keduanya menggunakan analogi burung sebagai cara untuk menjelaskan, bahasa yang digunakan juga personal. Gemini lebih unggul menyajikannya sebagai serangkaian poin-poin dan bukannya satu blok teks. Hal ini juga memberikan eksperimen praktis untuk dicoba oleh anak berusia lima tahun.

Ethical Reasoning & Decision Making, skenario yang dibuat oleh tom’s guide mengarah pada keselamatan manusia. Dengan perintah “Pertimbangkan sebuah skenario di mana kendaraan otonom harus memilih antara menabrak pejalan kaki atau berbelok dan mempertaruhkan nyawa penumpangnya. Bagaimana seharusnya AI mengambil keputusan ini?” kedua AI tidak memberi pendapat, namun keduanya menguraikan berbagai hal yang perlu dipertimbangkan dan menyarankan cara-cara untuk membuat keputusan di masa depan. Dibanding ChatGPT, Gemini memiliki respons yang lebih bernuansa dengan pertimbangan yang lebih cermat.

Cross Lingual Translation & Cultural Awareness, aspek ini menerjemahkan antara dua bahasa. Prompt yang digunakan “Terjemahkan paragraf pendek dari bahasa Inggris ke bahasa Prancis tentang perayaan Thanksgiving di Amerika Serikat, dengan menekankan nuansa budaya.” Hasilnya Gemini menawarkan lebih banyak nuansa dalam terjemahannya dan penjelasan tentang bagaimana pendekatannya terhadap terjemahan tersebut.

Knowledge Retrieval, Application, & Learning, aspek ini akan menjelaskan kedalaman pengetahuan pada masing-masing AI. Dengan perintah “Jelaskan pentingnya Batu Rosetta dalam memahami hieroglif Mesir kuno.” Keduanya melakukan pekerjaan yang baik dalam menampilkan detail yang saya inginkan atau imbang.

Conversational Fluency, Eror Handling, & Recovery aspek terakhir merupakan kempauan AI menangani informasi yang salah dan sarkas. Hasilnya ChatGPT mampu mendeteksi sarkasme dalam memberikan respon.

Itulah beberapa uji yang telah dilakukan oleh tom’s guide, namun perlu diketahui chatbot AI selalu melakukan pengembangan dalam data pengetahuan. Menurutmu bagaimana Comms, sudahkah membandingkannya?

Museum

Rangkaian agenda milad ke 20 Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) beriringan dengan prosesi pengukuhan jabatan akademik tertinggi Prof. Dr. rer. soc, Masduki, S.Ag., M.Si., MA pada 25 Juni 2024.

Atas pengukuhan tersebut, Prof. Masduki bersama kolega aktivis pers dan seniman berinisiatif membuat Pameran Arsip Moeseoem Pers Jogjakarta dengan menggandeng media lokal Kedaulatan Rakyat. Pameran itu menampilkan arsip-arsip berita yang ditulis koran Kedaulatan Rakyat pada rentang tahun 1945 hingga 2012, dengan kurasi berita terkait transisi kemerdekan Indonesia, Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi. Pameran berlangsung mulai 25 Juni hingga 15 Juli 2024 di Perpustakaan Kampus Terpadu UII.

Di hari pertama pembukaan pameran, peluncuran buku bejudul Negara, Media, dan Jurnalisme di Indonesia Pasca Orde Baru yang ditulis Prof. Masduki menjadi penyemarak milad ke 20 Prodi Ilmu Komunikasi. “Menjamboet Pengoekoehan Goeroe Besar Masduki& 20th Program Stoedi Ilmoe Komunikasi UII Jogjakarta” keterangan dalam poster bertema jadul itu.

“Sebetulnya saya tidak menulis sesuatu yang baru, ini merupakan tulisan kompilasi di Facebook, artikel ringan di koran, dan catatan-catatan pribadi selama 10 tahun terakhir. Saya tawarkan ke penerbit Kompas apakah ini bisa diterbitkan ternyata bisa dan saya tidak membayar apapun,” ujar Prof. Masduki.

Istilah Negara dalam judul buku tersebut mengacu pada posisinya yang diharapkan mempu melindungi pers, namun fenomena yang terjadi di Indonesia justru menjadi predator.

Pameran

Pameran Arsip Museum Pers, Foto: Siti Maisaroh Yurafida

Apa Kata Mereka?

“Kita bicara Yogyakarta, mestinya Yogya adalah miniature Indonesia dan disinilah program studi Ilmu Komunikasi memberikan warna dan harapannya kita terlibat dengan sejarah-sejarah aktivisme dan tentu saja intelektualitas yang bermuara pada spektrum pemberdayaan di bidang informasi dan komunikasi”

Iwan Awaluddin Yusuf, Ph.D – Kaprodi Ilmu Komunikasi

Saya gembira karena ini momentum yang luar biasa, momentum besar peluncuran buku yang melegitimasi bidangnya Mas Ading (Masduki) media dan jurnalisme. Kedua adalah pameran, dan yang ketiga bonusnya 20 tahun Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia. Tidak selalu mudah tapi harus ada yang melakukan, apa yang ditulis oleh Mas Ading yang terdokumentasikan melalui buku ini adalah bagian dari itu (perjuangan) bagaimana mengingatkan yang di atas (pemerintah). Ini peran aktivisme inteltualitas yang meng-atas tapi ada cara yang lain kalau belum berani ke atas ini cara aktivisme intelektual menyamping menyampaikan yang benar untuk mengedukasi khalayak publik yang sempat dibahas Mas Ading kebebasan akademik level ketiga sifatnya demokratik tidak utilitarianisme. Dan saat ini yang tampaknya menjadi barang mewah karena jarang sekali kita temui intelektual yang selain kaya gagasan juga berani melantangkan pesannya di ruang publik” 

Prof. Fathul Wahid – Rektor Universitas Islam Indonesia

“Dugaan saya buku ini menggunakan pendekatan kritis melihat posisi negara terhadap bagaimana media dan bagaimana jurnalis dihadapan negara dan diperlakukan oleh negara pasca orde baru”

Dr. Suparman Marzuki – Ketua Umum Pengurus Badan Wakaf UII

“Di jaman sekarang orang punya pandangan hidup, daya hidup, dan ilmuan yang hidup itu langka. Oleh karena itu saya datang untuk menghormati tiga hal itu. Yang sudah langka betul dan membosankan datang ke kampus-kampus yang penuh basa-basi di jaman ini keilmuannya penuh basa-basi dan hanya utilitarianisme dan science dan bagi saya tidak menghidupkan diri saya jadi saya memberi hormat atas pandangan hidup, daya hidup, dan ilmuan hidup. Kalau ngomong jurnalisme sebenarnya ada tiga hal yang paling dasar ada profesionalisme, supremasi hukum, dan demokrasi dan tiga itu juga berusaha dihidupi oleh seorang Masduki yang langka juga. Saya datang karena saya tahu menghidupi itu dalam pengertian jurnalisme ketiganya syarat mutlak itu juga tidak mudah”

Garin Nugroho – Sutradara Indonesia

“Berawal dari pertanyaan mengapa di Yogyakarta tidak ada museum pers, alih-alih berfikir bangunan museum yang kami rasa itu terlalu susah untuk mengelola sebuah bangunan museum maka kita melakukan kerja-kerja materi yang bisa kita kerjakan bersama akademisi (Prof. Masduki), rekan pers (Sinta Maharani), saya, dan Pitra Ayu. Kami memutuskan untuk mengajak Kedaulatan Rakyat karena satu-satunya media yang dari duku sampai saat ini masih eksis. Setelah diskusi kita mengambil tema transisi”

Anang Saptoto – Seniman dan Kurator Pameran

Orasi Kebudayaan

Menyambut milad ke-20 Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar Orasi Kebudayaan pada 3 Juli 2024 di Gedung Kuliah Umum. Menggandeng Prof. Heru Nugroho, tema Teknologi Digital dan Masa Depan Manusia diorasikan di hadapan tamu undangan serta mahasiswa.

Pesatnya perkembangan digital awalnya membuat manusia takjub karena berbagai kemudahan yang ditawarkan, namun lambat laun persoalan-persoalan muncul. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi UII, Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D. menyebutkan artificial intelligence atau AI bisa jadi melampaui kecerdasan manusia.

“Hari ini dilaksanakan Orasi Kebudayaan dengan tema Teknologi Digital dan Masa Depan Manusia, tema ini kami pilih karena tentu saja hari ini kita dihadapkan dengan berbagai macam ketakjuban atas perkembangan teknologi yang sedemikian pesat kecerdasan buatan misalnya, big data yang dalam beberapa waktu terakhir membuat kita terbelalak tapi diskusinya sudah bergeser berapa tahun lagi kita akan mengalami simularitas ketika kecerdasan buatan itu sudah melampaui kecerdasan manusia,” ucapnya membuka agenda siang itu.

Beranjak dari ketakjuban, antisipasi perlu dilakukan agar manusia tak tertipu dengan berbagai manipulasi yang dilakukan teknologi. Mengingat kasus-kasus judi online yang membelenggu dan belum teratasi di Indonesia.

“Bukan lagi takjub tapi kita sudah merasa terancam. Inilah titik mengapa kita harus mendiskusikan masalah-masalah seperti ini. Kita paham bahwa semaju apapun teknologi ada persoalan-persoalan yang harus kita antisipasi dan waspadai. Kita bicara soal berbagai macam kedigdayaan teknologi pada saat yang sama kita masih dalam tanda kurung diperbudak oleh teknologi judi online misalnya, pencurian data, netizen yang ganas bermedia sosial adalah bentuk-bentuk bagaimana kita sebenarnya masih terbelenggu dengan kehadiran teknologi,” tambahnya.

Pada kesempatan yang sama Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB), Dr. Phil. Qurotul Uyun, S.Psi., M.Si., Psikolog. juga menyebut bahwa tema dalam orasi kebudayaan tersebut sangat relevan dengan kondisi sosial yang terjadi saat ini.

“Saya kira ini tema yang sangat relevan sekali dengan keadaan sekarang. Kalau mahasiswa ini kebanyakan Generasi Z, anda lahir sudah melek teknologi tapi kita-kita yang di depan ini mengalami diawal komunikasi 20 tahun lalu tentu berbeda sekali dengan sekarang. Jadi isu-isu masa depan untuk teknologi ini saya kira sangat perlu kita perhatikan bersama. Seperti kita melihat teknologi itu baik tujuan awalnya untuk mempermudah pekerjaan kita bisa lebih efektif efisien, tapi tentu ada dampak negatifnya ada judi online dan sebagainya,” jelasnya.

Teknologi Digital dan Masa Depan Manusia

Prof. Heru Nugroho sebagai sosiolog sekaligus pengajar pada Kajian Budaya Media, menyampaikan perkembangan peradaban dengan mengacu pada The will to power (Nietzsche), The will to communicate (Moran), Knowledge and human interest (Habermas), Mode of production (Marx), Digital capitalism (van Dick).

“Tema ini sangat menarik karena ekosistem digital sudah menyatu dengan kehidupan sehari-hari. Ada di genggaman kita saya tertantang, saya mendapat inspirasi dari orang-orang yang ada disini,” jalasnya.

“Orang-orang ini telah menginspirasi ketika kita melihat perkembangan teknologi digital konkretnya gadget, tablet, IT alat-alat komunikasi, dan terakhir AI dan lain-lain seolah-olah membuat kita berubah. Manusia berubah, manusia harus menyesuaikan. Sebetulnya itu ciptaan manusia kalau dilihat inspirasi dari tulisan orang-orang ini sebetulnya AI atau robot itu kan merupakan karsa dari manusia, the will to power kehendak kuasa manusia. Bahkan kehendak kuasa terimplementasi di dalam the will to communicate kehendak untuk berkomunikasi.,” tambahnya,”

“Pengetahuan melahirkan teknologi, tapi sebetulnya teknologi tidak netral. Ada knowledge dan human interest. Ada tiga knowledge dan tiga interest. IT itu interest yang ketiga, interest yang engineering, interest untuk mengatasi masalah praktis,”

“Masalah praktis dalam komunikasi dulu adalah jarak, lalu bermacam-macam perkembangannya. Tapi ternyata IT, Information Technology Communication itu tidak berada di ruang hampa terpilin-pilin dengan realitas sosial, politik, ekonomi. Mark memberikan info kepada kita ternyata cara produksi menentukan cara orang berinteraksi bersosial berkomunikasi. Mark dengan filsafat matrelisnya mengatakan,”

“Kita memakai tekno realis, ia kritis tapi juga melihat masa depan teknologi itu perlu jadi kita sebagai juru damai. Atau kalau pakai istilah Marshall McLuhan pisau bermata dua. Kitak perlu ekstrim-ekstrim, karena kalau ekstrim nanti seperti kawan saya, tidak punya HP susah sekali menghubungi kan tetapi itu bagian dari perlawanan dia, saya tidak mau diatur oleh platform. Ya sudah, itu titik yang paling ekstrim,”

Dalam memecahkan masalah teknologi digital dan masa depan kemanusiaan, Prof. Heru Nugroho menyampaikan tiga tawaran solusi. Pertama, penguatan pemetaan dan strategi aksi kritis di luar jaringan. Critical mass yang dilakukan di luar ekosistem digital. Kedua, penguatan substansi demokrasi yang selaras dengan ekosistem digital. Terakhir, perguruan tinggi perlu mengambil jarak dan kembali pada Marwah produksi pengetahuan yang kritis dan emansipatif, jangan hanya menjadi administratif digital.

Lomba

Salah satu mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UII, Nandita Faiza meraih juara 2 dalam kompetisi Qiroatus Syi’ir tingkat nasional pada bulan Juni 2024.

Mahasiswa International Programme (IP) angkatan 2022 tersebut berkesempatan mengikuti kompetisi bertajuk Gelanggang Kreasi Dunia Arab Berprestasi (GRADASI) yang dihelat oleh UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Kompetisi yang dihelat selama empat hari sejak 10 Juni hingga 13 Juni 2024 itu bertujuan untuk menggali, mengembangkan, dan mengapresiasi bakat dan kemampuan mahasiswa dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan bahasa dan budaya Arab berskala nasional.

Qiroatus Syi’ir merupakan lomba puisi bahasa Arab yang masuk kategori seni dan sastra. Diikuti oleh 43 peserta dari berbagai provinsi membuat kompetisi semakin ketat. Meski awalnya sempat ragu, Nandita akhirnya mampu meraih juara 2.

“Lomba Qiroatus Syi’ir atau bisa dibilang Lomba Membaca Syi’ir Arab yang saya ikuti ini merupakan salah satu cabang lomba seni, meskipun begitu, kompetisi yang saya rasakan di sini amat terasa, terlihat dari semangat masing-masing peserta yang hadir dari berbagai daerah. Menurut saya, keberhasilan saya pada lomba ini tidak luput dari ilmu yang saya dapatkan sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi sekaligus santri dari Pondok Pesantren UII,” ujar Nandita.

Salah satu faktor paling penting dalam lomba Qiroatus Syi’ir ini adalah bagaimana menyampaikan makna dalam teks dengan ekspresi yang meyakinkan.

“Saya belajar bagaimana caranya supaya saya dapat menyampaikan makna yang terkandung dalam syi’ir melalui ekspresi, mimik, nada bicara dan gaya yang saya miliki sehingga berhasil menyentuh hati,” tambahnya.

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Ikut Lomba Qiroatus Syi’ir?

Praktisnya, mahasiswa Ilmu Komunikasi memang fokus belajar soal media, jurnalisme, dan PR. Lantas apakah kompetisi ini relate dengan bidang ilmu yang dipelajari?

Nandita mengakui jika ini menjadi tantangan bagi dirinya, selain fokus dengan ekspresi dalam pembacaan teks ia menyadari bahwa itu bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan.

“Para pendengar dan pemirsanya, termasuk dewan juri, panitia, dan juga semua hadirin yang ada di tempat yang bisa jadi tidak semua dari mereka memahami makna bahasa yang saya ucapkan,” ujarnya lagi.

Menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi, salah satu mata kuliah yang membawanya mengubah cara berfikir dalam membaca teks adalah tentang ilmu semiotik. Ilmu ini mempelajari mitos dan metafora termasuk tanda, kode, dan makna.

Sehingga hal-hal detail cukup menjadi perhatian bagi Nandita, termasuk kostum yang ia kenakan dalam kompetisi tersebut.

“Pada saat persiapan, saya fokus pada beberapa aspek mulai dari pelafalan, kelancaran, hingga pakaian yang saya gunakan nanti sehingga dapat menggambarkan apa yang terkandung dalam isi Syi’ir yang saya bawa, mungkin terlihat sepele tapi ternyata untuk sampai bisa memikirkan hal sedetail itu perlu yang namanya ilmu dan saya merasa bisa sampai di titik yang memikirkan hal itu setelah mempelajari ilmu semiotik yang saya dapatkan pelajarannya di Ilmu Komunikasi, yang kemudian mengubah pandangan saya dan membuat saya lebih kritis dalam memaknai setiap hal yang saya lihat,” tandasnya.

Research Day

Pertama kalinya research day diselenggarakan oleh Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) pada 2 Juli 2024. Agenda ini menjadi rangkaian Milad ke-20 yang diinisiasi oleh para dosen.

Tema dalam research day seri pertama adalah Komunikasi dan Media dalam Berbagai Perspektif mempresentasikan 16 judul riset oleh 16 dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII yang dibagi menjadi 5 panel dengan klaster-klaster tertentu.

Secara umum research day merupakan momen bagi para akademisi untuk mempresentasikan riset atau penelitian yang telah dilakukan kepada publik. Tradisi ini juga menjadi ajang desiminasi karya dalam konteks ilmiah.

Kaprodi Ilmu Komunikasi UII, Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D. menyampaikan urgensi mengapa research day mulai dilakukan di tahun ini.

“Berangkat dari kegelisahan riset sering dianggap sebelah mata, dana mengalami pemangkasan, hal ini menjadi satu problem menghambat inovasi. Sementara riset menjadi indikator kemajuan bangsa,” ucapnya membuka agenda tersebut.

Deretan judul artikel yang dipresentasikan merupakan hasil riset yang dilakukan satu tahun terakhir oleh para dosen. Beberapa judul telah dipublikasikan pada jurnal nasional dan internasional.

“Program studi kita berkomitmen untuk melakukan ini karena pada dasarnya setiap tahun bapak ibu dosen selalu melakukan riset, kami mengalokasikan anggaran khusus untuk riset. Insya Allah semua dosen termasuk yang sedang melakukan studi di luar negeri maupun di dalam negeri itu disupport oleh Prodi dan universitas,” tambahnya.

Deretan Judul Riset

Panel 1 “Manajemen Komunikasi Organisasi”

“Basisnya pemberdayaan masyarakat jadi dikelola oleh Pok Darwis setempat. Sebagai desa pintar bisa mengangkat potensi desa yang mereka miliki mungkin masyarakat awam melihatnya desa dengan Lokasi pegunungan yang tandus tetapi bisa menjadi desa yang smart bisa memberdayakan masyarakat dan meningkatkan kehidupan,” Puji Hariyanti, S.Sos., M.I.Kom.

  1. Strategi Visual untuk Menyampaikan Citra Profesional Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Melalui Teknik Videografi (Studi Kasus PT. Petrokimia Gresik) – Anggi Arifudin Setiadi, S.I.Kom., M.I.Kom.
  2. Promosi Perguruaan Tinggi di Masa Pandemi: Konten Analisis pada Media Sosial Perguruan Tinggi Islam Terbaik di Indonesia – Nadia Wasta Utami, S.I.Kom, M.A.
  3. Analisis Implementasi desa Pintar dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Srimulyo Piyungan Bantul – Puji Hariyanti, S.Sos., M.I.Kom
  4. Manajemen Redaksi Media Sepakbola Nasional Timnas.co dalam Upaya Menarik Minat Pembaca – Narayana Mahendra Prastya, S.Sos, M.A

Panel 2 “Jurnalistik: Dari Sejarah, Regulasi, hingga Praktik Kultural”

“Bagaimana membingkai hasil wawancara dengan perspektif politik budaya, jadi itu akar nuansa mengapa saya melakukan riset ini. Tahun 1960an ada pergeseran dalam ilmu sosial yang disebut sebagai culture turn, kalau kita riset bisa memahami fenomena di lapangan baru ditarik ke sana,” Puji Rianto, S.IP., M.A.

Memahami fenomena sosial dengan

  1. Melawan Narasi Peta Propaganda: Praktik Kartografi Jurnalistik di Surat Kabar Pewarta Deli, 1935-1940 – Holy Rafika Dhona, S.I.Kom., M.A.
  2. Dewan Pers dan Kebebasan Pers di Indonesia – Prof. Dr. rer. soc. Masduki, S.Ag., M.Si., MA
  3. Praktik Jurnalisme di Indonesia dalam Perspektif Budaya: Studi Kasus Kedaulatan Rakyat – Puji Rianto, S.IP., MA

Panel 3 “Komunikasi dalam Konteks Digital”

“TikTok tidak hanya sekedar media sosial namun terdapat teks yang kompleks dan memetics. Selain memediasi dan memfasilitasi produksi video pendek, tetapi TikTok juga telah menjadi budaya. Sementara unggahan video di platform tersebut perharinya mencapai 35 milion menjadi kajian yang komprehensif,” Sumekar Tanjung, S.Sos., M.A.

  1. Persepsi Pemilih Muda tentang Kritik Sosial pada Internet Meme Politik Calon Presiden dan Wakil Presiden 2024 – Ratna Permata Sari, S.I.Kom., M.A.
  2. Contestating Global Forces Through Cultural Hybridisation: Javanese Cover Versions of Western Songs on YouTube – Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D
  3. Meme dan Konstruksi Budaya TikTok – Sumekar Tanjung, S.Sos., M.A.
  4. Model Perilaku Generasi Zoomers dalam Pencarian dan Penggunaan Informasi Kesehatan di Media Sosial – dr. Subhan Afifi, S.Sos., M.Si.

Panel 4 “Pemberdayaan Komunitas dan Aktivisme Media”

“Banyak murid cemerlang itu perempuan, sama-sama memasuki dunia kerja. Tetapi setelah memasuki dunia kerja kondisinya sangat sedikit yang memiliki capaian karier yang tertinggi. Pada intinya riset ini berbicara tentang bagaimana pencapaian karier ibu dengan aktivisme disekitar isu itu,” Dian Dwi Anisa, S.Pd., M.A.

  1. Aktivisme Digital Kelompok Ibu-Mahasiswa – Dian Dwi Anisa, S.Pd., M.A.
  2. Optimasi YouTube Sebagai Media Komunitas Warga Sleman – Dr. Herman Felani Tandjung, S.S., M.A.
  3. Dari Sanggar ke Kolektif: Menelusuri Trajektori Konsep Komunitas Film di Indonesia – Dr. Zaki Habibi, S.IP., M.Comms.

Panel 5 “Media dan Komunikasi Lingkungan”

“Masyarakat yang baru saja mengalami bencana biasanya akan terlibat dalam tiga proses ini yang pertama semiotic contestation atau struggle of interpretation perjuangan untuk memaknai. Kedua semiotic rejuvenation baigamana makna-makna dibakukan didisiplinkan sehingga ada makna Tunggal atau grand narrative disaster. Yang terakhir grand narrative akan mengalami kontestasi lebih lanjut hanya saja lebih halus dan tak terlihat yang disebut smooth and invisible semiotic,” Muzayin Nazaruddin, S.Sos. MA.

  1. Dinamika Komunikasi Kelompok Kerja Destana Lereng Merapi dalam Mitigasi Bencana Erupsi di Kabupaten Sleman – Anang Hermawan, S.Sos., MA.
  2. Consuming Disaster? A Semiotics Analysis of Tourists, Perceptions and Interpretations of The Disaster Tourism Sites – Muzayin Nazaruddin, S.Sos. MA.
  3. Reception Analysis of Gender-Based Violence Victim in White Underbelly YouTube Channel – Ida Nuraini Dewi K. N, S.I.Kom., MA.

Selain agar tak berhenti dalam laporan administrasi dan publikasi yang belum tentu diakses oleh mahasiswa. Dengan dilakukannya research day harapannya mahasiswa yang akan melakukan tugas akhir akan mendapatkan beragam perspektif dan tentunya menunjang proses akademik lebih efektif.