Demokrasi
Reading Time: 3 minutes

Universitas Islam Indonesia (UII) bersama Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Republik Indonesia (RI) menandatangani Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerja Sama pada Jumat, 26 April 2024, di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito UII.

Secara umum, nota kesepahaman tersebut melingkupi bidang pendidikan dan penyuluhan HAM, bidang pengkajian dan penelitian HAM, bidang pengabdian masyarakat, serta bidang-bidang lainnya yang dapat dilakukan bersama.

Setelah Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. dan Ketua Komnas HAM RI, Dr. Atnike Nova Sigiro, M.Sc meneken nota kesepahaman, acara dilanjutkan dengan diskusi panel bertajuk Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi di Negara Demokrasi.

Fathul Wahid menegaskan pentingnya isu tersebut, mulai dari fakta-fakta yang terjadi di lapangan hingga tekanan dan ancaman yang dialami oleh sejumlah jurnalis dalam menjalankan tugasnya.

“Banyak alasan dan fakta di lapangan berbicara ternyata kebebasan berpendapat dan berekspresi di banyak pojok itu merupakan barang mewah dan bukan tanpa risiko dan kita punya beberapa saksi,” ujarnya.

“Kebebasan berpendapat seorang jurnalis dituntut karena sebuah berita oleh pemerintah provinsi senilai Rp700 miliar. Ternyata kebebasan berpendapat itu tidak sesuatu yang bisa kita nikmati begitu saja. Kita berharap di negara demokrasi kebebasan itu terjamin, di Indonesia dijamin konstitusi tapi pelaksanaanya bisa jadi agak berbeda,” tambahnya memberikan contoh kasus.

Atnike Nova Sigiro dalam sambutannya juga menyebut selain “melanjutkan kolaborasi yang selama ini dilakukan antara UII dengan Komnas HAM” ia juga menggarisbawahi terkait hak atas kebebasan berekspresi dan berpendapat adalah syarat mutlak untuk pengembangan diri warga negara.

Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi di Negara Demokrasi

Diskusi panel tersebut menghadirkan lima pakar antara lain Dr. Herlambang P. Wiratraman, S.H., M.A. (Kaukus Indonesia untuk Kebebasan Akademik); Dr. Abdul Haris Semendawai, S.H., LL.M. (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia RI); Prof. Dr.rer.soc. Masduki, S.Ag., M.Si. (Ilmu Komunikasi UII dan Forum Cik di Tiro); Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si. (Fakultas Hukum UII dan PYBW UII); dan Fatia Maulidiyanti (International Federation for Human Rights).

Diskusi dibuka oleh Dr. Herlambang P. Wirataman, S.H., M.A. yang membahas detail terkait kebebasan akademik. Berdasarkan temuan-temuan risetnya, sejak tahun 2015 kondisi di Indonesia tidak baik-baik saja.

Sementara baru-baru ini menjelang pesta demokrasi di Indonesia, deretan rektor di perguruan tingga dipaksa menyuarakan citra positif untuk kepentiang politik tertentu.

“Model baru otoritarianisme memanfaatkan informasi sebagai alat manipulasi itu pararel dengan temuan saya memperlihatkan bahwa kebebasan akademik mendapat serangan-serangan itu dan dianggap narasi-narasi yang muncul adalah narasi yang sebenarnya dominan tapi represif seperti hal yang dimaklumkan,” jelasnya.

“Peristiwa menjelang pemilu misalnya ketika rektor-rektor ditekan untuk mendapatkan citra positif Jokowi itu dianggap biasa saja. Padahal itu serangan yang paling memalukan,” tambahnya.

Menurutnya, gerakan kebebasan akademik sangat penting dilakukan demi mengawal perlawanan hukum dan konstitusional.

“Sehingga gerakan kebebasan akademik dan solidaritasnya harus dikuatkan agar pencerdasan kewargaan tumbuh dan dapat menjaga negara hukum demokratis dengan mengawal perlawanan hukum dan konstitusional,” tandasnya.

Temuan tersebut sejalan dengan data yang ditemukan oleh Prof. Dr.rer.soc. Masduki, S.Ag., M.Si. yang kini tengah sibuk menjadi pengajar di Prodi Ilmu Komunikasi UII. Beliau menegaskan soal kebebasan berekspresi dan kebebasan pers merupakan bagian tak terpisahkan.

“Antara kebebasan berkespresi dan kebebasan pers sebetulnya dua sisi mata uang. Jika kita merujuk banyak scholar bahwa kebebasan berekspresi tidak akan terjadi jika tidak ada kebebasan pers,” jelasnya.

Sulitnya situasi yang terjadi di Indonesia terjadi karena demokrasi yang buruk. Masduki menyebut pers saat ini berbasis internet tidak cukup bebas, kebebasan tersebut adalah mitos. Karena faktanya Indonesia adalah kategori partly free dalam penggunaan internet.

“Indonesia juga bukan termasuk negara yang free, orang bebas menyampaikan apapun di internet kan tidak. Kita dimasukkan dalam kategori partly free. Negara-negara yang free pasti dengan sistem demokrasi yang baik,” tambahnya.

Tak hanya di internet, tekanan-tekanan juga dilakukan dengan kalimat-kalimat represif. Hal ini terjadi pada hajatan besar pesta politik dI mana akademisi di perguruan tinggi negeri dipaksa bungkam atas dasar netralitas.

“Ada penggunaan bahasa yang sangat represif terhadap teman-teman akademisi terutama di perguruan tinggi negeri. Jadi saya mengajak banyak sekali kawan di PTN untuk menyuarakan kritik terhadap politik dinasti misalnya tetapi kemudian mereka tersandera dengan kalimat ‘yang namanya ASN ini harus netral’. Jadi ada diksi netralitas kalau merujuk Pierre Bourdieu bahasa itu sebagai alat control atas kebebasan berpikir,” pungkasnya.

Diskusi lengkap dapat disaksikan melalui kanal YouTube brikut:

https://www.youtube.com/watch?v=HZKs5j0AB-E

Riset
Reading Time: 2 minutes

Ilmu Komunikasi merupakan jurusan yang cukup populer di Indonesia, hal ini terbukti dari jumlah peminat pada Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2024. Data yang disebutkan oleh Databoks Katadata menempatkan jurusan Ilmu Komunikasi pada deretan tiga teratas dengan persaingan ketat di beberapa universitas.

Popularitas ini ternyata tak cukup imbang dengan ragam riset dari jurusan Ilmu Komunikasi. Salah satu konten reel Instagram milik Alwi Johan Yogatama atau @alwijo yang diunggah pada 22 Maret 2024 mendapat respons masif dari netizen.

Konten tanya jawab judul skripsi pada momen wisuda salah satu universitas ternama di Jawa Barat itu seolah mewakili riset-riset jurusan Ilmu Komunikasi, Jurnalistik, dan Media yang cenderung itu-itu saja.

Video yang telah ditonton lebih dari 900 ribu pengguna Instagram tersebut menuai komentar bernada negatif. Sebagain besar menilai jika judul tersebut terlalu mudah dan tidak berbobot.

“Pada gak berbobot ya skripsinya, Mahal2 biaya kuliah, skripsi unfaedah,” tulis akun @aa.irone.

“kok judul skripsi org kykny gmpg bgt yah,” tambah akun @diki_latu_har_hari.

“Hhmmm… Bangga kah bikin skripsi judul kek gituaan,” seru akun @kamakafi_patria.

Kelima mahasiswa dalam mahasiswa itu menyebutkan judul skripsinya adalah representasi dari sebuah film. Mulai dari anime One Piece hingga film Ngeri-ngeri Sedap yang sempat trending beberapa tahun lalu.

https://www.instagram.com/reel/C4zmeCUPDuF/?utm_source=ig_web_copy_link&igsh=MzRlODBiNWFlZA==

Merujuk pada riset The Dark Side of Communication Studies in Higher Education of Indonesia yang ditulis oleh Prof Masduki, dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) pada jurnal ASPIKOM menunjukkan iklim akademik Ilmu Komunikasi di Indonesia selama 20 tahun terakhir stagnan. Runtuhnya sistem politik otoriter Orde baru 1998 tak mengubah iklim akademik menjadi lebih bebas. Sementara inovasi cukup terbatas yakni hanya pada kurikulum atau mata kuliah tertentu.

Riset kualitatif yang dilakukan oleh 60 anggota ASPIKOM menunjukkan tiga kecenderungan antara lain pilihan minat, pilihan nomenklatur program studi atau jurusan, dan fakultas yang menaungi bidang ilmu komunikasi. Paling populer dan diminati adalah Ilmu Komunikasi yang bersifat umum dan holistik, Jurnalistik, dan Hubungan Masyarakat. Sementara riset dan minat di luar ketiganya bercorak kritis tampak rendah.

Tawaran Solusi untuk Riset Komunikasi

Menghadapi iklim akademik dan riset yang disebut itu-itu saja, Holy Rafika Dhona, S.I.Kom, M.A., salah satu dosen Ilmu Komunikasi UII menawarkan solusi yang menarik.

Artikel terbarunya yang berjudul Studi Media dan Komunikasi di Indonesia Stagnan: Perlu Pendekatan Baru pada laman The Conversation menyebut penyebab stagnansi riset komunikasi adalah liberalisasi pada tata kelola universitas. Selama ini pengetahuan komunikasi diartikan sebagai transmisi pesan dan terpusat dalam media sehingga yang dipelajari hal itu-itu saja.

Solusi yang ditawarkan agar riset komunikasi lebih beragam yakni dengan pendekatan materialis. Salah satu profesor komunikasi dari Universitas Grenoble, Prancis yakni Yves De La haye menjelaskan bahwa pendekatan ini sebagai kritik atas pandangan transmisi informasi. Komunikasi dan media tak sekadar transmisi informasi tetapi semua hal termasuk komoditas, orang, hingga ide.

Holy menyebut dengan pendekatan materialis mahasiswa dapat menangkap masalah secara riil dalam msayarakat.

Hal itu dilakukan dengan memperluas area penelitiannya pada subjek-subjek yang diabaikan dalam studi komunikasi selama ini, misalnya pedagang sayur (yang memobilisasi komoditas sayur dari desa ke kota), pedagang jajanan di sekolah-sekolah, petani, nelayan dan seterusnya.

Ia memberi contoh soal branding dalam komunikasi pariwisata, sebut saja fenomena ziarah wali dalam masyarakat Indonesia. Branding selalu mengasumsikan wisata modern dan teknologi, sementara ziarah wali terjadi karena budaya lokal. Dengan pendekatan materialis, fokus dapat dialihkan pada bunga tabur sebagai komoditas ekonomi antara pedagang kecil di tempat zirah hingga medium sakralitas.

Argumen soal pendekatan materialis dalam studi komunikasi tidak hanya menghasilkan keragaman dalam bidang riset tetapi juga sebagai jawaban mengenai fenomena komunikasi dan media bukanlah kepura-puraan yang dilontarkan James W. Carey.

Artikel selengkapnya dapat diakses pada laman berikut:

https://theconversation.com/studi-media-dan-komunikasi-di-indonesia-stagnan-perlu-pendekatan-baru-227325?utm_source=whatsapp&utm_medium=bylinewhatsappbutton

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Visual data
Reading Time: 2 minutes

Kelas Big Data Analytics and AI pada Kamis, 25 April 2024 cukup berbeda dari biasanya. Pasalnya kelas yang biasa diampu oleh salah satu dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Ratna Permata Sari, S.I.Kom, M.A, sementara diambil alih oleh Prof. Fathul Wahid, ST., M.Sc., Ph.D.

Prof. Fathul Wahid, ST., M.Sc., Ph.D adalah Rektor UII yang memiliki latar belakang keilmuan Sistem dan Teknologi Informasi. Beliau menguasai berbagai bidang termasuk mata kuliah Big Data Analytics and AI.

Dalam kesempatan itu Pak Rektor menyampaikan materi terkait Visualisasi Data kepada 44 mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi di Ruang Audio Visual.

Visualisasi Data umumnya disampaikan secara detail dalam satu semester, namun Pak Rektor meringkasnya secara padat dalam satu pertemuan 3 SKS. Salah satu poin yang mencuri perhatian siang itu terkait dengan kecohan dalam visual data.

Kecohan dalam visual data ditampilkan dengan berbagai trik agar menciptakan impresi dan persepsi berbeda. Pak Rektor menyebut kecohan ini sering dilakukan oleh media untuk tujuan tertentu.

“Banyak data di media ditampilkan dengan cara mungkin tidak salah, tapi paling tidak memberikan impresi yang bisa salah,” ujar Pak Rektor.

Pada awal pembukaan materi Pak Rektor menampilkan peta dunia, bagaimana lanskap yang selama ini diimani oleh banyak pihak ternyata tak selalu benar. Dalam peta Greenland nampak lebih luas daripada Australia namun faktanya luas Australia tiga kali lebih besar dari Greenland.

Tak hanya itu beberapa angka presentase juga bisa ditampilkan dengan berbagai bentuk diagram agar persepsi pembaca menjadi berbeda.

“Data yang sama bisa ditampilkan dengan berbeda untuk impresi yang beda. Visualisasi kalau salah tidak selalu menghantarkan pesan yang diinginkan,” tambahnya.

Tak hanya menguasai soal materi tersebut, Pak rektor ternyata juga jago dalam mendesain poster dengan cukup sederhana. Pihaknya memanfaatkan Power Point untuk menghasilkan desain yang menarik.

Skill dan pengetahuan soal Visualisasi Data ini sangat penting bagi lulusan Ilmu Komunikasi, karena berfungsi sebagai to communicate, transform data into information, to show evidence.

Pada akhir presentasi Pak Rektor menyampaikan beberapa tips bagi mahasiswa ketika membuat data visual. Pertama penting bagi penulis atau desainer agar tidak melawan convensi, tidak menampilkan data secara berlebihan agar tak menganggu fokus pembaca, dan memprioritaskan data yang paling penting dan menarik.

Kabar menariknya, Pak Rektor akan kembali mengisi pada mata kuliah ini dalam skala kelas yang lebih besar. Kelas tersebut merupakan program team teaching bersama dosen Ilmu Komunikasi UII, Ratna Permata Sari, S.I.Kom, M.A,. Bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi UII yang mengambil mata kuliah Big Data Analytics and AI masih ada kesempatan untuk bergabung. Tunggu informasi selanjutnya ya Comms.

Jurnal
Reading Time: < 1 minute

Artikel ilmiah berjudul Islamic communication as an invention of modernwestern knowledge: critical analysis toward Islamic communication in Indonesia yang ditulis oleh Holy Rafika Dhona, S.I.Kom, M.A, salah satu dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) telah terbit pada Asian Journal Communication pada 23 Februari 2024.

Gagasan pada artikel tersebut mempertanyakan komunikasi Islam berakar secara murni pada agama itu sendiri. Dalam proses risetnya, penulis menganalisis wacana-wacana yang menghasilkan pengetahuan komunikasi Islam dengan metode arkeologi Foucaldian.

Argumen yang tertulis dalam artikel menyebutkan tradisi komunikasi Islam adalah produk dari wacana developmentalisme modern yang mendominasi di era Orde Baru (1966-1998). Sehingga mengakibatkan tradisi komunikasi Islam di Indonesia saat ini tidak mampu memberikan perspektif alternatif dalam studi komunikasi yang lebih luas.

Berdasarkan hasil risetnya, penulis menjelaskan wacana komunikasi Islam di Indonesia telah mengalami penafsiran, praktik, dan pelembagaan yang berbeda-beda, praktik, dan pelembagaan yang berbeda, sehingga menghasilkan empat tradisi yang berbeda: Islam sebagai konteks budaya komunikasi; komunikasi dakwah; Komunikasi Islam; dan komunikasi profetik.

Beberapa solusi yang ditawarkan untuk melihat kembali sejarah komunikasi Islam dalam konteks lokal tertentu dan menggunakan wacana Islam sebagai kritik terhadap segala bentuk dominasi, termasuk dominasi pengetahuan yang diistilahkan dengan Islam.

Penulis:

Holy Rafika Dhona merupakan dosen Prodi Ilmu Komunikasi yang fokus dengan klaster riset communication geography, geomedia, communication history, Foucaultian Discourse, dan matrealist approach on Communication.

Asian Journal of Communication – Routledge Taylor & Group

https://doi.org/10.1080//1080/01292986.2024.230902

Film
Reading Time: 2 minutes

Film dokumenter garapan Laboran Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia berhasil lolos sebagai nominasi Megacities ShortDocs Festival di Paris, Perancis. Hope from the Edge of Town berhasil masuk dalam nominasi Best ShortDoc pada Edition 9 Selection tahun 2024.

Digawangi oleh M Iskandar, film dokumenter ini merekam soal isu lingkungan abrasi akibat perubahan iklim pantai utara Jawa. Laboran Prodi Ilmu Komunikasi itu memulai riset pada pertengahan 2023,

“Riset sudah dimulai dari pertengahan 2023 berupa penelusuran dokumen dan artikel dalam rangka mengumpulan informasi terkait isu dampak abrasi dan perubahan iklim pantai utara Jawa,” ujarnya.

Ia akhirnya bertemu beberapa subjek yang melakukan inisiatif upaya pelestarian hutan mangrove. Salah satu sosok tersebut adalah Zayid yang tergabung dalam komunitas Camar di Tambakrejo, Kecamatan Tanjung Mas, Semarang Utara.

“Riset berlanjut pada penelusuran cerita pada subjek yang berupaya menanggulangi kondisi situasi yang terdampak dengan inisiatif mereka, akhirnya ada dua pihak yang kami survei, pertama Kyai mangrove di Kawasan Pantai Mangkang Semarang, kedua sekelompok warga yang menakam dirinya Camar di kampung Tambakrejo Semarang Utara secara konsisten melakukan penanaman mangrove sejak 10 tahun lalu,” tambahnya lagi.

Sejak tahun 2023 beberapa dosen dan laboran Prodi Ilmu Komunikasi UII telah melakukan pengabdian dan pemberdayaan di sekitar Pantai Utara jawa, hal ini membawa M Iskandar consent terhadap isu abrasi yang terjadi karena perubahan iklim.

Lokasi Tambakrejo yang masuk dalam jajaran kota di Semarang Utara yang memiliki banyak tantangan dan ketimpangan baik lingkungan dan sosial.

“Ini menjadi perhatian dan consent saya dan bagian kepedulian saya pada kondisi alam Indonesia terutama pada dampak situasi global. Ternyata sudah ada dan harus disikapi. Melalui film ini saya ingin memberikan refleksi atas pengalaman kita bisa hidup untuk menghadapi situasi alam yang berubah belajar dari subjek, ini proses berbagai pandangan, pengetahuan, sikap yang perlu kita pelajari,” ujarnya.

Salah satu kru dalam pembuatan film Hope from the Edge of Town yakni Bayu Prabowo membagikan pengalamannya pada produksi selama dua bulan terakhir. Ia fokus pada perekaman suara di lokasi pengambilan film dokumenter.

“Proses produksi kurang lebih dua bulan namun sebelumnya sudah lakukan riset. Ada pengalaman menarik soal produksi kemarin, saya fokus perekaman suara sekitar seperti bunyi kapal, langkah kaki, kicauan dan gerak gerik burung di hutan, serta gemericik air,” ujar Bayu Prabowo.

“Kisah ini penting untuk diangkat karena kehidupan di pinggir kota begitu jelas ketimpangannya bisa dilihat dari dampak alamnya. Semoga pemerintah lebih memperhatikan isu sosial dan lingkungannya,” tambahnya.

Sebagai produser, Gunawan berharap mendapat banyak kesempatan untuk berdialog dengan para penonton. Dialog-dialog ini bisa dilakukan melalu berbagai festival, salah satunya Megacities ShortDocs Film Festival yang akan digelar pada Mei 2024 di Paris, Perancis.

Tercatat sejak tahun 2014 setidaknya lebih dari 1.000 film telah terdaftar dalam Megacities ShortDocs Film Festival. Film-film tersebut mengangkat isu-isu seputar kota besar di seluruh dunia dan bertujuan untuk menciptakan kota yang lebih layak huni. Kota-kota besar adalah tempat yang penuh dengan peluang, tetapi juga memiliki banyak tantangan.

“Setiap festival memiliki kriteria dan standar terhadap film-film yang layak pada festival mereka. Festival ini fokus pada cerita-cerita yang mengungkap inisiatif-inisiatif warga dalam menyikapi situasi lingkungan dan tantangan di kota besar. Film yang dipilih yang memiliki kekuatan mengungkapkan solusi yang diberikan,” tandasnya.

Setelah itu nantinya film ini akan dipublish pada kanal YouTube Ikonisia TV karena masuk dalam program rutin Prodi Ilmu Komunikasi UII.

 

Himakom
Reading Time: 2 minutes

Fikra Humam Mumbaits mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2021 terpilih sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjend) Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Himakom) UII pada pemilihan umum yang digelar pada 26 Maret 2024.

Dirinya menang telak atas perolehan suara dari lawannya Muhammad Kahfi Rizki. Tercatat Fikra raih 117 suara, sementara Kahfi berhenti diangka 45 suara. Kemenangan ini tentu menjadi harapan besar bagi seluruh mahasiswa Ilmu Komunikasi UII untuk menjadikan Himakom sebagai organisasi yang mencerahkan.

Dalam sesi wawancara yang dilakukan tim media sosial dan website Prodi Ilmu Komunikasi, Fikra menyebut akan memperbaiki beberapa kesalahan dan kekurangan dari Himakom sebelumnya. Lantas apa saja yang akan dilakukan Fikra?

Visi Setelah Menjadi Sekjend Himakom

Visi misi saya, visi dulu ya menjadikan Himakom sebagai wadah mahasiswa Komunikasi paling efektif, komunikatif, dan tentunya produktif.

Rencana Mengoptimalkan Peran Komunitas

Lalu untuk mendukung visi itu saya memiliki misi yang pertama mengoptimalkan kembali peran komunitas sebagai wadah dalam mengembangkan minat dan bakat mahasiswa Ilmu Komunikasi. lalu mengembangkan kepedulian sosial dan tanggung jawab mahasiswa Ilmu Komunikasi terhadap masyarakat melalui program-program pengabdian dan sosial. Terakhir mengoptimalkan kinerja Himakom dengan menerapkan budaya aktif, sistematis, dan evalutif.

Temuan Peran Himakom Belum Efektif dan Tidak Maksimal

Saya membuat visi misi itu jujur karena di Himakom itu ada tiga komisi. Saya membuat sesuai tiga komisi itu ketika nanti dijalankan akan lebih mudah. Lalu permasalahan kemarin yang sudah saya dapatkan saya sempat sebelum pemilihan itu menghubungi ketua dua komunitas, saya dapat info komunitas tidak jalan mungkin jalan tapi tidak efektif. Saya cari kenapa alasannya tidak bisa efektif bahkan ada beberapa proker komunitas yang tidak jalan karena permasalahannya itu adanya kekurangan kuantitas SDM di Himakom, jadi kita punya lima komunitas ternyata hanya memiliki 3 anggota PSDM Dimana anggota itu mengurus komunitas satu orang satu komunitas jadi sebagai penjembatan antara komunitas dengan Himakom.

Berusaha Meperbaiki Kuantitas dan Kualitas Himakom

Mungkin di periode saya akan mencoba memperbaiki kuantitas dan kualitasnya namun jika kita tidak mendapatkan lima orang (koordinator komunitas), hanya mendapatkan tiga orang maka kita akan berusaha memperbaiki kualitas dari PSDM itu sendiri.

Lebih Dekat Dengan Mahasiswa

Lalu permasalahan yang saya temukan adalah Himakom yang kurang approach, bahkan banyak mahasiswa Ilmu Komunikasi (maba) kurang tahu bahkan ig komunikasi saja mereka enggak tahu. Ada kebingungan mungkin. Nah hal-hal kecil seperti itu yang tidak diperhatikan. Minatnya kurang, mereka tidak tahu. Mungkin itu yang nanti akan kita approach sama teman-teman anggota Himakom.

Rencana dalam bidang akademik

Kalau hal-hal akaemis kita akan terjun, terkait masalah KRS dan masalah-masalah umum.

Itulah beberapa rencana yang akan dilakukan Fikra bersama jajarannya nanti Comms, kita tunggu kabar baiknya ya.

Film songket
Reading Time: 2 minutes

Film dokumentar karya salah satu dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII, Dr. Herman Felani, terpilih dalan Program Akuisisi pengetahuan Lokal Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) periode 1 tahun 2024.

Berjudul “Lahir (kembali) dari Kepunahan” film ini berkisah tentang Songket Canduang dari Agam Sumatera Barat yang pernah berjaya pada tahun 1930 dan mulai punah. Namun kini tengah diupayakan untuh hidup kembali oleh Nanda Wirawan dan Iswandi.

Menurut Dr. Herman Felani kain tenun Minangkabau ini sempat punah pada masa kolonialisme Belanda dan Jepang. Awalnya Songket Canduang dikembangkan di kaki Gunung Marapi oleh ulama Padri.

“Songket Canduang dari Agam Sumatera Barat yang dulu pernah jaya di tahun 1930an punah karena kolonialisme Belanda dan Jepang. Dulu dikembangkan di kaki Gunung Marapi di basis ulama Padri,” ujarnya.

Mengutip dari Republika, Canduang dikembangkan oleh istri Syekh Achmad Thaher yakni pendiri Pondok Pesantren Miftahul Ulumi Syari’ah (MUS). Tahun 1930an, songket ini diproduksi oleh perempuan disana. Dan benar-benar berhenti berproduksi pada tahun 1945, karena tak ada keturunan yang melanjutkannya.

“Songket ini dihidupkan kembali dari kematiannya oleh dua orang seniman Sumatera Barat Kak Nanda Wirawan dan Uda Iswandi yang terinspirasi dari orang tuanya yang merupakan tokoh budaya dan dari koleksi songket keluarga yang masih tersisa,” ujar Herman.

Film ini layak diproduksi karena hendak menunjukkan upaya dan pengorbanan yang dilakukan seniman-seniman tersebut. “Mereka rela pindah dari kota Padang ke pedesaan di wilayah Canduang. Demi meneliti dan menghasilkan kembali songket khas Canduang yang memiliki makna dan simbol harmonisme agama, alam, adat dan lingkungan,” tambahnya lagi.

Jika pada masa awal pembuatannya Songket Canduang diproduksi untuk diperjualbelikan, kini proses menghidupkan kembali terus dilakukan. Keduanya aktif memamerkan motif-motif tersebut pada event budaya dan hanya bisa dipesan bagi kolektor. Produksi tak bisa dilakukan secara masal karena keterbatasn biaya dan pengrajin.

Produksi film ini dilakukan bersama laboran dan beberapa alumni ini merupakan program rutin karya kreatif dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII.

Sebagai informasi Program Akuisisi Pengetahuan Lokal merupakan kegiatan yang dilakukan BRIN untuk mendapatkan dan mendokumentasikan berbagai konten pengetahuan lokal dalam bentuk buku dan audiovisual. Karya-karya yang terpilih akan disebarluaskan dan menjadi sumber literasi yang terbuka untuk diakses dan dimanfaatkan masyarakat.

MoU
Reading Time: 2 minutes

Program Studi Ilmu Komunikasi UII melakukan penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Sekolah Al Azhar Cairo Yogyakarta.  MoU tersebut berisi kesepakatan terkait kerja sama dan rencana program kedua lembaga. Kerja sama ini meliputi berbagai hal terkait pemagangan mahasiswa, program-program pemberdayaan para dosen hingga tindak lanjut proses rekrutmen.

Pendatanganan MoU dilakukan oleh Ketua Prodi Ilmu Komunikasi, Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D bersama Atin Saraswati, Kepala Humas dari pihak Sekolah Al Azhar Cairo pada Rabu, 27 Maret 2024.

“Skill yang dimiliki lulusan Ilmu Komunikasi yang sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan. Ini diperlukan karena orang-orang di bidang Ilkom saat ini unggul dalam dunia digital yang semakin kompetitif dan kreatif, SDMnya harus tahu tren,” jelas Atin Saraswati, Humas Sekolah Al Azhar Cairo.

Tak hanya untuk mahasiswa, kerja sama ini juga akan meliputi program-program pemberdayaan dari para dosen dari Ilmu Komunikasi UII. Literasi digital hingga fasilitator pelatihan program excellent service kepada para guru juga menjadi pembahasan menarik dalam diskusi siang itu.

MoU

proses penandatanganan MoU kedua pihak

Menanggapi hal ini Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi UII, Ratna Permata Sari, S.I.Kom, M.A., menyebut jika hal tersebut sangat mungkin dilakukan.

“Kerja sama ini bisa dilakukan dengan pola Catur Dharma perguruan tinggai karena dosen memiliki tanggung jawab pemberdayaan,” ujarnya.

Ia juga menambahkan jika kerja sama ini harapannya tidak memberatkan salah satu pihak termasuk mahasiswa. Sebagai contoh program pemagangan masuk dalam SKS sehingga memang sangat dibutuhkan oleh mahasiswa.

“Pemagangan masuk dalam pendidikan, matkul khusus tentang pemagangan. Sifatnya umum tidak memberatkan, tidak terlalu mengikat,” tambah Ratna Permata Sari, S.I.Kom, M.A.

Dalam pembahasan tersebut, beberapa program lain yang berpotensi dilakukan antara lain peluang teacher academy untuk fresh graduate Ilmu Komunikasi UII, fasilitator dari dosen terhadap para guru, serta program utama pemagangan mahasiswa.

Sebelumnya, salah satu mahasiswa Ilmu Komunikasi UII telah melakukan kegiatan magang di Sekolah Al Azhar Cairo Yogyakarta. Skill mengelola media sosial, editing, hingga keterlibatan dalam bidang partnership sangat berkontribusi selama pemagangan.

“Mahasiswa dari Prodi Ilmu Komunikasi UII sangat asertif, sesuai deadline tugas, skill yang sangat terpakai salah satunya editing video, penyampaian komunikasi, dan pengembangan partnership,” ungkap Humas Sekolah Al Azhar Cairo Yogyakarta.

Ketua Prodi Ilmu Komunikasi UII juga menegaskan jika kerja sama ini sangat disambut baik dan harapannya tidak hanya berhenti dalam surat dokuemntasi formal.

“Kami senang dengan kerja sama ini. Insya Allah ke depan semakin siap berkolaborasi karena dengan MoU ini dan kita sudah ada payung yang kuat, apalagi Sekolah Al Azhar Cairo Yogyakarta merupakan salah satu institusi pendidikan yang memiliki background Islam, tentu hal ini selaras dengan nilai-nilai UII,” ujarnya.

 

Muslim
Reading Time: 3 minutes

Bulan suci Ramadan menjadi momen yang dirindukan, umat muslim di seluruh dunia berbondong-bondong meningkatkan ibadah dan memperbanyak ilmu. Namun ada beberapa hal yang menjadi kendala salah satunya adalah kesibukan yang kita jalani hingga merasa

Kesibukan kerap menjadi alasan bagi kita hingga luput untuk meningkatkan ilmu. Sementara berbagai kemudahan karena perkembangan zaman justru membuat kita semakain abai dan terlena.

Menurut cendikiawan muslim Profesor Quraish Shihab bulan Ramadan adalah waktu bagi kita untuk terus produktif. Baik dalam pekerjaan maupun menuntut ilmu. Dalam serial Kalam Abi Qu di laman Instagramnya beliau menyebut jika puasa bukanlah waktu untuk berleha-leha atau bahkan tidur berlebihan, melainkan waktu yang tepat untuk terus produktif.

Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah dengan meningkatkan ilmu, kegiatan produktif ini termasuk kegiatan positif yang direstui Allah SWT. Sehingga beliau menegaskan untuk tidak meninggalkan pekerjaan dan menuntut ilmu dengan dalih fisik melemah karena puasa.

“Memang puasa mengurangi sedikit kekuatan fisik, tetapi kekurangannya diimbangi ditutupi oleh kekuatan mental sehingga kita dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang direstui oleh Tuhan dan kita dapat mencapai apa yang kita harapkan dengan melakukan aneka kegiatan positif di bulan puasa. Puasa mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif yang sesuai dengan tuntutan agama karena tidur melebihi waktu yang dibutuhkan bukanlah ibadah,” jelasnya.

“Di bulan puasa banyaklah belajar bukan sekedar membaca Al Quran, di bulan puasa jangan sampai anda terlambat masuk ke kantor dengan dalih sedang berpuasa. Di bulan puasa jangan sampai terjadi hal-hal yang melanggar tuntunan agama karena itu bukan tujuan yang diharapkan dari puasa,” tambahnya.

Bahkan pencapaian-pencapaian besar terjadi di bulan puasa seperti kemenangan memasuki kota Makkah, Perang Badar, hingga proklamasi kemerdekaan Indonesia.

“Pada masa Nabi dan masa sahabat-sahabat, bahkan pada masa sesudah itu, karya-karya besar, pencapaian-pencapaian besar umat Islam, terjadi di bulan puasa,” ujarnya lagi.

Ditambah dengan banyaknya majelis-majelis yang diselenggarakan di bulan Ramadan menjadi kesempatan bagi umat muslim meningkatkan kapasitas dalam bidang ilmu agama. melansir dari laman NU Online, “Barang siapa hadir di majelis ilmu pada bulan Ramadan maka Allah menulis bagi orang tersebut tiap-tiap jangkahan kakinya sebagai ibadah satu tahun” dalam kitab Durratun Nasihin.

Cara Meningkatkan Ilmu di Bulan Ramadan di Era Digital

Sementara banyaknya daftar alasan karena kesibukan dan keterbatasan waktu ataupun ruang perkembangan zaman di era digital dan Society 5.0 telah mampu memberikan jawaban.

Seperti dikisahkan oleh salah satu dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII, yakni Anang Hermawan, S.Sos., M.A., menyebut saat pandemi Covid-19 bulan Ramadan masa itu majelis-majelis tatap muka ditiadakan. Namun teknologi telah menjawabnya, umat muslim tetap bisa meningkatkan ilmu dengan berbagai hal mulai dari mengakses buku hingga media digital lainnya.

“Kendati bulan Ramadan ini tidak biasa dalam konteks kita menuntut ilmu kita harus menggunakan berbagai macam metode, bila kita tidak mampu untuk bermajelis mungkin apabila kita di rumah punya buku-buku ataupun sarana (media digital) kita baca kembali, karena begitu pentingnya agama kita menjadikan ilmu sebagai perangkat dalam kehidupan bahkan Allah berfirman dalam Alqur’an bahwa,” ujarnya pada tayangan YouTube Ikonisia TV.

Dalam Islam juga telah dijelaskan pentinganya ilmu dalam kehidupan manusia. Surat Al Mujadilah yang disebutkan oleh Anang, dengan ilmu seseorang akan mendpatkan kehidupan yang lebih baik dan derajat yang lebih tinggi.

“’Barang siapa yang mendapatkan ilmu atau memiliki ilmu, maka Allah akan meninggikan kedudukannya beberapa derajat’ dan nabi pun telah mengatakan bahwa ilmu itu akan bersifat wajib bagi seorang muslim ‘barang siapa yang ingin sukses di dunia, maka dia harus dengan ilmu. Barang siapa yang ingin sukses di akhirat, maka dia harus dengan ilmu. Barang siapa yang ingin sukses di dunia dan di akhirat maka dia juga harus dengan ilmu’,” ujarnya lagi.

Meski media digital dan sarana lain sangat mudah diakses, pihaknya menyebut jika mendatangi majelis adalah cara paling ideal dan efektif dalam menuntut ilmu. Jika memang terkendala, mencari sumber-sumber yang valid perlu kita lakukan. Karena memahami suatu ilmu tidak bisa dilakukan dengan hanya menonton video yang hanya sepotong-sepotong.

“Dengan segala keterbatasan yang ada di bulan ini karena kita tidak dapat lagi ke majelis-majelis ilmu marilah kita gunakan sebaik-baiknya kesempatan di rumah kita dengan membaca banyak buku, dengan mengkhatamkan Al Qur’an membaca kitab-kitab ilmu agama atau dengan membaca apapun yang akan bermanfaat untuk menambah pengetahuan sekaligus meningkatkan iman kita kepada Allah,” tandasnya.

Komisi Bahtsul Masail Waqi’iyah Munas NU pada September 2023 lalu menyebut, meski perkembangan AI telah begitu pesat hingga mampu menjawab berbagai pertanyaan seputar ilmu agama tidak bisa dipercaya karena tidak memiliki kemampuan keagamaan.

“Maka, bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengethuan jika kamu tidak mengetahui” Surat an-Nahl 43.

Dari pernyataan tersebut menyimpulkan bahwa umat muslim dianjurkan untuk mengakses ilmu melalui sumber  terpercaya, jika memang ingin mengakses melalui media digital pastikan sosok yang menyampaikan adalah seseorang yang memiliki keilmuan dalam bidang tersebut.

Untuk mengetahui informasi selengkapnya dapat diakses melalui laman berikut:

https://www.youtube.com/watch?v=HxB02tmVclg

 

IISMA
Reading Time: 3 minutes

Kabar bahagia datang dari Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia, pasalnya dua mahasiswa dinyatakan lolos dalam seleksi Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) tahun 2024.

Dua mahasiswa tersebut adalah Yasmeen Mumtaz Widyawan dengan tujuan University of Griningen serta Guevara Tamtaka Warih Sadana di University of Pisa. Keduanya akan menjalani studi di Belanda dan Italia selama satu semester kedepan.

IISMA merupakan skema beasiswa mobilitas internasional bagi mahasiswa sarjana dan vokasi untuk menghabiskan satu semester di universitas dan industri terbaik di seluruh dunia. Program ini menjadi incaran banyak seluruh mahasiswa di Indonesia untuk meraih berbagai pengalaman mulai dari akademik, budaya, dan sosial dalam skala internasional.

Tak heran jika banyak persiapan serius wajib dilakukan, di UII sendiri ada peran besar dari Kantor Urusan Internasional (KUI) yang telah menyelenggarakan persiapan bertajuk Bootcamp IISMA untuk seluruh mahasiswa yang berminat. Sementara di Prodi Ilmu Komunikasi, dilakukan pula program intensif atau asistensi untuk mendampingi mahasiswa.

“Saya sadar betul ada banyak pihak yang terlibat dalam pencapaian ini. Kantor Urusan Internasional (KUI) Universitas Islam Indonesia sejak jauh hari sudah menyelenggarakan Bootcamp IISMA dan berbagai sosialisasi, menyediakan banyak informasi dan masukan terkait program mobilitas ini. Prodi Ilmu Komunikasi pun membentuk tim asistensi yang mendampingi mahasiswa Ilmu Komunikasi untuk mempersiapkan IISMA,” ujar Yasmeen Mumtaz Widyawan.

Baginya tim asistensi yang disediakan oleh Prodi Ilmu Komunikasi semakin mempermudahnya dalam berbagai hal mulai dari pemberkasan, merancang penulisan esai, hingga menyediakan ruang diskusi.

“Tidak hanya mempermudah pemberkasan, Tim Asistensi Ilmu Komunikasi juga menciptakan ruang untuk diskusi dengan alumni, serta mentoring untuk English Proficiency Test, penulisan esai, dan wawancara. Singkatnya, membantu dari hulu ke hilir. Seluruh persiapan menjadi diringankan, terlebih karena adanya teman-teman seperjuangan untuk mendaftar,” tambahnya.

Pengumuman pada 20 Maret 2024 itu menjadi awal perjuangan bagi Yasmeen serta Guevara, angan-angan tentang pengalaman belajar di negeri orang selangkah lagi terwujud. Meski sempat merasa kebahagiaan ini perlu dirayakan keduanya justru lebih fokus untuk mempersiapkan diri agar semua berjalan lancar.

“Pengumuman penerimaan ini baru tahap awal dari proses panjang yang akan saya tempuh. Meski patut dirayakan, saya berusaha untuk tidak cepat berpuas diri. IISMA merupakan program yang saya harap dapat meningkatkan kompetensi saya untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi masyarakat. Semoga perjalanan ini bermanfaat dan penuh berkah,” imbuh Yasmeen.

Guevara pun demikian, bagi mahasiswa angkatan 2022 itu menempuh kegiatan akademik ke Italia merupakan tantangan untuk keluar dari zona nyaman. Ada proses perjuangan besar yang mesti dilakukan untuk mencapai titik ini.

“Untuk teman-temanku yang masih ragu untuk keluar dari zona nyamanmu, apa kabar? Apakah kakimu telah berakar atau masihkah berkobar mengembara dan berlayar? Tetaplah kau hunus semangatmu macam semangat Sisifus, kepakkan harapanmu bagai sayapnya Icarus!,” ujarnya berpuitis.

Rasa Syukur juga diungkapkan oleh Sekretaris IP Prodi Ilmu Komunikasi yakni Ida Nuraini Dewi Kodrat Ningsih, S.I.Kom., M.A., yang selama ini menjadi pendamping program asistensi IISMA. Ia merasa lega bahwa kedua mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi adalah mereka yang benar-benar siap dan memiliki karakter kuat.

“Alhamdulillah bersyukur sekali mendengar kabar baik ini. Sesi pendampingan IISMA tahun ini sangat dimanfaatkan dengan sangat baik oleh teman-teman mahasiswa. Saya juga salut dan bersyukur bahwa ternyata yang terpilih adalah teman-teman yang benar-benar supportif. Saya menekankan dalam tim pendampingan tahun ini bahwa “walau kalian semua bersaing satu sama lain di grup ini, tapi semoga kalian tetap merasa bahwa kalian satu keluarga, bagilah informasi dan ilmu yang kalian tau dan miliki. Karena keduanya tidak akan hilang manfaatnya ketika dishare utk kebaikan bersama”. Dan alhamdulillah saya bersyukur bahwa Yasmeen dan Ebel (Guevara) adalah dua orang yang selalu melakukan itu,” ungkap Sekretaris IP Prodi Ilmu Komunikasi.

Yasmeen dan Guevara merupakan dua dari sembilan mahasiswa UII yang lolos dalam program internasional bergengsi ini. Harapannya, di tahun berikutnya nama mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi turut menghiasi pengumuman IISMA 2025.

Daftar Peserta Lolos IISMA 2024

Berikut pengumuman akhir seleksi Program IISMA 2024 telah dirilis pada Rabu malam, tanggal 20 Maret 2024:

Prodi Ilmu Komunikasi

  1. Guevara Tamtaka Warih Sadana – University of Pisa
  2. Yasmeen Mumtaz Widyawan – University of Groningen

Prodi Psikologi

  1. Shuvaira Najmi Hanida – Vyautas Magnus University

Prodi Hubungan Internasional

  1. Aurelia Gusty Shaffa – Australian National University (IP)

Prodi Teknik Industri

  1. Salwa Nur Rahma – Universiti Sains Malaysia
  2. Prita Nurkhalisa Maradjabessy – Universitat Pompeu Fabra

Prodi Arsitektur

  1. Andini Zofia Putri Wahyono – Humboldt-Universität zu Berlin (IP)
  2. Zahra Zakiyah – National University of Singapore (IP)

Prodi Manajemen

  1. Fatimah az Zahra – National Taiwan University of Science and Technology (IP)