Society 5.0
Reading Time: 2 minutes

Menghadapi era Society 5.0 tentu membutuhkan persiapan matang, mulai dari keterampilan hingga mental. Lantas bagaimana cara menghadapinya?

Society 5.0 yang digagas oleh Pemerintah Jepang menempatkan masyarakat yang berpusat pada manusia untuk menyeimbangkan kemajuan ekonomi dan penyelesaian masalah sosial dengan sistem yang saling berintegrasi antara ruang siber dan fisik.

Melansir dari laman resmi Japan Cabinett Office, Society 5.0 merupakan inovasi yang akan mewujudkan masyarakat berwawasan ke depan dan mendobrak stagnansi. Perubahan nyata yang saat ini tengah kita hadapi terkait dengan pesatnya perkembangan Artificial Intelligence (AI) dalam berbagai bidang.

Konsep Society 5.0 memiliki kaitan erat dengan AI. Besarnya informasi dari sensor di ruang fisik dihimpun di ruang siber selanjutnya dianalisis oleh AI dan hasil analisis tersebut akan dikirim kembali ke manusia dalam berbagai bentuk.

Membahas soal AI, Indonesia menjadi negara paling optimis akan penggunaan teknologi tersebut untuk kegiatan sehari-hari. Berdasarkan survei Ipsos pada Mei 2023, sebanyak 78% masyarakat Indonesia percaya AI membawa banyak manfaat dibandingkan dengan kerugiannya. Negara yang optimis selanjutnya adalah Thailand (74%), Meksiko (73%), Malaysia (69%), Peru (67%), Turki (67%), Korea Selatan (66%), Kolombia (65%), India (65%), dan Brasil (65%).

Kondisi ini juga didukung oleh Pemerintah Indonesia. Kemdikbud menyampaikan pernyataan resmi terkait penyiapan Pendidik Professional di Era Society 5.0 demi SDM unggul.

“Untuk menjawab tantangan Revolusi industri 4.0 dan Society 5.0 dalam dunia pendidikan diperlukan kecakapan hidup abad 21 atau lebih dikenal dengan istilah 4C (Creativity, Critical Thinking, Communication, Collaboration). Diharapkan guru menjadi pribadi yang kreatif, mampu mengajar, mendidik, menginspirasi serta menjadi suri teladan,” ujar Dwi Nurani, S.KM, M.Si, Analis Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Direktorat Sekolah Dasar yang dikutip pada laman Kemdikbud.

“Menghadapi era society 5.0 ini dibutuhkan kemampuan 6 literasi dasar seperti literasi data yaitu kemampuan untuk membaca, analisis, dan menggunakan informasi (big data) di dunia digital. Kemudian literasi teknologi, memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi (coding, artificial intelligence, machine learning, engineering principles, biotech). Dan terakhir adalah literasi manusia yaitu humanities, komunikasi, & desain,” tambahnya.

5 Tips Menghadapi Era Society 5.0

Mengutip dari laman Indonesia Baik, ada berbagai cara yang bisa Anda lakukan agar siap menghadapi Society 5.0. Apa saja?

  1. Keterampilan Digital

Pesatnya transformasi secara digital menuntut kita untuk memiliki keterampilan dalam mengikuti kemajuan teknologi. Dengan kemampuan ini, kita akan mampu beradaptasi dengan dinamika lingkungan kerja maupun masyarakat. Keterampilan digital ini melingkupi literasi teknologi, analisis data, inovasi digital, keterampilan komunikasi, keterampilan kewirausahaan, dan lainnya.

  1. Pemahaman Teknologi dan Inovasi

Untuk beradaptasi di era Society 5.0, selain memiliki pemikiran yang terbuka , kita juga harus memiliki pemahaman tren teknologi baru. Teknologi baru misalnya blockchain dan AI yang mampu membantu membuat keputusan lebih efektif dan efisien.

  1. Pendidikan yang Relevan

Demi mengejar era Society 5.0, dibutuhkan wawasan yang luas termasuk soal akses informasi. Untuk bersaing dalam era ini, dibutuhkan pendidikan yang relevan baik formal maupun nonformal. Ada baiknya kita menambah wawasan dengan mengikuti kursus online, seminar, workshop, ataupun pelatihan bersertifikat yang berkaitan dengan minat dan bidang pekerjaan yang kita jalani.

  1. Sikap Adaptif

Percepatan dalam dunia kerja dan masyarakat yang tak terduga dibutuhkan sikap adaptif dalam menghadapi kondisi tersebut. Sikap adaptif termasuk berpikir kreatif, memecahkan masalah, hingga team work. Selain itu kita perlu memiliki kemauan dalam mengembangkan keterampilan baru.

  1. Kesiapan Mental

Percepatan ini tentu membuat kita mudah stres. Maka dari itu, kesiapan mental menjadi hal penting demi menghadapi tekanan yang terjadi pada lingkungan kerja maupun sosial. Kemampuan mengelola emosi, mengatasi stres, dan menjaga kondisi fisik juga menjadi prioritas utama.

Demikian beberapa cara menghadapi era Society 5.0. Bagaimana menurutmu, Comms? Sudah siap menghadapi era ini?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Pinjol
Reading Time: 2 minutes

Penting bagi mahasiswa untuk melek finansial agar tak terjadi hal buruk di kemudian hari seperti terjerat pinjaman online (pinjol). Lantas apa yang wajib dilakukan mahasiswa terkait keuangannya?

Fakta yang cukup miris ketika membaca laporan yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Tercatat bahwa Gen Z dan Milenial merupakan penyumbang terbesar kredit macet pinjol (data Juni 2023). Berdasarkan data, nilai akumulasi gagal bayar utang tersebut mencapai Rp763,65 miliar dari total Rp1,73 triliun atau setara 44,14 %.

Mengutip dari Mekari, melek finansial mencakup pengetahuan, keterampilan, hingga perilaku dalam pengelolaan keuangan. Beberapa manfaat melek finansial adalah meningkatkan kualitas pengambilan keputusan agar mampu menata keuangan dengan baik serta mengubah sikap dan perilaku dalam mengelola keuangan.

Sebagai mahasiswa yang merantau, biaya yang pasti dikeluarkan biasanya untuk SPP, tempat tinggal, dan uang makan bulanan. Padahal, ada biaya lain yang jarang kita pikirkan seperti dana penunjang kegiatan akademik membeli buku, biaya transport tugas praktik lapangan, dan lainnya. Terlebih banyak mahasiswa yang tinggal jauh dari orang tua. Kondisi ini tentu mengharuskan seorang mahasiswa menjadi mandiri dan pandai mengelola keuangan.

Berikut ini beberapa tips mengatur keuangan yang dikutip dari MEFA (Massachusetts Educational Financing Authority).

  1. Memilih rekening yang tepat

Pastikan kamu tahu peraturan awal saat akan membuka rekening di bank. Selain untuk memastikan keamanan uangmu, hal ini juga terkait kebijakan bank soal biaya bulanan dengan memotong saldo. Pilihlah bank yang menurut Anda paling menguntungkan.

  1. Prioritas dalam membeli buku

Tidak semua buku harus mahasiswa beli, cara mudah adalah sering berkunjung ke perpustakaan. Jika memang tidak tersedia, mahasiswa dapat membeli buku bekas agar lebih murah. Kuncinya adalah manfaatkan fasilitas di lingkungan kampus terlebih dahulu sebelum membelinya.

  1. Bijak dalam menggunakan kartu kredit

Bagi mahasiswa yang menggunakan kartu kredit sebaiknya bijaklah dalam menggunakannya. Hindari belanja berlebihan dan tak perlu agar tak terlalu berat dalam melunasi tagihan setiap bulan mengingat bunga yang cukup tinggi.

  1. Manfaatkan diskon

Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) memiliki berbagai keuntungan, salah satunya adalah diskon untuk mahasiswa yang berlaku di beberapa super market atau toko-toko. Jangan lupa selalu bawa KTM saat melakukan grocery shopping agar mendapat harga atau diskon mahasiswa.

  1. Membuat rencana anggaran

Catat semua pemasukan dan pengeluaran yang dilakukan, hal ini penting untuk memebantu Anda mengetahui ke mana uang banyak digunakan. Setelah mengetahui pengeluaran terbesar, Anda dapat melakukan penyesuaian dan menekan anggaran tersebut serta mengevaluasinya.

  1. Kurangi pengeluaran yang tidak perlu

Cara mengurangi pengeluaran adalah dengan tidak banyak makan di luar, hiburan, serta belanja. Hindari fomo jika hal tersebut tidak terlalu urgent.

  1. Menabung

Menabung sangat penting untuk kondisi darurat dan tak terduga. Sisihkan uang bulanan yang Anda dapat dari hasil kerja maupun dari kiriman orang tua. Tidak masalah menabung dalam jumlah kecil yang penting konsisten.

  1. Hindari pinjaman online

Hati-hati dengan pinjaman online yang terkesan mudah dan tidak ribet. Selain bunga yang tinggi, kondisi gagal bayar akan merusak nama baik Anda karena banyak sekali kasus pinjol yang membagikan data pribadi.

  1. Investasi dalam Pendidikan

Investasi dalam pendidikan adalah cara terbaik. Investasi pendidikan artinya memanfaatkan peluang dan kesempatan selama menjadi mahasiswa seperti magang, bergabung dalam komunitas, hingga relasi lainnya.

Demikian beberapa cara yang bisa dilakukan mahasiswa untuk mengatur keuangan agar tidak terjadi hal buruk di kemudian hari. Semoga tips tersebut bermanfaat ya, Comms!

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Worshop
Reading Time: 3 minutes

Menyajikan foto menjadi kolase dan buku yang penuh makna membutuhkan kerja kreatif yang tak sederhana. Workshop yang digelar Gueari Galeri pekan lalu memberi kesempatan kepada dua Laboran Prodi Ilmu Komunikasi UII untuk menciptakan buku foto dengan konsep unik untuk dipamerkan nantinya.

Iven Sumardiyantoro dan Desyatri Parawahyu berangkat dari Stasiun Tugu Yogyakarta menuju Jakarta untuk mengikuti workshop bertajuk “Making an Artist’s Photobook with Gueari Galeri” pada 7-10 September 2023. Berbekal foto-foto lama yang disimpan pada memori ponselnya, Iven dan Desya menaruh harapan besar untuk menjadi hasil jepretannya sebagai sebuah karya tak biasa.

Proses kerja kreatif diceritakan Iven saat membuat konsep buku fotonya yang berjudul “Inside”. Semula ia terfikir untuk menciptakan buku foto dengan tulisan mirip caption. Namun, ide itu ternyata berubah total setelah mendapat arahan dari mentor.

Buku foto “Inside” diartikan sebagai “di dalam (perasaan maupun pikiran)” berisi gambaran manusia yang saling terkoneksi dengan manusia lain dengan hanya melihat dari ekspresinya.

Workshop

Dummy buku foto karya Iven Sumardiyantoro

Dengan menggunakan teknik crafting DIY Cut yang menghilangkan objek di dalam foto sehingga tampak berlubang tak sempurna, membuat pembaca harus mengintip lebih dekat tulisan di balik foto untuk menghilangkan rasa penasaran.

Treatment membaca tersebut sengaja dilakukan kreator sebagai bentuk pesan bahwa ketika kita ingin mengetahui perasaan seseorang, maka perlun usaha untuk mendekatkan diri dengan mereka.

Teknik tersebut juga menjadi hal pertama dalam karya buku foto sepanjang workshop Gueari Gallery sejak tahun 2015.

“Karya yang saya buat ini tidak seperti buku pada umumnya, karena banyak treatment untuk membaca dan menikmatinya. Untuk tema atau konsep menceritakan kita sebagai manusia mempunyai koneksi dengan manusia lainnya walaupun tidak saling kenal,” jelas Iven menceritakan buku fotonya.

Iven mengadaptasi konsep “Sonder” dalam setiap ekspresi objek foto yang ia potret. Ada simpati yang ia tangkap. Mengutip dari situs Gramedia, Sonder adalah emosi unik yang digambarkan sebagai suatu kesadaran bahwa secara acak setiap orang yang kita temui menjalani kehidupan yang sangat rumit seperti kerumitan kita. Entah soal rutinitas, ambisi, teman, kekhawatiran, hingga kegilaan.

Workshop

Proses pembuatan buku foto

“Seperti Sonder (ekspresi objek foto), kita sadar setiap individu di sekitar kita mereka memiliki masalah apapun yang gak bisa kita bayangkan, lalu kita memiliki simpati kepada mereka,” tutur Iven.

Sementara dalam proses kerja kreatif, Iven mengaku mendapat arahan dari tiga mentor yakni Andi Ari Setiadi selaku seniman bidang fotografi, Caron Toshiko yang menggali karya dari aspek psikologis para kreator, dan Setyo Manggala Putra yang focus pada bidang riset.

“Pendampingan dari para mentor itu adalah upaya dan usaha untuk jujur supaya karyanya dekat, personal, dan relate dengan si pemilik,” tambah Iven.

Karya lainnya adalah milik Desya yang berjudul “Mbrebeki”. Karya yang awalnya dianggapnya sebagai media penyembuhan atas peliknya hidup yang dialaminya justru itu adalah luapan dalam kepalanya yang mengganggu atau noise.

“Mbrebeki itu punya arti berisik atau bikin berisik. Jadi apapun yang bikin berisik si “penggembira kehidupan” dituliskannya melalui poem dan foto alam atau benda mati,” jelas Desya.

Workshop

Buku foto karya Desya berjudul “Mbrebeki”

Desya juga menjelaskan ada empat part dalam buku fotonya yakni Luka, Bangkit, Sembuh, dan Percaya. Empat part tersebut merupakan aktualisasi emosi dan siklus yang dilalui. Menariknya dalam karya yang dibuatnya, teknik meremas kertas pada buku fotonya seolah menyiratkan seberapa kalut dan amburadulnya setiap part.

“Setelah mengikuti workshop jadi tahu fokusnya kemana, setiap karya butuh keterbukaan dan fokus berkarya,” tutur Desya.

“Bagi Penulis karya ini untuk sembuh, dan sembuh untuk berkarya,” pungkasnya.

Workshop

Desya saat melakukan presentasi pada workshop Gueari Galeri

Dengan mengikuti workshop dan pembuatan buku foto tersebut, selain menciptakan karya dan mengeksplorasi diri dengan pengalaman baru, nantinya karya-karya tersebut akan dipamerkan pada pameran nasional dan internasional.

“Salah satu kebanggaan, bukti perjalanan hidup, dan dokumentasi karya. Dan ini pengalaman dan eksplorasi diri,” pungkas Iven.

Sebagai informasi, Gueari Galeri adalah galeri buku foto dan penerbit bebas yang berada di Jakarta dan Bekasi dengan tagline “Cerita Pribadi untuk Anda” dengan medium fotografi dan buku foto sebagai penerokaan diri, pemerkasaan dan agen perubahan dengan mempersembahkan kisah pribadi seseorang.

Didirikan tahun 2014, lalu tahun 2015 mengadakan kelas buku foto untuk memudahkan peserta mengembangkan cerita pribadi dalam medium buku foto.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Gen Z
Reading Time: 2 minutes

Ada beberapa stereotipe negatif yang melekat pada Generasi Z atau sering kita sebut Gen Z. Generasi yang lahir pada rentang tahun 1997 hingga 2012 ini konon dianggap kurang mampu bekerja sama dalam dunia kerja. Benarkah begitu?

Dalam data yang dipublish GWI salah satu Lembaga market research di USA disebutkan bahwa 72% Gen Z sangat membatasi diri dalam urusan kehidupan maupun pekerjaan mereka, menolak hustle culture, hingga menganut the soft life (gaya hidup santai dan nyaman) sehingga lebih sering dianggap malas dan kurang mampu bekerja sama dengan tim dalam dunia kerja.

Anggapan negatif lainnya adalah generasi ini rentan terhadap kecemasan. Setidaknya 29% Gen Z mengaku bahwa dirinya memang rentan dengan kecemasan. Hal ini menuai kritik dan anggapan bahwa Gen Z adalah sosok yang baperan.

Terlepas dari judgement tersebut, nyatanya lebih dari 37% mengaku menghargai arahan dari rekan lainnya.

Sebelum jauh memberi label buruk terhadap Gen Z, ada baiknya untuk membaca hasil riset terkait kecenderungan Gen Z dalam dunia kerja yang diterbitkan IDN Research Institue. Hasil riset menunjukkan bahwa Gen Z di Indonesia termasuk sosok yang mau bekerja lembur dan sangat mempertimbangkan waktu ideal dalam sebuah perusahaan tempatnya bekerja demi kestabilan karier.

Fakta-fakta Gen Z dalam Dunia Kerja

  1. Bersedia bekerja lembur

Penolakan soal hustle culture ternyata tak sepenuhnya terjadi pada Gen Z di Indonesia. Justru 67% Gen Z bersedia dan tidak keberatan untuk bekerja lebih lama atau lembur dengan tambahan gaji. Sementara hanya 11% yang menolak untuk bekerja lembuh.

Bahkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2021 menunjukkan, Gen Z bekerja lebih lama dibanding Milenial. Tercatat Gen Z (15-19 tahun) bekerja 44 jam, Gen Z (20-24 tahun) 42 jam, dan Milenial 40 jam dalam seminggu.

  1. Faktor Gen Z memilih pekerjaan

Sering dianggap tak gigih dalam bekerja oleh generasi sebelumnya, ternyata Gen Z cukup memperhatikan prioritas jenjang karier. Setidaknya 64% Gen Z menganggap jenjang karier sangat penting.

Jenjang karier masuk pada urutan kedua alasan Gen Z memilih pekerjaan setelah gaji yang memiliki persentase 80%. Faktor lain yang memengaruhi adalah minat 60%, jam kerja 58%, lokasi 53%, kesesuaian latar belakang pendidikan 49%, dan lingkungan kerja 47%.

  1. Perspektif soal “Work Life Balance”

Gen Z terbukti sangat memilih lingkungan kerja yang mendukungnya untuk sukses, bertumbuh, dan adil. Namun hampir seluruh perusahaan menuntut pekerjanya cepat beradaptasi bukan sebaliknya.

Tercatat 69% Gen Z setuju soal work life balance, sementara hanya 5% Gen Z yang tak setuju dengan perspektif tersebut.

  1. Sistem dan Lokasi Kerja

Work from home (WFH) ternyata masih menjadi dambaan Gen Z dengan persentase 36%. Namun sebanyak 32% tak mempermasalahkan WFH maupun WFO. Sementara 33% memilih WFO karena menganggap tengah membangun relasi dan memulai karier.

  1. Bukan Kutu Loncat?

Label soal Gen Z sebagai kutu loncat atau sering pindah tempat kerja nyatanya tak sepenuhnya benar. Mayoritas Gen Z (88%) percaya setidaknya tiga tahun adalah waktu yang ideal menetap dalam suatu perusahaan.

Sekitar 12% percaya waktu ideal 1-2 tahun, 28% percaya 3-4 tahun, 25% menganggap 5-6 tahun, dan 35% percaya lebih dari 6 tahun adalah waktu yang ideal menetap di perusahaan.

Itulah beberapa fakta terkait karakter dan preferensi Gen Z dalam dunia kerja. Lantas apakah kamu masih memandang Gen Z sebagai sosok yang susah diajak bekerja sama? Gimana menurutmu, Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Video viral
Reading Time: 2 minutes

Beberapa pekan terakhir kata “bercanda” begitu viral di media sosial terutama Instagram dan TikTok. Pengucapan dengan penekanan yang unik “Bercyandya” membuat terngiang-ngiang bagi yang mendengar.

Lantas bagaimana “Bercyandya” bisa viral dan menjadi bahasa gaul di berbagai media sosial dan apa artinya?

Kemunculan kata “Bercyandya” berawal dari konten yang dibuat oleh akun Instagram @thesadewa atau Danang Giri Sadewa yang tengah mengajukan pertanyaan ringan kepada dua mahasiswa baru Universitas Gadjah Mada (UGM).

Kira-kira begini isi percakapannya:

“Jadi masuk UGM gampang atau susah?,” tanya Danang.

“Nggak tahu, kita jalur hoki,” kata salah satu mahasiswi.

“Jalur hoki betul, karena emang pinter aja,” sahut mahasiswi yang diketahui bernama Abigail.

“Eh bercyandya, bercyandya,” ia melanjutkan lagi dengan wajah penuh tawa.

Selanjutnya Abigail menjelaskan bahwa ia dan temannya berhasil menjadi mahasiswa UGM melalui jalur SNBP dengan ketentuan nilai rapor stabil mulai dari kelas 10, 11, hingga semester 1 kelas 12.

Hingga hari ini konten tersebut telah ditonton oleh 12,1 juta pengguna Instagram, mendapat 689 ribu like, 16,2 ribu komentar, dan telah dibagikan sebanyak 61,7 ribu kali. (11 September 2023)

Viralnya konten ini turut mengubah rutinitas salah satu mahasiswa UGM yang diketahui bernama Abigail Manurung tersebut. Ia sempat diundang dalam komedi varietas salah satunya “Lapor Pak” Trans 7.

Arti kata “Bercyandya”

Dalam KBBI kata “Bercanda” berasal dari kata “Canda” yang artinya adalah tingkah, kelakar, senda gurau. Sementara dengan imbuhan (ber) menghasilkan arti bertingkah, berkelakar, bersenda gurau, dan bersenda gurau.

Sesuai dengan konteks yang dibangun oleh Danang dan Abigail, “Bercyandya” menjadi kata dengan penekanan yang menghasilkan bunyi gurauan. Hal ini dapat dijelaskan melalui konsep dasar fonologi bahasa Indonesia.

Pada hakikatnya bahasa merupakan bunyi ujar manusia yang muncul secara natural, bunyi ini dipelajari di bidang fonetik. Bunyi ujar tersebut akan membentuk pola atau pattern, lalu pola-pola tersebut menunjukkan system tertentu yang dipelajari dalam fonologi. (Fonologi Bahasa Indonesia, Dr. Yuliana Setyaningsih)

Pengetahuan dan pemahaman fonologi memungkinkan penutur dalam hal ini adalah Abigail, memproduksi bunyi yang membentuk tuturan penuh makna, mengenali aksen-aksen atau penekanan pengucapan asing, dan membentuk dan melahirkan kata-kata baru.

“Bercyandya” kini telah menjadi kata-kata baru karena hasil pengucapan dari Abigail dalam merespons kalimat yang ia ucapkan sebelumnya, untuk menampik kesan negatif atau sombong.

Kenapa bisa viral dan menjadi bahasa gaul?

Lantas apa alasan “Bercyandya” menjadi viral dan seolah menempatkan posisinya pada bahasa gaul?

Viral selalu berkaitan dengan konten yang ada di media sosial, baik dari Instagram, TikTok, Facebook, dan platform lainnya. Viral juga dikaitkan dengan isu yang tengah menjadi perbincangan publik, dalam artikel ilmiah “Viralitas Konten di Media Sosial” yang ditulis oleh Lidya Agustina salah satu Peneliti Puslitbang Kominfo menyebut bahwa penyebab suatu konten menjadi viral karena sharing behavior (like, shares, comments).

Jika melihat data statistik konten “Bercyandya” milik Danang memang tak diragukan lagi menjadi viral. Ramai-ramai pengguna Instagram dan TikTok membagikan konten tersebut secara berulang. Sementara kata viral dalam KBBI merujuk pada virus, atau menyebar luas dan cepat. Konten “Bercyandya” yang membutuhkan setidaknya tiga pekan menjadi viral dan ditirukan oleh pengguna media sosialnya.

Alasan lain adalah adanya emosi dan element of surprise, emosi dalam konten bisa saja positif maupun negatif. Fenomena viralnya konten “Bercyandya” menjadi konten viral yang dapat membuat publik melepaskan emosi tertentu, humor menjadi elemen surprise yang menghibur.

“Bercyandya” juga seolah menjadi bahasa gaul. Merujuk pada riset yang dilakukan Kemendikbud, bahasa gaul adalah bahasa Indonesia yang diucapkan dalam pergaulan sehari-hari untuk mengungkapkan ekspresi diri.

Kira-kira, berapa lama ya “Bercyandya” akan bertahan keviralannya? Bagaimana menurutmu, Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Internasional program
Reading Time: 3 minutes

Kegiatan internasional sangat menarik untuk dicoba oleh mahasiswa. Selain memberikan pengalaman berharga seperti jalan-jalan ke luar negeri, kegiatan ini bisa menjadi kesempatan emas untuk membangun relasi bagi mahasiswa.

Penting sekali menjadi mahasiswa yang berhasil dalam segi akademis dengan meraih indeks prestasi (IPK) tinggi, namun juga perlu diimbangi dengan wawasan global di tengah-tengah era Society 5.0. Salah satu cara menambah wawasan global adalah dengan mengikuti kegiatan internasional.

Melansir dari laman Study Abroad Sholarships, setidaknya ada beberapa manfaat yang akan didapat mahasiswa dengan mengikuti kegiatan internasional yang akan berdampak terhadap masa depan.

Pertama meningkatkan creative thingking. Pengalaman bersosialisasi dengan rekan-rekan di negara lain dengan perbedaan budaya tentu punya tantangan tersendiri. Berkomunikasi dengan orang-orang dengan latar budaya yang berbeda akan memberikan dampak positif mulai dari proses pendewasaan mental dalam menyelesaikan masalah dengan pemikiran kreatif.

Kedua pengembangan social skill dan leadership. Mengikuti kegiatan internasional mahasiswa tentu akan mendapatkan pendamping atau staf professional yang mengatur kegiatan. Fasilitas ini akan membuat mahasiswa mampu mengembangkan gaya kepemimpinan, kerja sama tim, serta keterampilan komunikasi.

Ketiga meningkatkan rasa percaya diri. Berani mengikuti kegiatan internasional artinya mampu keluar dari zona nyaman. Dengan lingkungan baru, kegiatan menarik, dan pengalaman menginspirasi tentu akan mengembangkan citra positif pada diri mahasiswa. Hal ini sangat berdampak terhadap kepercayaan diri, harga diri, dan aspek pengembangan diri lainnya.

Keempat menambah wawasan. Mahasiswa akan mempelajari banyak hal selama kegiatan internasional. Bagi yang berkesempatan ke luar negeri akan mendapat banyak pengetahuan tentang budaya serta isu-isu negara yang dikunjugi.

Terakhir membangun relasi, banyaknya rekan yang ditemui tentu akan memberikan keuntungan yang berdampak pada masa depan. Dengan relasi yang terbangun maka akan mempermudah mahasiswa mendapat informasi seperti kesempatan studi di luar negeri di masa depan serta kesempatan-kesempatan emas lainnya.

Lantas apa saja jenis kegiatan internasional yang dapat diikuti oleh mahasiswa? Berikut informasi selengkapnya.

  1. Student Exchange dan Short Course

Student exchange adalah program yang memberikan peluang bagi mahasiswa untuk menjalani perkuliahan di universitas lain termasuk di luar negeri. Biasanya student exchange adalah bentuk kerja sama antara pihak universitas atau departemen.

Sementara short course adalah kuliah dengan durasi singkat yang dilakukan pada musim panas maupun musim dingin oleh beberapa universitas di luar negeri. Biasanya program ini dilakukan paling singkat 1 minggu bahkan 2 tahun.

  1. Volunter Internasional

Salah satu kegiatan internasional yang perlu dicoba adalan volunter internasional. Mahasiswa dapat bergabung untuk melakukan kegiatan sosial dan kemanusiaan. Salah satu volunter internasional yang bisa dicoba adalah program dari AIESEC yang fokus pada proyek sosial dan lingkungan di seluruh dunia.

  1. Konferensi Internasional

Mendaftar pada konferensi internasional cocok bagi mahasiswa yang gemar menulis paper ilmiah. Konferensi internasional adalah forum intelektual yang mempertemukan para akademisi, praktisi, dan mahasiswa untuk membahas atau mengkaji isu terkini.

Pastikan isu atau tema yang dipilih sesuai dengan konferensi international yang diselenggarakan agar paper yang ditulis diterima oleh penyelenggara.

  1. Magang Internasional

Biasanya magang diikuti mahasiswa semester akhir sebagai salah satu syarat kelulusan. Sementara untuk magang internasional dapat dilakukan melalui kerja sama departemen dengan perusahaan internasional yang dituju.

Magang internasional merupakan program kerja yang memungkinkan mahasiswa atau profesional muda dari satu negara ke negara lain dengan bimbingan dari institusi dan perusahaan yang dituju.

  1. Delegasi Mahasiswa

Terkahir, menjadi delegasi atau perwakilan mahasiswa dalam organisasi internasional. Beberapa organisasi internasional yang dapat diikuti adalah MUN, AIESEC, YSEALI, IAAS, dan lainnya.

Dengan menjadi delegasi mahasiswa dalam organisasi internasional yang dilakukan di berbagai negara akan meningkatkan kemampuan diplomasi, memahami isu-isu global, hingga pengambilan keputusan global.

Bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi UII, ada banyak program internasional yang kini tengah berjalan, seperti exchange program di Universitas Utara Malaysia, P2A atau Pasaage to Asia, IISMA dan banyak program lainnya. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada laman Instagram @ip.communication.uii.

Kira-kira kamu tertarik mengikuti kegiatan internasional yang mana, Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

AI
Reading Time: 3 minutes

Artificial Intelligence (AI) menjadi sangat familiar sepanjang tahun 2023. Pasalnya AI menjadi alat bantu yang mempermudah pekerjaan manusia, bahkan tak sedikit yang berpendapat keberadaan AI membuat para pekerja semakin produktif.

AI merupakan kecerdasan buatan yang dirancang pada sistem komputer untuk meniru kemempuan intelektual manusia, mulai dari identifikasi pola, keputusan, dan menyelesaikan pekerjaan yang kompleks dengan efisien.

Dari publikasi Populix, disebutkan bahwa hampir 45% pengusaha di Indonesia menggunakan aplikasi AI dalam menyelesaikan pekerjaan. Survei yang dilakukan terhadap 530 responden menempatkan ChatGPT di urutan teratas dengan presentasi 52%.

ChatGPT atau Generative Pre-Training Transformer, merupakan situs pengolahan bahasa yang dikembangkan OpenAI.  ChatGPT dapat dimanfaatkan untuk membuat teks, menerjemahkan bahasa, hingga menjawab apa pun pertanyaan yang kita ajukan.

Di Indonesia deretan AI paling populer antara lain ChatGPT (52%), Copy.ai 29%, Luminar AI (18%), Oracle (15%), Dall-e (12%). Lalal.ai (12%), dan Outmach (11%).

Lantas apa saja AI yang paling populer di dunia? Pew Research Center pada Desember 2022 menerbitkan hasil riset dengan artikel berjudul “Public Awareness of Artificial Intelligence in Everyday Activities” menyebutkan lebih dari setengah orang Amerika telah menggunakan AI untuk kehidupan sehari-hari mereka.

Survei yang dilakukan terhadap 11.004 responden menunjukkan 27% orang Amerika menggunakan AI beberapa kali dalam sehari sementara 28% lainnya menggunakan AI sehari sekali, dan 44% tidak secara teratur menggunakan AI dalam menyelesaikan pekerjaan dan kegiatan sehari-hari.

Tak hanya itu, 15% responden mengaku bersemangat tanpa khawatir tentang meningkatnya penggunaan AI dalam kehidupan sehari-hari. Namun masih ada kekhawatiran pada 38% responden, dan 46% responden menyambutnya dengan rasa khawatir dan gembira.

Lantas AI apa saja yang cukup mencuri perhatian sepanjang tahun 2023? Berikur deretan AI teratas berdasarkan Technology Magazine.

  1. OpenAI

OpenAI didirikan pada tahun 2015 oleh research lab nirlaba milik Elon Musk. Tahun 2021, OpenAI meluncurkan Dall-e yang mampu menghasilkan gambar digital berdasarkan deskripsi bahasa yang kita perintahkan.

Selanjutnya November 2022, ChatGPT diluncurkan OpenAI dengan kemampuan menjawab berbagai pertanyaan, menerjemahkan, dan menghasilkan teks dengan improvisasi. Menariknya ChatGPT menjadi aplikasi AI paling populer dengan keuntungan sebesar US$200 juta pada tahun 2023.

  1. AI

Observe.AI berfungsi melacak percakapan suara dan teks. Dalam Intelligent Workforce Platformnya mengubah pusat kontak dengan menyisipkan AI dalam percakapan pelanggan, mengoptimalkan kinerja agen, optimasi berulang yang mampu mendorong pendapatan dan retensi.

Tujuan AI ini untuk meningkatkan kinerja pusat kontak untuk mendorong hasil bisnis lebih cepat. Tercatat pada Maret 2022, perusahaan ini meningkat 150% meningkat tiga kali lipat.

  1. Landing AI

Landing AI didirikan oleh Dr. Andrew Ng, Co-Founder Coursera dan Founding Lead Google Brain. Landing AI berfungsi untuk membantu bisnis, mulai dari membantu pelanggan dalam mewujudkan nilai bisnis hingga operasional.

AI paling populer yang dikembangkan Landing AI antara lain LandingLens, platform MLOps perusahaan yang menawarkan alur kerja menyeluruh untuk membangun, mengulang, dan mengoperasionalkan solusi inspeksi visual.

  1. Stability AI

Stability AI merupakan start up visual open source untuk membuat gambar berdasarkan input teks. Sejak 2021 setidaknya 200.000 kreator, pengembang, dan peneliti bergabung untuk mengembangkan perusahaan ini.

Saat ini Stability AI tengah mengembangkan AI terobosan yang diterapkan pada pencitraan, bahasa, kode, audio, video, konten 3D, desain, biotek, dan penelitian ilmiah lainnya. Pada Agustus 2022, diluncurkan Stable Diffusion model teks ke gambar yang terus dilakukan penyempurnaan.

  1. Databricks

Databricks yang didirikan pada tahun 2013, merupakan platform data warehouse pertama dan satu-satunya di dunia yang menggunakan cloud. Databricks mengombinasikan data warehouse dan data lake untuk menawarkan platform terbuka dan terpadu untuk data dan AI.

Tercatat Databricks melayani lebih dari 5.000 organisasi di seluruh dunia, termasuk ABN AMRO, Conde Nast, H&M Group, Regeneron, dan Shell. Perusahaan-perusahaan tersebut mengandalkan Databricks untuk memungkinkan rekayasa data berskala besar, ilmu data kolaboratif, pembelajaran mesin siklus penuh, dan analisis bisnis.

  1. Deep 6 AI

Deep 6 AI adalah start up AI yang berfokus pada perawatan kesehatan dengan mengadopsi sistem kerja profesional paramedis dalam mendiagnosis dan merawat pasien. Algoritme Deep 6 AI mampu menganalisis data medis dalam jumlah besar dan membantu petugas medis membuat keputusan lebih tepat dalam pengobatan.

Perusahaan yang didirikan pada 2016 ini telah menyelamatkan nyawa banyak pasien lantaran mampu bekerja secara real time dan terstruktur.

  1. Shield AI

Didirikan pada 2015, Shield AI merupakan start up AI yang berfungsi untuk melindungi anggota militer serta warga sipil dengan sistem yang cerdas. Hivemind autonomy yang dikembangkan Perusahaan ini adalah Pilot AI otonom dan satu-satunya yang dikerahkan dalam pertempuran 2018.

Hivemind berperan sebagai tim pesawat cerdas dalam melakukan misi mulai dari pembersihan ruangan hingga pesawat tempur F-16. Didukung oleh dana VC Silicon Valley papan atas, Shield AI telah dinobatkan dalam daftar AI 50 dan Startup Terbaik versi Forbes, 100 Perusahaan AI Teratas versi CB Insights, dan Perusahaan Paling Inovatif versi Fast Company.

Itulah beberapa Perusahaan yang mengembangkan AI untuk membantu kehidupan manusia agar lebih produktif dan efisien. Kira-kira aplikasi mana yang telah kamu gunakan Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Muhammad Heri Fadli
Reading Time: 5 minutes

Salah satu alumni Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia sukses menjadi film maker yang mampu menembus festival internasional. Lewat karya-karyanya Muhammad Heri Fadli berkesempatan menyinggahi beberapa negara.

Karya fenomenalnya berjudul Jamal telah dipertontonkan pada 13 festival dalam dan luar negeri. Jamal atau akronim dari “Janda Malaysia” adalah kisah pilu keluarga TKI di Nusa Tenggara Barat. Mengisahkan para istri yang ditinggal suaminya menjadi TKI di Malaysia dan pulang tanpa nyawa. Film ini memperlihatkan realita seorang “Jamal” yang pilu, minim dialog, namun terlihat kuat dan tegar.

Perjalanan Heri menjadi film maker berawal saat dirinya memilih tugas akhir produksi karya film dokumenter sebagai syarat mengajukan kelulusan S1 Ilmu Komunikasi UII. Saat itu film yang diproduksinya berjudul “DAJAL (Dangdut Jalanan) Pembuatan Film Dokumenter Tentang Kesenian Musik Kecimol Sebagai Budaya Populer yang Mulai Mengancam Kesenian Tradisional Gendang Beleq”

Prodi Ilmu Komunikasi UII memang telah menerapkan kebijakan syarat kelulusan dengan berbagai pilihan mulai dari skripsi, proyek komunikasi, proyek kolaboratif internasional, penulisan artikel jurnal, bahkan magang yang laporannya setara dengan skripsi sejak tahun 2015.

Muhammad Heri Fadli

Muhammad Heri Fadli saat mengikuti Toronto Reel Asian International Film Festival

Kebijakan ini akhirnya juga diterapkan pada Merdeka Belajar Episode Ke-26 oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim pada 29 Agustus 2023 lalu. Sontak nama alumni Ilmu Komunikasi yang lebih dulu menjadi sorotan dan rujukan banyak pihak. Penasaran apa saja karya Heri yang tembus festival nasional dan internasional?

Beberapa waktu lalu, Heri telah berbagi pengalaman dan privilesenya memilih lulus jalur karya film dokumenter yang banyak memberinya kemudahan dalam dunia kerja dan studinya.

Berikut beberapa daftar festival yang berhasil diikuti oleh Heri dengan karya-karyanya yang menarik.

Jamal Laurel’s

  1. JAFF-Jogja 2020
  2. Lleida Visual arts-Spain 2020
  3. Ischia Global – Italy 2021
  4. BIKY – Korea 2021
  5. Sundance – Asia 2021
  6. Slamdance – US 2022
  7. Mini Film Fest – Malaysia 2022
  8. Minikino – Bali 2022
  9. Tampere – Finland 2022
  10. Youki – Austria 2021
  11. Toronto Reel Asian 2022
  12. Ningbo Film Festival 2022
  13. Aceh Film Festival 2022

Sepiring Bersama Laurels:

  1. Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2018

Blue Poetry Laurels:

  1. Nominasi Raoul Wallenberg, Nominasi Rangkai Award, Nominasi Best Nasional di Minikino Film Week 2023
  2. Show Me Short Film Festival (Academy Award Qualifying) – New Zealand

Berikut wawancara tim redaksi dengan Heri yang berkisah tentang pengalamannya di dunia film dokumenter.

Muhammad heri fadli

Toronto Reel Asian International Film Festival

Kenapa saat itu lebih memilih proyek karya film dokumenter dibandingkan skripsi untuk pengajuan syarat kelulusan?

Di tahun 2016 itu ada beberapa senior sebenarnya juga mengambil proyek satu film fiksi dan film dokumenter lebih awal. Cuma saya mendengar desas-desus tentang akan ada pilihan selain skripsi ketika ujian nanti. Nah di tahun 2015 itu saya sudah mulai mengambil stok footage untuk jaga-jaga pada saat menggarap skripsi atau tugas akhir itu bisa saya ambil proyek. Betul saja bisa mengambil proyek, saya bisa mengambil film dokumenter karena lebih bisa saya kerjakan tanpa kru yang banyak. Sebetulnya saya itu tidak hanya sekedar karya, justru menurut saya lebih capek mengerjakan karya tugas akhir. Karena nanti ada konsep sama seperti proposal skripsi segala macam, konsep kreatif, landasan teorinya juga ada, kemudian nanti membuat cerita dan lain-lain, alasan memilih objek, dan nanti setelah produksi itu kita diharuskan menganalisis film kita sendiri menjabarkan proses kreatif dan segala macam dalam bentuk laporan yang sebetulnya kalau saya pribadi lebih tebal daripada skripsi, sekitar 200an halamanlah untuk laporan dalam bentuk tertulis dari karya itu. Dan ada dua ujian untuk proyek, ada ujian proyek pemutaran secara umum dengan diahadiri oleh panel yang exspert dibidangnya, bidang film tentunya. Kemudian ada ujian Bersama dosen penguji.

Bagaimana proses produksi tersebut mempengaruhi karier saat ini?

Kalau boleh jujur, terus terang karya film dokumeter yang saya kerjakan saat tugas akhir itu sangat berpengaruh. Karena sebelumnya saya membuat sekitar empat film fiksi. Saat itu saya hanya membuat film suka-suka untuk bersenang-senang, untuk mengasah kemampuan bersama dengan teman-teman. Jadi tanpa ada landasan teori yang jelas, asal tahu teknik merekam gambar, dan penceritaan.

Setelah membuat dokumenter untuk tugas akhir, saya merasakan betul bagaimana persiapannya, pdroses risetnya, dan observasinya. Bahkan saya harus bolak-balik ke Lombok sebanyak tiga kali, berarti enam kali flight pulang pergi dari Jogja ke Lombok untuk revisi, karena ada footage yang kurang. Dan itu memakan waktu. Tet,api dari proses itu saya sadar betul setelah lulus, saya tidak bisa sembarang membuat film. Film yang mampu berbicara adalah film yang membutuhkan riset yang bagus, riset yang jelas, dan mampu kita pertanggungjawabkan karena ada landasan teori dan riset yang kita lewati.

Bagaimana menurut Anda tentang proyek Film “DAJAL” ini?

DAJAL adalah proyek “serius” pertama yang saya kerjakan karena ini adalah tugas akhir. Film ini juga tidak dipublish karena ada rencana untuk diupgrade dan perbaiki dalam waktu satu hingga dua tahun kedepan. Harapannya DAJAL akan keluar denganversi terbaru dengan lebih komplit.

Apa sih untungnya untuk mahasiswa? Padahal kalau dilihat laporannya juga hampir setara dengan skripsi?

Meski kelihatannya lebih rumit karena ada proyek film sekaligus laporan mini yang setara dengan skripsi, karena saat itu belum ada acuan ternyata banyak keuntungan yang saya rasakan. Ada dua keuntungan besar bagi saya pribadi.

Pertama, proyek film dokumenter ini menjadi portofolio yang bisa kita bawa ketika lulus tidak hanya pengalaman teoritis saja.

Kedua, karena laporannya setara dengan skripsi saat lanjut S2 sangat membantu. Laporan tugas akhir film dokumenter tersebut dianggap sebagai skripsi saat mengajukan S2 di Malaysia.

Kalau boleh tahu sudah berapa film yang diproduksi saat ini?

Saya agak lupa sudah produksi berapa film, mungkin lebih dari 12. Tapi yang benar-benar serius itu ada 5 film yaitu DAJAL, Sepiring Bersama, Buah Khuldi, Jamal, lalu Blue Poetry. Jadi total ada 5 film yang menurut saya serius secara konsep, penyampaian materi, dan secara produksi.

Kenapa bisa masuk festival internasional? Karena saya memilih untuk menjadi film maker, setelah lulus kuliah saya melakukan segala cara atau segala usaha. Saya juga mengalami banyak sekali penolakan-penolakan dari banyak festival. Mungkin yang orang-orang tahu dari publikasi ‘Wow karya saya masuk banyak festival’. Padahal banyak juga festival yang tidak nyambung dengan film kami.

Nah buat saya proses-proses itu yang membuat kita lebih kuat dalam produksi. Jadi, penolakan dan hujatan segala macam itu sudah biasa. Justru hasil-hasil itu yang di-highlight oleh orang-orang.

Bisa ceritakan kemarin tiba-tiba jadi di-notice oleh publik?

Tiba-tiba dinotice publik karena proyek tugas akhir, yang perlu publik ketahui menurut saya membuat karya ini lebih melelahkan dan butuh effort. Tapi pilihan ini cocok bagi teman-teman yang mengingnkan hasil lebih.

Ketika mendengar akan ada kebijakan ini, inilah hal yang cocok bagi teman-teman yang menginginkan tidak hanya hasil riset dan berakhir di tumpukan rak perpustakaan. Namun tak jarang hasil riset juga dipublish menjadi karya jurnal.

Lantas, sekarang fokus produksi film atau studi juga?

Fokus keduanya, Insya Allah di bulan November atau Desember akan ke Kuala Lumpur untuk wisuda. Saya menyelesaikan studi tahun lalu di bulan Agustus. DiMalaysia menunggu wisuda cukup lama jadi sekitar setahun.  Saya tetap melakukan produksi film ketika studi, misal sedang tidak studi saya menulis naskah persiapan untuk syuting Saat inisedang proses distribusi film selanjutnya berjudul Blue Poetry yang nanti akan premier di Indonesia yakni Bali International Short Film Festival – Minikino Film Week,kita mendapat tiga nominasi, dan akan dilanjutkan di bulan Oktober di New Zealand pada Show Me Shorths Film Festival, merupakan festival film pendek yang sudah disqualified sertifikasi oleh academy film award Oscar.

Terakhir, kebijakan mas Menteri kali ini menurutmu gimana? Menarik ngga?

Terus terang, menurut saya kebijakan baru ini sangat menarik. Seperti saya bilang tadi karena akhirnya teman-teman mahasiswa mendapat banyak pilihan, tidak hanya skripsi. Karena tidak semua orang suka riset. Banyak otak-otak kreatif terutama yang bersifat pengkaryaan atau mungkin teknik. Menurutku tidak semua jurusan harus membuat pengkaryaan tetapi ada jurusan tertentu yang mungkin lebih condong di karya seperti mahasiswa film, televisi, fotografi. Tentu  akan akan lebih keren kalau mereka membuat galeri fotografi, buku fotografi yang nanti tidak hanya sebagai tugas akhir tapi juga sebagai portofolionya.

Itulah pengalaman menarik yang dibagikan oleh alumni Ilmu Komunikasi UII. Tertarik mengikuti jejaknya, Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

 

 

Proyek karya
Reading Time: 5 minutes

Dalam kebijakan baru yang tertuang pada Merdeka Belajar Episode ke-26, disebutkan bahwa skripsi kini bukan satu-satunya syarat lulus untuk skripsi. Jauh sebelum kebijakan ini diluncurkan, Prodi Ilmu Komunikasi UII telah lebih dulu menerapkannya di tahun 2015.

Ketika kabar kebijakan dari Menteri Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim diluncurkan, nama salah satu alumni Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia viral di media nasional lantaran karyanya yang mendunia. Sosok itu adalah Muhammad Heri Fadli yang kini tengah menyelesaikan studinya di Malaysia.

Akun Instagram media Kumparan mengunggah postingan tentang Heri dengan tajuk “Gak Bikin Skripsi, Lulus Lewat Film, Kini Karya Mendunia” pada 30 Agustus 2023. Unggahan ini sukses menarik penonton sebanyak 535 ribu, dengan 27 ribu like, 235 komentar, dan lebih dari 1.000 pengguna Instagram membagikan informasi tersebut.

Dalam menyelesaikan kuliah S1 di Prodi Ilmu Komunikasi, Heri memilih jalur karya film dokumenter sebagai syarat kelulusannya. “DAJAL (Dangdut Jalanan) Pembuatan Film Dokumenter Tentang Kesenian Musik Kecimol Sebagai Budaya Populer yang Mulai Mengancam Kesenian Tradisional Gendang Beleq” merupakan karyanya yang mengisahkan budaya di Lombok. Hal ini mengantarkannya sebagai sineas muda yang sukses raih penghargaan ditingkat nasional dan internasional.

Tertarik mengikuti jejak Heri?

Nah berikut ini beberapa contoh karya tugas akhir UII yang bisa jadi inspirasimu. Namun sebelumnya, pastikan bahwa di prodi atau jurusanmu, hal ini sudah diakomodasi ya. Misalnya saja prodi Ilmu Komunikasi UII yang menawarkan lima cara untuk meraih gelar S.I.Kom di kampus Ulil Albab antara lain jalur skripsi, proyek komunikasi, proyek kolaboratif internasional, penulisan artikel jurnal, bahkan magang yang laporannya setara dengan skripsi.

  1. Eksistensi Pelaku Street Art dalam berkarya Melalui Film Dokumenter “Di Balik Tembok” di Yogyakarta

Kreator            : Wiwind Nugraha

Karya ini merupakan film dokumenter berdurasi 20 menit yang membahas detail terkait street art di Yogyakarta. Berfokus pada satu tokoh, dokumenter ini dapat mengupas secara rinci lika-liku kehidupan dan proses berkarya dari street artist, sehingga pesan akan lebih mudah dimengerti oleh penonton menurut sudut pandang si tokoh. Pembuatan karya ini memberikan informasi dan mengupas eksistensi dari street artis dalam berkarya dan tetap bertahan serta mampu menghidupi sebuah keluarga.

  1. BEDA (Pembuatan Film Dokumenter tentang Pondok Pesantren 20 Tahun Pasca Reformasi Islam)

Kreator            : Andi Zulham Jaya

Produksi film dokumenter dengan pendekatan ekspositoris ini merekam tentang pondok pesantren 20 tahun Pasca Reformasi Islam. Pondok pesantren pada umumnya adalah tempat atau rumah sementara untuk belajar agama Islam dan untuk mendalami ajaran-ajaran islam. Pasca reformasi, muncul adanya pesantren yang baru, yakni pesantren bagi anak berkebutuhan khusus.

  1. Engkuk Merbabu (Pembuatan Film Dokumenter Mengenai Ancaman Hama Engkuk di Desa Petung, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah)

Kreator            : Farid Iskandar

Berawal dari simpati, film dokumenter ini bercerita tentang permasalahan yang sudah lama dihadapi oleh petani Desa Petung, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Para petani harus menghadapi serangan hama engkuk yang menyerang akar tanaman dan menjadi pemicu utama petani gagal panen dan menanggung kerugian. Dengan pendekatan hybrid, film berdurasi 18 menit ini menceritakan berbagai kegelisahan dan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh petani Desa Petung dalam menghadapi hama Engkuk.

  1. Mengungkap Makna di Balik Topeng (Pembuatan Film Dokumenter tentang Pengungkapan Makna-makna Tersembunyi Kesenian Tari Topeng Cirebon, Jawa Barat)

Kreator            : Aldi Iryandi

Film dokumenter ini merekam sebuah desa yang mencoba untuk mempertahankan dan mewariskan makna-makna Tari Topeng, yaitu Desa Slangit. Desa Slangit merupakan tempat lahirnya Tari Topeng Gaya Slangit, yang mana terdapat sanggar bernama Panji Asmara. Sanggar tersebut dipimpin langsung oleh Inu Kertapati selaku maestro dari Tari Topeng Gaya Slangit.

Film dokumenter berjenis news documentary ini menggunakan pendekatan ekspositoris. Pendekatan ini dipakai untuk menjadi perantara dalam menjelaskan narasi dengan menampilkan gambar-gambar yang sesuai, sehingga pesan akan lebih mudah dimengerti oleh penonton.

Film dokumenter ini mencoba untuk membuka pikiran masyarakat akan pentingnya untuk mengetahui makna-makna kelima Wanda Tari Topeng yang mengajarkan tentang proses kehidupan manusia dan menjelaskan tentan nilai-nilai Islam yang terkandung didalamnya.

  1. Produksi Majalah Fotografi Kreatif Berkonsep tentang Dunia Islam di Indonesia “@THINK”

Kreator            : Ici Dian Adilah

Produksi majalah ini menggabungkan dua keahlian yakni fotografi dan penulisan kreatif. Keduanya erat dengan industri kreatif periklanan. Isi majalah fotografi adalah gambaran dunia Islam yang ada di Indonesia dengan cara mengaitkan dengan kegiatan sehari-hari manusia. Unsur kreativitas sangat kental dalam majalah ini karena berisi tulisan dan foto-foto yang telah dikurasi. Majalah ini dibuat untuk melihat citra alternatif dunia Islam melalui fotografi di Indonesia.

  1. DAJAL (Dangdut Jalanan) Pembuatan Film Dokumenter Tentang Kesenian Musik Kecimol Sebagai Budaya Populaer yang Mulai Mengancam Kesenian Tradisional gendang Beleq

Kreator            : Muhammad Heri Fadli

Karya ini termasuk dalam jenis film dokumenter interaktif, merekam tentang budaya populer yang memberikan pengaruh besar terhadap kebudayaan lokal. Musik Kecimol merupakan produk musik pop yang menyedot perhatian publik mulai menggeser musik tradisional Gendang Beleq.

Lokasi pembuatan film ini di Lombok dengan subjek Suku Sasak yang melibatkan pemilik sanggar, pemain, dan tokoh pemuda. Film ini menjadi medium untuk mempresentasikan gambaran kesenian musik Kecimol dari budaya pop yang menggeser kesenian tradisional Gendeng Beleq dalam prosesi adat Nyongkolan masyarakat suku Sasak.

  1. Rekonsiliasi Ruh (Pembuatan Film Dokumenter tentang Peletakan Batu Nisan di Kuburan Massal Korban HAM 1965 yang Berjudul “Rekonsiliasi Ruh” Berlokasi di Kendal, Jawa Tengah)

Kreator            : Tri Rizal Ghofuur

Karya ini merupakan proyek film dokumenter ekspositori dan observasional yang merekam kegiatan pegiat kemanusiaan dalam proses penisanan. Film ini adalah kegiatan upaya rekonsiliasi korban 1965 dengan pihak pemerintah yang belum menemukan kesepakatan. Selain bukti-bukti pembunuhan massal yang terus bermunculan dengan penemuan kuburan masal tragedi 1965 di Semarang dan Kendal, Jawa Tengah.

Diperkirakan lebih lebih dari 100 orang terbunuh secara paksa tanpa peradilan. Hal ini membuat sekelompok pegiat kemanusiaan dari daerah Semarang dan Kendal melakukan penisananan yang menemui banyak kendala. Tujuan pembuatan film dokumenter ini mencoba menawarkan perspektif baru atas tragedi 1965.

  1. Melawan Batas (Pembuatan Film Dokumenter Melawan Stigma Masyarakat Terhadap Teman Tuli)

Kreator            : Kafin Maulana Rijal

Kelompok difabel sering dianggap sebagai kelompok yang tidak memiliki kemampuan untuk bisa hidup layaknya non-difabel. Namun di kota Yogyakarta tinggallah seorang anak difabel dengan kemauan dan semangat juang besar yang bernama Ahmad Roby Nugraha.

Roby mampu mematahkan stigma buruk masyarakat terhadap kaum difabel yang selama ini selalau dipandang sebelah mata. Proyek ini merupakan karya ilm dokumenter berjenis news documentary yang menggunakan pendekatan ekspositoris.

  1. ASA di ZONA BENCANA (Pembuatan Film Dokumenter tentang “Sekolah Gunung Merapi” dalam Memberdayakan Masyarakat di Kawasan Rawan Bencana)

Kreator            : Galih Yoga Wicaksono

Karya ini merupakan film dokumenter dengan pendekatan ekspositoris yang mencoba menceritakan kembali misi yang sedang diemban oleh Sekolah Gunung Merapi, khususnya dalam bidang mitigasi bencana.

Padukuhan Pangukrejo di Umbulharjo, Sleman termasuk dalam Kawasan Rawan Bencana III Gunung Merapi. Daerah tersebut seharusnya tidak boleh digunakan untuk hunian tetap warga, namun setelah erupsi 2010 banyak warga yang kembali ke sana. Dampaknya mereka tidak bisa mendapatkan fasilitas dan pendidikan yang memadai dari pemerintah. Melalui film ini, diharapkan dapat memberikan wawasan kepada penonton mengenai Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi III dan upaya-upaya yang dilakukan untuk memberikan literasi informasi kebencanaan kepada masyarakat.

  1. FORMART MAGAZINE (Produksi Majalah Tentang Proses Kreatif Street Art dan Penguatan Eksistensi Komunitas Street Art di Yogyakarta)

Kreator            : Azka Destriawan

Proyek karya majalah ini merupakan wacana, proses kreatif, dan dinamika street art di Yogyakarta seperti kesenian lokal, street art graffiti, mural, poster, hingga instalasi yang merespons keresahan masyarakat dan fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar untuk menyuarakan sesuatu di ruang publik.

Melalui dinding dingin kota, artis street art menyuarakan aspirasi masyarakat sebagai bentuk perlawanan. Namun street art kerap dianggap sebagai sesuatu yang ilegal, bentuk vandalisme, bahkan menjadi aksi kriminal karena merusak dan mengotori ruang publik.

Itulah beberapa contoh karya untuk syarat kelulusan S1 dan D4 bagi yang tak ingin memilih skripsi. Bagi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi UII, produksi film menjadi proyek yang paling banyak dilakukan. Lantas bagaimana rencana kamu, Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Society 5.0
Reading Time: 3 minutes

Society 5.0 atau masyarakat 5.0 kini menjadi topik perbincangan hangat di kalangan akademisi. Berbagai universitas di Indonesia telah menyampaikan gagasan Society 5.0 yang dikemas dalam berbagai kegiatan seperti kuliah umum, workshop, seminar, hingga riset.

Masyarakat super cerdas menjadi nama lain dari Society 5.0, yang mana pusat penyelesaian masalah sosial akan diselesaikan melalui integrasi ruang siber dan fisik. Lantas bagaimana peran Ilmu Komunikasi pada Society 5.0?

Tercatat, diskusi terkait Society 5.0 telah ramai sejak awal tahun 2017. Berdasarkan artikel yang diterbitkan oleh Tempo pada 9 Maret 2019 disebutkan bahwa hal ini merupakan proyek Pemerintah Jepang untuk memberi kesan sebagai bangsa yang besar dan disegani.

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yakni Irin Oktafiani dan Ibnu Thufail sepakat bahwa Jepang memang jago dalam menciptakan label yang mengesankan bangsa-bangsa lain. Pernyataan tersebut diungkapkan pada diskusi “Jepang Society 5.0” di Jakarta pada 8 Maret 2019.

Konsep Society 5.0 pertama kali diumumkan secara terbuka oleh Perdana Menteri Shinzo Abe pada forum internasional konferensi CeBIT (Centrum der Buroautomation und Informationestechnologie und Telekommunikation) yang dihelat di Jerman tahun 2017 lalu.

Inti dalam pembahasan itu, Society 5.0 berbeda dengan Industry 4.0 yang digagas Jerman (2010) ataupun Singapore Smart Nation (2014). Ia menegaskan, penggunaan teknologi maju tidak hanya digunakan untuk mendukung industri infrastruktur perekonomian namun juga untuk mendukung kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang.

Timeline selanjutnya di tahun 2019, Abe Shinjo kembali menyampaikan visi Society 5.0 pada Forum Ekonomi Dunia di Davos Swiss. Pada kesempatan itu, pihaknya menyebutkan sebuah masyarakat yang berpusat pada manusia dalam kemajuan ekonomi melalui penyelesaian masalah sosial melalui sistem yang saling terintegrasi baik maya maupun fisik.

Definisi Society 5.0

Dari background di atas, lantas apa definisi Society 5.0? Mengutip laman resmi Japan Cabinet Office, “A human-centered society that balances economic advancement with the resolution of social problems by a system that highly integrates cyberspace and physical space”.

Konsep Society 5.0 menempatkan masyarakat yang berpusat pada manusia demi menyeimbangkan kemajuan ekonomi melalui penyelesaian berbagai masalah sosial dengan sistem yang saling berintegrasi yakni ruang siber dan ruang fisik.

Urutannya sebagai berikut, Masyarakat 1.0 (berburu dan meramu), Masyarakat 2.2 (bercocok tanam), Masyarakat 3.0 (industri mesin), Masyarakat 4.0 (teknologi informasi), dan Masyarakat 5.0 (masyarakat super cerdas).

Berdasarkan penjelasan Japan Cabinet Office, Society 5.0 disebut sebagai masyarakat dengan tingkat konvergensi paling tinggi antara dunia maya dan ruang fisik. Jika pada Masyarakat 4.0 orang-orang mengakses layanan cloud di dunia maya melalui internet dan mencari, mengambil, dan menganalisis informasi atau data.

Sementara pada Society 5.0 hampir seluruh informasi sensor di ruang fisik terakumulasi di dunia maya. Di dunia maya, data besar ini nanti dianalisis oleh kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), dan hasil analisis tersebut diumpankan kembali kepada manusia di ruang fisik dalam berbagai bentuk.

Peran Ilmu Komunikasi dalam Society 5.0

AI menjadi diskusi menarik akhir-akhir ini. Sederet artikel mempertanyakan kemungkinan AI menggeser peran manusia. Terlebih AI menjadi bagian utama pada Society 5.0. Akankah manusia benar-benar akan digantikan AI? Ternyata, manusia tak akan tergantikan karena AI justru membantu manusia untuk lebih produktif. Selengkapnya dapat dibaca pada artikel berikut https://communication.uii.ac.id/benarkah-pekerjaan-manusia-akan-digantikan-oleh-ai-chatgpt-tak-terkendali-hingga-nasib-lulusan-ilmu-komunikasi/.

Dalam Serial Diskoma #8 yang digelar oleh magister Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada diskusi tentang “Artificial Intelligence dalam Industri Komunikasi” muncul pendapat bahwa selamanya AI tak akan menggantikan manusia karena pengetahuan merupakan modal utama yang dimiliki oleh manusia. Sementara informasi yang diakses dengan berbagai platform adalah komoditas. Artinya manusia yang lihai menggunakan AI yang menjadi unggul.

Peran Ilmu Komunikasi cukup besar dalam hal ini, terlebih dalam produksi informasi di tengah-tengah transformasi digital. Lulusan Ilmu Komunikasi menjadi aktor utama dalam produksi informasi.

Transformasi digital merupakan perubahan mendasar terkait cara organisasi beroperasi. Dilansir dari McKinsey & Company, transformasi digital bertujuan untuk membangun keunggulan secara kompetitif dengan teknologi dalam skala besar sehingga mampu meningkatkan pengalaman pelanggan dan menurunkan biaya.

Dalam hal inilah peran Ilmu Komunikasi menjadi penting. Agar tim IT sukses menyempurnakan peran AI dalam transformasi digital perlu ada pemahaman komunikasi yang efektif. Komunikasi menjadi pendorong kesuksesan suatu proyek atau bisnis.

Komunikasi disebut-sebut sebagai kunci kesuksesan ini karena lulusannya dianggap memiliki skill dalam menyelesaikan berbagai masalah mulai dari menjangkau semua karyawan dengan pendekatan multi-saluran, menciptakan budaya perusahaan yang kuat dengan meningkatkan keterlibatan, menciptakan sistem pencatatan yang otoritatif untuk komunikasi, mengoptimalkan seluruh perangkat teknologi komunikasi, menyederhanakan kampanye komunikasi dengan efisien, hingga mengumpulkan analitik kritis untuk menginformasikan strategi.

Terlepas dari prasangka Society 5.0 adalah proyek Pemerintah Jepang, Ilmu Komunikasi adalah pengetahuan yang dinamis dan mampu beradaptasi dalam berbagai kondisi. Bagaimana pendapatmu tentang ini, Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita