Noice
Reading Time: 5 minutes

Noice sebagai salah satu platform konten audio lokal telah merilis audioseries Journal of Terror: Kelana Season 3 pada 25 Juli 2023. Audioseries ini merupakan konten terlaris dari Noice yang ditulis oleh Sweta Kartika. Dalam peluncurannya, ada wajah baru yang akan mendampingi tokoh utama. Ia adalah Pretisya Rahmani yang berperan sebagai Nawang.

Syasya, panggilan akrabnya, adalah alumni Ilmu Komunikasi UII yang mencuri perhatian karena wajahnya muncul di berbagai media nasional pada akhir Juli lalu. Setelah berkecimpung dan menekuni bidang voice over dan dubbing dari lulus kuliah, akhirnya kerja kerasnya menuai hasil.

Profesi ini cukup unik dan menjanjikan, dan tentu saja tak semua orang mampu untuk melakukannya. Dibutuhkan skill khusus untuk menjadi voice talent profesional. Mengutip inavoice.com, voice over talent merupakan profesi pembaca naskah untuk produk audio maupun audio visual.

Menjalani profesi yang unik ini ternyata membawa Syasya menemukan passion-nya. Terlebih, di era digital, profesi voice over talent cukup menjanjikan dan dibutuhkan oleh konten media sosial, advertising, hingga sulih suara film.

Journal of Terror: Kelana Season 3 sendiri berkisah tentang kultur dan klenik di Sunda. Berawal dari petualangan Prana saat KKN (Kuliah Kerja Nyata) bersama 12 temannya di Kampung Cilambayung, Jawa Barat. Prana dan teman-temannya menemui sebuah keganjilan, ia mencoba mengungkap misteri di kampung itu. Salah satu temannya bernama Nawang yang juga anak indigo akhirnya bekerja sama dan mengungkap fakta bahwa desa tersebut adalah kampung pesugihan. Cerita ini didukung dengan riset yang dilakukan oleh penulis terkait cerita budaya Nusantara.

Lantas bagaimana cerita Syasya bisa mendapat peran Nawang dan proses kerja sesuai dengan passion? Berikut pengalaman dan tips-tips yang dibagikan.

Noice

Pretisya Rahmani (kedua dari kanan) resmi menjadi voice talent di audioseries Journal of Terror: Kelana Season 3

Sebenarnya, apa sih nama profesimu ini?

Alhamdulillah, profesiku saat ini menjadi freelancer voice talent, lebih tepatnya ke area voice over talent dan dubbing. Ada yang bilang profesi ini adalah voice actor karena sudah melingkupi semuanya.

Sudah berapa lama memulai karier tersebut? Boleh diceritakan awal mulanya?

Awal mulanya di tahun 2021 aku mulai iseng cari-cari pelatihan online, yah itung-itung isi waktu. Ada beberapa pelatihan online yang aku ikuti. Menurutku, yang paling berkesan adalah pelatihan content creator dan pembuatan audio drama. Nah dari audio drama, ini semua dimulai.

Pelatihan yang membawa aku sampai tahap ini adalah pembuatan audio drama. Kenapa aku memilih itu karena jarang ada ya, kayaknya ini menarik deh, dan perlu untuk dipelajari. Jadi akhirnya aku ikut pelatihan itu.

Pertemuan kedua atau ketiga, host-nya bilang output dari pelatihan ini adalah peserta harus membuat audio drama sendiri. Nah di situ sibuk para peserta mencari kelompoknya, singkat cerita aku dapet teman kelompok. Terus kita mulai menggarap proyek sambil ngobrol banyak hal. Di situ aku tahu, ada dua teman kelompokku yang sudah terjun duluan ke dunia voice over. Bahkan salah satunya adalah ketua komunitas suara, Rumah Suara Kita. Karena aku penasaran, aku gabung komunitasnya. Akhirnya aku diikutkan dalam proyek internalnya.

Lanjut tahun 2022, tepatnya bulan Januari, untuk pertama kalinya aku dan teman-temanku ikut pelatihan basic dubbing di Bandung. Saat itu mentornya Ibu Novi Burhan dan Kak Ihwan Said. Di Bandung itu titik mulai aku memutuskan untuk belajar lebih dalam dunia voice over dan dunia dubbing. Aku merasa jatuh cinta dan mendapatkan support. Akhirnya aku banyak ikut kelas, casting yang tersedia, dan Alhamdulillah di tahun yang sama aku dapet proyek pertama yaitu proyek dubbing. Ada juga proyek voice over sampai sekarang.

Sekarang ‘kan resmi gabung di Noice. Gimana sih tipsnya bisa sampai ke tahap ini?

Alhamdulillah, sekarang aku resmi bergabung ke dalam salah satu proyek audioseries Noice  yang berjudul Journal of Terror: Kelana Seasson 3. Itu ceritanya tentang cowok yang bernama Prana memiliki kemampuan indigo. Seperti namanya jurnal ya berisi catatan-catatn pribadi Prana, tentang pengalamannya yang melibatkan makhluk-makhluk dari dunia lain. Journal of Terror ini adalah audioseries terfavorit di Noice.

Kalau ditanya apa sih tips bisa bergabung? Harus pandai melihat peluang mungkin, jadi aku kebetulan bisa bergabung dan menjadi voice over talent di audioseries tersebut karena ada casting online. Dulu aku lihat di Instagram Noice ada open casting voice over talent for audioseries special project. Tidak cuma dari Instagram, tapi dari grup komunitas yang aku ikuti juga nge-share info tersebut. Qodarullah, aku terpilih menjadi 3 besar finalis dan selanjutnya ada tahap voting online.

Berkat semua dukungan, aku bisa sampai di posisi ini, memiliki kesempatan emas yang datang. Aku benar-benar berterima kasih pada Allah, keluarga, teman-teman, dan komunitas yang benar-benar solid. Support system-nya kuat banget. Aku benar-benar terharu ternyata ada banyaj orang yang aku kenal bahkan gak kenal akupun mau mendukung aku.”

Apakah profesi ini sudah sesuai dengan passion kamu?

Aku bisa bilang iya soalnya aku merasa enjoy banget menjalani ini. Aku merasa lebih hidup, bermakna, punya rutinitas baru yang aku senangi walaupun awal-awal masih ditentang oleh keluarga. Ini juga freelance waktunya tidak menentu, lokasinya juga bisa di mana-mana. Aku pernah dapat project remote, aku rekaman malam-malam bahkan pernah sampai pagi untuk ngejar deadline. Aku juga pernah rekaman di studio yang jauh banget di daerah Gunung Sindur di Bogor.

Apakah profesimu ini sesuai bidang minat saat kuliah?

Bidang minat saat kuliah itu komunikasi strategis. Tetapi sebelumnya dari semester satu, sebenarnya tertarik pada bidang budaya media kreatif. Aku pengen banget masuk bidang minat itu. Pas semester tiga, aku mulai galau antara budaya media kreatif atau komunikasi strategis. Aku tanya dan konsultasi ke keluarga, senior, teman-teman, dan dosen. Akhirnya aku memilih komunikasi strategis. Tapi kalau ditanya sesuai bidang minat atau engga? Kalau “dicocoklogikan”, pekerjaan aku saat ini menjadi voice talent itu masih bisa nyambung. Soalnya di dunia periklanan terutama digital masih butuh jasa voice over, nah aku masih bisa masuk.

O iya dulu aku aktif di Galaxy Radio (salah satu unit kegiatan mahasiswa di Ilmu Komunikasi UII). Jadi waktu awal aku belajar voice over, aku merasa ini kok mirip ya dasar-dasarnya, cara pemanasannya, sama kayak aku belajar jadi penyiar. Jadi masih ada kaitan antara jurusanku Ilmu Komunikasi, bidang minatku Komunikasi Strategis, dan pengalamanku sebelumnya.

Apa tantangan yang biasa dihadapi profesi ini?

Pengalaman aku dapet proyek voice over, jadi sebagai talent kita harus cepat paham brief dari klien. Dan klien kemauannya bisa berubah-berubah kita harus paham, harus sabar banget. Kalau misal klien minta A kita turutin, mau B kita ikutin. Terus kita sebagai talent juga harus punya referensi suara berbeda entah di tone dan emphasize, atau iramanya. Kita harus punya referensi. Nanti klien tinggal memilih mau yang mana.

Punya pengalaman menarik atau mistis selama melakukan profesi ini? Apalagi ini cerita tentang hal yang tak kasat mata?

Alhamdulillah belum memiliki pengalaman mistis selama belajar di profesi ini. Dan jangan sampai aku punya pengalaman itu. Untuk pengalaman paling menarik, semuanya menarik. Semula aku kira bakal dapet proyek dubbing animasi gitu dan ternyata realitanya aku dapet proyek reality show. Perannya manusia asli, output suara yang diinginkan itu harus bisa senatural mungkin selayaknya manusia pada umumnya. Gak ada tuh yang dianeh-anehin, dilucu-lucuin.

Nah menurutku itu susah, apalagi saat itu peranku sebagai pasangan muda. Aku harus retake berkali-kali karena emosinya engga dapet. Terus aku tanya sama voice director-nya, gimana caranya aku bisa memerankan tokoh ini dengan baik. Akhirnya diberi saran untuk recall memory momen bersama pacar. Ketika aku dapat jawaban itu, aku ingin nangis. Aku belum pernah punya pengalaman seperti itu, aku belum punya pengalaman romantis.

Resmi gabung di Noice, gimana sih rasanya diliput banyak media?

Sebagai orang baru di dunia voice acting ini deg-degan parah. Jadi media session itu tujuannya untuk memperkenalkan dan membangun awareness dari Jurnal Kelana Session 3 yang baru rilis dengan efek binaural audio lewat program listening session. Jadi di hari itu kita sambil denger trailer dan episode pertamanya. Itu mengundang media dan partner lainnya. Saat itu aku dan Kak Sigi pemeran Prana mewakili pengisi suara dari Journal of Terror: Kelana Season 3. Dan aku juga mewakili pemenang dari casting online Noice special project.

Bertemu circle baru yang bakal dikenal banyak publik, bagaimana cara kamu menghadapinya?

Kalau aku pribadi, aku tetap ingin menjadi Pretisya sih hehehe, namun menjadi Pretisya yang berprogres menjadi lebih baik dan terus belajar menjadi voice talent professional bahkan aku ingin dikenal karena karakter suara aku sendiri. Branding, PR banget. Bagaimana caranya aku membranding diri aku. Niat ada, ide ada, realisasinya itu yang sulit.

Bagaimana Comss apakah tertarik dengan profesi voice over talent? Jika tertarik, tentu bisa mempersiapkan sejak sekarang. Salah satu cara adalah bergabung dengan komunitas seperti pengalaman Pretisya.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

International Workshop
Reading Time: < 1 minute

International Workshop “Semiotics of Brands and Consumer Culture”

Speaker: Prof. Kristian Bankov

New Bulgarian University – Secretary General of International Association for Semiotic Studies (IASS)

This one day workshop aims to delve into the application of semiotics as a valuable tool box for critically analyzing the phenomena of brands  and consumer culture. Throughout the workshop, participants will actively engage in examining various brands, advertising, and marketing cases, employing some semiotic models.

The overarching goal of this workshop is to enhance the participants analytical skills in conducting semiotic research on brands and consumer culture. The workshop will be divided into  four parts:

  1. Introduction to applied semiotics in advertising , marketing and branding
  2. Analysis of concrete commercials
  3. Introduction to semiotics of branding
  4. Analysis of local brands using the brand mythology model

Will be held:

  • Yogyakarta (hybrid), 22 August 2023 at 08.00-16.00 WIB
  • 3rd floor Audio Visual Room Departement of Communication, Universitas Islam Indonesia, Jl. Kaliurang  14,5 Sleman, Yogyakarta
  • Limited for 20 participants (on-site) and 25 participants (online). Please kindly register here https://bit.ly/workshopsemiotics2023 by 18 August 2023
  • Free of charge, the participants will get certificate, lunch and coffee break

 

Komunitas
Reading Time: 3 minutes

Resmi menjadi mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UII tentu wajib tahu apa saja komunitas-komunitas yang ada di dalamnya. Bagi mahasiswa baru (maba) informasi terkait komunitas sangat penting demi menyalurkan bakat dan minat.

Di Prodi Ilmu Komunikasi terdapat lima komunitas yang berada di bawah naungan Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi UII (Himakom). Lima komunitas tersebut fokus terhadap dunia Ilmu Komunikasi yang akan bermanfaat untuk kariermu dalam jangka panjang mulai dari dunia fotografi, film, riset, jurnalistik, dan broadcasting.

Perlu maba ketahui, manfaat bergabung komunitas antara lain memperluas koneksi, melatih keterampilan komunikasi, berbagi ilmu dan pengalaman, berkolaborasi, dan perspektif baru.

Lantas perlukah bergabung dalam suatu komunitas? Yang pasti dengan bergabung di komunitas, Anda akan menemui banyak orang dengan background yang berbeda bahkan dengan pengalaman-pengalaman yang mumpuni di bidangnya.

Berikut beberapa komunitas-komunitas yang ada di Prodi Ilmu Komunikasi UII yang dapat diikuti oleh maba.

  1. Klik 18

Klik 18 atau Komunitas Lensa Ilmu Komunikasi UII yang aktif pada bidang fotografi. Banyak sekali kegiatan yang dilakukan oleh komunitas ini mulai dari workshop, hunting foto, hingga lomba-lomba nasional.

Salah satu agenda yang rutin digelar adalah gelar karya. Beberapa bulan lalu, Klik 18 menggelar pameran bertajuk  “Hidden Gems Photography Exhibition: Potret Pesona Hidden Gems Indonesia dalam Fotografi Landscape di Yogyakarta tahun 2022”.

Bagaimana tertarik menyalurkan bakat fotografimu? Klik 18 adalah komunitas yang tepat untukmu.

Instagram                    : klik18uii

Contact person            : 082281189164

  1. Kompor.kom

Kompor.kom adalah akronim dari Komunitas Pilem Orang Komunikasi, bagi Anda yang tertarik dengan dunia perfilman wajib untuk bergabung dengan komunitas ini.

Bergabung dengan komunitas ini akan mempertemukan Anda dengan sineas-sineas Tanah Air. Pengalaman menggarap proyek film dari menulis skrip, mengatur peran talent, hingga teknik videografi akan didapatkan di sini.

Beberapa kegiatan yang dilakukan komunitas adalah screening sekaligus diskusi film dari berbagai perspektif yang menarik. Apakah tertarik menjadi bagian dari komunitas ini?

Instagram                    : kompor.com

  1. RedAksi

RedAksi memiliki tagline “Lugas Membaca Realita” merupakan komunitas jurnalistik Ilmu Komunikasi UII.

Komunitas ini berfokus pada kondisi-kondisi sosial yang terjadi dan menuliskannya menjadi sebuah karya jurnalistik. Selain itu, RedAksi aktif melakukan kegiatan sosial, baru-baru ini RedAksi berkolaborasi dengan Literasik.Kom melakukan kegiatan pemberdayaan di Panti Asuhan Al Wahhaab Sinar Melati 11 dengan tajuk “Pengembangan Literasi pada Anak Membuahkan Sebuah Karya”.

Menariknya komunitas ini juga ada kegiatan visit media, beberapa media yang pernah dikunjungi adalah Hipwee, Hookspace, Provoke Magazine Jogja, dan Mojok. Visit ini bertujuan untuk sharing dan diskusi terkait kerja media.

Ingin terjun ke dunia jurnalistik? Sepertinya cocok untuk belajar di RedAksi dengan pengalaman-pengalaman menarik dari anggota yang lain.

Instagram                    : redaksikomunikasi

  1. Dispensi

Dispensi merupakan akronim dari Diskusi dan Penelitian Komunikasi. Dalam akun Instagramnya disebut “Dispensi adalah counterculture berkedok komunitas diskusi dan penelitian”. Komunitas ini adalah wadah bagi kamu yang memiliki perspektif kritis. Apa saja bisa didiskusikan hingga menjadi bahan penelitian!

Dispensi juga menjadi salah satu komunitas yang paling aktif karena rutin menggelar diskusi bulanan yang berkolaborasi dengan PDMA Nadim. Isu-isu menarik dibahas, seperti diskusi beberapa waktu lalu yang bertajuk “Wacana Keseharian Para penggemar K-Pop” menjadi perbincangan menarik dalam perspektif komunikasi.

Apakah kamu tertarik dengan komunitas ini? Cari tahu melalui akun Instagram di bawah ini ya.

Instagram                    : dispensi_uii

  1. Galaxy Radio

Galaxy Radio dengan saluran 107.8 ini merupakan komunitas radio kebanggaan Prodi Ilmu Komunikasi UII. Dengan tagline “Your Universe of Music” komunitas ini selalu menemani para mahasiswa dengan musik-musik populer saat bersantai di sekitar kampus.

Bagi kamu yang tertarik dengan dunia penyiaran, wajib untuk bergabung dengan komunitas ini. Kamu bisa belajar dari announcer cara mengolah vokal, manajemen siaran radio, teknis operasional siaran, kegiatan lain seperti pengembangan skill, workshop, hingga visit ke beberapa radio komersial maupun radio komunitas.

Instagram                    : 107.8galaxyradio

Bagaimana Comms tertarik dengan komunitas yang mana nih? Tenang, biasanya komunitas-komunitas ini akan membuka pendaftaran pada bulan September. Siap-siap ya!

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Mahasiswa
Reading Time: 2 minutes

Mahasiswa baru (maba) akan dihadapkan berbagai pilihan organisasi di kampus setelah mengikuti masa orientasi di Universitas Islam Indonesia (UII)-dikenal dengan nama Pesona Ta’aruf atau lazimnya ospek.

Secara umum, berbagai organisasi di kampus akan dikenalkan pada saat ospek. Perbincangan-perbincangan sesama mahasiswa soal pilihan organisasi menjadi hal yang umum terjadi. Hingga akhirnya mahasiswa memutuskan organisasi apa yang akan diikuti.

Biasanya, alasan mahasiswa mengikuti organisasi di kampus antara lain untuk menambah relasi, melatih soft skill, dan mendapat sertifikat.

Selain organisasi, maba juga harus memikirkan bidang akademik agar mampu meraih Indeks Prestasi Mahasiswa (IPK) sesuai ekspektasi. Namun, apakah bisa mahasiswa raih IPK tinggi dengan tetap aktif berorganisasi? Simak penjelasan berikut ini ya, Comms.

Organisasi adalah sistem yang saling berkoordinasi satu sama lain demi tujuan bersama. Jika sistem terjadi di kampus maka disebut organisasi kampus atau biasa disebut organisasi mahasiswa kerana anggotanya adalah mahasiswa. (Dakwah dan Komunikasi: Konsep dan Perkembangan, Dr. Qudratullah, S.Sos., M.Sos.)

Berdasarkan penelitian “Analisis Tingkat Pengaruh Keaktifan Kegiatan Akademis Mahasiswa Terhadap Indeks Prestasi Kumulatif” yang dilakukan oleh Rahma Fariza dkk dari Universitas Islam Indonesia dalam Conference: IENACO (Industrial Engineering National Conference) 8 tahun 2020 menyebut faktor-faktor yang dapat memengaruhi prestasi belajar mahasiswa antara lain uang saku, usia, nilai rata-rata ujian nasional, banyaknya organisasi yang diikuti, lama belajar, dan penggunaan internet.

Sementara soal keikutsertaan organisasi dengan pengaruh IPK juga dibahas pada penelitian yang dilakukan oleh Rinto Alexandro dkk dari Universitas Palangka Raya. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Keaktifan Berorganisasi Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UPR” menyebutkan data-data yang menarik.

Hasil yang didapatkan adalah keaktifan mahasiswa dengan tingkat sangat aktif (2 organisasi internal dan 2 organisasi eksternal) memiliki IPK rata-rata 3,60 dengan IPK paling tinggi 3,81 dan terendah 2,43. Selanjutnya tingkat aktif (1 organisasi internal dan 1 organisasi eksternal) memiliki IPK rata-rata 3,31 dengan IPK tertinggi 3,75 dan IPK paling rendah 2,25. Terakhir mahasiswa kategori cukup aktif (1 organisasi internal) rata-rata memiliki IPK 3,36 dengan IPK tertinggi 3,61 dan terendah 3,11.

Jika melihat data di atas memang semakin aktif mengikuti organisasi, semakin tinggi juga IPK yang diraih oleh mahasiswa. Namun coba perhatikan IPK terendah dari masing-masing tingkat keaktifan mahasiswa.

Inilah perlunya mengetahui bagaimana kita menentukan prioritas. Berikut beberapa cara atau tips agar maba mampu raih IPK tinggi namun tetap aktif dalam organisasi.

  1. Akademik menjadi prioritas utama

Tanggung jawab pertama bagi mahasiswa adalah mendapat nilai yang tinggi dengan mempelajari mata kuliah yang telah diikuti. Karena kedisplinan akan mempengaruhi masa studi Anda, tidak cukup nilai baik, namun materi harus dipahami agar bisa menerapkannya setelah lulus.

  1. Membuat jadwal dan perencanaan

Kuliah tentu membutuhkan perencanaan yang baik, membuat jadwal bisa menjadi solusi. Lakukan dan selesaikan kegiatan berdasarkan prioritas. Jangan lupa untuk mengatur jadwal belajar, menyelesaikan tugas, dan kegiatan organisasi.

  1. Memilih organisasi yang tepat

Jangan asal bergabung dengan organisasi yang ditawarkan. Anda harus mengetahui passion dan kebutuhan yang perlu Anda kembangkan. Hindari mengikuti banyak organisasi namun tidak fokus. Pilih satu atau dua organisasi yang menurutmu paling tepat. Prioritaskan organisasi yang mendukung kegiatan akademik Anda di kelas dan juga mengembangkan relasi.

  1. Istirahat cukup

Nilai A memang menjadi tujuan, namun jangan terlalu berlebihan dan memaksa dirimu. Karena belajar berlebihan juga membuat Anda justru tidak dapat berkonsentrasi dengan baik. Belajar selama 45 menit hingga 1 jam lalu beri jeda untuk istirahat.

Itulah beberapa tips dan cara agar prioritas akademik dan organisasi yang kamu ikuti berjalan seimbang tanpa ada hal yang perlu dikorbankan. Bagaimana menurutmu, Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Karel Fahrurrozi kerja di Persis Solo
Reading Time: 3 minutes

Profesi content writer menjadi ladang baru bagi lulusan Ilmu Komunikasi di era digital. Selain kemampuan menulis yang mumpuni, kerja kreatif dan cepat menjadi skill utama yang wajib dimiliki bagi mereka yang terjun di bidang ini.

Content writer adalah penulis profesional yang bekerja untuk memproduksi artikel-artikel menarik dan kreatif di media online maupun portal media. Banyak organisasi yang meng-hire para penulis untuk memberi warna demi mencapai target audiens.

Jika kita melakukan pencarian profesi content writer di Jobstreet (9 Agustus 2023) setidaknya ada 2.900 lowongan pekerjaan yang menawarkan posisi ini. Sebanding dengan data APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) yang menyebut, pengguna internet di Indonesia terus meningkat yakni 210 juta pengguna di tahun 2022.

Salah satu organisasi yang menjadi sorotan publik adalah klub sepak bola. Dengan fans fanatic yang tersebar, mau tak mau media sosial hingga website resmi menjadi rujukan utama termasuk klub sepak bola milik Kaesang Pangarep.

Klub kebanggaan warga Solo Raya yakni Persis Solo kini tengah berkompetisi di Liga 1. Laskar Sambernyawa akhirnya naik kasta tertinggi sejak awal tahun 2022 lalu setelah hampir 14 tahun bercokol di Liga 2.

Di balik eksistensi persissolo.id dan akun Instagram @persisofficial yang memiliki lebih dari 400 ribu followers, tentu ada orang-orang kreatif di baliknya. Salah satunya adalah alumni Ilmu Komunikasi UII Angkatan 2016 yang bernama Karel Fahrurrozi. Ia telah menjadi bagian creative content writer Persis Solo sejak Maret 2022.

Melihat hiruk pikuk dunia sepak bola, ternyata tak membuatnya pusing dengan pekerjaan. Ia menilai pekerjaan yang dipilihnya sesuai dengan passion dan bidang minat semasa kuliah. Selain itu, kultur yang dibangun di lingkungan kerja cukup fleksibel dan sesuai dengan karakter Gen Z yang sangat dinamis.

Berikut keseruan kerja sebagai creative content writer di Persis Solo yang dilakoni oleh Karel Fahrurrozi.

Menjadi Creative Content Writer di Persis Solo sudah berapa lama, Kak?

“Dari Maret 2022, kurang lebih berarti udah 1,5 tahun.”

Kalau boleh tahu, tulisan Kak Karel itu yang dimuat dalam website resmi Persis atau khusus untuk publikasi di media sosial? 

“Di dua-duanya sih. Semua tulisan di persissolo.id sama copywriting di sosmed (Isntagram @persisofficial) dan semua sosmednya sih.”

Dulu bidang minat saat kuliah apa ya? Apakah linear dengan pekerjaan saat ini?

Alhamdulillah sama (bidang minat dan passion). Aku ambil jurnalistik penyiaran (saat kuliah),”

Apakah ada target tulisan setiap hari kak? Minimal berapa artikel per hari?

“Kebetulan gak ada target per hari sih. Soalnya untuk kebutuhan rilis di website lebih ke kondisional sama insidental aja.”

 Apakah pekerjaan kakak ini fleksibel dikerjakan di mana saja? Atau harus ngantor?

“Di tempatku tetep harus ngantor, tapi jamnya fleksibel banget. Gak yang nine to five gitu, yang penting daily task kelar, ke kantor buat absen harian.”

Kira-kira cocok ngga buat Gen Z yang berjiwa dinamis dan ekspresif?

“Cocok banget. Soalnya gak ada tekanan jam kerjanya hahah.”

Dari tadi seru semua, apa sih kendalanya kerja jadi content writer?

“Waduh apa ya. kalau dari aku pribadi sih paling pas wawancara pemain asing. Soalnya mereka gak bisa ngomong Bahasa Indonesia dengan lancar dan Inggrisnya pun juga kacau (tidak lancar). Jadi agak nerawang dikit pas nulisnya hahah.”

Oiya, apa rahasia dan tips bisa diterima di Persis Solo Kak?

“Kalau tipsnya apa ya, aku juga gatau sih. Mungkin lebih ke portofolio yang aku punya kali ya, karena pas masih kuliah dulu kebetulan aktif di Lembaga Pers Mahasiswa juga.”

Terakhir, kamu wajib liputan dan ngikutin tim Persis Solo berarti?

“Gak selalu sih kak, kadang liputannya juga via online aja udah cukup.”

Ternyata seru ya jika kita kerja sesuai passion dan bidang minat semasa kuliah. Kerja tanpa banyak beban dan pusing. Satu hal yang penting dari cerita Kak Karel, banyak-banyakin portofolio ya. Jadi gimana nih, Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

 

Desain Grafis
Reading Time: 3 minutes

Siapa yang tidak tahu klub sepak bola PSS Sleman? Klub asal Sleman DIY itu tengah berjuang di kasta tertinggi sepak bola Indonesia atau Liga 1. Selain memiliki fans fanatik yang solid seperti BCS, Slemania, dan Sleman Fans, klub ini memiliki engagement yang luar biasa melalui media sosial yang dibangun.

Tampilan feed Instagram klub ini tak pernah gagal membuat para fans bangga mengidolakan Super Elang Jawa dan kerap me-repost ke media sosial pribadi masing-masing. Tak hanya itu, salah satu fans menyebut bahwa tampilan grafis Instagram @pssleman selalu menjadi trendsetter bagi klub sepak bola lainnya.

“Menariknya karena design kekinian dan selalu menjadi trendsetter design bagi klub-klub lain. Selain itu ilustrasinya selalu menarik dan informatif,” ucap Bayu Prabowo yang mengaku sebagai Sleman Fans.

Didukung dengan design graphic yang menarik, hal ini menempatkan Instagram PSS Sleman menempati peringkat 10 besar peringkat klub Liga 1 Indonesia dengan jumlah followers Instagram terbanyak. Seperti dikutip dari Katadata.co.id, Instagram PSS Sleman berada di urutan ke-delapan dengan 700 ribu followers (per 19 Juni 2023).

Ternyata, sosok di balik graphic design menarik itu adalah Rosikhul Ilmi. Ia adalah alumni Ilmu Komunikasi UII Angkatan 2016. Berbekal segudang pengalaman dan portofolio menarik, pemuda itu mantap mengikuti seleksi menjadi graphic designer di PSS Sleman sejak tahun 2021.

Rosikhul Ilmi tak hanya bercerita tentang pekerjaannya, ia juga membagikan beberapa tips yang berguna bagi Gen Z yang juga tertarik dengan dunia design. Menurutnya, kecenderungan Gen Z yang ekspresif dan menyukai hal-hal dinamis cocok banget untuk profesi ini.

Penasaran bagaimana proses kerja dan rahasia design graphic PSS Sleman? Berikut hasil wawancara kami dengan Roshikul Ilmi  pada 7 Agustus 2023

Sejak kapan mulai bergabung menjadi bagian PSS Sleman?

“Sejak 2021, bulannya lupa. Yang pasti ketika sepak bola Liga 1 mulai musim 2021/2022.

Bagaimana tipsnya agar dilirik oleh klub PSS Sleman?

“Waktu itu sih masuk lewat proses open recruitment, ada bukaan lowongan untuk desainer grafis ya udah coba-coba saja. Kalau untuk tipsnya yang pasti portofolio karya sangat berpengaruh. Alhamdulillah waktu kuliah saya lumayan punya banyak portofolio karya waktu bergabung dengan berbagai event git. Jadi waktu apply di PSS bisa saya pamerin itu portofolio-portofolionya.”

Apakah pekerjaan ini sesuai dengan bidang minat atau passion?

“Iya, sejalan dengan minat saya di bidang desain visual.”

Demi menghasilkan desain yang menarik, apa tantangan dan solusinya?

“Untuk tantangannya, menurut saya pribadi itu desainer grafis pasti dituntut untuk selalu menciptakan karya yang fresh dan baru agar audiens tidak bosan. Jadi proses mencari idenya itu yang menjadi tantangan. Selain itu, tugas utama desainer grafis juga salah satunya adalah untuk menyampaikan pesan ke dalam elemen grafis, jadi biar pesan lebih gampang dipahami sama audiens. Percuma desainnya bagus-bagus tapi pesan yang mau disampaikan malah gak efektif. Nah cara kita mengolah dan membungkus pesannya itu juga jadi tantangan.”

Soal flow kerja, apakah ada target dan berapa desain yang harus diselesaikan dalam satu hari?

“Nah, bedanya pekerjaan bidang sepak bola dan industri-industri lain salah satunya adalah flow kerja yang sangat cepat. Contoh kalau sepak bola, misal sore ini ada daftar pemain yang akan bertanding nanti sore, bisa aja setengah jam selanjutnya itu daftar pemainnya berubah lagi karena ada yang cedera. Bisa dibilang juga kami gak ada jadwal atau agenda yang saklek karena semuanya bisa berubah kapan saja. Jadi untuk flow kerja cepat banget. Untuk target gak ada, kerjaan saya sebagai desainer grafis itu ngikutin agenda dari tim, jadwal-jadwal pertandingannya, jadwal latihannya dan sebagainya. Ya bisa dibilang fleksibel sih, gak ada yang saklek.”

Kalau boleh tahu, apa saja job desc kamu?

Job desc saya membuat semua kebutuhan-kebutuhan grafis di media sosial, konten-konten Instagram, thumbnail YouTube, grafis match promotion ketika menjelang pertandingan, kadang bikin konten gambar ilustrasi-ilustrasi juga untuk di media sosial.”

Tips kerja cepat dan efektif bagi graphic designer?

“Setiap awal musim itu kami pasti bikin kaya sejenis panduan grafis gitu, graphic guideline untuk 1 musim ke depan. Pemilihan font, pemilihan warna, dll. Jadi ya itu mempermudah juga buat kerja cepet.”

Kalau boleh tahu ada berapa graphic designer di klub PSS Sleman?

“Desainer grafis di tim kami ada 3. Saya sendiri tanggung jawab di bagian media sosial utama, ada yang fokus untuk sosial media di tim muda (Akademi PSS), sama satu lagi fokus untuk kebutuhan PSS Store.”

Apakah pekerjaan ini cocok bagi Gen Z yang cenderung dinamis dan ekspresif? Dan apakah kamu wajib ngantor?

“Cocok, apalagi ini industri olahraga gak bosenin soalnya, asik juga. Kalo pertanyaannya wajib ngantor apa engga? Untuk divisi saya sendiri kan media, nah itu kerjanya fleksibel soalnya kadang ngikut tim juga kan jadi gak bisa selalu di kantor. Ya fleksibel sih, yang penting presensi dan kerjaan beres.”

Itulah hasil perbincangan dengan sosok di balik design menarik klub PSS Sleman. Gimana, kamu tertarik untuk menjadi graphic designer seperti Rosikhul Ilmi? Yuk optimalkan selagi belajar di Prodi Ilmu Komunikasi UII ya, Comms.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Fikom Unisba
Reading Time: 2 minutes

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung (Unisba) melakukan kunjungan ke Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia pada 7 Agustus 2023. Kunjungan ini bertujuan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) bagi asisten Laboratorium Simulasi Komunikasi Fikom Unisba.

Dipimpin oleh Dr. Rita Gani sebagai Kepala Laboratorium Simulasi, rombongan Fikom Unisba sampai di Gedung Unit 18 Ilmu Komunikasi sekitar pukul 08.45 WIB. Kedatangan itu tentu disambut hangat oleh keluarga besar Prodi Ilmu Komunikasi, termasuk Kaprodi Ilmu Komunikasi Iwan Awaluddin, Ph.D, dan Dr. Zaki Habibi selaku Kepala Laboratorium Ilmu Komunikasi UII.

Dalam kesempatan ini, Dr. Zaki Habibi memperkenalkan Laboratorium Ilmu Komunikasi beserta gagasan-gagasan di dalamnya. Poin utama yang menjadi sorotan pada perbincangan itu terkait bagaimana laboratorium mampu menunjang kebutuhan seiring berkembang dan berubahnya kurikulum.

“Teknologi dapat berganti dan berubah dalam hitungan hari, begitupun kurikulum akademik. Bagaimana kita mengikutinya?” ungkap Dr. Zaki Habibi.

Menjawab pertanyaan tersebut, Dr. Zaki Habibi menjelaskan sejarah Laboratorium Ilmu Komunikasi yang dibangun pada 2007 untuk memenuhi kebutuhan skill mahasiswa. Hingga akhirnya ada perombakan besar-besaran tahun 2014, namun kurikulum terus berjalan dan berubah.

Hingga akhirnya pada 2017, dibuatlah konsep dengan sasaran dengan komponen yang sama atau modular.

“Untungnya tahun 2017 kita menciptakan sebuah rancangan, konsepnya modular yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan praktikum,” ujarnya.

Fikom Unisba

Pemberian kenang-keangan antara Fikom Unisba dengan Prodi Ilmu Komunikasi UII

Selain teknologi, peran SDM pada laboratorium dianggap menjadi kunci utama. Untuk itu, Kepala Laboratorium Ilmu Komunikasi UII menyebut bahwa langkah efektif lainnya adalah dengan melakukan pengembangan kapasitas SDM. Berbagai kerja kreatif dan keterlibatan staf hingga kerja kolaboratif dilakukan agar laboratorium mampu menjadi bagian pendampingan mahasiswa.

“Yang paling efektif kapasitas orang per orang. Bertumbuh bersama dengan semangat kolaborasi. Karena kalau sendiri kadang ide juga mentok. Jadi kita sering lakukan kolaborasi dengan berbagai pihak. Seperti program Kaliurang Festival Hub yang menjadi ruang bertemunya para kreatif,” ungkapnya.

Senada dengan Dr. Zaki Habibi, Kaprodi Ilmu Komunikasi UII Iwan Awaluddin Yusuf, Ph.D, menyebut bahwa dengan kolaborasi, akan saling menguntungkan karena ada pertukaran potensi. Apalagi di tengah teknologi kecerdasan buatan atau AI yang makin pesat.

“Bisa berkolaborasi dan saling menguntungkan. Bertukar potensi, perjumpaan-perjumaan ini akan mempertemukan kelebihan dan kekurangan sehingga bisa mengisi ruang-ruang dan kita kembangkan. Mulai dari ide kreativitas apalagi  saat ini kita dihadapkan dengan tantangan kecerdasan buatan AI. Maka kapasitas manusia juga harus terus berkembang,” ujarnnya.

Dr. Rita Gani juga bercerita tentang sistem rekrutmen asisten Laboratorium Simulasi Komunikasi yang ditujukan kepada mahasiswa Ilmu Komunikasi secara professional dengan pola seleksi yang terukur.

Setelah diskusi rampung, rombongan Dr.Rita Gani berkeliling melihat dan mencoba langsung fasilitas yang dimiliki oleh Prodi Ilmu Komunikasi UII. Mulai dari Ikonisia TV, laboratorium Fotografi dan Multimedia, Lab TV & Podcast, hingga PDMA Nadim.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Gender
Reading Time: 4 minutes

Isu gender cukup menarik untuk diteliti. Suara-suara kesetaraan gender telah menggema di berbagai sektor. Tak hanya itu, dukungan kesetaraan gender kini mulai masif dengan adanya beberapa akun media sosial seperti konde.co, magdaleneid, PurpleCode Collective, dan lainnya.

Global Gender Gap Report 2022 (WEF) merilis laporan terkait kesenjangan gender di ASEAN.  Dalam laporan diterapkan sistem skor dengan skala 0-1. Skor 0 berarti kesenjangan gender yang sangat lebar, sedangkan skor 1 menunjukkan tercapainya kondisi kesetaraan penuh. Di Asia Tenggara, posisi puncak tingkat kesetaraan terbaik diduduki oleh Filipina dengan skor 0,783. Sementara Indonesia menempati urutan ke-7 dengan skor 0,697.

Gender adalah peran dan status yang telah melekat pada perempuan dan laki-laki yang berasal dari konstruksi sosial budaya serta struktur masyarakat. Lantas bagaimana posisi gendesr dalam kajian Ilmu Komunikasi?

Ilmu Komunikasi mampu menyentuh setiap sudut kehidupan manusia, termasuk dalam kajian komunikasi gender. Komunikasi gender menjadi salah satu bidang studi yang menitikberatkan manusia sebagai makhluk gender berkomunikasi. Ivy and Backlund menyebutkan “Gender communication is communication about and between men and women”.

Beberapa teori yang umum digunakan untuk meneliti isu gender dalam kajian komunikasi antara lain Genderlect Theory, Standpoint Theory, dan Muted Group Theory. Bagi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi berikut beberapa contoh riset yang bisa menjadi inspirasi skripsi.

  1. Framing Media Merekam Feminisme Indonesia

Abstrak: Artikel ini menjelaskan pembingkaian feminisme di surat kabar Indonesia. Sebagai contoh, akan dibahas bagaimana feminisme Indonesia dibingkai dalam Harian KOMPAS dari tahun 1997-1999. KOMPAS dipilih sebagai objek penelitian karena surat kabar ini menerbitkan berita-berita tentang gender dan gerakan perempuan secara berkala. Pembahasan dalam penelitian ini akan berkisar pada analisis tekstual hingga produksi berita tentang feminisme di ruang redaksi media. Melalui artikel ini, kita juga dapat melihat bagaimana media secara etis harus merespons isu-isu sensitif. Karena dalam situasi apapun, media harus selalu memberitakan kebenaran, demi melindungi hak-hak dasar masyarakat.

Metode penelitian       : Analisis framing

Penulis                        : Pratiwi Utami, Universitas Gadjah Mada

  1. Pembungkaman Kaum Perempuan dalam Film Indonesia (Penerapan Teori Muted Group dalam Film “Pertaruhan”)

Abstrak: Jenis kelamin dan gender adalah dua konsep yang berbeda. Namun bagi perempuan, gender atau sifat yang melekat pada proses kultural memunculkan berbagai ketimpangan dalam masyarakat seperti marginalisasi, stereotip, kekerasan dan pelabelan negatif.

Artikel ini berfokus pada peran perempuan dilihat dari Teori Kelompok Bungkam tentang pembungkaman perempuan di ruang publik dalam film “At Stake (Pertaruhan)”. Film ini terdiri dari empat cerita pendek yaitu Usaha untuk Cinta, Apa Gunanya, Nona atau Nyonya, dan Harta Anak-Anak.

Metode penelitian       : Analisis dengan Muthed Group Theory

Penulis                        : Ratna Permata Sari, Universitas Islam Indonesia

  1. Peran Manajerial Praktisi Humas Perempuan Lembaga Pemerintah dalam Profesi yang Didominasi Perempuan

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengevaluasi peran-peran yang dilakukan praktisi hubungan masyarakat (humas/public relations) lembaga pemerintah di Jawa Timur. Humas telah dikenal sebagai profesi bergender karena makin banyak perempuan memasuki profesi ini. Perempuan, secara umum, memiliki skill komunikasi yang feminim yang membantu membangun relasi dengan publik supaya mendukung reputasi lembaga. Hipotesis penelitian ini adalah praktisi humas perempuan telah berperan manajerial dalam aktivitasnya. Dengan menggunakan model peran kehumasan sebagai instrumennya, kuesioner disebarkan dan diisi oleh 69 responden, 35 di antaranya adalah praktisi laki-laki dan 34 praktisi perempuan. Penelitian ini berkontribusi mendorong bidang kehumasan pemerintah untuk membuka peluang bagi praktisi perempuan lebih berperan dalam peran manajerial sebagai bentuk pemberdayaan perempuan.

Metode penelitian       : Survei

Penulis                        : Rachmat Kriyantono, Ph.D., Sekolah Komunikasi, Universitas Brawijaya

  1. Representasi Perempuan Berdaya pada Akun Instagram @rachelvennya

Abstrak: Era digital membuka peluang bagi perempuan bukan hanya untuk merepresentasikan eksistensi diri, tetapi dapat dimanfaatkan bagi peningkatan kapasitas diri untuk lebih berdaya secara pendidikan dan ekonomi tanpa harus meninggalkan peran mereka dalam keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menjelaskan representasi diri perempuan berdaya di era digital khususnya di media sosial. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis konten kualitatif dengan objek kajian akun Instagram @RachelVennya. Berdasarkan hasil penelurusan, koding, dan analisis data ditemukan bahwa Rachel Vennya merepresentasikan diri sebagai pesohor Instagram dan pengusaha perempuan yang tetap memprioritaskan kehidupan domestiknya di keluarga. Bentuk-bentuk representasi dirinya adalah berdikari secara ekonomi, pentingnya pendidikan bagi perempuan, mengutamakan keluarga, perempuan harus mampu memimpin, dan perempuan dapat berekspresi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Rachel Vennya adalah sebuah bukti bahwa perempuan mampu merepresentasikan diri mereka sebagai sosok yang tidak hanya terampil di area domestik, tetapi juga berpeluang menjadi inspirator dan pemimpin di era digital.

Metode penelitian       : Kualitatif, Content Analysis

Penulis                        : Asmaul Husna, Yuhdi Fahrimal, Universitas Teuku Umar

  1. Representasi Gender pada Film TILIK Menurut Studi Semiotik Roland Barthes

Abstrak: Tilik adalah sebuah film pendek berbahasa Jawa yang menjadi perbincangan hangat setelah kemunculannya di kanal YouTube. Tilik menekankan jenis kelamin tertentu dalam setiap adegannya. Akibatnya, Tilik dianggap melanggengkan stereotip gender tertentu. Peneliti mencoba mencari makna di balik gender yang digunakan sebagai karakter utama. Dengan kemungkinan pemaknaan yang lebih luas, peneliti juga mencoba mencari makna lebih dalam yang dapat ditemukan dalam film Tilik. Terkait dengan tujuan penelitian, artikel ini mengajukan beberapa permasalahan sebagai berikut: (1) Apakah film Tilik melanggengkan stereotip perempuan? (2) Apa yang dikatakan oleh film Tilik tentang pesannya? (3) Apa yang dikatakan oleh keberadaan “truk” tentang fungsinya sebagai wadah pengalaman? Objek penelitian adalah konteks skenario, gambar, teks, dan adegan dalam film. Artikel ini menggunakan metode semiotika kualitatif Roland Barthes. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Tilik tidak melanggengkan stereotip gender dengan menonjolkan jenis kelamin tertentu. Sebaliknya, Tilik mengekspresikan makna relasi sosial dalam masyarakat, perjuangan dalam kehidupan sehari-hari, dan pentingnya literasi digital sebagai bekal untuk berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan jenis kelamin tertentu.

Metode penelitian       : Analisis semiotik

Penulis                        : Jonathan Adi Wijaya, Antonius Denny Firmanto, Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana, Indonesia

  1. co Sebagai Media Advokasi Perempuan

Abstrak: Subordinasi perempuan berkelindan dengan budaya patriarki di masyarakat. Magdalene.co merupakan salah satu media online yang melakukan advokasi terhadap perempuan. Penelitian ini mencoba mengungkap upaya kreatif Magdalene.co dalam menjalankan jurnalisme sensitif gender dan jurnalisme advokasi untuk perempuan. Analisis isi, wawancara, dan studi literatur dilakukan untuk mengumpulkan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Magdalene.co menawarkan nilai-nilai dan perspektif baru tentang perempuan dan mengangkat berbagai isu termasuk agama, kepercayaan, gaya hidup, dan kondisi sosial. Namun, bias kelas masih terlihat dalam artikel-artikel mereka, isu-isu yang dibahas terbatas pada ranah publik, dan tidak konsisten dalam mengubah stereotip perempuan.

Metode penelitian       : Analisis isi dan wawancara

Penulis                        : Eni Maryani, Justito Adiprasetio, Universitas Padjadjaran

  1. Cybermisogyny: Hate Against Women and Gendertrolling Manifestation on Instagram

Abstrak: Cybermisogyny adalah perilaku kebencian terhadap perempuan di media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bentuk-bentuk cybermisogyny yang terjadi di Instagram @viavallen. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan kerangka Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis/CDA) dari Teun A. van Dijk yang berfokus pada analisis teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Penelitian ini menggunakan teori gendertrolling dari Karla Mantilla. Hasil penelitian menunjukkan: (1) cybermisogyny yang terjadi di Instagram @viavallen didominasi oleh pelecehan online dan pelecehan seksual; (2) produsen pesan cenderung permisif terhadap perilaku pelecehan; (3) dimensi kekuasaan dan akses menjadi faktor utama terjadinya cybermisogyny.

Metode penelitian       : Analisis wacana kritis, kualitatif

Penulis                        : Muhammad Dicka Ma’arief Alyatalatthaf, Kalbis Institute

Itulah beberapa riset yang dirangkum dari berbagai jurnal Ilmu Komunikasi dan dapat menjadi inspirasi judul skripsi tentang isu gender. Ternyata objek penelitian cukup beragam, mulai dari film, profesi, hingga media sosial.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

 

 

 

 

 

Peluang kerja jurusan Ilmu Komunikasi
Reading Time: 3 minutes

Memilih jurusan Ilmu Komunikasi ternyata memiliki peluang pekerjaan yang menjanjikan bagi Gen Z. Bukan tanpa alasan, digitalisasi menjadi salah satu faktor yang memperluas peluang. Hampir semua konten yang kita konsumsi di internet bisa dikerjakan oleh lulusan sarjana Ilmu Komunikasi.

Lantas apa saja peluang pekerjaan lulusan sarjana Ilmu Komunikasi yang relate dengan karakter Gen Z?

Berdasarkan data dari Kemdikbud, Gen Z adalah generasi yang lahir pada rentang tahun 1997-2012. Artinya Gen Z adalah mereka yang saat ini berusia 11 hingga 26 tahun. Gen Z juga disebut sebagai masyarakat digital, mereka telah terpapar internet, jejaring seluler sejak dini. Hal ini membentuk generasi hiperkognitif yang nyaman mencari referensi dari berbagai sumber baik pengalaman virtual maupun offline. Hal ini juga mempengaruhi kecenderungan Gen Z terkait jenis pekerjaan yang akan dipilih.

Riset yang dilakukan Deloitte menyebutkan bahwa Gen Z menyukai pekerjaan yang fleksibel dan dapat dikerjakan kapanpun dan di manapun tanpa harus pergi ke kantor. Tak hanya itu, Gen Z menyukai pekerjaan yang dinamis dan banyak tantangan.

Ternyata, kemungkinan-kemungkinan pekerjaan yang tak perlu dilakukan di kantor sangat relate dengan beberapa skill yang didapatkan jika Anda mengambil jurusan Ilmu Komunikasi.

Hal ini dikonfirmasi oleh Iven Sumardiyantoro, salah satu Gen Z yang berprofesi sebagai videographer. Ia menyebut banyak side job yang dikerjakan berbekal dari skill yang didapatkannya selama berkuliah jurusan Ilmu Komunikasi.

“Gen Z tipe bosenan menurutku karena suka tantangan dan hal baru tidak bisa stay di satu tempat, tapi saya tipe yang loyal. Rata-rata Gen Z kerjaannya freelance dan banyak side job. Aku videographer dan editor, aku kerja kantoran dan punya side job,” ungkap Iven.

Pemuda 26 tahun itu cukup percaya diri mengambil berbagai side job karena benar-benar relate dengan keterampilan yang dimilikinya.

Relate banget (dengan jurusan Ilmu Komunikasi) Gen Z itu generasi yang ekspresif cocok banget sama ilmu komunikasi dengan dunia digital,” tambahnya.

Sosok Gen Z lain yang setuju dengan pernyataan tersebut adalah Zaidan yang berprofesi sebagai graphic designer. Ia berani mengambil pekerjaan di luar jurusan semasa kuliah karena merasa tertarik. Memulai dari dasar dan banyak belajar dengan beberapa temannya yang berasal dari jurusan Ilmu Komunikasi untuk mengembangkan skill.

“Saya desainer grafis, mengambil bidang ini yang di luar jurusan karena tertarik dengan dunia editing. Skill justru banyak saya dapatkan dari teman-teman di jurusan Ilmu Komunikasi yang fokus pada bidang minat kreatif. Dengan minat ini saya juga merasa mudah berkembang, selain itu skill ini ternyata banyak dibutuhkan. Jadi saya tidak salah pilih,” sebut pemuda 23 tahun itu.

Secara umum, beberapa jurusan Ilmu Komunikasi akan mempelajari Public Relations (PR), Jurnalistik, Kajian Media, dan Media Kreatif. Lantas pekerjaan apa saja yang menjadi peluang emas bagi Gen Z lulusan sarjana Ilmu Komunikasi?

  1. Digital Content Producer

Sepertinya profesi ini menduduki posisi pertama yang cocok bagi Gen Z setelah mendapat gelar sarjana Ilmu Komunikasi. Pesatnya platform digital menuntut semua organisasi merekrut digital content producer. Outputnya adalah produksi konten untuk website, media sosial, hingga materi pemasaran.

Pekerjaan yang dilakukan digital content producer:

  • Riset audiens
  • Kerja kolaboratif dengan semua creator
  • Membuat konten digital
  • Mengedit dan mengoreksi
  • Memelihara dan memperbarui sistem manajemen konten

Dalam sistem kerja yang dibangun digital content producer keterampilan fotografi, videografi, penulisan, hingga desain menjadi penunjang utama.

  1. Copywriter dan Content Writer

Lulusan sarjana Ilmu Komunikasi tentu tidak akan asing dengan pekerjaan ini. Skill menulis yang didapatkan selama masa kuliah akan sangat berguna. Menjadi copywriter maupun content writer membutuhkan ide dan kreativitas yang tinggi. Namun, Anda tak akan bosan karena pekerjaan ini bisa dikerjakan di mana saja. Profesi ini sangat dibutuhkan oleh agensi pemasaran, media, perusahaaan, dan organisasi lainnya.

Pekerjaan yang dilakukan copywriter dan content writer:

  • Menulis naskah dengan menarik
  • Edit dan proofread
  • Menciptakan keunikan brand lewat tulisan
  • Riset audiens dan topik
  • Riset SEO
  • Kolaborasi dengan desain grafis dan divisi pemasaran

Pekerjaan ini menuntut Gen Z untuk cepat beradaptasi, detail dan kreatif, serta memiliki jiwa riset yang tinggi.

  1. Social Media Manager

Secara umum pekerjaan ini termasuk pendatang baru dalam dunia komunikasi karena perkembangan media dan digitalisasi. Social media manager bertanggung jawab mengkurasi seluruh platform media social suatu perusahaan ataupun organisasi.

Pekerjaan yang dilakukan social media manager:

  • Memantau, memoderasi, dan menanggapi komentar audiens
  • Mengelola kemitraan media social
  • Kampanye pemasaran digital multi-platform
  • Menganalisis dan mengatur strategi media sosial

Bagi Gen Z yang tertarik dengan pekerjaan ini tentu sangat relevan, kebiasaan memantau media sosial bisa menjadi modal besar. Selain sistem kerja yang kolaboratif, pekerjaan ini juga membutuhkan skill riset audiens. Tenang, pekerjaan ini cukup fleksibel dikerjakan di mana saja.

  1. Bidang Public Relations (PR)

Public Relations (PR) adalah bagian penting yang ada pada setiap organisasi dan bekerja sebagai pemecah masalah dan bertindak cepat dalam menangani krisis yang terjadi pada sebuah organisasi. Menjadi PR sangat tepat bagi Gen Z yang mudah bosan dan menyukai tantangan. Profesi PR dibutuhkan pada sektor pemerintah, perusahaan, media dan LSM.

Pekerjaan yang dilakukan PR:

  • Menjalin dan menjaga hubungan dengan para stakeholder organisasi
  • Merancang dan mengembangkan materi media
  • Manajemen acara
  • Mengevaluasi opini publik
  • Mengelola masalah dan krisis organisasi.

Menjadi PR artinya harus percaya diri untuk tampil di depan publik serta mengikuti perkembangan dan tren media.

Demikian beberapa peluang pekerjaan yang cocok bagi Gen Z setelah mendapat gelar sarjana Ilmu Komunikasi. Kira-kira tertarik yang mana nih?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

 

Fakta menarik jurusan Ilmu Komunikasi
Reading Time: 3 minutes

Fakta menarik tentang seluk beluk kuliah jurusan Ilmu Komunikasi yang wajib diketahui oleh mahasiswa baru (maba) ketahui. Meski tak sedikit yang menganggap Ilmu Komunikasi mudah, tapi percayalah Anda tak salah jurusan belajar ilmu ini.

Pada Desember 2022, media CNN Indonesia merilis sebuah artikel dengan judul “7 Jurusan Kuliah yang Paling Mudah Dipelajari, Ada Incaranmu?”. Redaksi menempatkan Ilmu Komunikasi sebagai jurusan yang paling mudah dipelajari di urutan ke-3. Begitupun, Kompas.com dalam artikelnya “8 Jurusan Paling Santai dan Mudah, Calon Mahasiswa Pilih Mana?” yang menempatkan jurusan Ilmu Komunikasi sebagai yang termudah pada posisi ke-3.

Namun benarkah pernyataan kedua media tersebut?

Dari laporan Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT), persaingan program studi (prodi) sosial humaniora pada penerimaan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2022 yang paling ketat adalah Ilmu Komunikasi di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dengan keketatan mencapai 0,94 persen.

Dua tahun sebelumnya, berdasarkan laporan Statistik Perguruan Tinggi jurusan Ilmu Komunikasi menempatkan posisi ke-8 dengan jumlah mahasiswa paling banyak yakni 186.378 mahasiswa. Dengan data tersebut artinya jurusan Ilmu Komunikasi sangat diminati oleh calon mahasiswa baru di Indonesia.

Lantas mengapa jurusan Ilmu Komunikasi begitu diminati? Ilmu Komunikasi sifatnya sangat dinamis dan mampu mengikuti perkembangan zaman. Secara sederhana Ilmu Komunikasi mempelajari media, sosial, budaya, komunikasi, ekonomi, dan sejarah. Cukup lengkap bukan?

Sementara prospek kerja bidang Ilmu Komunikasi antara lain public realation (PR), jurnalis, film maker, content creator, copywriter, videografer, produser TV, pengusaha media, akademisi, dan banyak lainnya.

Kemampuan yang menunjang pekerjaan-pekerjaan tersebut juga bisa didapatkan di jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia. Di kampus ini, ada empat bidang minat yakni Jurnalisme Digital, Public Relations, Kajian Media, dan Media Kreatif.

Menyambut mahasiswa baru bulan Agustus 2023 mendatang, Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) telah mempersiapkan kurikulum anyar yang akan memperlancar proses studi hingga tercapainya indikator sarjana Ilmu Komunikasi sesuai zaman.

Berikut fakta-fakta menarik terkait jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Indonesia yang menarik yang wajib diketahui oleh maba:

  1. Banyak kuliah di luar kelas

Imajinasi bahwa kuliah itu identik mendengar dosen ceramah di depan kelas ternyata salah besar. Mengambil jurusan Ilmu Komunikasi artinya Anda siap untuk berpetualang. Banyak mata kuliah yang membawa Anda berkeliling mengamati festival, pameran kreatif, hingga konser musik.

Tak jarang dalam beberapa mata kuliah, dosen akan memberikan tugas membuat laporan atau analisis terkait kegiatan tersebut. Tenang, Anda berada di kota Yogyakarta. Hal-hal kreatif tidak ada matinya. Bahkan hampir setiap pekan ada saja gelaran di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Jogja Nasioanal Museum (JNM), bahkan bilik-bilik kafe yang tak terduga membikin kegiatan kreatif dan diskusi menarik.

  1. Nggak santai, ada mata kuliah riset setiap tahun

Meski banyak pihak bilang jurusan Ilmu Komunikasi mudah, tidak semua orang mendapatkan pengalaman semenarik ini. Anda bisa merasakan dua hal secara bersamaan: keseruan dan keseriusan.

Siapa bilang hanya santai-santai mengunjungi festival? Hampir setiap tahun ada saja mata kuliah riset yang akan Anda jumpai. Mata kuliah ini bersifat wajib karena menjadi salah satu indikator untuk mencapai sarjana Ilmu Komunikasi.

Anda akan bertemu dengan mata kuliah Metode Penelitian Komunikasi (Kuantitatif dan Kualitatif), Riset Sosial, Penulisan Akademik, Analisis Isi dan Teks Media, hingga Seminar Proposal. Namun tak perlu khawatir, mata kuliah tersebut juga tetap seru meski lebih serius.

  1. Bisa lulus tanpa skripsi

Ternyata banyak jalan menjadi sarjana Ilmu Komunikasi di UII! Tidak hanya dengan skripsi, ada pilihan lain agar Anda bisa lulus.

Setidaknya ada 5 cara agar lulus dan menyandang gelar S.I.Kom di kampus Ulil Albab. Anda dapat memilih dengan jalur skripsi, proyek komunikasi, proyek kolaboratif internasional, penulisan artikel jurnal, dan magang yang laporannya setara dengan skripsi.

  1. Bebas pilih bidang minat sesuai passion

Mahasiswa bebas memilih bidang minat sesuai dengan passion. Setidaknya ada 4 bidang minat yang bisa Anda pilih.

Jika tertarik dengan dunia jurnalistik bisa memilih konsentrasi Jurnalisme Digital. Anda akan belajar banyak tentang jurnalisme dan masyarakat hingga jurnalisme data. Selanjutnya ada bidang minat Kajian Media yang akan fokus mempelajari teori media dan ekonomi politik media. Bidang minat ketiga adalah Public Relations yang banyak belajar tentang komunikasi krisis hingga manajemen PR. Terakhir, bidang minat Media Kreatif yang akan focus pada pembelajaran visual narrative dan desain visual hingga digital audio production.

Untuk menunjang kegiatan tersebut, Prodi Ilmu Komunikasi UII memiliki fasilitas yang cukup lengkap seperti Lab TV, Ruang Audio Visual, Lab Fotografi, Pusat Dokumentasi dan Media Alternatif, serta Lab Editing dan Multimedia.

  1. Ada kelas reguler dan International Programme

Anda dapat memilih kelas reguler ataupun International Programme (IP). Jika memilih kelas reguler, bahas pengantar dalam pembelajaran adalah bahasa Indonesia, sementara pada IP full in English.

Banyak program global yang dapat diikuti, mulai dari student exchange, konferensi internasional, international internship, international research collaboration, short courses, dan program internasional lainnya.

  1. Communication for Empowerment

Seperti marwah dari Prodi Ilmu Komunikasi, Communication for Empowerment menjadi spirit yang diusung dalam menyelenggarakan seluruh aktivitas akademik. Spirit empowerment termanifestasi dalam empat matra (catur dharma): pengajaran, penelitian, pengabdian masyarakat, dan dakwah islamiyah sehingga tercapai proses pembelajaran yang kritis, inovatif, kreatif, dan transformatif.

Perwujudan itu dibuktikan dengan beberapa pengabdian yang dilakukan oleh Prodi Ilmu Komunikasi UII di tengah keberagaman masyarakat  seperti di Sekon di Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga nelayan perempuan “Puspita Bahari” di Kampung Nelayan Morodemak.

Tak hanya itu, sebelum lulus mahasiswa akan mendapat mata kuliah Komunikasi Pemberdayaan dengan output yang nyata. Mahasiswa wajib membuat program yang berorientasi pemberdayaan masyarakat.

Itulah fakta-fakta menarik terkait kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi UII. Menarik bukan?

 

Penulis: Meigitaria Sanita