website
Reading Time: 3 minutes

Website resmi Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas islam Indonesia (UII) communication.uii.ac.id raih predikat terbaik pertama pada UII Website Appreciation 2023 yang digelar pada Kamis, 21 Desember 2023 di GKU Prof. Dr. Sardjito Lt.2 Ruang Teatrikal Kampus Terpadu UII.

Communication.uii.ac.id dinobatkan menjadi website predikat terbaik pertama dengan mengacu pada ketersediaan konten, keamanan dan performa, serta impresi visual.

Raihan prestasi ini menjadi momen manis di penghujung tahun, pasalnya selama satu tahun terakhir Prodi Ilmu Komunikasi UII tengah serius mengoptimalkan fungsi website untuk kebutuhan informasi, pelayanan, hingga edukasi untuk mahasiswa, civitas akademik, hingga publik.

Komitmen tersebut diungkapkan oleh Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi UII, Ratna Permata Sari, S.I.Kom., M.A., pihaknya berharap kemudahan akses informasi menjadi kunci utama.

“Kami (Prodi Komunikasi UII) berharap melalui website Komunikasi, informasi mengenai keprodian dan juga kegiatan mahasiswa lebih mudah diakses oleh para mahasiswa, para calon mahasiwa dan juga masyarakat umum yang ingin mengetahui apa saja kegiatan di Prodi Ilmu Komunikasi,” ujarnya.

Momen apresiasi tersebut dihadiri Rektor, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D., Hangga Fathana, S.IP., B.Int.St., M.A. selaku Sekretaris Eksekutif, dan Direktur Pemasaran Nadia Wasta Utami, S.I.Kom., M.A.

Sebagai informasi, UII Website Appreciation 2023 merupakan apresiasi terhadap website yang dikelola oleh unit Fakultas, Jurusan/Program Studi, Unit layanan, dan Pusat Studi di lingkungan UII atas keikutsertaannya dalam mempertahankan citra positif Universitas Islam Indonesia.

Dalam sambutannya, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D., menyebut jika website adalah garda terdepan wajah institusi sehingga perlu dilakukan pengelolaan secara konsisten.

“Di perguruan tinggi media website menjadi garda terdepan perwajahan institusi pendidikan. Website menjadi representasi dari citra institusi. Karenanya pengelolaan website perlu dilakukan secara konsisten sepanjang waktu,” ungkapnya pada momen apresiasi siang itu.

Ajang UII Website Appreciation rutin dilaksanakan setiap tahun, dimana kali ini telah memasuki tahun ke-4. Pada pelaksanaan tahun 2023, Bidang Humas Sekretariat Pimpinan bersama Badan Sitem Informasi UII telah melakukan monitoring secara berkala, dari bulan Januari 2023 sampai dengan Desember 2023.

Berdasarkan pendataan yang dilakukan terdapat 78 website di lingkungan UII dengan rincian 8 website Unit Fakultas, 39 website Unit Jurusan atau Program Studi, 21 website Unit Layanan, dan 10 website Pusat Studi di lingkungan UII. Dari 78 website, terkurasi 55 website yang memenuhi ketentuan kelengkapan website UII yang berkaitan dengan tema standar (enfold) dan pemutakhiran konten yang mengacu pada Peraturan Rektor UII Nomor 22 Tahun 2019 tentang tata kelola situs website Universitas islam Indonesia.

website

Pemberian penghargaan oleh rektor Universitas Islam Indonesia Prof. Fathul Wahid kepada para pemenang

Melalui momen penghargaan ini harapannya mampu menjadi inspirasi dan evaluasi untuk meningkatkan kreativitas dan produktivitas pada website di Universitas Islam Indonesia.

“Kami berterima kasih atas apresiasi tertinggi yang telah diberikan pada website komunikasi UII, semoga kedepannya kami bisa menyuguhkan informasi yang lebih baik, lebih lengkap dengan kemasan yang lebih menarik juga,” tambah Sekretaris Prodi Ilmu  Komunikasi UII, Ratna Permata Sari, S.I.Kom., M.A.

Pihak UII memberikan penghargaan dengan beberapa kategori yakni website dengan impresi visual terbaik, website dengan ketersediaan konten terbaik, website dengan keamanan dan performa terbaik, dan penghargaan utama kategori website dengan predikat terbaik. Berikut daftar pemenang pada UII Website Appreciation 2023:

Daftar Penerima Apresiasi:

 

No Kategori Juara Unit Alamat Website
Kategori Website dengan Impresi Visual Terbaik
1 Website dengan Impresi Visual 3 Direktorat Sumber Daya Manusia hrd.uii.ac.id
2 Website dengan Impresi Visual 2 Jurusan Akuntansi accounting.uii.ac.id
3 Website dengan Impresi Visual 1 Direktorat Pendidikan & Pembinaan Agama Islam dppai.uii.ac.id
Kategori Website dengan Ketersediaan Konten Terbaik
4 Website dengan Ketersediaan Konten 3 Fakultas Teknologi Industri fit.uii.ac.id
5 Website dengan Ketersediaan Konten 2 Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan fcep.uii.ac.id
6 Website dengan Ketersediaan Konten 1 Program Sarjana Terapan diploma.fecon.uii.ac.id
 

Kategori Webiste dengan Keamanan dan Performa Terbaik

7 Website dengan Keamanan dan Performa 3 Direktorat Layanan Akademik academic.uii.ac.id
8 Website dengan Keamanan dan Performa 2 Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat dppm.uii.ac.id
9 Website dengan Keamanan dan Performa 1 Badan Penjaminan Mutu bpm.uii.ac.id
Kategori Website dengan Predikat Terbaik
10 Website dengan Predikat 3 Fakultas Hukum law.uii.ac.id
11 Website dengan Predikat 2 Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan kemahasiswaan.uii.ac.id
12 Website dengan Predikat 1 Program Studi Ilmu Komunikasi communication.uii.ac.id

 

Dengan raihan ini harapannya website communication.uii.ac.id mampu menjadi media yang informatif dan selalu memberikan angin segar kepada para civitas akademika di lingkungan UII.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Kaleidoskop 2023
Reading Time: 7 minutes

Menutup tahun 2023 adalah waktu yang tepat untuk merefleksikan diri tentang apa yang telah kita lakukan dan rencana apa yang perlu disempurnakan untuk tahun berikutnya. Mengingat tahun depan merupakan perjalanan Program Studi Ilmu Komunikasi UII menuju dua dekade.

Usia yang tak muda, kebaikan demi kebaikan sudah selayaknya terus dipupuk dan dilestarikan. Sebagai lembaga pendidikan yang bertujuan untuk pemberdayaan atau Communication for Empowerment, jajaran dosen serta staf di Prodi Ilmu Komunikasi UII telah melakukan berbagai kegiatan kemanusiaan yang telah dirangkum dalam “Kaleidoskop Communication for Empowerment”.

Merujuk pada KBBI, kata Kaleidoskop memiliki arti aneka peristiwa yang telah terjadi dan disajikan secara singkat. Sepanjang satu tahun ke belakang, catatan pengabdian dari area sekitar Yogyakarta hingga daerah 3T telah dilakukan. Tentu pengabdian ini dilakukan berdasarkan keilmuan bidang komunikasi.

Pengabdian ini ditujukan kepada masyarakat secara umum, SDM di instansi, perempuan, hingga anak-anak. Lantas apa saja yang telah dilakukan sepanjang tahun ini, Simak ulasan berikut ini.

Kaleidoskop 2023

Perjalanan para dosen dan staf Prodi Ilmu Komunikasi UII menuju lokai kampung nelayan di Demak yang terdampak banjir rob

Kaleidoskop Communication for Empowerment 2023

  1. Pelatihan Jurnalistik untuk SDM di Pemerintah Kota Yogyakarta

Pengabdian bertajuk “Pelatihan Jurnalistik dan Fotografi bagi Admin Website Kelurahan di Lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta” itu diinisiasi oleh dua dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Raden Narayana Mahendra Prastya, S.Sos., M.A., dan Ida Nuraini Dewi Kodrat Ningsih, S.I.Kom., M.A.

Kegiatan ini dilakukan selama tiga kali pertemuan yakni 28 Februari, 7 Maret, dan 13 Juni 2023. Pelatihan ditujukan kepada pengelola website di setiap kelurahan di Kota Yogyakarta. Pelaksanaan pengabdian masyarakat ini juga bekerjasama dengan Dinas Komunikai Informatika dan Persandian (Kominfosan) Kota Yogyakarta.

  1. Optimalisasi Pemasaran Digital untuk Nelayan Perempuan di Demak

Menuju Jawa Tengah pengabdian dilakukan di sebuah kampung nelayan, yang berlokasi di Morodemak, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak. Wilayah ini merupakan kampung yang tenggelam akibat banjir rob pantai utara.

Sebuah komunitas yang beranggotakan nelayan perempuan adalah salah satu kekuatan ekonomi di wilayah tersebut. Melihat potensi dan kebermanfaatannya kepada para perempuan di wilayah tersebut, dosen Prodi ilmu Komunikasi UII yakni Ratna Permata Sari, S.I.Kom, M.A. melakukan pengabdian yang diberi nama “Pelatihan Optimalisasi Pemasaran Digital Koperasi Puspita Bahari Komunitas Perempuan Nelayan di Morodemak, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak”.

Kegiatan tersebut dilakukan pada 3 Juni 2023, pengabdian ini juga melibatkan jajaran staf dan laboran Prodi Ilmu Komunikasi UII.

Kaleidoskop 2023

Literasi dan parenting di kampung nelayan yang dilakukan dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII, Puji Hariyanti, S.Sos., M.I.Kom.

  1. Parenting dan Literasi Digital

Parenting dan literasi digital sudah selayaknya menjadi wawasan yang mesti dimiliki oleh para orang tua di era Society 5.0. Pengabdian yang dilakukan oleh Puji Hariyanti., S.Sos., M.I.Kom., kali ini juga berlokasi di Demak, Jawa Tengah yakni Tambak Polo dan Timbul Sloko yang juga wilayah terdampak banjir rob.

Pengabdian ini menyasar kepada komunitas perempuan Puspita Bahari, para perempuan di sana memiliki peran ganda selain mengurus rumah tangga dan pengasuhan anak, mereka juga menjadi pencari nafkah untuk keluarga.

Kegiatan bertajuk “Program Edukasi Literasi Digital dan Parenting di Komunitas Nelayan Perempuan Puspita Bahari Demak” dilaksanakan selama dua hari yakni pada 2-3 Juni 2023. Meski disibukkan dengan berbagai peran, harapannya para perempuan di sana juga memiliki wawasan lewat pengabdian yang singkat ini.

  1. Marketing dan Service Excellent

Mendalami ilmu terkait marketing dan service membawa salah satu dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Nadia Wasta Utami, S.I.Kom., M.A., untuk turun ke masyarakat menyalurkan passion dan ilmunya.

Sekitar bulan Agustus 2023, ia berkesempatan melakukan pelatihan bertajuk “Social Media Marketing dan Service Excellent Bersama Sanggar Asi Indonesia”. Sanggar Asi Indonesia merupakan platform yang memberikan layanan konsultasi kepada calon ibu dalam perjalanan mengAsihi buah hatinya.

  1. Produksi Video

Beranjak sejenak dari kegiatan belajar mengajar di kampus, dosen Ilmu Komunikasi UII yakni Sumekar Tanjung, S.Sos., M.A., melakukan pengabdian dalam pembuatan video kepada jajaran Bhabinkamtibmas Polres Sleman.

Harapannya dengan kemampuan tersebut, penerima manfaat mampu memproduksi video yang informatif kepada masyarakat di Sleman. Pengabdian bertajuk “Produksi Video sebagai Media Informasi Inovasi Bhabinkamtibmas Polres Sleman” dilaksanakan sepanjang bulan Juli hingga Agustus 2023.

Kaleidoskop 2023

Pemberdayaan yang dilakukan Dr. Zaki Habibi pada film camp kepada para kolega dosen

  1. Film Pedagogy Camp 2023

Berbagi ilmu terkait dunia perfilman telah dilakukan Dr. Zaki Habibi, dalam kesempatan bertajuk “Film Pedagogy Camp 2023: Pelatihan Panduan dan Kurikulum Kelas-kelas Film untuk Dosen Film” pihaknya menyampaikan beberapa materi terkait 1) Komunitas dan Kolektif Film sebagai Ranah Kajian: Sejarah, Konseptualisasi dan Trajektori; (2) Dari “Practice Theory” ke “Sensory Approach”: Menilik Sejumlah Pendekatan Kontemporer dalam Kajian Film.

Program yang berlangsung pada 1 Agustus 2023 di Kampung Tembi Guest House, Bantul kali itu menjadi ruang sharing knowledge yang hangat. Tak hanya itu, Dr. Zaki juga aktif dalam kerja-kerja pemberdayaan lainnya di beberap universitas salah satunya di Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Master of Public Policy and Management Monash University Indonesia Campus, Program Pascasarjana Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia.

  1. Akademi Media Publik

Kegiatan yang diinisiasi Prof. Masduki, fokus terhadap pengembangan model layanan pendidikan berbasi komunitas warga terkait agenda penguatan wawasan dan kepedulian terhadap media penyiaran publik di Indonesia.

Pengabdian ini menggandeng Rumah Perubahan LPP yang dikelola oleh aktivis media, dosen, jurnalis, dan pekerja media professional di Yogyakarta dan sekitarnya.

Program bertajuk “Akademi Media Publik (Angkatan 3) pada Rumah Perubahan Lembaga Penyiaran Publik di LPP Klaten, Jawa Tengah” telah berlangsung sejak bulan Mei hingga Oktober 2023 dan juga inisiasi lanjutan asistensi tahun 2022.

  1. Peningkatan Kapasitas Berorganisasi

Pengabdian kali ini merupakan Garapan dari dosen Ilmu Komunikasi UII yakni Puji Rianto, S.IP., M.A., bersama Fani Eka Nurtjahjo, S.Psi., M.Psi., (dpsen Psikologi UII). Worksop bertajuk “Peningkatan Kapasitas Berorganisasi” ditujukan kepada para siswa SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta.

Worksop yang digelar selama 6 kali pertemuan di bulan Oktober 2023 membahas detail terkait strategical thingking, planning and organizing, fleksibilitas adaptabilitas, leadership and problem solving, public speaking, hingga program dan proposal planning.

  1. Produksi Video Profile

Pengabdian kali ini menyasar pada SMP 1 Ngaglik yang berada di Sleman, Yogyakarta. Sharing knowledge yang dilakukan oleh Sumekar Tanjung, S.Sos., M.A., kali ini bertujuan untuk menciptakan media informasi yang efektif.

Kegiatan tersebut adalah “Produksi Video Profil SMP 1 Ngaglik sebagai Media Informasi Sekolah” dan dilakukan sepanjang bulan Oktober hingga November 2023.

  1. Edukasi Perempuan dan Pembalut Kain

Kegiatan ini adalah gagasan yang dilakukan oleh Puji Hariyanti, S.Sos., M.I.Kom., seorang dosen Prodi Ilmu Komunikasi yang memiliki perhatian tinggi dalam dunia pemberdayaan.

Tak hanya menyasar pada perempuan dewasa, edukasi juga ditujukan kepada remaja perempuan di sekitar wilayah Karanglo, Sukoharjo, Sleman. Tak hanya menegaskan soal kesehatan, kebersihan diri, worksop ini juga menyinggung isu lingkungan melalui inisiatif memakai pembalut kain.

Pengabdian tersebut adalah “Workshop dan Edukasi, Perempuan Pakai Pembalut Kain” yang dilaksanakan pada 22 dan 29 Oktober 2023.

  1. Pengembangan Komunikasi Pemasaran

Berangkat menuju Sumbawa Barat NTB, Dr. Subhan Afifi, M.Si., membagikan wawasannya terkait pengembangan komunikasi pemasaran di TK Tahfidzul Qur’an Ahsanu Amala, sebuah lembaga pendidikan formal untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang baru didirikan pada tahun 2023.

Berlokasi di Kokar Dalam RT 01/RW03, Telaga Bertong, Taliwang, Sumbawa Barat NTB ada masalah yang signifikan terkait pengembangan kempetensi SDM untuk mengembangkan manajemen sekolah dan pemasaran, terbatas sarana prasarana pembelajaran, dan belum terlalu dikenal masyarakat Taliwang.

Untuk mengurai dan menyelesaikan permasalahan itu dibuatlah program “Pengembangan Komunikasi Pemasaran TK Tahfidzul Qur’an Ahsanu Amala Taliwang” yang berlangsung sejak Juli hingga November 2023.

  1. Produksi Video Dokumenter

Salah satu cara mempromosikan potensi suatu desa dapat dilakukan melalui media informasi berupa video dokumenter. Hal ini dikembangkan oleh Sumekar Tanjung, S.Sos., M.I.Kom., selama dua bulan terakhir yakni November hingga Desember 2023.

Kegiatan bertajuk “Jinawi: Produksi Video Dokumenter Potensi Desa Gondangsari Magelang” adalah Upaya memaksimalkan potensi di wilayah tersebut.

  1. Literasi Digital untuk Guru dan Orang Tua

Menuju wilayah Pati, Jawa Tengah sebuah pengabdian masyarakat dilakukan kepada para guru serta orang tua terkait wawasan literasi digital yang sangat penting dalam mendampinngi proses belajar anak.

Pengabdian yang dilakukan oleh dosen prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP, M.Si, Ph.D., tersebut bertajuk “Literasi Digital: Orang Tua dan Penggunaan Gadget pada Anak” terlaksana pada 23 Oktober 2023.

Pogram tersebut diikuti setidaknya 77 peserta yang datang dari berbagai kalangan. Terlaksananya program ini juga didukung oleh pihak RA Masyitoh Sirahan yang bertindak sebagai partner dan tuan rumah.

Fokus program pengabdian ini adalah literasi digital untuk guru dan orangtua dalam mendampingi anak belajar dan berinteraksi dengan teknologi di Desa Sirahan, Kabupaten Pati.

  1. Pendampingan Anak dengan Risiko Disleksia

Disleksia termasuk kesulitan belajar spesifik (KBS), terutama dalam area berbahasa tulisan, bahasa lisan, dan bahasa sosial. Di Yogyakarta terdapat Dyslexia Parents Support Group (DPSG) yang berdiri sejak 2018. Para orang tua yang memiliki perhatian terhadap disleksia pada lingkaran itu tentu perlu adanya rekoneksi.

Salah satu dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Holy Rafika Dona, S.I.Kom., M.A., yang memiliki fokus dengan hal ini membuat program bertajuk “Mendampingi Anak dengan Risiko Disleksia” yang dilaksanakan pada 25 Oktober 2023.

Dalam program tersebut bebrapa pembicara dihadirkan dengan memiliki kapasitas bidang masing-masing seperti psikolog, therapist, pengajar, hingga salah satu orang tua yang telah membersamai anak dengan disleksia.

Program ini penting, selain eksistensi dan wawasan terkait disleksia, lingkungan di Yogyakarta perlu diseminasi informasi terkait hal itu.

  1. Pengembangan TV Komunitas

Pandemi Covid-19 telah mengubah berbagai hal kehidupan masyarakat, tak hanya sosial namun juga ekonomi kreatif. Demi membangkitkannya kembali perlu strategi dan perencanaan komunikasi.

Salah satu desa di Magelang yakni Keditan memiliki potensi bidang ekonomi pariwisata, untuk mengoptimalkan hal tersebut perlu dukungan dari berbagai pihak. Prodi Ilmu Komunikasi melalui inisiasi Dr. Herman Felani, S.S., M.A., membentuk sebuah program bertajuk “Pengembangan TV Komunitas Warga Desa Keditan, Ngablak, Magelang, Jawa Tengah”.

Program tersebut dilakukan bulan Oktober 2023, dengan melibatkan masyarakat setempat. Harapannya program tersebut menjadi sarana penyebaran informasi dan promosi melalui media YouTube.

  1. Pelatihan Keterampilan Komunikasi di Tempat Kerja

Communication skill disebut-sebut sebagai penentu kesuksesan seseorang dalam dunia kerja, maka kemampuan ini perlu dibagikan. Sebagai akademisi yang berada di bidang ini, dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII, Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP, M.Si, Ph.D., melakukan sebuah pengabdian bertajuk “Pelatihan Keterampilan Komunikasi di Tempat Kerja”.

Pengabdian ini dilaksanakan pada 23 November 2023 di SMKN 1 Girisubo, Gunung Kidul yang melibatkan kerjasama Program Studi Sarjana Terapan Akuntansi Pepajakan UII dan SMKN 1 Girisubo dan dialksanakan sebagai pembekalan siswa tingkat akhir SMKN 1 Girisubo sebelum menjalankan magang atau terjun di dunia profesi.

YTBN

Kegiatan dokumentasi dan wawancara tentang pembangunan faslitas air bersih di Desa Batuputih Daya Sumenep
Foto: Desyatri Parawahyu Mayangsari

  1. Bakti Nusantara ke Daerah 3T

Bakti Nusantara merupakan kegiatan yang fokus dengan daerah di Kawasan 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar), pada kesempatan ini Prodi Ilmu Komunikasi UII mendapat kesempatan untuk melakukan kerja kemanusiaan di Sumenep, Madura.

Sebenarnya kegiatan ini merupakan inisiasi dari Yayasan Tunas Bakti Nusantara (YTBN), peran dari Prodi Ilmu Komunikasi UII adalah sebagai tim dokumentasi mulai dari foto, video, hingga artikel kisah dan masalah yang ada di Desa Batuputih Daya, Kecamatan Batuoutih, Kabupaten Sumenep, Madura.

Dalam kesempatan ini empat relawan dari Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Desyatri Parawahyu Mayangsari, Rizka Aulia Ramadhani, Meigitaria Sanita, serta mahasiswa Ilmu Komunikasi International Program, Lalu Muhammad Lutfi Maududy turut menjadi tim dalam kegiatan kemanusiaan.

Secara umum kegiatan yang berlangsung pada 30 September hingga 1 Oktober 2023 meliputi penyediaan fasilitas air bersih, penyuluhan gizi dan pemberian paket gizi, pemeriksaan kesehatan, sunatan masal, psikoedukasi pernikahan dini, dan peningkatan kapasitas guru.

Itulah kaleidoskop seri Communication for Empowermen 2023 yang telah dilakukan oleh Prodi Ilmu Komunikasi UII. Selain menjadi pengingat, rentetan ini menjadi penyemangat agar terus melakukan kerja-kerja kemanusiaan yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Skena
Reading Time: 4 minutes

Skena sebuah istilah yang sebenarnya bukan baru namun kini tengah viral di media sosial seperti Instagram dan TikTok. Berdasarkan informasi yang dihimpun dari berbagai sumber istilah ini muncul sejak tahun 2011 (Skena Fashion). Sepanjang tahun 2023 skena cukup nyaring dibahas diberbagai platform hingga menuai berbagai kritik. Lantas apa itu skena dan mengapa muncul perdebatan?

Istilah Skena yang menjadi bahasa gaul belum ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jika membaca dari berbagai artikel Skena berasal dari tiga kata yaitu Sua, Cengkerama, dan Kelana. Sua artinya datang saling mendekati, Cengkerama berarti percakapan untuk menggembirakan, sementara Kelana berarti mengadakan perjalan ke mana-mana tanpa tujuan tertentu.

Dari artikel yang dipublish PrambosFM skena adalah perkumpulan kolektif yang bertemu untuk saling bercengkerama bahagia hingga melakukukan perjalanan atau berkelana. Contohnya perkumpulan penggemar musik indie maka disebut skena indie.

Menariknya, sepanjang tahun 2023 skena yang viral di media sosial diidentikkan dengan berbagai hal seperti preferensi musik, fashion, hingga coffee shop yang sangat dekat dengan kehidupan Gen Z saat ini. Tulisan ini merujuk pada skena musik, belakangan perdebatan soal selera musik banyak dibanding-bandingkan. Bahkan muncul anggapan selera musik yang bagus dan jelek.

Melansir dari laman Whiteboard Journal, setalah skena musik meluas ditemukan “Polisi Skena” dalam sebuah concertgoer musik-musik indie lokal yang didominasi Gen Z. Polisi skena adalah budaya kritik-mengkritik soal selera musik.

Secara umum tak ada yang salah dengan skena, namun kemunculan polisi skena yang mengusung budaya kritik di kalangan penikmat musik hingga menganggap dirinya memiliki wewenang untuk menghakimi hal itu justru membuat istilah skena ternodai.

Sementara tren beberapa tahun terakhir musik indie dianggap keren dan lebih banyak diminati. “Mereka yang mendengar musik ini adalah yang paling keren di tongkrongan karena mendengarkan musik yang bisa disebut tidak pasaran.” PrambosFM.

Menilik Istilah Skena Musik Indie

Skena musik indie dapat dijelaskan melalui dua hal, merujuk pada hasil riset milik Jefri Yosep Simanjorang dengan judul “Modal Sosial pada Skena Musik: Studi Kualitatif Komunitas Musik Indie Bandung 1994-2004” yang diplikasikan dalam Jurnal Unpad.

Pertama, skena merujuk pada komunitas yang menjadi ruang interaksi antara musisi, penikmat, hingga ekosistem musik yang saling memiliki keterkaitan. Kedua, dengan adanya ruang tersebut maka menambah popularitas musik indie (bukan genre), arti indie merujuk pada sebuah pengelolaan yang independen.

Bandung menjadi salah satu daerah yang memiliki “ekosistem musik yang hidup” termasuk musik indie dari skala lokal hingga internasional. Sehingga barometer musik nasional sangat melekat pada skena musik Bandung.

Sehingga tak heran jika nama-nama musisi dengan musik indie banyak datang dari Bandung seperti Mocca hingga Fiersa Besari. Sementara dari deretan musik yang dihimpun PrambosFM, musik yang masuk dalam favorit Skena indie adalah musisi Danilla, Fourtwenty, Float, Coldiac, Mocca, serta Biru Baru. Alasannya karena musik mereka masih underground dan unik.

Beberapa tahun belakangan juga muncul budaya terkait tongkrongan keren adalah mereka yang mendengar musik indie karena dinilai tak pasaran dan merambah di media sosial.

“Banyak pembahasan yang seolah mendewakan music indie dan menjadikan musik pop populer adalaj pilihan yang ‘biasa’ dan ‘kurang keren’.” PrambosFM.

Melansir dari laman Tempo, setiap skena aliran musik tertentu memiliki ciri-ciri khusus. Misalnya skena metal identik dengan fashion hitam dan berambut gondrong, skena hiphop cenderung berpakain gombrang dengan sepatu sneaker.

Atas pengkotak-kotakan ini, maka muncul polisi skena atau kritikus yang menebar sentimen terkait kostum kepada salah satu pihak. Bahkan polisi skena tak segan mengetes pengetahuan seorang penggemar tentang profil dan lagu sebuah band yang tercetak pada kaos yang dikenakan. Tentu tindakan ini sangat menyebalkan.

Sindiran untuk Polisi Skena

Gerah dengan stereotipe yang dilakukan polisi skena, musisi sekaligus seniman bernama Sir Dandy melayangkan kritik dan sindiran dengan penuh candaan. Dalam artikel yang ditulis oleh Annisa Nadia Harsa pada laman Whiteboard Jornal, menyebut jika Sir Dandy melihat hal ini sebagai tindakan yang membatasi dalam berekspresi dan menikmati musik.

Lewat lagu berjudul polisi skena yang telah dirilis sejak 15 Mei lalu, Sir Dandy menyindir steretip-stereotip khas dalam skena musik indie, pada bait pertama “Yang patah, yang tumbuh. Yang hilang, lapor polisi” adalah penggalan lirik dari Banda Neira yang sangat familiar.

Sementara bait kedua “Akibat merasa hebat. Berujung saling hujat” menyoal aliran musik yang didengarkan (indie) paling keren.

Bahkan gaya fashion pun turut menjadi bahan yang sampaikan Sir Dandy. Menariknya kopi dan senja tak absen dalam sindiran ini.

Komentar-komentar yang disuarakan oleh Sir Dandy ini diiringi olej Riko Prayitno dengan mengusung nuansa musik indie yang populer seperti Barasuara hingga Hindia. Berikut lirik lagu Polisi Skena dari Sir Dandy:

Polisi Skena

[Verse 1]
Peradaban diciptakan untuk kemajuan
Bukan untuk kebencian
Apalagi perpecahan
Yang patah yang tumbuh
Yang hilang lapor polisi
Semua perbedaan bisa
Dicarikan solusi

[Verse 2]
Selera tiap orang tak akan pernah sama
Biarkan begitu jangan dipaksa-paksa
Pribadi berpendapat kok malah jadi debat
Akibat merasa hebat
Berujung saling hujat

[Interlude]
Hey, kamu itu di depan!
Jangan diam-diam saja, gerakkan badannya!
Coba itu ke atas! ayo, semua!
Kalau kamu diam-diam saja, pergi sana ke perpustakaan!

[Verse 3]
Tiap orang punya cara
Menikmati musik
Beda-beda tak mengapa
Malah jadi unik
Berdansa dan berpakaian
Berlomba tampil nyentrik
Yang aktif yang pasif
Tolong jangan saling usik

[Chorus]
Polisi skena (polisi skena)
Ada di mana-mana (di mana-mana)
Bisa jadi siapa saja (siapa saja)
Aku, kamu, dan mereka (aku, kamu, mereka)

[Verse 4]
Kopi dan senja yang tak berdosa
Jadi korban mereka yang merasa berkuasa
Dijadikan bahan bully-an berkedok nyanyian
Kalau sudah begitu tak ada yang melawan
Komunis bukan, diktator bukan, ketua yayasan bukan
Pemegang saham jelas juga bukan
Lalu kenapa mesti banyak peraturan?
Apakah kamu sedang mencoba bermain Tuhan?

[Chorus]
Polisi skena
Ada di mana-mana
Bisa jadi siapa saja
Aku, kamu, dan mereka
Bisa jadi polisi skena
Ada di mana-mana
Dunia nyata, dunia maya
Pasti ada polisi skena

Itulah sedikit pembahasan soal skena dan polisi skena, menurutmu bagaimana Comms cukup “nylekit” sindiran dari Sir Dandy?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Communication skill
Reading Time: 2 minutes

Berseliweran di berbagai media online terkait artikel yang menyebutkan jika jurusan Ilmu Komunikasi adalah pilihan yang tepat untuk seseorang yang “tidak pintar”.

Terkait kata “tidak pintar” menurut KBBI VI Daring, pintar berarti pandai, cakap, banyak akal hingga mahir melakukan atau mengerjakan sesuatu. Sementara tidak adalah bentuk penolakan dan penyangkalan.

Padahal salah satu kemampuan yang menentukan kesuksesan dalam dunia kerja adalah Communication Skill dan tentu saja menjadi kunci utama jurusan Ilmu Komunikasi.

Menurut HubEngage sebuah Perusahaan Business Cloud Communications yang berlokasi di Cambridge menyebut jika keterampilan komunikasi di ruang kerja tidak hanya penting untuk menjaga hubungan baik antara karyawan dan manajemen tapi juga menjadi peran kunci produktivitas dan efisiensi sehingga menentukan keberhasilan sebuah bisnis dan unggul dalam persaingan.

Salah satu mahasiswa Internasional Program Ilmu Komunikasi yang telah lulus beberapa bulan lalu yakni Suwaibah Mataeha, menyebut jika mengenyam pendidikan empat tahun di jurusan Ilmu Komunikasi telah mempertemukan dirinya dengan orang-orang yang open minded.

Tak hanya itu, bagi seorang mahasiswa asing dari Thailand, tentu kendala komunikasi menjadi persoalan besar. Namun dengan ilmu yang diperoleh ia bahkan mampu bernegosiasi dengan klien yang dihadapinya.

“Bukan tidak pintar, menurutku banyak orang-orang yang kreatif cenderung berpikir terbuka di jurusan Ilmu Komunikasi. Ilmu yang bisa kudapat jadi memudahkan untuk kerja dengan banyak orang, kolaborasi semakin mudah. Selain itu communication skill yang saya memiliki sangat mendukung dalam pekerjaan saya di bidang desain grafis dan edit video, antara saya dan klien negosiasi berjalan sesuai rencana,” jelasnya.

Cerita menarik datang dari Arsila Khairunnisa mahasiswa Ilmu Komunikasi UII yang tengah mengerjakan skripsi, ia menerangkan jika banyak teman-temannya yang masuk jurusan ini lantaran belum tahu tujuan setelah study. Dugaan inilah yang membuatnya mengira jika asumsi “tidak pintar” menjadi ungkapan untuk jurusan Ilmu Komunikasi.

“Memang banyak sekali saya menemukan teman-teman yang berujung memilih komunikasi karena mereka tidak tau harus memilih jurusan apa dan tidak mengerti apa yang menjadi potensi diri mereka sehingga mereka memilih komunikasi dengan harapan bahwa jurusan ini akan mudah di pelajari dan mudah untuk mereka gapai,” ujar Arsila.

Bagi dirinya yang sedari awal memang memilih jurusan Ilmu Komunikasi, nyatanya banyak hal yang membuatnya membaca peluang begitu luas. Tak hanya itu dinamisnya Ilmu Komunikasi mampu beradaptasi dengan berbagai tren yang terjadi pada kehidupan sosial.

“Terkait statement bahwa jurusan komunikasi itu adalah jurusan bagi mereka yang ingin santai dan tidak mau capek belajar itu sangat salah. Karena nyatanya kita belajar untuk bisa menguasai soft skill dan hard skill yang sangat dibutuhkan bagi hampir semua sektor perusahaan bahkan hampir semua profesi pekerjaan. Justru berkuliah di komunikasi membuat kita bisa lebih tanggap akan hal-hal baru dan kekinian, sehingga kita dituntut kreatif dan adaptable,” tambahnya.

Sementara terkait pernyataan communication skill sangat mempengaruhi kesuksesan seseorang di dunia kerja ternyata banyak pula dibahasa diberbagai dunia, salah satunya University of Southern California dalam artikel berjudul “Why Is Effective Communication Important to Career Success?” menyebut beberapa poin penting antara lain Communication skill yang penting untuk kesuksesan karier, mitigasi konflik, mengidentifikasi dan membangun keahlian komunikasi spesifik, menerapkan rencana komunikasi, pentingnya komunikasi untuk remote team, mengembangkan keterampilan untuk kesuksesan, hingga komunikasi dengan C-Level professional.

Communication skill ternyata tak hanya tentang mampu berkomunikasi dengan efektif (kemampuan menyampaikan informasi dan ide secara ringkas dan akurat), namun mampu menciptakan lingkungan tim yang positif. Mengutip dari laman Leadership Choice sebuah penyedia jasa training di Mesa, Amerika menyebut jika komunikasi adalah bagian integral dari penjualan, hubungan dengan klien, pengembangan tim, budaya perusahaan, keterlibatan dan dukungan karyawan, serta pemikiran yang inovatif.

Bagaimana pendapatmu soal ini Comms, kira-kira bagaimana pengalamanmu kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

IPC
Reading Time: 3 minutes

Cultural Night Festival atau Culnight Fest 2023 yang digagas oleh Internasional Program (IP) Prodi Ilmu Komunikasi UII berlangsung sangat meriah. Festival bertajuk Unity in Diversity ini melibatkan mahasiswa dari berbagai negara.

Tak hanya mahasiswa dari Indonesia, mahasiswa yang berasal dari Malaysia, Thailand, hingga Yaman menampilkan berbagai pertunjukan seni yang menakjubkan. Setidaknya ada lima performances yang disuguhkan oleh mahasiswa IP Ilmu Komunikasi pada 6 November 2023 di Gedung Kuliah Umum Sardjito UII.

Konsep Unity in Diversity merupakan acara yang mengusung kesatuan dan keberagaman dari berbagai suku yang ada di Indonesia hingga budaya dari berbagai negara. Nyatanya meski mahasiswa IPC berasal dari berbagai penjuru Indonesia bahkan negara, festival malam itu berlangsung sangat apik menampilkan sebuah keberagaman yang disatukan.

Ida Nuraini Dewi Kodrat Ningsih, S.I.Kom., M.A., Sekretaris IP Ilmu Komunikasi UII menyampaikan jika gelaran Culnight Fest 2023 untuk momen apresiasi dan penyambutan untuk mahasiswa-mahasiwa internasional selain memberikan pengalaman akademik juga budaya. Hal ini adalah tradisi di kampus UII untuk mengenalkan budaya Indonesia kepada mahasiswa internasional.

IPC

Cultural Night Festival 2023, performance dari IPC Batch 2021

“Selain sebagai momen kebersamaan menghargai, saling toleransi dari diversity di IPC memang konteksnya beragam dari Sabang sampai Merauke dan juga kita menerima mahasiswa-mahasiswa luar negeri. Ini juga bertepatan pelepasan program social cultural engagement untuk mahasiswa exchange programe. Ini sebenarnya tradisi UII ketika ada irisan program-program di UII dengan mahasiswa internasional kita tidak hanya membekali mereka dengan akademik tapi juga social cultural engagement. Harapannya merka juga belajar tradisi kita,” ujarnya.

Culnight Fest 2023 dibuka dengan penampilan Drama Roro Jonggrang dari IPC Batch 2021, selanjutnya Tari Zapin yang dibawakan oleh Affan dan Fahim mahasiswa Exchange dari SCIMPA UUM Malayasia, Fashion Show Pakaian Nusantara oleh IPC Batch 2022, Traditional Dance oleh IPC Batch 2023, Maumere Dance dari IPC Batch 2020. Setelah semua pertunjukan seni ditampilkan, perwakilan mahasiswa Thailand yakni Suwaibah Mahteaha menutupnya dengan dua lagu pop berbahasa Thailand dan mengajak semua penonton bernyanyi bersama.

Malam itu begitu hangat bagi para mahasiswa IPC, pasalnya seperti yang disampaikan oleh Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi, Ratna Permata Sari, S.I.Kom, M.A., yang menyebutkan jika Culnight Fest 2023 adalah rangkaian akhir dari exchange program yang menjadi momen perpisahan untuk Affan Azman dan Fahim Haziq dari SCIMPA UUM yang mengikuti exchange program di IPC UII, serta Suwaibah Mahteaha mahasiswa asal Thailand yang telah lulus pada Oktober lalu.

IPC

Affan dan Fahim mahasiswa dari SCIMPA UUM

“Special thank you to Prodi Ilmu Komunikasi, Miss Ida for invitation. Memorable night for us. We also gain more knowledge especially about Indonesian culture.  I’m really sorry because we didn’t prepare well. I hope that we can do events like this for UII n UUM,” ujar Affan Azman kepada pihak Prodi Ilmu Komunikasi UII.

Tak hanya itu, Suwaibah Mahteaha juga menyampaikan kesannya terkait pengalam belajar selama empat tahun di UII. Perpisahan ini akan sangat dirindukannya lantaran merasa jika Indonesia adalah rumah keduanya.

“Jika kita merasa nyaman waktu empat tahun terasa sangatlah singkat, terimakasih untuk semua pihak yang sangat baik kepada dosen, staf, dan teman-teman IPC,” ujar mahasiswa asal Thailand.

Culnight Fest 2023 ditutup dengan pemberian penghargaan kepada para penampil. Penghargaan diberikan dengan berbagai kategori grup maupun individu.

IPC

Pemberian penghargaan kepada para penampil di Cultural Night Festival

Itulah rangkaian Culnight Fest 2023 yang begitu menarik dan hangat. Perbedaan menjadi suatu perjumpaan yang saling mendekatkan. Bagaimana menurutmu Comms, seru bukan?

Profesor
Reading Time: 2 minutes

Istilah pecah telur menjadi kata yang diucap berkali-kali pasca kabar bahagia dari civitas akademik Universitas Islam Indonesia (UII) khususnya di lingkungan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB). Setelah 28 tahun berdiri, akhirnya November 2023 salah satu dosen dari Prodi Ilmu Komunikasi berhasil meraih gelar tertinggi profesor.

Prof. Dr. rer. Soc. Masduki, S.Ag., M.Si. menjadi Guru Besar pertama di Prodi Ilmu Komunikasi sekaligus di FPSB.

Dalam agenda Penyambutan Profesor Baru FPSB UII pada 1 Desember 2023, Prof. Dr. rer. Soc. Masduki, S.Ag., M.Si. menyampaikan rasa syukurnya atas pencapaian ini. Tak hanya itu, istilah pecah telur turut diungkapkan. Menurutnya pecah telur adalah analogi pencapaian yang telah diupayakan.

“Saya cari-cari di Google apa artinya pecah telur, sesuatu yang lama diupayakan tiba-tiba berhasil disebut pecah telur. Mungkin pecah telur itu effortnya besar jadi dipakai analogi sehari-hari mungkin sesungguhnya ada sejarahnya pencapaian yang upayakan sedemikian rupa tapi akhirnya bisa,” ujar Prof. Dr. rer. Soc. Masduki, S.Ag., M.Si. saat memberikan sambutan.

Setelah keberhasilan ini, diharapkan deretan dosen yang telah menyelesaikan pendidikan doktoral segera menyusul keberhasilan ini. Prof. Masduki percaya jika setelah ada satu Guru Besar dalam satu Fakultas selanjutnya akan segra menyusul satu per satu.

“Mungkin saya hanya tool-nya sebagai proksinya kita bersyukur bahwa Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya itu memulai periode yang baru karena kita mempunyai satu Guru Besar kemudian berikutnya menyusul biasanya gejalanya begitu, pecah telur itu lalu telurnya pecah semua,” tuturnya.

Alasan ini cukup dikuatkan dengan beberapa dosen di lingkungan FPSB yang telah menjalani beberapa tahapan menuju jabatan Guru Besar.

“Seperti curva akan menanjak, berdoa dan dibantu berjuang mendorong,” tambahnya lagi.

Melansir dari laman resmi uii.ac.id, serah terima Surat Keterangan (SK) Menteri Pendidikan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia pada 27 November 2023 di Gedung Kuliah Umum, Prof. Dr. Sardjito Kampus Terpadu UII.

Profesor

Kenaikan jabatan akademik profesor kepada Prof. Masduki
Foto: Iwan Awaluddin Yusuf, Ph.D

Dalam prosesi serah terima SK profesor tersebut dihadiri oleh Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D, Ketua Pengembangan Pendidikan Pengurus Yayasan Badan Wakaf (PYBW) UII, Prof. Drs. Allwar, M.Sc., Ph.D., Kepala Bagian Umum Lembaga Layanan Dikti (LLDikti) Wilayah V Daerah Istimewa Yogyakarta, Taufiqurrahman, S.E., serta Penyelia Sumber Daya LLDikti Wilayah V DIY, Rahman Hakim, S.E.

Pada momen tersebut Rektor UII, menyampaikan pesan terkait pemikiran filsafat klasik ilmu pengetahuan serta kebebasannya. Secara umum kebebasan saintifik erat kaitannya dengan kemandirian individu dalam berpikir, sehingga pengetahuan bisa diaplikasikan untuk kepentingan publik.

“Kebebasan saintifik, ketika dipandu oleh prinsip etis, berkontribusi pada pengejaran pengetahuan yang universal, memberikan manfaat bagi kemanusiaan secara keseluruhan,” tutur Prof. Fathul Wahid di tengah penyampaian materi.

Sebelumnya, Prof. Masduki telah menyelesaikan studi S3 pada tahun 2021 lalu di Institute of Communication and Media Studies, University of Munich Jerman. Melalui SK Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan teknologi Nomor 63634/M/07/2023 tentang kenaikan jabatan akademik dosen Dr. rer. Soc. Masduki, S.Ag., M.Si. resmi dinaikkan jabatannya menjadi Profesor dengan angka kredit sebesar 922.

Klaster riset Dr. rer. Soc. Masduki, S.Ag., M.Si. yakni terkait dengan Media Policy, Comparative Media System, Public Media and Journalism, dan Media Activism.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Kaliurang Festival Hub
Reading Time: 4 minutes

Palestina digempur habis-habisan dengan tindak kejahatan kemanusiaan oleh Israel, informasi terkini yang dilansir dari laman Aljazeera setidaknya 15.000 warga Palestina tewas sejak tindakan Hamas 7 Oktober lalu. Kabar kematian tak pernah berhenti, setelah serangan berjam-jam di Jenin dua anak laki-laki berusia 15 dan 8 tahun tewas oleh pasukan Israel. (29 November 2023)

Berbagai upaya dilakukan untuk menghentikan penindasan. Salah satu cara yang tengah dilakukan sebagian masayarakat Indonesia melalui boikot produk yang terbukti mengalirkan dana untuk mendukung Israel.

Selain boikot produk, mendukung pembebasan Palestina juga bisa dilakukan lewat film, metode ini digagas oleh Madani Film Festival. Diskusi diperdalam pada gelaran Kaliurang Festival Hub pada 24 November 2023.

Diawali dengan pemutaran film R21 di Gedung RAV Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII), isu mengalir menjadi topik yang penuh simpati. Diskusi bertajuk “From the River to the See, Solidarity Screening for Palestine” itu dipandu Dian Dwi Anisa Dosen Ilmu Komunikasi UII menggaet Sugar Nadia Direktur Madani Film Festival serta Zaki Habibi seorang Peneliti Kajian Media & Budaya Visual UII.

Film berjudul R21 atau Restoring Solidarity (2022) adalah film dokumenter tentang Palestina yang dikumpulkan dari arsip 20 film oleh para aktivis Jepang yang mendukung pembebasan Palestina.

R21 berisi perlawanan, kehancuran, hingga jeritan hati masyarakat Palestina atas kejahatan kemanuasiaan yang dilakukan Israel. Bom yang sewaktu-waktu diledakkan meluluh lantahkan bangunan dan menewaskan warga Palestina. Tak hanya orang dewasa, anak-anak turut menjadi korban kejahatan ini.

Untuk membuka mata banyak pihak, film menjadi media menguak fakta atas keperihatinan yang dialami oleh masyarakat Palestina yang dibuktikan dengan arsip film sejak 1948.

Solidaritas untuk Pembebasan Palestina Melalui Film

Inisiatif Madani Film Festival mendukung Palestina melalui salah satu programnya yang diberi nama Fokus Palestina. Pihaknya telah melakukan komunikasi intens dengan sutradara film Palestina yakni Mohanad Yaqubi dan berhasil mengumpulkan film tentang Palestina.

“Kumpulan film Palestina sudah terkumpul, eskalasi konflik makin tinggi. Sulit menjangkau film Palestina,” ujar Sugar Nadia.

Dalam program tersebut ada lima film yang diputar yakni R21, Off Frame AKA Revolution Until Victory, Off Frame, No Exit (2014), dan 200 Meters.

Kaliurang Festival Hub

Film menjadi salah satu cara untuk menghentikan kejahatan kemanusiaan di Palestina

Film R21 dipilih menjadi pembuka karena memiliki kekuatan dalam rekontruksi sejarah berdasarkan ideologi. Melansir dari Tempo, R21 adalah arsip yang terkumpul sejak tahun 1948 hingga 1982. Arsip itu mempertontonkan jika keterpurukan Palestina bukanlah fenomena baru.

“Jika Anda melihat arsip semua film dari tahun 1982 atau film dari tahun 1976 atau bahkan 1946, Anda dapat melihat pada hari ini dari sudut pandang yang berbeda. Kehancuran yang terjadi saat ini bukanlah hal yang asing bagi kita,” ujar Mohanad Yaqubi dilansir dari Tempo.

Selain menayangkan film-film yang terkumpul dalam Fokus Palestina dalam Madani Film Festival 2023, pihaknya juga mengajak komunitas, kolektif, lembaga, dan individu dengan aksi nyata solidaritas pemutaran film dan penggalangan dana “From the River to the Sea”. Informasi selengkapnya dapat diakses melalui akun Instagram @madanifilmfest.

“Kita juga mengajak semua pihak untuk melakukan pemutaran dan menggalang dana untuk solidaritas pembebasan Palestina,” ajak Sugar Nadia.

Dengan program Fokus Palestina, film-film tersebut diputar sebagai kerangka ikatan solidaritas kemanusiaan. Dengan menyaksikannya, publik akan mengetahui “militansi sinematik sebagai media bagi para pembuat film Palestina untuk merebut kembali gambar dan narasi Palestina,” Madani Film Festival.

Selain itu film berjudul 200 Meters merupakan film drama fiksi yang menggambarkan keluarga Palestina dengan mengungkap isu-isu konkret sehari-hari yang dihadapi masyarakat Palestina.

Upaya dan solidaritas ini diharapkan mampu menghentikan perang, kejahatan kemanusiaan yang dialami oleh Palestina. Melalui film yang telah terkumpul tersebut mampu mengungkap realitas di tengah dominasi film Hollywood yang memenangkan pasar Indonesia.

“Sulit [penonton dan akses], di Indonesia didominasi Hollywood, Korea (infiltrasi budaya). Kalau saya enggak jalani Madani juga susah akses dari timur tengah,” tambah Sugar Nadia.

Sementara, Mohanad Yaqubi berharap film tentang Palestina dapat diakses oleh publik secara luas agar dunia tahu tentang penindasan yang telah terjadi selama ratusan tahun.

“Saya pikir itulah sebabnya kami sangat tertarik dengan arsip ini dari sudut pandang itu. Kami juga ingin menyimpan kenangan akan penindasan dan menyebarkan luaskan pada orang yang mengalami hal serupa untuk mengetahui bahwa mereka bukan satu-satunya dan orang pertama yang mengalami penindasan,” kata Mohanad Yaqubi dilansir dari Tempo.

“Anda memandang ibu dan ayah Anda dengan cara yang berbeda dan Anda akan berpikir tentang kakek-nenek Anda dengan cara yang berbeda pula. Pengalaman mereka akan membantu Anda bertahan hidup dengan baik dan itulah yang dibawa oleh arsip, arsip film, arsip musik, arsip budaya,” tambahnya lagi

Sulitnya Akses dan Penyebaran Film dari Palestina

Program Fokus Palestina yang diinisiasi Madani Film Festival seolah menjadi angin segar bagi aktivis yang pro Palestina. Pasalnya, film-film di Palestina sangat sulit diakses karena sempitnya ruang gerak.

Sugar Nadia menuturkan jika tak ada kebebasan berekspresi di Palestina, menyuarakan kebebasan hanya bisa dilakukan dengan cara yang tak terang-terangan misalnya dengan simbol buah semangka. Karena perang tak terkendali seniman bergerak hingga menyebarluaskan film secara gratis.

“Menggunakan gambar semangka ngomongin freedom, karena eskalasi makin besar seniman bergerak, menyebarkan film gratis, bebas tanpa screening fee dan izin,” tutur Sugar Nadia.

Meski disebarluaskan secara bebas dan gratis nyatanya film cukup sulit diakses, hal ini berkaitan dengan kondisi konflik dan perang yang terjadi di Palestina. Untuk memproduksinya dibutuhkan usaha yang begitu besar, bahkan para sineas harus bisa keluar dari Palestina, sementara hal itu sangat rumit dilakukan. Inilah alasan minimnya jumlah film dari Palestina

“Perjuangan menyebarluaskan film-film Palestina sungguh tak mudah. Kesulitan sineas di palestina jarang juga [film diproduksi], mereka sulit memproduksi film dalam kondisis konflik war, struggle beda,” tambah Sugar Nadia.

Bagi sineas Palestina jangankan untuk memproduksi film dan mengembangkan menjadi industri, bahkan negara pun mereka tak punya “We have no film industry, because we have no country” penuturan Zaki Habibi terkait perfilman di tanah konflik itu.

“Mari kita perjuangkan, Indonesia mostly Indonesian Hollywood movie, to get film middle east is difficult. Mayority muslim (Indonesia), kita muslim kenapa tidak mengenal muslim lain. Bagaimana kehidupan muslim, kalau misalnya dibandingkan festival lain, Madani lebih banyak bicara soal humanity, kisahnya akan banyak soal, sedih, perang,” tambahnya.

Zaki Habibi juga sepakat jika, gagasan soal Fokus Palestina menjadi prioritas yang tepat karena festival adalah ruang untuk menyaksikan film-film yang sulit untuk dijangkau. Dengan inisiasi ini, publik dapat mengetahui sejarah lebih dalam soal muslim dan Palestina.

“Kita pengen selalu, datang ke festival untuk menjangkau sesuatu yang sulit dijangkau. Festival menuju waktu momen perjumpaan dengan cerita-cerita lain. Banyak isu yang mengajak kita untuk refleksi, sejarah,” terang Zaki Habibi.

Dengan penuh keyakinan, Madani Film Festival hingga Mohanad Yaqubi selaku sineas yang memproduksi film seputar Palestina percaya jika film mampu menghentikan perang. Dengan arsip-arsip tersebut akan membantu publik memahami konteks konflik yang dialami Palestina.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Kaliurang Festival Hub
Reading Time: 5 minutes

Film seolah menyuarakan berbagai fenomena yang terjadi pada manusia dan alamnya. Bahkan rumitnya konflik sosial mampu diuraikan dengan atau tanpa dialog yang ada dalam karya visual. Praktik ini dilakukan oleh deretan sineas yang tergabung dalam Aceh Documentary dan Aceh Film Festival.

Kehancuran Aceh atas bencana tsunami justru melahirkan berbagai skill baru, sekedar merekam dan menjahitnya menjadi sebuah tontonan yang bercerita sangat dalam. Gelaran Kaliurang Festival Hub edisi ketiga digelar pada 23 November 2023 berkesempatan untuk melakukan kolaborasi dengan Aceh Film Festival.

Edisi ketiga kali ini dibuka dengan pemutaran tiga film yang telah dikurasi oleh Aceh Film Festival, ketiganya adalah Puing Paling Sunyi, Gelombang Sinema di Ujung Sumatera, dan Surat Kaleng 1949.

Setelah pemutaran film, dilanjutkan dengan movie talk bertajuk “Sinema Pasca-Bencana” oleh Akbar Rafsanjani, Film Programmer & Film Curator Aceh Film Festival yang dipandu oleh Muzayin Nazaruddin Peneliti Komunikasi Lingkungan dan Kebencanaan dari Prodi Ilmu Komunikasi UII yang tengah menyelesaikan pendidikan doktoral di Tartu University, Estonia.

Bermula dari tsunami Aceh 2004 yang menelan korban 227.898 jiwa, LSM dan NGO di berbagai belahan dunia berbondong-bondong datang mengulurkan tangan. Tak hanya memberikan bantuan dan pertolongan, pemberi donor juga meminta bukti pelaporan. Sehingga para LSM dan NGO melaporkannya dalam dokumentasi tulis, foto, hingga video.

Menurut penuturan Akbar, sebagian masyarakat terlatih memegang dan mengoperasikan kamera berkat LSM dan NGO yang datang pasca tsunami.

“Film baru benar-benar hadir pasca tsunami, asumsi pertama kami muncul LSM dan NGO dari luar datang ke Aceh dengan berbagai tujuan untuk pelaporan kepada donor. Mereka memanfaatkan jurnalis lokal (jurnalis cetak). Temen-temen yang dilatih, kalau dulu jadi kontributor sekarang mereka punya skill baru (memproduksi video),” jelas Akbar membuka sesi Movie Talk.

Geliat Perfilman di Aceh Pasca Bencana di Tengah Keterbatasan Ruang

Pembuka yang disampaikan oleh Akbar menjadi momentum geliat film di Aceh mulai tumbuh. Pasca bencana yang seolah menjadi kiamat bagi masyarakat ternyata membawa Aceh bangkit dengan wajah baru.

Menilik ke belakang, riset-riset yang dilakukan oleh Akbar dan rekan-rekannya tak menemukan jika Aceh memiliki sejarah tentang perfilman, seni pada masa konflik berhenti pada pertunjukan panggung sandiwara. Artinya, sejarah bermulanya film di Aceh sangat muda.

“Kalo ditelusuri lebih lama kita mentok di seni panggung sandiwara pada masa konflik,” ujar Akbar.

Kaliurang Festival Hub

Akbar Rafsanjani bersama Muzayin Nazaruddin saat diskusi terkait geliat film di Aceh yang menjadi media untuk menyuarakan konflik sosial

Berangkat dari skill yang muncul pasca tsunami, geliat memproduksi film muncul. Hingga lahir beberapa komunitas salah satunya Aceh Documentary yang menjadi rumah bagi para sisneas muda di Aceh. Berbagai kelas, produksi film, hingga kompetisi dilakukan untuk melanjutkan mimpi.

Tak mudah membangun perfilman di Aceh, salah satu kendala nyata terkait dengan ruang. Aceh menjadi satu-satunya provinsi di Indonesia yang tak memiliki bioskop. Absennya ruang bisokop di Aceh lantaran dorongan berbagai kelompok yang berpendapat jika kehadiran bioskop bertentangan dengan syariat Islam.

“Aceh merupakan daerah khusus yang menjalankan syariat Islam secara kaffah (secara menyeluruh),” ujar Rijaluddin, Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dilansir dari Kompas.com.

Namun, kendala ini menjadi hal tak berarti bagi para pegiat film di Aceh. Mereka tetap melakukan screening film secara sederhana, mulai dari konsep berkeliling memutarnya di daerah-daerah, hingga pemutaran besar di sebuah ruang serba guna dengan memisah antara perempuan dan laki-laki yang tentu dengan pengawasan Polisi Wilayatul Hisbah.

Seperti yang disampaikan Akbar, tak pernah terjadi hal-hal pelanggaran selama pemutaran film dilakukan. Justru yang dilakukan oleh Polisi Wilayatul Hisbah adalah mengimbau penonton agar tak merekam film selama pemutaran.

“Jadi malah tak ada pelanggaran syariat Islam, mereka [Polisi Wilayatul Hisbah] justru akhirnya mengimbau penonton untuk tidak merekam, mendokumentasikan film selama pemutaran saja,” ujar Akbar.

Satu dekade sejak 2013, Aceh Documentary menjadi wajah baru yang mendorong perfilman terus bertumbuh. Hingga tahun 2015 dibentuklah Aceh Film Festival sebagai ajang penghargaan bagi sineas yang terus berjuang.

Untuk mempertahankan geliat perfilman di Aceh, ada strategi yang terus dilakukan yakni dengan menyesuaikan dengan kebiasaan dan jadwal menonton masyarakat Aceh.

“Masyarakat Aceh duduk di warung kopi, ada TV menonton sepak bola, film yang tayang tengah malam. Kami mengikuti jadwal menonton masyarakat untuk mempertontonkan film yang diproduksi (Aceh Film Festival, Aceh Documentary),” tambah Akbar.

Hingga kini perfilman di Aceh mulai diminati oleh generasi muda, mereka yang kuliah di Jawa akan kembali dengan bekal pengalaman dan melirik isu-isu sosial yang terjadi di tanah kelahirannya.

Film Media Mengurai Konflik Sosial di Aceh

Ada pertanyaan menarik dalam sesi Movie Talk “Sinema Pasca Bencana”, Muzayin Nazaruddin selaku moderator melontarkan kalimat cukup menarik “Kira-kira film di Aceh menjadi medium perubahan sosial atau hiburan?”

Seolah penuh konflik sosial, film ternyata mampu menjadi medium untuk mengurainya. Jauh sebelum bencana tsunami Aceh 2004, sekitar tiga puluh tahun Gerakan Aceh Merdeka (GAM) terus bergulir.

Selama periode 1976 hingga 2005 kisah pelik itu menjatuhkan 15.000 korban jiwa dan ribuan pelanggaran HAM terjadi. Dalam penelitian yang berjudul Konflik Vertikal Antara Gerakan Aceh Merdeka di Aceh dengan Pemerintah Pusat di Jakarta Tahun 1976-2005 yang dilakukan Kurnia Jayanti dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyebut jumlah kasus pelanggaran HAM selama masa Daerah Operasi Militer (DOM) di Aceh sebagai berikut kasus tewas/terbunuh 1.321 kasus, 1.958 kasus hilang, 3.430 kasus penyiksaan, 128 kasus pemerkosaan, dan 597 kasus pembakaran.

Secara singkat konflik di Aceh terjadi lantaran kesenjangan sosial yang sangat mencolok antara Pemerintah pusat dan daerah, ketidakadilan selama puluhan tahun dirasa tidak terlalu diperhatikan. Kesejahteraan, pembagian sumber daya alam yang seharusnya dinikmati oleh masyarakat Aceh, hingga aspirasi terkait keistimewaan identitas dan etno religious syariat Islam yang tak diakomodasi menjadi faktor kekecewaan melalui gerakan separatis GAM.

Sementara kebijakan di masa orde baru yang sangat militeristik penuh kekerasan semakin membuat masyarakat Aceh terus mengalami penderitaan.

Meski pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid, rekonsiliasi dan dialog dilakukan nyatanya hingga tahun 2001 tak ada hasil yang berarti. Hingga tsunami datang di tahun 2004, NGO dan LSM internasional nyatanya malah membawa kompleksitas sendiri dalam proses Pembangunan perdamaian.

Konflik-konflik sosial ini mulai diurai dan disuarakan melalui film. Film yang diproduksi oleh pegiat di Aceh menjadi penanda the voice of voiceless. Film Puing Paling Sunyi menjadi gambaran penderitaan masyarakat Aceh akibat konflik. Meski menyingkap dan menyuarakan konflik, film ini tampak lembut tanpa memasukkan kata konflik, GAM, Pembunuhan, dan pelanggaran HAM lainnya.

“Film yang diproduksi adalah the voice of voiceless. Warga aceh biasa kehilangan suami, anak kehilangan bapak. Ada upaya melupakan itu secara sistematik, kesedihan yang panjang Puing Paling Sunyi adalah tubuh itu sendiri,” ujar Muzayin Nazaruddin.

“Tidak ada kosa kata GAM, Konflik, dan lainnya,” tambahnya.

Hadirnya Akbar dalam sesi Movie Talk menjadi validasi terkait konflik yang pernah terjadi namun tak ada upaya rekonsiliasi.

“Ada dua film (Puing Paling Sunyi, Surat Kaleng 1949) yang apabila tidak hadir disini konteksnya akan hilang,” jelas Akbar.

Puing Paling Sunyi disutradai oleh mahasiswa yang lahir tahun 2004, artinya ia adalah sosok yang tak mengalami langsung konflik di Aceh namun merasakan dampaknya.

“Sutradara orang Aceh, lahir 2004 dia bukan generasi konflik Aceh. Dia punya memori tentang ayahnya sperti ibu dalam film tersebut yang mengalami kekerasan, [pajak Nangroe] ketika tidak ada uang diancam tembak mati, sering takut, marah, menggigil,” tambahnya.

Perbedaan memori dan pengalaman antara sutradara dengan produser yakni Akbar Rafsanjani, sengaja tak diintervensi demi menghasilkan karya yang murni. Menurut Akbar, ada persepsi dan perbedaan dalam meromantisasi konflik di Aceh. Inilah yang menjadi perbedaan di setiap generasi.

Puing Paling Sunyi, sepakat untuk tidak mengintervensi. Penting diproduksi karena ada gap antar generasi, meromantisasi konflik, romantisasi kekerasan,” sebut Akbar.

Menututp, diskusi film-film yang diproduksi pasca bencana adalah upaya menyingkap pesan secara alegoris dengan mencari makna di balik visual dalam film.

“Sekejam apa sih sampai membuat ayahnya traumatik, riset tentang psikologi, memori yang tersimpan dalam tubuh, film ini sangat alegoris,” tutup Muzayin Nazaruddin.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Kunjungan
Reading Time: 2 minutes

Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) menerima kunjungan kolega yang datang dari Bengkulu. Mereka adalah rombongan mahasiswa serta dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Dehasen.

Menyambut kedatangan tersebut, Ketua Prodi Ilmu Komunikasi UII Bapak Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D, berkesempatan mengisi kuliah pakar dihadapan 92 mahasiswa dan 6 dosen.

Materi bertajuk “Kreativitas dan Ilmu Komunikasi di Era Artificial Intelligence (AI)” dipilih karena memiliki urgensi yang relate dengan kondisi mahasiswa di era Society 5.0, dimana masyarakat menjadi pusat untuk menyeimbangkan kemajuan ekonomi hingga penyelesaian berbagai masalah sosial dengan integrasi ruang siber dan fisik. Artinya peran AI menjadi sangat dominan dalam hal ini.

Kunjungan

Pembukaan dengan pembacaan da dari mahasiswa UII

Kuliah pakar yang berlangsung di RAV Perpustakaan Pusat UII pada 22 November 2023 berlangsung seru, para mahasiswa begitu antusias dalam momen diskusi. Ada berbagai pertanyaan yang dilontarkan mulai dari cara menghadapi pesatnya perkembangan AI yang disalahgunakan pada media sosial, jenis aplikasi AI yang dapat dimanfaatkan dan membantu mahasiswa, hingga strategi Prodi Ilmu Komunikasi dalam mendukung mahasiswa untuk mengembangkan potensi diri di berbagai bidang.

Apalagi baru-baru ini ChatGPT dari Open AI menjadi cukup booming karena banyak pihak yang menggunakan untuk berbagai kebutuhan seperti pembuatan tugas esai hingga mencari jawaban singkat dari berbagai pertanyaan.

Akibatnya banyak pihak saling bagi tips pemanfaatan aplikasi ini secara optimal seperti Bedah Mantra ChatGPT yang berseliweran di berbagai media sosial.

Kunjungan

Kaprodi Ilmu Komunikasi UII dan tim Marcom FPSB tengah melakukan mempersiapkan menyambut kunjungan Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Dehasen Bengkulu

Dunia AI dalam kajian Ilmu Komunikasi telah dibahas khusus dalam konferensi tahunan dalam International Conference on Artificial Intelligence in Information and Communication (ICAIIC). Tahun 2023 telah berlangsung di Bali, sementara tahun 2024 akan digelar di Jepang.

Menariknya pemanfaatan AI dalam kehidupan manusia juga telah masuk dalam ranah agama, mulai dari negara Jepang, Dubai, Jerman, hingga di Indonesia. Ada peralihan praktik agama yang memanfaatkan kehebatan AI.

“Ada kuil di Jepang yang sudah berdiri lebih dari 300 tahun selalu jadi tempat untuk orang memohon doa ternyata dalam waktu tiga tahun terakhir ini pemimpin doa digantikan robot misalnya ingin meminta ujian lancar dan lainnya. Kemudian di jerman sudah ada gereja yang menggunakan pendetanya AI bukan telekonferens atau apa nah ini sudah terjadi di luar sana. Sementara di Indonesia MUI hingga Munas NU 2023 telah mengkaji dalam tentang AI,” tambahnya.

Terdapat beberapa tips untuk menghadapi pesatnya perkembangan AI yang disampaikan dalam kuliah pakar tersebut. Tips ini berkaitan dengan sikap dan cara kita memanfaatkan AI secara tepat.

“Kunci menghadapi disrupsi ditengah pesatnya AI adalah SAKKTI yakni sensitif, adaptif, kolaboratif, kritis, transformatif, dan inovatif,” jelas Kaprodi Ilmu Komunikasi UII.

Dalam kegiatan ini hadir juga Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan, dan Alumni yakni Bapak Dr. Nizamuddin Sadiq, Sekretaris Ilmu Komunikasi UII Program Internasional Ibu Ida Dewi Kodrat Ningsih, S.I.Kom., M.A. sementara dari pihak Universitas Dehasen adalah Ibu Sri Narti, M.I.Kom selaku Kaprodi Ilmu Komunikasi.

Hybridity
Reading Time: 5 minutes

Deretan karya yang diproduksi oleh dosen dan staf Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) akhirnya dipamerkan kepada publik untuk pertama kalinya. Presentasi karya yang mengusung isu lingkungan berhasil dikemas dengan unik dan mendapat apresiasi dari pengunjung.

Presentasi bertajuk “Hybridity” menampilkan tujuh belas karya berbentuk buku foto (photobooks), artikulasi atas stage photography, dan film dokumenter pendek dipamerkan pada 15-17 November 2023 di Cafe Sirkel de Koffie Yogyakarta.

Hybridity adalah pameran mini yang fokus pada topik lingkungan yang dieksplorasi dari beragam pendekatan artistik dan tematik. Menurut Dr. Zaki Habibi selaku koordinator sekaligus co currator dalam pameran tersebut menyebut jika konsep Hybridity berasal tiga dasar pemikiran.

Hybridity

Buku foto “Dokumentasi Visual Ekspresi Warga 2019” – kreator: Pusat Dokumentasi Media Alternatif (PSDMA) Nadim

“Tajuk “Hybridity” yang dipilih sebagai fokus tema kuratorial pameran ini berangkat dari tiga premis utama di balik seluruh karya terpilih. Ketiganya adalah hibriditas teknologi (analog-digital, daring-luring), hibriditas nilai dalam keseharian (privat-publik, arogan-toleran), dan hibriditas modalitas (visual, sensoris, pemanggungan dan ke-panggung-an/staging) yang disadari atau tidak telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari keseharian hidup warga urban di berbagai sudut dunia,” ujarnya.

Hybridity

Prof. Masduki saat mengunjungi pameran Hybridity

Menariknya isu lingkungan menjadi ringan dinikmati oleh pengunjung yang mengaku jika karya-karya yang dipresentasikan begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Salah satu staf Prodi Ilmu Komunikasi UII yang turut menampilkan karya stage photography mengaku kesukaannya pada konser musik membuatnya mampu menyampaikan karya dengan emosi dan interaksi dalam bentuk fotografi.

Hybridity

Presentasi fotografi “Stage Photography” – Rizka Aulia Ramadhani

“Stage Photography, berawal dari kesukaan atau bisa dibilang saya hanya ’penikmat’ pertunjukan musik saja.  Tapi, setelah menyaksikan berbagai pertunjukan musik, ternyata makna panggung atau stage bisa berarti macam-macam buat saya. Itulah yang mendorong saya menyajikan foto-foto pertunjukan musik yang saya datangi menjadi sebuah wujud presentasi yang mencampur-campurkan elemen seperti ini, tak ubahnya bercampur-aduknya emosi dan juga pengalaman saat kita berinteraksi dengan musik dalam arti keutuhannyaujar Rizka Aulia Ramadhani.

Sementara, kreator lainnya yakni Desyatri Parawahyu Mayangsari yang memamerkan buku foto dari pengalaman pribadinya menyebut jika karyanya adalah media self healing untuk dirinya hingga penikmat karyanya.

Hybridity

Buku foto “mBrebeki” – Desyatri Parawahyu Mayangsari

“Buku foto ini memiliki semangat ‘sembuh untuk berkarya, dan berkarya untuk sembuh’, bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan untuk semua orang yang melihat buku ini. ‘Sembuh’ dari ‘Luka’ tidak harus melalui hal yang tidak baik, bahkan banyak hal baik yang bisa dilahirkan dari sebuah ‘Luka’” Desyatri Parawahyu Mayangsari.

Karya-karya lain adalah beberapa film dokumenter yang mengangkat isu lingkungan dari Demak Jawa Tengah hingga Aceh.

Deretan karya yang dipresentasikan dapat ditengok di daftar di bawah ini:

Deretan Karya yang Dipresentasikan

  1. Buku foto “Dokumentasi Visual Ekspresi Warga 2019” – kreator: Pusat Dokumentasi Media Alternatif (PSDMA) Nadim
  2. Buku foto “Dokumentasi Visual Ekspresi Warga 2020” – PSDMA Nadim
  3. Buku foto “Dokumentasi Visual Ekspresi Warga 2021” – PSDMA Nadim
  4. Buku foto “Main di Alam dan Iman: a homeschooling life” – Sulistiyawati & A Pambudi W
  5. Buku foto “mBrebeki” – Desyatri Parawahyu Mayangsari
  6. Buku foto “Ikan Bilih, Danau Singkarak, dan Masyarakat di Pinggirannya” – Risky Wahyudi
  7. Buku foto “Inside” – Iven Sumardiyantoro
  8. Buku foto “Subtle Encounter” – Zaki Habibi dan Hayu Hamemayu
  9. Buku foto “Abandoned and Beyond” – Zaki Habibi
  10. Buku foto “SEBUTLAH NAMA tUHANMU SEBELUM TIDUR” – kurator: A Pambudi W, Risky Wahyudi, M.I.T. Gunawan
  11. Buku Foto “Messages in Silence” – M.I.T. Gunawan
  12. Presentasi fotografi “Stage Photography” – Rizka Aulia Ramadhani
  13. Film Dokumenter #1 “Panglima Laot” – sutradara: Muzayin Nazaruddin
  14. Film Dokumenter #2 “Sweat Dripping in the Ripples of the Rivers” – sutradara: Puji Hariyanti
  15. Film Dokumenter #3 “The Man of The Lake” – sutradara: M.I.T. Gunawan
  16. Film Dokumenter #4 “Songket” – sutradara: Herman Felani Tanjung
  17. Film Dokumenter #5 “The Independence Day, Between Tears and Laughter” – sutradara: M.I.T. Gunawan

Mereka yang Sempat Memberi Kesan

Keren sekali, berasa pulang ke rumah semua karyanya berasa dekat – ANP

Got my deep emotional here, thank you hybridity I love all the arts – Z

All of Them are creative – NN

Pamerannya keren banget walaupun rumah berisik, aku selalu ingin pulang – NN

Aesthetic in art is one great life – NN

This is pizza tastic – NN

Hybridity

Kesan dari pengunjung pameran Hybridity

Suka banget sama konsep pamerannya, next time adain lagi ya pameran kayak gini hehe – NN

Thank you untuk pembuat karya, amazing – NN

Pamerannya seru!! Buku konsep jurnalnya unik, jadi kepengen bikin jurnal dari cams roll. Terimakasih, karyanya lucu-lucu Pak Zaki – NN

It’s so warm to read the story behind these beautiful arts. I am wishing to see more in the next chance. See you again, Hybridity! – NN

Each of the story has it own means that can’t be finished in a glance. Jia You! – NN

Pamerannya keren banget!!! Sebelumnya aku ga pernah ke art exhibition. Turns out healing banget. Makasih Pak Zaki for showing art like this to your students – NN

Kece banget dan menyentuh. Hybridity – NN

Suka sama konsepnya apalagi boleh dibaca buku-bukunya keren – NN

DAEBAK. Super keren dan sangat menginspirasi – NN

Pamerannya super berkesan banget! Suka banget sama koleksi seni yang dipamerkan disini, terkesan sederhana tapi penuh dengan makna. Banyak pengalaman unik yang aku baca dari cerita dibalik bentuknya karena yang dihasilkan – NN

Lots of great works lots of great stories – NN

Sangat unik dan menarik pokoknya keren – Suci & Alya

Beberapa karya yang dipresentasikan, sebelumnya telah dipamerkan di beberapa negara salah satunya Malaysia, Singapura, Berlin hingga London. Teranyar, film dokumenter berjudul “The Independence Day, Between Tears and Laughter” telah masuk dalam nominasi film dokumenter pendek terbaik dalam Festival Film Indonesia.

Selain diinisiasi dan dikelola oleh para staf dan dosen di Prodi Ilmu Komunikasi, UII Yogyakarta, presentasi karya ini juga didukung oleh Café Sirkel de Koffie, CIRCLE Indonesia, dan Gueari Galeri Jakarta.