Reading Time: 3 minutesSetahun belakangan Covid-19 menjadi fokus. Ia mengubah banyak hal. Termasuk pemberdayaan sosial yang selama ini rutin digelar oleh Prodi Ilmu Komunikasi UII. Mahasiswa dan akademisi, sebagai agen perubahan, adalah aktor utama dalam pemberdayaan dan perubahaan sosial di tengah-tengah masyarakat. Namun kala pandemi mendera, bagaimana pemberdayaan bisa tetap terlaksana?
Salammatul Putri dan empat kawannya dari Komunikasi UII angkatan 2018 hadir dengan solusi digital. Ia menggagas pemberdayaan digital. Sasarannya adalah menerobos beragam kendala dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ) kata Salam pada Selasa (23/03/2021). “
Awalnya ada dua ide, tapi akhirnya kami memilih melakukan edukasi literasi digital lewat instagram,” kata Salam, ketika hadir secara daring di Pusat Studi dan Dokumentasi Media Alternatif (PSDMA) Nadim Komunikasi UII. Menurutnya, Ia melihat PJJ selama ini tidak efekti. Apalagi hanya menggunakan WhatsApp (WA), sebuah aplikasi perpesanan terpopuler di Indonesia saat ini versi Laporan Survei Internet Apjii 2019–2020. Selain lewat Instagram, Salam juga berbagi keterampilan menggunakan beragam aplikasi dari Google pada guru-guru dengan protokol kesehatan yang ketat.
Salam dan tim mensistematiskan gagasan pemberdayaannya dengan tajuk Digitalisasi & Pandemi: Kampanye Penggunaan Media Digital di MTSN 1 Pasir Talang, Solok Selatan. Gagasan yang akhirnya diwujudkan satu bulan ini mendapat respon yang tidak sedikit dari peserta diskusi. Misalnya Pambudi, salah satu peserta bertanya, bagaimana proses kemunculan ide ini. Apalagi jika dicermati, antaranggota timnya, bernama sfh_online, saling terpaut jarak karena kebijakan jaga jarak selama pandemi Covid-19. Bagaimana menyatukan ide dengan tim yang berbeda ide dan jarak.
Salam menjawab, ide pemberdayaannya mulanya ada dua. Pertama, kampanye literasi digital SFH. Kedua adalah penguatan UMKM di tengah keterpurukan ekonomi kala pandemi. Namun setelah dilihat dari beragam pertimbangan, Salam dan tim merasa lebih cocok mendapuk SFH sebagai rencana utama dalam pemberdayaan.
Tentunya tak mudah menggarap pemberdayaan sosial yang mulanya luring sekarang secara daring. Salam berbagi tips dan langkah-langkah agar bisa melakukan pemberdayaan digital.
Pertama, Anda harus peka dahulu pada lingkungan. Salam mengatakan peka terhadap lingkungan adalah kunci. “Kita kan makhluk sosial, dengan kepeduliaan kita bisa tahu masalah di sekeliling kita. Barulah kita bisa melakukan pemberdayaan dan menciptakan perubahan,” katanya.
Kedua, lakukan perubahan sekarang. Tidak ditunda. “Ya walaupun sedikit, yang penting bisa bermanfaat di masyarakat,” imbuhnya. Ketiga, “Kita butuh dan membutuhkan orang lain dalam tim. Kunci bekerja dalam tim adalah menghargai pendapat tiap anggota,” paparnya membeberkan pengalamannya berembuk dalam tim. Pandemi tidak bisa menjadi alasan. Banyak sarana yang bisa digunakan untuk berdiskusi menentukan program pemberdayaan. Salam menggunakan Zoom atau juga bertelepon.
Keempat, “ketahui dulu permasalahan dari lokasi atau tempat sasaran pemberdayaan,” kata Salam mewanti-wanti. Pada gilirannya, pemetaan masalah di sasaran pemberdayaan dapat membantu merancang program. Sebaliknya, keliru memetakan, bisa jadi salah pula dalam menentukan program. Salam menjelaskan bahwa pengabdian masyarakat yang ia lakukan di MTSn 1 Pasir Talang, Solok Selatan, ini mengajarkan penggunakan google classroom. Selama ini PJJ dilakukan lewat WA dirasa kurang efektif.
Meski begitu, tidak hanya menggunakan google classroom, melainkan juga pembelajaran fitur google classroom, kahoot, dll. Jadi ada pembelajaran yg tidak monoton atau tidak membosankan kata Salam.
Respon Peserta
Ada pelbagai testimoni dari guru setelah program pemberdayaan ini dilakukan oleh Salam dan tim. Beberapa dari mereka sangat berterima kasih dengan program ini. Tak hanya itu, Salam juga selalu memperbarui perkembangan penggunaan aplikasi para peserta pascapelatihan dan sosialisasi. Di tengah praktik pembelajaran, ada juga guru-guru yang masih bertukar pesan menghubungi dan berkonsultasi ketika ada kendala menggunakan aplikasi.
Misalnya, ada seorang guru yang lupa cara menggunakan aplikasi Kahoot. Ia berikan solusi lewat pesan WA, atau telepon. Salam juga menyarankan untuk mengikuti beragam pembaruan konten di akun instagram Sfh_online.
Salam berpesan pada seluruh mahasiswa Komunikasi UII, program sosial seperti ini harus terus dilakukan. Sebab sangat penting dan memberi solusi atas beragam permasalahan masyarakat. “Kalau ada pemberdayaan lain, lakukan semaksimal mungkin, karena ke depannya itu akan banyak berguna untuk kita semua, nantinya,” pesan Salam di akhir sesi diskusi.
Reporter/ Penulis: Indria Juwita (Mahasiswa Ilmu Komunikasi UII angkatan 2017, Magang PSDMA Nadim Ilmu Komunikasi UII) dan A. Pambudi W