Reading Time: 2 minutes

Pandemi menjadi tantangan baru bagi sekolah. Pasalnya, belum semua guru memiliki keterampilan dan literasi digital yang memadai dalam menggunakan media pembelajaran jarak jauh (PJJ). Sekolah daring menjadi kendala. Belajar menjadi kurang efektif. Maka dari itulah pemberdayaan digital bertajuk School From Home (SFH) hadir menjawab tantangan tersebut.

Salammatul Putri, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UII Angkatan 2018, mengatakan, bahwa PJJ selama ini menuntut guru dan siswa harus mampu tak hanya beradaptasi melainkan juga berkreasi dan berinovasi di tengah pandemi. Jika tidak, belajar di sekolah bisa berujung kebosanan bahkan ketidakefektifan. Salam, karenanya, bersama keempat rekannya sesama mahasiswa Komunikasi UII, berinisiatif membuat program Literasi Digital di MTSN 1 Pasir Talang, Solok Selatan.

“Program ini adalah salah satu bentuk pemberdayaan yang diharapkan memberikan manfaat dan menciptakan perubahan pembelajaran di tengah PJJ,” kata Salam, pada Selasa (23/03/2021), via Zoom Meeting dalam diskusi bulanan Pusat Studi dan Dokumentasi Media Alternatif (PSDMA) Nadim Komunikasi UII.

Salam menuturkan, “Mulanya idenya beragam. Saya sempat riset kecil-kecilan. Saya lihat sistem pembelajaran di sekolah sepupu saya hanya menggunakan media WhatsApp,”  Ujar Salam, dalam diskusi berjudul Digitalisasi & Pandemi: Kampanye Penggunaan Media Digital di MTSN 1 Pasir Talang, Solok Selatan.

Apa yang Salam dan kawan-kawannya lakukan adalah hasil dari matakuliah Manajemen Program Pemberdayaan Nonkomersil. Program pemberdayaan ini dilakukan dengan dua model. Pertama, dengan melakukan kampanye literasi digital penggunaan beragam aplikasi digital untuk mempermudah PJJ. Kedua, dengan sosialisasi dan pendampingan penggunaan aplikasi digital untuk pembelajaran di MTSN 1 Pasir Talang.

Lewat Daring dan Luring

Salam dan tim kemudian berinisiatif membuat konten literasi digital di Instagram bernama sfh_online. Konten-konten ini mencoba mengatasi kendala-kendala PJJ yang selama ini bersliweran di jagat maya. Salam juga bekerja sama dengan Komunitas Remaja Solok Selatan bernama Share To Care untuk membantu mempromosikan konten-konten tersebut.

Program yang dilaksanakan selama satu bulan ini memuat konten instagram yang beragam. Misalnya, ada konten soal tips penggunaan aplikasi Google Classroom, tips belajar dan sukses menghadapi ujian, dan juga beberapa konten menarik seperti curhatan pelajar selama bersekolah di tengah pandemi. Curhatannya variatif. Mulai dari sakit mata hingga sakit pinggang.

Kemudian ada pula konten fakta unik dan kata motivasi. Tujuannya agar menambah pengetahuan pelajar dan memotivasi siswa agar belajar terasa menyenangkan. Tentu tidak melulu tips, ada juga kuis. Kutipan-kutipan inspiratif dari tokoh-tokoh besar juga tak ketinggalan.

Selain kampanye digital, sosialisasi juga dilakukan guna memperkenalkan aplikasi belajar mengajar online kepada guru di sekolah. Aplikasi itu misalnya Google Classroom dan Google Meet. Tak hanya itu, guru-guru MTSN 1 Pasir Talang juga berlajar bersama membuat kuis lewat aplikasi Kahoot. Berjalan beberapa hari, dampak dari program Salam dan tim mulai dirasakan. Ada perubahan sedikit demi sedikit dari proses belajar mengajar. Guru-guru mulai ada yang telah menggunakan aplikasi online yang Salam perkenalkan. Guru dan siswa juga belakangan juga memberi respon baik. Mereka melontarkan ucapan terima kasih atas manfaat pengetahuan sekaligus keharuan atas manfaat dari program pemberdayaan ini.


Reporter/ Penulis: Indria Juwita (Mahasiswa Ilmu Komunikasi UII angkatan 2017, Magang PSDMA Nadim Ilmu Komunikasi UII)

Editor: A. Pambudi W

Reading Time: < 1 minute

Program Studi Ilmu Komunikasi UII kembali menggelar diskusi bulanan.

Turut mengundang Pembicara kali ini adalah:

Vadhiya Rahma N. ( Mahasiswi Ilmu Komunikasi UII 2018)

Kali ini Vadhiya akan berbicara tentangpengabdian yang pernah ia lakukan
bersama teman-teman dalampendampingan pembuatan tie dye
di komunitas Difabelzone.id.

 

Jangan lupa merapat pada:
hari Rabu, 31 Maret 2021.
Pukul 14:00 WIB.

Via Zoom, ya!

 

Tautan:

Reading Time: 2 minutes

Personal Branding bukan perkara narsis semata. Personal branding akan mendokumentasikan siapa diri kita dan orang tidak perlu banyak bicara tentang diri kita. cukup hanya memberikan satu link akun sosial media, orang akan tau siapa kita. Hal ini akan menjadi bahan pertimbangan mereka untuk bekerjasama dengan kita atau tidak.

Personal branding sama corporate branding itu harus. You have your personal branding, personal values. Apalagi sekarang musim linked in,” kata Samuel Halim (Founder MC. MD Groovy Group Indonesia) dalam Kuliah pakar Prodi Komunikasi UII Sabtu, 20 Maret 2021. Kuliah pakar ini diawali dengan topik hangat tentang pencitraan diri (personal branding).

Kelas Kuliah pakar Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia, ini mengundang dua orang ahli yang sudah lama berkecimpung di dunia profesional baik nasional maupun multinational. Kuliah pakar yang bertajuk ‘Virtual Expert Class’ Managemen Komunikasi Komersil dalam Dunia Kerja ini menghadirkan Wahidah Oktavia selaku Public Relation PT. Paragon Technology Innovation (Wardah) dan Samuel Halim (Founder MC. MD Groovy Group Indonesia) sebagai pembicara. Acara ini dipandu oleh Fanti Pratiwi Meita (Dosen Mata Kuliah Manajemen Program Komunikasi Komersil, Komunikasi UII) dan dimoderatori oleh Ibnu Darmawan (Dosen Dosen Mata Kuliah Manajemen Program Komunikasi Komersil, Program Internasional, Ilmu Komunikasi UII).

Selain personal branding, Samuel juga mengingatkan untuk tidak memberikan pencitraan yang kosong.

Samuel kemudian memberikan pengalamannya saat pitching dengan perusahan Pocari. Pihak Pocari, perusahaan yang akan bekerja sama dengan Groovy saat itu, bertanya tentang perusahaan Jepang apa saja yang pernah bekerjasama dengan mereka. Samuel menjawab ia pernah bekerjasama dengan Rinnai dan Meiji. “Dan mereka benar telpon Meiji. Kamu gimana dulu pernah kerja bareng groovy, kondisi interna mereka . Jadi calon client nggak mau dong percaya aja gitu aja. Jadi kita perlu liat bagaimana dia di perusahaan lain.”

Satu hal yang tidak kalah penting, Samuel juga menggarisbawahi tentang chemistry dengan client. Pria yang pernah rugi ratusan juga karena pengelolaan keuangan yang tidak akuntable itu menjelasakan bahwa pihak klien akan lebih memilih EO yang sudah memiliki visi yang sama walaupun harus mengeluakan uang lebih banyak. “karena mereka taau, pasti hasilnya tidak akan jauh dari apa yang mereka ekspektasikan,” ungkap Samuel.

Reading Time: < 1 minute

Buat para mahasiswa-mahasiswa, kamu bisa mengembangkan keterampilan yang kamu dapat di kelas Komunikasi UII denang gabung di IDN Times. Ikuti Program Magang di IDNTimes. Kini IDN TImes membuka lowongan khusus Reporter, Videografer, Animator grafis) di IDN Times – WFH Situational . Simak infonya di tautan sosial media IDNTimes berikut atau di bawah ini.

 

 

View this post on Instagram

 

A post shared by IDN Times (@idntimes)

Reading Time: < 1 minute

Kamu mahasiswa Komunikasi UII tingkat akhir dan sudah selesai garap Skripsi/ tugas akhir? Masa pandemi saatnya kreatif. Kamu bisa dengan #dirumahaja meningkatkan keterampilanmu sebagai mahasiswa Komunikasi UII. Caranya aktfi di beragam kegiatan atau daftar di beberapa lowongan magang yang juga bisa untuk memenuhi mata kuliah magangmu dengan ikut daftar di Lowongan Magang Editor, Editor Bahasa, Kreatif Medsos, Desainer di LIPI Press #dirumahaja. Semuanya bisa dilakukan dari rumah. Simak infonya di tautan LIPI PRESS berikut atau di bawah ini.

 

 

View this post on Instagram

 

A post shared by LIPI Press (@lipi.press)

Reading Time: 2 minutes

Halo teman-teman IPC !!

Kali ini kita akan membahas lagi tentang AIESEC, minggu lalu kita membahas Global Volunteer di AIESEC UGM, nah di episode minggu ini kita akan membahas Global Talent di AIESEC UGM.

Oh iya, sebelumnya tamu kita kali ini adalah Fadila Amani, dia adalah Team Leader Marketing Initiative AIESEC di UGM.

Apa itu Global Talent?

Global Talent merupakan program yang ditawarkan oleh AIESEC di UGM yang berfokus pada magang di luar negeri dengan tujuan untuk mengembangkan kepemimpinan. Program ini adalah program berbayar. Dengan membayar empat juta rupiah, Anda akan mendapatkan pengalaman terbaik hingga kembali ke Indonesia. Berbeda dengan Global Volunteer, program ini hanya terdiri dari Outgoing Global Talent dimana AIESEC UGM mengirimkan magang ke berbagai negara anggota AIESEC.

Program ini terdiri dari tiga jenis, yaitu jangka pendek, menengah, dan panjang. Anda dapat memilih program mana yang ingin Anda ikuti. Jangka pendek 6-12 minggu, jangka menengah 13-26 minggu, dan jangka panjang 27-78 minggu. Biasanya mahasiswa lebih memilih jangka pendek untuk mengisi waktu liburan mereka. Untuk negara yang akan dibidik, Anda bisa memilih negara mana yang menjadi anggota AIESEC di dunia.

Selama magang, Anda tidak perlu khawatir karena AIESEC UGM akan membantu Anda saat mengalami kesulitan. Perusahaan yang bekerja sama juga dijamin bisa mendapatkan pengalaman yang luar biasa, karena bekerja di perusahaan asing akan mengembangkan kemampuan bahasa Inggris. Selain itu, Anda juga akan mendapatkan pengalaman dari budaya di negara lain.

“Kalau magang di luar negeri, bisa memotivasi orang lain untuk melakukan hal-hal yang baik. Kamu juga bisa bekerja dengan tantangan, sehingga kamu bisa waspada terhadap masalah di luar diri kita,” kata Fadila.

Sebelum Anda memilih negara yang akan dituju, AIESEC UGM akan membantu dengan membahas negara mana yang Anda sukai, bahasa yang Anda kuasai, dan bidang apa yang Anda inginkan. Nantinya itu dapat sehingga memudahkan Anda untuk melakukan magang di perusahaan.

“Untuk persyaratan yang terpenting adalah CV, berusia 19-30 tahun, dan minimal 5 semester. Jadi program ini juga terbuka untuk kamu yang sudah lulus kuliah dan ingin magang di luar negeri,” imbuh Fadila.

Fadila menjelaskan, saat terjadi pandemi seperti ini, AIESEC UGM akan mengikuti Global Safety Protocol di masing-masing negara tujuan. “Sebelum ke Tanah Air, kami akan mengadakan seminar untuk membahas prosedur darurat, protokol keselamatan, dan memastikan Anda sudah memiliki asuransi kesehatan,” ujar Fadila di tengah diskusi Live Instagram Teatime pada Jumat (5/3).

“Selama magang di luar negeri, kami akan memantau setiap minggu, bagaimana kesehatannya, masalah, atau apapun tentang magang. Sebelum kembali ke Indonesia, Anda juga harus memiliki sertifikat kesehatan, mengikuti protokol kesehatan, dan karantina sendiri. Jadi AIESEC UGM sangat menjamin dan membantu permasalahan Anda,” ungkap Fadila menjamin.

Selain magang bisa juga liburan di negara tersebut, karena ada waktu liburan jadi tidak bekerja terus menerus. Selain itu, Anda juga bisa menjelajahi kuliner dan budayanya di sana.

Informasi lebih lanjut, anda bisa bertanya dan diskusi lanjutan di Instagram dan LINE AIESEC UGM.

Instagram: @aiesecugm

LINE: @aiesecugm (dengan @)

————

Reporter dan Penulis: Sera Zahria, Mahasiswa Komunikasi UII, Angkatan 2016, Magang di Komunikasi UII Program Internasional.

Penyunting: A. Pambudi. W.

Reading Time: 2 minutes

Hello IPC friends !!

This time we will discuss AIESEC again. Last week we discussed Global Volunteer at AIESEC UGM, now in this week’s episode we will discuss Global Talent at AIESEC UGM.

Oh yeah, before that our guest this time was Fadila Amani, she was the AIESEC Marketing Initiative Team Leader at UGM.

What is Global Talent?

Global Talent is a program offered by AIESEC at UGM that focuses on internships abroad with the aim of developing leadership. This program is a paid program. By paying four million rupiahs, you will get the best experience until you return to Indonesia. Unlike the Global Volunteer, this program only consists of Outgoing Global Talent where AIESEC UGM sends internships to various AIESEC member countries.

This program consists of three types, namely short, medium, and long term. You can choose which program you want to join. Short term 6-12 weeks, medium term 13-26 weeks, and long term 27-78 weeks. Usually students prefer a short term to fill their vacation time. For the countries to be targeted, you can choose which countries are members of AIESEC in the world.

During your internship, you don’t need to worry because AIESEC UGM will help you when you have difficulties. Companies that work together are also guaranteed to get an extraordinary experience, because working for a foreign company will develop their English language skills. Apart from that, you will also get experiences from cultures in other countries.

“Internships abroad can motivate other people to do good things. You can also work with challenges, so you can be aware of problems outside ourselves,” said Fadila.

Before you choose the country to go to, AIESEC UGM will help by discussing which country you prefer, the language you are fluent in, and what field you want. Later it can make it easier for you to do an internship at the company.

“For the most important requirement is a CV, 19-30 years old, and a minimum of 5 semesters. So this program is also open to those of you who have graduated from college and want to do internships abroad, ” said Fadila.

Fadila explained, when a pandemic like this occurs, AIESEC UGM will follow the Global Safety Protocol in each destination country. “Before going to Indonesia, we will hold a seminar to discuss emergency procedures, safety protocols, and ensure that you have health insurance,” said Fadila in the middle of Teatime’s Live Instagram discussion on Friday (5/3).

“During the internship abroad, we will monitor every week, how is his health, problems, or anything about the internship. Before returning to Indonesia, you must also have a health certificate, follow health protocols and self-quarantine. So AIESEC UGM really guarantees and helps your problems, “said Fadila who also guaranteed.

Apart from internships, you can also vacation in the country, because there is vacation time so you don’t work continuously. Besides that, you can also explore the culinary and culture there.

For further information, you can ask questions and have further discussions on Instagram and LINE AIESEC UGM.

Instagram: @aiesecugm

LINE: @aiesecugm (with @)

———-

Author and Reporter: Sera Zahria, Internship Student of Communication Department of UII, at International Program of Communication Department, Student Batch 2016

Editor: A. Pambudi W.

Reading Time: 4 minutes

Seperti apa film yang mengangkat problematika TKI di daerah indonesia bagian timur? Bagaimana film soal TKI digarap oleh kru yang sama sekali belum pernah pegang kamera dan nonton bioskop?

Muhammad Heri Fadli, sineas muda asal Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang pernah menimba ilmu di Prodi Ilmu Komunikasi UII, ini punya inisiatif bikin film soal keseharian di kampungnya: bekerja ke luar negeri jadi TKI. Ada yang legal, ada yang ilegal. Ia mengangkatnya dalam sebuah film dokumenter bertajuk Jamal dan Sepiring Bersama.

Kamis, 25 Februari 2021, Heri diundang dalam diskusi bulanan Pusat Studi dan Dokumentasi Media Alternatif (PSDMA) Nadim, Prodi Ilmu Komunikasi UII. Diskusi bulanan ini diselenggarakan dengan aplikasi Zoom dan disiarkan langsung di saluran resmi Komunikasi UII di Youtube: Uniicoms TV.

PSDMA Nadim Komunikasi UII adalah pusat studi yang menaruh fokus kajiannya pada upaya, sumber pengetahuan, dan medium alternatif. Sejak didirikan pada 2008, Nadim berupaya menjadi pengelola pengetahuan dan center of excellence dari beragam koleksi dan studi pelbagai sumber dan mengemasulangnya menjadi pengetahuan baru. Nama Nadim terinspirasi dari Ilmuwan cum pustakawan muslim bernama Ibn Al Nadim sebagai orang pertama di dunia yang melakukan proses dokumentasi, koleksi, dan temukenali pengetahuan pada 14 abad yang lalu.

Profesi Ibn Al Nadim inilah yang pada masa sekarang disebut sebagai ilmuwan cum pustakawan, bibliografer, atau bahkan lebih dari itu, sebagai pusat penelitian dan pengembangan: Knowledge Manager. Ibn Al Nadim membuat katalog pertama di dunia yang diberi judul Al Fihrist. Sebuah magnum opus dalam sejarah pengetahuan umat manusia. Kitab ini, menurut catatan sejarah, berisi katalog sekira 10 ribu koleksi dari 2000 penulis di era pertengahan islam.

Proses Kreatif Produksi Film Jamal

Alumni Ilmu Komunikasi UII ini mengatakan, film Sepiring Bersama digarap selama empat hari. Meski lamanya persiapan produksi justru melebihi masa produksi film, Heri justru mengapresiasi proses ini. Pasalnya semua kru filmnya adalah tetangga dan keluarga dekat yang sama sekali belum pernah terlibat produksi film. “Bahkan nonton bioskop saja belum pernah, tapi semangatnya itu besar sekali. Saya belum pernah menemui semangat besar mereka ini selama saya produksi film,” katanya.

Beberapa hal juga patut dijadikan pembelajaran bagi mahasiswa Komunikasi UII soal hal-hal tak terduga yang terjadi pada saat produksi film Jamal dan beberapa film lain yang digarapnya. Diskusi yang dipandu oleh Risky Wahyudi, ini membahas kepulangan para TKI dalam kondisi sudah tidak bernyawa dan produksi film Jamal yang tidak berjalan mudah.

Jamal merupakan film yang mengangkat permasalahan pemulangan TKI ke Lombok dalam keadaan tak bernyawa. Angka kepulangan terus meningkat sejak 2019 hingga 2021.

Pertanyaan yang mungkin akan muncul adalah siapa Jamal? Jamal merupakan gabungan suku kata yaitu “Janda Malaysia” atau bisa disebut sebagai wanita yang ditinggalkan oleh suaminya merantau ke negeri Jiran.

Film Jamal terlahir dari kisah yang melekat di tempat Heri tinggal dan menjadi sebuah keresahan tersendiri buatnya. Untuk mengungkap permasalahan ini, Heri merasa harus membuat sebuah film terkait problematika tersebut.

Film Jamal menggunakan bahasa Sasak di keseluruhan film. Bahasa sasak merupakan bahasa utama yang digunakan di Pulau Lombok. Alur cerita Jamal yang minim dialog namun memiliki isyarat yang kuat dari para pemeran Jamal  membuat film ini tetap mampu menyampaikan perasaan nestapa yang terjadi pada film tersebut kepada penonton, tanpa harus mengerti bahasa sasak.

Produksi film Jamal ini menggunakan kru yang merupakan orang terdekat Heri di Lombok. Mayoritas kru film ini merupakan orang-orang yang ditinggalkan anggota keluarga mereka merantau menjadi TKI. Heri mengungkapkan bahwa para kru ini minim akan pengetahuan produksi film. Bermodal semangat yang tinggi, para kru merasa bahwa problematika TKI dalam film ini adalah hal penting yang harus dituntaskan dan dipublikasikan secara luas.

Tak hanya Jamal, film sebelumnya, Sepiring Bersama juga bercerita tentang TKI. Bedanya, jika Jamal masuk dalam pemutaran Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) pada 2020, Sepiring Bersama lebih dulu masuk JAFF pada 2018. Setelah pemutaran Sepiring Bersama, Heri melanjutkan bahwa dia mendapatkan sebuah serangan ataupun ancaman setelah pemuturan film Sepiring Bersama, film tentang TKI juga, milik Heri. Ancaman tersebut dari seorang pengantar pesan yang belakangan mengaku dari orang petinggi di NTB. Pesan tersebut berisi untuk Heri agar tidak sembarang memutar film Sepiring Bersama. Sepiring Bersama dianggap sebagai film yang menunjukkan cacatnya provinsi Nusa Tenggara Barat.

Harapan di Balik Proses Kreatif

Heri mengatakan, ada sekira 14 trilyun pemasukan dari BMI masuk menjadi pendapatan daerah NTB. Jumlah itu tidak terhitung sebagai sumbangsih Buruh Migran Indonesia (BMI) yang begitu besar. “Tapi saya pengin ayo kita pikirkan bareng-bareng, di atas sumbangsih mereka ini, tolong kasih jaminan untuk anak-anak mereka. Minimal jaminan pendidikan,” harap Heri pada saat diskusi dengan dipandu Risky Wahyudi, moderator sekaligus Dosen Ilmu Komunikasi UII.

“Karena saya bukan pengin mereka berhenti bekerja di luar negeri, setidaknya, ada keterampilan mumpuni yang mereka bawa di sana. Saya ingin mereka yang kerja di luar negeri ini membawa sesuatu,” katanya menjelaskan.

Heri bilang, kebanyakan TKI dari Lombok yang bekerja di Malaysia jadi kuli panggul sawit, tukang bangunan, yang notabene itu bisa mereka lakukan di rumahnya, di Lombok. “Sama saya berharap semua pihak tidak terkecuali di NTB atau di luar, dengan cara berdiskusi seperti ini, setidaknya ada pandangan baru dan solusi. Tidak hanya di NTB,tapi juga di daerah lain. Di jawa barat. Istri-istri ini jangan lagi disebut sebagai jamal. Karena itu rasanya seperti pelecehan. Dilabeli jamal padahal suaminya masih ada di Malaysia,” katanya.

Padahal, menurut Heri, mereka ini pasangan berani mengorbankan kebersamaan untuk menghidupi anak-anaknya. “Saya berharap semua pihak yang makan dari pengiriman BMI ilegal ini sadar diri, jangan sembarangan kita kirim orang ke luar negeri untuk bekerja,” katanya kemudian, sembari menilai banyak TKI berangkat kerja dengan hanya modal nekat.

————————————————

Penulis: Muhammad Malik Hamka Sukarman (Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2014, Magang di PSDMA Nadim, Komunikasi UII) dan A. Pambudi W.