Reading Time: 2 minutes

Selama ini peta yang kita kenal adalah peta secara geografis: Pulau, kawasan, negara, benua, danau, air laut, daratan. Tetapi, jika kita mulai berkenalan dengan sejarah bisa jadi peta akan berubah warna. Misalnya peta geopolitik dimana kawan-kawasan tertentu merupakan pendukung atau penentang blok atau sekutu pada masa tertentu. Lalu peta tersebut akan berubah karena ada perrang atau perjanjian tertentu daam 10 tahun kemudian.

Zaki Habibi menawarakan sebuah metodologi untuk membuat peta baru atas memori kulturan tertentu dengan cara berjalan. Mengumpulkan, mencari variasi memori lalu menggambarkankannya dalam peta yang naratif. Peta, sebagai sebuah media yang bercerita.

Diskusi Bulanan Pusat Studi dan Dokumentasi meldia ALternatif (PSDMA) NADIM mengundang Zaki Habibi, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Islama Indonesia (UII) yang barusa aja menyelesaikan studi doktoralnya di Swedia. Diskusi pada 3 Desember 2021 tersebut menawarkan metode baru dalam kajian komunikasi geografi dan memori kultural: “Kartografi Naratif” berjalan sebagai metodologi untuk memetakan memori kultural”.

Gagasan kartografi naratif ini berangkat dari kritis atas suara tunggal, serta semangat untuk mencari variasi dan keberagaman makna kultural atas suatu wilayah dan kultur tertentu. Selama ini imu dan keulmuan yang dipelajari sangat antroposentis, dalam arti semua ilmu digunakan untuk membantu kepentingan manusia: teknologi untuk mempermudah manusia, ilmu geologi untuk kepentingan manusia, pertanian untuk menghasilkan kemamuran manusia.

“Nah, perspektif yang dibangun akan beyond human world. Artinya memandang bahwa manusia bukanlah satu-satunya yang hidup dan tinggal di bui yang semua hal diperuntukkan untuk kehidupan dan kemakmuran manusia. Tapi bahwa manusia adalah salah satu entitas yang berelasi dengan entitas lain sperti hewan, tumbuhan, udara, tanah dan entitas kehidupan lain dalam ekositem.”

Misalnya: Batas batas nera jadi tidak relevan, karena kini ada adalah saling keterhubungan, jejaring sebagai warga kota misalnya. Untuk orang yang concern pada kebencanaan pasti memiliki peta yang berbeda, atau orang yang punya perhatian pada lingkungan pasti memiliki peta berbeda. Misalnya daerah tertentu memilki dengan kondisi geografis dan geologi tertentu dan potensi bencana, lalu dikaitkan dengan manusia. Nnatunya akan bisa dipetakan kawasan mana yang rawan, kawasan mana saja yang aman untuk pemukiman, kawasan mana yang akan cocok untuk lahan pertanian, dan sebagainya.

Selama ini peta seperti mengekang. “peta ini mengatur hubungan antar pemerintah ke pemerintah, tapi tidak untuk mematok kreatifitas. Orang mengalami hidup di pesesir berbeda, pesisir utara dan pesisir selatan punya corak hidup berbeda, dan kreatifitas untuk mengatasi masalah hidup yang berbeda sekaligus memiliki kesamaan tertentu,” kata Zaki.

Zaki menegaskan bahwa tugas seorang cendekia adalah menjadi salah satu bagian yang mengubungkan sekaligus mengerti perbedaan tersebut.

Reading Time: 2 minutes

Beberapa waktu lalu tim yang dikomandani oleh Masduki, Dosen Komunikasi UII, klaster riset Jurnalisme dan Regulasi Media, baru saja merampungkan Road Map atau Peta Jalan 50 Tahun Ilmu Komunikasi UII. Peta Jalan ini merangkum beragam rencana dan respon atas kondisi kontemporer terkini dan proyeksi masa depan. Utamanya respon terhadap digitalisasi, tantangan disrupsi, dan krisis kemanusiaan akibat modernisasi.

Masduki, Doktor Komunikasi UII, spesialis kajian penyiaran publik dan ekonomi politik media, mengatakan bahwa beberapa hal menjadi input atau latar belakang pentingnya dibuat roadmap 50 tahun ini. Hulunya adalah tiga mandat perguruan tinggi mencakup bidang riset, pengajaran, dan pengabdian. “Di lingkup Global muncul konflik peradaban, di level indonesia muncul masalah terkait penerapan demokrasi, lalu dalam konteks islam penting membahas relasi islam dan empowerment,” kata Masduki pada sesi presentasi Seminar sekaligus sosialisasi dan roadshow Peta Jalan Prodi Ilmu Komunikasi UII yang diselenggarakan pada Jumat, 3 Desember 2021.

Acara ini dipandu oleh Moderator Anang Hermawan, kandidat doktor komunikasi dan pemberdayaan dari UII, dan juga mengundang Pembicara Septiawan Santana Kurnia sebagai Dekan FIKOM Unisba. Doktor Septiawan Santana mengapresiasi roadmap ini sekaligus memberi masukan dari pengalaman Fikom Unisba selama 30an tahun ini. Menurutnya, sangat baik dan sudah saatnya prodi Ilmu Komunikasi menjadi Fakultas yang tentunya akan semakin membesarkan jangkauan dan akses.

Indikator output dari tiga bidang ini pada peta jalan jurusan adalah juga pada tiga bidang. Pertama, indikator di bidang riset adalah salah satunya hadirnya peta jalan riset dan kolaborasi riset internasional. Termasuk juga konferensi dan publikasi jurnal internasional. Penting juga adanya hilirisasi riset.

Kedua, indikator di bidang pengajaran adalah ketersediaan jenjang S1, S2, hingga S3, post doctoral, hingga kerjasama internasional. Kerjasama internasional yang dimaksud misalnya berbentuk double degree dan student lecture mobility. Penting juga akselerasi prestasi mahasiswa dan dosen. Ketiga adalah indikator output di bidang pengabdian dengan memberi sumbangsih teknologi yang adaptif aplikatif, sumbangsih di level peningkatan kualitas media dan informasi, hingga reformasi regulasi dan lain-lain.

Pada gilirannya, outcome atau dampak yang diharapkan dari desain roadmap 50 tahun ini pertama, pada bidang riset adalah lahirnya mazhab pemikiran dan ilmuwan dalam bidang komunikasi (perspektif profetik, indonesia, dll) sebagai bentuk de-westernisasi. Ada wacana munculnya apa yang disebut mazhab kaliurang. Outcome di bidang pengajaran adalah kiprah alumni semakin terasa di level indonesia maupun internasional. Sedangkan outome di bidang pengabdian adalah terciptanya masyarakat madani sebagai wujud demokrasi komunikasi untuk kesejahteraan masyarakat.

 

 

Reading Time: < 1 minute

Kpop4planet is looking for Junior Digital Campaigner. The full information is provided below or click here.

 

 

View this post on Instagram

 

A post shared by KPOP 4 PLANET (@kpop4planet)

Reading Time: < 1 minute

Sebuah topik yang akan dibahas dan diulas oleh PSDMA Nadim Ilmu Komunikasi UII bersama @habibizaki di acara diskusi bulanan pada dengan tema:

Kartografi Naratif: Berjalan sebagai Metodologi untuk Memetakan Memori Kultural with Zaki Habibi

Hari/Tanggal: Jumat, 3 Desember 2021
Waktu: 09.30 WIB
Tautan Zoom:

Diskusi ini juga akan disiarkan langsung melalui kanal YouTube @ikonisiatv

Jangan sampai ketinggalan, atur pengingat dari sekarang!

Reading Time: < 1 minute

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Tidak terasa sudah sekian lama kita tidak menjalin silatuhrahmi karena pandemi. Oleh karena itu, kami mengundang teman – teman sekalian untuk dapat bergabung di acara Reuni Alumni “Apa Kabar Komunikasi UII?” yang akan dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal: Minggu, 5 Desember 2021
Waktu: 12.00 WIB – Selesai.
Tempat: Omwil Coffe. Jl. Adisucipto No. 6
Yogyakarta

Link Reservasi:

*Undangan berlaku untuk 2 orang (Alumni dan pasangannya).
*mengundang semua alumni dari angkatan pertama hingga sekarang

Demikian undangan ini kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Wasalamu’alaikum Wr. Wb. See you there!🙏🏻

 

Reading Time: 2 minutes

FKI (Festival Konten Inspiratif) kedua kali ini akhirnya sampai ke puncak acara. Ajang kompetisi membuat konten kreatif dan terutama inspiratif yang dikelar Ikonisia TV menggelar acara penghargaan, penganugrahan, dan bincang-bincang bersama para juri. Peserta langsung mendapat ulasan atas karyanya baik yang berhasil meraih juara maupun tidak.

Pengumuman dan pemberian penghargaan FKI 2nd ini dilaksanakan secara live melalui channel Youtube Ikonisia TV pada 30 November 2021. Acara yang dipandu oleh Ifa Zulkurnaini, Peneliti di Pusat Studi dan Dokumentasi Media Alternatif (PSDMA) Nadim Komunikasi UII, ini menghadirkan Bagoes Kresnawan, salah satu juri FKI kedua, dan Juga Heri Fadlie, juri lainnya.

Dalam kompetisi FKI tahun ini, terdapat tiga kategori lomba. Pertama, adalah kaegori fiksi. Menurut bagoes tiap peserta yang memilih karya dalam kategori Fiksi, jangan takut karya dinilai dan segala ketakutan lain. “Ini milestone buat teman-teman, membangun pondasi pertama. Soal kualitas yang Berharga nanti akan terbangun lama kelamaan,” kata Bagoes mengomentari karya-karya yang masuk di kategori Fiksi.

Kategori lainnya adalah Video podcast. Menurut Bagoes, podcast ini adalah kategori yang penuh jebakan. “Kedengarannya mudah, ngobrol lalu share bisa didengar orang. Tapi bagaimana orang bertahan untuk stay nonton sampai akhir,” kata Bagoes yang juga adalah pendiri huntingpasar(dot) id. “Tapi tidak apa-apa, media podcast yang nyaman bisa ngomongin opini. Beda dibanding yg lain, ipod broadcasting, misalnya, Orang ngobrol, intim. Poinnya adalah keiintiman, kedalaman,” tambahnya.

Sedangkan untuk kategori documenter, ia harus menangkap dunia apa adanya. “Harus menginspirasi atau menggerakkan,” kata Bagoes. Menurutnya, karya dokumenter juga menjadi media untuk kritik sosial. Orang akan merasa tergerak hatinya. Banyak jebakan yang muncul ketika menggarap dokumenter, kata Bagus, kadang dokumenter itu bikin bosan. “Aku paling suka kalau banyak konfliknya, fenomena mafia tanah misalnya. Gimana menghadapi konflik-konflik yang terus menerus. Secara story telling ada naik turun. Menggerakan orang untuk berpikir dan bertindak,” imbuh Bagoes menceritakan pengalamannya mengenai karakteristik dokumenter.

Terutama hal yang perlu dipersiapkan dan dimatangkan oleh teman-teman peserta adalah dalam hal penulisan cerita. “Terkadang kita merasakan ini bisa lebih menarik sebetulnya. Gemes harusnya bisa begini saja plotnya. Menarik. Masalah kualitas gambar, itu gampang, itu soal alat. Bisa beli atau sewa,” kata Bagoes. Paling penting adalah soal menulis naskah.
Namun tentang pesan apa yang akan kita sampaikan itu butuh perenungan panjang.

Kunci bagusnya dokumenter, kata Bagoes, adalah juga soal pendekatan pada subyek film. “Aku pendekatan ke pak min subjek dokumenterku dulu itu bisa dua minggu. Aku makan di sana, pesen makan dan minum berkali kali. Ngobrol, dia percaya kita, nyaman,” Kata Bagoes. Bahkan Bagoes akhirnya jadi kenal, dan paham apakah si subyek gampang bercanda atau keras kepala dan lain-lain. “Jadi kita kenal dulu karakternya,” katanya. Jadi tidak ujug-ujug bikin. Pengin cepet viral. Anda bisa mampir, tanya kabar, main, dekat dulu. Hubungan baik antar manusianya. Sebab, inti dokumenter adalah menangkap realita.

Bagoes mengatakan ada banyak teori dalam mendekati subyek dalam film kita. “Jangan cuma terkesan memanfaatkan atau memperalat. yang penting itu sambil ambil gambar, nanti mau jadi keren atau bangkrut ya terserah. Secara berkala kontak dengan subyek. Nanya kabar. Lalu juga menjalin hubungan baik,” kata Bagoes menceritakan pengalamannya.

Menurut Heri Fadli, juri lainnya, banyak pendekatan atau teknik penyampaian cerita yang bisa digunakan dalam memproduksi dokumenter. Baik itu dokumenter pendek ataupun panjang bahkan. Misalnya pendekatan interaktif, ekspository, partisipational, hingga observasional.

Reading Time: 3 minutes

The FKI (Inspirational Content Festival) has finally reached its conclusion. Ikonisia TV presented an awards ceremony, as well as interviews with the judges, for a competition to make creative and inspirational content. Regardless of whether they won, participants received immediate feedback on their effort.

On November 30, 2021, the announcement and awarding of the 2nd FKI were broadcast live on Ikonisia TV’s Youtube page. Ifa Zulkurnaini, a researcher at the Center for Alternative Media Studies and Documentation (PSDMA) NADIM of the UII Communications Department, hosted the event, introducing Bagoes Kresnawan also known as Bagus Tikus, one of the judges, and Heri Fadlie, another jury member.

There are three competitive categories in this year’s FKI tournament. The first is the fiction category. Bagoes claims that anyone who chooses a work in the Fiction category is unafraid of being evaluated or of any other fear. “For friends, laying the first foundation is a watershed moment. Bagoes said on the works in the Fiction category, “Valuable quality issues will be established over time.”

Video podcasts are another option. This podcast, according to Bagoes, is a trap-filled genre. “It sounds simple, chatting and hearing people share,” says the narrator. But what people tolerate is that they stay to watch till the finish,” Bagoes, who is also the founder of huntingpasar (dot) id, added. “But that’s fine; podcasting allows people to talk freely.” Unlike others, iPod broadcasting, for example, people chat, is intimate. The point is intimacy, depth,” he added.

As for the documentary category, it must capture the world as it is. “It has to inspire or move,” said Bagoes. According to him, documentaries are also a medium for social criticism. People will feel moved. Many pitfalls arise when working on a documentary, said Bagus, sometimes the documentary makes you bored. “I like it the most when there are many conflicts, the phenomenon of the land mafia, for example. How to deal with continuous conflicts. In storytelling, there are ups and downs. It moves people to think and act,” added Bagoes, telling his experience about the characteristics of the documentary.

Especially the things that need to be prepared and matured by the participants are in terms of story writing. “Sometimes we feel that this can be more interesting. It should be able to plot it like this. Interesting. The problem of image quality is that it’s easy; it’s a matter of tools. You can buy or rent it,” said Bagoes. The most important thing is about writing the script. But about what message we will convey, it requires a long reflection.

The key to a good documentary, said Bagoes, is also the approach to the film’s subject. “I approached Mr. Min, my documentary subject used to take two weeks. I ate there, ordered food and drink many times. Chatted, he trusted us, it was comfortable,” said Bagoes. Even Bagoes finally became acquainted and understood whether the subject was easy to joke or stubborn and so on. “So we know the character first,” he said. So please don’t rush to do it. Want to go viral fast. You can stop by, ask how, play, close first. Good human relations. Because the core of the documentary is to capture reality.

Bagoes said there are many theories in approaching the subject in our films. “Don’t just seem to take advantage or use it. The important thing is that while taking pictures, later you want to be cool or go bankrupt, it’s up to you. Periodically contact the subject. Ask for news. Then also establish good relations,” said Bagoes, telling his experience.

According to Heri Fadli, another jury, many approaches or storytelling techniques can be used in producing documentaries. For example, short or long documentaries are interactive, expository, participatory, and observational approaches.

Reading Time: 2 minutes

 Graphic design of website content does not seem easy for some people. Moreover, it is carried out by staff who are not graphic design specialists, especially on the department’s website content, unit, or faculty. Ideally, the website as the vanguard and the first entrance to the UII institution should be designed with an attractive and artistic appearance. Not only need news and information content updates.

Based on that, UII’s Public Relations Division held an Online Workshop on Website Content Graphic Design on Tuesday, November 30, 2021. The speaker on that occasion was Rifda Sakina Anshori, who was previously the graphic design division within the UII Marketing Directorate. Rifda, who is also an alumnus of UII architecture, gave material on visual design techniques for website content using Corel Draw. After providing a conceptual introduction to the philosophy and tips of graphic design, Rifda also invited the participants to practice directly creating a website slider using the Corel Draw software step by step.

Ratna Permata Sari, Communications Lecturer at UII and Head of Public Relations at UII, said that digital displays are now inevitable in today’s digital era. “Mbak rifda will give stages of graphic design and basic concepts, especially color issues. Color is a bit sensitive; some say it is also subjective,” said Ratna opening online training for all website managers in UII.

“There are color guidelines. There are colors for the print medium. Some colors need to be considered according to the colors of UII. Ms. Rifda will later provide good reference images or cartoons to be used as design materials. Including being informed that this is paid or not,” added Ratna.

“How to maintain the website also requires budgeting at the leadership level. Even though it is not large, the leadership still has to budget for website maintenance,” Ratna hoped the leaders at the unit, department, and faculty level.

Ratna said this training aimed to achieve an attractive and attractive website appearance. “In addition to website design, we also need website maintenance and updating.”

Rifda, in her material, said that there are various types of people designing graphics. “It could be that he can design a website graphic but is less sensitive in taste. Or it could be the other way around,” said Rifda. This type is influenced by taste and ability. According to Rifda, taste is a designer’s compass, and ability is his vehicle.

The first type, for example, is that there are people who think their work is good when in fact, it is not. Both taste and ability are equally lacking. Another type is aware that his work is not good but cannot make it good. The third type is the execution of the design is good, but the result is not good. While the fourth, the work is good, and the aesthetic sense is interesting. “This is everyone’s dream designer,” said Rifda.

Rifda and the Public Relations Team also provide practice materials for designing sliders in Corel Draw. Practice starts from creating objects in Corel, determining colors, recognizing tools, cropping photos, selecting images, arranging stock images to update the website slider from time to time.

 

Reading Time: 2 minutes

Desain grafis konten website nampaknya bukan perkara mudah bagi sebagian orang. Apalagi dilakukan oleh staf yang bukan spesialis desain grafis terutama pada konten website jurusan, unit, atau fakultas. Idealnya, website sebagai garda depan dan pintu masuk pertama institusi UII layaknya didesain dengan tampilan yang menarik juga artistik. Tak hanya butuh pembaruan konten berita dan informasi.

Berdasarkan itu Bidang Humas UII mengadakan Online Workshop Desain Grafis Konten Website pada selasa 30 November 2021. Pembicara pada kesempatan kali itu adalah Rifda Sakina Anshori yang sebelumnya adalah divisi desain grafis dalam Direktorat Pemasaran UII. Rifda, yang juga adalah alumni arsitektur UII, ini memberi materi tentang teknik desain grafis konten website dengan Corel Draw. Setelah memberi pengantar konseptual tentang filosofi dan tips desain grafis, Rifda juga mengajak para peserta praktik langsung membuat slider website menggunakan perangkat lunak Corel Draw langkah demi langkah.

Ratna Permata Sari, Dosen Komunikasi UII sekaligus Kepala Bidang Humas UII, mengatakan bahwa tampilan digital kini tak bisa dihindarkan di era digital saat ini. “Mbak rifda akan memberi tahapan desain grafis dan konsep-konsep dasar terutama masalah warna. Warna ini agak sensitif, ada yg bilang juga subjektif,” kata Ratna membuka pelatihan daring untuk semua pengelola website di lingkungan UII.

“Ada warna guideline. Ada warna untuk medium cetak. Ada warna yang perlu diperhatikan sesuai dengan warna UII. Mbak Rifda nanti bisa memberikan referensi gambar atau kartun yang bagus untuk bisa dijadikan bahan desain. Termasuk diinfokan ini berbayar atau tidak,” imbuh Ratna.

“Betapa untuk merawat website itu juga butuh penganggaran di level pimpinan. Meski tidak besar, pimpinan juga tetap harus menganggarkan perawatan website,” harap Ratna pada pimpinan di level unit, jurusan, dan fakultas.

Ratna mengatakan, tujuan pelatihan ini ingin mencapai tampilan webiste dapat terlihat menarik dan atraktif. “Selain soal desain website, kita juga perlu pemeliharaan dan pemutakhiran website.”

Rifda dalam materinya menyampaikan bahwa ada beragam tipe orang merancang grafis. “Bisa jadi ia memiliki kemampuan merancang sebuah grafik website, namun kurang peka dalam rasa. Atau bisa jadi sebaliknya,” kata Rifda. Tipe ini dipengaruhi oleh rasa dan kemampuan. Menurut Rifda, rasa adalah kompas seorang desainer dan kemampuan adalah kendaraanya.

Tipe pertama misalnya, ada orang yang merasa karyanya bagus padahal sebenarnya tidak. Baik rasa dan kemampuannya sama-sama kurang mumpuni. Ada lagi tipe kedua, sadar karyanya kurang bagus tetapi tidak punya kemampuan untuk membuatnya bagus. Tipe ketiga adalah eksekusi desainnya bagus tapi karyanya kurang baik. Sedangkan yang keempat, karyanya bagus dan rasa estetikanya menarik. “ini adalah seorang desainer idaman semua orang,” kata Rifda.

Rifda beserta Tim Humas juga menyediakan bahan latihan mendesain slider di Corel Draw. Latihan dimulai dari membuat objek di Corel, menentukan warna, mengenali Tools, memangkas foto, memilih gambar, hingga menyusun stok gambar untuk memperbarui slider website dari masa ke masa.

Reading Time: 3 minutes

Tata kelola organisasi yang apik tak ayal adalah prasyarat menuju tercapainya tujuan organisasi. Organisasi yang tujuan-tujuannya terlaksana adalah organisasi yang sukses. Tata kelola pun tak melulu soal administrasi an sich, melainkan juga pengelolaan sumber daya, pengetahuan dan juga perencanaan kegiatan.

Dalam rangka peningkatan kader-kader komunikasi muda HIMAKOM (Himpunan Mahasiswa Komunikasi). Prodi Ilmu Komunikasi UII mengadakan “Workshop Penguatan Tata kelola Organisasi Himakom” pada Jum’at, 26 hingga 27 November 2021. Pelatihan ini diikuti oleh pewakilan Pengurus Inti Himakom, Komisi A Himakom, Komisi B Himakom, Komisi C Himakom, dan Komisi D. Perwakilan Komunitas atau Klub mahasiswa juga hadir. Misalnya perwakilan Komunitas Dispensi (diskusi dan penelitian komunikasi), Klik18 (Komunitas Lensa Ilmu Komunikasi Unit 18), Galaxy Radio, Red-aksi, dan juga Kompor (Komunitas Pilm Orang Komunikasi).

Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh masalah yang seringkali muncul ketika Himakom mengadakan sebuah program/acara. Proposal yang diajukan seringkali mendapat banyak evaluasi dari Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia. Evaluasi ini secara umum terkait tiga hal: masalah penyusunan proposal atau bagaimana ide program disusun dalam format proposal, lalu kedua adalah soal substansi kebutuhan program. Apakah kegiatan dibutuhkan atau hanya melanjutkan tradisi tanpa tahu tujuan dan kebutuhan terkini di level mahasiswa. Lalu ketiga adalah tertib administrasi yang kurang mulai dari pengajuan proposal yang mepet hingga evaluasi dan laporan yang tak kunjung rampung di bebebrapa program kegiatan.

Menuju Himakom dengan Tata Kelola yang Apik dan Asik

“Goal dari kegiatan ini adalah meningkatkan skill tata Kelola organisasi anggota/pengurus internal Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi, dan setidaknya pengurus komunitas dan himakom yang hadir dapat merancang sebuah program jangka pendek dan menjadikannya dalam format proposal dan TOR,” kata Holy Rafika Dhona, Dosen Komunikasi UII, yang juga adalah penanggungjawab kegiatan peningkatan kapasitas Himakom pada 26 November 2021. Tujuan lain, adalah adanya kesepakatan format TOR dan Proposal yang bisa menjadi acuan dalam pengajuan program. Panitia yang berasal dari Lab Ilkom, PSDM Nadim, Staf Administrasi Prodi Ilmu Komunikasi UII berharap pula bahwa peserta memahami prosedur-prosedur yang ada di Prodi Komunikasi terkait dengan programnya.

Maka dari itu, kegiatan didesain dengan model workshop online disertai praktek. Mula-mula, di hari pertama pada 26 November 2021, Yudi Winarto dari Staf Administrasi dan Iskandar Gunawan tim Laboran Laboratorium Komunikasi UII menjadi pemateri pertama. Yudi menjelaskan prosedur keuangan dan pengajuan dengan presentasi infografisnya, lalu Gunawan menjelaskan tata kelola prosedur peminjaman alat dan fasilitas apa saja yang baiknya dioptimalkan oleh mahasiswa untuk mendukung peningkatan skill di bidang komunikasi.

Setelah itu, A. Pambudi W sebagai pemateri di sesi kedua, menjelaskan bagaimana membuat dan mendesain Action Plan yang berbasis pada kebutuhan anggota dengan ukuran indikator SMART (Specific, measurable, Achieveble, Reasonable, TImebound). Para peserta kemudian diminta praktik berkelompok untuk merancang rencana aksi kegiatan dimulai dari memetakan kebutuhan dan program apa yang bisa menjawab kebutuhan peserta. Selanjutnya, pada sesi ketiga esok harinya di 27 November 2021, Holy Rafika menjadi pembicara tentang bagaimana membuat proposoal dan TOR/ Term of referrence (juga kerangka acuan kegiatan/KAK). Holy menjelaskan struktur dokumen tersebut beserta filosofinya.

Pada akhirnya terdapat beberapa dokumen yang dibuat pada sesi praktik. Baik dokumen rencana aksi maupun proposal dan TOR. Ke depan, para perwakilan komunitas dan Himakom berjanji akan menggunakan format dan template ini sebagai landasan dalam menyusun proposal dan TOR di masa pengajuan kegiatan.

Beberapa peserta mengapresiasi kegiatan ini pula. Misalnya, salah satu dari mereka ada yang berpendapat kegiatan ini penting dilakukan untuk para pengelola komunitas mahasiswa di Komunikasi UII. “ada baiknya kegiatan seperti ini rutin diadakan setiap pergantian kepengurusan baik himakom maupun komunitas agar nantinya ada transfer pengetahuan ke kepengurusan yang selanjutnya,” tulis Maritza Khanza, Pengurus Inti Himakom, di kolom saran pada formulir google.

Galeri Foto Kegiatan