Reading Time: 2 minutes

Jika kita pergi ke perpustakaan kita bisa melihat berjejer ribuan karya skripsi. Karya tersebut paling banter sekadar dibuka oleh mahasiswa yang ingin merujuk atau mencari inspirasi untuk skripsi berikutnya. Bahkan banyak juga karya yang bahkan tak tersentuh. Sayang sekali rasanya. Tak sedikit hasil riset itu yang bagus dan layak untuk dipublikasi dalam jurnal, tapi hanya terpajang nyaris tak tersentuh.

Jurnal Cantrik dihadirkan untuk mewadahi penelitian mahasiswa yang berkualitas, memiliki tema menarik, kabaruan isu dan metode, ada muatan kepentingan publik yang ditulis dengan baik, juga dengan perpektif yang baik pula. Anggi Arifudin Setiadi, Managing Editor Jurnal Mahasiswa Komunikasi CANTRIK, cum dosen Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) memperkenalkan Jurnal Cantrik dalam ngobrol santai bersama di acara Teatime, International Program of Communication UII pada 29 Oktober 2021. Dalam kepentingan praktisnya Jurnal Cantrik dapat membantu kepentingan akreditasi. Dengan mahasiswa telah memiliki publikasi di jurnal, ini adalah bukti bahwa mahasiswa komunikasi UII telah memiliki tradisi penulisan ilmiah akademik.

Jurnal Cantrik terbit perdana pada bulan Mei 2021. Dengan mempublikasi lima  naskah. Terkait tema publikasi, jurnal Cantrik terbaru fokus bertemakan media sosial. Namun kedepan, bisa dengan beragam tema sepanjang masih bersinggungan dengan tema-tema komunikasi dan media.

Proses seleksi

Bagaimana cara menerbitkan karyamu di Cantrik? Pertama, buka registrasi di laman Jurnal Cantrik berikut. Kemudian ikuti proses kirim naskah dengan pertama-tama menyesuaikan naskahmu dengan template dan selingkung Jurnal Cantrik. “Naskahnya diupload saja sesuai template yang sudah disediakan. Naskah akan kami review dan ada proses editing oleh tim jurnal,” jelas Anggi selaku managing Editor Jurnal Cantrik saat diwawancarai oleh Lana, host Instagram Live ip.communication.uii.

Prosesnya kurang lebih lima bulan. Mahasiswa harus selalu cek email dan akunnya di web, karena setiap revisi dan catatan review akan dikirim via email. Selama lima bulan ini mahasiswa dan administrator Jurnal akan terus berkomunikasi. Selama lima bulan tersebut pula, penulis akan diinfokan dan dipandu untuk memenuhi beberapa hal berikut: Submit naskah, cek oleh editor lalu dikirim ke reviewer, pengecekan selingkung, cek substansi, cek similaritas (cek plagiasi) dan cek kebaruan sitasi.

Reading Time: 2 minutes

If we go to the library, we can see thousands of thesis works lined up. At best, the work is only opened by students who want to refer to or find inspiration for their following thesis. Many jobs are not even touched. It’s a shame. A few of the research results are promising and deserve publication in journals, but only displayed almost untouched.

The Cantrik Journal is presented to accommodate quality student research, has exciting themes, reports on issues and methods, has well-written public interest content, and a good perspective. Anggi Arifudin Setiadi, Managing Editor of the CANTRIK Communication Student Journal, cum lecturer in Communication Studies at the Islamic University of Indonesia (UII), introduced Cantrik Journal in a casual chat together at the Teatime event, UII International Program of Communication, on 29 October 2021. accreditation. With students having publications in journals, this is proof that UII communication students have a tradition of academic scientific writing.

Journal Cantrik was first published in May 2021. By publishing five manuscripts. Regarding the publication theme, the latest Cantrik journal focuses on social media. But in the future, it could be with various pieces as long as it still intersects with the themes of communication and media.

Selection process

How do you publish your work on Cantrik? First, open registration at the Cantrik Journal page here. Then follow the process of submitting the manuscript by first adjusting your manuscript to the template and environment of Cantrik Journal. “Upload the manuscript according to the template provided. We will review the manuscript, and there will be an editing process by the journal team,” explained Anggi as managing editor of Cantrik Journal when interviewed by Lana, host of Instagram Live IP.communication.uii.

The process is approximately five months. Students must always check their e-mails and accounts on the web because any revisions and review notes will be sent via e-mail. During these five months, students and Journal administrators will continue to communicate. During these five months, writers will be informed and guided to fulfill the following: Submit manuscript, checked by the editor and sent to the reviewer, circumcision checking, substance check, similarity check (plagiarism check), and citation update check.

Reading Time: 2 minutes

Website adalah garda depan sebuah institusi. Di mata pembaca, Website dianggap representasi citra lembaga. Maka dari itu pengelolaannya dengan baik menjadi utama. Pengelolaan yang dimaksud mencakup pengelolaan dari sisi konten statis, konten dinamis, desain grafis konten, hingga perawatan teknis sesuai branding lembaga terkait. Begitu juga dengan website di lingkungan UII.

Bidang Humas UII melakukan beberapa terobosan sejak 2020. Pertama misalnya dengan membuat apresiasi pada pengelola website di lingkungan UII baik di level unit, jurusan, dan fakultas. Kedua, membuat serangkaian pelatihan pada pengelola website mulai dari pelatihan penulisan hingga desain slider. Pada 2021, peningkatan kapasitas juga dilakukan dengan membuat pelatihan penulisan dengan teknik parafrase, desain grafis, hingga perawatan perangkat CMS (content management system). Keempat, ajang apresiasi kembali dilakukan dengan tajuk UWA 2021/ UII Website Appreciation.

Humas UII memberikan apresiasi pada website yang dikelola oleh unit Fakultas, Jurusan/Prodi, Unit layanan, Pusat Studi di lingkungan UII. Menurut Ratna Permata Sari, Kepala Bidang Humas UII sekaligus Dosen Komunikasi UII, apresiasi ini Humas UII berikan atas keikutsertaannya dalam mempertahankan citra positif Universitas Islam Indonesia di tengah pandemi Covid-19. Mafhum bahwa selama pandemi Covid-19, website jadi alat penting menjembatani layanan dan pencitraaan UII di depan mahasiswa. Baik itu membantu juga pada layanan perkuliahan, layanan informasi, layanan akademik, hingga layanan yang sifatnya suportif pada mahasiswa dan orang tua yang terdampak pandemi Covid-19. Bukan hanya mahasiswa, melainkan seluruh sivitas akademika pun mendapat manfaat dengan optimalisasi website di lingkungan UII.

Penilaian dilakukan sejak 16 Agustus hingga 6 Oktober 2021. Lalu puncaknya pada 20 Oktober 2021 Bidang Humas UII mengumumkan hasil UWA UII. Website Komunikasi UII, yang pada tahun sebelumnya meraih penghargaan pertama sebagai website dengan konten terbanyak di level jurusan, kini meraih peringkat Web dengan kategori C. Peringkat ini menunjukkan bahwa website memiliki beberapa elemen dari setiap aspek penilaian. Konten hanya beberapa yang update, seperti slider, berita, dan agenda/ pengumuman. Harus diakui, slider web Komunikasi UII saat itu belum ter-update. Sedangkan Website FPSB UII berhasil masuk dalam kategori B. Kategori ini  menunjukkan bahwa website memiliki semua elemen dari setiap aspek penilaian dan cukup update konten-kontennya, terutama slider.  Website Komunikasi UII dan FPSB UII berhasil menyisihkan 49 peserta pengelola website di UII dan 13 sisanya tidak mendapatkan penghargaan kategori apapun.

Apa Kriteria Penilaian?

Kriteria penilaian ini penting dibahas agar ke depan jajaran pimpinan dapat meningkatkan performa websitenya. Kriteria penilaian pertama adalah, website menggunakan tema standar UII. Kemudian logo unit di website harus sesuai branding UII. Traffic Kunjungan Website juga konstan dan terdaftar ke dalam Google Analytics. Kriteria berikutnya adalah konten berita dan Agenda harus up-to-date. Konten itu mencakup konten Statis, dinamis, dan gaya bahasa konten. Konten statis berisi kelengkapan konten berdasarkan menu. Sedangkan konten Dinamis berisi update berita. Gaya bahasa konten juga harus merupakan konten informasi yang jelas. Konten website informatif. Informatif ini termasuk mencantumkan alamat yang sesuai dan jelas, email yang sesuai dan aktif, dan nomor telpon kantor yang sesuai dan aktif.

Reading Time: 2 minutes

Website is the vanguard of an institution. In the eyes of readers, the Website is considered a representation of the institution’s image. Therefore, good management is the main thing. The management in question includes management in terms of static content, dynamic content, content graphic design, to technical maintenance according to the branding of the relevant institution, likewise with websites in the UII environment.

The UII Public Relations field has made several breakthroughs since 2020. First, for example, by appreciating website managers within UII at the unit, department, and faculty level. Second, create a training series for website managers, from writing training to slider design. In 2021, capacity building will also be carried out by providing writing training using paraphrasing techniques and graphic design to maintain CMS (content management system) devices. Fourth, the appreciation event was again held with UWA 2021/ UII Website Appreciation.

UII Public Relations appreciates websites managed by Faculty units, Departments/Prodi, service units, Study Centers within UII. According to Ratna Permata Sari, Head of Public Relations at UII and also Communication Lecturer at UII, this appreciation was given to UII Public Relations for their participation in maintaining the positive image of the Indonesian Islamic University amid the Covid-19 pandemic. During the Covid-19 pandemic, the website has become an essential tool to bridge UII’s services and vision in front of students, whether it’s also helping with lecture services, information services, academic services, or supportive services for students and parents affected by the Covid-19 pandemic. Students and the entire scholarly community also benefit from website optimization within UII.

The assessment was carried out from August 16 to October 6, 2021. Then the peak was on October 20, 2021; the UII Public Relations Division announced the results of the UWA 2021 of UII. The UII Communications Website, which won the first award as the website with the most content at the department level, is now ranked as Web with category C in the previous year. This ranking shows that the website has several elements from each assessment aspect. Some of the content is updated, such as sliders, news, and schedule/announcements. It must be admitted that the UII Communication web slider had not been updated. Meanwhile, the UII FPSB Website was successfully entered in category B. This category shows that the website has elements of every aspect of the assessment and is sufficiently updated in its content, especially the slider. The UII Communications Website and the UII FPSB succeeded in eliminating 49 participants who managed the website at UII, and the remaining 13 did not receive any category awards. 

What are the Assessment Criteria?

It is essential to discuss these assessment criteria so that the leadership ranks can improve the performance of their website in the future. The first assessment criteria are, the website uses the UII standard theme. Then the unit logo on the website must match the branding UII. Website Traffic is also constant and registered into Google Analytics. The following criterion is news content, and Agenda must be up-to-date. That content includes Static content, dynamic content, and content language style. Static content contains complete content based on the menu. At the same time, the Dynamic range has news updates. The language style of the content must also be explicit information content. Informative website content. This information includes a valid and clear address, a valid and active email, and an office telephone number.

 

Reading Time: < 1 minute

Desain oleh Ajeng Putri Andani 

Reading Time: < 1 minute

Assalamu’alaikum wr.wb.

Dengan ini kami mengundang Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi UII untuk menghadiri Sosialisasi dan Pembekalan Magang

Jadwal

SABTU, 16 Okt 2021

Jam 13.00 Wib

Zoom

WAJIB untuk mahasiswa angakatan 2018 dan Mahasiswa angkatan sebelumnya yang belum melaksanakan magang. Demikian Informasi ini kami sampaikan atas perhatiaannya diucapkan terimakasih.

Reading Time: 2 minutes

Setelah sebelumnya diadakan sesi berbagi cerita pengalaman Abdul Rohman, Dosen RMIT Vietnam, menembus jurnal internasional dan pengalaman menulis naskah untuk publikasi jurnal internasional, sesi selanjutnya adalah trik mencari jurnal internasional yang bukan abal-abal. Masduki, Dosen Komunikasi UII, yang baru saja kembali dari studi di Munich, Jerman, berbagi cerita terbaru soal memilih jurnal internasional dan alasan kuat mengapa dosen harus menulis di jurnal internasional.

Setidaknya ada lima hal yang menjadi alasan seorang dosen di Indonesia harus menulis di Jurnal Internasional, kata Masduki, pada acara workshop dan sharing session tips mencari jurnal dan menulis artikel untuk jurnal bereputasi internasional. Acara yang diselenggarakan oleh Prodi Ilmu Komunikasi UII pada 8 Oktober 2021 mengundang beragam peserta. Pesertanya adalah para pengelola jurnal Komunikasi UII (Sinta 2) dari berbagai kampus di Indonesia, dan Dosen Komunikasi UII.

Alasan pertama adalah menulis dalam maksud berbagi hasil riset untuk mengurangi kesenjangan informasi dan pengetahuan akademik antara timur dan barat. Selama ini, kata Masduki, pengetahuan didominasi oleh akademisi barat. Akademisi timur kemudian harus tunduk pada supremasi pengetahuan dan kodifikasi yang dibuat oleh barat. Alasan kedua, dengan menulis di jurnal internasional, akan memperkuat reputasi akademik dan rekognisi di level global. Dalam catatan Masduki, UII berada di rangking 27 se-Indonesia dalam hal terindeks Scopus.

Pemikiran “timur” dari akademisi Indonesia lewat publikasi artikel di jurnal internasional juga merupakan, “sebuah bentuk silaturahmi akademik internasional, sekaligus memperkuat basis komunitas pada minat studi serupa,” papar Masduki pada para peserta.  Selain ada juga alasan yang cukup praktis yaitu keempat, membantu peningkatan karir dan kewenangan akademik menuju jabatan dosen posisi Lektor Kepala dan Guru Besar. Sedangkan alasan kelima lebih melihat pada faktor praktis individual: dengan menulis di jurnal internasional akan menambah jumlah penghargaan baik dalam bentuk finansial maupun sosial.

Masduki melanjutkan, setidaknya kita harus memilih beberapa kriteria untuk memilih jurnal internasional bereputasi. Misalnya, jurnal yang dituju sebaiknya adalah jurnal open access. Kriteria selanjutnya adalah penerbit jurnal berasal dari penerbit komersial atau dari universitas. Sebisa mungkin hindari jurnal berbayar mahal. Termasuk juga kriteria penting adalah jurnal tersebut tidak pernah masuk dalam predatory journal (diragukan). Yang paling mudah melihat jurnal internasional ini bereputasi atau tidak adalah jurnal tersebut memiliki SJR (Scientific Journal Ranking) lebih dari 0.10 atau Impact Factor (IF) minimal 0,5. Perhatikan pula proses review rasional mulai dari 3 hingga 12 bulan.

Reading Time: 2 minutes

After previously holding a sharing session on the experiences of Abdul Rohman, RMIT Vietnam Lecturer, penetrating international journals and his experience of writing manuscripts for international journal publications, the next session is a trick to find international journals that are not fake. Masduki, a Department of Communications Lecturer at UII, who recently returned from his studies in Munich, Germany, shared his latest story about choosing an international journal and the crucial reasons why lecturers should write in international journals.

There are at least five reasons why a lecturer in Indonesia should write in an International Journal, said Masduki, at the workshop and sharing session on tips for finding journals and writing articles for journals of international repute. The event organized by the UII Communication Studies Study Program on October 8, 2021, invited various participants. The participants are UII Communication journal managers (Sinta 2) from multiple campuses in Indonesia and UII Communication Lecturers.

Five Reasons

The first reason is to share research results to reduce the information and academic knowledge gap between the east and the west. So far, said Masduki, western academics have dominated the knowledge understanding. Eastern academics then had to submit to the West’s supremacy of knowledge and codification. The second reason is, That writing in international journals will strengthen academic reputation and recognition at the global level. In Masduki’s notes, UII is ranked 27th in Indonesia in Scopus indexing.

The “eastern” thinking from Indonesian academics through the publication of articles in international journals is also “a form of international academic friendship, as well as strengthening the community base for similar study interests,” Masduki explained to the participants. Apart from that, there are also reasonably practical reasons, namely fourth, helping to increase careers and academic authority towards lecturer positions for Head Lecturer and Professor jobs. While the fifth reason looks more at individual practical factors: writing in international journals will increase the number of awards in both financial and social forms.

Masduki continued to choose several criteria to select a reputable international journal. For example, the intended journal should be an open-access journal. The following criterion is that the journal publisher comes from a commercial publisher or a university. As much as possible, avoid expensive paid journals. An important criterion is that the journal has never been included in a predatory journal (doubtful). The easiest thing to see if this international journal is reputable or not is that the journal has an SJR (Scientific Journal Ranking) of more than 0.10 or an Impact Factor (IF) of at least 0.5. Also, pay attention to the rational review process starting from 3 to 12 months.

Reading Time: 2 minutes

Sebuah kewajiban bagi dosen untuk tidak hanya melakukan aktifitas mengajar, melainkan juga meneliti, dan mengabdi. Proses diseminasi penelitian kepada khalayak global juga menjadi niscaya di era digital seperti saat ini. Maka dari itu dibutuhkan keterampilan khusus tidak hanya untuk dosen, tapi juga untuk editor pengelola Jurnal Komunikasi UII, untuk bisa menemukan jurnal internasional yang bereputasi dan memahami cara menulis dan mengirim artikel jurnal internasional.

Demi mewujudkan misi tersebut, Prodi Ilmu Komunikasi UII mengadakan workshop dan sharing session tips mencari jurnal dan menulis artikel untuk jurnal bereputasi internasional pada 8 Oktober 2021. Pesertanya adalah dosen dan pengelola jurnal Komunikasi UII yag berasal dari UGM, Undip, Universitas Halu Oleo, UPN Yogyakarta, dan juga UII.

Pada acara ini Abdul Rohman berbagi cerita dan pengalamannya menembus jurnal internasional. Selama ini artikelnya telah diterbitkan di beberapa penerbit Jurnal internasional seperti di International Journal of Communication, jurnal New Media & Society, dan jurnal Media, Culture & Society. Ia juga adalah pengajar di Jurusan Komunikasi, School of Communication & Design, RMIT University Vietnam, 

Menurut Abdul Rohman, patut dipahami proses menulis artikel untuk jurnal internasional tidak melulu mulus. Perlu ketekunan, semangat untuk terus bangkit menghadapi penolakan, hingga habit menulis yang ajeg. Abdul Rohman misalnya, ia terbiasa segera menulis gagasan dan ide menulis sehingga menjadi draf pertama tulisan. “Biasanya firts draft ini ya masih awal sekali. Apa yang terlintas segera ditulis. Apa saja,” kata Abdul Rohman. Ia sendiri terbiasa menulis dalam bahasa ibunya, jawa, ketimbang langsung berbahasa Inggris. Menurutnya setiap penulis memiliki kebiasaan dan kenyamanannya masing-masing yang harus ditemukan sebagai ritme dalam menulis. Barulah proses selanjutnya adalah menulis dan menata ulang draf awal tersebut.

Proses berikutnya, adalah meminta feedback atau masukan atas naskah kita. Masukan bisa berasal dari kolega, mentor, atau bahkan teman. Masukan ini sangat berarti sebagai kacamata pembaca yang lebih berjarak dibanding kita dengan naskah kita sendiri. Kemudian tahap selanjutnya adalah masuk tahapan editing dan rewriting. Pada tahap ini pulalah dilakukan proofreading. Di sinilah tahap kita harus memahami gaya atau selingkung target jurnal yang dituju. Jika selingkung jurnal sudah kita penuhi, segera lakukan submission naskah.

Selain Abdul Rohman, dilanjutkan pula sesi sharing bersama Masduki, Dosen Komunikasi UII yang artikelnya juga telah banyak terbit di jurnal level internasional. Masduki bercerita salah satunya soal alasan menulis di jurnal internasional dan trik memilih jurnal internasional bereputasi dan bukan abal-abal.

Reading Time: 2 minutes

Lecturers must not only carry out teaching activities but also research and serve. Disseminating research to a global audience has also become necessary in the current digital era. Therefore, special skills are needed not only for lecturers but also for managing editors of the Jurnal Komunikasi UII to find reputable international journals and understand how to write and send international journal articles.

To realize this mission, UII Communication Studies Study Program held a workshop and sharing session on tips on finding journals and writing articles for journals of international repute on October 8, 2021. The participants were lecturers and managers of UII Communication journals from UGM, Diponegoro University, Halu Oleo University, UPN Yogyakarta. , and also Universitas Islam Indonesia/UII.

Abdul Rohman shared his stories and experiences through international journals in this event. So far, his articles have been published in several global journal publishers such as the International Journal of Communication, the New Media & Society journal, and the Media, Culture & Society journal. He is also a lecturer at the Department of Communication, School of Communication & Design, RMIT University Vietnam. 

According to Abdul Rohman, it should be understood that writing articles for international journals is not always smooth. It takes perseverance, enthusiasm to continue to rise to face rejection, to a steady writing habit. Abdul Rohman, for example, is accustomed to immediately writing ideas and writing ideas so that he becomes the first draft of writing. “Usually, the first draft is still very early. Anything that comes to mind is immediately written down. Anything,” said Abdul Rohman. He is used to writing in his mother tongue, Javanese, rather than directly speaking English. According to him, every writer has habits and comforts that must be found as a rhythm in writing. Then the following process is to write and rearrange the initial draft.

The next process is to ask for feedback or input on our manuscript. Feedback can come from colleagues, mentors, or even friends. This input is significant as the reader’s perspective is more distant than our manuscript. Then the next stage is to enter the editing and rewriting steps. At this stage, proofreading is also carried out. This is the stage where we must understand the style or environment of the intended journal target. If we have fulfilled the journal’s scope, immediately submit the manuscript.

Besides Abdul Rohman, there was also a sharing session with Masduki, a Communication Lecturer at UII whose articles have also been published in international journals. Masduki told one of the reasons for writing in international journals and the trick to choosing reputable international journals and not fake ones.