Nobar Produksi Video: Belajar Sambil Berkarya di Komunikasi UII

Reading Time: 2 minutes

Perkembangan teknologi digital kini mempermudah pembelajaran produksi konten berbasis video. Jika dulu harus mengeluarkan kocek yang tak sedikit untuk mendapatkan kamera dengan kualitas bagus, kini dengan ponsel pintar sebagian kendala dalam produksi video bisa teratasi. Sudah murah, cepat, kualitas bisa dikata cukup.

Namun, belajar memproduksi video tidak bisa sembarangan. Ia tidak hanya melulu soal kemudahan dan kecanggihan alat. Ada aspek pesan, isi, atau ide yang menjadi penentu apakah suatu karya video bisa menjadi idola penontonnya. Begitulah yang ingin disampaikan M. Iskandar T. Gunawan, filmmaker kawakan dari Tumbuhkembang Film dalam acara Nobar Produksi Video, pada 16 Juli 2022.

Gunawan, sapaan Iskandar, adalah salah satu juri dalam apresiasi karya video mahasiswa Jurusan Komunikasi UII, bersama dua Juri lainnya yaitu Iven Sumardiantoro (Editor dan Videografer Ikonisia TV), dan Jogi Syamanta, Videografer UII TV. Ketiganya menjadi penanggap dan penilai karya mahasiswa di mata kuliah produksi video.

Menurut Gunawan, dalam 45 karya dari tiap kelompok, sudah terlihat upaya untuk mencoba mengolah ide, dalam bentuk digital fan kreatif. “Upaya ini juga terlihat dalam eksekusi gambar, dan pengemasan pesan. Ada video yang saya lihat pesannya sangat berat dan universal, dan telah disampaikan dengan cara-cara yang baik,” kata Gunawan, yang juga adalah Laboran di Jurusan Komunikasi UII.

Gunawan juga mengapresiasi beberapa karya mahasiswa sudah berani untuk mengeluarkan ide yang cukup liar dan kritis. “Saya mencatat ada beberapa, misalkan, animasi juga menarik, satu dari sekian yang telah berani memilih jenis animasi,” ujarnya. “Termasuk tadi ada isu pinjol (pinjaman online) juga, meskipun ada detil yang kurang. Misalnya talent-nya masih melihat kamera, ada juga video lain yang talentnya terlihat kurang brief.”

Tak hanya video film pendek. Mahasiswa juga banyak yang memilih produksi video Iklan Layanan masyarakat, Iklan Komersil, Talkshow, dan video clip. Salah satunya yang mendapat apresiasi positif adalah video iklan.

“Video iklan difabel ini menarik, tidak hanya aktivitas tapi juga didukung dengan menampilkan isu-isu yang terpinggirkan. Dia bisa mensinergiskan cerita dengan pesan yang ingin disampaikan,” papar Gunawan. Gunawan bisa berkata begini sebab cukup makan asam garam bersinggungan dengan isu difabel dan kelompom minoritas dalam film-film dokumenternya.

Saran Gunawan untuk video yang memasukkan banyak elemen dialog, adalah harus mengedepankan kewaspadaan. “Dalam film pendek, hati-hati dengan bermain dialog, saya tidak bisa begitu menangkap informasi dari dialognya. ada juga yang pakai dialek bahasa lokal,” saran Gunawan. Menurutnya, dialog itu penting, tetapi jangan sampai mengaburkan oesan yang ingin disampaikan pada khalayak.

Mata kuliah yang diampu dosen Ratna Permata Sari, Ida Nuraini DKN, dan Anggi Arif Fudin S, ini selalu dirayakan dengan apresiasi karya dan penghargaan tiap tahunnya. Anggi, salah satu dosen pengampu mata kuliah ini, mengatakan pola pembelajaran seperti ini bertujuan agar mahasiswa bisa presentasi dan membuat karya yang kreatif, inovatif dan inspiratif. “Nantinya karya-karya ini bisa jadi pijakan awal mereka untuk bisa membuat karya tugas akhir,” kata Anggi.