Reading Time: 2 minutes

Film merupakan karya seni dalam bentuk audio visual yang tentunya juga termasuk dalam ranah kajian dunia komunikasi. Proses produksinya yang membutuhkan perhatian dari berbagai elemen menjadikannya harus menuntut kerja sama tim yang ideal supaya dapat mengahasilkan film yang berkualitas. Diperlukan koordinasi dan pemahaman terkait jobdesknya masing-masing agar tiap-tiap kru yang bertanggungjawab di bidangnya bisa memiliki kesamaan persepsi.

Berangkat dari hal tersebut Komunitas Pilem Orang Komunikasi (KOMPOR.KOM) menggelar workshop untuk persiapan dalam memproduksi film yang merupakan rangkaian dari acara HUT KOMPOR.KOM 2017 (18/11/17).  Berbeda dengan perayaan pada tahun sebelumnya, workshop kali ini digelar dengan mengundang pembicara dari sineas profesional dari bidang film dokumenter, M. Gunawan Iskandar dan juga sineas profesional dari film fiksi, Lulue Hendra yang digelar di ruang RAV, Gedung Prodi Ilmu Komunikasi UII.

Gunawan menjelaskan bahwa untuk proses produksi suatu film dokumenter bermula dari sebuah kegelisahan. Karena dengan adanya kegelisahan akan memberikan motivasi untuk bisa memproduksi film tersebut. Selain itu Gunawan juga menjelaskan bahwa gagasan film dokumenter berasal dari dua prinsip, yaitu berdasarkan subjek dan peristiwa. Subjek merupakan sosok yang bisa menceritakan suatu persoalan. Sedangkan peristiwa mengacu pada suatu kejadian atau persoalan yang terjadi di suatu daerah. Ketika menyampaikan materi Gunawan juga menjelaskan bahwa cerita film dokumenter itu sangat fleksibel dan memungkinkan terjadinya perubahan. “Ketika dalam proses produksi sangat memungkinkan terjadinya perubahan di lapangan karena suatu faktor atau alasan tertentu. Entah itu perubahan fokusnya mau pun perubahan ceritanya”, ujar Gunawan.

Sedangkan Lulue sang sutradara film Onomastika yang telah banyak meraih prestasi menyampaikan materi terkait bagaimana pekerjaan di balik layar dalam proses produksi film. Ia menjelaskan bahwa ide gagasan merupakan awal dari sebuah produksi film. Lulue memberikan penjelasan tentang bagian-bagian apa saja yang di balik film dan bagaimana cara mereka bekerja secara umumnya. “Credit title pada suatu film menggambarkan seberapa kompleks film tersebut dibuat,” ujar Lulue.

 

Penulis: Risky Wahyudi

Foto: Risky Wahyudi

Reading Time: 2 minutes

Yogyakarta-Televisi Streaming merupakan salah satu platform yang bisa dijadikan sebagai media alternatif dalam proses penyebaran informasi audio visual bagi suatu komunitas.  Selain itu juga bisa dijadikan sebagai platform yang tepat untuk menyalurkan potensi mahasiswa di dunia broadcasting. Berdasarkan hal tersebut, program studi Ilmu Komuikasi Universitas Islam Indonesia berinisiatif untuk membuat program Televisi streaming yang akan dilaunching pada awal tahun 2018.

Keseriusan dalam menggarap pelaksanaan program ini dibuktikan dengan digelarnya workshop terkait persiapan TV Streaming (17/11/17) yang diikuti oleh perwakilan dosen, staf prodi, laboran, staf PSDMA Nadim dan perwakilan dari mahasiswa komunikasi UII. Workshop tesebut digelar di lantai 2 Gedung FPSB UII dengan mengundang Tomy Widiyatno Taslim dari Yayasan Festival Film Pelajar Yogyakarta sekaligus penggiat media alternatif.

Tomy menjelaskan bahwa untuk fenomena pengelolaan TV streaming saat sekarang ini disarankan lebih berfokus terhadap pengelolaan TV Streaming dibandingkan terhadap pengelolaan konten. Karea menurutnya perhatian peran Program Manger dalam pengelolan ini sangat  penting karena eksistensinya akan mempengaruhi keberlangsungan terjalannya program TV ini secara berkelanjutan. Sedangkan untuk program acara yang akan ditayangkan, Tomy merekomendasikan untuk melakukannya dengan cara produksi, barter dengan jejaring, dan juga melalui perlombaan. Selain itu juga ada tiga hal lainnya yang menjadi perhatian dalam proses pengelolaan televisi streaming,  diantaranya pemograman, marketing dan teknik.

Pelatihan tersebut digelar dengan harapan mampu  meningkatkan kualitas dan produktivitas program studi Ilmu Komunikasi UII ke depannya. Tidak hanya berbicara tentang pelatihan seputar Persiapan  TV streaming saja, pelatihan tersebut juga sekaligus membincangkan  terkait beberapa rancangan program lainnya. Seperti program Festival Film Pelajar (Internasional/Asia), pemberdayaan masyarakat dalam konteks media alternatif dan project terkait Film Dokumenter tentang sejarah Perkembangan Islam di Indonesia.

 

Penulis: Risky Wahyudi

Foto: Risky Wahyudi

Reading Time: < 1 minute

Yogyakarta- Muhammad Rizal Purnawan, mahasiswa Ilmu Komunikasi UII 2014 berhasil mengukir prestasi dalam ajang perlombaan fotografi akbar Canon Photomarathon Indonesia IX 2017 yang digelar di Yogyakarta (12/11/2017). Ia berhasil mendapatakan juara 1 pada tema 3 Kategori Umum: Sejauh Mata Memandang. Kegiatan tersebut diikuti oleh Rizal bersama teman-teman mahasiswa Ilmu Komunikasi lainnya dari komunitas fotografi Ilmu Komunikasi UII Klik18 yang di gelar di Jogja Expo Center.

Pada rangkaian CPMI 2017, seluruh peserta dikumpulkan terlebih dahulu sebelum akan dimulainya perlombaan. Perlombaan terbagi atas tiga sesi yang tiap-tiap sesinya diberikan tema berbeda dan batasan durasi waktu pengumpulan karya. Setelah tema disampaikan, barulah peserta mengeksplore dirinya untuk berkompetisi berburu mendapatkan foto yang terbaik.

Event CPMI ini bukan pertama kalinya diikuti oleh Rizal. Sebelumnya Ia juga pernah mengikuti event tersebut beberapa kali dan terus mencobanya . “Alhamdulillah akhirnya setelah beberapa kali ikutan di tahun-tahun sebelumnya, tahun ini bisa juara 1 Canon Photomarathon Indonesia. Terimakasih Komunitas foto @klik18.uii dan @cann.indonesia,” ungkapnya dalam postingan akun instagram.

Penulis: Risky Wahyudi

Foto: Dok. KLIK18

Reading Time: < 1 minute

Yogyakarta-HIMAKOM UII menggelar event Communication Field Trip 2017 (CFT 2017) yang berlangsung  dari tanggal 8-11 November 2017. Kegiatan ini mengajak mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi UII dari berbagai angkatan untuk mengunjungi instansi yang linear dalam ranah dunia komunikasi seperti  dunia jurnalistik, broadcasting, public relation, dan  industri kreatif.  CFT 2017 kali ini memilih Ibukota jakarta sebagai lokasi yang dikunjungi. Sebanyak 40 mahasiswa Ilmu Komunikasi UII dan dua orang dosen pendamping, Muzayin Nazaruddin dan Ali Minanto turut berpartisipasi dalam memeriahkan rangkaian acara tersebut.

Pada hari pertama kunjungan (9/11/2017), peserta CFT 2017 mengunjungi Kantor Berita Antara di Jl. Medan merdeka selatan no 17. Di sini peserta isa menggali informasi seputar dunia jurnalistik lebih mendalam. Selanjutnya dilakukan kunjungan ke The East yang merupakan bagian Net Mediatama Televisi yang beralamatkan di Jl. Lingkar Mega Kuningan, untuk bisa memahami bagaimana proses kerja dalam industri kreatif.

Hari kedua (10/11/2017) peserta diajak mengunjungi PR Indonesia Magazine yang berlokasi di Jl. Kebon Sirih No.32-34, Gambir untuk bisa memahami dunia public relation. Sedangkan dihari terakhir (11/11/2017) dimanfaatkan peserta melakukan refreshing setelah melaksanakan Ujian Tengah Semester di Dunia Fantasi (Dufan).

 

Penulis: Risky Wahyudi

Foto: Dokumentasi HIMAKOM

Reading Time: < 1 minute

Berfikir kritis adalah kemampuan dalam berfikir secara terstruktur, analitik dan mengakar dalam hal menganalisis relitas sosial. Melalui suatu pemikiran kritis menjadikan seorang mahasiswa bisa memahami bagaimana relasi kuasa dalam lingkungan sosial. Sehingga hal tersebut menjadi peluang yang bisa memecahkan masalah sosial dan mampu mengatasinya.

Hal tersebut menjadi salah satu alasan klub jurnalistik program studi Ilmu Komunikasi UII, RedAksi tertarik menggelar Pelatihan Dasar Jurnalistik dan Analisis Kritis. Kegiatan ini merupakan bentuk pelatihan dasar yang diberikan kepada anggota baru RedAksi sebelum nantinya dilepas untuk menjalakan tugasnya masing-masing.

Digelar di ruang RAV Gedung Prodi Ilmu Komunikasi UII pada hari Jumat, 10 November 2017. Khumaid Akhyatul Sulkhan, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UII 2014  menjadi pemateri Pelatihan Dasar-Dasar Jurnalistik dan juga Risky Eka Satya, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UII 2015 sebagai pemateri Analisis Sosial dan berfikir kritis.

 

Penulis: Risky Wahyudi

Foto: Dokumen RedAksi