Tag Archive for: workshop

Konferensi internasional
Reading Time: 2 minutes

Program Studi Ilmu Komunikasi UII telah berkomitmen menyelenggarakan konferensi internasional sejak tahun 2014. Tercatat sebanyak 7 kali Conference on Communication, Culture and Media Studies (CCCMS) terlaksana dan menjadi branding yang melekat pada institusi.

Untuk merawat dan transfer knowledge, Prodi Ilmu Komunikasi UII melakukan workshop bertajuk Pengelolaan Event Konferensi Internasional untuk para dosen beserta staf pada 29 November 2024 di Gedung RAV FPSB UII.

Muzayin Nazarudin, S.Sos., M.A dan Dr. Zaki Habibi keduanya merupakan dosen sekaligus inisiator konferensi internasional di Prodi Ilmu Komunikasi bertugas menjadi fasilitator pada momen tersebut.

Memulai konferensi internasional dibutuhkan perencanaan yang matang, setidaknya dibutuhkan dua tim yakni tim konsep dan tim teknis untuk merealisasikannya.

“Beberapa panduan yang perlu diketahui salah satunya soal tim. Harus ada tim teknis yang memulai lebih awal biasanya ini tim kecil. Selanjutnya tim teknis melaksanakan dengan tim besar,” ujar Muzayin Nazarudin, S.Sos., M.A.

Mengingat konferensi internasional merupakan forum intelektual yang mempertemukan antara akademisi hingga praktisi dalam membahas isu tertentu ataupun memaparkan hasil riset yang tengah dijalankan, tentu hal detail yang berkaitan dengan partisipan menjadi concern utama.

“Konferensi esensinya adalah perjumpaan dan perbincangan. Forum akademik yang melibatkan banyak partisipan, membahas topik-topik yang beragam,” ujar Dr. Zaki Habibi.

Beliau juga menambahkan bahwa lima hal yang perlu diperhatikan antara lain:

  1. Reputasi dan kiprah kualitas kekaryaan pembicara utama (keynote speaker)
  2. Tema dan topik-topik call for paper
  3. Akses menuju dan selama di kota penyelenggaraan konferensi
  4. Kesempatan bertemu dan berbincang dengan dan para peserta
  5. Potensi publikasi dan kolaborasi pasca konferensi

Beberapa panduan teknis yang perlu digarap secara matang sebagai berikut.

Tiga Fase yang Wajib Diketahui tentang Konferensi Internasional

  1. Fase call for abstract, anggota tim yang dibutuhkan (konseptor lebih dari satu, desainer-web managemen, publisis, kesekretariatan.
  2. Fase persiapan teknis – pelaksanaan konferensi
  3. Fase paska konferensi

Merumuskan Hal-hal Mendasar

  1. Tema utama, deskripsi dan turunan tema.
  2. Keynotes (satu luar, satu dosen prodi). Hal ini dilakukan sebagai potensi kolaborasi jangka panjang.
  3. Waktu dan lokasi, target audiens, ketersediaan ruang, pastikan pelaksanaan dilakukan di kampus.
  4. Rencana publikasi, koordinasikan dan buat perjanjian yang jelas dengan pihak pengelola jurnal.
  5. Time line, berkaitan dengan penjadwalan dan perhitungan waktu.
  6. Event pendamping, selain tour di tempat wisata, salah satu daya tarik yang bisa dilakukan adalah memberikan workshop-workshop pendamping.

Konferensi internasional yang telah dilakukan harapannya menjadi ruang untuk menjalin kolaborasi, memperluas koneksi antar akademisi dan praktisi. Selain itu, momen ini bisa menebalkan expertise para dosen di Prodi Ilmu Komunikasi UII.

“Konsensus yang ingin kita buat, sudah banyak doktor sudah saatnya promot teman sendiri expert di bidang tersebut, sehingga ini menjadi ruang yang tepat,” tandas Muzayin Nazarudin, S.Sos., M.A.

AWG
Reading Time: 3 minutes

It was recorded that throughout 2024 the number of reports of sexual violence cases collected by the Ministry of PPPA reached 23,294 cases. Of these, women are the most victims with a percentage reaching 86 per cent. (Data up to 20 November 2024)

Ironically, gender-based violence does not stop at that issue. The media has a big role, one of which is by publishing articles whose language actually complicates and normalizes gender-based violence (GBV).

Numbers and facts cannot be underestimated, to respond to gender-based violence (GBV) the International Program Communication (IPC) held The5th Annual Workshop on Globalization 2024 which took the topic Voices for Change ‘Media’s Role in Ending Gender-Based Violence’ on 19 November 2024 at Main Library UII.

This topic explores the intersection of globalization, feminism, and media in shaping gender-based violence (GBV) and its impact on women’s empowerment.

How Media’s Role in Ending Gender-based Violence?

Interestingly, this workshop did not only present perspectives from women’s voices, but also from men’s voices. The three speakers presented included Dr. Katrin Bandel (Faculty member of the Department of Cultural Studies, Sanata Dharma University, International Scholar with expertise in media and gender studies), Indiah Wahyu Andari (Director of Rifka Annisa Women’s Crisis Center, a gender specialist with expertise in gender-based violence), and Iwan Awaluddin Yuyuf, Ph.D. (Faculty member of the Department of Communications, Universitas Islam Indonesia, an expert on media and gender studies).

Dr. Katrin Bandel delivered a presentation on ‘Sexual Violence Narratives in the Mass Media and in Fiction’. She explained how the narratives in the media are more likely to tell things that do not consider the trauma of victims to be unbalanced.

Sexual violence is an experience that ruins the victim’s life, it is also tough to tell. However, at the same time, the media actually makes news that explores the profile of the perpetrator and compares his condition with the victim. Until the public is led to sympathize with the future of the perpetrator if they receive severe punishment.

“But even therapeutic or feminist narratives can become problematic, if they are normalized, so that a rape victim not fitting into the narrative feels marginalized and not represented,” she said.

In addition, rape culture normalizes rape and sexual violence through the assumption that it is normal for men to be very aggressive and unable to control their desires. Unfortunately, another habit is victim blaming for the victim’s appearance, accusing the victim as a provocateur for the perpetrator’s actions.

This statement is supported by research conducted by Iwan Awaluddin Yusuf, Ph.D, the media in Indonesia in publishing GBV news often journalists use titles that are not in accordance with the context.

‘The problem starts with the use of words. Double victimization’ he said.

In the context of sexual violence against child victims, the choice of words that should use the phrase ‘rape and sexual abuse’ instead chooses ‘planning sex’. In the choice of words, children who should be positioned as victims instead seem to be sexual subjects.

By giving various examples of inappropriate word choice, he said that the position of journalists as important figures in the media should be a fair figure.

‘Journalists as mindful users of language, fix the misused word,’ he said again.

Indiah Wahyu Andari, a professional who has been helping GBV victims for years, said that the role of the media is very large. One of them is through GBV preventive campaigns.

She shared three stages of prevention, first primary prevention which refers to activities to do before sexual violence occurs through stopping conditions that support sexual violence and promoting positive behaviors to prevent sexual violence.

Then there is secondary prevention, which is the immediate response after sexual violence occurs to prevent and address both short-term and long-term impacts on victims through things like reporting, case handling, and recovery.

Finally, tertiary prevention is activities to prevent the recurrence of violence. Building structures, norms, and social practices that prevent the risk of recurrence of violence.

The hope is that the workshop will be able to offer a global perspective. The dual role of the media in perpetuating and overcoming violence against women, and the important role of feminist activism in shaping media narratives and promoting women’s empowerment.

Workshop Jurnal
Reading Time: 2 minutes

Tugas akhir atau skripsi jika digarap dengan serius maka layak untuk dipublikasikan di jurnal bereputasi. Tentu bukan perkara mudah, lantas bagaimana cara mempublikasikan tugas akhir ke jurnal?

Dalam workshop bertajuk Strategi Publikasi Ilmiah di Jurnal Bereputasi Berbasis Tugas Akhir yang diinisiasi oleh Jurnal Cantrik bersama Prodi Ilmu Komunikasi UII pada 19 Oktober 2024 secara daring membahas detail terkait kiat-kiat menulis karya ilmiah berkualitas.

Di tengah masifnya keculasan dalam dunia akademik dan dugaan-dugaan jurnal predator, tentu workshop ini menjadi angin segar bagi mahasiswa dan para akademisi untuk menambah pengetahuan.

Hal tersebut sempat disinggung oleh Kaprodi Ilmu Komunikasi UII, Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D, dalam membuka sesi workshop.

“Di tengah kecurangan praktik akademik masih ada orang yang peduli dengan urusan mengelola jurnal, naskah, edit, mengurus akreditasi jurnal dengan penuh dedikasi,” ujarnya

“Apreasiasi untuk rekan para penyelamat sistem akademik yang berintegritas bukan seperti yang itu, jangan ya dek ya seperti yang kita lihat praktik-praktik yang tidak bagus dalam konteks integritas akademik,” tambahnya.

Diikuti lebih dari 200 peserta yang tersebar dari penjuru negeri, workshop tersebut menghadirkan tiga pembicara yakni Prof. Rajab Ritonga (Ketua APJIKI), Dr. Fuad Nashori (Dosen Psikologi UII), dan Puji Rianto, M.A (Editor in Chief Jurnal Mahasiswa Cantrik).

Prof. Rajab Ritonga menyampaikan materi terkait Standar Penulisan Artikel Jurnal Nasional Terakreditasi. Dalam penjelasanya beliau menyebut jika salah satu ciri jurnal yang bereputasi baik adalah proses penerbitan yang prosesnya cukup panjang.

“Jurnal yang baik akan selalu melalui proses review, oleh sebabnya jurnal perlu waktu menerbitkan artikel minimal 6 bulan bahkan 1 tahun. Belum lagi proses balik setelah direview dikembalikan ke author untuk dilakukan perbaikan,” ujarnya.

Hal ini selaras dengan materi yang disampaikan oleh Puji Rianto, M.A, Memahami Selingkung Jurnal sebagai Strategi Penting Menembus Jurnal. Mengawali materi dengan menjelaskan detail alur kerja redaksi jurnal yang begitu panjang, ditambah para banyak penulis yang tidak memperdulikan selingkung jurnal sehingga berujung penolakan.

“Para penulis banyak yang kurang memperdulikan selingkung ini, sehingga kalau di Jurnal Komunikasi antriannya setahun bisa 300 artikel dan yang kami publish hanya 20. Kalau selingkungnya tidak sesuai akan kami tolak,” ungkapnya.

Sementara Dr. Fuad Nashori memberikan saran dalam materinya Publikasi Tugas Akhir, agar para mahasiswa mencari jurnal yang sesuai dengan riset yang tengah dilakukan.

“Tentu saja menyesuaikan topik, fokus dan scope harus tahu. Karena missal sama-sama jurnal komunikasi atau psikologi kalau di riset banyak nama-nama yang umum.” Pungkasnya.

Berikut berbagai tips terkait menulis tugas akhir agar berpeluang terpublikasi di jurnal berintegritas:

Tips Menulis Tugas Akhir untuk Diterbitkan di Jurnal

  1. Judul penting untuk menarik perhatian editor, sebaiknya mempresentasikan isi, informatif (highlight dan finding)
  2. Judul maksimal 14 kata
  3. Abstrak Mengandung latar belakang (jika ada), tujuan penelitian, metode penelitian, finding/hasil penelitian dan simpulan. Selain itu dilengkapui maksimal 5 kata kunci.
  4. Introduction memuat state of the art, serta menyatakan dan merumuskan masalah penelitian.

Tahap Awal Memilih Jurnal

  1. Kesesuaian topik TA dengan fokus scope jurnal
  2. Kesesuaian jenis artikel hasil riset dan non riset, riset kuali kuanti mix method
  3. Memutuskan jurnal sasaran dengan skala prioritas 1 sampai 3

Sistematika/Selingkung (Jurnal Cantrik)

  1. Judul
  2. Abstrak
  3. Pendahuluan
  4. Teori
  5. Metode
  6. Hasil dan Pembahasan
  7. Kesimpulan
  8. Daftar Pustaka

Soal pelanggaran akademis selengkapnya dapat dibaca pada laman berikut:

https://communication.uii.ac.id/pelanggaran-akademis-di-tingkat-universitas-mengapa-sering-terjadi/

CCCMS
Reading Time: 3 minutes

Rangkaian agenda pada 7th Conference on Communication and Media Studies (CCCMS) menghadirkan beberapa workshop unik sebelum forum akademik itu berlangsung. Konferensi internasional yang diinisiasi oleh Prodi Ilmu Komunikasi UII menyuguhkan beberapa workshop gratis untuk para presenter.

Menariknya workshop-workshop itu tak melulu berbau akademik yang memusingkan, melainkan kegiatan unik yang memicu ide-ide baru. Ada empat workshop dalam program pre-konferensi antara lain Urban Walking, Photobook and Design Thingking, Environmental Communication, dan Writing Class for International Journal.

Semua workshop dilaksanakan di hari yang sama yakni 27 Agustus 2024. Peserta berhak memilih dan bergabung pada salah satu workshop dan bertemu dengan fasilitator professional.

Urban Walking

Tak sekedar jalan-jalan, Urban Walking yang difasilitatori olerh Dr. Zaki Habibi menekankan pada sensory method selama proses perjalanan melintasi jalanan utama Yogyakarta. Mengawali titik di Tugu Golong Gilig sekitar Tugu Yogyakarta pada pukul 08:00 WIB, perjalanan dilakukan dengan menyusuri situs UNESCO World Heritage: mulai dari jalan Margo Utomo, Mangkubumi, melewati rel kereta, kemudian berakhir di Jalan Malioboro. Perjalanan sepanjang 2,5 kilometer itu usai pukul 12.00 WIB.

Workshop ini diikuti oleh peserta dari berbagai negara mulai dari Indonesia, India, Cina, dan Taiwan. Dr. Zaki mengajak peserta untuk mengamati hal-hal yang dilalui selama perjalanan dari hasil pandangan mata, suara, bau, sentuhan, dan rasa. Peserta diminta untuk membuat sensory mapping yang mendokumentasikan perjalanan tersebut serta hal-hal apa saja yang menarik perhatian. Sesampainya di area Jalan Malioboro, Dr. Zaki meminta peserta menggambar situasi jalan sesuai dengan yang menjadi perhatian peserta misalnya kombinasi antara modernitas dan tradisionalitas di jalanan Yogyakarta.

Salah satu peserta asal Indonesia yakni Lutviah menyebut jika workshop ini memberinya wawasan soal metode baru yang mendukung pekerjaannya sebagai peneliti.

“Sebagai peneliti sosial, menurut saya workshop Urban Walking dan Sensory Method ini sangat menarik karena workshop ini menawarkan pendekatan baru dalam penelitian sosial. Workshop ini melatih saya untuk melakukan pengamatan mendalam tentang hal-hal yang terjadi di sekitar saya dengan menggunakan seluruh panca indera yang saya miliki. Dari proses tersebut, saya mampu menemukan hal-hal menarik yang sebelumnya tidak pernah saya perhatikan, misalnya perpaduan antara modernitas dan tradisionalitas di jalanan kota Yogyakarta. Kemampuan observasi mendalam seperti ini menurut saya penting untuk dapat menangkap fenomena-fenomena sosial, khususnya fenomena komunikasi, serta menganalisis implikasinya terhadap masyarakat,” ujar Lutvia salah satu peserta workshop.

Photobook and Design Thingking: An Introduction

Workshop ini menggandeng Gueari Galeri yang merupakan publisher buku foto dari Indonesia. Bertajuk Photobook and Design Thinking: An Introduction workshop ini fokus dengan hasil jepretan peserta yang nantinya akan diubah menjadi buku foto.

Salah satu peserta yang aktif dalam menekuni hobi journaling, Sri Rahmawati tertarik untuk menerbitkan buku foto.

“Aku ingin bisa nerbitin buku foto archive, mungkin tentang academic journey-ku atau hal-hal simpel lain. Aku tuh suka ngumpulin kaya tiket kereta atau kalau aku makan sama orang yg spesial, aku bakal simpan nota-nya, mungkin hal-hal kaya gitu suatu hari bisa kujadikan buku foto,” pungkas Rahma.

Fasilitator dari Gueari Galeri, Caron Toshiko dan Andi Ari Setiadi, menyebutkan kegiatan ini merupakan pengantar kepada peserta untuk mengenal buku foto sebagai salah satu cara mengekspresikan diri.

“Kami melihat fotografi itu salah satu medium nonverbal yang bisa digunakan semua orang untuk menggali banyak hal dengan cara yang mudah dan menarik,” ujar Caron.

“Ada cerita, ada kegelisahan, atau ada kemarahan, bahkan dan foto bisa menjadi medium untuk mengeluarkan itu semua,” jelas Ari.

Environmental Communication

Tak sekedar workshop yang berhenti dalam waktu satu hari, program ini mengajak peserta untuk melakukan proyek panjang yang berkelanjutan.

Muzayin Nazaruddin, M.A selaku fasilitator workshop menginisiasi proyek tersebut untuk peserta  yang tertarik berkontribusi dalam sebuah buku yang disunting (dalam Bahasa Indonesia) tentang komunikasi lingkungan dan humaniora lingkungan. T

Topik-topik yang akan dibahas dalam buku ini meliputi risk and disaster communication, environmental crises, human-animal relations, nature-culture tensions, local ecological knowledge, environmental activism, dan tema-tema lain yang terkait.

Menyadari kompleksitas antara manusia, teknologi, dan alam saling berkontribusi dalam membentuk realitas dunia maka workshop ini tentu akan memunculkan banyak hal yang mengusik.

Workshop ini juga menghadirkan Achmad Choirudin dari Insist Press untuk membicarakan rencana penerbitan buku bertopik komunikasi lingkungan.

Writing Class for International Journal

Workshop Writing Class for International Journal yang difasilitatori oleh Prof. Masduki nampaknya menjadi program favorit. Puluhan akademisi dari berbagai negara antusias dan responsive selama workship berlangsung.

Peserta diajak untuk lebih mengenal area riset yang diminati dan mendapatkan tips-tips berharga mengenai pemilihan jurnal yang tepat serta teknik penulisan yang efektif. Nico Carpentier dari Charles University yang juga menjadi Keynote Speaker dalam konferensi ini turut bergabung dan memberikan feedback.

You have to start writing, create narrative about your publication and connect your journals to one line expertise.” ujarnya.

Melalui Writing Class ini, diharapkan para peserta dapat meningkatkan kualitas penulisan ilmiah dan memperluas jaringan kerjasama di bidang penelitian. Acara ini juga menjadi bukti bahwa CCCMS terus berkomitmen untuk mendorong pengembangan ilmu pengetahuan di bidang komunikasi.

Di akhir acara, Prof. Masduki menutup sesinya dengan kalimat yang pamungkas “Consistency! It is to make advance move for your academic journey!”

Enviromental Communication Workshop
Reading Time: 2 minutes

Enviromental Communication Workshop menjadi salah satu agenda sebelum perhelatan Conference on Communication, Culture and Media Studies (CCCMS) 2024 yang digelar oleh Prodi Ilmu Komunikasi UII pada 27 Agustus 2024.

Workshop ini menjadi salah satu inovasi pada 7th CCCMS 2024, pasalnya selain penggalian ide dari peserta, diskusi ini akan berakhir pada rencana proyek jangka panjang yang berkelanjutan.

Dipandu oleh Muzayin Nazaruddin, workshop ini dirancang untuk peserta yang tertarik untuk berkontribusi dalam sebuah buku yang disunting (dalam Bahasa Indonesia) tentang komunikasi lingkungan dan humaniora lingkungan. Topik-topik yang akan dibahas dalam buku ini meliputi risk and disaster communication, environmental crises, human-animal relations, nature-culture tensions, local ecological knowledge, environmental activism, dan tema-tema lain yang terkait.

Menyadari kompleksitas antara manusia, teknologi, dan alam saling berkontribusi dalam membentuk realitas dunia maka workshop ini tentu akan memunculkan banyak hal yang mengusik.

Dalam sesi diskusi, pernyataan dari salah satu peserta cukup menarik untuk ditelisik yakni bagaimana bencana alam merupakan bahasa yang diciptakan oleh manusia, sementara bagi alam, peristiwa ini adalah sebuah fase yang alamiah. Perbincangan lain juga cukup unik terdengar, seperti strategi-strategi yang akan disusun oleh para ilmuan dalam menghadapi kehancuran bumi, salah satunya pindah planet. Dan hal tersebut menjadi kajian yang serius.

“Alam dan eksistensi manusia menjadi satu diskursus yang bisa dieksplorasi menggunakan berbagai pendekatan. Namun, di Indonesia, perspektif yang dominan masih sangat teknokratis. Butuh perspektif yang humanis utk memperkaya wacana terkait persoalan lingkungan di Indonesia. Hal inilah yang menjadi salah satu sorotan dalam workshop enviromental communication,” ujar Khumaid Sulkhan salah satu peserta workshop tersebut.

Muzayin Nazaruddin mengatakan bahwa rencana pembuatan buku tersebut akan menjadi proyek jangka panjang. Ia mengumpulkan ide dari para akademisi dan aktivis yang berkumpul dalam workshop.

Workshop ini juga menghadirkan Achmad Choirudin dari Insist Press untuk membicarakan rencana penerbitan buku bertopik komunikasi lingkungan.

Acara kemudian diakhiri dengan para hadirin sepakat untuk menulis berbagai isu lingkungan, tetapi disatukan lewat benang merah yang sama. Kesamaan tersebut berupa topik besar maupun perspektif yang dielaborasi.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

7th CCCMS 2024
Reading Time: < 1 minute

Pre-conference workshops

Every registered participants can join one of these workshops (for free):

1. Writing class for international journal

    • Convenor​​: Masduki
    • Workshop language​: English
2. Urban walking & sensory methods
    • Convenor​​: Zaki Habibi
    • Workshop language​: English
3. Environmental communication – edited volume writing group
    • Convenor​​: Muzayin Nazaruddin
    • Workshop language​: Bahasa Indonesia
4. Photobook and Design Thinking: An Introduction
    • Convenor​​: Andi Ari Setiadi & Caron Toshiko Monica (Gueari Galeri)
    • Workshop language: English, mixed with Indonesian

More information: https://conference.communication.uii.ac.id/program/

7th CCCMS 2024

7th CCCMS 2024

Worshop
Reading Time: 3 minutes

Menyajikan foto menjadi kolase dan buku yang penuh makna membutuhkan kerja kreatif yang tak sederhana. Workshop yang digelar Gueari Galeri pekan lalu memberi kesempatan kepada dua Laboran Prodi Ilmu Komunikasi UII untuk menciptakan buku foto dengan konsep unik untuk dipamerkan nantinya.

Iven Sumardiyantoro dan Desyatri Parawahyu berangkat dari Stasiun Tugu Yogyakarta menuju Jakarta untuk mengikuti workshop bertajuk “Making an Artist’s Photobook with Gueari Galeri” pada 7-10 September 2023. Berbekal foto-foto lama yang disimpan pada memori ponselnya, Iven dan Desya menaruh harapan besar untuk menjadi hasil jepretannya sebagai sebuah karya tak biasa.

Proses kerja kreatif diceritakan Iven saat membuat konsep buku fotonya yang berjudul “Inside”. Semula ia terfikir untuk menciptakan buku foto dengan tulisan mirip caption. Namun, ide itu ternyata berubah total setelah mendapat arahan dari mentor.

Buku foto “Inside” diartikan sebagai “di dalam (perasaan maupun pikiran)” berisi gambaran manusia yang saling terkoneksi dengan manusia lain dengan hanya melihat dari ekspresinya.

Workshop

Dummy buku foto karya Iven Sumardiyantoro

Dengan menggunakan teknik crafting DIY Cut yang menghilangkan objek di dalam foto sehingga tampak berlubang tak sempurna, membuat pembaca harus mengintip lebih dekat tulisan di balik foto untuk menghilangkan rasa penasaran.

Treatment membaca tersebut sengaja dilakukan kreator sebagai bentuk pesan bahwa ketika kita ingin mengetahui perasaan seseorang, maka perlun usaha untuk mendekatkan diri dengan mereka.

Teknik tersebut juga menjadi hal pertama dalam karya buku foto sepanjang workshop Gueari Gallery sejak tahun 2015.

“Karya yang saya buat ini tidak seperti buku pada umumnya, karena banyak treatment untuk membaca dan menikmatinya. Untuk tema atau konsep menceritakan kita sebagai manusia mempunyai koneksi dengan manusia lainnya walaupun tidak saling kenal,” jelas Iven menceritakan buku fotonya.

Iven mengadaptasi konsep “Sonder” dalam setiap ekspresi objek foto yang ia potret. Ada simpati yang ia tangkap. Mengutip dari situs Gramedia, Sonder adalah emosi unik yang digambarkan sebagai suatu kesadaran bahwa secara acak setiap orang yang kita temui menjalani kehidupan yang sangat rumit seperti kerumitan kita. Entah soal rutinitas, ambisi, teman, kekhawatiran, hingga kegilaan.

Workshop

Proses pembuatan buku foto

“Seperti Sonder (ekspresi objek foto), kita sadar setiap individu di sekitar kita mereka memiliki masalah apapun yang gak bisa kita bayangkan, lalu kita memiliki simpati kepada mereka,” tutur Iven.

Sementara dalam proses kerja kreatif, Iven mengaku mendapat arahan dari tiga mentor yakni Andi Ari Setiadi selaku seniman bidang fotografi, Caron Toshiko yang menggali karya dari aspek psikologis para kreator, dan Setyo Manggala Putra yang focus pada bidang riset.

“Pendampingan dari para mentor itu adalah upaya dan usaha untuk jujur supaya karyanya dekat, personal, dan relate dengan si pemilik,” tambah Iven.

Karya lainnya adalah milik Desya yang berjudul “Mbrebeki”. Karya yang awalnya dianggapnya sebagai media penyembuhan atas peliknya hidup yang dialaminya justru itu adalah luapan dalam kepalanya yang mengganggu atau noise.

“Mbrebeki itu punya arti berisik atau bikin berisik. Jadi apapun yang bikin berisik si “penggembira kehidupan” dituliskannya melalui poem dan foto alam atau benda mati,” jelas Desya.

Workshop

Buku foto karya Desya berjudul “Mbrebeki”

Desya juga menjelaskan ada empat part dalam buku fotonya yakni Luka, Bangkit, Sembuh, dan Percaya. Empat part tersebut merupakan aktualisasi emosi dan siklus yang dilalui. Menariknya dalam karya yang dibuatnya, teknik meremas kertas pada buku fotonya seolah menyiratkan seberapa kalut dan amburadulnya setiap part.

“Setelah mengikuti workshop jadi tahu fokusnya kemana, setiap karya butuh keterbukaan dan fokus berkarya,” tutur Desya.

“Bagi Penulis karya ini untuk sembuh, dan sembuh untuk berkarya,” pungkasnya.

Workshop

Desya saat melakukan presentasi pada workshop Gueari Galeri

Dengan mengikuti workshop dan pembuatan buku foto tersebut, selain menciptakan karya dan mengeksplorasi diri dengan pengalaman baru, nantinya karya-karya tersebut akan dipamerkan pada pameran nasional dan internasional.

“Salah satu kebanggaan, bukti perjalanan hidup, dan dokumentasi karya. Dan ini pengalaman dan eksplorasi diri,” pungkas Iven.

Sebagai informasi, Gueari Galeri adalah galeri buku foto dan penerbit bebas yang berada di Jakarta dan Bekasi dengan tagline “Cerita Pribadi untuk Anda” dengan medium fotografi dan buku foto sebagai penerokaan diri, pemerkasaan dan agen perubahan dengan mempersembahkan kisah pribadi seseorang.

Didirikan tahun 2014, lalu tahun 2015 mengadakan kelas buku foto untuk memudahkan peserta mengembangkan cerita pribadi dalam medium buku foto.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Prof Kristian Bankov
Reading Time: 3 minutes

Kajian semiotik ternyata berperan besar dalam proses perkembangan brand hingga membentuk consumer culture.

Untuk mengungkap bagaimana mengoptimalkan kerja semiotik dalam sebuah brand, Program Studi Ilmu Komunikasi UII bekerja sama dengan International Association for Semiotic Studies (IASS-AIS) menggelar international workshop bertajuk “Semiotics of Brands and Consumer Culture” pada 22 Agustus 2023 di Gedung Lantai 3 Prodi Ilmu Komunikasi UII dengan menghadirkan Prof. Kristian Bankov dari New Bulgarian University yang sekaligus Secretary General IASS-AIS.

IASS-AIS merupakan asosiasi internasional yang berurusan dengan studi tanda dan semiotik di seluruh dunia dengan berbagai budaya yang berdiri sejak 1969. Beberapa nama akademisi pendirinya adalah Algirdas Julien Greimas, Roman Jakobson, Julia Kristeva, Emile Benveniste, Thomas A. Sebeok, dan Jurij M. Lotman.

Tujuan asosiasi tersebut antara lain mempromosikan integritas semiotik sebagai penelitian ilmiah, memperkuat dan memperluas hubungan internasional dalam bidang semiotik, berkolaborasi dengan asosiasi sejenis, menyelenggarakan konferensi dan lokakarya baik di tingkat nasional maupun internasional, dan menerbitkan jurnal internasional.

Salah satu pengajar di Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni, Muzayin Nazaruddin, S.Sos., MA, yang fokus mempelajari kajian semiotik menginisiasi workshop ini lantaran masih sangat jarang dilakukan di Indonesia. Antusiasme datang dari berbagai penjuru negeri, workshop digelar secara daring dan luring.

Semiotik

International Workshop ‘Semiotics of Brands and Consumer Culture’,

Pada pembukaan Bankov menegaskan kajian semiotik yang berperan besar pada Ilmu Komunikasi, yang membentuk consumer culture.

Semiotics is very important for communications science,” sebutnya saat membuka workshop.

Salah satu alasan konsumen memutuskan membeli produk dari sebuah brand karena promosi yang kreatif melalui storytelling dan narrative value.

Consumer buy more product which catchy or narrative value,” tambahnya.

Sebagai studi kasus, didatangkan sebuah brand lokal milik Meika Hazim yakni Cokelat nDalem dengan keunggulan konsep pemberdayaan petani lokal di Yogyakarta. Selain itu, Cokelat nDalem berfokus pada cokelat dengan citarasa khas Nusantara seperti produk cokelat es cincau jeruk dan cokelat es rujak.

Sebelumnya, pada sesi pertama juga diungkap bagaimana brand Samsung menguasai pasar global melalui peran para publik figur di Korea Selatan dengan berbagai strategi. Semuanya mampu dijelaskan dengan konsep “Brand Mythology System”, mulai dari world view and scared beliefs, brand agent, brand narrative, hingga brand culture.

Workshop

Studi kasus brand cokelat nDalem milik Meika Hazim dalam kajian semiotik

Workshop kali ini seolah memberi angin segar tentang kajian semiotik yang awalnya hanya dianggap sebagai gagasan akademis yang kurang aplikatif. Menurut Dr. Herman Felani Tandjung yang berkesempatan menjadi moderator menyebut bahwa kajian semiotik sangat aplikatif dan fungsional.

“Jadi workshop kemarin itu sangat menarik. Jika selama ini kita hanya tahu kajian semiotik sifatnya kritis saja, ternyata kajian semiotik juga sangat fungsional dan bisa diterapkan untuk membangun sebuah brand. Bedanya workshop semiotik ini dengan workshop semiotik lain adalah ini benar-benar aplikatif. Meika Hazim sebagai pemilik brand Cokelat nDalem, dia merasa banyak manfaat, tidak cuma stop dalam kajian akademik tapi juga untuk praktisi yang aplikatif,” sebutnya.

Untuk mengetahui secara detail lokakarya“Semiotics of Brands and Consumer Culture” dari Prof. Kristian Bankov, Anda dapat menyimak rekamannya di YouTube Ikonisia TV melalui link berikut.

 

International Workshop
Reading Time: < 1 minute

International Workshop “Semiotics of Brands and Consumer Culture”

Speaker: Prof. Kristian Bankov

New Bulgarian University – Secretary General of International Association for Semiotic Studies (IASS)

This one day workshop aims to delve into the application of semiotics as a valuable tool box for critically analyzing the phenomena of brands  and consumer culture. Throughout the workshop, participants will actively engage in examining various brands, advertising, and marketing cases, employing some semiotic models.

The overarching goal of this workshop is to enhance the participants analytical skills in conducting semiotic research on brands and consumer culture. The workshop will be divided into  four parts:

  1. Introduction to applied semiotics in advertising , marketing and branding
  2. Analysis of concrete commercials
  3. Introduction to semiotics of branding
  4. Analysis of local brands using the brand mythology model

Will be held:

  • Yogyakarta (hybrid), 22 August 2023 at 08.00-16.00 WIB
  • 3rd floor Audio Visual Room Departement of Communication, Universitas Islam Indonesia, Jl. Kaliurang  14,5 Sleman, Yogyakarta
  • Limited for 20 participants (on-site) and 25 participants (online). Please kindly register here https://bit.ly/workshopsemiotics2023 by 18 August 2023
  • Free of charge, the participants will get certificate, lunch and coffee break

 

Reading Time: < 1 minute

International Program of Communication will invite:

Yasser Muhammad Syaiful
Country Head at ELSA Corp
(Sociopreneur, Speaker & Education Specialist)

Theme:
Workshop Public Speaking IP of Communication UII x Elsa Speak Indonesia:
“Build your Confidence with Enhacing the Public Speaking Skills”

Schedule

Time: Aug 7, 2021 01:00 PM Jakarta

(UTC +7)

Click to Join The Workshop Here