Tag Archive for: ipc

Menjadi bagian dari IISMA (Indonesia International Student Mobility Award) Awardee adalah impian banyak mahasiswa Indonesia. Mendengarkan cerita perjalanan dan proses awardee saat kuliah di negeri orang akan meningkatkan gairah mereka untuk menjadi bagian dari IISMA. Seperti apa perjalanannya Nadira saat Kuliah di Leeds University dan bagaimana dia bisa menembus sudah banyak ditunggu oleh banyak mahasiswa.

Tema teatime pada 11 Maret 2022 ini mengulas perjalanan Nadira Muthia Supadi dari persiapan hingga proses belajar di UK. Nadira adalah salah satu mahasiswa International Program of Communication Department Universitas Islam Indonesia (UII) yang berhasil lolos untuk mengikuti IISMA ke Leeds University of United Kingdom.

Persiapan Menghindari Culture Shock

Nadira bercerita tentang persiapannya sebelum ia berangkat ke London UK. Sebelum berangkat ia banyak mencari artikel tentang kehidupan di UK (Inggris). Hal ini ia lakukan agara ia nantinya tidak kaget dengan semua kultur dan cara hidup di UK yang berbeda jauh dengan cara hidupnya di Indonesia. Ia juga mempersiapkan diri untuk tidak membawa barang banyak, “aku sih bawa barang yang penting aja. Jangan bawa barang banyak. Ingat, kalau aku kesana sendiri dan semua barang harus aku bawa sendiri,” pesan Nadira mengingat persiapan perjalanannya dulu.

Tantangan

Nadira tidak terlalu banyak mengalami kesulitasn ketika di UK karena ia sudah persiapkan sebelum keberangkatan. “Aku sih sudah agak siap di sana. Aku sudah banyak persiapan tentang beberapa tips untuk harus begini dan begitu. Kalau perjalanan harus bagaimana, kalau bepergian harus bagaimana. Jadi lebih siap gitu.”

Meskipun begitu, Nadira mengakui setelah sampai di sana ia masih menghadapi kendala. “Aku harus adaptasi lagi,” kata Nadira.

Meskipun memiliki kamampuan Bahasa Inggris yang bagus dan sudah terbiasa bertutur dengan Bahasa asing itu, Nadira masih harus membiasakan diri berbicara dengan orang Inggris yang kadang kata-katanya sulit ia pahami. “Ketika awal-awal kadang aku nggak ngerti mereka biacara apa. Enggak jelas,” Nadira bercerita saat ia menghadapi beberapa orang yang aksen dan pelafalan kosakatanya tidak begitu familiar.

The Indonesian International Student Mobility Award (IISMA) is in great demand by students. Private universities, in one period, can send 24 students to join this program. Scholarships with the very competitive competition; what exactly is IISMA, and how is it?

In the talk show, casual chat, held regularly by the International Program of Communication (IPC) of the Communication Department, Universitas Islam Indonesia (UII), Teatime, reviews questions about IISMA. Inviting Dr. rer. nat. Dian Sari Utami, Director of Partnership of International Affair UII. She thoroughly discussed IISMA. The event held on March 5, 2022, was titled “Let’s Find out IISMA” and hosted by Arsila Khairunnisa, an international class Communication Student (International Program).

Knowing Perspective, Culture, and Global Academic Climate

The aim of initiating the IISMA program is to send Indonesian students to study abroad to open a global perspective and find out the academic situation of Indonesian students. “So that the students have a global perspective, global culture, and global academic culture. If they return they can apply what they learned abroad, to develop Indonesia,” explained Dian.

Dian emphasized that this program is student mobility, not transfer credit. You must only convert courses with a certain number of credits to courses at the home campus. And The Former University will write the courses taken in the IISMA program as they are in the grade transcript. “This has the consequence that students will lose one semester at their home campus. And still, have to take all the required courses,“ said Dian.

“Except, if you take courses related to compulsory courses that you have to take at your home campus. The course grades at the destination campus can be transferred,” he added.

Even so, this program recommends that students take courses completely different from the majors taken at their home university. “We at IISMA highly recommend taking a completely different subject. Why? Because we want you to enrich perspectives from different disciplines. You will also have many competencies that can be developed,” said Dian, finally explaining the goals and expectations of the IISMA program.

As previously reported, one UII Communication student from the International Program (IP) class passed the IISMA program. Nadira Muthia Supadi, a class 2018 student, joins the IISMA program and studies at the University of Leeds, England, in 2021.

 

Indonesian International Student Mobility Award (IISMA) sangat diminati mahasiswa. Universitas swasta, dalam satu kali periode, bisa mengirimkan 24 mahasiswa untuk mengikuti program ini. Beasiswa dengan persaingan sangat kompetitif, sebenarnya apa dan bagimana IISMA itu?

Dalam Talk Show ngobrol santai yang diselenggaran rutin oleh International Program of Communication (IPC) Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Indonesia (UII), Teatime, mengulas soal seputar IISMA. Mengundang Dr. rer. nat. Dian sari Utami, Direktur of Parnership of International Affair UII. Ia mengupas tuntas IISMA. Acara yang diadakan pada 5 Maret 2022 itu bertajuk “Let’s Find out IISMA” dipandu oleh Arsila Khairunnisa, Mahasiswa Komunikasi kelas internasional (Internasional Program).

Mengenal Perspektif, Budaya, dan Iklim Akademik Global

Tujuan dari diinisiasinya program IISMA adalah mengirimkan mahasiswa Indonesia studi keluar negeri untuk membuka perspektif global dan mengetahuai situasi akademik mahasiswa Indonesia. “Biar mahasiswa itu memiliki perspektif global, kultur global, dan budaya akademic global. Jika mereka kembali mereka bisa menerapkan apa yang mereka pelajari di luar negeri, untuk mengembangkan Indonesia,” jelas Dian.

Dian menegaskan bahwa program ini adalah student mobility, bukan kredit transfer. Maksudnya adalah Mata kuiah dengan jumlah jumah SKS tertentu ini bukan untuk dikoversikan dengan mata kuiah di kampus asal. Dan mata kuliah yang diambil di program IISMA akan terlulis seperti apa adanya di transkrip nilai. “Ini punya konsekuensi bahwa mahasiswa akan kehiangan satu semester di kampus asal. Dan tetap harus mengambil semua mata kuliah yang diwajibkan,”kata Dian.

“Kacuali, jika kamu mengambil mata kuliah yang berkaitan dengan mata kuliah wajib yang harus kamu ambil di kampus asal. Nilai mata kuliah di kampus tujuan bisa ditransfer,”imbuhnya.

Meskipun begitu, program ini merekomendasikan agar mahasiswa mengambil mata kuliah yang sama sekali berbeda dari jurusan yang diambil di universitas asal. “Kami di IISMA sangat merekomendasikan untuk mengambil subjek yang sungguh berbeda. Kenapa? Karena kami ingin kalian memperkaya perpektif dari disiplin ilmu yang berbeda. Kalian juga nanti akan memiliki banyak kompetensi yang bisa dikembangkan,” papar Dian akhirnya menjelaskan tujuan dan harapan dari program IISMA.

Telah diberitakan sebelumnya, ada satu mahasiswa Komunikasi UII kelas International Program (IP) yang lolos pada program IISMA ini. Nadira Muthia Supadi, Mahasiswa angkatan 2018, ikut program IISMA dan belajar di University of Leeds, Inggris, pada 2021.

 

Ia sempat dilarang kuliah Program Internasional di Komunikasi UII. Alasannya tak lain adalah jarak kampus yang jauh dari kampung halaman. Dengan tekad dan niat, ia tidak henti-henti meyakinkan keluarganya agar memperbolehkannya menempuh pendidikan di program internasional Ilmu Komunikasi UII Yogyakarta. Akhirnya kerja kerasnya pun terbayarkan dengan izin keluarganya untuk berkuliah di UII melalui jalur Seleksi Berbasis Rapor (SIBER).

Ia adalah Arul Setiawan. Orang biasa memanggilnya Arul. Di kota tempat tinggalnya, pemuda ini sudah meraih berbagai prestasi yang membanggakan. Contohnya, ia menjadi Wakil Duta Budaya Bujang Song Benuo Taka 2021 dan Duta Wisata Benuo Taka 2018. Di umurnya yang masih muda, ia sudah mengepakkan sayapnya di sana sini.

Pemuda berumur 20 tahun ini merupakan salah satu dari 25 mahasiswa baru program studi Ilmu Komunikasi kelas internasional 2021. Dengan berkuliah di Jogja, Ia ingin mencoba pengalaman baru dan lebih menantang katanya. Ia punya pendapat bahwa ia harus mencoba sesuatu hal yang belum pernah ia dapat selama Ia hidup.

“International Program bukanlah hal yang harus ditakuti karena kelas Bahasa Inggrisnya. Tetapi, karena kita punya niat, tekad dan ingin berusaha menjadi lebih baik,, yakin kita bisa menghadapinya,” ujar pria asal Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, ini saat dihubungi via pesan Instagram @arl_sulaiman12, Jumat (03/10/2021).

Arul mengatakan dengan bersemangat bahwa di masa depan, ia ingin punya pekerjaan impian. Ia ingin menjadi diplomat dan pengusaha yang sukses. Dengan penuh harap, ia berdoa agar UII akan dapat membantunya dalam mewadahi dan menjadi batu loncatan sehingga elak ia menjadi seseorang yang sukses dan berprestasi.

“Saya sangat berharap dapat memahami setiap materi yang disampaikan dosen. Saya juga ingin menjadi salah satu mahasiswa yang selalu taat dalam segala hal,” katanya berkomitmen. “Saya juga ingin menjadi mahasiswa berprestasi di ranah nasional bahkan internasional untuk membanggakan UII tercinta dan pastinya keluarga,” imbuhnya.

Sebagai kaum muda, Arul merasa masih banyak kekurangan. Ia berpendapat masih harus belajar agar dapat berguna serta menginspirasi orang banyak. Kelak Arul ingin menjadi generasi muda islami yang berkarakter, berani tampil, serta menjadi generasi bangsa yang cerdas.

==============

Penulis/ Reporter: Erinna Zandra (Mahasiswa Komunikasi UII, Angkatan 2017, Mahasiswa Magang di International Program at Prodi Komunikasi UII)

Editor: A. P. Wicaksono

He was banned from studying the International Program at UII Communications. The reason is none other than the distance of the campus, which is far from home. With determination and intention, he never stopped convincing his family to allow him to study at the International Communication Studies program at UII Yogyakarta. Finally, his hard work paid off with his family’s permission to study at UII through the Report-Based Selection (SIBER) route.

He is Arul Setiawan. People used to call him Arul. In the city where he lives, this young man has achieved various proud achievements. For example, he became Deputy Cultural Ambassador of Bujang Song Benuo Taka 2021 and Tourism Ambassador of Benuo Taka 2018. At a young age, he is already flapping his wings here and there.

This 20-year-old youth is one of 25 new students of the 2021 international class Communication Studies program. By studying in Jogja, he wants to try new and more challenging experiences, he said. He had the opinion that he should try something he had never had in his life.

“The International Program is not something to be afraid of because of the English class. However, because we have the intention, determination, and want to try to be better, we are sure we can deal with it,” said the man from North Penajam Paser Regency, East Kalimantan, when contacted via Instagram message @arl_sulaiman12, Friday (03/10/2021).

Arul says excitedly that in the future, he wants to have a dream job. He wants to be a successful diplomat and businessman. With hope, he prays that UII will assist him in accommodating and becoming a stepping stone so that he avoids becoming a successful and accomplished person.

“I hope that I can understand every material presented by the lecturer. I also want to be one of the students who is always obedient in everything,” he said.

As a young person, Arul feels there are still many shortcomings. He believes that he still has to learn to be helpful and inspire many people. In the future, Arul wants to become a young Islamic generation who has character, dares to appear, and becomes an intelligent generation of the nation.

==============

Author/ Reporter: Erinna Zandra (Student at Department of Communications, Class of 2017, Internship Student at the International Program at Department of Communications, UII)

Editor: AP Wicaksono

International Communication Department program has been running since 2018. International programs are becoming increasingly important when the world is now interconnected. Now humans are no longer isolated by the state and nation, but have become global citizens. International competition and collaboration is a necessity. However, many students still feel that they do not have the English language skills to join the International Communication program.

The Teatime discussion this time, Saturday, August 20, 2021, talked about the International Program at Communications Department of the Univeritas Islam Indonesia (IPC UII). This discussion invited Ida Nuraini Dewi Kodrat Ningsih as Secretary of the International Program of Communication, UII. In this casual chat, they talked about how the lecture process at IPC is, what if you want to change the path from regular class to International class, what about international collaborations such as double degree, IPC UII student admissions, and other international activities at IPC UII.

Regarding lectures, IPC UII uses full English as an introduction to lectures. The same goes for assignments and exams. “Especially for lectures, if there are some students who find it difficult with full English, they can communicate with lecturers who are in charge of certain courses so that they use Indonesian on several occasions,” said Ida.

For some new students who are worried that they will not be able to participate in international programs, IPC UII provides a bridging program, which is a program that bridges students to adapt to learning through various academic preparations.

“There are special courses for new students so they can adapt, the program also includes how to write academically,” added Ida.

There was also Anggi, an IP Communication UII student who at first felt inferior because he felt his English skills were not good. But, after this program he lived, he was able to get used to it. In addition, he also saw that he was not alone, there were several other friends like him who were also still in the process of adapting to the English-academic nuance. “Over time I feel my ability to speak English has improved by itself.”

 

International program Communication Department seudah berjalan sejak 2018. international Progam menjadi kian penting dirasakan ketika kini dunia sudah saling terhubung. Kini manusia sudah tidak lagi terskat oleh negara dan bangsa, tapi sudah menjadi warga global. Kompetisi dan kolaborasi secara internasional menjadi kebutuhan. Tapi, banyak mahasiswa masih merasa kecil diri merasa tidak punya kecakapan berbahasa inggris untuk bergabung dengan International program Communication.

Diskusi Teatime kali ini, Sabtu, 20 Agustus 2021, berbincang soal International program Communication Department of Universitas Islam Indonesia (IPC UII). Diskusi ini mengundang Ida Nuraini Dewi Kodrat Ningsih sekalu Sekretaris International program of Communication, UII. Dalam ngobrol santai kali ini mereka berbincang tentang bagaimana proses perkualiahan di IPC, bagaimana jika ingin pindah jalur dari reguler class ke International class, bagaimana dengan kerjasama international seperti double degree, jalur penerimaan mahasiswa IPC UII, dan kegiatan international lain yang ada di IPC UII.

Tentang perkuliahan, di IPC UII menggunakan bahasa inggris sepenuhnya sebagai pengantar perkuliahan. Begitu juga dengan tugas dan ujian. “Khusus untuk perkuliahan, jika ada beberapa mahasiswa yang merasa kesusahan dengan full inggris bisa komunikasikan dengan dosen pengampu mata kuliah tertentu agar menggunakan bahasa Indonesia di beberapa kesempatan,” ujar Ida.

Untuk beberapa mahasiswa baru yang khawatir jika tidak mampu mengikuti internasional program, IPC UII menyediakan bridging program yakni sebuah program yang menjembatani mahasiswa untuk beradaptasi dengan pembelajaran melalui beragam persiapan akademik. “Ada mata kuliah khusus mahasiswa baru agar mereka bisa adaptasi, program itu juga ada di antaranya adalah bagaimana menulis akademik,” kata Ida.

Ada pula Anggi, mahasiswa IP Communication UII yang pada awalnya sempat minder karena merasa kemampuan bahasa Inggrisnya kurang baik. Tapi, setelah program ini ia jalani, ia sudah bia membiasakan diri. Selain itu ia juga melihat bahwa dia tidak sendiri, ada beberapa teman lain yang seperti dia yang juga masih berproses adaptasi dengan nuansa ingris-akademis. “Lama-lama saya merasa kempampuan saya berbahasa Inggris sudah improve dengan sendirinya.”

International Program of Communication will invite:

Yasser Muhammad Syaiful
Country Head at ELSA Corp
(Sociopreneur, Speaker & Education Specialist)

Theme:
Workshop Public Speaking IP of Communication UII x Elsa Speak Indonesia:
“Build your Confidence with Enhacing the Public Speaking Skills”

Schedule

Time: Aug 7, 2021 01:00 PM Jakarta

(UTC +7)

Click to Join The Workshop Here

 

 

Trying various opportunities and joining several international institutions opens the door to international knowledge and excitement. Feel and experience directly associating with people with different cultures, as well as introducing Indonesian culture and wealth in the land of a hundred palaces.

The experience was passed by Jorgi Radivka. Jorgi is a 2014 student of Department of Communication at the Universitas Islam Indonesia, who had the opportunity to do an internship as a teacher at an elementary school in the middle of the blue continent of Europe, the Czech Republic. She shared this experience in one of the online casual chat programs made by UII’s International Program of Communication UII on Saturday, June 26, 2021. Annisa Putri Jiany led a discussion with Jorgi, exploring his various experiences with AIESEC in Czech.

Jorgi is a member of an international organization whose mission is to spread peace and humanity. His organization is by inviting young people to do international internships or activities as well as to develop youth leadership potential. The organization is (Association Internationale des Etuadiants Sciences Economiques et Commerciales (AIESEC).

In that school, Jorgi has to teach for approximately two months. Many of them do not know Indonesia. They don’t even know there is a country called Indonesia. Jorgi finally brought a map of the globe and showing where Indonesia is located. He also introduced Indonesian language and songs.

Not only that, he also introduced batik motifs by wearing batik every time he went to school and discussing batik with his friends.

At first there were several obstacles he faced when teaching at school . The language barrier is one of the obstacles because English is not the main language of the people in the Czech Republic. This language barrier makes the students not pay much attention during the learning process. But Jorgi has some tricks that he uses to win attention back. “I use the traditional game here. Gobak sodor for 10-15 minutes to let them be happy first. After that they want to pay attention to the lesson.”

He recounts the funniest and most memorable experiences. On several occasions Jorgi also cooks for his friends and the teachers there. He was so happy and satisfied because he managed to make his friends spicy. “They can’t really eat spicy food, but I cook bakwan and sambal matah. They can’t stand how spicy it is, but they’re done.”

Mencoba berbagai peluang dan bergabung beerapa lembaga international membuka pintu pengetahuan dan keseruan pengalaman international. Merasakan dan mengalami langsung bergaul dengan orang dengan kultur yang berbeda, sekaligus mengenalkan kultur dan kekayaan Indonesia di negeri seratus istana.

Pengalaman itu dilalui oleh Jorgi Radivka. Jorgi adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia angkatan 2014, yang berkesempatan magang sebagai pengajar di sekolah dasar di tengah-tengah benua biru Eropa, Republik Ceko. Pengalaman ini ia bagikan di salah satu program ngobrol santai daring Teatime besutan International Program Communication UII pada Sabtu, 26 Juni 2021. Annisa Putri Jiany memandu diskusi dengan Jorgi, mengulik beragam pengalamannya bersama AIESEC di Ceko.

Jorgi tergabung dalam sebuah organisasi International yang misinya adalah untuk menyebarkan kedamaian dan kemanusiaan dengan mengajak anak-anak muda magang atau berkegiatan International sekaligus untuk menumbuhkan potensi kepemimpinan pemuda. Organisasi tersebuat adalah (Association Internationale des Etuadiants Sciences Economiques et Commerciales (AIESEC).

Dalam sekolah itu Jorgi harus mengajar selama kurang lebih dua bulan. Banyak diantara mereka yang tidak mengenal Indonesia. Bahakan tidak tahu ada negara bernama Indonesia. Jorgi akhirnya membawa peta globe dan menunjukkan dimana Indonesia teretak. Ia juga mengenalkan bahasa dan lagu-lagu Indonesia.

Tak hanya itu, Ia juga mengenalkan motif batik dengan mengenakan batik setiap kali ke sekolah dan memperbincangkan dengan teman-temannya.

Mulanya ada beberapa hambatan yang ia alami ketika mengajar di sekolah. Kendala bahasa menjadi salah satu penghambat karena bahasa Inggris bukannah bahasa utama orang-oarang di Czech Republic. Kendala bahasa ini membuat murid-murinya tidak begitu memeberikan perhatian saat proses belajar. Tapi Jorgi punya beberapa trik yang dia gunakan untuk merebut perhatian kembali. “aku pakai permaian tradisional di sini. Gobak sodor 10-15 menit biar mereka senang dulu. Setelah itu mereka mau perhatikan pelajaran.”

Ia mencerikan pengalaman paling lucu dan mengesankan. Dalam beberapa kesempatan Jorgi juga memasak untuk teman-temannya para guru di sana. Ia yang begitu senang dan puas karena berhasil membuat teman-temannya kepedasan. “Mereka itu kan tidak begitu bisa makan pedas, tapi aku memasak bakwan dan sambel matah. Mereka nggak tahan betapa pedasnya, tapi habis.”