Tag Archive for: ipc

KKN Internasional

Memiliki ambisi keliling ke berbagai negara, Nandita Faiza memilih bergabung International Program Communication (IPC) UII. Berbagai kesempatan terus dimanfaatkan, salah satunya program International Mobility dari FPSB.

Setelah mengikuti berbagai rangkaian seleksi, mahasiswa IPC Batch 2023 tersebut dinyatakan lolos dan melakoni pengabdian di Gombak, Kuala Lumpur, Malaysia mulai 30 Januari hingga 28 Februari 2025.

“Salah satu alasan terbesar saya memilih Prodi Ilmu Komunikasi Program Internasional karena ingin memiliki kesempatan dan peluang besar untuk mengikuti international mobility, meskipun semua mahasiswa diberi kesempatan, tetapi mahasiswa program internasional biasanya akan mendapatkan kesempatan lebih besar,” jelasnya.

Pengabdian yang dilakukannya fokus dalam bidang pendidikan. Di Gombak, Nandita ditugaskan untuk mengajar anak-anak imigran dari Indonesia. Mulai mata pelajaran umum hingga keagamaan.

Kegiatan belajar mengajar dilakukan setiap pagi hingga sore, sementara setelah sholat Maghrib dan Isya dilanjutkan belajar Al-Qur’an. Menariknya International Mobility dari FPSB kali ini bisa dikonversi setara dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Artinya, selain mengajar Nandita dan beberapa rekannya mesti melakukan beberapa program lain yang linier dengan latar belakang pendidikan masing-masing.

KKN Internasional

Kegiatan pengabdian KKN Internasional. Foto: Dok Pribadi

“Kami juga diberi kesempatan oleh pengelola sekolah untuk melaksanakan program kerja yang sudah kami rumuskan. Serunya, kami juga berkesempatan untuk explore Kuala Lumpur disetiap weekend atau hari libur yang kita miliki selama satu bulan berada di sana,” tambahnya.

Meski terlihat seru dan menyenangkan, nyatanya KKN di negeri orang memiliki berbagai tantangan. Nandita mengaku jika meski mengajar anak-anak Indonesia, kendala bahasa menjadi hal yang kerap dihadapi. Anak-anak tumbuh dan besar di Malaysia sehingga komunikasi dilakukan dengan bahasa Melayu.

“Meskipun kami mengajar anak-anak Indonesia, tetapi mereka besar dan tumbuh di Malaysia sehingga bahasa yang mereka gunakan sehari-hari merupakan bahasa melayu, tentunya kami juga harus dapat memahami apa yang mereka sampaikan,” ucap Nandita.

Kendala-kendala tersebut dianggapnya sebagai tantangan yang harus diselesaikan, berbekal skill komunikasi dan public speaking semua teratasi.

Banyak pelajaran berharga ia dapatkan, berbagai keterbatasan anak-anak imigran Indonesia di Malaysia membuka matanya untuk teguh dalam belajar.

“FPSB International Mobility 2025 program konversi KKN di Malaysia ini telah membuka banyak perspektif baru dan keteguhan belajar saya. Berdirinya sekolah belajar yang saya tempati ini merupakan hasil dari tekad warga Indonesia di Malaysia yang memperjuangkan hak ana-anak Indonesia untuk terus belajar menempuh pendidikan mereka yang berhasil memotivasi saya untuk terus berani melangkah dan belajar,” tandasnya.

Tiga Kali Berturut-turut Mahasiswa IPC Jadi Lulusan Terbaik, IPK Nyaris Sempurna!

Tiga kali berturut-turut mahasiswa dari Ilmu Komunikasi UII khususnya international program (IPC) berhasil menjadi lulusan terbaik di tingkat fakultas (FPSB).

Kali ini giliran Gelegar Carnellian Talenta, S.I.Kom alumni angkatan 2020. Ia menyusul dua teman angkatannya yang lebih dulu lulus yakni Arsila Khairunnisa, S.I.Kom dan Fikri Haikal Ramadhan, S.I.Kom. Selengkapnya: https://communication.uii.ac.id/wisudawan-terbaik-hingga-predikat-summa-cumlaude-dari-prodi-ilmu-komunikasi-uii/

Pembekalan wisudawan FPSB pada 21 Januari 2024 menjadi momen terbaik bagi Gelegar. Ia dinyatakan sebagai lulusan terbaik dengan raihan IPK 3,94.

Menurutnya menjalani proses akademik di Prodi Ilmu Komunikasi UII memberikan banyak pengalaman menarik. Selain Ilmu Komunikasi yang aplikatif juga nilai-nilai Islam untuk pedoman hidup.

“Saya merasa sangat bersyukur dan bangga dapat menyelesaikan studi di jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII). Perjalanan akademik di UII telah menjadi pengalaman yang luar biasa, tidak hanya dalam membekali saya dengan ilmu komunikasi yang relevan dan aplikatif, tetapi juga dalam menanamkan nilai-nilai keislaman yang menjadi pedoman dalam kehidupan,” ujarnya.

Selama kurang lebih empat tahun berbagai petualangan telah dilaluinya. Sebagai mahasiswa IPC, berbagai program internasional telah diikutinya. Salah satunya adalah program exchange di Universiti Utara Malaysia (UUM) selama satu semester menjelang akhir studinya.

“Dengan fasilitas dan beberapa program yang telah diprovide oleh prodi, saya mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dalam memperluas wawasan saya. Saya juga mendapatkan kesempatan untuk melakukan pergantian mahasiswa internasional di Universiti Utara Malaysia,” ungkap Gelegar.

Ia berharap dari pembelajaran yang interaktif, serta suasana akademik yang inklusif di Prodi Ilmu Komunikasi UII dapat menciptakan perubahan positif di masyarakat melalui peran para alumni

“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh dosen, staf, dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan inspirasi sepanjang perjalanan ini. Semoga ilmu yang kita peroleh menjadi bekal yang bermanfaat untuk membangun masa depan yang lebih baik. Saya bangga menjadi bagian dari keluarga besar Ilmu Komunikasi UII dan siap memberikan kontribusi terbaik di bidang yang saya tekuni,” tandasnya.

Improving your English as an International Student

In 2024, approximately 1.52 billion people worldwide speak English, highlighting its importance as a vital learning tool, especially for international students. English plays a significant role in communication, understanding academic material, and connecting with peers. However, Improving English can often be challenging and overwhelming at the beginning. To tackle these difficulties, students can adopt various strategies to enhance their English skills. This approach allows them to make substantial progress and effectively address their obstacles.

Immerse Yourself in the Language

One of the most effective ways for international students to improve their English is through immersion in the language. They should aim to surround themselves with English as much as possible by speaking the language throughout the day. Additionally, students should engage in conversations with classmates, friends, and lecturers. The key is to make English an integral part of their daily lives and to expose themselves to it as often as possible. Although it may take time to adjust to this change, consistent practice will lead to faster improvement in their language skills.

Use Academic and Online Resources

Students are encouraged to utilize the resources available to them. They will likely have access to workshops, academic lectures, and university clubs, all of which can help improve their writing, grammar, and speaking skills. Taking advantage of these tools can enhance their language proficiency and help them focus on challenging areas.

Practice Consistently and Track Your Progress

Consistency is essential when learning English. Set aside time every day for practice. You can write in a journal, record yourself speaking, or even have conversations with native speakers online. Additionally, there are online tools that can help you stay consistent and provide easy access to resources, such as Grammarly and Duolingo. It’s also important to track your progress. Celebrate small achievements, such as learning a new word or writing a clear sentence. Over time, you’ll notice how much you’ve improved.

How These Tips Helped Me as an International Student

Applying these strategies has significantly improved my English skills as an international student. To immerse myself in the language, I actively avoided holding conversations in my native language and instead engaged with more English speakers. This consistent effort allowed me to become comfortable speaking English daily while also building my vocabulary. For academic and online resources, I made use of the English books available in the library and regularly watched YouTube videos for shadowing practice, which enhanced my listening and speaking abilities. Lastly, I developed a routine of writing down my progress and taking weekly quizzes to assess my improvement. Even when I did not see immediate results, I reminded myself to stay positive and not become discouraged, knowing that consistent effort would eventually lead to progress.

Improving their English may require time and dedication from international students, but the benefits are well worth the effort. By immersing themselves in the language, utilizing helpful resources, and practicing regularly, they can make steady progress. Remember, every small step counts. Don’t be afraid to make mistakes, as they are an essential part of the learning process.

Reference:

International Center for Language Studies. (2024, August 20). Retrieved from https://www.icls.edu/blog/most-spoken-languages-in-the-world

Wisudawan Terbaik hingga Predikat Summa Cumlaude dari Prodi Ilmu Komunikasi UII

Kabar membanggakan datang dari Program Studi Ilmu Komunikasi UII khususnya International Program Communication (IPC). Pada Wisuda Periode II Tahun Akademik 2024/2025, dua mahasiswa raih prestasi di akhir masa studi.

Keduanya adalah Fikri Haikal Ramadhan, S.I.Kom dan Arsila Khairunnisa, S.I.Kom alumni IPC UII Batch 2020.

Fikri Haikal Ramadhan, mencatatkan namanya sebagai lulusan terbaik di Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) pada pelepasan wisudawan bulan November. Ia berhasil lulus dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,98.

Sebelumnya, Arsila Khairunnisa juga mendapatkan predikat wisudawan terbaik di FPSB bulan September dengan IPK sempurna yakni 4,0. Hal tersebut membawanya sebagai wisudawan berselempang Summa Cumlaude satu-satunya pada prosesi wisuda II Tahun Akademik 2024/2025 pad 1 Desember lalu.

Summa Cumlaude yang diraih Arsila merupakan sejarah baru bagi Prodi Ilmu Komunikasi, ia adalah wisudawan pertama yang meraih IPK sempurna.

Menariknya, kedua mahasiswa tersebut tak hanya berprestasi di bidang akademik namun juga aktif dalam berbagai program. Keduanya merupakan MC professional yang terbiasa memandu berbagai event baik di UII maupun eksternal.

Arsila menuturkan selama proses belajar di Prodi Ilmu Komunikasi selain lingkungan yang sangat mendukung, metode pembelajaran yang diterapkan para dosen menarik dan up to date.

“Di UII, saya mendapatkan akses yang cukup untuk mengembangkan kemampuan dan bakat saya. Para dosen yang berpengalaman dan berdedikasi tidak hanya menjamin kemampuan akademik, tetapi juga memberikan pengalaman yang berharga. Proses pembelajaran dirancang semenarik mungkin, dengan metode pengajaran terkini yang membuat segala sesuatunya tetap menarik,” tutur Arsila.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Fikri Haikal Ramadhan, ia mengungkapkan rasa bersyukurnya atas pegalaman berharga selama menjadi mahasiswa di UII.

“Saya merasa sangat beruntung menjadi bagian dari keluarga besar Ilmu Komunikasi UII. Dosen-dosennya ramah dan dekat dengan mahasiswa, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Begitu juga dengan dengan mahasiswanya yang seru dan kreatif, membuat pengalaman kuliah menjadi lebih berwarna,” ujarnya.

“Proyek-proyek komunikasi juga melatih kreativitas sekaligus memberikan pengalaman berharga, terutama yang skala besar. Kalau bukan di Ilkom UII, mungkin saya tak akan menjadi MC professional seperti sekarang,” tambahnya.

Sekretaris Prodi IPC, Ida Nuraini Dewi Kodrat Ningsih, S.I.Kom., M.A mengaku terharu dengan pencapaian ini. Selama 6 tahun menghandle IPC, prestasi yang diraih kedua alumni tersebut menjadi hasil pantas untuk dibanggakan.

“Jujur entah kenapa periode ini saya sangat terharu, bangga dan melepas adik-adik semua dengan bismillah dari IPC. Semoga perjalanan mereka kedepan selalu dimudahkan dan menjadi yang terbaik seperti yang sudah mereka usahakan ini, cumlaude dan summa cumlaude, terbaik dari yang terbaik baik di kehidupan dunia ataupun akhirat,” tandasnya.

Sebagai informasi dalam periode ini terdapat 46 wisudawan dari Ilmu Komunikasi yang berhasil menyematkan gelar sarjana, 11 dari IPC dan 35 dari regular.

12 IPC Students Join the International Conference ‘Current Development and Prospect of Cooperation Between Indonesia and Russia’

Several International Program Communications (IPC) UII students had the opportunity to join the international conference ‘Current Development and Prospect of Cooperation Between Indonesia and Russia’ on 18 November 2024 in Yogyakarta.

Nahdhatul Ulama University (UNU) Yogyakarta organized the international conference in collaboration with Moscow State Institute of International Relations (MGIMO University).

The academic forum, which was attended by students and lecturers from various universities and practitioners, discussed strategic issues ranging from education, and business, to international cooperation opportunities.

Technically, the participants were divided into groups consisting of various universities. Each group will discuss and create ideas and solutions in response to the most beneficial cooperation potential for Indonesia and Russia.

Quoting from the official website of UNU Yogyakarta, academics from MGIMO University include Dr Nikita Kuklin, Dr Alena Dolgova, and Dr. Kira Tabunova. In general, the material presented was opportunities for cooperation, both in terms of academics related to scholarships in Russia and how to negotiate and communicate with people from various cultural backgrounds.

Ideas Delivered by IPC Students in International Forums

There were 12 IPC students who participated in the forum, one of the participants, Berliana Hafinda, shared her experience at the academic forum.

She got a topic related to logistics, with a team of 7 students from various campuses. In general, logistics is a process that involves planning, implementing, and controlling the flow of goods and information from the point of origin to the point of consumption.

“From the discussion we have done, the urgency of cooperation between Russia and Indonesia in the logistics industry is from the vast opportunities in Indonesia due to the natural conditions and the shape of the archipelago,” Berliana said.

“In addition, why choose Russia, because they have experience in this field. For example, there is GTLogistics as a company that focuses on this field which has advanced technology as well,” she added.

Humaira Lathifah, IPC Batch 2023 explained that the academic forum has relevance to the study of Communication Science, especially about intercultural communication.

“The most prominent thing is intercultural communication. We as participants get to know the cultures that exist in Russia. how is the cultural background and also the cultural differences with us as people who come from Indonesia,” said Humaira.

Regarding the topic at the international conference, the curriculum she studied was able to answer various challenges, ranging from communication strategies to critical thinking.

“As well as the PESTEL and SWOT analysis tasks, these are relevant to the development of corporate communication strategies when looking to enter new markets, as well as some public relations principles. strengthening communication soft skills is also included. public speaking, persuasion, critical thinking are very influential. which is the core of communication skills,” she said.

List of participants:

  1. Clorentia Sherly (Batch 2021)
  2. Berliana Hafinda AS (Batch 2021)
  3. Alifia Syauqillah Arrahman (Batch 2023)
  4. Fabio Danendra (Batch 2023)
  5. Cleodora Faustina (Batch 2023)
  6. Amelia Putri (Batch 2023)
  7. Humaira Lathifah (Batch 2023)
  8. Muhammad Fathurrahman Prima Sakti (Batch 2023)
  9. Muhammad Atha Damario (Batch 22)
  10. Spica Fijriyani S (Batch 22)
  11. Ahmad Jamaludin NurFahmi (Batch 22)
  12. Musdalifah (Batch 22)
  13. Muhammad Aranbagus (Batch 22)

All participants took turns presenting their ideas, in general they mentioned cooperation opportunities to the most profitable industries that could be collaborated between Indonesia and Russia.

IPC

Academic Skills Study (ACSS) 2024 is a welcome programme specially prepared for new International Program Communications students (IPC) students. Taking the theme Adapting & Thriving: Youth, Lead, Learn, and Grow this activity took place on 11 October and 13 October 2024 around the FPSB Building at UII.

Not only discussing the academic world that will be lived in approximately the next 4 years, new IPC students also get briefings related to how to adapt to a new social environment, to face challenges and opportunities.

Chairperson of the ACSS 2024 programme, Fatma Nuraini Zahra, S.Sos., MA revealed that the series of agendas that had been prepared were tailored to the needs of students. Professionals from Communication and Psychology experts were brought in to facilitate the new IPC 2024 students, all of whom are Gen Z.

“An essential programme to foster learning motivation and provide an overview of IPC programmes. This activity also increases students‘ ability to build resilience to help them adapt to learning activities in college that are different from high school,” She explained.

“In addition, this activity is also a space to create a familiar and harmonious atmosphere and hone the ability to collaborate between IPC students, especially new students and with the seniors because this event also actively involves IPC 2023 students as a part of the implementation team.” She added.

The first day of ACSS 2024, was filled with indoor materials starting from ‘Public Speaking and Presenting Using AI by Dr. Herman Felani, followed by Introduction to IPC by the IPC Programme Secretary, Ida Nuraini Dewi Kodrat Ningsih, S.I.Kom., M.A. The third material was by Wanadya Ayu Krishna Dewi, S.Psi., M.A. (FPSB Psychology Lecturer) who discussed “Adapting from Highschool to Higher Education and Preparing to the Global Citizenship”. Last but not least, a sharing session by Fiellah Muttaqiyah, IPC 2021 student.

The second day of the activity was carried out outdoors by exploring the environment around the campus.  Walid Jumlad, S.Psi, M.Psi, Psychologist was a facilitator in the Bonding, Outbound, and Character Building programme.

“All games have meaning, we can learn from the existing process starting from strengthening the relationship, forming groups and working together, as well as the process in games thathave organised and neat stages similar to the lecture process,” he concluded.

IPC

Cultural Night Festival atau Culnight Fest 2023 yang digagas oleh Internasional Program (IP) Prodi Ilmu Komunikasi UII berlangsung sangat meriah. Festival bertajuk Unity in Diversity ini melibatkan mahasiswa dari berbagai negara.

Tak hanya mahasiswa dari Indonesia, mahasiswa yang berasal dari Malaysia, Thailand, hingga Yaman menampilkan berbagai pertunjukan seni yang menakjubkan. Setidaknya ada lima performances yang disuguhkan oleh mahasiswa IP Ilmu Komunikasi pada 6 November 2023 di Gedung Kuliah Umum Sardjito UII.

Konsep Unity in Diversity merupakan acara yang mengusung kesatuan dan keberagaman dari berbagai suku yang ada di Indonesia hingga budaya dari berbagai negara. Nyatanya meski mahasiswa IPC berasal dari berbagai penjuru Indonesia bahkan negara, festival malam itu berlangsung sangat apik menampilkan sebuah keberagaman yang disatukan.

Ida Nuraini Dewi Kodrat Ningsih, S.I.Kom., M.A., Sekretaris IP Ilmu Komunikasi UII menyampaikan jika gelaran Culnight Fest 2023 untuk momen apresiasi dan penyambutan untuk mahasiswa-mahasiwa internasional selain memberikan pengalaman akademik juga budaya. Hal ini adalah tradisi di kampus UII untuk mengenalkan budaya Indonesia kepada mahasiswa internasional.

IPC

Cultural Night Festival 2023, performance dari IPC Batch 2021

“Selain sebagai momen kebersamaan menghargai, saling toleransi dari diversity di IPC memang konteksnya beragam dari Sabang sampai Merauke dan juga kita menerima mahasiswa-mahasiswa luar negeri. Ini juga bertepatan pelepasan program social cultural engagement untuk mahasiswa exchange programe. Ini sebenarnya tradisi UII ketika ada irisan program-program di UII dengan mahasiswa internasional kita tidak hanya membekali mereka dengan akademik tapi juga social cultural engagement. Harapannya merka juga belajar tradisi kita,” ujarnya.

Culnight Fest 2023 dibuka dengan penampilan Drama Roro Jonggrang dari IPC Batch 2021, selanjutnya Tari Zapin yang dibawakan oleh Affan dan Fahim mahasiswa Exchange dari SCIMPA UUM Malayasia, Fashion Show Pakaian Nusantara oleh IPC Batch 2022, Traditional Dance oleh IPC Batch 2023, Maumere Dance dari IPC Batch 2020. Setelah semua pertunjukan seni ditampilkan, perwakilan mahasiswa Thailand yakni Suwaibah Mahteaha menutupnya dengan dua lagu pop berbahasa Thailand dan mengajak semua penonton bernyanyi bersama.

Malam itu begitu hangat bagi para mahasiswa IPC, pasalnya seperti yang disampaikan oleh Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi, Ratna Permata Sari, S.I.Kom, M.A., yang menyebutkan jika Culnight Fest 2023 adalah rangkaian akhir dari exchange program yang menjadi momen perpisahan untuk Affan Azman dan Fahim Haziq dari SCIMPA UUM yang mengikuti exchange program di IPC UII, serta Suwaibah Mahteaha mahasiswa asal Thailand yang telah lulus pada Oktober lalu.

IPC

Affan dan Fahim mahasiswa dari SCIMPA UUM

“Special thank you to Prodi Ilmu Komunikasi, Miss Ida for invitation. Memorable night for us. We also gain more knowledge especially about Indonesian culture.  I’m really sorry because we didn’t prepare well. I hope that we can do events like this for UII n UUM,” ujar Affan Azman kepada pihak Prodi Ilmu Komunikasi UII.

Tak hanya itu, Suwaibah Mahteaha juga menyampaikan kesannya terkait pengalam belajar selama empat tahun di UII. Perpisahan ini akan sangat dirindukannya lantaran merasa jika Indonesia adalah rumah keduanya.

“Jika kita merasa nyaman waktu empat tahun terasa sangatlah singkat, terimakasih untuk semua pihak yang sangat baik kepada dosen, staf, dan teman-teman IPC,” ujar mahasiswa asal Thailand.

Culnight Fest 2023 ditutup dengan pemberian penghargaan kepada para penampil. Penghargaan diberikan dengan berbagai kategori grup maupun individu.

IPC

Pemberian penghargaan kepada para penampil di Cultural Night Festival

Itulah rangkaian Culnight Fest 2023 yang begitu menarik dan hangat. Perbedaan menjadi suatu perjumpaan yang saling mendekatkan. Bagaimana menurutmu Comms, seru bukan?

Talking about the days of the final semester when you have to struggle with finishing and writing a thesis, days can seem very heavy. Discipline and a support system will help through that stressful day.

The discussion about the thesis days became the topic of the Teatime program, hosted by Arsila and Ola, students of the International Program in Communication at UII. The teatime entitled “Talking About Thesis Defense and Final Years Student Life in IPC UII” invited Muhammad Aditya Arvian, a student of the International Program of Communication Department, on Friday, March 25, 2022.

Muhammad Aditya Arvian, usually called Adit, recounted his days at the end of the semester. He said his day was not as many people imagine. “Don’t imagine me working on my thesis and waiting for the laptop day and night. Not really. There is also a lot of free time,“ said Adit.

But being too preoccupied with a lot of free time is also not beneficial. The time he has to work on the thesis is enough for him to complete it. Sometimes there is a hard time, and sometimes, there is a time to loose. One thing he underlined in carrying out his thesis days: “Don’t wait for a good mood,” said Adit. “If you’re in a bad mood, calm down first then remember again what goal is.”

Overcoming it is also sometimes challenging. It takes the ability to regulate self-will and reluctance. The word discipline is not enough to help get out of laziness. Setting targets and being consistent day after day is the key.

“I am committed to making progress every day, even if only by making one sentence or paragraph,” Adit said, remembering the process of writing his thesis. Adit noted that the process was often profitable. Because sometimes, there are days when you are very excited and can write several pages at once.

Apart from daily progress, Adit also provides self-rewards to trigger him to complete his thesis. He’ll have a lot of free time to spend on whatever he loves if he can finish before the deadline. “For example, next Wednesday, I have to finish Chapter 2, and I will have a personal deadline to finish on Sunday. If it’s finished before that day, I have a long free time,” said Adit.

In addition to the motivation built within himself, Adit admits that friends are a formidable support system in completing the thesis. “Friends are needed. Very supportive. Many have encouraged me when there is a fear of not finishing the thesis. Some friends can also be friends for discussion. Seeing the progress of other friends also triggers myself to be even more enthusiastic.”

Berbincang tentang hari-hari semester akhir yang harus bergumul dengan penyelesaian dan penulisan tesis, hari-hari sepertinya bisa terasa sangat berat. Disiplin dan support system akan sangat membantu melalui hari yang penuh tekanan itu.

Obrolan tentang hari-hari skripsi itu menjadi topik acara Teatime yang dipandu oleh Arsila dan Ola, keduanya adalah mahasiswa Program Internasional di Komunikasi UII. Teatime yang bertajuk “Talking About Thesis Defence and Final Years Life Student in IPC UII” itu mengundang Muhammad Aditya Arvian, salah satu mahasiswa International Program of Communication Department pada Jumat, 25 Maret 2022.

Muhammad Aditya Arvian yang biasa disapa Adit itu menceritakan hari-harinya di akhir semester. Dia bilang, harinya tidak seperti yang banyak orang banyangkan. “Jangan dibayangin aku ngerjain skripsi dan nungguin laptop siang malem. Nggak juga. Banyak juga waktu luang,” kata Adit.

Namun terlalu terlena dengan banyak waktu luang juga tidak menguntungkan. Waktu yang dimiliki untuk mengerjakan skripsi itu cukup untuknya untuk menyelesaikan. Kadang ada waktu yang berat, kadang ada waktunya untuk longgar. Satu hal yang dia garis bawahi dalam menjalani hari-hari skripsinya: “Don’t wait for good mood,” kata Adit. ”Kalau sedang  bad mood, tenangin diri dulu baru inget lagi apa goal kita.”

Untuk mengatasi itu juga kadang tak mudah. Butuh kemampuan mengatur keinginan dan keengganan diri. Kata disiplin, tidak cukup membantu keluar dari rasa malas. Menetapkan target dan selalu konsisiten hari demi hari adalah kuncinya.

“Aku berkomitmen untuk membuat progress setiap hari walaupun hanya dengan membuat satu kalimat,atau  satu paragraf,” ujar Adit mengingat prosesnya menulis skripsi. Adit menceritakan bahwa proses itu sering kali menguntungkan. Karena kadang ada hari yang sangat bersemangat, dan bisa menuliskan beberapa halaman sekaligus.

Selain progress harian, Adit juga memberikan self-reward untuk memicunya menyelesaikan skripsi. Ia akan punya banyak waktu luang yang dapat ia gunakan untuk apapun yang ia sukai jika ia bisa menyelesaikan sebelum waktu tenggatnya. “Misal rabu depan aku harus menyelesikan Bab 2, aku akan punya deadline pribadi yaitu menyelesaikan di hari minggu. Jika selesai sebelum hari tersebut kan aku punya free time yang panjang,” kata Adit.

Selain motivasi yang dibangun dalam diri, Adit juga mengakui bahwa teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi merupakan support system yang tangguh. “Teman sangat dibutuhkan. Support banget. Saat ada rasa takut skripsinya takut nggak kelar, banyak yang udah semangatin. Ada teman bisa juga untuk teman diskusi. Melihat progress teman lain juga menjadi pemicu diri untuk lebih semangat lagi.”

Being part of the IISMA (Indonesia International Student Mobility Award) Awardee is the dream of many Indonesian students nowadays. Listening to stories of the awardee’s journey and process while studying abroad will increase their enthusiasm to be part of IISMA. What Nadira’s journey was like when studying at Leeds University and how she got through has been much awaited by many students.

The theme for the teatime on 11 March 2022 reviews Nadira Muthia Supadi’s journey from preparation to the study process in the UK. Nadira is one of the students from the International Program of Communication Department at the Universitas Islam Indonesia (UII) who successfully passed the IISMA and studied at Leeds University in the United Kingdom.

Preparations to Avoid Culture Shock

Nadira talks about her preparations before she left for London, UK. Before leaving, she searched for articles about life in the UK (England). She did this so that later She would not be surprised by all the culture and way of life in the UK, which is very different from the way of life in Indonesia. She also prepared himself not to carry many things. “I only bring important things. Bring only a little stuff. Remember, I go there alone, and I have to bring all the stuff myself,” Nadira advised, remembering her previous trip preparations.

What she only know is how to behave in a place far from home. How to prepare to avoid all the culture shock. Prepare all of them in a simple way only. Conversely, what Nadira wants to say is don’t bother yourself. You are not in your hometown.

Nadira did not experience too many difficulties in the UK because she had prepared before departure. “I’m quite ready there. I’ve prepared a lot of tips for this and that. If you have to travel, how should you travel? So be more prepared for that.”

Even so, Nadira admitted that she still faced obstacles after arriving there. “I have to adapt again,” said Nadira.

Even though she has good English skills and is used to speaking foreign languages, Nadira still has to get used to speaking with English people whose words are sometimes difficult for her to understand. “In the beginning, sometimes I didn’t understand what they were talking about. It’s not clear,” Nadira said when she faced several people whose accents and vocabulary pronunciations weren’t very familiar.