Tag Archive for: ilmu komunikasi

Humor

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) humor adalah sesuatu yang lucu, keadaan dalam cerita dan sebagainya yang menggelikan hati. Ada kejenakaan dan kelucuan yang bisa membuat tertawa.

Humor dilakukan untuk beberapa tujuan, dari Podcast Think Fast Talk Smart by Stanford Graduate School of Business yang bertajuk Make Em Laugh: How to Use Humor as a Secret Weapon in Your Communication menyebut bahwa humor mampu meredakan ketegangan, meningkatkan status, menumbuhkan kepercayaan, dan memaksa orang lain untuk mengikuti perspektif yang dibangun.

Tak jarang, humor ditujukan untuk menyampaikan kritik (anekdot) terhadap tokoh publik maupun menyoroti ironi. Namun, melakukan humor tak sekedar melontarkan kata dan kalimat lucu. Bagaimana seharusnya berhumor?

Selengkapnya:

https://communication.uii.ac.id/humor-sebagai-alat-komunikasi-yang-efektif/

Humor sebagai Alat Komunikasi yang Efektif

Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) humor adalah sesuatu yang lucu, keadaan dalam cerita dan sebagainya yang menggelikan hati. Ada kejenakaan dan kelucuan yang bisa membuat tertawa.

Berbagai artikel menyebut jika humor bisa menjadi senjata atau alat paling tepat dalam mencapai komunikasi yang efektif. Dari Podcast Think Fast Talk Smart by Stanford Graduate School of Business yang bertajuk Make Em Laugh: How to Use Humor as a Secret Weapon in Your Communication menyebut jika humor memungkinkan komunikator terhubung dengan audiens untuk meredakan ketegangan, meningkatkan status, menumbuhkan kepercayaan, dan memaksa orang lain untuk mengikuti perspektif yang dibangun.

Tak jarang terselip ide-ide baru yang disamarkan dengan cara yang menyenangkan lewat humor. Hal tersebut terbukti efektif bahwa humor mampu meruntuhkan penghalang yang tinggi.

Di Indonesia, lazimnya humor biasa digunakan untuk lelucon belaka, dengan tindakan atau perkataan yang lucu dalam obrolan keakraban.

Lebih serius lagi ada anekdot, berisikan cerita singkat lucu dan mengesankan atas kejadian sebenarnya yang banyak digunakan untuk memberikan kritik dan menyoroti ironi. Hal ini beberapa kali digunakan oleh para komika untuk mengkritisi politikus.

Manfaat Humor dan Komunikasi Efektif

Obrolan dalam Podcast Think Fast Talk Smart, ternyata humor tak banyak digunakan dalam kondisi profesional. Dua narasumber yakni Jennifer Aaker seorang Profesor General Atlantic di Stanford Graduate School of Business dan Naomi Bagdonas, dosen Stanford sekaligus praktisi yang melatih humor dalam program Saturday Night Live dan The Today Show menyebutkan secara detail bagaimana manfaat humor dalam berkomunikasi.

Jennifer menyebut jika humor yang dianggap remeh dan tidak serius ternyata mampu menciptakan persepsi kredibilitas yang tinggi pada seseorang. Bahkan ia menyebut para pemimpin di perusahaan lebih menyukai karyawan yang memiliki rasa humor dan percaya bahwa akan bekerja lebih baik.

“Humor memengaruhi cara orang berinteraksi dengan Anda, menunjukkan selera humor dapat membuat rekan kerja dan teman-teman kita memberikan persepsi yang lebih baik mengenai kepercayaan diri, keyakinan, dan bahkan status kepada kita, serta memilih kita untuk menduduki jabatan kepemimpinan, dan juga menumbuhkan rasa percaya,” ujarnya.

Selanjutnya, humor dianggap mampu menciptakan kedekatan dalam sebuah hubungan maupun organisasi professional. Cara berpikir yang konvensional kerap menganggap bahwa karyawan harus menghormati pemimpin, namun kondisi saat ini bergeser bahwa pemimpin lebih ingin dipahami.

“Dulu para pemimpin perlu dihormati. Dan sekarang mereka perlu dipahami. Dan sementara itu, humor adalah obat mujarab yang ampuh untuk membangun kepercayaan,” ujar Naomi Bagdonas.

Terkait kreativitas, melontarkan humor membutuhkan cara berpikir cepat dan menghubungkan satu konteks ke konteks yang lain. Dengan melatihnya terus menerus seseorang akan terbiasa menciptakan ide-ide baru.

Humor yang Bijak

Marilah menyamakan persepsi terkait humor yang bijak, kunci utama adalah meletakkan humor pada fakta dan tak membawa isu SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan).

Ide humor berasal dari kebenaran yang berasal dari diri sendiri dan realitas sosial. Dengan melakukan pengamatan-pengamatan dan eksekusi yang matang maka humor akan diterima oleh publik. Karena pada dasarnya humor berfungsi menyuarakan keresahan.

Bahkan komika-komika profesional akan melakukan riset mendalam, mencatat fakta, menggabungkan dengan realitas berhari-hari untuk mendapatkan humor yang tak merendahkan.

Cara menyampaikan humor juga tak sembarangan, sesuaikan dengan kondisi dan audiens yang hadir. Hal ini berkaitan dengan kemampuan public speaking yang kita miliki. Bagaimana mengatur suara dan ekspresi yang tampak.

Terakhir, humor juga mesti setara. Kerap kita melemparkan lelucon dengan teman yang saling mengenal karakter satu sama lain. Hal ini tak masalah jika menggunakan bahasa yang cenderung keras bahkan berujung saling olok. Berbeda jika humor dilakukan oleh seorang public figure dengan penonton. Public figure pada kondisi tersebut memiliki kuasa, sementara penonton tak berdaya. Jika humor menuju subjek penonton secara spesifik dengan mengolok maka humor tersebut bukanlah lelucon yang lucu melainkan merendahkan harga diri seseorang.

Wisudawan Terbaik hingga Predikat Summa Cumlaude dari Prodi Ilmu Komunikasi UII

Kabar membanggakan datang dari Program Studi Ilmu Komunikasi UII khususnya International Program Communication (IPC). Pada Wisuda Periode II Tahun Akademik 2024/2025, dua mahasiswa raih prestasi di akhir masa studi.

Keduanya adalah Fikri Haikal Ramadhan, S.I.Kom dan Arsila Khairunnisa, S.I.Kom alumni IPC UII Batch 2020.

Fikri Haikal Ramadhan, mencatatkan namanya sebagai lulusan terbaik di Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) pada pelepasan wisudawan bulan November. Ia berhasil lulus dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,98.

Sebelumnya, Arsila Khairunnisa juga mendapatkan predikat wisudawan terbaik di FPSB bulan September dengan IPK sempurna yakni 4,0. Hal tersebut membawanya sebagai wisudawan berselempang Summa Cumlaude satu-satunya pada prosesi wisuda II Tahun Akademik 2024/2025 pad 1 Desember lalu.

Summa Cumlaude yang diraih Arsila merupakan sejarah baru bagi Prodi Ilmu Komunikasi, ia adalah wisudawan pertama yang meraih IPK sempurna.

Menariknya, kedua mahasiswa tersebut tak hanya berprestasi di bidang akademik namun juga aktif dalam berbagai program. Keduanya merupakan MC professional yang terbiasa memandu berbagai event baik di UII maupun eksternal.

Arsila menuturkan selama proses belajar di Prodi Ilmu Komunikasi selain lingkungan yang sangat mendukung, metode pembelajaran yang diterapkan para dosen menarik dan up to date.

“Di UII, saya mendapatkan akses yang cukup untuk mengembangkan kemampuan dan bakat saya. Para dosen yang berpengalaman dan berdedikasi tidak hanya menjamin kemampuan akademik, tetapi juga memberikan pengalaman yang berharga. Proses pembelajaran dirancang semenarik mungkin, dengan metode pengajaran terkini yang membuat segala sesuatunya tetap menarik,” tutur Arsila.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Fikri Haikal Ramadhan, ia mengungkapkan rasa bersyukurnya atas pegalaman berharga selama menjadi mahasiswa di UII.

“Saya merasa sangat beruntung menjadi bagian dari keluarga besar Ilmu Komunikasi UII. Dosen-dosennya ramah dan dekat dengan mahasiswa, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Begitu juga dengan dengan mahasiswanya yang seru dan kreatif, membuat pengalaman kuliah menjadi lebih berwarna,” ujarnya.

“Proyek-proyek komunikasi juga melatih kreativitas sekaligus memberikan pengalaman berharga, terutama yang skala besar. Kalau bukan di Ilkom UII, mungkin saya tak akan menjadi MC professional seperti sekarang,” tambahnya.

Sekretaris Prodi IPC, Ida Nuraini Dewi Kodrat Ningsih, S.I.Kom., M.A mengaku terharu dengan pencapaian ini. Selama 6 tahun menghandle IPC, prestasi yang diraih kedua alumni tersebut menjadi hasil pantas untuk dibanggakan.

“Jujur entah kenapa periode ini saya sangat terharu, bangga dan melepas adik-adik semua dengan bismillah dari IPC. Semoga perjalanan mereka kedepan selalu dimudahkan dan menjadi yang terbaik seperti yang sudah mereka usahakan ini, cumlaude dan summa cumlaude, terbaik dari yang terbaik baik di kehidupan dunia ataupun akhirat,” tandasnya.

Sebagai informasi dalam periode ini terdapat 46 wisudawan dari Ilmu Komunikasi yang berhasil menyematkan gelar sarjana, 11 dari IPC dan 35 dari regular.

Diskusi Nadim

Nadim dan Warung Sastra berkolaborasi untuk melakukan diskusi menarik pada Malam Buku 56. Dalam momen tersebut, buku berjudul Subjek Sunda yang ditulis oleh dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Holy Rafika Dhona, S.I.Kom., M.A.

Buku tersebut mengkaji bagaimana subjek etnis Sunda terbentuk. Penulis meyakini bahwa Subjek Sunda terbentuk atas campur tangan kolonialisme.

Malam Buku 56 – Subjek Sunda

Pembicara:

  1. Holy Rafika Dhona, Penulis Subjek Sunda
  2. Ivan Idri S, Mahasiswa Doktoral Kajian Seni ISI Yogyakarta

Moderator: Kukub Basuki

Waktu: Kamis, 5 Desember 2024

Lokasi: Warung Sastra (Karangwaru, Yogyakarta)

More Information:

https://www.instagram.com/nadimkomunikasiuii/

magang ANTV

Lowongan magang di ANTV, berikut informasi selengkapnya:

Posisi: 

  1. Promo Off Air
  2. Creative Social Media
  3. Editor Social Media

Kualifikasi:

  1. Mahasiswa semester akhir jurusan Ilmu Komunikasi/Broadcasting (1,2,3)
  2. Tertarik di bidang event (1)
  3. Mampu menggunakan aplikasi editing (Capcut, Adobe Premier) (2,3)
  4. Mampu memahamin prinsip social media & aplikasinya (2,3)
  5. Mampu mengoperasikan Ms. Office
  6. Bersedia magang minimal 6 bulan
  7. Ready join ASAP

Informasi selengkapnya:

https://www.linkedin.com/posts/cakrawalaandalastelevisi_magangkeren-antvlife-promooffair-activity-7267757097885265920-9eVl

Konferensi internasional

Program Studi Ilmu Komunikasi UII telah berkomitmen menyelenggarakan konferensi internasional sejak tahun 2014. Tercatat sebanyak 7 kali Conference on Communication, Culture and Media Studies (CCCMS) terlaksana dan menjadi branding yang melekat pada institusi.

Untuk merawat dan transfer knowledge, Prodi Ilmu Komunikasi UII melakukan workshop bertajuk Pengelolaan Event Konferensi Internasional untuk para dosen beserta staf pada 29 November 2024 di Gedung RAV FPSB UII.

Muzayin Nazarudin, S.Sos., M.A dan Dr. Zaki Habibi keduanya merupakan dosen sekaligus inisiator konferensi internasional di Prodi Ilmu Komunikasi bertugas menjadi fasilitator pada momen tersebut.

Memulai konferensi internasional dibutuhkan perencanaan yang matang, setidaknya dibutuhkan dua tim yakni tim konsep dan tim teknis untuk merealisasikannya.

“Beberapa panduan yang perlu diketahui salah satunya soal tim. Harus ada tim teknis yang memulai lebih awal biasanya ini tim kecil. Selanjutnya tim teknis melaksanakan dengan tim besar,” ujar Muzayin Nazarudin, S.Sos., M.A.

Mengingat konferensi internasional merupakan forum intelektual yang mempertemukan antara akademisi hingga praktisi dalam membahas isu tertentu ataupun memaparkan hasil riset yang tengah dijalankan, tentu hal detail yang berkaitan dengan partisipan menjadi concern utama.

“Konferensi esensinya adalah perjumpaan dan perbincangan. Forum akademik yang melibatkan banyak partisipan, membahas topik-topik yang beragam,” ujar Dr. Zaki Habibi.

Beliau juga menambahkan bahwa lima hal yang perlu diperhatikan antara lain:

  1. Reputasi dan kiprah kualitas kekaryaan pembicara utama (keynote speaker)
  2. Tema dan topik-topik call for paper
  3. Akses menuju dan selama di kota penyelenggaraan konferensi
  4. Kesempatan bertemu dan berbincang dengan dan para peserta
  5. Potensi publikasi dan kolaborasi pasca konferensi

Beberapa panduan teknis yang perlu digarap secara matang sebagai berikut.

Tiga Fase yang Wajib Diketahui tentang Konferensi Internasional

  1. Fase call for abstract, anggota tim yang dibutuhkan (konseptor lebih dari satu, desainer-web managemen, publisis, kesekretariatan.
  2. Fase persiapan teknis – pelaksanaan konferensi
  3. Fase paska konferensi

Merumuskan Hal-hal Mendasar

  1. Tema utama, deskripsi dan turunan tema.
  2. Keynotes (satu luar, satu dosen prodi). Hal ini dilakukan sebagai potensi kolaborasi jangka panjang.
  3. Waktu dan lokasi, target audiens, ketersediaan ruang, pastikan pelaksanaan dilakukan di kampus.
  4. Rencana publikasi, koordinasikan dan buat perjanjian yang jelas dengan pihak pengelola jurnal.
  5. Time line, berkaitan dengan penjadwalan dan perhitungan waktu.
  6. Event pendamping, selain tour di tempat wisata, salah satu daya tarik yang bisa dilakukan adalah memberikan workshop-workshop pendamping.

Konferensi internasional yang telah dilakukan harapannya menjadi ruang untuk menjalin kolaborasi, memperluas koneksi antar akademisi dan praktisi. Selain itu, momen ini bisa menebalkan expertise para dosen di Prodi Ilmu Komunikasi UII.

“Konsensus yang ingin kita buat, sudah banyak doktor sudah saatnya promot teman sendiri expert di bidang tersebut, sehingga ini menjadi ruang yang tepat,” tandas Muzayin Nazarudin, S.Sos., M.A.

Transforming Yourself Through Reading: Insights From Three Remarkable Books

In the realm of self-development, reading is an invaluable tool for personal growth, effective communication, and public speaking. Books offer timeless wisdom and practical strategies that reshape our habits, enhance our interpersonal skills, and help us overcome mental obstacles. Reading a book is like embarking on a thrilling journey through the minds of brilliant thinkers, offering the chance to unlock new perspectives, gain knowledge, and have a spark of endless possibilities within yourself.

This article will explore three insightful books: “Atomic Habits” by James Clear, “Why Has Nobody Told Me This Before?” by Julie Smith, and “Surrounded by Idiots” by Thomas Erikson. Each of these books provides transformative lessons to help individuals thrive in their personal and professional lives. We will also discuss the broader significance of reading for personal growth, particularly for university students.

Atomic Habits

Clear’s Atomic Habits emphasizes the power of small, consistent changes to create lasting improvements in our lives. The book introduces the concept of habit stacking and the “4 Laws of Behaviour Change,” which guide readers to make habits obvious, attractive, easy, and satisfying.

Key insights:

The Compound Effect: Tiny, unnoticeable changes compound over time, leading to remarkable transformations.

Identity-Based Habits: Focusing on who you want to become (e.g. a confident speaker) rather than what you want to achieve ensures sustained progress.

Real-life Application: By aligning habits with goals, one can gradually and effectively enhance skills like public speaking and communication.

 Why Has Nobody Told Me This Before

Dr. Julie Smith’s Why Has Nobody Told Me This Before? offers practical psychological strategies to tackle mental health challenges and develop resilience. It’s an accessible guide to understanding emotions and maintaining mental well-being.

Key insights:

Emotional Mastery: Learning to regulate emotions can significantly improve interpersonal communication and clarity of thought.

Building Confidence: Tools for overcoming self-doubt and imposter syndrome are crucial for public speaking and professional success.

Practical Tools: The book provides actionable advice for staying grounded, managing anxiety, and communicating effectively under pressure.

Surrounded by Idiots

In Surrounded by Idiots, Thomas Erikson examines four personality types—Red, Blue, Yellow, and Green—and their influence on communication and relationships. The book clarifies human behaviour  and teaches how to adjust communication styles to suit different personalities.

Key Insights:

Personality Types: Understanding the strengths, weaknesses, and preferences associated with each personality type promotes effective collaboration.

Tailored Communication: Modifying your message to align with the listener’s personality enhances understanding and connection, which is essential for public speaking.

Conflict Resolution: The book offers strategies for resolving misunderstandings and building stronger relationships in both personal and professional contexts.

Reading is a cornerstone of personal growth, offering knowledge, inspiration, and new perspectives. For university students, it is particularly vital as it shapes their academic and professional futures. Through reading, students can develop critical thinking, enhance their communication skills, and build self-confidence. In today’s competitive environment, university students who prioritize reading not only gain a competitive edge but also develop the emotional intelligence and adaptability needed to excel in their careers and relationships.

These three books—Atomic Habits, Why Has Nobody Told Me This Before?, and Surrounded by Idiots—offer simple yet powerful tools for personal growth. They teach better habits, emotional resilience, and effective communication. Reading is a key to lifelong learning, and for university students, it’s an essential step toward success in life and work. Start your journey today with these transformative reads!

 

Written by: Thrya Abdulraheem Motea Al-aqab

Edited by: Meigitaria Sanita

12 IPC Students Join the International Conference ‘Current Development and Prospect of Cooperation Between Indonesia and Russia’

Several International Program Communications (IPC) UII students had the opportunity to join the international conference ‘Current Development and Prospect of Cooperation Between Indonesia and Russia’ on 18 November 2024 in Yogyakarta.

Nahdhatul Ulama University (UNU) Yogyakarta organized the international conference in collaboration with Moscow State Institute of International Relations (MGIMO University).

The academic forum, which was attended by students and lecturers from various universities and practitioners, discussed strategic issues ranging from education, and business, to international cooperation opportunities.

Technically, the participants were divided into groups consisting of various universities. Each group will discuss and create ideas and solutions in response to the most beneficial cooperation potential for Indonesia and Russia.

Quoting from the official website of UNU Yogyakarta, academics from MGIMO University include Dr Nikita Kuklin, Dr Alena Dolgova, and Dr. Kira Tabunova. In general, the material presented was opportunities for cooperation, both in terms of academics related to scholarships in Russia and how to negotiate and communicate with people from various cultural backgrounds.

Ideas Delivered by IPC Students in International Forums

There were 12 IPC students who participated in the forum, one of the participants, Berliana Hafinda, shared her experience at the academic forum.

She got a topic related to logistics, with a team of 7 students from various campuses. In general, logistics is a process that involves planning, implementing, and controlling the flow of goods and information from the point of origin to the point of consumption.

“From the discussion we have done, the urgency of cooperation between Russia and Indonesia in the logistics industry is from the vast opportunities in Indonesia due to the natural conditions and the shape of the archipelago,” Berliana said.

“In addition, why choose Russia, because they have experience in this field. For example, there is GTLogistics as a company that focuses on this field which has advanced technology as well,” she added.

Humaira Lathifah, IPC Batch 2023 explained that the academic forum has relevance to the study of Communication Science, especially about intercultural communication.

“The most prominent thing is intercultural communication. We as participants get to know the cultures that exist in Russia. how is the cultural background and also the cultural differences with us as people who come from Indonesia,” said Humaira.

Regarding the topic at the international conference, the curriculum she studied was able to answer various challenges, ranging from communication strategies to critical thinking.

“As well as the PESTEL and SWOT analysis tasks, these are relevant to the development of corporate communication strategies when looking to enter new markets, as well as some public relations principles. strengthening communication soft skills is also included. public speaking, persuasion, critical thinking are very influential. which is the core of communication skills,” she said.

List of participants:

  1. Clorentia Sherly (Batch 2021)
  2. Berliana Hafinda AS (Batch 2021)
  3. Alifia Syauqillah Arrahman (Batch 2023)
  4. Fabio Danendra (Batch 2023)
  5. Cleodora Faustina (Batch 2023)
  6. Amelia Putri (Batch 2023)
  7. Humaira Lathifah (Batch 2023)
  8. Muhammad Fathurrahman Prima Sakti (Batch 2023)
  9. Muhammad Atha Damario (Batch 22)
  10. Spica Fijriyani S (Batch 22)
  11. Ahmad Jamaludin NurFahmi (Batch 22)
  12. Musdalifah (Batch 22)
  13. Muhammad Aranbagus (Batch 22)

All participants took turns presenting their ideas, in general they mentioned cooperation opportunities to the most profitable industries that could be collaborated between Indonesia and Russia.

Jurnal Mahasiswa Komunikasi Cantrik

Jurnal Mahasiswa Komunikasi Cantrik yang dikelola Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) meraih akreditasi Sinta 4.

Berdasarkan Keputusan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 177/E/KPT/2024 pada 15 Oktober 2024, Jurnal Mahasiswa Cantrik dengan EISSN 28072499 meraih “Akreditasi Baru Peringkat 4 mulai Volume 1 Nomor 2 Tahun 2021 sampai Volume 6 Nomor 1 Tahun 2026”.

Melalui proses panjang, Puji Rianto, S.IP., M.A, selaku Editor in Chief menyebutkan proses dan usaha yang dilakukan untuk mencapai titik ini. Demi melancarkan proses akreditasi, usaha yang dilakukan salah satunya melaksanakan workshop untuk para pengelola jurnal.

“Ikhtiar pertama yang terpenting adalah mempelajari dengan sebaik mungkin syarat akreditasi jurnal. Untuk itu, kami melakukan serangkaian workshop untuk memahami dengan baik syarat dan proses akreditasi agar sesuai standar akreditasi Sinta,” ujarnya.

Lebih lanjut, dalam proses peningkatan akreditasi dua hal yang tak boleh luput adalah manajemen dan substansi. Artikel diseleksi secara ketat agar reputasi jurnal tetap terjaga.

“Pada dasarnya, akreditasi mencakup dua hal, manajemen dan substansi. Untuk manajemen, kami pastikan bahwa artikel diproses dengan baik sesuai standar. Artikel yang publish pasti melalui double blind review dan revisi. Tata letak juga kami perbaiki agar tampilannya lebih bagus. Dari sisi substansi, kami jaga melalui proses di editor. Mereka memastiksn bahwa artikel telah ditulis sesuai dengan standar penulisan ilmiah,” tambahnya.

Cakupan dan Kualitas Artikel

Fokus isu pada Jurnal Mahasiswa Komunikasi Cantrik meliputi Kajian Media, Komunikasi Massa dan Jurnalisme, Public Relation dan Komunikasi Strategis, dan Media Kreatif. Jurnal ini secara konsisten terbit dua kali dalam satu tahun yakni bulan Mei dan November.

Jika sebelumnya jurnal ini menjadi wadah publikasi riset yang dilakukan mahasiswa, setelah naik tingkat ke Sinta 4 harapannya artikel yang diterbitkan semakin berkualitas dan cakupannya lebih luas.

“Sebelum akreditasi, artikel yang masuk terbatas sehingga pilihannya juga terbatas. Setelah terakreditasi, kami berharap artikel yang masuk semakin banyak sehingga pilihannya juga semakin variatif. Secara otomatis, kualitas artikel seharusnya semakin meningkat,” ujar Puji Rianto, S.IP., M.A.

Sebagai informasi Sinta merupakan Science and Technology Index, merupakan laman atau database yang dikelola Kemendikbud Ristek yang menyajikan jurnal nasional terakreditasi.

Sementara, pada tingkatan jurnal Sinta mencakup 6 tingkatan. Mulai yang tertinggi Sinta 1, Sinta 2, Sinta 3, Sinta 4, Sinta 5, dan Sinta 6.

Menerbitkan artikel ke jurnal bereputasi sangat penting bagi mahasiswa maupun dosen, salah satunya untuk berbagai prasyarat kelulusan hingga berpengaruh terhadap angka kredit pengajuan jabatan fungsional.

Terkait cara menerbitkan artikel ke jurnal berpeutasi dapat membaca tips dan trik pada laman berikut ini: https://communication.uii.ac.id/bagaimana-cara-mempublikasikan-tugas-akhir-di-jurnal-bereputasi/

Laman resmi jurnal Mahasiswa Komunikasi Cantrik:

https://journal.uii.ac.id/cantrik

Pagar api jurnalisme

Idealnya kegiatan jurnalistik harus terpisah dengan persoalan bisnis. Peran jurnalis menjadi menjadi faktor terbesar dalam sebuah produk jurnlistik yang disampaikan kepada publik. Sayangnya, pagar api jurnalistik (firewall) telah runtuh dari dalam.

Catatan dari Nanang Krisdinanto, dosen Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) dalam bukunya yang berjudul Runtuh dari Dalam, Serangan Komersialisasi terhadap Pagar Api jurnalistik di Indonesia menjadi topik diskusi yang dihelat oleh Program Studi Ilmu Komunikasi UII bersama Sekolah Jurnalisme SK Trimurti, dan AJI Yogyakarta pada 4 November 2024 di UII.

Prof. Masduki, dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII membuka diskusi dengan melontarkan pernyataan terkait bagaimana jurnalis bekerja dalam memproduksi berita.

“Harus free from economy interest, bebas dari persoalan bisnis. Dilema di antara profesional jurnalis, pimred, editor,” ujarnya.

“Jurnalis itu manusia biasa yang dipengaruhi banyak faktor di dalam dia bekerja (status kerja, gaji yang diterima, struktur lingkungan redaksi) mempengaruhi sebuah berita yang dia tulis.” Tambahnya lagi.

Pagar Api yang telah Runtuh

Nanang Krisdinanto sebagai penulis memaparkan hasil penemuannya bahwa ruang lingkup jurnalistik tak memiliki batasan konkret akibat kondisi ekonomi dan politik.

“Apa yang saya cemaskan sampai hari ini tidak menunjukkan gejala menurun tapi semakin meningkat eskalasinya. Sehingga pada akhir buku ini kesimpulannya adalah, bisnis media itu memang hidup di Indonesia tapi yang saya khawatirkan jurnalismenya mungkin sudah mati atau bahkan terancam mati,” ungkapnya.

“Garis pagar api antara redaksi dan bisnis sudah tidak dihormati lagi,” tambahnya.

Praktik-praktik penerabasan pagar api sebenarnya telah terjadi sejak tahun 90an, namun hal ini semakin parah selama masa pandemi Covid-19, semua bisnis semakin sulit termasuk pendapatan media dan iklan. Kondisi tersebut berakibat pada berita yang dihasilkan oleh jurnalis. Melalui berbagai proses di ruang redaksi yang sedemikian dimanipulative karena berbagai kepentingan (iklan).

“Itu tidak hanya disumbang dari kekuatan besar di luar (ekonomi dan politik) tapi juga dari dalam dari para jurnalis itu sendiri yang mengalami perubahan signifikan dalam cara mereka memandang jurnalisme,” jelasnya.

Temuan tersebut diamini oleh Nugroho Nurcahyo, Wakil Pemimpin Redaksi Harian Jogja yang turut menjadi pembicara. Bergelut dengan industri media lokal, ia mengungkap bobroknya ruang redaksi yang telah kaburnya batasan berita dan advertorial.

“Omong kosong kalau orang bilang 80 persen media itu hidup dari iklan. Dan yang dibayangkan iklan display misal satu iklan satu halaman itu hampir tidak mungkin dilakukan. Dari perusahaan media komunikasi yang meminta untuk advertorial itu pagar apinya mungkin konten promosi, ada juga yang dikode adv itu enggak cukup bagi mereka,” jelasnya.

“Mereka inginnya ini menjadi konten berita yang belakangan hari disebut brand content. Sialnya kalau di daerah, media belum dipercaya oleh privat sector mereka masih pakai konsultan media di Jakarta dan placementnya di media-media nasional dan banyak media nasional sudah berekspansi di sini mencari ekosistem bisnis yang lebih visible dalam tanda kutip bisa membayar SDM lebih rendah dengan kualitas yang sama di ibu kota,” tandasnya.

Fakta-fakta yang dikemukakan oleh Nugroho Nurcahyo menegaskan bahwa selain runtuhnya pagar api dari dalam, juga persaingan bisnis media tidak imbang antara media lokal dan nasional.

Buku yang diterbitkan Marjin Kiri tersebut membahas detail bagaimana pagar api jurnalistik sebagai salah satu filosofi dasar jurnalisme atau sekat yang membatasi redaksi dan bisnis demi menjaga independensi atau objektivitas praktik jurnalisme tengah diruntuhkan secara terang-terangan oleh desakan komersialisasi dalam industri media massa.