Reading Time: 3 minutesOleh Nadia Sofiyanti, Asri Putri Dwi Savira, M. Ilham Firmansyah, Faiz Arqhan, dan M. Ricko Rizal
Padi merupakan tanaman yang menjadi bahan pokok dalam kehidupan manusia terlebih di Indonesia. Melalui proses panjang agar padi dapat menjadi beras. Terlepas dari beras sebagai bahan pokok, saat pemrosesan menuju bentuk beras terdapat komponen yang sama pentingnya yaitu ampas beras atau bekatul. Bekatul menjadi perhatian utama kami dalam melakukan program pemberdayaan masyarakat.
Tepatnya masyarakat Desa Ngreden, Wonosari, Jawa Tengah, yang akan kami jadikan sebagai objek dari program pemberdayaan ini. Setelah melakukan wawancara dengan salah satu warga yang memiliki tempat pemrosesan padi, maka dapat diketahui bahwa warga hanya menjadikan bekatul sebagai pakan ternak. Warga desa menyatakan pernah mencoba mengolah bekatul menjadi makanan yaitu jenang bekatul namun tidak lama produk tersebut redup.
Berawal dari masalah tersebut kami berencana menjalankan program pemberdayaan yang berupa sosialisasi dan juga pelatihan pengolahan bekatul menjadi brownies. Kami juga merancang pelatihan bagaimana memasarkan produk tersebut dengan baik dan benar sehingga dapat menarik konsumen untuk membeli.
Kami juga menggandeng mitra kami yang yaitu Socialkreatif dalam mengatasi masalah yang ada di Desa Ngreden. Masih banyak warga desa yang belum mengerti tentang bagaimana menggunakan media sosial secara bijak, khususnya Instagram. Peran dari mitra kami, socialkreatif adalah memberikan pelatihan tentang cara membuat konten tentang produk yang telah mereka buat semenarik mungkin. Dengan harapan produk yang dihasilkan oleh warga akan terus berkembang tidak hanya dalam lingkup desa.
Metode kegiatan yang dilakukan adalah dengan pendekatan awal ke warga Desa yang menjadi objek dalam program pemberdayaan. Delanggu merupakan salah satu desa penghasil beras terbesar di Jawa Tengah pada Bulan September 2019. Dalam survey ini kami mendapati bahwa ampas beras didesa tersebut hanya dijual untuk pakan ternak dengan harga murah.
Dari ampas beras tersebut kami menemukan manfaat lain, seperti bisa dimanfaatkan untuk makanan yang layak dikonsumsi oleh manusia. Dari pemanfaatan ampas beras tersebut, kami memiliki ide untuk membuat ampas beras menjadi Brownies yang bisa dipasarkan oleh warga desa.
Lokasi diadakannya program ini berada di Desa Ngreden, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Lokasi ini dipilih berdasarkan pertimbangan seperti, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa penghasil beras di Jawa Tengah.
Sasaran dari program ini adalah ibu-ibu yang tergabung dalam PKK, sejumlah 20 orang dan perkumpulan pemuda, sejumlah 15 orang yang ada di desa Ngreden. Alasan mengapa ibu-ibu PKK dan perkumpulan pemuda dijadikan sasaran program adalah sebagai wujud pemberdayaan masyarakat agar mengerti fungsi lain dari ampas beras atau bekatul tersebut serta dapat menambah wawasan yang berhubungan dengan teknologi.
Program pemberdayaan ini telah terlaksana di RT 5 Desa Ngreden, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Tujuan diadakannya program ini adalah agar warga desa lebih produktif dengan memanfaatkan sumber daya yang ada seperti bekatul. Juga agar dapat memanfaatkan adanya media sosial yang saat ini sedang digunakan oleh banyak orang, yaitu Instagram. Kami menggandeng mitra Socialkreatif yang kami rasa dapat mengatasi hal-hal yang menjadi permasalahan warga desa.
Sebelum melakukan pelatihan kami melakukan survei ke desa tersebut selama 4 kali, juga sempat berpindah RT, dikarenakan di RT sebelumnya hampir tidak ada perkumpulan pemuda. Hanya ada sedikit pemuda. Sedangkan di RT 5, ibu-ibu PKK beserta pemuda sangat aktif dengan melakukan pertemuan rutin tiap bulannya.
Untuk mengadakan acara ini kami membuat proposal, tetapi hanya prodi yang memberikan kami bantuan berupa dana. Hanya itu kendala pada kelompok kami. Pada saat hari pertama kegiatan tanggal 9 November 2019 kami melakukan sosialisasi dan pelatihan pembuatan brownies bekatul lalu dilanjut dengan penjelasan dari mitra Socialkreatif tentang bagaimana cara yang yang baik dalam bersosial media.
Pertemuan kedua pada tanggal 16 November 2019 kami melakukan pelatihan pembuatan akun instagram, pertemuan ketiga di tanggal 23 November ibu-ibu berlatih kembali membuat brownies bekatul dan mengkreasikannya. Pertemuan terakhir pada tanggal 3 Desember 2019 kami melakukan pengamatan bagaimana ibu-ibu dan pemuda membuat brownies bekatul mereka sendiri dan melakukan promosi di akun intagram yang telah dibuat.
Ibu-ibu warga desa Ngreden sangat antusias mengikuti program ini. Hal itu disampaikan oleh perwakilan ibu-ibu PKK karena sebelumnya belum pernah ada yang melakukan program pemberdayaan seperti ini.
Setelah dilakukannya program di Desa Ngreden, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten dari tanggal 9 November 2019 hingga 3 Desember 2019, ini kami menjadi mengerti permasalahan warga desa yaitu kurangnya pengetahuan akan bekatul serta cara bersosial media yang baik dan benar. Jika ditinjau dari hal-hal saat kami melakukan survei ibu-ibu sudah dapat menggunakan beberapa media sosial seperti WhatsApp untuk berkomunikasi antar warga desa.
Pada tiap rangkaian kegiatan seluruh anggota kelompok dan mitra ikut berpartisipasi, sehingga acara berjalan dengan lancar hingga pertemuan terakhir. Mungkin kendala kami hanya saat pertemuan terakhir karena disaat yang bersamaan cuaca tidak mendukung dan menyebabkan kegiatan pada hari itu mundur sekitar 1 sampai 2 jam. Saat melakukan pengamatan berkala ada beberapa ibu-ibu yang menyampaikan tentang mereka terus mencoba membuat brownies tersebut dan sudah mencoba mempromosikannya sendiri pada kerabat dekat. Dari situ kami berharap hal ini tidak hanya dilakukan saat pelatihan saja, tetapi juga seterusnya. Karena membawa banyak manfaat salah satunya untuk menambah penghasilan.