Reading Time: < 1 minute

Dr. Rer. Soc. Masduki, Dosen Komunikasi UII, pada Selasa, 20 Oktober 2020, akan hadir menjadi panelis. Ia akan menjadi salah satu yang bicara tentang Digital Humanities: Kolaborasi Lintas Entitas untuk Penyajian Data Publik di Webinar besutan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI). Pembicara selain Masduki adalah Sapto Anggoro-CEO Tirto.id, Eva Danayanti-DIgital Humanities Specialist, University of Colorado Boulder, Mike Verawati-Sekjed Koalisi Perempuan Indonesia.

Diskusi akan diselenggarakan pada pukul 15.00-17.00 WIB lewat Live Youtube AMSI dan Zoom Meeting.

Menurut penyelenggara, Digital Humanities atau humanisme dijital menjembatani publik sehingga dapat mengakses informasi di dunia dijital saat ini. Digital humanities menempatkan kolaborasi beragam pihak, menyebarkan informasi, menciptakan visualisasi data, melakukan inovasi sehingga data menjadi informasi yang dapat membawa nilai-nilai humaniora. MAnfaatnya menyentuh pelbagai pihak seperti NGO, kampus, media, dan banyak lagi dalam mengakses data dan memahaminya sehingga ia bisa menggunakannya untuk kepentingan sehari-hari.

Sila hadir dan temukan temuan-temuan menarik dari kajian Dr. Rer. Soc. Masduki dari Komunikasi UII dengan cara mendaftar sesuai tautan yang tertera pada poster berikut ini.

 

 

Reading Time: < 1 minute
0Days0Hours

Forum Amir Effendi Siregar – Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia menggelar:
Serial Bincang Sejarah Komunikasi (Sesi 15)

Topik:

Pisau Agenda Setting untuk Analisis Sejarah Opini Publik

Pembicara:

Kunto Adi Wibowo, Ph.D

Ph.D dari Wayne State University, Detroit, USA. Memiliki fokus penelitian tentang opini publik, misinformasi, dan efek algoritma pada opini dan sikap politik. Peneliti dan Direktur Lembaga Survey KedaiKOPI (Kelompok DIskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia). Penerima hibah penelitian dari WhatsApp untuk meneliti misinformasi pada Pemilu 2019.

 

Jadwal
Sabtu, 24 Oktober 2020
Pukul 09:30 WIB
Via Zoom

Registrasi:

Reading Time: 2 minutes

Diskusi dalam Forum Amir Effendi Siregar (Forum AES) #14 pada 17 Oktober 2020 mulai mengerucut pada diskusi sejarah mikro. Forum yang diinisiasi oleh PSDMA NADIM Komunikasi Universitas Islam Indonesia, ini mencoba melihat bagaimana sejarah menggunakan koran untuk melihat realitas sosial.

Diskusi kali ini masih berkaitan dengan diskusi sebelumnya yang diutarakan oleh Rianne Subijanto tentang perkembangan kajian sejarah. Rianne berkata pada tahun 1970-1980an para sejarawan mengkritik kajian yang melulu melihat sejarah dari orang besar atau tragedi-tragedi besar. Peran orang kecil (baca: orang biasa) dan peristiwa harian tidak pernah diperhitungkan.

Pusat Studi dan Dokumentasi Media Alternatif (PSDMA) NADIM Prodi Ilmu Komunikasi UII menggandeng Eunike Gloria Setiadarma untuk memaparkan risetnya yang mengunakan perspektif orang biasa untuk musuk melihat dinamika sejarah dan realitas sosial politik di masa itu. Tepatnya Eunike menggunakan tulisan Kwee Thiam Tjing (KTT) dan istrinya (Nie Hiang Nio) di berbagai koran yang terbit pada pada masa pra dan pascakemerdekaan. Pendekatan sejarah yang ia pakai adalah pendekatan sejarah mikro yakni pendekatan sejarah yang menarasikan sejarah dngan kacamata orang biasa.

“KTT ini cukup misterius karena Ben Anderson butuh waktu 40 tahun untuk mencari tahu siapa Tjamboek Berdoeri yang menulis ‘Indonesia dalem Api dan Bara’ sebagai buku,” kata Eunike. Dengan berbagai upaya, Ben akhirnya bisa menemukan dan menuliskan buku yang mengulas siapa itu KTT. Ben mencitrakan bahwa KTT adalah seorang jurnalis, ia memiliki wawasan tentang kebangsaan yang tinggi.

Ia sering mengkritik pribumi maupun orang Tionghoa yang menindas pribumi. Tulisan KTT sering kali ditulis gaya lisan tentang dunia kesehariannya. “Kadang KTT juga menuliskan tentang istrinya bahkan tetangganya, atau menyebut nama entah siapa,” ujar Eunike.

Tetapi dalam kajian kali ini, Eunike tidak ingin melihat sosok KTT sebagai seorang jurnalis dan aktivis politik yang kritis, berwawasann kebangsaan yang kerap menulis dunia sosial politik dari kalangan lokal. Eunike menarik sosok KTT dari seorang Jurnalis dan aktivis dalam konteks lokal. KTT yang berwawasan luas menjadi orang biasa. Ia KTT yang seorang suami, seorang bapak, dan manusia biasa di tengah masyarakat berumah tangga yang berwawasan kebangsaan dan kesadaran kritis.

Melihat tulisan KTT dan Istrinya (Nie Hiang Nio) dari yang sering menceritakan tentang anak-nak dan dapur menjadi wilayah aktifitas dominan Istri, dikritisi cara berpakaian, merasa senang jika dibelikan baju, marah ketika suami tidak membantunya di dapur. Semua itu tidak hendak melihat KTT mejadi sosok patriarki.”Itu tidak menarik bagi saya,” ujar Eunike.

Dari riset ini, Eunike melihat bahwa rumah menjadi cerminan kontestasi sebuah bangsa dan komunitas berikut soal kompleksitas kehidupan yang mewarnainya. “Saya menamainya sebagai nation at home,” kata Uenike. Beberapa poin yang digaris bawahi Eunike adalah pertama, perempuan menjadi wujud kecemasan laki-laki antara ingin mempertahankan atau membuang sisi tradisional dan usang dengan tidak kehilangan identitas modernitas ‘barat’.

Kedua, hubungan suami-istri-anak menjadi kesadaran realitas sosial komunitas dan proyeksi kemajuan sosial. Ketiga, dinamika rasa dan emosi menjadi bagian penting untuk komunitas dalam mempertahankan dirinya.

Reading Time: 2 minutes

Discussion at the Amir Effendi Siregar Forum (AES Forum) # 14 on October 17, 2020, began to converge on micro history discussions. The forum, which was initiated by PSDMA NADIM Communications at the Islamic University of Indonesia, tries to see how history uses newspapers to see social reality.

This discussion is still related to the previous discussion expressed by Rianne Subijanto regarding the development of historical studies. Rianne said that in the 1970-1980s historians criticized studies that looked solely at the history of great people or great tragedies. The role of the little people (read: ordinary people) and daily events are never taken into account.

The Center for Alternative Media Studies and Documentation (PSDMA) of NADIM, UII Communication Science Study Program, collaborated with Eunike Gloria Setiadarma to present her research using the perspective of ordinary people to see the historical dynamics and socio-political realities at that time. To be precise, Eunike used the writings of Kwee Thiam Tjing (KTT) and his wife (Nie Hiang Nio) in various newspapers published in the pre- and post-independence period. The historical approach she uses is a micro-historical approach, namely a historical approach that narrates history in the light of ordinary people.

“This summit is quite mysterious because it took Ben Anderson 40 years to find out who Tjamboek Berdoeri wrote ‘Indonesia dalam Api dan  Bara’ as a book,” said Eunike. With various efforts, Ben was finally able to find and write a book reviewing who the Summit was. Ben imagined that the Summit was a journalist, he had a high insight into nationality.

He often criticized natives and Chinese people who oppressed natives. Summits are often written in oral style about his everyday world. “Sometimes the summit also writes about his wife and even his neighbors, or mentions someone’s name,” said Eunike.

However, in this study, Eunike does not want to see the figure of the Summit as a critical journalist and political activist with a national perspective who often writes about the socio-political world from local circles. Eunike drew the summit figure from a journalist and activist in a local context. Insightful summits become commoners. She is a summit who is a husband, a father, and an ordinary human being in a married society that has nationalism and critical awareness.

Seeing the writings of the Summit and his wife (Nie Hiang Nio), who often tell about children and the kitchen being the dominant activity area for the wife, she is criticized for how to dress, feels happy when buying clothes, gets angry when her husband doesn’t help her in the kitchen. All of that do not want to see the Summit become a patriarchal figure. “That does not interest me,” said Eunice.

From this research, Eunice saw that the house was a reflection of the contestation of a nation and community along with the complexity of life that colored it. “I named it nation at home,” said Uenike. Some points that Eunike highlighted are first, women become a manifestation of male anxiety between wanting to maintain or throw away the traditional and outdated side and not lose the identity of ‘western’ modernity.

Second, the husband-wife-child relationship becomes an awareness of the social reality of the community and a projection of social progress. Third, the dynamics of feelings and emotions are an important part of the community maintaining.

Reading Time: 2 minutes

Bagaimana cerita mula Rini Asmiyati menjelajah dunia praktik komunikasi internasional di Jaipur India?

Rini Asmiyati, mahasiswa Komunikasi UII angkatan 2015, magang kerja selama satu bulan di sebuah lembaga internasional. Lokasinya di Jaipur, India. Bagi sebagian orang, melihat itu sebagai pencapaian yang luar biasa. Banyak pengalaman dan jaringan internasional yang didapat. Namun, tak banyak yang tahu bahwa proses dan tahap yang tak akan mudah dilewatinya tanpa niat dan kerja keras.

Mulanya, Rini Asmiyati mendaftar pada AIESEC UGM. Ia mengirim CV-nya untuk masuk proses screening. Jika prosesnya lancar, pendaftar di AIESEC akan dipilihkan seorang exchange participatn mentor/ EPM, seorang pendamping berpengalaman yang membantu proses magang atau proyek sosial.

“EPM bakal bantu kita lokasi dan tempat intership yang kayak apa. Dari awal sampai kita balik ke Indonesia. Ini bantu kita banget. Kita juga bakal diwawancara panitia lokal di UGM, trus diinterview sama anak AIESEC Jaipur, India,” kata Rini dalam kesempatan Talkshow Teatime seri ke 16 oleh Komunikasi UII program IP (international Program) pada Jumat (16/10).

Setelah proses wawancara selesai, barulah Rini ditempatkan pada perusahaan terpilih. trus interview lagi sama company nya. Menurut Rini, karena program AIESEC global entrepreneur perlu disiapkan jauh-jauh hari, maka butuh siapkan waktu karena rupanya prosesnya cukup rumit. “Namun jangan takut, bingung atau gimana, kalian bakal dibantu oleh anak AIESEC dan mereka ngebantu banget,” hibur Rini kemudian.

Singkat cerita, Rini menjadi promotion service digital di instansi pendidikan di Jaipur, India. Tugas Rini antara lain menjadi admision team. Sehari-hari ia harus bertugas mulai dari observe google analytic, Facebook ads manager, hingga social media dan advertising.

Saran Rini, sesuaikan latar belakang pendidikan dengan tempat internsnhip. Ini berfungsi agar tidak kesulitan ketika dapat deskripsi tugas. Menurut pengalaman Rini, fotografi dan public speaking sangat diuji di sana. “Di sana karena aku dokumentasiin kegiatan mereka, aku juga pake public speaking juga ketika kita marketing admision di sana. Ada yang baru aku belajar itu tentang Search Engine Optimation/ SEO, facebook Ads manager, google analytics dan juga advertising,” kenang Rini.

Beragam kendala juga muncul. Semua tentu tak berjalan mulus-mulus saja, katanya. Misalnya, kata Rini, “first is, indian accent. It is kinda hard to understand. Ada working mate aku yang nggak bisa bahasa inggris. Itu language barrier,” katanya.

Namun, Rini bersyukur dengan budaya India yang menurutnya luar biasa dan sangat membantu orang asing seperti dirinya. “di India itu, tamu dihargai banget. Tamu dibantu. Banyak banget yang mau bantuin aku. Tempat aku itu kan bussines school. Aku juga bantu mereka, student juga aku dekat dan bantu aku,” kata Rini mengutarakan kesannya.

Pelbagai manfaat ia rasakan dari proses magang di luar negeri (international internship), “misalnya dapat pengalaman profesional, jaringan internasional, perluasan budaya, explore cities that you visit travelling termasuk menjelajah kota dan wisata sekaligus,” ungkapnya.

Reading Time: 2 minutes

How was Rini Asmiyati’s original story exploring the world of international communication practice in Jaipur India?

Rini Asmiyati, UII Communication student of 2015, did an internship for one month at an international institution. Its location in Jaipur, India. For some people, it is an extraordinary achievement. A lot of experience and international network gained. However, not many people know that the processes and stages that won’t be easy to pass without willingness of hard work.

Initially, Rini Asmiyati registered at AIESEC UGM. She sent his CV to enter the screening process. If the process is smooth, applicants at AIESEC will be selected for an exchange participant mentor / EPM, an experienced companion who helps with the internship process or social projects.

“EPM will help us with what kind of location and place of ownership. From the start until we return to Indonesia. This really helps us. We will also be interviewed by the local committee at UGM, then interviewed by AIESEC children in Jaipur, India,” said Rini on the talkshow. The 16th series of Teatime by the UII Communication program IP (international Program) on Friday (16/10).

After the interview process was completed, then Rini was assigned to the selected company. Then been interviewed once again by the company. According to Rini, be a partof  AIESEC global entrepreneur program needs to be prepared in advance, it is necessary to prepare time because the process is quite complicated. “But don’t be afraid, confused or what, you will be assisted by the AIESEC children and they are really helpful,” consoled Rini later.

Long story short, Rini became a digital promotion service at an educational institution in Jaipur, India. Rini’s duties include being the admission team. Every day she has to be on duty starting from Google Analytics, Facebook ads manager, to social media and advertising.

Rini’s suggestion, adjust the educational background with the internsnhip place. This functions so that you don’t have trouble when you get a job description. According to Rini’s experience, photography and public speaking are highly tested there. “There because I documented their activities, I also used public speaking when we were marketing admissions there. I learned something about Search Engine Optimization / SEO, Facebook Ads Manager, Google Analytics and Advertising,” recalls Rini.

Various obstacles also arise. “Everything is not going smoothly, of course,”she said. For example, said Rini, “first is, indian accent. It is kinda hard to understand. There is a working partner who doesn’t speak English. That’s a language barrier,” he said.

However, Rini was grateful for Indian culture, which she thought was extraordinary and very helpful for foreigners like herself. “In India, guests are very appreciated. Guests are helped. So many people want to help me. My place is a business school. I also help them, I am also close and help me,” said Rini.

She feels various benefits from the process of international internships, “for example getting professional experience, international networks, cultural expansion, exploring cities that you visit traveling, including exploring the city and traveling at the same time,” she said.

 

Reading Time: < 1 minute

Bila anda ingin mendalami atau fokus pada kajian komunikasi bencana, sudah tentu inilah saatnya mengikuti webinar ini. Temanya melihat pemberdayaan kebencanaan dari sudut komunitas daerah. Pembicara yang akan hadir adalah Lalu Agustian Dwiyana. Ia adalah Ketua Karang Taruna di Lombok NTB. Ia akan bercerita bagaimana komunitas daerah melakukan pemberdayaan, penguatan, dan peningkatan ketangguhan dalam menghadapi bencana.

Webinar ini yang adalah bagian dari Program Pemberdayaan Masyarakat/ Pengabdian Masyarakat Dosen dan Mahasiswa Komunikasi UII akan hadir di tengah anda pada:

Minggu, 18 Oktober 2020

Pukul 15.00WIB

Via Zoom

Silakan registrasi untuk mendapatkan tautan zoom di https://bit.ly/webinarkomunikasibencanasesi3

Reading Time: < 1 minute

TEMA UMUM:
Insipirasi Sekitar Kita

DESKRIPSI TEMA:

Karya yang didaftarkan dapat menceritakan protagonis,  sosok, aksi, tempat dan peristiwa di sekitar lingkungan kehidupan kita, kisah-kisah tersebut memiliki nilai-nilai yang dapat menginspirasi khalayak.

KATEGORI LOMBA:

Film Fiksi
Film Dokumenter
Vlog
Animasi

PERSYARATAN UMUM:

1. Peserta adalah Pelajar, Mahasiswa, Umum.
2. Peserta merupakan warga negara Indonesia, dibuktikan dengan KTP.
3. Peserta dapat berupa individu atau kelompok.
4. Peserta dapat mengirim lebih dari satu karya.
5. Karya dapat direkam menggunakan peralatan apapun, seperti: Kamera
Mirrorless, SLR, Smartphone.

Persyaratan Teknis:
– Pelajar, Mahasiswa, dan Umum
– Warga Negara Indonesia
– Kelompok/ Individu
– Durasi 2- 10 menit
– Resolusi 1080p (ukuran bebas)
– Belum pernah di publikasikan
– Orisinil
– Tidak menyinggung SARA

PETUNJUK TEKNIS DAN PELAKSANAAN (KRITERIA, SYARAT, dll)


Daftar dan kirim karya kamu ke:

.

Batas Pengumpulan: 20 November 2020
Pengumuman Juara: 25 November 2020
.
Kami tunggu karya terbaikmu.
.
Contact Us:
WhatsApp Iven:

 

 

Reading Time: 2 minutes

Website institusi itu penting. Bukan hanya tempat penyampaikan informasi, tapi juga branding. Itulah salah satu kesimpulan yang bisa didapat dari Pelatihan Optimalisasi Visiblitas web di SMA N 1 Sleman dalam mempertahankan eksitensi SMAN 1 Sleman.

Pelatihan tersebut adalah salah satu program pemberdayaan masyarakat dari Dosen Ilmu Komunikasi UII, Ratna Permata Sari, pada 9 Oktober 2020. Pelatihan yang diadakan selama dua hari tersebut mencoba mendorong optimalisasi website institusi SMAN 2 Sleman.

Pada hari pertama (9/10) Ratna, yang juga dosen klaster riset Komunikasi Visual, memaparkan teori, konsep, dan urgensi website bagi pencitraan sebuah institusi. Selain sebagai sumber informasi, website juga menjadi salah satu pintu masuk pertama menuju citra diri/ brand lembaga.

Diskusi pada hari pertama mengobservasi bagaimana guru dan pengelola situs sekolah mengelola website. Pada saat itu, Ratna dan tim UII menemukan problem yang dihadapi oleh pengelola web: pembuatan konten dan pembaruan isi website.

“Harusnya kan setiap ada kegiatan itu langsung upload di web, tapi nyatanya tidak,” kata salah seorang peserta pengelola web.

Sedangkan pada hari kedua (15/10) peserta yang terdiri dari guru-guru tersebut diajak untuk mulai praktek atau latihan. Kegiatannya seputar desain dan mengisi konten website. Pada kesempatan ini, Ratna bersama Ana Yulia dan Rizki Falahiyah, dari tim Websupport Humas UII, menjadi fasilitator pelatihan. Mereka mulai melakukan pembaruan desain web dan langsung mengisi konten bersama para pengelola website SMAN 1 Sleman.

“Terimakasih, sangat bermanfaat, sayang kanapa baru sekarang, harusnya dari dulu,” kata salah satu peserta dari pihak Manajemen SMAN 1 Sleman, ketika diminta testimoninya terhadap acara ini. “Ke depan kami pastikan jauh lebih menarik dan terus diperbarui. Dan itu akan jadi nilai plus bagi SMA kami, SMAN 1 Sleman,” tambahnya

Reading Time: < 1 minute

Teatime 16th edition will invite:

Rini Asmiyati – Global Entrepreneur Returnee

(Alumni of communication Science Department, batch 2015)

The next International Program of Communication’s Teatime

Theme:
Seeking For Unforgotten Experiences Through Being Intern

(An Experience in Wonderful City Jaipur, India)

Live On Instagram

Schedule

Friday, October, 16th, 2020
Start at 4pm (UTC+7)

Keep update on IGTV
@ip.communication.uii
@riniai_