Universitas Islam Indonesia memiliki enam program beasiswa untuk membantu mahasiswa dalam pembiayaan kuliah. Kelengkapan berkas dan kualitas personal yang dideskripsikan dengan baik di motivation letter menjadi kunci.

Selain membantu meringankan biaya kuliah, meraih beasiswa penuh adalah kebanggaan tersendiri. Teatime kali ini, 25 Februari 2022, menghadirkan Fikri Haikal Ramadhan, mahasiswa International Program di Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia, untuk mengupas tip dan trik memperoleh beasiswa penuh di UII. Haikal ini adalah salah satu penerima beasiswa Santri Unggulan. Acara bertajuk ‘Tips and Trick to be the Awardee of Santri Unggulan UII scholarship” ini dipandu oleh Arsila sebagai host.  

Beasiswa ini adalah salah satu jenis beasiswa yang memberikan dukungan penuh. Beasiswa ini mendanai biaya kuliah dan biaya hidup, serta tempat tinggal. Beasiswa Santri Unggulan bertujuan memberikan bekal kepada kader-kader pemimpin umat di masa yang akan datang. Beasiswa ini juga berusaha menyiapkan santri yang siap konsep dan siap praktik. Santri PP UII (Pondok Pesantren UII) diharapkan mampu memantapkan dan memadukan antara agama, sains dan teknologi.

Haikal menyarankan untuk cermat dalam menyiapkan berkas untuk mendaftar beasiswa ini. Pastikan tidak ada satupun berkas yang kurang. Selain itu juga, penulisan esai dalam motivation letter. Haikal menyarankan agar dalam penulisan motivasi diri sedapat mungkin menunjukan karakter yang kuat untuk peningkatan kualitas diri. “Niat, intention. Bukan sekadar ingin kuliah gratis atau coba-coba. Tapi memang kita butuh dan kita improve,” jelas Haikal.

Dalam membangun citra diri di motivation letter hendaknya kita menunjukan diri kita dengan beberapa hal yang sudah kita capai sebagai bukti kualitas diri. Apa impian yang mau dicapai serta bagaimana impian itu akan dicapai. Hal itu bisa dikaitkan dengan tujuan program beasiswa ini yang akan membantu peserta mencapai impian. “Bukan sekadar menggugurkan kewajiban karena sudah mendapat scholarship, tapi bagaimana bisa grow dan improve diri kita saat menjalaninya,” imbuhnya.

Selain beasiswa Santri Unggulan, UII juga memiliki beberapa skema beasiswa yang dapat menjadi pilihan sesuai dengan kondisi, bakat, dan prestasi mahasiswa. Beasiswa tersebut adalah Beasiswa Atlet dan Juara Seni, Beasiswa Dhuafa, beasiswa Tahfidz Al Qur’an, Beasiswa Unggulan, dan Beasiswa Untuk Mahasiswa Asing.  

Perjalanan seorang mahasiswa yang broken home hingga mendapatkan beasiswa Unggulan Universitas Islam Indonesia (UII). Arul Sulaiman namanya. Percaya atau tidak, menurutnya, kekuatan sebuah ayat Al Qur’an mendongkraknya menjalani kehidupan yang sama sekali berbeda.

Dalam bincang santai Teatime, sebuah program obrolan santai sore yang diadakan rutin oleh international Program Ilmu Komunikasi UII, menghadirkan Arul Sulaiman. Teatime pada jumat 18 Februari 2022 ini bertajuk The Importance of the Personal Branding and Scholarship for Higher Education Student. Arul menceritakan kisah hidupnya dan bagaimana ia menjalani kuliahnya dengan Beasiswa Unggulan UII.

Arul tumbuh besar di tengah keluarga yang kurang harmoni. Orangtuanya berpisah saat ia usia kelas 1 Sekolah dasar. Hal itu membuatnya hidup dengan kondisi psikologis yang berantakan. “Aku nggak naik kelas dua kali. Saat itu aku kayak nggak terurus. Nggak pernah belajar, sering bolos sekolah,” ungkap Arul menceritakan kisahnya.

Di umur sekitar 10 tahun, Tuhan menunjukan keajaiban padanya. Arul begitu mengimani sebuah ayat dalam surat Al Baqarah 143 tentang sabar dan sholat sebagi penolong: Hai orang-orang yang beiman, jadikanlah sholat dan sabar sebagai penolongmu. Sesungguhnya, Allah bersama orang-orang yang sholat dan sabar. “Aku percaya itu. Saat itu aku aplikasikan semua itu. Di Al Baqarah ayat 143, aku ingat banget,” kenang Arul pada masa-masa kelamnya.

“aku aplikasikan itu. Aku sabar dan sholat. Dan aku jadi bisa berpikir apa yang seharusnya aku lakukan,” ungkap Arul. Mahasiswa yang sejak SMP memutuskan untuk tinggal sendiri ini terus menyibukan diri dengan berbagai kegiatan untuk berprestasi. “Aku harus survive. Aku ikut kegiatan yang bisa mengasah skill, ikut berbagai perlombaan baik tingkat kabupaten, hingga nasional bahkan internasional.”

“Hingga akhirnya aku mendapatkan beasiswa unggulan ini. aku harus menjadi lebih baik setiap hari,” ungkapan terakhir ini seolah menjadi jalan hidupnya sejak lama.

Kehidupan Kuliah Sebagai Mahasiswa 

Mendapatkan beasiswa ini menjadi salah satu kebanggaan karena awardee harus melewati seleksi yang cukup ketat dengan hanya memilih 20 orang dari ribuan pelamar. “Beasiswa ini menjadi salah satu yang membuat aku, dengan latar belakang kehidupanku yang nggak naik dua kali, saya makin tertantang memperbaiki diri, makin baik di kemudian hari.”

Terlebih, dengan mendapatkan beasiswa unggulan ini mahasiswa dipersiapkan betul untuk menjadi mahasiswa yang berprestasi dan aktif. “KIta juga ada kelas persiapan khusus. Selain itu juga untuk bisa mempertahankan beasiswa, IPK tidak boleh kurang dari 3.7, dan juga harus aktif ikut PKM,” lanjut Arul. PKM adalah Program Kreatifitas Mahasiswa yang diadakan oleh Kemenristek Dikti.

Pandemic The pandemic has changed work patterns. There have been many new challenges. Like what? Monthly discussions held by the UII Communications Nadim try to raise it and find answers to these questions. Starting from changing online media strategies, and looking for various strategies and content tricks to win over readers, even amidst the Coronavirus siege.

This time, Nadim’s discussion invited a resource person named Muhammad Diast Reyhan Rafif to become a discussion partner for students at UII Communications. Diast is an alumnus of the 2017 batch of UII Communication Studies. His final research in his thesis examined Editorial Management in Reporting on the Cancellation of the National Football League Competition. Several media are used as research objects. Among them are detik.com, and okezone.com. Bolasport.com, Jawapos.com.

According to Diast, several online media are quite responsive and creative in dealing with reporting amid a pandemic. “Detik.com, for example, raised the human interest side during the pandemic. Regarding salary uncertainty amidst competition uncertainty, also player activities during the pandemic, including news of league I and league 2 uncertainties,” said Diast revealing one of his research results on Tuesday, 15 February 2022.

Another second, another dotcom media, and the rest. Bolasport, said Diast, provides football travel content, in the form of a timeline or memorable moments. That timeline is tracked year by year. Apart from that, bolasport also covers supporter activities during the pandemic. Even though it seems ordinary, you can see creative efforts meandering amidst the lack of events that could be sources of writing due to the cancellation of the National Football League competition.

Different Srategies from different medias

It’s no different, Okezone from the MNC group media has another strategy. “Okezone.com has soccertainment. It is a rubric that reports on player activities when the leagues haven’t started, for example, player support, federation support, health support when a player or coach is exposed to corona,” said Diast, who also served as Chair of the Communication Editor’s Journalism Club. this. According to Diast, this rubric talks a lot about international football because it still attracts a lot of interest from readers.

If Legal publishes a lot of international sports news because it is liked by many readers, Jawapos focuses more on national sports news. For example, the news raised is about the activities of coaching players outside the field. Or also the theme of the player transfer market because there are many players abroad. This includes not forgetting to also cover PSSI’s steps to run the league.

Ifa Zulkurnaini, the moderator of the discussion, also asked if there was further research that could be done in the context of sports journalism. Narayana, UII Communication Lecturer, who was also present as a participant in the discussion said that there was still something that could be researched about sports journalism. Not only what Diast did, in football, but other research could also be carried out on how other sports journalism media cover amid a pandemic, especially for sports other than football. “Football can still go on, but what about basketball, badminton, and others? How can sports journalists and the media cover and survive during a pandemic? Maybe that’s what can be continued,” said Nara trying to argue in the middle of the discussion.

Pandemi membuat pola kerja berubah, Ada banyak tantangan baru. Seperti apa? Diskusi bulanan yang digelar Nadim Komunikasi UII mencoba mengangkatnya dan mencari jawab dari pertanyaan-pertanyaan itu. Mulai dari strategi media online yang berubah, mencari ragam strategi, dan trik konten untuk merebut pembaca, bahkan di tengah kepungan virus Corona.

Diskusi Nadim kali ini mengundang Narasumber bernama Muhammad Diast Reyhanrafif untuk menjadi mitra berdiskusi para mahasiswa di Komunikasi UII. Diast adalah alumni Ilmu Komunikasi UII angkatan 2017. Penelitian akhirnya dalam skripsi meneliti Manajemen Redaksional dalam Pemberitaan Pembatalan Kompetisi Liga Sepakbola Nasional. Ada beberapa media yang dijadikan objek riset. Di antaranya Detik.com, okezone.com. Bolasport.com, Jawapos.com.

Menurut Diast, beberapa media online cukup responsif dan kreatif mengatasi pemberitaan di tengah pandemi. “Detik.com misalnya, mereka mengangkat sisi human interest selama pandemi. Mengenai ketidakpastian gaji di tengah ketidakpastian kompetisisi, Juga kegiatan pemain selama pandemi, Termasuk juga berita ketidakpastian liga I dan liga 2,” kata Diast mengungkap salah satu hasil penelitiannya pada Selasa, 15 Februari 2022.

Lain Detik, lain media dotcom sisanya. Bolasport, kata Diast, memberikan sajian konten perjalanan sepakbola, Bentuknya timeline atau momen memorable. Timeline itu dilacak dari tahun ke tahun. Selain itu, bolasport juga meliput kegiatan supporter selama pandemi. Meski terkesan biasa, tapi terlihat upaya kreatif berkelok di tengah minimnya peristiwa yang bisa jadi sumber tulisan karena adanya pembatalan kompetisi Liga Sepakbola nasional.

Tak beda, Okezone dari grup MNC punya strategi lain. “Okezone.com memiliki soccertainment, Itu adalah rubrik yangmemberitakan kegiatan pemain saat liga-liga belum mulai, Misalnya dukungan pemain, dukungan federasi, dukukangan kesetahan saat ada pemaian atau pelatih terkena corona,” papar Diast yang juga pernah menjabat sebagi Ketua Klub Jurnalistik Redaksi Komunikasi ini. Menurut Diast, rubrik ini banyak bicara bola international karena masih bayak diminati pembaca.

Jika okezone banyak melansir berita olahraga internasional karena disukai pembaca banyak, Jawapos justru lebih banyak Fokus berita olahraga nasional. Misalnya berita yang diangkat adalah seputar aktifitas pemain pelatih di luar lapangan. Atau juga tema bursa transfer pemain karena banyak pemain di luar negeri. Termasuk tak lupa juga melakukan peliputan tentang langkah PSSI dalam upaya menjalankan liga.

Ifa Zulkurnaini, moderator diskusi juga sempat bertanya, apa ada lagi riset lanjutan yang bisa dilakukan dalam konteks jurnalisme olahraga ini. Narayana, Dosen Komunikasi UII, yang juga hadir sebagai peserta diskusi mengatakan, bahwa masih ada yang bisa diteliti berkaitan dengan jurnalisme olahraga. Tak hanya yang dilakukan Diast, di olahraga sepak bola, tapi juga bisa dilakukan riset lain bagaimana media-media jurnalisme olahraga lain meliput di tengah pandemi khususnya untuk olahraga selain sepak bola. “Sepak bola masih bisa jalan pertandingannya, tapi basket, badminton, dan lain-lain gimana? bagaimana jurnalis olahraga dan medianya meliput dan bertahan di tengah pandemi? mungkin itu ya yang bisa dilanjutkan,” kata Nara mencoba berpendapat di tengah diskusi.

Pengetahuan bisa ditumbuhkan dengan membaca atau mengikuti seminar. Ketrampilan yang baik tak cukup hanya dengan membaca, tapi juga harus diasah dengan latihan. Begitu juga dengan public speaking. Public sepaking adalah ketrampilan yang harus diasah dengan latihan juga pengetahuan. Latihan pun harus dilakukan dengan berbagai cara yang efektif. Tak sekadar “yang penting latihan”.

Jumat, 4 Februari 2022 ini, International Program Communication Department Universitas Islam Indonesia (IPC UII) mengadakan sesi Teatime tentang public speaking. IPC UII mengundang Trisnawati Sovitia Putri, alumni Komunikasi UII yang kini bekerja sebagai Public Relation (PR) di Genting Energy. Ngobrol santai yang bertajuk “The Urgency of PR Skill in the Work Environment” ini, Puput membeberkan bagaimana ia dulu berlatih public speaking ketika masih di bangku kuliah.

Mulai dari Diri Sendiri sampai Berlatih Bersama Teman

Puput, panggilan akrab Trisnawati, membagikan teknik belajar dan berlatih public speaking ala dirinya. Ini semua adalah berdasarkan pengalaman pribadinya menempa diri berlatih berbicara di depan umum. Mulai dari diri sendiri hingga akhirnya bersama teman-teman. Ada tahapannya, katanya. Berikut pengalaman Puput dalam berlatih.

Bicara di Depan Cermin
Pertama adalah latihan dengan cara ngomong di depan cermin. Puput dulu mempraktikan berbica di depan cermin seolah sedang menghadapi audience sungguhan. “Aku praktekkan semua gesture, semua ucapan, bahkan mimik muka juga aku serius kayak ada audience di depanku,” tutur Puput.

Record pakai layar ponsel.
Setelah latihan di depan cermin, Puput mencoba mempraktekan dengan merekam dirinya sendiri sedang berbicara di depan ponsel. Ketika sudah direkam dan dilihat lagi, ia akan bisa menilai presentasinya sediri. “Dari situ aku jadi tahu mana yang perlu diperbaiki. Cek mana yang kurang, Harusnya gesturnya begini aja,” kata Puput bercerita bagian mana yang sudah baik dan bagian mana yang perlu perubahan.

Latihan di depan teman
Langkah terakhir adalah latihan di depan teman-temannya. Ini akan semakin memantapkan diri dan melatih percaya diri. Jika sebelumnya tidak ada audience sugguhan, kini akan ada audience yang nantinya bisa melatih kepercayaan dirinya de depan audience sungguhan.

Knowledge can be grown by reading or attending seminars. Good skills are not just enough to read; they must also be honed with practice. Likewise, with public speaking. Public kicking is a skill that must be honed with practice and knowledge. Exercise must also be done in a variety of effective ways. Not only a usual practice.

This Friday, 4 February 2022, the International Program Communication Department of the Universitas Islam Indonesia (IPC UII) held a Teatime session on public speaking. IPC UII invited Trisnawati Sovitia Putri, a UII Communication Department alumnus currently working as a Public Relations (PR) at Genting Energy. In this relaxed chat entitled “The Urgency of PR Skills in the Work Environment,” Puput explained how She practiced public speaking while still in college.

Starting from Herself to Practicing with Friends

Puput, Trisnawati’s nickname, shares learning techniques and practicing public speaking in her style. This is all based on her personal experience forging herself practicing public speaking. Starting from ourselves to finally with friends. There are stages, She said. The following is Puput’s experience in practicing.

Talking in Front of the Mirror

The first is to practice speaking in front of the mirror. Puput practiced speaking in front of the mirror as if facing the audience. “I practice all gestures, all utterances; even my facial expressions are serious as if there is an audience in front of me,” said Puput.

Record using the smartphone screen.

After practicing in front of the mirror, Puput tried to practice by recording herself talking in front of a smartphone. She can judge her presentation when it has been recorded and viewed again. “From there, I came to know which ones need to be fixed. Check which ones are lacking; the gestures should just be like this,” Puput said, telling us which parts were good and needed changes.

Practice in front of friends

The final step is to practice in front of friends. This will further establish yourself and train your confidence. If previously there was no audience, now there will be an audience who can later practice their confidence in front of the audience.

 

Menjadi mahasiswa adalah kesempatan paling baik untuk mengembangkan diri. Tak Banyak kampus yang memberikan peluang untuk mengembangkan kapasitas ketrampilannya dan membuka peluang jaringan bagi mahasiwanya. Tak sedikit juga mahasiswa yang berkompetisi untuk berpartisipasi di belantara liar untuk ikut di ajang internasional. Adanya kegiatan internasional yang disediakan oleh kampus menjadi kesempatan baik bagi mahasiswa untuk turut berpartisipasi.

Di Teatime kali ini, 29 Januari 2022, International Program Communication Department Universitas Islam Indonesia (IPC UII) berbincang tentang program kampus yang sayang jika dilewatkan. Menghadirkan salah satu alumni Ilmu Komunikasi UII, Muhammad Akbar Priandanu, ngobrol santai ini akan memotivasi mahasiswa untuk memanfaatkan peluang dan fasilitas yang disediakan oleh kampus. Akbar yang kini bekerja di sebagai Event Management Specialist di PR Indonesia Group ini juga menceritakan partisipasinya semasa kuliah di Komunikasi UII dulu.

Semasa menjadi mahasiswa di Komunikasi UII, Akbar melihat banyaknya kegiatan dan program di kampus yang bisa menumbuhkan keterampilan dan peluang aktifitas internasional. “Aku dulu sering banget mengikuti event-event kampus. Bagiku itu peluang bagus. Kesempatan buat aku untuk mengembangkan diri,” kata Akbar.

Akbar menceritakan berbagai pengalamannya ikut program kolaborasi antara Ilmu Komunikasi UII dengan program PBB, juga program Prodi Ilmu Komunikasi Passage to ASEAN (P2A). “Program-program tersebut banyak mengenalkan aku dengan kegiatan dan perpektif sosial kemanusiaan seperti gender, inklusifitas, pemberdayaan, bahkan budaya dan peninggalan sejarah,” jelas Akbar. Dia juga pernah menjadi Presenter Riset dalam Konferensi Asia Tenggara tentang Media, Sinema, dan Seni 2021 yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Sosial Asia Tenggara, Universitas Gadjah Mada.

Terlibat aktif dalam event-event tersebut membuka peluang Akbar untuk mengenal dunia internasional. Selain itu juga membuka peluang pertemanan dan kesempatan untuk berkembang lebih jauh lagi.

There are many international events where you can try to develop skills, build self-confidence, and expand global networks in college. Model United Nations (MUN) is one of them. MUN is a simulation of the UN’s official assembly conference attended by school or university students. This MUN invites students from all over the world to introduce how the UN official assembly is conducted.

This Teatime chat event, Friday, 21 January 2022, was organized by the International Program of Communication at the Universitas Islam Indonesia (IPC UII). Teatime presented Rafif Sulthan. He is a 2017 UII Communication Department alumnus who has participated in the simulation of the UN meeting. Rafif, currently working as Digital Content Creator at Sport77, has participated in international MUN activities in Malaysia. He told how he joined and how he experienced the excitement of the activity.

In the registration process, he has to compete with thousands of candidates. In addition to filling out the registration form and preparing files, he should fulfill other requirements. He must also write an essay containing his motivation and background on his interest in participating in the MUN event.

During the registration process, participants were also asked to state their interest in being involved in representing themselves as a particular profession. On this occasion, Rafif chose to become a journalist by considering his competence. “In the end, I chose to be a journalist because it was relevant to my knowledge, Communication Studies. Let me know what to do, so I won’t get confused,” said Rafif.

Participants were also asked to choose what issues or topics they were interested in to later put together in a certain room and meeting according to the course of the official UN session. There are many themes proposed in the MUN in Malaysia. Among them are issues of humanity, health, economy, and social. “I chose humanitarian and social topics, especially discussing forest fires,” said Rafif, who was also assigned to write articles in English as a journalist at the UN MUN forum.

Banyak sekali event internasional yang bisa dijajal untuk mengembangkan skill, menumbuhkan rasa percaya diri, dan memperluas jejaring internasional semasa kuliah. Model United Nations (MUN) salah satunya. MUN adalah simulasi konferensi sidang resmi PBB yang diikuti oleh siswa sekolah atau mahasiswa. MUN ini mengundang pelajar dari seluruh dunia untuk mengenalkan bagaimana sidang resmi PBB dilakukan.

Acara ngobrol Teatime kali ini, Jumat 21 januari 2022, yang diselenggarakat oleh International Program of Communication Universitas Islam Indonesia (IPC UII) menghadirkan Rafif Sulthan. Ia adalah alumi Ilmu Komunikasi UII 2017 yang pernah berpartisipasi dalam simulasi rapat PBB tersebut. Rafif yang kini bekerja sebagai Digital Content di Sport77 ini sempat berpartisipasi pada kegiatan internasional MUN di Malaysia. Ia menceritakan bagaimana ia ikut bergabung dan bagaimana ia menjalani keseruan kegiatan tersebut.

Dalam proses pendaftarannya, ia harus bersaing dengan ribuan kandidat. Selain mengisi formulir pendaftaran dan menyiapkan berkas, ia juga harus menuliskan esai yang berisi motivasi dan latar bekakang ketertarikaanya mengkuti acara MUN.

Dalam proses pendaftaran juga diminta menyebutkan ketertarikan peserta untuk terlibat untuk mereprensetasikan dirinya sebagai profesi tertentu. Dalam kesempatan ini, rafif memilih menjadi jurnalis dengan pertimbangan kompetensi dirinya. “Akhirnya milih jadi jurnalis, relevan sama keilmuanku, Ilmu komunikasi. Biar aku tahu jelas harus melakukan apa, biar nggak bingung,” kata Rafif.

Partsispan juga diminta untuk memilih isu atau topik apa yang diminati untuk nanti disatukan dalam satu ruang dan rapat tertentu sesuai jalannya sidang resmi PBB. Ada banyak tema yang disodorkan dalam MUN di Malaysia itu. Di antaranya adalah Isu kemanusian, Kesehatan, Ekonomi, juga isu sosial. “Aku memilih topik kemanusiaan dan sosial, terutama membahas Kebakaran hutan,” kata Rafif yang juga diberi tugas untuk menulis artikel berbahasa Inggris sebagai seorang jurnalis di forum MUN PBB.