Chandigarh University India

Dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII, Dr. Herman Felani, S.S., M.A. berkesempatan menjadi guest lecture di Chandigarh University, India pada 1 hingga 14 Februari 2025. Berbagai agenda akademik dilakukan mulai pengajaran rutin, workshop, hingga mengisi podcast.

Program bertajuk International Faculty Exchange Program (IFEP) di Chandigarh University India tersebut merupakan momen bagi para akademisi khususnya dosen bidang tertentu yang akan melakukan pengajaran setidaknya dua minggu.

Dengan background pendidikan Sastra hingga American Studies, Dr. Herman Felani ditempatkan di program studi yang mempelajari sastra di University Institute of Liberal Arts and Humanities. Tugas utama di fakultas tersebut mengajar dua kelas yakni untuk kelas Master dan Doktoral.

“Bekerja lintas prodi, mereka melihat latar belakang American Studies jadi bertemu mahasiswa S3 jurusan (English) Sastra Inggris dan Masternya English literature. Tapi kajian riset mereka ada hubungannya dengan media,” ujarnya.

Di kelas Master, Dr. Herman Felani banyak memberikan materi terkait pengembangan penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa. Secara umum riset sastra di Chandigarh University lebih banyak dilakukan pada objek printed material, melihat hal tersebut perspektif terkait objek visual dan media digital dibahas lebih mendalam. Sementara di program Doktoral yang berisi 12 mahasiswa, lebih dominan dengan sesi konsultasi terkait disertasi.

Culture Akademik India dan Segala Stereotypenya

Chandigarh University merupakan private university terbaik di India, berjarak sekitar 20 kilometer dari pusat kota 80 persen mahasiswa tinggal di asrama. Culture akademik di sana memungkinkan para mahasiswa mendapat pengalaman internasional. Pasalnya, lewat program IFEP ratusan dosen dan profesor di seluruh dunia dihadirkan setiap tahun.

Dari cerita Dr. Herman Felani inisiatif belajar yang tinggi tak hanya ditunjukkan oleh mahasiswa dan dosen saja, bahkan staf turut bergabung dalam beberapa workshopnya.

Dalam momen workshop Expert Talk: Real vs Reel ‘Perspectives on the Contemporary Digital’ yang dihadiri oleh mahasiswa, dosen, dan staf menjadi momen interaktif. Pro kontra media sosial hingga perkembangan AI yang akan mempengaruhi kreativitas manusia menjadi topik yang menarik untuk diperdebatkan.

Agenda lainnya yakni workshop khusus dosen dan mahasiswa yang akan mempublikasikan hasil risetnya pada jurnal internasional. Topiknya tentu masih berhubungan dengan kajian film dan media digital.

“Bagaimana memasukkan film, media digital, komunikasi visual ke dalam kajian riset sastra dan bahasa linguistik diberikan ke mahasiswa S3 dan dosen,” ucapnya.

“Kesempatan itu saya gunakan untuk networking mencari editor serta artikel untuk jurnal kita baik AJMC, Jurnal Komunikasi, dan Jurnal Cantrik. Dan ada beberapa dosen yang bersedia menjadi editor kita dari Jordan, Kazmir,” tambahnya.

Lantas bagaimana tentang stereotype di India yang banyak ditampilkan di media sosial? Nyatanya dari pengalaman Dr. Herman Felani semua itu terpatahkan.

“Selama ini kita punya stereotype tertentu tentang india di sosmed kita melihat makanannya yang tidak higienis, street food yang begitu, dan orangnya unik-unik. Menariknya stereotype buat saya yang datang sebagai educator melihatnya semua terpatahkan. Dari sisi keamanan juga sangat baik,” tandasnya.

Hari Peduli Sampah Nasional 2025, Bagaimana Ilmu Komunikasi Berkontribusi?

Tanggal 21 Februari diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN), momentum ini menjadi refleksi untuk bijak terhadap sampah yang kita hasilkan hingga dampaknya terhadap lingkungan.

HPSN diinisiasi oleh Kementeroan Lingkungan Hidup dan Kehutanan atas insiden longsornya gundukan sampah setinggi 60 meter dan panjang 200 meter di TPA Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat pada 21 Februari 2005. Akibatnya, puluhan rumah berjarak 1 kilometer tertimbun dan 157 orang dinyatakan meninggal dunia.

Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2024, dari 277 kabupaten/kota si Indonesia mencatat timbunan sampah nasional mencapai 28,98 juta ton. Sementara timbunan sampah nasional 38,08 persen atau 11,03 juta ton.

Berbagai upaya penanganan sampah dilakukan, mulai dari pengelolaan sampah rumah tangga hingga inovasi Bank Sampah (di Indonesia sejak 2008), Mesin Prolisis (mengubah sampah menjadi bahan bakar), Startup Pengelolaan Sampah dan berbagai inovasi di setiap daerah.

Lantas bagaimana Ilmu Komunikasi turut berkontribusi dalam penyelesaian persoalan ini?

Dalam beberapa kajian seperti Komunikasi Pemberdayaan, Literasi Media, hingga Komunikasi Lingkungan cukup aplikatif dalam mengurai persoalan dan mampu memberi tawaran solusi.

Ilmu Komunikasi memang tidak menciptakan mesin penghancur sampah, namun dengan kajian ini mindset green skill menjadi modal awal.

Selengkapnya: https://communication.uii.ac.id/mengenal-green-skills-mindset-penting-untuk-dipahami-seluruh-generasi/

Kontribusi Ilmu Komunikasi dalam Isu Lingkungan

Di Prodi Ilmu Komunikasi UII, beberapa dosen aktif mendalami isu lingkungan dan pemberdayaan. Untuk mengetahui informasi tersebut dapat diakses pada link https://communication.uii.ac.id/dosen/

Beberapa pemberdayaan yang pernah dilakukan juga fokus dalam penyelesaian isu sampah di Yogyakarta. Misalnya Kampanye Media Sosial Guna Penanganan Sampah di Kota Yogyakarta yang dilakukan oleh Ida Nuraini Dewi Kodrat Ningsih, S.I.Kom, M.A.

Jumlah produksi sampah di DIY yang terus meningkat menjadi masalah yang tak terselesaikan. Data menunjukkan tahun 2019 produksi sampah mencapai 644,69 ton per hari, sementara 2023 meningkat menjadi 1.231,55 ton perhari. Jumlah tersebut didominasi oleh sampah sisa produksi rumah tangga. Sayangnya, hal ini tak menjadi perhatian serius bagi masyarakat.

Menggandeng Dinkominfosan Kota Yogyakarta untuk melakukan kampanye di media sosial terkait penanganan sampah. Hal ini dilakukan dengan pelatihan pembuatan konten video edukasi yang mendorong kesadaran masyarakat. Strategi yang digunakan adalah third party endorser, yakni sebuah lembaga menggunakan suara pihak ketiga guna mendukung program. Pemberdayaan ini dilakukan sejak April hingga Oktober 2024.

Pengabdian lainnya dilakukan oleh Narayana Mahendra Prastya, S.Sos, M.A yakni Sosialisasi Pengelolaan Sampah Secara Mandiri di Kota Yogyakarta. Dilatarbelakangi oleh ditutupnya TPA Piyungan membuat masyarakat di Yogyakarta kebingungan.

Sosialisasi yang dilakukan terkait pembuatan ecobrick, pengelolaan sampah plastik, serta promoting zero waste lifestyle dilakukan di tiga kelurahan (Wirobrajan, Karangwaru, Baciro) menggandeng mahasiswa Ilmu Komunikasi dilakukan pada mulai Mei hingga Juni 2024. Dengan sosialisasi tersebut harapannya, masyarakat di Yogyakarta mampu menangani masalah sampah secara mandiri.

Di UII, kampanye terkait kesadaran lingkungan turut dilakukan dengan tajuk UII Mengerti Bumi. UII Mengerti Bumi adalah sebuah inisiatif yang mengajak seluruh civitas akademika UII untuk lebih memahami dan menghargai bumi serta kelestariannya. Mengangkat isu pentingnya kesadaran akan pengelolaan lingkungan yang keberlanjutan, serta mendorong tindakan nyata untuk menjaga kelestarian bumi.

Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Terima Gelar Profesor Bidang Komunikasi Publik

Kabar Bahagia datang dari civitas akademika Universitas Islam Indonesia (UII), salah satu dosen dari Prodi Ilmu Komunikasi menerima gelar akademik tertinggi profesor.

Melalui SK Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 136905/M/07/2024 tentang kenaikan jabatan akademik dosen Dr. Subhan Afifi, S.Sos., M.Si resmi meraih gelar guru besar atau profesor dengan kepakaran Komunikasi Publik.

Seremonial penerimaan SK Profesor telah dilakukan pada Selasa, 18 Februari 2025 oleh Rektor Universitas Islam Indonesia, Prof. Fathul Wahid di Gedung Kuliah Umum Sardjito.

Dengan capaian yang diraih Dr. Subhan Afifi, S.Sos., M.Si, Prodi Ilmu Komunikasi UII telah mencatatkan dua profesor dalam kurun dua tahun terakhir. Ini merupakan prestasi yang patut untuk disyukuri.

Prof. Dr. Subhan Afifi, S.Sos., M.Si.

Klaster Riset
Health Communication, Public Relations, Islamic Communication

Pendidikan
S1 Universitas Diponegoro
S2 Universitas Indonesia
S3 University of Malaya

Visiting Professor

Workshop bertajuk Writing for International Semiotic Journals menjadi penanda dimulainya perjalanan Magister Ilmu Komunikasi (MIKOM) UII. Mengundang Prof. Kristian Bankov pada visiting professor perdana, workshop ini adalah rangkaian soft launching yang digelar pada 15 Februari 2025.

Dalam sesi ini Prof. Kristian Bankov membicarakan berbagai kiat-kiat dalam menulis riset yang ditujukan untuk publikasi di jurnal internasional. Topik riset yang dibahas fokus terhadap kajian semiotik sesuai kepakarannya.

Kristian Bankov tercatat sebagai profesor dari Southeast European Center for Semiotic Studies, New Bulgarian University. Ia menyebut jika memahami konteks secara menyeluruh menjadi hal utama yang mendukung pengembangan riset semiotik.

“Understanding the context the big turning point in the development of this large language model (your project) to discover this attention makes it easy in this is very semiotics project,” ungkap Prof. Bankov saat membuka workshop.

Kelihaian dalam menulis paper tidak bisa didapatkan secara instan, meski demikian menulis dan riset adalah hal fundamental bagi program master. Sehingga kolaborasi skala internasional bisa menjadi pendukung yang tepat.

Workshop

Visiting Professor Perdana di Program MIKOM UII. Foto: Lab Ilmu Komunikasi UII

Resume Workshop

  1. Penulisan akademis sangat penting bagi mahasiswa pascasarjana, dan pengalaman diperoleh melalui praktik, kolaborasi, dan keterlibatan kritis.
  2. Mengembangkan tesis yang jelas, menggunakan sumber-sumber yang dapat diandalkan, dan mempertahankan ketelitian akademis merupakan hal yang mendasar.
  3. Peran AI dalam meningkatkan kemampuan menulis, tetapi tidak menggantikan proses kreatif, diakui.
  4. Pentingnya memilih jurnal yang tepat berdasarkan profil dan fokusnya.

Aturan Dasar untuk Menulis Paper Akademik yang Baik

  1. Tentukan pertanyaan penelitian atau pernyataan tesis
  2. Lakukan melalui penelitian
  3. Kembangkan struktur yang logis
  4. Menjaga ketelitian dan objektivitas akademik
  5. Gunakan kutipan dan referensi yang tepat

Tentukan Pertanyaan Penelitian atau Pernyataan Tesis

  1. Pilihlah topik yang jelas, terfokus, dan dapat diteliti
  2. Rumuskan pernyataan tesis yang kuat yang mengekspresikan argumen utama atau tujuan riset
  3. Pastikan pertanyaan penelitian orisinil, penting, dan dapat dijawab dengan ruang lingkup makalah

Menjaga Ketelitian dan Objektivitas Akademik

  1. Gunakan bahasa yang formal, jelas, dan tepat
  2. Hindari klaim yang terlalu subjektif kecuali secara eksplisit diperlukan
  3. Dukung argumen dengan bukti yang kredibel, bukan opini pribadi
  4. Mengakui argumen tandingan dan mengatasinya secara logis

Di sesi terakhir Prof. Kristian Bankov mengajak para peserta untuk berfikir realistis, tak masalah memiliki ide yang cemerlang namun mengelola ekspektasi perlu menjadi perhatian.

“I mean you think you discovered something great and this is very good. It’s the beginning but very often your enthusiasm meets the reality the real world is that there are so many writing about this topic or that you are not consistent enough in identifying the research potential of this topic lack of experience goes to the gap between expectations and how selfconfidence and reality,” tegasnya.

Workshop sekaligus soft launching MIKOM UII dihadiri oleh kolega dari berbagai universitas antara lain Universitas Gadjah Mada, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, UPN Veteran Yogyakarta, Universitas Muhamadiyah Yogyakarta, hingga Universitas Pakuan.

Sebelumnya, salah satu dosen MIKOM UII Muzayin Nazaruddin S.Sos., MA., Ph.D juga turut mengisi sesi workshop dengan berbagi topik-topik disertasi di Tartu University, Estonia yang mengambil kajian semiotic kebencanaan.

Magister Ilmu Komunikasi

Prodi Ilmu Komunikasi UII telah melakukan soft launching Magister Ilmu Komunikasi (MIKOM) pada 14 dan 15 Februari 2025. Di momen yang bersejarah ini, visiting professor menjadi program pertama yang menandai pendirian dan perjalanan MIKOM.

Visiting professor akan menjadi program rutin, pada kesempatan pertama Kristian Bankov seorang profesor dari Southeast European Center for Semiotic Studies, New Bulgarian University.

Tercatat pendirian MIKOM telah diinisiasi sejak awal tahun 2023. Setelah melalui berbagai proses administrasi akhir 2024 SK MIKOM akhirnya telah diterbitkan oleh Kemenristekdikti. Salah atu tim pendiri MIKOM yakni, Prof. Subhan Afifi bersama anggota lainnya menyebut telah melakukan benchmarking ke beberapa universitas dalam dan luar negeri.

“We did benchmarking with Universitas Indonesia, Universitas Multimedia Nusantara, LSPR, dan NUS in Singapura. We want to learn about the program master communication,” ujar Prof. Subhan Afifi.

Setelah melakukan persiapan secara matang, MIKOM UII akan menjadi jenjang S2 yang fokus pada Master Environmental and Digital Communication. rencananya pengajaran akan dimulai pada bulan September tahun ini.

Fokus ini dinilai relate dengan kebutuhan para pembelajar yang tengah serius membicarakan soal climate change, AI, hingga digitalism. Hal ini diungkap Muzayin Nazaruddin S.Sos., MA., Ph.D saat menyambut kedatangan Prof. Kristian Bankov di UII.

“We plan to start the first intake in September this year, and our focus is kind of combination of Environmental Communication and Digital Communication. So Master environmental and digital communication. Many institutions talking about the climate crisis, AI, digital revolution, and also some more background are the university similar with your university (private university). We have also have kind struggle to sustain and maintance for bulding or how to survive,” ujarnya.

Kolaborasi dengan Prof. Kristian Bankov dinilai sangat tepat karena latar belakang universitas sebagai (private university) harapannya memberikan banyak insight.

“Thank you for the invitation, I hope to established more durable collaboration with our university this also between the world semiotic your university may purpose my visit here,” ucap Prof. Kristian Bankov.

Pada kesempatan ini, Prof. Kristian Bankov melakukan dua kali workshop, pertama workshop untuk internal MIKOM UII terkait pengelolaan Magister. Lalu pada kesempatan kedua workshop dibuka untuk umum bertajuk Writing for International Semiotic Journals yang dibuka untuk umum.

Di hari kedua visiting professor workshop dihadiri kolega dari berbagai universitas yakni Universitas Gadjah Mada, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, UPN Veteran Yogyakarta, Universitas Muhamadiyah Yogyakarta, hingga Universitas Pakuan.

Informasi Master of Environemtal and Digital Communication

Timeline:

  1. Intake : September 2025

Course:

 

Semester

 

Nama Mata Kuliah

Bobot SKS  

RPS

Teori Praktik
I 1. Islam Ulil Albab 3 0
2. Teori dan Perspektif Komunikasi 3 0
3. Metode Riset Kualitatif 3 0
4. Komunikasi Profetik dan Pemberdayaan 3 0
5. Komunikasi dan Budaya Digital 3 0
Total SKS – Semester I 15 0
II 1. Metode Riset Kuantitatif 3 0
2. Komunikasi Lingkungan dan Humaniora 3 0
3. Komunikasi Krisis, Risiko dan Bencana 3 0
4. Mata Kuliah Pilihan 1:

Digital PR and CSR

3 0
5. Mata Kuliah Pilihan 2:

Data Raya dan Kecerdasan Buatan

atau

Komunikasi Urban dan Aktivisme Media

3 0
Total SKS – Semester II 15 0
III 1. Publikasi Karya Ilmiah 4 0
2. Reading Course / Communication Project Preparation 4 0
3. Ekonomi-Politik Media 3 0
4. Mata Kuliah Pilihan 3:

Ekosistem Media Kreatif

3 0
5.               Mata Kuliah Pilihan 4:

Eco-semiotics and Sensory Methodologies

atau

Komunikasi Kesehatan

3 0
Total SKS – Semester III 17 0
IV Tesis/Projek Komunikasi

(memilih salah satu tipenya, yakni riset atau projek kekaryaan dalam level magister)

8 8
Total SKS – Semester IV 8 0
Total SKS 55 0
Iseng Mengisi Waktu Luang, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Lolos International Program di Thailand

Putri Dama Dinanti mahasiswa angkatan 2022 dinyatakan lolos mewakili Prodi Ilmu Komunikasi UII untuk melakukan pengabdian masyarakat di Thailand.

Program bertajuk International Mobility dari FPSB membawanya ke sekolah Darul Maaref Foundation yang berlokasi di Satun, Thailand Selatan untuk melakukan pengabdian. Berdasarkan timeline yang ditentukan ia akan menjalani program tersebut mulai 26 Januari hingga 24 Februari 2025.

Program tersebut bertujuan untuk mengembangkan wawasan, keterampilan, serta pengalaman lintas budaya di luar negeri. Menariknya, Putri awalnya hanya iseng mendaftar untuk mengisi waktu luang selama mengisi libur semester ganjil.

International Mobility

International mobility, pengabdian dalam bidang pendidikan

“Alhamdulillah saya mendapat kesempatan untuk menjadi bagian dari International Mobility. Awalnya, saya berniat mendaftar program ini memang untuk mengisi waktu liburan semester saya dan mencari pengalaman baru. Meski sempat ragu, dukungan dari keluarga dan teman-teman selalu menguatkan saya untuk mencoba kesempatan ini. Saya sangat bersyukur dan berterima kasih karena selalu mendapat dukungan dari lingkungan sekitar,” terang Putri Dama.

Pengabdian yang dilakukannya fokus terhadap bidang pendidikan. Datang bersama tujuh rekan sesama UII kegiatan belajar mengajar menjadi fokus utama, mulai dari jenjang TK, SD, SMP, dan SMA.

“Selama satu bulan disini, kegiatan utama dalam program ini adalah mengajar bahasa Inggris. Setiap orang mendapat tugas masing-masing, dan saya mendapat tugas untuk mengajar siswa SMP dan SMA,” ucapnya.

Kesempatan ini adalah pengalaman mengajar pertama bagi Putri, berbekal skill dalam bidang komunikasi ia menemukan beberapa metode untuk mengajar siswa SMP dan SMA secara efektif dan tidak mudah bosan. Salah satu metode yang diterapkan adalah dengan mengelaborasikan kebudayaan masyarakat di Thailand.

“Saya juga belajar cara mengajar dengan mengelaborasikan kebudayaan yang mereka miliki, agar murid tidak merasa bosan,” ungkapnya.

“Sangat bersyukur dan berterima kasih atas pengalaman berharga yang saya dapatkan melalui program ini. Saya merasa beruntung bisa belajar banyak hal, bertemu orang-orang hebat, dan memperluas wawasan. Melalui program ini juga mengajarkan saya pentingnya keluar dari zona nyaman dan menghadapi tantangan baru. Untuk teman-teman yang masih ragu atau merasa stuck, jangan takut untuk mencoba. Karena, keluar dari zona nyaman adalah bagian dari proses belajar dan berkembang,” tandasnya.

Menulis Esai

Definisi esai menurut KBBI adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas dari sudut pandang pribadi penulis. Sesuai dengan definisinya prosa merupakan karangan bebas, namun benarkah dalam menulis esai juga bebas?

Perlu dipahami jika tujuan menulis esai umumnya ditujukan untuk aktivitas-aktivitas kegiatan ilmiah seperti melamar beasiswa studi lanjut, mobility international, hingga exchange program seperti IISMA misalnya. Esai menjadi media komunikasi antara penulis untuk mengutarakan pemikiran dan tujuan dalam melamar beasiswa yang dituju.

Salah satu penggalan buku Inilah Esai yang ditulis oleh Muhidin M. Dahlan menyebutkan seperti ini:

“Esai itu bukan puisi. Akan tetapi esai tidak diperkenankan untuk hadir tanpa rasa proteika. Esai bukan cerita pendek, bukan novel, bukan repertoar teater, namun esai diharuskan bercerita, diwajibkan mengekspresikan suasana, itupun cerita dan suasana harus merupakan kandungan yang implisit, tersirat, atau samar. Sebab kalau bukan, ia dituduh sebagai puisi atau cerita pendek atau novel atau repertoar teater”.

Dari penggalan tersebut, tentu dalam menulis esai selain sangat personal juga membutuhkan teknik khusus. Umumnya dalam susunan esai menjadi beberapa bagian mulai dari pendahuluan, isi, dan kesimpulan.

Salah satu metode yang mudah diikuti dan efektif adalah metode SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, dan Teambound). Singkatnya SMART menjadi metode yang mampu mengukur rencana dan menjelaskan kondisi

Menulis Esai dengan Metode SMART

Metode SMART banyak dibicarakan oleh kalangan scholarship hunter. Berbagai sumber menyebutkan jika metode SMART pertama kali dipopulerkan oleh George T Doran, seorang Direktur Perencanaan di perusahaan Washington Power Water dalam makalah berjudul There is a S.M.A.R.T to Management’s Goals and Objective pada tahun 1981.

Lebih lanjut, berikut penjelasan terkait metode SMART,

  1. Specific

Specific (Spesifik) berarti bersifat khusus. Sebutkan secara jelas, spesifik, dan detail. Hindari menulis kontribusi secara general.

  1. Measurable

Terukur, program atau kontribusi yang telah disebutkan harus terukur. Bisa dijelaskan bagaimana proses menuju pencapaian.

  1. Achievable

Dapat dicapai, setelah mengukur rencana kontribusi pastikan semua realistis untuk dicapai. Dalam poin ini penulis dapat menjelaskan step by step menuju tujuannya.

  1. Relevant

Relevan, artinya rencana kontribusi sesuai dengan kebutuhan kondisi saat ini dan sesuai keahlian.

  1. Timebound

Berbatas waktu, sebaiknya ada batasan waktu yang jelas kapan tujuan itu tercapai.

Dalam penerapan metode SMART penulis dapat memulai dengan beberapa bagian yakni pendahuluan dengan menjelaskan profil diri. Lalu isi dengan metode SMART, dan terakhir penutup yang berisi penegasan komitmen terkait kontribusi yang telah direncanakan.

Hari Pers Nasional 9 Februari Perlu Dikaji Ulang?

Merayakan Hari Pers Nasional (HPN) pada 9 Februari nampaknya perlu dikaji ulang. Kilas balik sejarahnya yang mengacu kelahiran Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dinilai tak mewakili beberapa komunitas-komunitas pers.

Ditambah konflik internal dualisme kepemimpinan di tubuh PWI Pusat. Akibatnya dalam rapat pleno 29 September 2024, Dewan Pers mengambil beberapa tindakan salah satunya tidak memperbolehkan PWI menggelar uji kompetensi wartawan (UKW).

Terlepas dari konflik tersebut, perayaan HPN tetap digelar dengan tema “Pers Mengawal Ketahanan Pangan untuk Kemandirian Bangsa” di Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada Minggu, 9 Februari 2025.

Menanggapi hal ini, salah satu dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII, Prof. Masduki memberikan beberapa tanggapan kritis.

Berikut hasil wawancara dengan Prof.  Masduki, Profesor Bidang Ilmu Media dan Jurnalisme

  1. Mengapa penetapan 9 februari sebagai Hari Pers Nasional perlu dikaji ulang?

“Momentum apa yang disebut hari pers 9 Februari itu, sebetulnya secara historis hari kelahiran PWI. Namun tahun ini PWI lagi pecah, [Dualisme pemimpin], jadi dua organisasi. Ada yang mau bikin acara di Bajarmasin, ada yang mau bikin acara di Sumatera. Akhirnya apa yang terjadi sekarang? Orang bingung, sebenarnya peringatan hari persnya gimana ini. Dari sisi ini saya ingin mengatakan momentum apa yang disebut 9 Februari sebagai hari pers. Tahun ini harusnya menjadi refleksi ulang bahwa hari pers nasional perlu ditinjau.

Bukan hari pers yang bisa disepakati oleh seluruh komunitas pers. Termasuk Dewan Pers. Dalam diskusi dengan teman-teman Dewan Pers dan Aliansi Jurnalis Independen, beberapa hari ini saya menyampaikan intinya hari pers nasional perlu disepakati ulang karena itu warisan orde baru. Dan kemudian dicari momen sejarah yang lebih mewakili semua.

  1. Lantas mengacu dengan momen apa kesepakatan Hari Pers Nasional?

Misalnya kelahiran dari Medan Priayi di Bandung atau mungkin pas penetapan undang-undang pers tahun 1999. Satu poin pertama bahwa momentum 9 Februari harus dijadikan sarana untuk merefleksikan, mengkaji ulang kapan sebetulnya hari pers nasional Indonesia yang mencerminkan situasi lebih kompleks pada hari ini.

  1. Sementara, bagaimana dengan pers di Indonesia sudahkah ideal?

Nah kemudian yang kedua seperti yang ditanyakan tentu ini momentum ya. Apapun moment historisnya bahwa pers Indonesia itu harus segera berbenah, harus segera mengakselerasi kesiapan menghadapi disrupsi digital yang sudah berjalan ya. Karena dengan demikian dia bisa menjadi institusi yang sustainable.

  1. Dengan situasi Indonesia saat ini dengan berbagai kebijakan lawak, apa yang perlu dilakukan pelaku pers?

Ada tiga masalah besar pers Indonesia hari ini. Pertama soal yang disebut dengan independensi. Dia harus independen dari pemilik yang merupakan partai atau politisi. Dia harus bebas dari intervensi politik. Yang kedua, ini ada masalah dengan bagaimana pers Indonesia beradaptasi dengan pelakon digital. Yang ekosistem bisnisnya ini berubah total. Dan ini membutuhkan tidak hanya kesiapan skill, kompetensi, tapi juga perubahan regulasi yang diproduksi oleh Kementerian Komunikasi dan Digital, juga DPR. Nah yang ketiga yang menjadi banyak sekali perhatian adalah bagaimana keberlanjutan dari jurnalisme yang berkualitas. Yang dulu itu dikerjakan oleh media cetak. Sekarang media cetak berguguran, tapi yang muncul media digital, media siber itu isinya clickbait atau berita yang berbau hoax disinformasi. Ada ancaman namanya hilangnya jurnalisme berkualitas. Kedalaman berita investigasi, berita yang seharusnya watchdog, memantau kekuasaan.

  1. Langkah apa yang mampu menjadi solusi?

Ini harus jadi konsen bersama. Baik itu dalam kerangka misalnya melindungi dan mendorong tumbuhnya media-media alternatif yang fokusnya pada jurnalisme, maupun mengembangkan pendanaan publik yang bisa dicollect dari negara, hibah negara, juga hibah dari platform digital, juga para charity, para filantropis, sehingga jurnalisme-jurnalisme yang bertumbuh sekarang yang dikelola oleh independent journalist di luar media mainstream itu bisa mendapat tempat.

Karena Indonesia harus merawat demokrasi yang berbasis pada well-informed society, masyarakat yang memiliki informasi memadai kesadaran yang cukup, posisinya sebagai warga negara yang harus selalu aware dan mengontrol kekuasaannya. Pers itu harus menjadi watchdog dalam situasi ini.

Hak cipta

Jumlah kreator konten (Content Creator) di Indonesia mencapai 17 juta, 8 juta diantaranya telah berpenghasilan di atas UMR. Data ini diungkap oleh Menteri Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya akhir tahun 2024 lalu.

Jumlah tersebut mengindikasikan profesi ini sangat diminati, apalagi pundi-pundi rupiah yang ditawarkan cukup fantastis dengan jam kerja yang fleksibel. Jadi tak heran pengguna media digital berbondong-bondong membuat konten berharap viral dan menjadi content creator.

Namun, sebelum terjun menjadi content creator salah satu prinsip yang perlu dipahami tentu tentang hak cipta. Hal ini penting karena pengabaian hak cipta dapat merugikan secara materiil maupun non materiil.

Content creator sebagai orang yang membuat konten (teks, audio, video) dalam bentuk fisik maupun digital bertujuan untuk memikat, edukasi, hingga hiburan semata.

Dengan profesi yang berkutat dengan materi penciptaan, seorang content creator akan sering bersinggungan dengan hak cipta.

Memahami Hak Cipta

Melansir dari laman Kementerian Hukum Republik Indonesia Direktorat Jenderal Kekayan Intelektual, hak cipta merupakan hak eksklusif pencipta yang melekat secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif atas ciptaan yang diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Terkait hak cipta telah diatur dalam UU Nomor 19 Tahun 2002 dan UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Selengkapnya dapat diakses melalui laman https://peraturan.bpk.go.id/details/38690.

Realita saat ini pelanggaran hak cipta di era digital sangat kompleks. Dari riset yang dilakukan Fenny Wulandari tentang Problematika Pelanggaran Hak Cipta di Era Digital pada Journal of contemporary Law Studies menyebut kemudahan penggandaan dan pendistribusian karya digital di platform digital dilakukan tanpa kontrol yang memadai.

Kasus pelanggaran hak cipta di Indonesia yang berkaitan dengan teknologi digital didominasi oleh distribusi ilegal.

Sialnya, jika seorang content creator tak memahami pentingnya pengetahuan hak cipta kerugian bisa saja menimpa. Hukuman pidana beragam dari 5 hingga 7 tahun penjara, atau denda dari Rp 500 juta hingga Rp 5 miliar.

Bijak dalam Mencipta

Jika saat ini content creator menjadi profesi incaranmu sebaiknya perhatikan baik-baik dalam proses menciptakan karya. Terlebih soal karya-karya yang akan menjadi pendukung konten yang tengah diproduksi.

Sederhananya, content creator akan membutuhkan gambar visual, instrument, musik, hingga video. Sebenarnya banyak laman penyedia gratis yang dapat diakses. Namun hal yang sebaiknya tak dilewatkan adalah keterangan syarat dan ketentuan sebelum mengunduhnya.

Konten-konten di sosial media cenderung dinamis namun seragam, sesuai dengan tren yang tengah banyak digemari penggunanya. Hal yang paling umum adalah penggunaan karya seni, misalnya menambahkan musik terbaru saat mengunggah konten video ke Instagram. Beberapa musik dan instrument bisa jadi bebas akses, namun jika tujuan komersil hal tersebut perlu dipelajari lebih lanjut.

Sebagai contoh, anda merupakan seorang content creator yang akan menerima endorsement suatu produk. Untuk mengoptimalkan engagement anda menambahkan lagu dari salah satu seniman. Artinya anda akan mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut, sementara pencipta lagu tidak mendapatkan apapun dari hal tersebut.

Tidak masalah jika lagu tersebut bisa diakses secara bebas dan disediakan oleh pencipta karena karyanya turut dipromosikan. Akan sangat merugikan jika anda memilih lagu dari seniman yang sama tapi mengambil dari sumber yang bukan aslinya, di Indonesia aktivitas cover-mengcover lagu tanpa izin yang tengah booming sudah dinormalisasi.

Namun, untuk menjadi content creator yang juga mencipta karya sebaiknya prinsip-prinsip terkait hak cipta menjadi pedoman utama. Bagaimana menurutmu Comms?

SABA WANUA

Pulitzer Center telah memberikan grant atau hibah untuk proyek terkait isu-isu climate change. Salah satu penerima grant tersebut adalah Prof. Masduki, dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII. Proyek yang dikerjakan bertajuk SABA WANUA: Belajar Hidup di Samigaluh pada 3 hingga 5 November 2024.

Proyek tersebut merupakan hasil kolaborasi dengan wartawan senior Majalah Tempo, Sinta Maharani dan Anang Saptoto seorang seniman sekaligus aktivis di Yogyakarta.

“Hibah ini saya peroleh dari Pulitzer Center Asia Tenggara yang berkantor di Jakarta. Ini lembaga internasional yang concern dalam isu-isu climate change. Mereka memiliki program khusus untuk akademisi komunikasi yang dalam pelaksanaanya harus berkolaborasi dengan jurnalis,” ujar Prof. Masduki.

Gagasan yang digarap Prof. Masduki bersama timnya adalah pengembangan jurnalisme konstruktif, kemudian direalisasikan melalui workshop kepada 15 orang yang terdiri dari jurnalis, seniman, dan warga Samigaluh Kulon Progo.

Bagaimana Proyek SABA WANUA?

SABA WANUA: Belajar Hidup di Samigaluh merupakan workshop dengan metode live in selama tiga hari. Materi yang disampaikan dalam workshop mengacu pada isu lingkungan yang terjadi di Samigaluh.

SABA WANUA

Dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII Raih Grant Pulitzer Center, ‘Penguatan Perpektif Climate Change pada Jurnalis’

Dari pengamatan yang dilakukan Prof. Masduki dan tim 5 hingga 10 tahun terjadi krisis air di Kawasan tersebut. Ironisnya bukan karena kekeringan, Samigaluh sebagai kawasan pegunungan kaya air.

Ketersediaan air di Samigaluh sangat mencukupi masyarakatnya, namun terjadi privatisasi air di wilayah tersebut. Negara telah mengkomersialisasi, sehingga masyarakat harus membeli miliknya sendiri.

Dari kasus tersebut, salah satu solusi yang ditawarkan adalah dengan melakukan workshop SABA WANUA.

“Intinya adalah kita ingin mengembangkan pendekatan-pendekatan kritis, memahami bagaimana krisis air yang terjadi di Samigaluh itu dihubungkan dengan proyek strategis nasional terkait kawasan wisata Borubudur, yang itu melewati bukit Menoreh karena dialirkan atau dikoneksikan dengan bandara YIA,” jelasnya.

Akibatnya, masyarakat yang terus menerus harus membayar mulai mencari solusi dengan melakukan perawatan-perawatan sumber air alternatif.

“Ada namanya gerakan masyarakat setempat, itu yang menginisiasi penemuan perawatan sumber-sumber air alternatif untuk sustainable air supply di sana,” jelasnya.

Tujuan Proyek SABA WANUA

Beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam workshop ini meliputi tiga hal. Pertama menguatkan perspektif tentang climate change terutama terkait krisis lingkungan yang dihubungkan dengan proyek strategis pemerintah, khususnya dalam konteks pariwisata.

Kedua, menguatkan keterampilan jurnalis dalam hal ini anggota PERSMA Himah UII dalam membuat liputan jurnalistik isu lingkungan.

Ketiga, bagi dosen selain berkaitan dengan data riset juga pemahaman tentang bagaimana jurnalisme berperan dalam advokasi lingkungan.

Prof. Masduki juga menambahkan harapannya dengan grant yang diterimanya mampu menambah kepercayaan Prodi Ilmu Komunikasi UII pada jejaring internasional.

“Bagi prodi penting karena juga menambah jejaring lembaga internasional yang memberi kepercayaan baik kepada dosen maupun kepada institusi. Mudah-mudahan nanti ke depan ada dosen lain lagi yang mendapatkan hibah yang sama,” tandasnya.