sikat gigi
Reading Time: 2 minutes

Salah satu kondisi yang membuat kita tidak percaya diri adalah bau mulut. Hal ini bisa diatasi dengan menyikat gigi ataupun mengkonsumsi permen penyegar nafas yang beredar di pasaran. Namun ketika sedang puasa apa yang bisa dilakukan, apakah boleh menyikat gigi?

Melansir dari laman Kemenkes, bau mulut yang kita alami selama puasa terjadi karena beberapa hal, pertama karena makanan yang kita konsumsi saat santap sahur yang cenderung memiliki bau menyengat. Hal tersebut memicu bakteri berkembang biak dengan cepat. Kedua, bau mulut juga bisa dipicu oleh kondisi tubuh, seperti penderita diabetes dan maag.

Saat menjalankan ibadah puasa umat muslim dianjurkan menghindari material dari luar masuk ke dalam tubuh bagian manapun, termasuk air saat kita berkumur dan sikat gigi. Ketika kita melakukan aktivitas tersebut tentu akan ada kemungkinan air masuk ke dalam mulut. Apakah selama puasa kita dilarang melakukan aktivitas tersebut?

Terkait boleh tidaknya berkumur sikat gigi saat puasa telah disampaikan oleh Syekh Muhamad Nawai Al Batani dalam Nihayatuz Zain. Dilansir dari laman NU Online, berikut penjelasannya:

ومكروهات الصوم ثلاثة عشر: أن يستاك بعد الزوال
Artinya: “Hal yang makruh dalam puasa ada tiga belas. Salah satunya bersiwak setelah zhuhur,” (Nihayatuz fi Irsyadil Mubtadi’in)

Selain itu penjelasan dari Imam Nawawi menyebut jika tetap ingin melakukan aktivitas sikat gigi perlu dilakukan secara hati-hati. Hal ini dilakukan agar aiar, pasta gigi, bahkan bulu dari sikat gigi tidak masuk ke tenggorokan. Meski tanpa sengaja hal tersebut akan membatalkan puasa.

‎ لو استاك بسواك رطب فانفصل من رطوبته أو خشبه المتشعب شئ وابتلعه افطر بلا خلاف صرح به الفورانى وغيره

Artinya: Jika ada orang yang memakai siwak basah. Kemudian airnya pisah dari siwak yang ia gunakan, atau cabang-cabang (bulu-bulu) kayunya itu lepas kemudian tertelan, maka puasanya batal tanpa ada perbedaan pendapat ulaman. Demikian dijelaskan oleh al-Faurani dan lainnya. (Abi Zakriya Muhyiddin bin Syaraf an-Nawawi, al-Majmu’, Maktabah al-Irsyad, Jeddah, juz 6, halaman 343)

Sementara dengan aturan yang jelas tersebut, solusi yang ditawarkan oleh ulama adalah menggosok gigi sebelum imsak, sementara jika sudah siang disarankan menggosok gigi dengan kayu siwak.

Untuk berkumur saat puasa anjurannya tidak berlebihan (al mubalaghah). Berlebihan yang dimaksud adalah terlalu kencang dan banyak karena kekhawatiran air akan tertelan.

Tips Mengurangi Bau Mulut saat Puasa

Selain menyikat gigi usai santap sahur, ada beberapa cara yang bis akita lakukan untuk mengurangi bau mulut selama menjalankan ibadah puasa. Berikut ada beberapa tips yang disarankan dilansir dari laman Kemenkes:

  1. Usahakan minum cukup, total konsumsi air saat sahur dan buka puasa minimal 2-3 liter.
  2. Membersihkan mulut secara sempurna, menyikat gigi serta menggosok lidah. Selain itu gunakan obat kumur agar mulut bersih secara maksimal.
  3. Menghindari makanan yang berbau tajam.
  4. Tidak merokok saat buka maupun sahur.
  5. Tidak tidur berlama-lama selama menjalankan ibadah puasa, hal ini merupakan pemicu bau mulut yang sering terjadi.

Itulah informasi seputar sikat gigi saat menjalankan ibadah puasa serta beberapa tips yang bisa diterapkan. Yuk Comms lakukan beberapa tips tersebut agar tetap percaya diri sepanjang menjalankan ibadah puasa tanpa khawatir bau mulut.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

PILMAPRES
Reading Time: 2 minutes

Perwakilan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi raih skor tertinggi pada Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (PILMAPRES) di Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) UII 2024.

Ada tiga nama mahasiswa yang mewakili Prodi Ilmu Komunikasi yakni Fahrur Rozi angkatan 2021, Nandita Faiza angkatan 2022, dan Rahmanisa Amani angkatan 2021. Dari ketiga nama tersebut, Fahrur Rozi berhasil menempati posisi teratas dengan skor 378,345, Nandita Faiza posisi keenam dengan skor 211,685, dan posisi kesepuluh Rahmanisa Amani dengan skor 95,500.

Pada proses pemilihan mahasiswa berprestasi beberapa tahapan, para finalis telah melakukan seleksi administrasi, capaian unggulan yang berisi prestasi nasional dan internasional, membuat video presentasi berbahasa Inggris, presentasi gagasan kreatif atau produk kreatif, dan terakhir wawancara verifikasi.

Menariknya pada PILMAPRES kali ini Fahrur Rozi dari Prodi Ilmu Komunikasi merupakan juara bertahan. Sebelumnya ia telah meraih peringkat pertama tingkat FPSB, dan peringkat ketiga tingkat universitas. Belajar dari pengalaman, Rozi menyebut telah memperbaiki beberpa kekurangannya tahun lalu.

“Karena tahun lalu saya sudah mengikuti rangkaian pilmapres, jadi kebanyakan persiapan saya ambil lagi dari tahun lalu. Beberapa perbaikan yang saya lakukan, pertama memperbaiki naskah gagasan kreatif agar lebih sesuai dengan ketentuan dari panitia Pilmapres nasional. Kedua, saya berusaha meningkatkan kemampuan bahasa Inggris yang nantinya akan dipakai dalam seleksi presentasi dan diskusi (FGD/LGD),” ujar Rozi saat dihubungi tim website Prodi Ilmu Komunikasi.

Beberapa prestasi satu tahun terakhir yang turut menyumbang skor untuk Rozi antara lain Juara 1 International Business Plan Competition (ISM IBSI) 2023, Medali Perak International Business Model Canvas iCEBIV 2023, HaKI Kompilasi Ciptaan/Data (rancang bangun aplikasi digital lakubudaya)

Sementara untuk gagasan yang dipresentasikan dalam ajang kali ini adalah terkait isu menurunnya reputasi pertunjukan seni budaya. Dirinya menawarkan solusi dengan bentuk rancangan program pembentukan komunitas yang menaungi seniman dan pemilik sanggar seni di Jogja. Solusi lainnya adalah membuat rancangan aplikasi digital sebagai fasilitator yang mempertemukan seniman dengan masyarakat sebagai pasar audiens mereka.

“Harapannya, dari program ini, para seniman kembali mendapatkan penghasilan dan atensi dari masyarakat agar terus melanjutkan sanggar mereka,” tandasnya.

Hasil Pemeringkatan PILMAPRES FPSB

  1. Muhammad Fahrur Rozi (Ilmu Komunikasi) – skor 378,345
  2. Jalaluddin Rizqi Mulia (Hubungan Internsional) – skor 272,485
  3. Mohammad Rifqi Farhan (Psikologi) – skor 248,050
  4. Silvia Jultikasari Febrian (Hubungan Internasional) – skor 232,550
  5. Yurna Hafizah (Psikologi) – skor 223,645
  6. Nandita Faiza (Ilmu Komunikasi) – skor 211,685
  7. Parditha Eka Putri (Hubungan Internasional) – skor 158,350
  8. Fatimah Az Zahra (Psikologi) – skor 121,850
  9. Utami Amalia Sudarman (Hubungan Internasional) – skor 102,050
  10. Rahmanisa Amani (Ilmu Komunikasi) – skor 95,500
  11. Afta Raasikh Editia (Psikologi) – skor 50,300

Setelah melalui seleksi para 11 finalis tersebut akan mendapat pembekalan dari pihak universitas.

Hari musik nasional
Reading Time: 2 minutes

Merayakan Hari Musik Nasional, 9 Maret 2024 nampaknya cukup menarik jika membahas soal preferensi atau selera musik Gen Z. Jika menilik data Indonesia Gen Z Report 2024, genre musik pop masih menempati urutan teratas dalam presesntase kesukaan Gen Z. Namun ada kecenderungan pop indie menjadi pilihan, benarkah?

Sebelumnya kita perlu mendefinisikan pengertian musik indie dan musik pop, karena keduanya sesuatu yang terpisah. Riset milik Jefri Yosep Simanjorang yang berjudul Modal Sosial pada Skena Musik yang telah diterbitkan pada Jurnal Unpad menyebut, musik indie bukanlah genre melainkan cara pengelolaan yang independen. Sementara pop adalah genre atau aliran musik yang berasal dari kata populer yang menegaskan musik ini memiliki sifat umum dan mudah diterima semua kalangan.

Musik memang menjadi bagian tak terpisahkan, dalam berbagai kegiatan musik menjadi teman paling setia. Ketika tengah menikmati secangkir kopi dan menatap senja, musik pop indie seolah menjadi penyempurna untuk meromantisasi suasana.

Selain aktif datang ke acara konser musik, mencari lagu-lagu melalui pencarian online juga dilakukan. bahkan 38% Gen Z menyebut bahwa mereka mengandalkan rekomendasi musik yang disediakan oleh platform streaming. Sementara 17% lainnya cenderung meminta saran kepada teman.

Menilik data dari IDN Research Institute dalam Indonesia Gen Z Report 2024, musik pop menjadi pilihan utama Gen Z, sebanyak 59% memiliki preferensi terhadap musik tersebut. Sementara 14% lainnya memilih K-pop, Indie 5%, Rock 5%, dan sisanya terbagi pada genre R&B, Jazz, Hip-hop, Dangdut, dan lainnya.

Siapa Kiblat Gen Z Soal Musik?

Data di atas menunjukkan,genre Pop merupakan selera Gen Z, lantas bagaimana soal Indie? Ternyata Indie yang digandrungi oleh Gen Z bisa dilihat dari deretan nama musisi yang kini menjadi kiblat mereka.

Beberapa nama musisi Indonesia paling populer posisi pertama diduduki Nadin Amizah, disusul Idgitaf, Ardhitho Pramono, Isyana Sarasvati, dan JKT48. Dari deretan nama tersebut nampaknya hanya JKT48 yang pengelolaanya tidak dilakukan secara independen.

Hal ini sejalan dengan gaya hidup Gen Z sebagai native digital yang sering mendengarkan musik lewat platform digital. Beberapa platform paling disukai Spotify dengan presentase 61%, disusul YouTube 26%, YouTube Music 7%, Joox 3%, dan Apple Music 2%.

Melansir dari laman Sound on Global, Spotify memang paling banyak dialiri oleh musik Indie. Spotify dalam genre indie telah membantu artis-artis berbakat tanpa label menjadi terkenal dan sukses. Dengan Spotify, artis indie dengan mudah menjangkau para audiens dan menciptakan kesan yang menarik.

Artinya, prefernsi Gen Z tak bisa dpukul rata bahwa mereka memiliki selera indie. Musik yang dipilih pop namun, indie yang mereka maksud adalah sosok idolisasi. Sosok Nadin Amizah dengan style khas vintage, lirik lagu yang menggunakan bahasa baku menjadi pembeda.

Begitupun Idgitaf, lirik-lirik dalam lagunya begitu kerap menceritakan peraaan takut cukup relate dengan kondisi Gen Z. Gaya fashion Idgitaf yang nyentrik playfull menjadi daya tarik tersendiri.

Soal preferensi musik tentu sangat beragam dan bebas, bagaimana dengan dirimu Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Nyadran
Reading Time: 3 minutes

Menjelang bulan Ramadan berbagai kegiatan dilakukan oleh masyarakat, di Jawa berbagai tradisi menjadi penyemarak untuk menyambut bulan suci. Jawa Tengah dan Yogyakarta akan sangat lekat dengan Nyadran, di Jawa Timur ada Megengan atau Ruwahan, sementara di Jawa barat ada tradisi Munggahan dan Misalin.

Bagi masyarakat yang melakukan tradisi tersebut, hal ini memiliki nilai rligiusitas dan kearifan lokal. Dalam Nyadran, Megengan, hingga Misalin ada wujud antara relasi manusia, leluhur, alam, dan Tuhan.

Jika dilihat dari waktu melakukan tradisi tersebut tentu beriringan dengan momentum ibadah mahdhah, namun tradisi tersebut bukanlah bagian dari ibadah mahdhah yang bersumber dari Al-Qur’an dan as-Sunnah.

Hal ini memunculkan berbagai pandangan, ada yang sepakat ada yang tidak. Salah satu dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Anang Hermawan, S.Sos., M.A dengan klaster riset bidang pemberdayaan menyebut tradisi ini diwarnai pro dan kontra keduanya memiliki argumen yang menguatkan.

“Ada perbedaan di kalangan umat Islam dalam melihat nyadran, pro dan kontra. Bagi yang kontra, nyadran dinilai menyelisihi ajaran agama, karena dianggap tidak ada landasannya sama sekali (secara persis). Di sisi lain, kalangan yg pro menganggap nyadran merupakan budaya masyarakat muslim yg juga memiliki landasan agama, atau paling tidak, memiliki dasar-dasar pemahaman yang tidak menyelisihi syariat,” ujarnya.

Merujuk pada KBBI, istilah Nyadran atau sadran-menyadran adalah mengunjungi makam pada bulan Ruwah untuk meberikan doa kepada leluhur dengan membawa bunga atau nyekar hingga membawa sesajian pendukung lainnya.

Melansir dari laman NU Jepara, tradisi ini merupakan kegiatan komunal seperti mengundang tetangga, mengumpulkan jamaah di masjid maupun di rumah untuk melakukan doa bersama, istighosah, tahlilan, yasinan yang ditujukan kepada leluhur. Mendoakan arwah leluhur bertujuan untuk meminta ampunan, Rahmat dan syafaat dari Rasulullah SAW dan diakhiri dengan “berkatan” atau berkah nasi dalam besek yang nantinya dibawa pulang ke rumah dan diberikan kepada anak dan keluarga.

Pandangan Islam tentang Tradisi dan Kearifan Lokal Nyadran

Lantas bagaimana Islam memandang tradisi Nyadran dan tradisi-tradisi menjelang bulan Syaban lainnya?

Faham soal takfiri (mengkafirkan), tabdi (membidahkan), tasyri (mensyirikkkan) terbentuk melalui pemahaman Islam konservatif. Tradisi tersebut memang tak bersumber pada Al’Quran maupun as-Sunnah, sehingga taka da standar baku dan dapat dilakukan sesuai kekhasan setiap daerah.

NU berpandangan, selama tradisi-tradisi dilakukan dengan cara yang beradab dan tidak menyimpang dari syariat maka tradisi tersebut layak disebut sebagau khazanah kearifan lokal yang patut dilestarikan.

Menurut artikel berjudul Memahami Kearifan Tradisi-tradisi Lokal yang ditulis oleh Ninde Adien Maulana pada laman NU Online, kriteria kebaikan pada adat kebiasaan berpijak pada kebenaran akal sehat manusia dan norma-norma syariat. Maka perlu diketahui bahwa tradisi yang tengah dilakukan tidak bertentangan dengan syariat, tidak menyebabkan kerusakan dan menghilangkan kebaikan, telah dilakukan secara masif dan berulang di kalangan umat Islam, dan tidak masuk dalam wilayah ibadah mahdlah.

“Penilaian sesuatu yang diharamkan tidak terletak pada nama, namun pada substansi isinya” (Fatawa al-Azhar 7/210)

Dalam konteks Nyadran, substansinya adalah ziarah kubur mendoakan leluhur dengan membaca ayat al-Quran, berbagi sedekah atas nama mayit.

Rasulullah bersedekah makanan atas nama Khadijah, “Aisyah berkata: “Jika Rasulullah menyembelih kambing, maka beliau berkata:” Kirimkan daging-daging ini untuk tean-teman dekat Khadijah”. Aisyah berkata: “Saya memarahi Nabi di suatu hari”. Nabi bersabda: “Saya sudah diberi reezeki mencintainya” (HR Muslim)

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallama melakukan penyembelihan hewan dan menyedekahkannya untuk Khadijah setelah wafatnya (HR Muslim No 4464). Syaikh berkata: Secara watak ini adalah sedekah. Dari dalil ini dapat diambil kesimpulan bahwa boleh bersedekah atas nama mayit baik berupa daging, makanan, uang atau pakaian, ini adalah sedekah, atau dengan qurban saat Idul Adlha. Kesemua ini adalah sedekah atas nama mayit” (Fatawa al-Ahkam asy-Syar’iyah No 9661)

Sementara dalam Muhammadiyah, tradisi ziarah pada masyarakat Jawa yang disebut ruwahan, nyekar, nyadran, dan sebutan lainnya dijelaskan pada artikel yang berjudul Ziarah pada laman Suara Muhammadiyah. Secara umum Majelis Tarjih membolehkan tradisi ini dengan hadis di bawah ini:

“Diriwayatkan dari Buraidah ia berkata, Rasulullah saw bersabda; Dahulu aku pernah melarang ziarah kubur, maka telah diizinkan bagi Muhammad berziarah kubur ibundanya. Maka berziarahlah kubur, sebab hal itu mengingatkan akhirat.” (HR Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan al-Hakim)

Tak hanya itu, tradisi ini mesti dilakukan sesuai tuntunan dan etika yang diajarkan Nabi yakni meluruskan niat, melepas alas kaki, tidak duduk atau menduduku kuburan, berdoa kepada Allah, dan mengucapkan salam kepada ahli kubur.

“Diriwayatkan dari Aisyah ra, ia berkata; “Rasulullah saw pada tiap malam gilirannya, pergi ke Baqi’ di akhir malam, dengan ucapannya: Assalamu’alaikum dara qaumin mukminin wa atakum ma tu‘aduna ghadan muajjalun, wa inna insya Allahu bikum lahiqun. Allahummaghfir li ahli Baqi’il Gharqad. (Semoga keselamatan bagi kamu sekalian wahai negeri kaum yang beriman dan akan datang apa yang dijanjikan kepada kamu sekalian dengan segera. Dan sesungguhnya kami, dengan izin Allah, akan menyusul kamu sekalian. Yaa Allah ampunilah penghuni Baqi’ al-Gharqad (nama kuburan).” [HR. Muslim]

Meski demikian, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir pernah menyatakan jika ziarah adalah satu dari banyak sunnah yang dapat diamalkan

“Meski sunnah, tidak perlu terlalu sering berziarah kubur. Banyak sunnah Nabi lainnya yang lebih besar yang harus dikerjakan untuk memajukan umat dan bangsa,” tuturnya dalam laman Suara Muhammadiyah.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Aplikasi
Reading Time: 2 minutes

TikTok dan CapCut tercatat sebagai aplikasi yang paling banyak diunduh oleh masyarakat Indonesia sepanjang tahun 2023. Data yang dirilis oleh Business of Apps sebanyak 67,4 juta kali TikTok telah diunduh dan CapCut sebanyak 53,9 juta kali.

Secara umum TikTok merupakan media sosial berbasis video pendek sementara CapCut adalah aplikasi yang menunjang untuk edit video, keduanya berada di bawah naungan ByteDance. Lantas mengapa aplikasi-aplikasi tersebut sangat diminati oleh masyarakat Indonesia?

Indonesia memang menjadi target market paling menjanjikan untuk urusan ini, Business of Apps juga melaporkan masyarakat Indonesia menghabiskan waktu 5,7 jam dalam sehari untuk menggunakan aplikasi mobile. Hal ini membuat pertumbuhan ekonomi mobile Indonesia sebagaiyang tercepat di dunia.

Pengguna yang didominasi Gen Z usia 18-24 tahun menghabiskan banyak waktunya untuk mengakses media sosial dan aplikasi edit foto dan video. Sehingga sangat relate jika disandingkan dengan tingginya jumlah unduhan TikTok dan CapCut.

Mengutip data yang dikumpukan oleh Databoks Katadata, per Januari 2024 pengguna aktif TikTok mencapai 1,56 miliar. Dengan popularitas ini pendapatan TikTok di Indonesia mencapai $34 juta. Sementara CapCut di tahun 2022 telah menjadi aplikasi dengan unduhan terbesar secara global yakni 357 juta kali.

Salah satu editor video di Laboratorium Ilmu Komunikasi UII, Iven Sumardiyanto, S.I.Kom., M.I.Kom, menyebut jika kedua aplikasi ini saling mendukung dan relatif memudahkan penggunanya karena fiturnya yang cukup lengkap.

“Konten di TikTok itu sangat menghibur dan unik-unik. Sehingga penggunanya menjadi terinspirasi untuk memproduksi video yang sedang tren juga. Sementara untuk CapCut sebagai aplikasi edit video yang gratis memiliki template yang cukup variatif tinggal put in put out. Sound efeknya juga bagus (re: jedag-jedug), kemudahan lainnya tak perlu buka laptop,” ujarnya.

Faktor lain yang sangat berpengaruh tentu jaringan internet di Indonesia yang sudah cukup luas. Jaringan 4G telah menjangkau 97 persen wilayah Indonesia sementara 5G mencapai 15 persen.

Menurut laman Up Stream Marketing, terdapat beberapa alasan mengapa aplikasi tersebut sangat populer. Pertama konten pendek dan mudah dikonsumsi, durasi pada konten TikTok maksimal berdurasi 3 menit dan dilengkapi mode gulir tanpa akhir.

Kedua, baik TikTok maupun CapCut memang ditujukan untuk semua pengguna. Di TikTok memiliki komunitas khusus yang mencakup semua jenis hobi, gaya hidup, dan hiburan. Sementara CapCut, adalah aplikasi yang ramah pengguna dan tak membutuhkan skill khusus untuk mengaplikasikannya.

10 Aplikasi Paling Banyak Diunduh Tahun 2023

Tak hanya TikTok dan CapCut, beberapa aplikasi yang telah banyak diunduh oleh masyarakat Indonesia sepanjang 2023 adalah aplikasi yang dinaungi Meta yakno Facebook dan Instagram, berikut data selengkapnya.

  1. TikTok: 67,4 juta
  2. CapCut: 53,9 juta
  3. Facebook: 52,8 juta
  4. Instagram: 50,6 juta
  5. Shopee: 42,5 juta
  6. WhatsApp: 38,6 juta
  7. DANA: 33 juta
  8. WhatsApp Business: 28,1 juta
  9. GoTube: 26 juta
  10. SHAREit: 25,5 juta

Itulah deretan aplikasi mobile yang populer dan paling banyak diunduh oleh masyarakat Indonesia sepanjang tahun 2023. Apakah kamu salah satu pengguna deretan aplikasi tersebut Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Google Doodle
Reading Time: 2 minutes

Ada momen yang istimewa, jika biasanya bulan Februari hanya berakhir di tanggal 28 kali ini tepat di tahun 2024 ada ekstra satu hari yakni tanggal 29. Momen ini hanya terjadi setiap empat tahun sekali dan disebut sebagai kabisat.

Menariknya momen ini tal luput dari perayaan platform digital global, Google merayakannya dengan doodle yang menarik. Google Doodle hari adalah Leap Day 2024 dengan ilustrasi seekor katak bertuliskan angka 29 di perutnya dan diapit batu bertuliskan angka 28 dan 1.

Leap atau lompatan katak dipilih karena mewakili simbol tahun kabisat terutama di Irlandia, bahkan ada tradisi memberikan hadiah patung katak kepada perempuan yang melamar laki-laki pada hari itu. Tak sekedar melamar, hal ini juga dikaitkan dengan membalikkan pandangan gender tradisional.

Lantas bagaimana tahun kabisat bisa muncul? Melansir dari laman The Washington Post, NASA menyebutkan ada ketidaksesuaian antara tahun kalender dan orbit Bumi. Secara umum satu tahun selalu dianggap 365 hari, namun sebenarnya 365 hari 5 jam, 48 menit, 46 detik untuk Bumi mengorbit matahari. Sehingga akumulasi tersebut ditambahkan setiap empat tahun sekali.

Hal ini dilakukan demi menyesuaikan musim bercocok tanam dan hari raya keagamaan. Karena ketidaksesuaian antara kalender manusia dengan orbit bumi dan matahari telah menyebabkan “kekacauan” selama berabad-abad. Hingga akhirnya masyarakat kuno di Mesir dan Cina, dan kemudian Kekaisaran Romawi, mencari solusi. Namun tidak ada yang berhasil sampai Paus Gregorius XIII menerapkan kalender Gregorian dan sistem tahun kabisat.

Hal ini senada dengan pernyataan yang disampaikan oleh M. Ma’rufin Sudibyo Wakil Sekretaris Lembaga Falakiyah PBNU yang menyebut jika bulan Februari ditentukan berdasarkan sejarah kalender Syamsiyyah yang berakar pada kalender Romawi.

“Di masa Julius Caesar diketahui gerak semu tahunan matahari adalah 365,25 hari sehingga ditetapkan jumlah hari dalam setahun adalah 365 hari,” jelasnya dalam laman nu.or.id.

Rumusan tersebut juga berlaku hingga 16 abad penanggalan Syamsiyyah atau berdasarkan matahari berikutnya. Sejarah juga menyebutkan sekitar 400 tahun pasca Julius Caesar, gerak semu tahunan matahari sedikit lebih kecil dibanding 365,25 hari. Dengan begitu, pada masa konsili Nicea, diputuskan ada 3 tanggal di tahun 325 Miladiyah yang dihapus.

“Sehingga titik musim semi, yakni saat posisi matahari tepat berada di titik potong ekliptika dan ekuator langit, tetap terjadi pada 20 / 21 Maret, sesuai aturan kalender,” jelas Ma’rufin.

Selanjutnya tahun 1582 Miladiyah juga dilakukan koreksi, ditetapkan bahwa tahun itu terdapat 10 tanggal yang dihapus. Selanjutnya dirumuskan bahwa tahun kabisat adalah tahun-tahun non abad seperti 1600, 1700 dan seterusnya. Aturannya adalah jika tahun tersebut habis dibagi 100 dan tidak habis dibagi 400, tahun kabisat dilewati. Artinya kita akan melewatkan tahun kabisat adalah tahun 2100.

Lalu bagaimana dengan nasib orang-orang yang lahir pada tanggal 29 Februari? Orang-orang yang lahir pada tanggal tersebut disebut sebagai Leaplings disarankan untuk merayakannya di tanggal 1 Maret untuk tahun-tahun yang bukan kabisat.

Apakah dari kamu ada yang merayakan ulang tahun di tanggal 29 Februari Comms?

Pemilu 2024
Reading Time: 3 minutes

Masyarakat Indonesia telah “menunaikan ibadah” memilih pemimpin Indonesia untuk periode 2024-2029. Februari 2024 menjadi momentum pesta politik telah terlaksana, hasil quick count menunjukkan jika pasangan Prabowo Soebianto dan Gibran Rakabuming Raka unggul dari berbagai lembaga survei. Terlepas dari hasil Pemilu 2024, ada hal-hal menarik yang menjadi tren akhir-akhir ini termasuk deretan kata yang kerap muncul. Apa saja kata-kata tersebut?

Seperti kita tahu ada tiga pasang kandidat capres cawapres dalam pesta politik tahun ini. Mereka adalah Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, serta Ganjar Pranowo dan Mahfud MD. Ketiganya memiliki ide dan gagasan yang menarik, namun tak sedikit yang menuai pro kontra.

Ide dan gagasan para kandidat tentu mendapat respon dari publik, terutama di media sosial. Mengingat 70% masyarakat Indonesia mencari informasi terkait capres cawapres melalui media sosial. Hal ini memunculkan beberapa kata-kata populer yang mengiringi Pemilu 2024. Kultur media sosial yang sangat dinamis juga menjadikan beberapa kata-kata yang merujuk pada kandidat semakin populer.

Sebenarnya dalam kata-kata yang populer sepanjang Pemilu 2024, ada makna-makna implisit di dalamnya. Makna tersebut adalah bentuk ekspresi kegembiraan, perlawanan, hingga sindiran. Berikut deretan kata-kata yang menemani masyarakat Indonesia sepanjang Pemilu 2023.

Deretan Kata Populer Sepanjang Pemilu 2024

  1. Bansos

Bansos akronim dari bantuan sosial menjadi kata yang paling populer dalam beberapa pekan terakhir. Menurut istilah yang mengacu pada Kemenkeu, bansos adalah pemberian bantuan berupa uang maupun barang dari pemerintah kepada masyarakat dengan proses selektif dengan tujuan melindungi terjadinya risiko sosial.

Bahkan pada debat terakhir, Anies Baswedan 10 kali mengucapkannya, sementara Ganjar Pranowo sebanyak 6 kali. Bansos menjadi isu yang terus diperdebatkan karena dianggap sebagai alat kampanye untuk memenangkan salah satu kandidat. Hal ini merujuk pada kebijakan Presiden RI yang menyalurkan deretan bansos jelang Pemilu 2024.

  1. Makan Gratis

Makan gratis merupakan gagasan dari pasangan 02, pihaknya menjanjikan makan siang gartis beserta susu di sekolah. Hal tersebut dilakukan untuk kualitas gizi pada anak hingga memperbaiki SDM demi perbaikan ekonomi nasional.

Program unggulan tersebut diucapkan oleh Prabowo Soebianto sebanyak 8 kali pada debat terakhir. Meski demikian gagasan ini juga menuai pro kontra termasuk di media sosial. Banyak pihak yang menyambut baik, namun tak sedikit yang mengkritik karena berbagai alasan termasuk kesehatan hingga menganggap makan siang gratis tak relevan menjadi solusi mengatasi stunting.

  1. Gemoy

Gemoy adalah kata gaul dari kata gemas hingga menggemaskan. Bahkan gemoy menjadi kekuatan kampanye 02 dan sukses memenangkan hati pengguna media sosial. Gemoy merujuk pada fisik kandidat yang dinilai memiliki tindakan dan sikap menggemaskan karena kerap berjoget.

Menurut KBBI, gemas memiliki arti sangat suka atau cinta yang bercampur jengkel, dan sering digunakan untuk mengungkapkan perasaan kepada anak-anak. Alhasil banner gemoy menjadi tren dan viral dalam waktu sekejap.

  1. Abdi Negara

Abdi negara dalam hal ini bukanlah merujuk pada pegawai negeri sipil (PNS), melainkan pada petugas KPPS. Berbagai tren dan konten meme KPPS meredakan tensi publik terkait debat kusir di media sosial.

Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Pemilu 2024 seketika viral di media sosial karena insentif yang lebih tinggi dibanding periode sebelumnya. Konten sarkas menjadi bahan guyonan, hingga muncul kata abdi negara. Bahkan insentif ketua KPPS yang mencapai Rp 1,2 juta dalam sehari dianggap sebagai profesi mentereng yang mengalahkan PNS hingga profesi lainnya.

  1. Sat Set Tas Tes

Istilah Sat Set Tas Tes merupakan jargon dari pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, keduanya terpantau kerap mengenakan busana bertuliskan kata tersebut. Bahkan banyak marketplace yang menampilkan yang menyediakan produk fashion bertuliskan Sat Set Tas Tes.

Sat Set Tas Tes merupakan kata slang dari bahasa Jawa yang artinya cepat dalam menyelesaikan dan menanggapi sebuah masalah. Sehingga banyak pendukung pasangan ini turut mempopulerkan di media sosial.

  1. Wakanda no More

Wakanda no More, Indonesia Forever sempat ramai pada pertengahan Desember tahun lalu. Kata-kata ini diucapkan oleh Anies Baswedan kala meyakinkan publik terkait komitmennya dalam menjaga kebebasan berpendapat.

Bahkan kata-kata tersebut sempat trending di media sosial X kala itu. Sebagai informasi Wakanda sering diidentikkan dengan kondisi Indonesia yang antah berantah. Wakanda diambil dari film populer Disney Marvel yakni Black Panther: Wakanda Forever.

Itulah deretan kata-kata populer yang mengiringi pesta politik 2024, menurutmu kata apalagi yang lebih populer Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Bullying
Reading Time: 2 minutes

International Stand up to Bullying Day atau hari internasional menentang bullying selalu diperingati setiap bulan Februari dan November. Untuk bulan Februari selalu diperingati pada hari Jumat terakhir, yakni tepat pada tanggal 23 Februari 2024. Sementara di bulan November diperingati pada Jumat ketiga.

Merujuk pada laman National Today, tujuan dari International Stand Up to Bullying adalah untuk menciptakan empati dan menghentikan perundungan dan pelecehan. Hal ini perlu disuarakan lebih masif karena bullying memiliki efek jangka panjang pada kesehatan mental seseorang.

Lantas bagaimana dengan kondisi di Indonesia? Menurut data yang dihimpun oleh Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) setidaknya terdapat 30 kasus bullying di sekolah sepanjang 2023. Bullying paling banyak terjadi pada tingkat SMP sebanyak 50%, disusul tingkat SD 30%, dan SMA sederajat 20%.

Baru-baru ini kasus bullying salah satu siswa SMA menjadi perhatian publik, Vincent Rompies sebagai orangtua yang anaknya tengah terlibat dalam kasus tersebut sempat dimintai keterangan dari pihak kepolisian. Pria berusia 43 tahun itu mengucapkan ungkapan empati atas peristiwa tak terpujin yang dilakukan sang anak dan menyerahkan segala proses hukum kepada pihak berwajib.

“Saya sangat berempati atas kejadian atau peristiwa yang terjadi saat ini. Dan juga harapannya semoga tidak ada lagi peristiwa-peristiwa atau kejadian seperti ini di masa mendatang, baik di lingkungan sekolah atau di lingkungan terdekat. Semuanya tidak ada lagi,” ucap Vincent Rompies dilansir dari laman HaiBunda.

Perlu diketahui di Indonesia pelaku bullying dapat dipidana, mengacu pada UU No. 35 tahun 2014 tentag Perlindungan Anak, Pasal 76C dijelaskan bahwa setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan kekerasn terhadap anak.

Sementara Pasal Hukum Bullying dalam KUHP diatur dan dijamin dalam UUD 1945 Pasal 28B ayat (2), setiap anao berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Beberapa pasal salah satunya Pasal 170 KUHP pelaku bullying dapat dipidana penjara enam bulan hingga lima tahun.

Meski demikian, kasus bullying di Indonesia tak terelakan. Maka sebagai masyarakat di Indonesia kita perlu bersuara mengenai International Stand up to Bullying Day. Selain berdampak pada kesehatan mental dan fisik fakta menyebutkan di Amerika bullying menjadi isu yang serius ditangani, 1 dari 5 siswa berusia 12 hingga 18 tahun mengalami perundungan. Tak hanya itu setidaknya 160.000 anak putus sekolah atas hal ini.

Salah satu staf Prodi Ilmu Komunikasi UII yang berinisial DP bercerita soal pengalamannya yang menerima perundungan sepanjang masa sekolah merasa International Stand up to Bullying Day adalah hal yang sangat diterima dan perlu diimplikasi oleh masyarakat Indonesia.

“Harapannya kesadaran ini perlu dibangun di sekolah maupun di rumah. Saya tidak tahu bagaimana kalau di sekolah, semoga ada materi yang memberi pengetahuan tentang kesehatan mental akibat bullying, apa saja tindakan yang berpotensi menyakiti orang lain. Mungkin perlu ya merayakan dengan saling meminta maaf berjabat tangan di sekolah. Sementara untuk orangtua penting juga mengetahui pengetahuan ini,” ujarnya.

Dampak bullying yang dialami sepanjang masa sekolah membuatnya mengubah banyak hal dalam kehidupannya. Ia merasa menjadi sosok yang takut, menghindari kelompok-kelompok yang mendominasi, dan cenderung diam. Bahkan DP mengubah style fashionnya, dari yang gemar mengenakan outfit pink menjadi gelap seperti hitam dan abu-abu karena tak ingin terlihat oleh pandangan orang lain.

Di Amerika International Stand up to Bullying Day diperingati dengan beberapa hal, pertama mengenakan outfit berwarna pink sebagai bentuk dukungan kepada korban. Kedua meningkatkan kesadaran, salah satunya membagikan informasi terkait bullying di media sosial dan cara mengambil langkah-langkah hukum. Terakhir, membuat event di lingkungan kerja dan mengajak rekan-rekan lainnya untuk merayakan hari anti bullying.

Lantas bagaimana menurutmu Comms? Apakah ingin turut merayakan International Stand up to Bullying Day demi keadilan.

 

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Hari Pers
Reading Time: 3 minutes

Peraturan presiden (perpres) tentang Publisher Rights telah disahkan oleh Presiden Joko Widodo, hal ini diumumkan pada peringatan Hari Pers Nasional, 20 Februari 2024. Secara umum Salinan Publisher Rights sebanyak 10 halaman itu berisikan regulasi bisnis pers dengan platform digital.

Perpres Nomor 32 Tahun 2024 tentang Tanggung Jawab Perusahaan Platform Digital untuk Mendukung  Jurnalisme Berkualitas atau Publisher Rights adalah regulasi yang mengatur platform digital dalam memberikan timbal balik secara berkeadilan terhadap konten berita dari media lokal maupun nasional.

Platform digital dalam hal ini mengacu pada Google, Instagram, Facebook, dan platform digital global lainnya. Presiden Jokowi menegaskan jika Publisher Rights bukanlah upaya pemerintah untuk membatasi kebebasan pers, pihaknya juga menyebut jika regulasi ini datang dari inisiatif insan pers.

“Perpres ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk mengurangi kebebasan pers, saya tegaskan bahwa publisher rights lahir dari kenginan dan inisiatif insan pers, pemerintah tidak sedang mengatur konten pers. Pemerintah mengatur hubungan bisnis diantara perusahaan pers dengan platform digital. Dengan semangat untuk meningkatkan jurnalisme yang berkualitas,” ujar Presiden Jokowi dilansir dalam tayangan video di YouTube PWIOfficial.

Regulasi ini sebenarnya telah menjadi diskusi panjang beberapa tahun terahir, salah satu catatan Prof. Masduki, dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII pada Harian Kompas edisi 16 Februari yang berjudul Menjamin Keberlanjutan Media dan Jurnalisme menyebutkan Publisher Rights telah jamak diberlakukan di sejumlah negara maju misalnya Jerman dan Australia.

Dalam artikel tersebut ada tiga diskursus mengapa Publisher Right sangat urgent di Indonesia pertama Platform digital mendominasi perolehan iklan, pola relasi keduanya tidak seimbang karena control algoritma berada di tangan korporasi digital. Kedua, terjadinya penurunan kualitas jurnalisme secara drastic karena mengacu logika click bait. Terakhir terkait disrupsi pola kerja jurnalisme pasca kebijakan Covid-19 yang membatasi mobilitas fisik.

Dalam Salinan yang telah disahkan Presiden Jokowi setidaknya beberapa pertimbangan utama Publisher Rights segera disahkan, pertama bahwa jurnalisme berkualitas adalah unsur penting dalam mewujudkan kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat yang demokratis perlu mendapat dukungan pemsahaan platform digital.

Kedua, perkembangan teknologi informasi mendorong perubahan besar dalam praktik jurnalisme berkualitas salah satunya dengan kehadiran perusahaan platform digital sehingga pemerintah perlu menata ekosistem perusahaan platform digital dalam hubungannya dengan perusahaan pers untuk mendukung jurnalisme berkualitas.

Dari pertimbangan tersebut maka perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tanggung Jawab Perusahaan Platform Digital untuk mendukung jurnalisme berkualitas.

“Jurnalisme berkualitas dan keberlanjutan industri media konvensional menjadi perhatian pemerintah dan ini yang dinanti-nanti. Setelah sekian lama setelah melalui perdebatan panjang akhirnya kemarin saya menandatangani peraturan presiden tentang tanggung jawab platform digital untuk mendukung jurnalisme berkualitas atau yang kita kenal dengan Perpres Publisher Rights. Prosesnya memang sangat panjang dan banyak perbedaan pendapat dan saya tahu ini melelahkan bagi banyak pihak, sulit sekali menemukan titik temu dan sebelum menandatangani saya juga betul-bentul mendengar aspirasi dari rekan-rekan pers, aspirasinya tidak benar-benar bulat ada perbedaan aspirasi dengan media konvensional dengan platform digital,” jelas Presiden Jokowi.

Dalam konsep jurnalisme berkualitas mengarah pada konten yang jauh dari unsur-unsur negatif, hoaks, dan provokatif sehingga mampu mengedukasi masayarakat Indonesia.

“Kita ingin jurnalisme berkualitas, jurnalisme yang jauh dari konten-konten negatif, jurnalisme yang mengedukasi kemajuan Indonesia. Kita juga ingin memastikan kemajuan industri media nasional kita ingin lebih adail antara peruahaan pers dengan platform digital kita ingin memberikan kerangka umum yang jelas antara perusahaan pers dengan platform digital,” tambahnya.

Biasanya Hari Pers Nasional dirayakan setiap tanggal 9 Februari, namun tahun ini perayaan ditunda karena berdekatan dengan Pemilu. Dalam kesempatan tersebut Presiden Jokowi turut mengucapkan rasa terimakasihnya terhadap insan pers atas peran mendukung demokrasi.

“Saya juga mengucapkan terimakasih kepada insan pers yang secara konsisten menemani masyarakat dalam kehidupan berdemokrasi,” ungkapnya.

Dalam kesempatan itu Presiden Jokowi juga menyebut jika dirinya legowo dengan segala kritik yang ditujukan kepadanya. Hal ini menjadi bukti jika dirinya menghormati kebebasan pers dan demokrasi.

“Saya juga terimakasih kepada pers yang turut mengawal Pemilu 2024 yang baru saja kita jalani, saya juga sering dikritik tajam ada gambar wajah saya yang unik-unik yang aneh-aneh di sampul media, sampul majalah, di media sosial ramai sekali aneh-aneh tapi tidak apa-apa tidak ada masalah bagi saya tapi cucu saya ada yang complain “Mbah, manggil saya kan mbah, wqjah mbah kok Digambar jelek banget “ ya begitulah ini bagian dari penghormatan saya atas kebebasan pers, kebebaan berekspresi, dan kebebasan berpendapat,” tandasnya.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Gen Z
Reading Time: 4 minutes

Pergulatan argumen soal Pemilu 2024 masih memanas di media sosial. Meski dipastikan hanya satu putaran, para pendukung lainnya seolah masih berharap ada keajaiban dua putaran dalam pemilihan presiden dan wakil presiden untuk periode selanjutnya.

Selain dugaan kecurangan dalam perhitungan suara, kini muncul lagi budaya saling menyalahkan antar pemilih. Pemilih pemula yang didominasi Gen Z dinilai tak mempertimbangkan gagasan dari kandidat, melainkan hanya fomo atau the fear of missing out. Komentar saling sindir terjadi di akun media sosial yang merilis data dan fakta.

Secara umum fomo adalah perasaan takut tertinggal terhadap tren tertentu. Sementara dalam kaitan politik dan Pemilu 2024 Gen Z dianggap memilih salah satu paslon karena masifnya tren di media sosial yang berkaitan dengan kampanye-kampanye unik.

Dari tren tersebut muncul idolisasi figur politisi yang cenderung bias. Sementara dari tiga paslon, kampanye citra “Gemoy” dari Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming memenangkan pasar, dibanding k-popisasi Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar ataupun El-chudai dari Ganjar Pranowo dengan Mahfud MD.

Citra Gemoy terbukti paling banyak dipilih oleh Gen Z berdasarkan riset yang dilakukan oleh Litbang Kompas, semakin muda usia pemilih, ketertarikan kepada paslon Prabowo-Gibran semakin kuat. Tercatat 65,9% Gen Z yang berusia kurang dari 26 tahun memilih pasangan tersebut. Sementara 16,7% memilih Anies-Muhaimin, dan 9,6% memilih Ganjar-Mahfud MD. Sisanya merahasiakan pilihannya.

Sayangnya ditengah-tengah penghitungan suara yang dilakukan KPU para pendukung saling serang dan menyalahkan Gen Z atau pemilih pemula yang disebut fomo. Hal ini mengacu pada deretan selebritas dan influencer tanah air yang turut mendukung pasangan tertentu. Di media sosial mereka tampak begitu aktif dalam keseruan kampanye yang dilakukan paslon. Tak hanya itu stigma akademisi yang turun gunung dianggap sebagai buzzer hingga partisan oleh pendukung salah satu paslon.

Perdebatan Gen Z Dianggap pemilih Fomo

Perdebatan dan narasi fomo dapat dilihat di beberapa unggahan di media sosial, sebut saja unggahan Narasi Newsroom di Instagram yang memuat Exit Poll Litbang Kompas. Dari deretan komentar, pengguna terbelah menjadi dua kubu yakni pemenang dan pendukung dua paslon yang kalah.

Salah satu pemilih pemula menyuarakan alasannya terkait mengapa ia memilih pasangan dengan citra Gemoy. Dalam komentarnya ada gagasan yang ia yakini soal kredibilitas dan netralitas masing-masing paslon.

Saya baca semua komentar saya tau dari semua komentar ini adalah yang memiliki 01 dan 03. Kebanyak komentar menyalahkan anak muda yang korban FOMO. saya anak muda dan ini adalah pertama kali saya nyoblos. Saya gak banyak paham soal politik tapi jika di tinjau dari setiap paslon semua memiliki kekurangan dan saya merasa 02 adalah yang paling netral,” tulis akun @lecilover.

“Gw gen Z, Intinya 01 mabok agama ,02 netral wlpun bnyk isu2 NY ,03 gw GK suka partai NY .udh simpel ny gitu,” tambah akun @ihya_fahlevi.

Sindirin terus muncul, terkait pemilih salah satu paslon dengan membandingan antara memilih berdasar pengetahuan atau hanya fomo belaka.

“Gw pilih yg berwawasan,, Mereka pilih yg gak punya gagasan Gw pilih pendidikan gratis,, Mereka pilih makan gratis. Gw pilih yg cerdas,, Mereka pilih yg gemoy. Gw pilih yg rajin ngaji,, Mereka pilih yg bisa joget. Gw pilih yg naikkan gaji buruh,, Mereka pilih yg naikkan gaji pejabat. Level kita emang beda,” tulis @alzain.68

“Semakin muda, semakin absurd juga alasan milihnya: gemoy,” tandas @nevy_elysa.

Akademisi Merespon Fenomena Fomo dan Dugaan Partisan

Di tengah pro kontra soal fomo, Guru Besar Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Prof. Masduki menjelaskan fenomena fomo mencerminkan sebagai bentuk bahwa masyarakat belum mendapatkan informasi yang memadai.

“Soal fomo tentu memprihatinkan karena mereka belum terpepar informasi yang memadai terkait paslon presiden tiga pasang itu. Ini artinya ada persoalan dengan pendidikan pemilih idealnya siapapun pemilihnya memilih setelah memperoleh informasi yang memadai. Kalau ada tren mereka lebih memilih karena fear of missing out, artinya kita belum memasuki era dimana masyarakat well inform pada Pemilu,” jelas Prof. Masduki.

Namun ia menjelaskan jika ada perdebatan argumen yang menguatkan memilih salah satu paslon dan menolak dianggap fomo artinya mereka memang memiliki argument yang empiric.

“Justru kalau ada perdebatan mereka merasa tidak didasari dengan fomo tapi ada yang relate dari paslon sehingga mereka pilih berarti ini menarik, kalau benar yang memilih karena ada argumen empiric mengenai performa misalnya janji-janji program ini sebenarnya bagus. Tapi overall, perdebatan di medsos yang kita lihat sebagi keriuhan yang belum tentu mencerminkan perdebatan di offlinenya kita lihat saja bagaimana ujungnya,” tambahnya.

Terkait idolisasi figur politisi yang terus diramaikan oleh deretan selebritas dan influencer tanah air hingga menganggap akademisi sebagai buzzer dan menyerang paslon tertentu menurut Prof. Masduki bahwa pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan oleh Guru Besar adalah tugas untuk menyampaikan pesan moral. Anggapan buzzer dinilai keliru.

“Bagaimana akademisi itu dianggap buzzer, partisan kalau ini ditunjukkan kemarin membuat petisi Guru Besar itu keliru. Karena kita bisa melihat dari pernyataan-pernyataan mereka yang itu lebih menekankan pada moralitas dalam berpolitik, etika, satu demokrasi yang harusnya dilaksanakan dengan baik itu artinya pesan-pesan moral yang menjadi tugas akademisi disitu. Keliru kalau mereka diam, jadi harusnya akademisi berbicara namun di level bagaimana menegakkan prinsip-prinsip bagaimana nilai moral etika dalam pemilu sebagaimana kita berdemokrasi secara baik yang itu dilandasi oleh keprihatinan sebelumnya perilaku-perilaku dari Presiden Jokowi yang melanggar etik,” jelasnya menanggapi isu buzzer yang dilayangkan netizen kepada akademisi.

Tak hanya menegakkan etika dan moralitas, ada latar belakang yang mendasari jajaran akademisi untuk turun sebagai bentuk ekspresi sebagai perannya sebagai penjaga moral.

“Jadi ada latar belakangnya, ada bentuk ekspresinya yang sebenarnya relate yang menunjukkan bahwa mereka bukan buzzer tapi menunjukkan komitmen dan perannya penjaga moral dari kampus. Beda kalau buzzer mereka cenderung mendukung misalnya secara to the point kepada siapa. Kalau kita lihat moralitas pesan yang dikemukanan Guru Besar itu berlaku kepada semua paslon, kepada Pak Jokowi dan seluruh elit politik. Momennya saja terkait Pilpres tetapi sesungguhnya itu harus disampaikan secara terus menerus,” tandasnya.

 

Penulis: Meigitaria Sanita