Banyaknya potensi alam Indonesia, baik wisata alam maupun buatan, menjadi daya tarik bagi siapapun untuk melihat dan mengunjunginya. Tidak hanya wisatawan, tapi juga fotografer yang merekam dan mempertunjukannya pada dunia. Keindahan alam yang luar biasa banyak ini banyak yang tak tersentuh dan belum banyak dinikmati oleh masyarakat.

Beberapa poin diatas adalah alasan Fathur Hidayanto untuk membuat karya fotografi memenuhi Tugas Akhir di akhir masa kuliahnya di Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII). Hasil karya dan proses kreatifnya ini diapresiasi oleh Pusat Studi dan Dokumentasi Media Alternatif (PSDMA) Nadim Ilmu Komunikasi UII. Fathur Hidayanto diundang untuk berbagi tentang bagaimana proses kreatif yang ia lalui hingga akhirnya merampungkan karya yang berjudul “Potret Pesona Hidden Gems Indonesia dalam fotografi landscape di Yogyakarta” tersebut. Diskusi itu dilakukan secara daring pada Kamis, 17 november 2022.

Selain karena ketakjuban pribadi untuk memotret keindahan alam, Fathur, yang adalah mahasiswa Komunikasi UII  angaktan 2019, juga didorong semangat untuk memajukan UMKM dan industri wisata Yogyakarta. “Pemilihan forografi lanscape ini juga tepat untuk ikut andil memajukan pariwisata DIY dan UMKM masyarakat sekitar,” kata Fathur saat mempresentasikan perjalanannya menggarap Tugas Akhirnya.

Tiga Tahap Penting Tugas Akhir

Fathur mengatakan, ada tiga tahap penting yang perlu dilakukan dalam proses penggarapan Tugas Akhir/ Skripsi jenis karya ini. Pertama, Fathur harus membuat perencanaan yang disebut pra-produksi. Lalu selanjutnya melaksanakan perencanaan tersebut dalam masa produksi. Berikutnya, Fathur juga tak hanya berhenti di situ, setelah pengambilan gambar dilakukan pada masa produksi, ia juga melakukan beberapa proses pasca-produksi.

Pada masa pra-produksi, kata Fathur, fotografer dapat melakukan observasi awal daerah mana dan spot atau titik-titik mana saja yang mau diambil fotonya. Setelah itu, berdasar data-data observasi tadi, mahasiswa segera dapat membuat konsep, rute, perencanaan rute, pembiayaan, dan termasuk memilih dan menentukan alat yang tepat untuk proses produksi.

Sedangkan pada tahap selanjutnya, pada masa produksi, fotografer sudah dapat melaksanakan rencana sebelumnya. Fotografer bisa segera melakukan eksekusi dengan mengambil foto dokumentasi lanscape pada titik-titik lokasi yang sudah diamati sebelumnya. Pengambilan gambar ini juga memertimbangkan angle/ sudut pandang, waktu (pagi, siang, atau sore), termasuk memerkirakan cahaya yang tepat dan mendukung.

Setelah fotografer selesai mengeksekusi foto-foto yang direncanakan di lokasi, tahap berikutnya adalah tahap pasca-produksi (post-production). Pada tahap ini, menurut Fathur, mahasiswa yang akan melakukan tugas akhir dapat menentukan hasil akhir apa yang akan dipilih. Untuk Fathur, ia memilih hasil akhir karyanya adalah pameran foto dan publikasi buku secara luring. Fathur mengatakan, proses ini menghabiskan biaya hingga satu juta rupiah.

Pengembangan keterampilan akademik perlu dilakukan untuk memberi gambaran awal bagi mahasiswa Komunikasi UII, utamanya mahasiswa kelas internasional di International Program of Communication (IPC) Universitas Islam Indonesia (UII). Pengelola program IPC UII menghelat Welcoming Day Seminar dengan nama tahun ini yaitu Academic and Skill Study. Creative and Adaptive Youth adalah tema yang dipilih pada acara Welcoming Day tahun ini. Acara ini dilaksanakan pada 10 November 2022. Ada tiga materi yang dipaparkan pada kesempatan ini. Ida Nuraini Dewi Kodrat Ningsih selaku sekretaris IP Komunikasi UII berbicara dan mengenalkan IPC selama ini sejak berdirinya pada 2018. Lalu Masduki, spesialis di klaster riset Regulasi Komunikasi, berbagi tentang Teknik penulisan akademik. Kemudian Herman Felani menjadi fasilitator dengan tema presentasinya University Life Adaptation. Tiga Dosen Komunikasi UII ini adalah expert di International Program of Communication.

Pada acara ini, lebih lanjut Ida juga menyampaikan rancangan kurikulum pembelajaran di IPC UII. Ida menjelaskan bahwa IPC UII memiliki empat bidang minat besar yang banyak diminati oleh mahasiswa berdasarkan survey terbaru. Empat bidang minat tersebut adalah Public Relations, Junalistik, Kajian Media, dan Media Kreatif. Masing-masing memiliki beberapa mata kuliah yang wajib diikuti dan beberapa mata kuliah yang menjadi pilihan sesuai dengan peminatan mahasiswa.

Total kredit yang harus dilampaui oleh mahasiwa adalah 144 SKS (kredit) yang setelah dikallkulasi normalnya akan membutuhkan waktu 8 semester atau 4 tahun masa studi. Tiap semester, mahasiswa akan menyelesaikan 20-24 SKS. Dalam 1 mata kuliah akan berbobot 2 hingga 3 SKS, yang artinya dalam 1 semester mahasiswa akan menyelesaikan 6 hingga 8 mata kuliah.

Lalu bagaiamana mata kuliah itu dilampaui? Ida menjelaskan di IPC UII pembelajaran akan dilakukan dengan dengan menitikberatkan pada partisipasi aktif mahasiswa. “Jadi akan banyak melakukan diskusi dan partisipasi aktif mahasiswa di proses perkuliahan,” jelas Ida.

Apa saja Kegiatan pengembangan Skillnya?

Pengembangan kemampuan dan keterampilan mahasiswa adalah kegiatan yang paling banyak diminati oleh mahasiswa. Selain menyediakan laboratorium untuk memfasilitasi pengembangan skill mahasiswa, IPC juga mengadakan beberapa kegiatan baik akademik maupun pengembangan soft skill. Beberapa yang sudah dilakukan antara lain English Skill Development program, International Internship, International Program Activities, Future Global carrier, capacity Building program. Selain itu, kegiatan akademik juga sering dilakukan secara rutin. Misalnya Annual Workshop on Globalization, acara bincang-bincang bertajuk Teatime: an afternoon sharing with IPC UII, dan Passage to Asean.

Menjadi Mahasiswa baru berarti memasuki dunia baru. Dunia yang menarik sekaligus memicu adrenalin tersendiri bagi mahasiswanya. Mahasiswa sering kali masuk ke perguruan tinggi tanpa tahu apa saja yang harus ditempuhnya di kemudian hari.

Di awal tahun ajaran baru, mahasiswa baru International Program of Communication (IPC) Universitas Islam Indonesia (UII) mengikuti kegitan Welcoming Day Seminar yang bertajuk Academic and Skill Study. Tema yang diangkat adalah Creative and Adaptive Youth. Acara yang dilaksanakan pada 10 November 2022 ini menghadirkan Ida Nuraini Dewi Kodrat Ningsih, Masduki, dan Herman Felani. Ketiganya adalah Dosen Komunikasi UII di International Program.

Apa cita-cita IPC untuk mahasiswanya?

Ida Nuraini Dewi Kodrat Ningsih selaku sekretaris International Program of Communication (IPC) memberikan perkenalan sekilas profil IPC. Ia juga menunjukkan beberapa kegiatan seru yang banyak diminati mahasiswa Angkatan sebelumnya. Dalam menjalankan program, IPC memiliki beberapa cita-cita yang kemudian tercermin dalam desain kurikulum dan kegiatannya.

Cita-citanya misalnya, kelak mahasiswa dapat menjadi sarjana komunikasi yang memiliki beberapa kompetensi. Misalnya seperti menjadi peneliti di bidang komunikasi, pengembang di bidang media dan komunikasi yang memiliki jiwa empowerment yang tinggi. Tentunya individu lulusan Komunikasi ini berkarakter yang berasaskan nilai keislaman, norma keindonesiaan, sekaligus berpandangan global. “Harapannya nanti setelah lulus mahasiswa akan bisa menangi pekerjaan seperti dosen, peneliti, staf R and D, PR, corporate communication, jurnalis, penulis skrip layar, bekerja di PH, menjadi media planner, dan lain sebagainya,” jelas Ida.

Demi mencapai cita-cita itu, Prodi Komunikasi UII telah menyiapkan beberapa fasilitas yang dapat mendukung tumbuh kembang kreativitas mahasiswa IPC. Misalnya, mahasiswa dapat beraktivitas mengsplorasi keterampilan produksi konten audiovisual seperti film documenter dan fiksi di studio Laboratorium Audiovisual. Selain itu, mahasiswa juga bisa mengasah kemampuan broadcasting di ruang studio audio. Tak hanya itu, dengan makin maraknya dunia digital, mahasiswa juga bisa menjadi volunteer dan pegiat konten TV digital di Ikonisia TV. Ikonisia TV adalah Channel TV Digital pertama di UII milik Prodi Komunikasi UII.

Menjadi mahasiswa artinya mempersiapkan diri dengan beragam habit kampus. Salah satu keterampilan yang wajib dimiliki mahasiswa adalah kemampuan menulis akademik. Sebab ketika seseorang telah berstatus mahasiswa, ia akan sering bertemu dengan pelbagai referensi seperti jurnal, buku, laporan, karya ilmiah, esai, dan lain-lain.

Dalam acara penyambutan Mahasiswa Kelas Internasional (Internasional Program) Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII), Masduki, doktor dan dosen dari Komunikasi UII, berbagi dan memberi pengenalan tentang dunia tulis menulis dalam ruang akademik. Ia menyampaikan materinya dengan tajuk “Basic Academic Writing in Higher Education” atau Dasar Penulisan Akademik untuk Perguruan Tinggi. Penyambutan mahasiswa baru kelas International Program yang dilaksanakan di Ruang Audiovisual FPSB UII, ini dilaksanakan pada Senin, 10 November 2022 dengan tema “Creative and Adaptive Youth”.

Dalam memaparkan materinya, Masduki membandingan tulisan akademik dengan tulisan traveling. Ia menyontohkan dengan membuka dua situs berkata kunci Borobudur. Satu tulisan berjudul “How to visit borobudur in Indonesia”. Sedangkan Tulisan kedua berjudul “World History Encyclopedia: Borobudur.” Masduki lalu mengajak mahasiswa mengenal lebih dalam tetang tulisan akademik.

Beberapa karakter penting dari tulisan akademik adalah formal, analitis, jelas, ringkas, akurat, objektif, tepat, dan kritis. Proses penulisan akademik sendiri juga memakan upaya yang berarti seperti proses analitis yang panjang, pengamatan, pengelolaan ide, dan juga penyajian ilustrasi terkait tema tertentu agar mudah dipahami. Selain itu, karakter penting dari tulisan ilmiah akademik adalah sifatnya yang kritis dan presisi. Presisi artinya tulisan berdasarkan data-data dan informasi yang akurat. Sering kali, dalam academic writing, penulis menggunakan istilah-istilah ilmiah akademik. Dalam hal ini Masduki menyarankan untuk menggunakan kata yang sering digunakan dalam keseharian. Tapi jika terpaksa menggunakan kata-kata ilmiah akademik yang tak lazim dimenegerti awam, penulis harus memberi penjelasan, “Explain specialized word if they can’t be avoid,” kata Masduki.

Sebelum menutup materinya, masduki meminta peserta untuk berlatih menuliskan paragraf singkat baik yang akademik maupun non akademik. Peserta dilatih untuk bisa menulis dengan kalimat-kalimat pendek. “Pastikan anda menulis kalimat dengan pendek-pendek. Maksudnya kalimat itu terdiri di bawah 20 kata,” jelas Masduki.

 

Program Studi Ilmu Komunikasi didirikan pada tahun 2004 oleh bebebrapa pendiri seperti Masduki, Amir Effendi Siregar, dan Anang Hermawan. Selama kurang lebih 18 tahun itu, kepemimpinan silih berganti untuk keberlangsungan program studi ini. Begitu pula di tahun 2022 ini, kepemimpinan Kepala Program Studi (Kaprodi) Ilmu Komunikasi yang diemban oleh Puji Hariyanti digantikan oleh kepmimpinan kepada Ketua Prodi terpilih, yakni Iwan Awaluddin Yusuf.

Suksesi kepemimpinann diawali dengan Pemilihan Kaprodi dan Sekretaris Prodi dan Ketua Jurusan sesuai mekanisme pemilihan yang telah diatur dalam Peraturan Pemilihan di level Fakultas. Berawal dari pemilihan ketua jurusan psikologi,. kemudian dilanjutkan Pemilihan Ketua Prodi dan Sekretaris prodi di prodi masing-masing. Di prodi Ilmu Komunikasi acara dimulai pada pukul 9.30 WIB pada tanggal 8 November 2022. Pemilihan Ketua prodi ini dihadiri oleh dosen-dosen di Prodi Ilmu Komunikasi UII. Pemilihan Ketua prodi ini dipimpin langsung oleh Ketua Prodi sebelumnya, Puji Hariyanti, dan dibacakan oleh Sekprodi Narayana Mahendra Prastya.

Pada acara tersebut, Narayana Mahendra, salah satu Dosen Ilmu komunikasi UII, membacakan peraturan-peraturan penyelenggarakan pemilihan dan syarat menjadi Kaprodi dan Sekprodi. Syarat menjadi Kaprodi salah satunya adalah minimal telah 8 tahun menjadi dosen tetap di UII, tidak menjabat dua  periode sebelumnya, dan tidak sedang studi lanjut atau karya siswa. Setelah dibacakan semua persyaratan ketentuanya, pemilihan dilakukan.

Langkah pertama, dalam pemilihan Ketua Prodi adalah setiap dosen mengusulkan beberapa nama untuk dipilih. Setelah satu nama disepakati maka tidak ada pemilihan atau voting lanjutan. Jika nama yang muncul lebih dari satu, akan dilanjutkan dengan musyawarah untuk mefakat atau voting. “Berhubung tadi sudah mufakat satu orang yang dipilih, maka yang menjadi kaprodi selanjutnya adalah Iwan Awaludin Yusuf,“ kata Wafa Akhyari, salah satu wakil dari Tim Pemilihan dari Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, UII kepada reporter Komunikasi UII.

Lalu, tahap selanjutnya adalah pemilihan dua sekretaris Prodi. Satu sekertaris prodi untuk prodi ilmu komunikasi dan satu lagi untuk International Program of Comunication (IPC) UII. Ratna Permatasari terpilih untuk menjadi sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi, dan Ida Nuraini Dewi KN menempati posisi sekretaris IPC UII. Pemilihan ini juga harus disepakati oleh peserta lain, sambung Wafa.

Setelah dua nama sekretaris Prodi terpilih, dan disepakai oleh peserta lain, maka rapat pemilihan selesai. “Nama-mana tersebut akan dercatat di berita acara dan ditandatangani adalah ketua rapat, dan sebagai ketua tim penyelenggara, Bapak Tobagus M. Nu’man dari Psikologi UII, yang juga wakil dari Tim Pemilihan,” jelas Wafa. Berita acara tersebut juga ditandatangi oleh saksi yaitu dua Dosen Komunikasi UII, Subhan Afifi dan Anggi Arifudin Setiadi.

Hearing the word politics often drives young people away. Moreover, Generation Z, aged 20 to 30, is very indifferent to politics. However, what if politics is approached with an approach that is also being loved? Such as social media platforms Instagram and Tiktok. 

Pinterpolitik.com is currently carrying out this approach. Pinter Politik is an institution in which young people are trying to create a political news portal that also explores politics in a fresher style through platforms close to young people, said Alfin RIzky, the speaker on behalf of Pinterpolitik.com on November 5th, 2022, by Zoom meeting. 

In this expert lecture organized by The Communication Department of Universitas Islam Indonesia, Alfin Rizky, an assistant editor at pinterpolitik.com, explained how this political news portal is run. This expert lecture is a routine lecture held by certain subjects by presenting experts, in this case, the political communication course taught by UII Communication Lecturers Narayana Mahendra Prastya and Dian Dwi Annisa. 

Determining Daily Topics

In the interactive expert lecture, the speaker, namely Alfin Rizky, presented how pinterpolitik.com is run. On the sidelines of the presentation, students may ask questions about the material offered. Dian Dwi Anisa also asks the speaker about determining the daily topic. “How to determine ideas for brainstorming? Are you looking for topics that are currently trending, or do you have an agenda that you want to prioritize?” 

Alfin said that pinterpolitik.com has two standards that are usually used in determining daily topics. The first is the themes that are currently viral. The second is to look for free issues relevant to political themes. “The theme currently going viral is quite sensitive for us because we have to be fast, while it is still going viral. Secondly, we also upload timeless news. Usually, the team is asked to think creatively and imaginatively, such as what if Majapahit had not collapsed? What will happen now? Topics like that become timeless topics.”

Determining the Platform 

According to different content, Grasshoppers have different depths as well as ranges. Other contents also have different containers used for publication. Media platforms also have characters that must be adapted to the topic. So, how does Pinterpolitik sort and determine the content on which platform to use?

Instagram 

Pinterpolitik uses Instagram social media to publish content that is currently viral and also requires infographics in it. “Because GI issues quickly change to other issues. And, usually it emphasizes graphics more,” said Alfin.

Youtube 

Pinterpolitik has several types of content uploaded on Youtube. Youtube is more flexible because the Youtube audience can access it anytime, and it doesn’t take time, so all kinds of content can be included on this channel. 

Tiktok 

The TikTok platform prioritizes humanistic video content interspersed with certain sounds to add to the cinematic. This TikTok platform doesn’t only have to be viral because the algorithm will suck it up based on interest. And the platform that young people currently love. “We use this platform and learn from it to be closer to today’s young people,” said Alfin.

Mendengar kata politik seringkali membuat anak muda menjauh. Apalagi, Generasi Z yang berusia 20 hingga 30 tahun sangat cuek dengan politik. Namun, bagaimana jika politik didekati dengan pendekatan yang juga sedang digandrungi? Seperti platform media sosial Instagram dan Tiktok. 

Pinterpolitik.com saat ini sedang melakukan pendekatan ini. Pinter Politik adalah sebuah lembaga di mana anak muda mencoba membuat portal berita politik yang juga mengeksplorasi politik dengan gaya yang lebih segar melalui platform yang dekat dengan anak muda, kata Alfin RIzky, pembicara dari Pinterpolitik.com pada 5 November 2022. melalui Zoom. 

Dalam kuliah pakar yang diselenggarakan oleh Departemen Komunikasi Universitas Islam Indonesia, ini Alfin Rizky, asisten redaktur pinterpolitik.com, menjelaskan bagaimana portal berita politik ini dijalankan. Kuliah pakar ini merupakan kuliah rutin yang diadakan oleh mata kuliah tertentu dengan menghadirkan para pakar, dalam hal ini mata kuliah komunikasi politik yang diampu oleh Dosen Komunikasi UII Narayana Mahendra Prastya dan Dian Dwi Annisa. Nara, panggilan Narayana, mengatakan bahwa kuliah pakar ini diadakan untuk memberi perspektif dan pengayaan baru pada mahasiswa tentang dunia komunikasi politik dari kacamata praktisi media. 

Menentukan Topik Sehari-hari

Dalam kuliah pakar interaktif, pembicara yakni Alfin Rizky memaparkan bagaimana pinterpolitik.com dijalankan. Di sela-sela presentasi, mahasiswa dan dosen boleh bertanya tentang materi yang disampaikan. Dian Dwi Anisa, dosen matakuliah ini, pun menanyakan kepada narasumber tentang penentuan topik harian. “Bagaimana menentukan ide untuk brainstorming? Apakah Anda mencari topik yang sedang tren, atau Anda memiliki agenda yang ingin diprioritaskan?” 

Alfin mengatakan, pinterpolitik.com memiliki dua standar yang biasa digunakan dalam menentukan topik harian. Yang pertama adalah tema yang sedang viral saat ini. Yang kedua adalah mencari isu-isu bebas yang relevan dengan tema politik. “Tema yang sedang viral saat ini cukup sensitif bagi kami karena harus cepat, selagi masih viral. Kedua, kami juga mengunggah berita yang tidak lekang oleh waktu,” kata Alfin. Tak hanya itu, kreativitas juga jadi kunci. “Biasanya tim diminta berpikir kreatif dan imajinatif, seperti bagaimana jika Majapahit belum runtuh? Apa yang akan terjadi sekarang? Topik seperti itu menjadi topik abadi.”

Menentukan Platform 

Menurut konten yang berbeda, Belalang memiliki kedalaman serta jangkauan yang berbeda. Konten lain juga memiliki wadah berbeda yang digunakan untuk publikasi. Platform media juga memiliki karakter yang harus disesuaikan dengan topik. Lantas, bagaimana Pinterpolitik memilah dan menentukan konten pada platform mana yang akan digunakan?

Instagram 

Pinterpolitik menggunakan media sosial Instagram untuk mempublikasikan konten yang sedang viral dan juga membutuhkan infografik di dalamnya. “Karena isu GI cepat berganti isu lain. Dan, biasanya lebih mengedepankan grafis,” kata Alfin.

Youtube 

Pinterpolitik memiliki beberapa jenis konten yang diunggah di Youtube. Youtube lebih fleksibel karena penonton Youtube bisa mengaksesnya kapan saja, dan tidak memakan waktu, jadi segala macam konten bisa masuk di channel ini. 

Tiktok 

Platform TikTok mengutamakan konten video yang humanis diselingi suara-suara tertentu untuk menambah sinematik. Platform TikTok ini tidak hanya harus viral karena algoritma akan menyedotnya berdasarkan minat. Dan platform yang saat ini disukai anak muda. “Platform ini kami gunakan dan belajar darinya untuk lebih dekat dengan generasi muda saat ini,” kata Alfin.

Politik adalah istilah yang unik. Di satu sisi banyak dihindari oleh anak-anak muda. Tapi di sisi lain sangat digandrungi. Bahkan ada rasa percaya diri yang luar bisa ketika seseorang itu melek politik. Ada masa ketika tema-tema politik dirasa sangat menyebalkan yakni dimana banyak sekali fenomena politik yang dibarengi dengan kerusuhan. Tetapi, akhir-akhir ini tema politik mulai menghangat di kalangan anak muda.

Dalam kuliah kuliah pakar yang diselenggarakan oleh Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia menghadirkan seorang asisten redaktur di media pinterpolitik.com bernama Alfin Risky. Di Ilmu Komunikasi UII, sering kali menyelenggarakan kuliah pakar dengan menghadirkan seorang paktisi atau pakar sesuai dengan mata kuliah terkait. Dalam diskusi ini, Kuliah Pakar diselenggarakan dalam sesi mata kuliah Komunikasi Politik. Mata kuliah ini diampu oleh Narayana Mahendra Prastya dan Dian Dwi Anisa. Kuliah pakar yang diadakan pada 5 november 2022 ini memperbincangkan banyak hal, salah satunya dalah tentang bagaimana mereka membuat konten di pinterpolitik.com.

Dalam mengelola portal pinterpolitik.com, ada rutinitas harian yang biasa Alfin lakukan bersama timnya. Media yang memilki beberapa media sosial yang mengunakan berbagai jenis platform publikasi ini memiliki alur kerja yang cukup sistematis. Di antaranya adalah brainstorming, menulis outline, membuat tulisan, merancang infografis, membuat video dan publikasi. Bagaimana cara kerja media daring ini mengemas konten politik untuk anak muda? Berikut cuplikannya dari kuliah pakar yang dilakukan secara daring ini.

Brainstorming
Tahap paling pertama, setiap pagi, tim melakukan brainstrorming tentang angle atau perspektif baru yang hari ini akan kita dibuat dalam tulisan, infografis dan video. Dalam proses ini masing-masing penulis akan mempresentasikan ide masing-masing.

Outline
Dari gagasan-gagasan yang didapat saat brainstorming, masing masing akan mensistemasi gagasannya dalam sebuah outline terkait pokok-pokok gagasan untuk disetujui oleh redaktur.

Written Pieces
“Jika sudah disetujui oleh redaktur, gagasan itu akan ditulis dan elaborasi dengan data dan gagasan pendukung lainnya,” ungkap Alfin. Tulisan ini ditulis dalam 60 kata saja supaya cepat dan bisa posting di Instagram. Adapula tulisan yang ditulis dalam tulisan panjang untuk rubrik tertentu.

Infografis
Tulisan ini juga nanti akan diperkuat dengan infografis yang dibuat oleh tim tersendiri yakni tim infografis.

Shooting dan Video Editing
Sesuai yang disampaikan Alfin, selain divisualisasikan dengan infografis, tulisan juga diilustrasikan dengan audio visual yakni video. Di sini, tim video akan membuat storyboard dan akan melakukan pengambilan gambar sesuai dengan naskah. Video akan diedit dengan tak lupa memberi efek motion grafis.

Content Publish
pada akhirnya, semua konten itu yang nantinya akan diunggah pada kanal Youtube dan Tiktok dan media sosial pinterpolitik lainnya.

Politics is a unique term. On the one hand, many young people avoid it. But on the other hand, I very much loved it. There is even an extraordinary sense of self-confidence when someone is politically literate. There was a time when political themes were very annoying, namely when riots accompanied many political phenomena. However, lately, political themes have begun to warm up among young people.

In the expert lectures organized by the Communication Department UII, an assistant editor at pinterpolitik.com media named Alfin Risky was presented. In UII’s Communication Department, expert lectures are often held by inviting a practitioner or expert on a related subject. In this discussion, the Expert Lecture was held in a Political Communication course session. Narayana Mahendra Prastya and Dian Dwi Anisa taught this course. The expert lecture on 5 November 2022 discussed many things, including how they create content at pinterpolitik.com.

In managing the pinterpolitik.com portal, there is a daily routine that Alfin and his team usually do. Media that has several social media that use various types of publication platforms has a fairly systematic workflow. Among them are brainstorming, writing outlines, designing infographics, and making videos and publications. How does this online media work to package political content for young people? The following is an excerpt from this online expert lecture.

Brainstorming

In the very first stage, every morning, the team brainstorms about a new angle or perspective that we will make today in writing, infographics, and videos. In this process, each writer will present their ideas.

Outline

So, each of the ideas that obtained on the brainstorming stage will be considered by the editor in chief. All the crew will systematize their ideas in an outline. The editor will approve any ideas.

Written Pieces

“If the editor has approved it, the idea will be written down and elaborated with data and other supporting ideas,” said Alfin. This article is written in just 60 words, so it is fast and can be posted on Instagram. There are also articles written in long writing for certain rubrics.

Infographics

This writing will also be strengthened by infographics created by a separate team, namely the infographics team.

Shooting and Video Editing

As stated by Alfin, apart from being visualized with infographics, writing is also illustrated with audio-visual videos. Here, the video team will create a storyboard and shoot according to the script. The Video Editors will edit the video by not forgetting to give a motion graphic effect.

Content Publish

in the end, the Social Media officer will upload all that content on Youtube, Tiktok channels, and other smart political social media.

Tragedi menyedihkan di ajang sepakbola Indonesia terjadi di Malang. Kejadiannya terjadi pada 1 Oktober 2022. Saat itu  Klub sepak bola persebaya bertanding melawan Klub Arema malang. Saat itu, ketika pertandingan selesai, terliaht suporter masuk lapangan. Lalu berangsur masuk yang lain. Banyak. Lalu tiba-tiba polisi menyemprotkan gas air mata. Kondisi menjadi gaduh dan berdasarkan catatan per 13 Oktober 2022, jatuh 754 korban dan 135 meninggal.

Narayana Mahendra Prastya, dosen Komunikasi UII, yang juga spesialis dalam klaster riset Jurnalisme dan Komunikasi Olahraga serta Sepakbola Indonesia, mengatakan sayangnya kejadian ini jadi sorotan karena ada kejadian besar. “Ada banyak korban dulu, baru beritanya menyebar besar,” kata Narayana dalam diskusi bertajuk “Refleksi Masa Depan Sepak Bola Indonesia” yang diselenggarakan oleh Podcast LPM Kognisia FPSB UII dan disiarkan pada 31 Oktober 2022.

Narayana juga melakukan penelusuran singkat terkait kejadian ini. “Saya iseng cari data, sejak 2010 ada kejadian penggunaan gas air mata untuk membubarkan keributan di stadion. Itu melanggar aturan FIFA. Jadi sejak 2010 ada pelanggaran,” ungkap Narayana. Padahal PSSI paham aturan tersebut, kata Nara, panggilan akrab Narayana.

Nara kemudian mempertanyakan, “Selama ini PSSI ngobrol nggak sama keamanan. Jadi SOP keamanan di stadion itu DO and DONT-nya apa saja. Seharuskan itu dikomunikasikan.” Mengapa sudah ada 10 kejadian tetapi kejadian kali ini tetap berulang, katanya. Padahal, menurut Nara, penelusurannya itu baru sepuluh tahun tetakhir. “Kalau dirunut lagi ke belakang saya kira akan lebih banyak lagi. Sudah 11 ditambah Kanjuruhan ini,” kata Nara.

Selain Nara, mahasiswa Komunikasi UII, Khalif Madani juga menjadi pembicara pada diskusi di Poscast ini. Alif, panggilan akrabnya, kini didapuk jadi panelis.Alif juga adalah anggota Campus Boys 1976, komunitas supporter PSS Sleman. Menurut Alif, suporter sering disebut sebagai kambing hitam kerusuhan ketika terjadi kejadian.

Senada dengan Alif, padahal tidak semua suporter bisa disamaratakan. Seakan Suporter adalah faktor tunggal terjadinya kerusuhan. Dalam kesempatan lain, Nara juga pernah mengungkap bahwa sejatinya media sosial juga harusnya disoroti dalam terjadinya kerusuhan. Selain juga, kini suporter banyak juga yang menjadi motor perubahan dan kontrol tim.