Reading Time: 2 minutes

Pertanyaan yang mengemuka dalam judul di atas adalah pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam kunjungan mahassiswa Komunikasi UII ke beberapa perusahaan di Jakarta. Pertanyaan itu sering muncul ketika mahasiswa lulus dari kampus dan masuk dalam belantara dunia kerja dan profesi. Institusi yang akan menerima lulusan UII pasti akan bertanya dan mencari tahu: apa ‘value’ personal yang dapat berkontribusi membangun instansi yang kita tuju untuk bekerja?

Pertanyaan itu dijawab oleh beberapa narasumber yang hadir dalam Communication Field Trip (CFT) yang diadakan pada 6 hingga 8 Desember 2022. Pada kesempatan kali itu, kunjungan pada hari kedua ke Kompas Gramedia (KG) Media, para mahasiswa Komunikasi UII dari beragam angkatan seperti dari angkatan 2019 hingga 2022 menimba pengalaman dan pembelajaran baru dari beragam alumni UII yang juga telah bekerja di KG Media. Alumni-alumni itu Misalnya Arrozi Effendi, angkatan 2010 (Manajer PR dari KG Media), Ridho Ilham, angkatan 2017 (Marketing Communication KG Media), Atha Rahmaputra, angkatan 2017 (Video Content Specialist), Muhammad Diast Reyhan Rafif, angkatan 2017 (Community Specialist Harian Kompas), dan F Rizaldi Revandi, angkatan 2017 (Digital Social Media Kompass TV).

Kunjungan berbalut CFT di Kantor KG Media itu mahasiswa diajak tour pada kantor media besar di Indonesia ini. KG Media adalah perusahaan holding yang bergerak di beragam lini seperti penerbit buku Kompas, KG Properti, Dyandra Promosindo, dan juga mengelola jalan tol Cinere-Jagorawi. Selain itu, KG Media juga memiliki unit bisnis seperti Hotel Santika Group, “Ada juga Rekata Studio di KG Media, yang kemarin produksi film penyalin cahaya, kalau temen-temen tahu,” kata MC pada perwakilan KG Media. Grup KG juga memiliki Kampus di UMN dan Politeknik untuk Vokasi-nya.

 

Selain itu, KG Media juga membangun ekosistem digital dengan membangun perusahaan fintech. Di sisi seni dan budaya, KG Media memiliki bentara budaya di beberapa kota, “Ini adalah aset intelektual yang dibangun pendiri kita Pak Ojong dan Jakob Oetama. Di sini seniman-seniman yang punya relasi dengan bentara budaya menjual karyanya untuk Gempa Cianjur kemarin,” tambah MC tersebut.

Pada sesi selanjutnya, Arrozi, manajer PR KG Media, mengatakan bahwa di era disrupsi itu ternyata kemampuan bertahan sebuah perusahaan itu tidak cukup. “Kami tak hanya harus bertahan, tapi juga harus leading di semua sektor. Kami The one leading di media sektor,” kata Arrozi. “Ini sengaja aku hadirkan mereka jadi teman-teman alumni, jangan berkecil hati kalau temen-teman dari jogja. Tidak sekeras itu di jakarta,” kata Arrozi menambahkan. Beberapa alumni yang telah disebut di awal kemudian menjelaskan apa saja value dan kontribusi mereka pada perkembangan perusahaannya.

Berlanjut di tulisan berikutnya klik di sini.

Foto-foto: Yudi Winarto

Reading Time: 2 minutes

Tulisan ini lanjutan dari sini.

Dunia kerja bukan tentang main-main. Maka perlu portofolio dan value yang dibangun serius sejak masa kuliah di kampus. Simak pengalaman alumni-alumni Komunikasi UII berikut yang semuanya bekerja di KOMPAS. Dari sini Anda dapat mempelajari apa dan bagaimana mengelola potensi dan value diri untuk menjadi nilai tambah ketika masuk dunia kerja.

Misalnya Ridho Ilham, sebagai alumni Komunikasi UII 2017 yang kini adalah Marketing Communication di Kompas Gramedia (KG) Media, mengatakan tugasnya dalam Marcomm adalah menciptakan awareness untuk brand, “Cara nyiptain awarenessnya, pake IMC integrated Marketing communication yang sudah kita pelajari di kampus,” kata Ridho pada mahassiwa peserta Communication Field Trip (CFT), sebuah acara rangkaian kunjungan ke beberapa instansi dunia profesi. CFT diikuti puluhan mahasiswa Komunikasi UII pada 6 hingga 8 Desember 2022. Pada kesempatan kali itu, kunjungan pada hari kedua mereka menimba ilmu dari alumni-alumni Komunikasi UII yang bekerja di Kompas Gramedia (KG) Media.

Alumni lain, Rizal Rizaldi, yang dulu aktif dan menjadi PR-nya KOMPOR (komunitas film komunikasi UII), kini adalah tim Digital Socmed KOMPAS TV, “kerjaku adalah ngedit video-video vertikal KOMPAS TV, TIKTOK dan Facebook Reels.” Selain mereka, ada juga alumni komunikasi yang lain namun tak hadir pada hari itu. Mereka adalah Fara dan Hafidz yang mereka adalah jurnalis di Kompas.

Menurut Ridho, sebagai mahasiswa dahulu, ia sudah harus membangun value diri. Value adalah nilai yang menjadi pegangan seseorang menjalani karir dan hidup. “Kita start dari magang dulu itu. Kalau kita pengin serius di magang, itu bisa jadi Value,” katanya. Sebelumnya Ridho adalah PR di Tinder dan Master Card. Lulusan 2021 ini mengatakan semuanya tidak akan terjadi jika ia tak mau ambil risiko magang ke jakarta dan mungkin ia tidak akan sampai di KG Media. “Aku banyak banget belajar, mungkin aku nggak bakal di KG media kalau aku nggak magang di tempat sebelumnya. Aku ke jakarta, tapi aku ga dapat finansial apa-apa, tapi dari situ aku jadi dapat banyak belajar banyak dan membentuk value aku,” ungkap Ridho menceritakan pengalamannya awal-awal mengadu nasib di Jakarta.

Berani Pindah Zona Demi Value

“Kalau Lu, apa value yang lu bawa dari kampus ke kompas?” tanya Arrozi Effendi, alumni Komunikasi 2010 yang kini adalah Head of PR KG Media, melanjutkan pertanyaan pada Diast Reyhan Rafif, Alumni angkatan 2017 yang kini adalah Community Specialist di Harian KOMPAS. Menurut Diast, pengalaman dan value yang ia bangun sejak kuliah adalah dengan aktif di komunitas dan kegiatan kemahasiswaan di Komunitas Redaksi dan Himakom dulu. “Yang intinya sih, harus ada keberanian keluar dari zona kita. Dari Jogja ke Jakarta. Kalau dibilang kampus berkontribusi sih itu pasti, dulu ngurusin komunitas Redaksi, KLIK, KOMPOR dll, andilnya banyak banget lah kontribusi Komunikasi UII untuk aku bisa kerja di KG Media,” kenang Diast.

Arrozi berpesan bahwa sikap dan perilaku selama di dunia kuliah dan kerja itu sangat menentukan pekerjaan kita di masa depan. “Watch your attitude, di manapun kamu berada. Jaga baik attitude di tempat kuliah dan kerja kamu ini ya. Karena mau bagaimana pun, kami di KG Media bertanggungjawab atas performa kalian ketika magang di sini, termasuk nantinya ketika diminta rekomendasi dari tempat kerja berikutnya,” kata Arrozi berpesan.

Reading Time: 2 minutes

This writing continued from here.

The world of work is not about playing. So you need a portfolio and values ​​that have been seriously built since college. Check out the experiences of the following UII Communication alumni working at KOMPAS. From here, you can learn what and how to manage your potential and self-worth to become added value when you enter the world of work.

For example, Ridho Ilham, an alumnus of UII Communication 2017 who is now a Marketing Communication at Kompas Gramedia (KG) Media, said his job at Marcomm was to create awareness for brands, “The way to create awareness is to use IMC integrated Marketing Communication that we have learned on campus,” said Ridho to the students participating in the Communication Field Trip (CFT), an event series of visits to several professional world institutions. CFT was attended by dozens of UII Communication students from 6 to 8 December 2022. On that occasion, on the second day of the visit, they learned from UII Communication alumni who work at Kompas Gramedia (KG) Media.

Another alumnus, Rizal Rizaldi, who used to be active and was PR for KOMPOR (UII communication film community), is now the KOMPAS TV Digital Socmed team, “My work is editing vertical videos for KOMPAS TV, TIKTOK and Facebook Reels.” Apart from them, other communication alumni were not present that day. They are Fara and Hafidz, who are journalists at Kompas.

According to Ridho, as a student a few years ago, first, he had to build self-value. Value is a value that becomes a person’s guide through a career and life. “We start from the first internship. If we want to be serious about the internship, it can become a value,” he said. Previously Ridho was PR at Tinder and Master Card. This 2021 graduate said none of this would have happened if he didn’t want to take the risk of doing an internship in Jakarta, and maybe he wouldn’t have made it to KG Media. “I learned a lot, maybe I wouldn’t be at KG media if I didn’t do an internship at the previous place. I went to Jakarta, but I didn’t get anything financially, but from there I learned a lot and formed my values,” said Ridho sharing his early experience of trying his luck in Jakarta.

Dare to Change Zones for the sake of Value

“For you, what values ​​do you bring from campus to compass?” asked Arrozi Effendi, a 2010 Communication alumni who is now Head of PR KG Media, continuing the question on Diast Reyhan Rafif, Alumni class of 2017 who is now a Community Specialist at KOMPAS Daily. According to Diast, the experiences and values ​​he has built since college were by being active in the community and student activities in the Editorial Community and Himakom in the past. “The point is, we have to have the courage to get out of our zone. From Jogja to Jakarta. If you say the campus has contributed, that’s for sure, used to take care of the Editorial community, KLIK, KOMPOR etc., it contributed a lot, UII Communication contributed so much to me being able to work at KG Media ,” Diast recalled.

Arrozi advised that attitudes and behavior while in the world of study and work will greatly determine our future work. “Watch your attitude, wherever you are. Keep a good attitude at your place of study and work. Because no matter what, we at KG Media are responsible for your performance during your internship here, including later when asked for recommendations from your next workplace, ” said Arrozi ordered.

 

Reading Time: 2 minutes

The questions raised in the title above arose during a visit by UII Communication students to several companies in Jakarta. This question often arises when students graduate from campus and enter the wilderness of the world of work and professions. Institutions accepting UII graduates will ask questions and find out: what personal ‘values’ can contribute to building the institution we aim to work for?

This question was answered by several sources who attended the Communication Field Trip (CFT) held from 6 to 8 December 2022. On that occasion, the visit on the second day to Kompas Gramedia (KG) Media, UII Communication students from various generations, such as from the 2019 to 2022 batch, gained new experiences and lessons from various UII alumni who have also worked at KG Media. The alumni include Arrozi Effendi, class of 2010 (PR Manager from KG Media), Ridho Ilham, class of 2017 (Marketing Communication of KG Media), Atha Rahmaputra, class of 2017 (Video Content Specialist), Muhammad Diast Reyhan Rafif, class of 2017 (Community Kompas Daily Specialist), and F Rizaldi Revandi, class of 2017 (Digital Social Media Kompass TV).

The visit was wrapped in CFT at the KG Media Office. The students were invited to tour the major media offices in Indonesia. KG Media is a holding company engaged in various lines, such as Kompas book publisher, KG Properti, and Dyandra Promosindo, and also manages the Cinere-Jagorawi toll road. Apart from that, KG Media also has business units such as the Hotel Santika Group. “There is also a Rekata Studio at KG Media, which produced a penyalin cahaya film yesterday if my friends know,” said the MC to a KG Media representative. The KG Group also has a Campus at UMN and its Vocational Polytechnic.

 

Apart from that, KG Media is also building a digital ecosystem by building a fintech company. On the arts and culture side, KG Media has cultural heralds in several cities. “This is an intellectual asset built by our founders Pak Ojong and Jakob Oetama. Here, artists who have relations with cultural heralds sold their works for yesterday’s Cianjur Earthquake,” added the MCs.

In the next session, Arrozi, PR manager of KG Media, said that a company’s ability to survive is not enough in this era of disruption. “We not only have to survive, but also have to be leading in all sectors. We are the one leading in the media sector,” said Arrozi. “I deliberately present them as alumni friends, don’t be discouraged if friends from Jogja. It’s not that hard in Jakarta,” Arrozi added. Some of the alumni mentioned earlier then explained what their values ​​and contributions were to the development of their company.

To continue in the next article click here.

Photos: Yudi Winarto

Reading Time: 2 minutes

Disclaimer: tulisan ini adalah berita ringkas, bukanlah panduan kesehatan dan pertolongan pertama. Harap rujuk sumber kesehatan yang ahli untuk panduan lebih profesional.

Bagaimana dan apa yang harus dilakukan jika mendadak ada kawan, mahasiswa, dosen, atau sivitas akademi lainnya tiba-tiba sakit di kampus? Apalagi jika ada yang tiba-tiba pingsan dan hilang kesadaran. Tahapan apa yang harus dijalani? Mengapa tindakan pertolongan dan penanganan pertama itu penting?

Sekilas hal-hal tersebutlah yang dipelajari Empat Staf dari Prodi Ilmu Komunikasi UII dalam pelatihan berjudul Pelatihan Penanganan Pertama Terhadap Orang Sakit pada 30 November 2022 di Auditorium FPSB UII. Empat Staf itu adalah Zarkoni, Gunawan Iskandar, Yudi Winarto, dan Putri Asriyani. Pada kesempatan itu bertindak sebagai pembicara adalah Dr. Gesit Purnama Giana Deta., Sp. THT.KL dari Fakultas Kedokteran UII. Tim Bantuan Kesehatan Mahasiswa juga hadir membantu jalannya materi pelatihan kali itu.

Dr. Gesit mengatakan, pertama-tama jika ada menemukan orang yang pingsan, maka harus dikenali dulu apakah ia nadinya masih berdetak normal atau tidak. Hal ini seperti dituturkan Gunawan Iskandar, salah satu Staf Prodi Komunikasi UII, yang jadi salah satu peserta pelatihan itu. Detak nadi yang normal punya ketentuan tertentu. Jika nadi atau nafas tidak ditemukan, barulah penolong bisa melakukan tindakan resusitasi jantung atau biasa dikenal dengan istilah CPR di bagian dada. Fungsinya untuk mengejutkan atau resusitasi kejut jantung sebagai pertolongan gawat darurat sembari menunggu tim medis datang. Itu dilakukan hingga nafas muncul kembali.

Di lain pihak, jika penolong menemukan orang yang jatuh dan ada dugaan patah tulang, pastikan jangan mengangkat atau menggendongnyaa hingga tim medis datang. Keadaan tersebut dilakukan bukan tanpa perhitungan, melainkan karena menghindari trauma atau luka lanjutan pada titik yang diduga patah tulang karena salah angkat. Jikapun harus diangkat karena mendesak, ia harus diangkat oleh enam orang di posisi-posisi bagian tubuh tertentu sehingga seimbang dan bagian tubuh yang diduga patah tetap aman.

dr. Gesit juga menjelaskan juga mempraktikkan CPR dan juga melatih penanganan jika ada orang tersedak makanan sehingga jalur nafas tersumbat. Si penolong bisa melonggarkan jalan napas tenggorok atau dada dengan menggendong terntentu seperti menggendong atau angkat dari belakang. Namun penggambaran tulisan ini tidak bisa akurat memberi penjelasan itu karena bukan sebagai panduan kesehatan.

Di akhir penjelasan, Gunawan berharap, pelatihan serupa bisa dilakukan rutin dan bisa diakukan juga untuk staf-staf lain yang belum ikut. Menurutnya ini penting karena tak jarang staf dan sivitas akademika lain di UII mengalami atau menghadapi hal darurat dalam hal kesehatan seperti ini.

Reading Time: 2 minutes

Indonesia’s many natural potentials, both natural and artificial tourism, are an attraction for anyone to see and visit. Not only tourists but also photographers who record and show it to the world. Many of these extraordinary natural beauties are untouched and have yet to be enjoyed by many people.

Some of the points above are Fathur Hidayanto’s reasons for making a photographic work to fulfill his Final Project at the end of his study period at the Department of Communication at the Universitas Islam Indonesia (UII). The results of his work and creative process were appreciated by the Center for Alternative Media Studies and Documentation (PSDMA) Nadim Communication Department at UII. Fathur Hidayanto was invited to share his innovative approach to finally complete the “Portrait of the Enchantment of Indonesia’s Hidden Gems in landscape photography in Yogyakarta”. The discussion was held online on Thursday, November 17, 2022.

Apart from being personally amazed at photographing nature’s beauty, Fathur, a 2019 batch of UII Communications students, was also encouraged by his enthusiasm to advance Small and Micro Entrepreneuship/ SME (UMKM) and Yogyakarta’s tourism industry. “The choice of the landscape is also appropriate to contribute to advancing Jogjakarta’s  tourism and SMEs in the surrounding community,” said Fathur when presenting his journey to work on his final project.

Three Important Stages of Final Assignment

Fathur said three important stages need to be carried out in working on this type of Final Assignment/Thesis. First, Fathur had to make a plan called pre-production. Then carry out the planning in the production period. Next, Fathur didn’t just stop there. After the photo shoot during the production period, he also carried out several post-production processes.

In the pre-production period, said Fathur, photographers can make preliminary observations of which areas, spots, or points they want to take the pictures. After that, based on the observational data, students can immediately create concepts, routes, route planning, financing, and choosing and determining the right cameras and tools for the production process.

Whereas in the next stage, during the production period, the photographer can already carry out the previous plan. Photographers can immediately execute by taking photos of landscape documentation at location that have been previously observed. This shooting also considers the angle/point of view and time (morning, afternoon, or evening), including estimating the right and supportive natural light.

After the photographer has finished executing the planned photos on location, the next stage is post-production. At this stage, according to Fathur, students who will be doing their final project can determine what final result or output they will choose. For Fathur, he decided the result of his work to be an offline photo exhibition and book publication. Fathur said this process costs up to one million rupiahs.

Reading Time: 2 minutes

Banyaknya potensi alam Indonesia, baik wisata alam maupun buatan, menjadi daya tarik bagi siapapun untuk melihat dan mengunjunginya. Tidak hanya wisatawan, tapi juga fotografer yang merekam dan mempertunjukannya pada dunia. Keindahan alam yang luar biasa banyak ini banyak yang tak tersentuh dan belum banyak dinikmati oleh masyarakat.

Beberapa poin diatas adalah alasan Fathur Hidayanto untuk membuat karya fotografi memenuhi Tugas Akhir di akhir masa kuliahnya di Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII). Hasil karya dan proses kreatifnya ini diapresiasi oleh Pusat Studi dan Dokumentasi Media Alternatif (PSDMA) Nadim Ilmu Komunikasi UII. Fathur Hidayanto diundang untuk berbagi tentang bagaimana proses kreatif yang ia lalui hingga akhirnya merampungkan karya yang berjudul “Potret Pesona Hidden Gems Indonesia dalam fotografi landscape di Yogyakarta” tersebut. Diskusi itu dilakukan secara daring pada Kamis, 17 november 2022.

Selain karena ketakjuban pribadi untuk memotret keindahan alam, Fathur, yang adalah mahasiswa Komunikasi UII  angaktan 2019, juga didorong semangat untuk memajukan UMKM dan industri wisata Yogyakarta. “Pemilihan forografi lanscape ini juga tepat untuk ikut andil memajukan pariwisata DIY dan UMKM masyarakat sekitar,” kata Fathur saat mempresentasikan perjalanannya menggarap Tugas Akhirnya.

Tiga Tahap Penting Tugas Akhir

Fathur mengatakan, ada tiga tahap penting yang perlu dilakukan dalam proses penggarapan Tugas Akhir/ Skripsi jenis karya ini. Pertama, Fathur harus membuat perencanaan yang disebut pra-produksi. Lalu selanjutnya melaksanakan perencanaan tersebut dalam masa produksi. Berikutnya, Fathur juga tak hanya berhenti di situ, setelah pengambilan gambar dilakukan pada masa produksi, ia juga melakukan beberapa proses pasca-produksi.

Pada masa pra-produksi, kata Fathur, fotografer dapat melakukan observasi awal daerah mana dan spot atau titik-titik mana saja yang mau diambil fotonya. Setelah itu, berdasar data-data observasi tadi, mahasiswa segera dapat membuat konsep, rute, perencanaan rute, pembiayaan, dan termasuk memilih dan menentukan alat yang tepat untuk proses produksi.

Sedangkan pada tahap selanjutnya, pada masa produksi, fotografer sudah dapat melaksanakan rencana sebelumnya. Fotografer bisa segera melakukan eksekusi dengan mengambil foto dokumentasi lanscape pada titik-titik lokasi yang sudah diamati sebelumnya. Pengambilan gambar ini juga memertimbangkan angle/ sudut pandang, waktu (pagi, siang, atau sore), termasuk memerkirakan cahaya yang tepat dan mendukung.

Setelah fotografer selesai mengeksekusi foto-foto yang direncanakan di lokasi, tahap berikutnya adalah tahap pasca-produksi (post-production). Pada tahap ini, menurut Fathur, mahasiswa yang akan melakukan tugas akhir dapat menentukan hasil akhir apa yang akan dipilih. Untuk Fathur, ia memilih hasil akhir karyanya adalah pameran foto dan publikasi buku secara luring. Fathur mengatakan, proses ini menghabiskan biaya hingga satu juta rupiah.

Reading Time: 2 minutes

Pengembangan keterampilan akademik perlu dilakukan untuk memberi gambaran awal bagi mahasiswa Komunikasi UII, utamanya mahasiswa kelas internasional di International Program of Communication (IPC) Universitas Islam Indonesia (UII). Pengelola program IPC UII menghelat Welcoming Day Seminar dengan nama tahun ini yaitu Academic and Skill Study. Creative and Adaptive Youth adalah tema yang dipilih pada acara Welcoming Day tahun ini. Acara ini dilaksanakan pada 10 November 2022. Ada tiga materi yang dipaparkan pada kesempatan ini. Ida Nuraini Dewi Kodrat Ningsih selaku sekretaris IP Komunikasi UII berbicara dan mengenalkan IPC selama ini sejak berdirinya pada 2018. Lalu Masduki, spesialis di klaster riset Regulasi Komunikasi, berbagi tentang Teknik penulisan akademik. Kemudian Herman Felani menjadi fasilitator dengan tema presentasinya University Life Adaptation. Tiga Dosen Komunikasi UII ini adalah expert di International Program of Communication.

Pada acara ini, lebih lanjut Ida juga menyampaikan rancangan kurikulum pembelajaran di IPC UII. Ida menjelaskan bahwa IPC UII memiliki empat bidang minat besar yang banyak diminati oleh mahasiswa berdasarkan survey terbaru. Empat bidang minat tersebut adalah Public Relations, Junalistik, Kajian Media, dan Media Kreatif. Masing-masing memiliki beberapa mata kuliah yang wajib diikuti dan beberapa mata kuliah yang menjadi pilihan sesuai dengan peminatan mahasiswa.

Total kredit yang harus dilampaui oleh mahasiwa adalah 144 SKS (kredit) yang setelah dikallkulasi normalnya akan membutuhkan waktu 8 semester atau 4 tahun masa studi. Tiap semester, mahasiswa akan menyelesaikan 20-24 SKS. Dalam 1 mata kuliah akan berbobot 2 hingga 3 SKS, yang artinya dalam 1 semester mahasiswa akan menyelesaikan 6 hingga 8 mata kuliah.

Lalu bagaiamana mata kuliah itu dilampaui? Ida menjelaskan di IPC UII pembelajaran akan dilakukan dengan dengan menitikberatkan pada partisipasi aktif mahasiswa. “Jadi akan banyak melakukan diskusi dan partisipasi aktif mahasiswa di proses perkuliahan,” jelas Ida.

Apa saja Kegiatan pengembangan Skillnya?

Pengembangan kemampuan dan keterampilan mahasiswa adalah kegiatan yang paling banyak diminati oleh mahasiswa. Selain menyediakan laboratorium untuk memfasilitasi pengembangan skill mahasiswa, IPC juga mengadakan beberapa kegiatan baik akademik maupun pengembangan soft skill. Beberapa yang sudah dilakukan antara lain English Skill Development program, International Internship, International Program Activities, Future Global carrier, capacity Building program. Selain itu, kegiatan akademik juga sering dilakukan secara rutin. Misalnya Annual Workshop on Globalization, acara bincang-bincang bertajuk Teatime: an afternoon sharing with IPC UII, dan Passage to Asean.

Reading Time: 2 minutes

Menjadi Mahasiswa baru berarti memasuki dunia baru. Dunia yang menarik sekaligus memicu adrenalin tersendiri bagi mahasiswanya. Mahasiswa sering kali masuk ke perguruan tinggi tanpa tahu apa saja yang harus ditempuhnya di kemudian hari.

Di awal tahun ajaran baru, mahasiswa baru International Program of Communication (IPC) Universitas Islam Indonesia (UII) mengikuti kegitan Welcoming Day Seminar yang bertajuk Academic and Skill Study. Tema yang diangkat adalah Creative and Adaptive Youth. Acara yang dilaksanakan pada 10 November 2022 ini menghadirkan Ida Nuraini Dewi Kodrat Ningsih, Masduki, dan Herman Felani. Ketiganya adalah Dosen Komunikasi UII di International Program.

Apa cita-cita IPC untuk mahasiswanya?

Ida Nuraini Dewi Kodrat Ningsih selaku sekretaris International Program of Communication (IPC) memberikan perkenalan sekilas profil IPC. Ia juga menunjukkan beberapa kegiatan seru yang banyak diminati mahasiswa Angkatan sebelumnya. Dalam menjalankan program, IPC memiliki beberapa cita-cita yang kemudian tercermin dalam desain kurikulum dan kegiatannya.

Cita-citanya misalnya, kelak mahasiswa dapat menjadi sarjana komunikasi yang memiliki beberapa kompetensi. Misalnya seperti menjadi peneliti di bidang komunikasi, pengembang di bidang media dan komunikasi yang memiliki jiwa empowerment yang tinggi. Tentunya individu lulusan Komunikasi ini berkarakter yang berasaskan nilai keislaman, norma keindonesiaan, sekaligus berpandangan global. “Harapannya nanti setelah lulus mahasiswa akan bisa menangi pekerjaan seperti dosen, peneliti, staf R and D, PR, corporate communication, jurnalis, penulis skrip layar, bekerja di PH, menjadi media planner, dan lain sebagainya,” jelas Ida.

Demi mencapai cita-cita itu, Prodi Komunikasi UII telah menyiapkan beberapa fasilitas yang dapat mendukung tumbuh kembang kreativitas mahasiswa IPC. Misalnya, mahasiswa dapat beraktivitas mengsplorasi keterampilan produksi konten audiovisual seperti film documenter dan fiksi di studio Laboratorium Audiovisual. Selain itu, mahasiswa juga bisa mengasah kemampuan broadcasting di ruang studio audio. Tak hanya itu, dengan makin maraknya dunia digital, mahasiswa juga bisa menjadi volunteer dan pegiat konten TV digital di Ikonisia TV. Ikonisia TV adalah Channel TV Digital pertama di UII milik Prodi Komunikasi UII.

Reading Time: 2 minutes

Menjadi mahasiswa artinya mempersiapkan diri dengan beragam habit kampus. Salah satu keterampilan yang wajib dimiliki mahasiswa adalah kemampuan menulis akademik. Sebab ketika seseorang telah berstatus mahasiswa, ia akan sering bertemu dengan pelbagai referensi seperti jurnal, buku, laporan, karya ilmiah, esai, dan lain-lain.

Dalam acara penyambutan Mahasiswa Kelas Internasional (Internasional Program) Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII), Masduki, doktor dan dosen dari Komunikasi UII, berbagi dan memberi pengenalan tentang dunia tulis menulis dalam ruang akademik. Ia menyampaikan materinya dengan tajuk “Basic Academic Writing in Higher Education” atau Dasar Penulisan Akademik untuk Perguruan Tinggi. Penyambutan mahasiswa baru kelas International Program yang dilaksanakan di Ruang Audiovisual FPSB UII, ini dilaksanakan pada Senin, 10 November 2022 dengan tema “Creative and Adaptive Youth”.

Dalam memaparkan materinya, Masduki membandingan tulisan akademik dengan tulisan traveling. Ia menyontohkan dengan membuka dua situs berkata kunci Borobudur. Satu tulisan berjudul “How to visit borobudur in Indonesia”. Sedangkan Tulisan kedua berjudul “World History Encyclopedia: Borobudur.” Masduki lalu mengajak mahasiswa mengenal lebih dalam tetang tulisan akademik.

Beberapa karakter penting dari tulisan akademik adalah formal, analitis, jelas, ringkas, akurat, objektif, tepat, dan kritis. Proses penulisan akademik sendiri juga memakan upaya yang berarti seperti proses analitis yang panjang, pengamatan, pengelolaan ide, dan juga penyajian ilustrasi terkait tema tertentu agar mudah dipahami. Selain itu, karakter penting dari tulisan ilmiah akademik adalah sifatnya yang kritis dan presisi. Presisi artinya tulisan berdasarkan data-data dan informasi yang akurat. Sering kali, dalam academic writing, penulis menggunakan istilah-istilah ilmiah akademik. Dalam hal ini Masduki menyarankan untuk menggunakan kata yang sering digunakan dalam keseharian. Tapi jika terpaksa menggunakan kata-kata ilmiah akademik yang tak lazim dimenegerti awam, penulis harus memberi penjelasan, “Explain specialized word if they can’t be avoid,” kata Masduki.

Sebelum menutup materinya, masduki meminta peserta untuk berlatih menuliskan paragraf singkat baik yang akademik maupun non akademik. Peserta dilatih untuk bisa menulis dengan kalimat-kalimat pendek. “Pastikan anda menulis kalimat dengan pendek-pendek. Maksudnya kalimat itu terdiri di bawah 20 kata,” jelas Masduki.