Friendster ‘Nenek Moyang’ Media Sosial Balik Lagi, Gen Z Tertarik?

Friendster
Reading Time: 2 minutes

Salah satu media sosial yang sempat menjadi idola tahun 2000an yakni Friendster kini kembali lagi. Tercatat hingga tahun 2011 pengguna Friendster mencapai 115 juta pengguna, sayangnya platform ini resmi ditutup tahun 2015. Namun di tahun 2024 nenek moyang media sosial bangkit lagi. Hingga hari ini, 30 januari 2024 sudah ada antrean lebih dari 131 ribu yang ingin kembali mencoba mendaftar.

Jika melihat tren pengguna media sosial saat ini telah didominasi oleh Gen Z sebut saja Facebook dari 198 juta pengguna di Indonesia lebih dari 60% penggunanya adalah Gen Z, begitupun dengan TikTok serta Instagram. Namun, akankah Gen Z tertarik dengan Friendster?

Mungkin bagi Gen Z tak cukup familiar dengan Friendster, berikut ulasan sedikit terkait media sosial yang sempat mati suri. Media sosial asal Filipina ini mulai berdiri sejak 2001 oleh Jonathan Abrams. Dalam platform ini pengguna dapat mengirim pesan, menulis komentar, memposting, hingga berbagi konten.

Nama Friendster berasal dari kata yakni Friend yang berarti teman dan Napster yang artinya fenomena. Puncak kesuksesannya pada tahun 2008 dengan pengguna bulanan sekitar 37,1 juta membawa media sosial ini mendapat suntikan dana lebih dari 50 juta dolar.

Lima tahun sebelumnya pada 2003 Google sempat ingin membeli Friendster seharga 30 juta dolar namun tawaran tersebut ditolak. Hingga akhirnya popularitas Friendster meredup pasca kemunculan Facebook. Media sosial bikinan Mark Zuckerberg terus melakukan modifikasi hingga memenangkan pasar.

Akankah ada kejutan menarik yang akan dibawa Friendster setelah come back, pada laman resminya tertulis “A NEW ERA OF PERSONALIZED NETWORKING” disusul dengan “Bringing it Back to the People”.

Nampaknya Friendster telah belajar dari kegagalan masa lalunya, hingga meyakinkan dengan kalimat persuasif “Temukan kembali pesona era awal jejaring sosial, yang kini diremajakan dengan sentuhan kontemporer. Friendster lebih baik dari sebelumnya dan untuk semua orang”.

Salah satu pengguna lawas Friendster yakni Putri Asriyani mengaku ingin mencoba dan bernostalgia dengan media sosial yang dulu membawanya berselancar mencari kenalan baru.

“Boleh (mencoba menggunakan) ingin bernostalgia. Dulu sekitar tahun 2007 pakai, di Friendster yang aku lakukan adalah membuat profil, upload foto hampir sama seperti facebook tapi lebih nyaman pakai facebook. Ajang chat cari kenalan, terus tukeran nomor HP. Kendalanya internet saat itu tidak seperti sekarang, harus ke warnet dulu,” ujarnya.

Tak hanya Putri, sambutan hangat juga datang dari pengguna lawas lainnya yakni Pambudi Wicaksono yang telah mendaftar dalam antrean.

“Iya aku sudah daftar Friendster,” ungkapnya.

Jika pengguna lawas telah menanti ingin bernostalgia, bagaimana dengan Gen Z? Hingga saat ini belum ada data atau survei terkait ketertarikan Gen Z terkait apakah inggin mencoba menggunakan Friendster.

Namun salah satu Gen Z generasi awal yakni Ajeng Putri Andani menyebut belum tertarik untuk mencoba daftar karena telah memiliki deretan media sosial di gadgetnya.

“Enggak tertarik, sosmedku terlalu banyak,” tandasnya.

Namun jawaban tersebut belum mampu mewakili suara Gen Z terkait hal ini. Lantas bagaimana denganmu Comms akankah tertarik menjajal menggunakan Friendster?

 

Penulis: Meigitaria Sanita