Gender
Reading Time: 4 minutes

Isu gender cukup menarik untuk diteliti. Suara-suara kesetaraan gender telah menggema di berbagai sektor. Tak hanya itu, dukungan kesetaraan gender kini mulai masif dengan adanya beberapa akun media sosial seperti konde.co, magdaleneid, PurpleCode Collective, dan lainnya.

Global Gender Gap Report 2022 (WEF) merilis laporan terkait kesenjangan gender di ASEAN.  Dalam laporan diterapkan sistem skor dengan skala 0-1. Skor 0 berarti kesenjangan gender yang sangat lebar, sedangkan skor 1 menunjukkan tercapainya kondisi kesetaraan penuh. Di Asia Tenggara, posisi puncak tingkat kesetaraan terbaik diduduki oleh Filipina dengan skor 0,783. Sementara Indonesia menempati urutan ke-7 dengan skor 0,697.

Gender adalah peran dan status yang telah melekat pada perempuan dan laki-laki yang berasal dari konstruksi sosial budaya serta struktur masyarakat. Lantas bagaimana posisi gendesr dalam kajian Ilmu Komunikasi?

Ilmu Komunikasi mampu menyentuh setiap sudut kehidupan manusia, termasuk dalam kajian komunikasi gender. Komunikasi gender menjadi salah satu bidang studi yang menitikberatkan manusia sebagai makhluk gender berkomunikasi. Ivy and Backlund menyebutkan “Gender communication is communication about and between men and women”.

Beberapa teori yang umum digunakan untuk meneliti isu gender dalam kajian komunikasi antara lain Genderlect Theory, Standpoint Theory, dan Muted Group Theory. Bagi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi berikut beberapa contoh riset yang bisa menjadi inspirasi skripsi.

  1. Framing Media Merekam Feminisme Indonesia

Abstrak: Artikel ini menjelaskan pembingkaian feminisme di surat kabar Indonesia. Sebagai contoh, akan dibahas bagaimana feminisme Indonesia dibingkai dalam Harian KOMPAS dari tahun 1997-1999. KOMPAS dipilih sebagai objek penelitian karena surat kabar ini menerbitkan berita-berita tentang gender dan gerakan perempuan secara berkala. Pembahasan dalam penelitian ini akan berkisar pada analisis tekstual hingga produksi berita tentang feminisme di ruang redaksi media. Melalui artikel ini, kita juga dapat melihat bagaimana media secara etis harus merespons isu-isu sensitif. Karena dalam situasi apapun, media harus selalu memberitakan kebenaran, demi melindungi hak-hak dasar masyarakat.

Metode penelitian       : Analisis framing

Penulis                        : Pratiwi Utami, Universitas Gadjah Mada

  1. Pembungkaman Kaum Perempuan dalam Film Indonesia (Penerapan Teori Muted Group dalam Film “Pertaruhan”)

Abstrak: Jenis kelamin dan gender adalah dua konsep yang berbeda. Namun bagi perempuan, gender atau sifat yang melekat pada proses kultural memunculkan berbagai ketimpangan dalam masyarakat seperti marginalisasi, stereotip, kekerasan dan pelabelan negatif.

Artikel ini berfokus pada peran perempuan dilihat dari Teori Kelompok Bungkam tentang pembungkaman perempuan di ruang publik dalam film “At Stake (Pertaruhan)”. Film ini terdiri dari empat cerita pendek yaitu Usaha untuk Cinta, Apa Gunanya, Nona atau Nyonya, dan Harta Anak-Anak.

Metode penelitian       : Analisis dengan Muthed Group Theory

Penulis                        : Ratna Permata Sari, Universitas Islam Indonesia

  1. Peran Manajerial Praktisi Humas Perempuan Lembaga Pemerintah dalam Profesi yang Didominasi Perempuan

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengevaluasi peran-peran yang dilakukan praktisi hubungan masyarakat (humas/public relations) lembaga pemerintah di Jawa Timur. Humas telah dikenal sebagai profesi bergender karena makin banyak perempuan memasuki profesi ini. Perempuan, secara umum, memiliki skill komunikasi yang feminim yang membantu membangun relasi dengan publik supaya mendukung reputasi lembaga. Hipotesis penelitian ini adalah praktisi humas perempuan telah berperan manajerial dalam aktivitasnya. Dengan menggunakan model peran kehumasan sebagai instrumennya, kuesioner disebarkan dan diisi oleh 69 responden, 35 di antaranya adalah praktisi laki-laki dan 34 praktisi perempuan. Penelitian ini berkontribusi mendorong bidang kehumasan pemerintah untuk membuka peluang bagi praktisi perempuan lebih berperan dalam peran manajerial sebagai bentuk pemberdayaan perempuan.

Metode penelitian       : Survei

Penulis                        : Rachmat Kriyantono, Ph.D., Sekolah Komunikasi, Universitas Brawijaya

  1. Representasi Perempuan Berdaya pada Akun Instagram @rachelvennya

Abstrak: Era digital membuka peluang bagi perempuan bukan hanya untuk merepresentasikan eksistensi diri, tetapi dapat dimanfaatkan bagi peningkatan kapasitas diri untuk lebih berdaya secara pendidikan dan ekonomi tanpa harus meninggalkan peran mereka dalam keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menjelaskan representasi diri perempuan berdaya di era digital khususnya di media sosial. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis konten kualitatif dengan objek kajian akun Instagram @RachelVennya. Berdasarkan hasil penelurusan, koding, dan analisis data ditemukan bahwa Rachel Vennya merepresentasikan diri sebagai pesohor Instagram dan pengusaha perempuan yang tetap memprioritaskan kehidupan domestiknya di keluarga. Bentuk-bentuk representasi dirinya adalah berdikari secara ekonomi, pentingnya pendidikan bagi perempuan, mengutamakan keluarga, perempuan harus mampu memimpin, dan perempuan dapat berekspresi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Rachel Vennya adalah sebuah bukti bahwa perempuan mampu merepresentasikan diri mereka sebagai sosok yang tidak hanya terampil di area domestik, tetapi juga berpeluang menjadi inspirator dan pemimpin di era digital.

Metode penelitian       : Kualitatif, Content Analysis

Penulis                        : Asmaul Husna, Yuhdi Fahrimal, Universitas Teuku Umar

  1. Representasi Gender pada Film TILIK Menurut Studi Semiotik Roland Barthes

Abstrak: Tilik adalah sebuah film pendek berbahasa Jawa yang menjadi perbincangan hangat setelah kemunculannya di kanal YouTube. Tilik menekankan jenis kelamin tertentu dalam setiap adegannya. Akibatnya, Tilik dianggap melanggengkan stereotip gender tertentu. Peneliti mencoba mencari makna di balik gender yang digunakan sebagai karakter utama. Dengan kemungkinan pemaknaan yang lebih luas, peneliti juga mencoba mencari makna lebih dalam yang dapat ditemukan dalam film Tilik. Terkait dengan tujuan penelitian, artikel ini mengajukan beberapa permasalahan sebagai berikut: (1) Apakah film Tilik melanggengkan stereotip perempuan? (2) Apa yang dikatakan oleh film Tilik tentang pesannya? (3) Apa yang dikatakan oleh keberadaan “truk” tentang fungsinya sebagai wadah pengalaman? Objek penelitian adalah konteks skenario, gambar, teks, dan adegan dalam film. Artikel ini menggunakan metode semiotika kualitatif Roland Barthes. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Tilik tidak melanggengkan stereotip gender dengan menonjolkan jenis kelamin tertentu. Sebaliknya, Tilik mengekspresikan makna relasi sosial dalam masyarakat, perjuangan dalam kehidupan sehari-hari, dan pentingnya literasi digital sebagai bekal untuk berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan jenis kelamin tertentu.

Metode penelitian       : Analisis semiotik

Penulis                        : Jonathan Adi Wijaya, Antonius Denny Firmanto, Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana, Indonesia

  1. co Sebagai Media Advokasi Perempuan

Abstrak: Subordinasi perempuan berkelindan dengan budaya patriarki di masyarakat. Magdalene.co merupakan salah satu media online yang melakukan advokasi terhadap perempuan. Penelitian ini mencoba mengungkap upaya kreatif Magdalene.co dalam menjalankan jurnalisme sensitif gender dan jurnalisme advokasi untuk perempuan. Analisis isi, wawancara, dan studi literatur dilakukan untuk mengumpulkan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Magdalene.co menawarkan nilai-nilai dan perspektif baru tentang perempuan dan mengangkat berbagai isu termasuk agama, kepercayaan, gaya hidup, dan kondisi sosial. Namun, bias kelas masih terlihat dalam artikel-artikel mereka, isu-isu yang dibahas terbatas pada ranah publik, dan tidak konsisten dalam mengubah stereotip perempuan.

Metode penelitian       : Analisis isi dan wawancara

Penulis                        : Eni Maryani, Justito Adiprasetio, Universitas Padjadjaran

  1. Cybermisogyny: Hate Against Women and Gendertrolling Manifestation on Instagram

Abstrak: Cybermisogyny adalah perilaku kebencian terhadap perempuan di media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bentuk-bentuk cybermisogyny yang terjadi di Instagram @viavallen. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan kerangka Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis/CDA) dari Teun A. van Dijk yang berfokus pada analisis teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Penelitian ini menggunakan teori gendertrolling dari Karla Mantilla. Hasil penelitian menunjukkan: (1) cybermisogyny yang terjadi di Instagram @viavallen didominasi oleh pelecehan online dan pelecehan seksual; (2) produsen pesan cenderung permisif terhadap perilaku pelecehan; (3) dimensi kekuasaan dan akses menjadi faktor utama terjadinya cybermisogyny.

Metode penelitian       : Analisis wacana kritis, kualitatif

Penulis                        : Muhammad Dicka Ma’arief Alyatalatthaf, Kalbis Institute

Itulah beberapa riset yang dirangkum dari berbagai jurnal Ilmu Komunikasi dan dapat menjadi inspirasi judul skripsi tentang isu gender. Ternyata objek penelitian cukup beragam, mulai dari film, profesi, hingga media sosial.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

 

 

 

 

 

Peluang kerja jurusan Ilmu Komunikasi
Reading Time: 3 minutes

Memilih jurusan Ilmu Komunikasi ternyata memiliki peluang pekerjaan yang menjanjikan bagi Gen Z. Bukan tanpa alasan, digitalisasi menjadi salah satu faktor yang memperluas peluang. Hampir semua konten yang kita konsumsi di internet bisa dikerjakan oleh lulusan sarjana Ilmu Komunikasi.

Lantas apa saja peluang pekerjaan lulusan sarjana Ilmu Komunikasi yang relate dengan karakter Gen Z?

Berdasarkan data dari Kemdikbud, Gen Z adalah generasi yang lahir pada rentang tahun 1997-2012. Artinya Gen Z adalah mereka yang saat ini berusia 11 hingga 26 tahun. Gen Z juga disebut sebagai masyarakat digital, mereka telah terpapar internet, jejaring seluler sejak dini. Hal ini membentuk generasi hiperkognitif yang nyaman mencari referensi dari berbagai sumber baik pengalaman virtual maupun offline. Hal ini juga mempengaruhi kecenderungan Gen Z terkait jenis pekerjaan yang akan dipilih.

Riset yang dilakukan Deloitte menyebutkan bahwa Gen Z menyukai pekerjaan yang fleksibel dan dapat dikerjakan kapanpun dan di manapun tanpa harus pergi ke kantor. Tak hanya itu, Gen Z menyukai pekerjaan yang dinamis dan banyak tantangan.

Ternyata, kemungkinan-kemungkinan pekerjaan yang tak perlu dilakukan di kantor sangat relate dengan beberapa skill yang didapatkan jika Anda mengambil jurusan Ilmu Komunikasi.

Hal ini dikonfirmasi oleh Iven Sumardiyantoro, salah satu Gen Z yang berprofesi sebagai videographer. Ia menyebut banyak side job yang dikerjakan berbekal dari skill yang didapatkannya selama berkuliah jurusan Ilmu Komunikasi.

“Gen Z tipe bosenan menurutku karena suka tantangan dan hal baru tidak bisa stay di satu tempat, tapi saya tipe yang loyal. Rata-rata Gen Z kerjaannya freelance dan banyak side job. Aku videographer dan editor, aku kerja kantoran dan punya side job,” ungkap Iven.

Pemuda 26 tahun itu cukup percaya diri mengambil berbagai side job karena benar-benar relate dengan keterampilan yang dimilikinya.

Relate banget (dengan jurusan Ilmu Komunikasi) Gen Z itu generasi yang ekspresif cocok banget sama ilmu komunikasi dengan dunia digital,” tambahnya.

Sosok Gen Z lain yang setuju dengan pernyataan tersebut adalah Zaidan yang berprofesi sebagai graphic designer. Ia berani mengambil pekerjaan di luar jurusan semasa kuliah karena merasa tertarik. Memulai dari dasar dan banyak belajar dengan beberapa temannya yang berasal dari jurusan Ilmu Komunikasi untuk mengembangkan skill.

“Saya desainer grafis, mengambil bidang ini yang di luar jurusan karena tertarik dengan dunia editing. Skill justru banyak saya dapatkan dari teman-teman di jurusan Ilmu Komunikasi yang fokus pada bidang minat kreatif. Dengan minat ini saya juga merasa mudah berkembang, selain itu skill ini ternyata banyak dibutuhkan. Jadi saya tidak salah pilih,” sebut pemuda 23 tahun itu.

Secara umum, beberapa jurusan Ilmu Komunikasi akan mempelajari Public Relations (PR), Jurnalistik, Kajian Media, dan Media Kreatif. Lantas pekerjaan apa saja yang menjadi peluang emas bagi Gen Z lulusan sarjana Ilmu Komunikasi?

  1. Digital Content Producer

Sepertinya profesi ini menduduki posisi pertama yang cocok bagi Gen Z setelah mendapat gelar sarjana Ilmu Komunikasi. Pesatnya platform digital menuntut semua organisasi merekrut digital content producer. Outputnya adalah produksi konten untuk website, media sosial, hingga materi pemasaran.

Pekerjaan yang dilakukan digital content producer:

  • Riset audiens
  • Kerja kolaboratif dengan semua creator
  • Membuat konten digital
  • Mengedit dan mengoreksi
  • Memelihara dan memperbarui sistem manajemen konten

Dalam sistem kerja yang dibangun digital content producer keterampilan fotografi, videografi, penulisan, hingga desain menjadi penunjang utama.

  1. Copywriter dan Content Writer

Lulusan sarjana Ilmu Komunikasi tentu tidak akan asing dengan pekerjaan ini. Skill menulis yang didapatkan selama masa kuliah akan sangat berguna. Menjadi copywriter maupun content writer membutuhkan ide dan kreativitas yang tinggi. Namun, Anda tak akan bosan karena pekerjaan ini bisa dikerjakan di mana saja. Profesi ini sangat dibutuhkan oleh agensi pemasaran, media, perusahaaan, dan organisasi lainnya.

Pekerjaan yang dilakukan copywriter dan content writer:

  • Menulis naskah dengan menarik
  • Edit dan proofread
  • Menciptakan keunikan brand lewat tulisan
  • Riset audiens dan topik
  • Riset SEO
  • Kolaborasi dengan desain grafis dan divisi pemasaran

Pekerjaan ini menuntut Gen Z untuk cepat beradaptasi, detail dan kreatif, serta memiliki jiwa riset yang tinggi.

  1. Social Media Manager

Secara umum pekerjaan ini termasuk pendatang baru dalam dunia komunikasi karena perkembangan media dan digitalisasi. Social media manager bertanggung jawab mengkurasi seluruh platform media social suatu perusahaan ataupun organisasi.

Pekerjaan yang dilakukan social media manager:

  • Memantau, memoderasi, dan menanggapi komentar audiens
  • Mengelola kemitraan media social
  • Kampanye pemasaran digital multi-platform
  • Menganalisis dan mengatur strategi media sosial

Bagi Gen Z yang tertarik dengan pekerjaan ini tentu sangat relevan, kebiasaan memantau media sosial bisa menjadi modal besar. Selain sistem kerja yang kolaboratif, pekerjaan ini juga membutuhkan skill riset audiens. Tenang, pekerjaan ini cukup fleksibel dikerjakan di mana saja.

  1. Bidang Public Relations (PR)

Public Relations (PR) adalah bagian penting yang ada pada setiap organisasi dan bekerja sebagai pemecah masalah dan bertindak cepat dalam menangani krisis yang terjadi pada sebuah organisasi. Menjadi PR sangat tepat bagi Gen Z yang mudah bosan dan menyukai tantangan. Profesi PR dibutuhkan pada sektor pemerintah, perusahaan, media dan LSM.

Pekerjaan yang dilakukan PR:

  • Menjalin dan menjaga hubungan dengan para stakeholder organisasi
  • Merancang dan mengembangkan materi media
  • Manajemen acara
  • Mengevaluasi opini publik
  • Mengelola masalah dan krisis organisasi.

Menjadi PR artinya harus percaya diri untuk tampil di depan publik serta mengikuti perkembangan dan tren media.

Demikian beberapa peluang pekerjaan yang cocok bagi Gen Z setelah mendapat gelar sarjana Ilmu Komunikasi. Kira-kira tertarik yang mana nih?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

 

Fakta menarik jurusan Ilmu Komunikasi
Reading Time: 3 minutes

Fakta menarik tentang seluk beluk kuliah jurusan Ilmu Komunikasi yang wajib diketahui oleh mahasiswa baru (maba) ketahui. Meski tak sedikit yang menganggap Ilmu Komunikasi mudah, tapi percayalah Anda tak salah jurusan belajar ilmu ini.

Pada Desember 2022, media CNN Indonesia merilis sebuah artikel dengan judul “7 Jurusan Kuliah yang Paling Mudah Dipelajari, Ada Incaranmu?”. Redaksi menempatkan Ilmu Komunikasi sebagai jurusan yang paling mudah dipelajari di urutan ke-3. Begitupun, Kompas.com dalam artikelnya “8 Jurusan Paling Santai dan Mudah, Calon Mahasiswa Pilih Mana?” yang menempatkan jurusan Ilmu Komunikasi sebagai yang termudah pada posisi ke-3.

Namun benarkah pernyataan kedua media tersebut?

Dari laporan Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT), persaingan program studi (prodi) sosial humaniora pada penerimaan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2022 yang paling ketat adalah Ilmu Komunikasi di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dengan keketatan mencapai 0,94 persen.

Dua tahun sebelumnya, berdasarkan laporan Statistik Perguruan Tinggi jurusan Ilmu Komunikasi menempatkan posisi ke-8 dengan jumlah mahasiswa paling banyak yakni 186.378 mahasiswa. Dengan data tersebut artinya jurusan Ilmu Komunikasi sangat diminati oleh calon mahasiswa baru di Indonesia.

Lantas mengapa jurusan Ilmu Komunikasi begitu diminati? Ilmu Komunikasi sifatnya sangat dinamis dan mampu mengikuti perkembangan zaman. Secara sederhana Ilmu Komunikasi mempelajari media, sosial, budaya, komunikasi, ekonomi, dan sejarah. Cukup lengkap bukan?

Sementara prospek kerja bidang Ilmu Komunikasi antara lain public realation (PR), jurnalis, film maker, content creator, copywriter, videografer, produser TV, pengusaha media, akademisi, dan banyak lainnya.

Kemampuan yang menunjang pekerjaan-pekerjaan tersebut juga bisa didapatkan di jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia. Di kampus ini, ada empat bidang minat yakni Jurnalisme Digital, Public Relations, Kajian Media, dan Media Kreatif.

Menyambut mahasiswa baru bulan Agustus 2023 mendatang, Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) telah mempersiapkan kurikulum anyar yang akan memperlancar proses studi hingga tercapainya indikator sarjana Ilmu Komunikasi sesuai zaman.

Berikut fakta-fakta menarik terkait jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Indonesia yang menarik yang wajib diketahui oleh maba:

  1. Banyak kuliah di luar kelas

Imajinasi bahwa kuliah itu identik mendengar dosen ceramah di depan kelas ternyata salah besar. Mengambil jurusan Ilmu Komunikasi artinya Anda siap untuk berpetualang. Banyak mata kuliah yang membawa Anda berkeliling mengamati festival, pameran kreatif, hingga konser musik.

Tak jarang dalam beberapa mata kuliah, dosen akan memberikan tugas membuat laporan atau analisis terkait kegiatan tersebut. Tenang, Anda berada di kota Yogyakarta. Hal-hal kreatif tidak ada matinya. Bahkan hampir setiap pekan ada saja gelaran di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Jogja Nasioanal Museum (JNM), bahkan bilik-bilik kafe yang tak terduga membikin kegiatan kreatif dan diskusi menarik.

  1. Nggak santai, ada mata kuliah riset setiap tahun

Meski banyak pihak bilang jurusan Ilmu Komunikasi mudah, tidak semua orang mendapatkan pengalaman semenarik ini. Anda bisa merasakan dua hal secara bersamaan: keseruan dan keseriusan.

Siapa bilang hanya santai-santai mengunjungi festival? Hampir setiap tahun ada saja mata kuliah riset yang akan Anda jumpai. Mata kuliah ini bersifat wajib karena menjadi salah satu indikator untuk mencapai sarjana Ilmu Komunikasi.

Anda akan bertemu dengan mata kuliah Metode Penelitian Komunikasi (Kuantitatif dan Kualitatif), Riset Sosial, Penulisan Akademik, Analisis Isi dan Teks Media, hingga Seminar Proposal. Namun tak perlu khawatir, mata kuliah tersebut juga tetap seru meski lebih serius.

  1. Bisa lulus tanpa skripsi

Ternyata banyak jalan menjadi sarjana Ilmu Komunikasi di UII! Tidak hanya dengan skripsi, ada pilihan lain agar Anda bisa lulus.

Setidaknya ada 5 cara agar lulus dan menyandang gelar S.I.Kom di kampus Ulil Albab. Anda dapat memilih dengan jalur skripsi, proyek komunikasi, proyek kolaboratif internasional, penulisan artikel jurnal, dan magang yang laporannya setara dengan skripsi.

  1. Bebas pilih bidang minat sesuai passion

Mahasiswa bebas memilih bidang minat sesuai dengan passion. Setidaknya ada 4 bidang minat yang bisa Anda pilih.

Jika tertarik dengan dunia jurnalistik bisa memilih konsentrasi Jurnalisme Digital. Anda akan belajar banyak tentang jurnalisme dan masyarakat hingga jurnalisme data. Selanjutnya ada bidang minat Kajian Media yang akan fokus mempelajari teori media dan ekonomi politik media. Bidang minat ketiga adalah Public Relations yang banyak belajar tentang komunikasi krisis hingga manajemen PR. Terakhir, bidang minat Media Kreatif yang akan focus pada pembelajaran visual narrative dan desain visual hingga digital audio production.

Untuk menunjang kegiatan tersebut, Prodi Ilmu Komunikasi UII memiliki fasilitas yang cukup lengkap seperti Lab TV, Ruang Audio Visual, Lab Fotografi, Pusat Dokumentasi dan Media Alternatif, serta Lab Editing dan Multimedia.

  1. Ada kelas reguler dan International Programme

Anda dapat memilih kelas reguler ataupun International Programme (IP). Jika memilih kelas reguler, bahas pengantar dalam pembelajaran adalah bahasa Indonesia, sementara pada IP full in English.

Banyak program global yang dapat diikuti, mulai dari student exchange, konferensi internasional, international internship, international research collaboration, short courses, dan program internasional lainnya.

  1. Communication for Empowerment

Seperti marwah dari Prodi Ilmu Komunikasi, Communication for Empowerment menjadi spirit yang diusung dalam menyelenggarakan seluruh aktivitas akademik. Spirit empowerment termanifestasi dalam empat matra (catur dharma): pengajaran, penelitian, pengabdian masyarakat, dan dakwah islamiyah sehingga tercapai proses pembelajaran yang kritis, inovatif, kreatif, dan transformatif.

Perwujudan itu dibuktikan dengan beberapa pengabdian yang dilakukan oleh Prodi Ilmu Komunikasi UII di tengah keberagaman masyarakat  seperti di Sekon di Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga nelayan perempuan “Puspita Bahari” di Kampung Nelayan Morodemak.

Tak hanya itu, sebelum lulus mahasiswa akan mendapat mata kuliah Komunikasi Pemberdayaan dengan output yang nyata. Mahasiswa wajib membuat program yang berorientasi pemberdayaan masyarakat.

Itulah fakta-fakta menarik terkait kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi UII. Menarik bukan?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Buku
Reading Time: 5 minutes

Lulus kuliah tepat waktu dalam jangka empat tahun tentu menjadi hal paling ideal bagi para mahasiswa yang berjuang meraih gelar sarjana. Namun tak semua mahasiswa mampu lulus tepat waktu karena berbagai alasan.

Hingga injury time datang, mendekati tahun ke tujuh mau tak mau mahasiswa harus menuntaskan kewajiban akademiknya demi meraih kelulusan. Jika tidak, maka mereka akan di-drop out (DO) oleh universitas. Lantas apa alasan mahasiswa tidak lulus-lulus dalam menjalani masa studinya?

Kasus DO di Indonesia ternyata lumayan tinggi, data dari Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun 2020 menyebutkan setidaknya ada 601.333 mahasiswa putus kuliah. Posisi teratas ditempati oleh bidang ilmu ekonomi sebanyak 141.393 mahasiswa, disusul ilmu teknik sebanyak 136.272 mahasiswa, ilmu pendidikan sebanyak 120.655 mahasiswa, dan ilmu sosial sebanyak 115.533 mahasiswa. Selanjutnya ilmu pertanian sebanyak 26.097 mahasiswa, ilmu kesehatan sebanyak 25.302 mahasiswa, dan terakhir ilmu agama sebanyak 14.039 mahasiswa.

Berdasarkan keterangan salah satu mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia berinisial MD yang kini memasuki semester 10 menyebutkan kondisi keluarga dan lingkungan membuatnya terlambat lulus.

“Banyak faktor, pertama keluarga kurang memahami situasi. Membuat tertekan jadi tidak betah di rumah. Pada semester 8 intens mengerjakan skripsi, saya kerjakan di kos teman sampai menginap, bukan main-main. Tapi orang tua salah paham dan bilang besok-besok gak perlu pergi-pergi, kerjakan di rumah saja,” terang MD.

Dari omelan orang tua itu MD akhirnya mau tidak mau harus stay di rumah mengerjakan skripsinya. Namun, ia sadar bahwa tak ada progres signifikan, berbeda saat mengerjakan bersama teman-temannya yang tinggal di kos. Bersama kawan-kawannya, mereka bisa berdiskusi menentukan arah skripsi.

MD merupakan mahasiswa asal Yogyakarta, jadi tak ada alasan baginya untuk tinggal di kos lantaran jarak kampus dan rumahnya relatif dekat dan dapat diakses dengan kendaraan pribadi.

“Mulai dari situ, mulai tidak ada progress. Circle kos lulus duluan yang tinggal di Jogja malah telat,” sambung MD.

Alasan kondisi keluarga juga dirasakan oleh SN yang kini telah memasuki semester empat belas. Pandemi Covid-19 membuatnya terpaksa pulang ke kampung halaman dan mulai mengerjakan skripsi di rumah. Sayangnya, di rumah justru membuat SN tak fokus mengerjakan skripsi. Sederet pekerjaan domestik, hingga membantu mengasuh adik-adiknya membuat SN tak mampu membuka laptopnya. Hingga akhirnya di tahun 2021 ia kembali ke Yogyakarta dengan tujuan menyelesaikan studi.

“Pas Covid-19 pulang, sekalian mengerjakan skripsi  di rumah. Ternyata pas sampai di rumah justru mendapat tanggung jawab lain. Banyak acara yang tidak bisa ditinggalkan, ada acara keluarga, nenek sakit, disuruh ngajarin adik mengerjakan PR, hingga pekerjaan domestik lainnya,” ujar SN.

Namun sesampainya di Yogyakarta membuat SN justru mencari-cari pekerjaan karena kondisi perekonomian keluarga selama pandemi Covid-19 yang tidak baik-baik saja. Kondisi ini mengantarkan SN mendapat surat peringatan dari universitas.

“Hingga akhirnya tahun 2021 balik ke Jogja mau fokus skripsi, malah nyari kerja. Pandemi Covid-19 kan ekonomi semua orang begitu (tidak baik-baik saja). Akhirnya aku kerja di salah satu perusahaan IT sistem WFH, kerja 9 jam,” tandasnya.

Kondisi setiap mahasiswa yang tidak lulus-lulus ini cukup rumit, sehingga butuh solusi dan treatment berbeda. Lantas apa penyebab mahasiswa terlambat lulus dan bagaimana jalan keluarnya?

Dilansir dari New York Time dan beberapa hasil riset yang dilakukan oleh beberapa universitas di Amerika, berikut beberapa alasan mahasiswa tidak lulus tepat waktu:

  1. Kuliah sambil bekerja

Beban ekonomi membuat beberapa mahasiswa terpaksa mencari pekerjaan. Hal ini dilakukan demi memenuhi kebutuhan hidup hingga biaya kuliah yang tak murah. Dampaknya, mahasiswa yang bekerja justru akan merasa sangat terbebani dengan tanggung jawab akademiknya. Sehingga tak jarang bagi mereka yang bekerja justru sengaja tak mengambil penuh jatah SKS yang tersedia.

“Mahasiswa yang khawatir dengan utang terkadang bekerja lebih banyak dan kemudian mengurangi beban kuliahnya,” kata Robert Kelchen, seorang profesor pendidikan tinggi di Seton Hall yang mempelajari utang mahasiswa.

“Tapi dengan bekerja sambil belajar, mereka mungkin merasa lebih sulit untuk lulus tepat waktu,” jelasnya.

Hasil riset dari Pusat Tenaga Kerja Universitas Georgetown, sekitar 40 persen mahasiswa yang bekerja selama 25-30 jam dalam seminggu dapat menghalangi kelulusan mahasiswa. Sementara hanya 45 persen mahasiswa yang bekerja mampu mempertahankan IPK di atas 3,0.

Solusi yang ditawarkan oleh negara saat itu adalah memberikan insentif sebesar USD 4.000 kepada mahasiswa yang memenuhi syarat dan setuju untuk tidak bekerja lebih dari 15 jam seminggu di luar kampus.

Lantas bagaimana di Indonesia? Di Indonesia pemerintah telah menyediakan berbagai beasiswa seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah yang dapat digunakan di perguruan tinggi negeri maupun swasta termasuk di UII.

UII menawarkan program beasiswa yang dikemas melalui pola seleksi Penelusuran Siswa Berprestasi (PSB). Terdapat 5 jenis beasiswa yang ditawarkan melalui pola seleksi PSB, yaitu Beasiswa Hafiz, Beasiswa Santri, Beasiswa Duafa, Beasiswa Atlet & Seni, dan Beasiswa KIP. Informasi detail terkait Pola Seleksi PSB.

Selain beasiswa yang dikemas melalui Pola Seleksi PSB, terdapat juga beasiswa yang ditawarkan setelah para mahasiswa menempuh perkuliahan di Universitas Islam Indonesia, yaitu Beasiswa Unggulan. Seleksi Beasiswa Unggulan diselenggarakan pada semester ganjil Tahun Akademik 2023/2024 dengan mengikuti jadwal akademik yang berlaku. Detail informasi mengenai proses seleksi Beasiswa Unggulan akan diumumkan di laman kemahasiswaan.uii.ac.id.

  1. Mengambil mata kuliah yang menyimpang dari jurusan

Saat ini mahasiswa memiliki kemerdekaan dalam mengambil mata kuliah lintas jurusan. Namun, perlu diketahui untuk tetap mengambil mata kuliah yang tidak menyimpang dari jurusan. Di Indonesia, program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) telah menjadi bagian erat di perguruan tinggi. Salah satu programnya adalah hak belajar tiga semester di luar program studi untuk mahasiswa.

Seperti diungkapkan oleh Zarkoni, staf akademik Prodi Ilmu Komunikasi UII bahwa ada ketentuan dan prosedur untuk mengambil mata kuliah di luar jurusan. Hal ini dilakukan agar program MBKM tetap berjalan namun mahasiswa tidak kehilangan indikator pencapaian sebagai sarjana Ilmu Komunikasi.

“Pertama ada prosedurnya, masing-masing pimpinan prodi mendiskusikan dan memutuskan mata kuliah apa saja yang dapat diambil oleh mahasiswa di luar jurusan. Setelah itu disosialisasikan kepada mahasiswa, lalu mahasiswa yang ingin mengambil mata kuliah lintas  prodi harus memberikan konfirmasi kepada pihak Prodi,” ujar Zarkoni.

Perlu diketahui oleh mahasiswa terkait beberapa mata kuliah yang tidak dapat ditinggalkan misalnya terkait riset dan mata kuliah bidang keilmuan pada jurusan Ilmu Komunikasi. Sementara Prodi Ilmu Komunikasi membuka mata kuliah seperti Public Speaking dan Penulisan Kreatif karena sifatnya yang umum.

“Jika tidak ada prosedur dan terlalu bebas memilih mata kuliah justru mahasiswa tidak mencapai indikator sebagai sarjana komunikasi. Per semester 1 mata kuliah saja, program ini memberikan kesempatan dan circle dan pengalaman baru. UII menerima MBKM tapi tetap diawasi prodi,” jelasnya.

Seperti yang terjadi pada mahasiswa di beberapa perguruan tinggi di Amerika, mereka yang mengambil mata kuliah menyimpang dari jurusan cenderung akan semakin lama menempuh masa studi. Hal ini diungkapkan oleh Tom Sugar, Presiden Complete College America.

“Kami pikir yang mereka inginkan adalah fleksibilitas, tetapi sebenarnya yang mereka butuhkan adalah struktur. Kami pikir kami telah membantu mereka dengan membiarkan mereka bereksplorasi tanpa bimbingan, namun sebenarnya kami menjauhkan mereka dari kesuksesan,” terangnya.

Untuk menyelesaikan masalah ini, dalam catatan pojok rektor UII, Prof. Fathul Wahid menyebut bahwa MBKM bertujuan mendekatkan mahasiswa dengan masalah nyata namun perlu diimbangi dengan kesiapan dari dosen dan prodi.

“Memang sejak awal, salah satu motivasi program MBKM adalah memperkaya pengalaman mahasiswa dengan mendekatkan dengan masalah nyata.”

“Jika ada program studi atau dosen yang tertinggal dalam pemutakhiran ilmu pengetahuan, itu juga fakta sosial lain yang tidak bisa diabaikan. Ini adalah pekerjaan rumah setiap program studi dan dosen. Program studi harus selalu memutakhirkan kurikulumnya. Di waktu yang sama, dosen juga harus banyak membaca literatur mutakhir, rajin berdiskusi isu kontemporer, dan meluangkan waktu untuk jalan-jalan melihat realitas. Tanpanya, relevansi materi pembelajaran akan tergerus.”

Hal inilah yang terus dilakukan oleh prodi Ilmu Komunikasi UII, saat ini para dosen dan staf telah mempersiapkan kurikulum yang digunakan untuk menyambut mahasiswa di semester depan. Tunggu informasi dan daftar mata kuliah terbaru ya.

  1. Terlalu tertutup dan membatasi diri

Kata siapa bergabung dengan kegiatan kampus akan membuat waktu belajar terganggu? Justru terlalu tertutup dan membatasi diri akan membuatmu tertinggal, hal ini berdampak pada tingkat stres mahasiswa karena tak ada teman diskusi alhasil akan mempengaruhi hasil akademik.

Penting bagi mahasiswa untuk bergabung komunitas dan menjalin relasi di jurusan. Terlebih pada awal-awal semester yang masih sulit menemukan teman baru.

Di prodi Ilmu Komunikasi terdapat berbagai komunitas film, fotografi, penelitian, pers, hingga radio. Serta himpunan mahasiswa komunikasi (HIMAKOM) yang menjadi pusat kegiatan antar mahasiswa.

Itulah beberapa alasan mengapa mahasiswa tidak lulus-lulus beserta solusi yang bisa membuat Anda lebih siap menghadapi masa kuliah yang lebih menyenangkan.

 

Penulis: Meigitaria Snita

 

Mahasiswa lulus
Reading Time: 4 minutes

Menjadi fresh graduate atau baru saja lulus dari sebuah institusi pendidikan merupakan masa paling mencemaskan bagi setiap orang. Setelah menikmati euforia ucapan “selamat” secara langsung maupun di media sosial nampaknya momen itu perlahan akan memudar dan kehidupan sesungguhnya akan datang. 

Lantas hal apa saja yang bisa dilakukan mahasiswa yang telah lulus kuliah demi meraih karier yang cemerlang? Tentu ada berbagai persiapan yang harus dilakukan secara detail dan matang. 

Persiapan ini perlu dilakukan oleh fresh graduate demi mengurangi angka pengangguran. Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 menunjukkan bahwa pengangguran di Indonesia didominasi oleh usia muda yakni antara 15-29 tahun dengan presentase 59 persen atau 4,98 juta dari 8,4 juta jiwa. 

Berikut rincian data pengangguran di Indonesia berdasarkan data BPS Februari 2022, sebanyak 1,13 juta jiwa usia 15-19 tahun, 2,5 juta jiwa berusia 20-24 tahun, dan 1,34 juta jiwa berusia 25-29 tahun. Sementara usia 30-39 tahun mencapai 1,4 juta jiwa, 40-49 tahun yakni 1,2 juta jiwa, disusul usia 50-59 tahun 617,49 jiwa. Terakhir usia di atas 60 tahun 199,1 ribu jiwa. 

Salah satu mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia yakni Suwaibah Mataeha yang baru saja melaksanakan sidang tugas akhir (skripsi) telah merencanakan akan mengambil internship di Kedutaan Besar dan Konsulat Thailand di Indonesia. 

Mahasiswa lulus

Suwaibah Mataeha mahasiswa asal Thailand yang lulus dari Prodi Ilmu Komunikasi UII

Menjadi mahasiswa asing di Indonesia membuatnya untuk mengatur waktu agar lulus tepat waktu mengingat masa berlaku visa belajarnya akan segera berakhir pada akhir tahun 2023. 

“Selesai magang awal Agustus, mau yudisium sebelum 20 Agustus, selanjutnya wisuda. Ada rencana mau daftar di Royal Embbassy Thai untuk internship dulu dua bulan sebelum pulang ke Thailand bulan Desember. Cari pengalaman lewat internship, atau kalau ada pekerjaan  Alhamdullilah ya untuk setahun ke depan,” terang Suwaibah saat merencanakan masa depan setelah kelulusannya. 

Tak hanya itu, Suwaibah juga memiliki beberapa rencana lain jika rencana pertama tak berhasil. Berbekal kemampuan desain grafis hingga edit video yang terasah saat lakukan internship di IPC Ilmu Komunikasi UII membuatnya tertantang untuk membuka jasa bidang kreatif tersebut. 

“Aku memiliki skill dalam bidang desain grafis dan edit video, kemampuan ini semakin terasah saat internship di IPC Ilkom UII. Kemungkinan yang bisa aku lakukan adalah open jasa edit hingga desain grafis sebelum mendapatkan pekerjaan tetap,” jelasnya. 

Senada dengan rekan satu angkatannya, Maritza Khansa yang kini tengah menjalani internship di Kantor Pemerintahan Provinsi Yogyakarta mengaku akan memanfaatkan hobinya untuk menghasilkan income. 

Maritza yang memiliki hobi menyanyi dan mengasah bakatnya pada bidang presenting mengombinasikan keduanya untuk menjadi daya tarik dari dirinya. Alhasil banyak yang menggunakan jasanya dalam berbagai event. 

“Mengembangkan dan meningkatkan skill yang dimiliki serta meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris. Memanfaatkan hobi (menyanyi) sebagai wadah untuk dapat menambah income,” ungkap Maritza. 

Ia juga menambahkan program magang yang tengah dijalaninya diharapkan memberi pengalaman berharga bagaimana menjalin relasi untuk memasuki dunia kerja nantinya. 

“Tentu dalam proses magang, mahasiswa dapat belajar beradaptasi dengan lingkungan baru terlebih di dunia kerja. Harapannya magang dapat menjadi salah satu batu loncatan dan pengalaman berharga untuk memasuki dunia kerja nanti,” tandasnya. 

Lantas apa saja rencana-rencana yang dapat dilakukan oleh fresh graduate untuk mempersiapkan karier cemerlang? Dilansir dari The Balance Money, berikut 7 hal yang bisa dilakukan. 

1. Internship 

Umumnya program internship atau magang mensyaratkan kandidatnya masih terdaftar sebagai mahasiswa di sebuah universitas. Namun tak sedikit perusahaan yang membuka untuk umum dan magang ini biasanya dibayar meski tidak penuh. 

Bagi fresh graduate, hal ini bisa menjadi pilihan yang tepat sebelum benar-benar siap bekerja dengan kontrak yang cukup lama. Tidak hanya mendapatkan pengalaman kerja, Anda juga akan tahu bagaimana cara menjalin hubungan dengan calon pemberi kerja. Terakhir Anda dapat melampirkan pengalaman tersebut dalam CV.  

2. Mendalami hobi dan memanfaatkan skill 

Mendalami hobi dan memanfaatkan skill adalah cara yang tepat dilakukan oleh fresh graduate. Jika Anda memiliki hobi bidang olahraga, sangat menarik jika Anda mengikuti pelatihan bersertifikat yang nantinya dapat  dipertimbangkan untuk berinvestasi. 

Selanjutnya, memanfaatkan skill. Jika memiliki kemampuan dalam bidang desain grafis, Anda bisa mengunggah hasil karya tersebut di media sosial agar dijangkau banyak pihak. 

3. Menjadi asisten riset 

Bagi fresh graduate yang masih ingin tinggal dan tak ingin cepat-cepat beranjak dari lingkungan sekitar kampus jadilah asisten peneliti. 

Carilah kesempatan menjadi asisten peneliti, bisa melalui dosen pembimbing sebelumnya atau mendaftar langsung ke universitas. Ada peluang besar, Anda akan mendapatkan pengalaman menarik tentang dunia akademis yang mungkin belum sempat dijangkau selama masa studi. 

4. Bekerja di institusi sebelumnya 

Setelah lulus dan masih enggan pulang kampung atau merantau ke kota lain cobalah mencari peluang dan pekerjaan di tempat Anda belajar sebelumnya. Ada banyak pekerjaan yang bisa didapatkan di kampus. Misalnya bekerja di jurusan yang Anda ambil, atau Anda dapat bekerja sebagai asisten dosen jika ada posisi yang relevan dengan gelar Anda. 

Jenis pekerjaan ini juga dapat mengarah pada peluang lebih lanjut, seperti pendanaan program pascasarjana atau bahkan gelar, karena banyak universitas akan mengizinkan karyawan mereka untuk mengambil kelas secara gratis. 

5. Volunteer 

Program volunteer memang biasanya tak menghasilkan pendapatan, namun waktu Anda akan sangat berguna dengan mengikuti kegiatan ini. Tentu saja akan membawa perubahan positif bagi kematangan mental. 

Tak hanya itu, kegiatan ini sekaligus membangun jaringan sesama sukarelawan, rekan kerja, supervisor, dan organisasi yang mungkin penting untuk pekerjaan Anda di masa depan. 

6. Memulai bisnis 

Meski tak banyak yang memikirkan hal ini lantaran risiko dinilai cukup besar ,tak ada salahnya memulai bisnis. Memulai bisnis dan manfaatkan peluang yang ada di sekitar Anda. 

Saat ini peluang bisnis sangat luas, Anda dapat memasarkan produk di ecommerce dengan jangkauan pelanggan yang tak terbatas.  

Beberapa bisnis kreatif seperti kerajinan, bisnis penitipan hewan peliharaan, hingga bisnis pakaian bagi Anda yang menyukai fashion. 

7. Belajar bahasa asing 

Belajar bahasa asing sangat tepat bagi Anda yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri, hingga kerja di luar negeri. Tak hanya itu, saat ini beberapa perusahaan mensyaratkan sertifikat kemampuan bahasa Inggris. 

Itulah hal-hal yang bisa dilakukan oleh fresh graduate sebelum mendapatkan pekerjaan yang diincar. Namun perlu diketahui bukan berarti rencana tersebut bisa dilakukan dengan sesuka hati, tunjukkan keseriusan dan potensi diri Anda demi karier yang cemerlang. 

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Juara 1
Reading Time: 3 minutes

Dua mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Fasley Arya Mubarok dan Ade Firdaus sabet juara 1 dalam kompetisi Abaschamp 2023. Raihan ini tentu menjadi prestasi membanggakan bagi Universitas Islam Indonesia.

Abashcamp 2023 merupakan kompetisi basket tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Atma Jaya, Tangerang Selatan, pada 3-9 Juli 2023.

Tidak hanya berprestasi dalam bidang olahraga, kedua student athlete angkatan 2022 ini juga memiliki nilai akademik yang memuaskan. Tercatat mereka mampu mencapai indeks prestasi kumulatif (IPK) yang tinggi.

Baik Fasley maupun Ade, menyebut bahwa rahasia seimbang dalam raihan prestasi akademik dan non akademik adalah soal time management dan menentukan skala prioritas. Mereka memiliki jadwal rutin setiap harinya demi mencapai hasil maksimal.

Student Athlete

Fasley Arya Mubarok – Ilmu Komunikasi 2022

“Sebagai student athlete tentunya harus pintar membagi kegiatan akademik dan non akademik, cara saya membaginya yaitu membuat jadwal yang pasti untuk kegiatan basket saya, seperti contoh latihan basket saya dilakukan pada hari Senin, Rabu, dan Jumat (belum termasuk tambahan sendiri) di malam hari. Jadi untuk pagi hingga sore bisa menggunakan waktu untuk kuliah dan belajar,” jelas Fasley saat ditanya rahasia time management.

Sama halnya dengan Fasley, Ade juga demikian. Ia membagi waktunya dengan tepat antara belajar, istirahat, dan olahraga.

Juara

Ade Firdaus, Ilmu Komunikasi 2022

“Karena aku mengatur time management dengan baik, setiap ada waktu kosong aku gunakan untuk antara istirahat, belajar, gym, dan latihan basket sendiri. Dan aku juga mempunyai jadwal setiap harinya yang aku buat sendiri, jadi tahu mana yang harus diprioritas kan. Dengan time management yang baik bisa kok menjalani kehidupan sebagai student athlete,” jelas Ade.

Untuk mencapai pada titik ini, tentu bukanlah dihasilkan dari proses yang instan. Fasley mengaku telah belajar basket sejak duduk dibangku SMP dan mulai serius saat memasuki kelas 3 SMP.

“Mengenal olahraga basket sudah sejak kelas 1 SMP. Namun, mulai fokus untuk latihan dan mendalami basket ini mulai kelas 3 SMP hingga sekarang,” terangnya.

Sementara bagi Ade, ternyata ia lebih dini lagi mengenal olahraga ini. Sejak kelas 1 SD, Ade telah familiar dengan basket. Bakatnya turun dari sang ayah, melihat keseruan ayahnya bermain basket akhirnya ia tertarik mencobanya.

“Aku kenal basket sudah dari SD kelas 1 diajak ayah nontonin dia basket, dan setiap nontonin pasti di samping lapangan dribbling-dribbling bola masih mencari keseruannya basket itu ada di mana. Dan lama-kelamaan jadi suka lalu mulai fokus dan rajin basket pas kelas 6 SD,” jelas Ade.

Berkat konsisten berlatih, Ade mampu meraih beberapa kejuaraan. Ia telah mempersembahkan dua kali gelar juara setelah bergabung di UII.

“Karena aku masih semester 2 dan baru mengikuti 4 event, ini baru pertama kali saya juara 1 dengan UII dan pernah juara 2 di event UGM dan juara ke 4 di event puan Maharani Cup,” ungkapnya ditanya soal raihan prestasinya.

Meraih gelar juara tentu bukan persoalan mudah, mengingat basket adalah bidang olahraga yang dilakukan bersama tim, kekompakan adalah kunci utama. Semua pemain harus mampu meredam ego dan bermain profesional.

Fasley menyebut, tantangan selama bermain di BSD Minggu lalu adalah soal kekompakan dalam timnya sendiri. Meski demikian mereka mampu mengatasi masalah dan keluar sebagai juara.

“Tantangan untuk saat pertandingan hanya ada di tim sendiri ya, karena pasti ada beberapa miskomunikasi antara beberapa anggota tim. Tapi dengan sikap profesional kita bisa menghandle-nya dan karena sudah mendapat kemistri satu sama lain,” ujar Fasley.

Walau sempat ada beberapa kendala dalam tim, pihaknya telah optimis dengan kemampuan tim untuk memenangkan pertandingan tersebut.

“Dari game awal kita sudah optimis bakal menang dan bisa juara 1, karena melihat kemampuan tim kita sendiri. Percaya diri dan kerja keras yang kita lakukan,” tandasnya.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

 

Contoh judul skripsi
Reading Time: 5 minutes

Salah satu tips mengerjakan skripsi dengan tenang tanpa overthinking adalah memilih topik yang Anda sukai menjadi objek penelitian. Bagi Anda yang menyukai K-Pop, drama Korea, hingga Idol dari Korea Selatan, tema ini menarik jika dibahas dari sisi akademis.

Sebagai informasi, K-Wave (Korean Wave)-dalam bahasa Indonesia Gelombang Korea-adalah istilah yang merujuk pada budaya pop Korea Selatan secara global. Hal ini memicu banyak orang di belahan dunia tertarik mengikuti, mengidolakan, hingga mempelajari tentang Korea.

Anda bisa membahasanya dari berbagai sisi, misalnya fandom (fans kingdom) suatu idol, analisis program acara TV Korea, analisis pemberitaan media di Korea, dan lainnya. Berikut contoh judul skripsi untuk Jurusan Ilmu Komunikasi yang membahas tentang K-Pop, drama Korea, hingga hal-hal lain terkait K-Wave yang dilansir dari berbagai jurnal.

Contoh judul skripsi jurusan Ilmu Komunikasi tentang K-Wave

  1. Stigma Media terhadap Fandom Perempuan dalam Pemberitaan Penggemar K-Pop

Penelitian ini membahas stigma fandom perempuan sebagai salah satu diskriminasi gender karena dominasi budaya patriarki. Stigma ini kerap muncul dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di media. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis stigmatisasi fandom perempuan K-Pop di CNNIndonesia.com dan bagaimana wacana teks berperan dalam mengkonstruksi representasi fandom perempuan di media. Hasil dari penelitian ini menunjukkan, terdapat diskriminasi terhadap fandom perempuan dalam berita-berita yang disiarkan oleh CNNIndonesia.com. Berita-berita dalam kanal ini memiliki kecenderungan untuk memperkuat stigma terhadap fandom perempuan melalui kiasan dan pemosisian subjek dan objek dalam media. Penggemar perempuan cenderung diggambarkan sebagai penggemar gila yang memiliki masalah psikologis dan bertindak tidak masuk akal.

Metode penelitian          : Analisis wacana

Penulis                                 : Imamatul Silfia, Rizaludin Kurniawan, Program Studi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia

  1. Speak Out Your Films: When Asian Independent Film Festivals Send Messages to the World

Artikel ini berfokus pada tiga festival film independen yang diadakan di tiga negara berbeda di Asia. Ketiga festival tersebut adalah (1) Jeonju International Film Festival (JIFF) di Jeonju, Korea Selatan, (2) Cinemalaya Philippine Independent Film Festival di Manila, Filipina, dan (3) Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) di Yogyakarta, Indonesia. Beberapa studi kasus diadopsi untuk menganalisis bagaimana ketiga festival film independen ini diselenggarakan, termasuk “pesan” yang disebarkan kepada penonton global. Temuan-temuan tersebut dianalisis berdasarkan kerangka kerja konseptual yang terdiri dari tiga konsep yang relevan: film sebagai produk budaya, festival film independen, dan wacana budaya. Kesimpulannya menunjukkan bahwa ketiga festival film yang dianalisis menawarkan cara alternatif dalam distribusi film, kemudian menunjukkan cara pengorganisasian festival yang tidak konvensional dan memperkuat kekuatan komunitas dan jaringannya sebagai basis pengembangan festival mereka.

Metode penelitian          : Studi kasus

Penulis                                 : Dr. Zaki Habibi, Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia

  1. Aktivisme Digital dalam Konteks Penggalangan Donasi Fandom BTS (ARMY) Indonesia Melalui Twitter

Salah satu cara untuk menjaga citra positif, para fandom melakukan kegiatan sosial melalui media digital. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana fandom menggunakan media digital untuk melakukan aktivisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan momentum tertentu yang berkaitan erat dengan suatu kelompok dapat mendukung keberhasilan aktivisme digital. Selain itu, pesan yang disebarkan untuk melakukan persuasi penting untuk dinarasikan dengan menyentuh sisi emosional individu. Transparansi dalam pelaksanaan aktivisme digital juga menjadi hal yang perlu dikelola dengan baik untuk mendukung keberhasilan aktivisme digital yang dilakukan.

Metode penelitian          : Kualitatif, studi kasus

Penulis                                 : Nawan Sumardiono, Program Studi Magister Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia

  1. Fandom dan Konsumsi Media: Studi Etnografi Kelompok Penggemar Super Junior, ELF Jogja

K-Wave menjadi perhatian besar bagi remaja Indonesia, bukan tanpa alasan kekuatan media massa musik Korea, membentuk suatu komunitas fans hingga memunculkan fandom. Super Junior sebagai salah satu pionir boyband Korea menjadi grup yang memiliki fans club terbesar di dunia bernama ELF. Penelitian ini mengkaji perilaku konsumsi media secara privat oleh ELF Jogja dan interaksi antar anggotanya dalam komunitas organik dan virtual. Hasil penelitian tersebut antara lain,  (1) perilaku konsumsi media privat penggemar menunjukkan bahwa penggemar memiliki sensibilitas “hiperkonsumeris” dan (2) ketika penggemar sudah terjun ke komunitas virtual, mereka akan memiliki pola komunikasi yang berbeda dengan pola komunikasi yang mereka lakukan di komunitas organik sebelumnya.

Metode penelitian          : Kualitatif etnografi

Penulis                                 : Ratna Permata Sari, Magister Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada

  1. Pengaruh Kredibilitas, Kualitas Pendekatan Emosional, Dan Kualitas Isi Pesan Terhadap Efektivitas Kampanye “Love Myself”

Kampanye sosial yang sukses diciptakan dari elemen-elemen seperti menyasar target audiens yang sempit, mengkreasikan pesan kampanye, mengembangkan teori perubahan, dan menggunakan komunikator yang tepat. Hal ini dirumuskan dalam aspek retorika yaitu kredibilitas, sisi emosional, dan isi pesan pada kampanye “LoveMyself” yang dilakukan oleh K-Pop grup BTS. Proses penelitian ini menyimpulkan bahwa kredibilitas dan pendekatan emosional BTS tidak memiliki kontribusi terhadap efektivitas kampanye “Love Myself”.

Metode penelitian          : Survei online

Penulis                                 : Antonia Meme, Magister Ilmu Komunikasi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

  1. Dinamika Online Persona Akun Anonim Twitter Penggemar KPop

Penelitian ini membahas aspek psikologis dari kebutuhan akan kenyamanan dan kebebasan berekspresi di kalangan penggemar K-Pop yang diaktualisasikan melalui akun anonim di Twitter. K-Pop merupakan salah satu minat yang memiliki beberapa aktivitas yang selalu dibanding-bandingkan dengan fanastime dan masih belum bisa diterima secara bebas oleh masyarakat umum. Sebagai bagian dari kaum minoritas, para penggemar K-Pop mencari wadah yang dapat memberikan kebebasan untuk menampilkan identitas mereka sebagai penggemar yang aktif dalam kegiatan fandom K-Pop, dan wadah tersebut tidak lain adalah dengan menggunakan akun pseudonim di Twitter.

Melalui interaksi dengan menggunakan nama samaran, ada kalanya penggemar K-Pop tidak hanya membicarakan minat K-Pop mereka, tetapi juga menunjukkan identitas mereka dan juga kehidupan pribadi mereka sebagai fase ketika mereka berinteraksi dengan penggemar K-Pop lainnya. Oleh karena itu, hal ini dapat mengarah pada peningkatan di mana solidaritas dirasakan dalam fandom K-Pop di Twitter, dan hal ini juga dapat memberikan setiap penggemar K-Pop perasaan diterima dan merasa beruntung ketika mereka tidak dapat menampilkan diri mereka secara bebas di kehidupan nyata sebelumnya dan di sini mereka menjadi lebih terbuka dan bahagia di lingkungan Twitter ini.

Metode penelitian          : Kuantitatif, survei

Penulis                                 : Kirana Wistiani Ayundari, Pulung Setiosuci Perbawani, Universitas Gadjah Mada

  1. Consumer Fanaticism dalam Mendefinisikan Diri: Studi pada Budaya Konsumsi ARMY atas Merchandise BTS

BTS menjadi sorotan media global sebagai music influencer. Hal ini tak lepas dari kontribusi para fans (ARMY) mulai dari aktivitas streaming hingga pembelian merchandise. Fenomena pembelian merchandise ditengarai sebagai bentuk consumer fanaticism. Penelitian ini berfokus untuk melihat bagaimana consumer fanaticism dimaknai dalam diri informan sebagai bagian dari ARMY. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk consumer fanaticism dimaknai penggemar melalui 3 cara: antusiasme terhadap BTS, keberagaman interaksi ARMY, dan fanatisme atas merchandise BTS.

Metode penelitian          : Kualitatif

Penulis                                 : Fadia Aqilla Haya, Fariza Yuniar Rakhmawati, Universitas Brawijaya

  1. Peirce Semiotic Analysis of The Representation Of Oligarchic Power in the Korean Drama Film The Healer

Penelitian ini menunjukkan bagaimana sebuah film drama Korea menjadi media representasi atau gambaran dari sebuah realitas, khususnya mengenai kekuasaan oligarki dalam sejarah demokrasi Korea Selatan pada masa itu. Penelitian ini akan lebih berfokus pada tanda-tanda yang menggambarkan atau menunjukkan aktivitas kekuasaan oligarki dalam film drama Korea The Healer. Hasilnya, peneliti menyimpulkan bahwa adegan dan dialog yang menunjukkan aktivitas pemegang kekuasaan dalam bentuk adegan dan dialog merupakan representasi. Objek dalam film drama Korea The Healer ditunjukkan melalui aktivitas kekuasaan oligarki yang ditunjukkan melalui ekspresi, dialog, dan tindakan yang terlihat. Sementara itu, interpretasi makna dari kekuasaan oligarki muncul dalam benak yang berkaitan dengan objek yang dimaksud.

Metode penelitian          : Analisis semiotik

Penulis                                 : Rizka Septiana, Faculty of Communications, LSPR Communication & Business Institute,

  1. Factors Influencing Youth Audience Involvement (A study on BTS Fans who Follow @army_indonesia Instagram account)

K-Pop menjadi suatu fenomena yang menarik perhatian banyak orang. Dengan dibantu oleh keberadaan media sosial, penggemar K-Pop mengambil peran peningkatan popularitas dari K-Pop itu sendiri serta perkembangannya menjadi suatu industri yang besar. Penelitian ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan audiens dari penggemar grup idola BTS remaja di media sosial.

Metode penelitian          : Kuantitatif

Penulis                                 : Yolanda Gloria Hutauruk, Ummi Salamah, Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia

  1. Komodifikasi Anak dalam Variety Show Korea Selatan The Return of Superman (TROS)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktik komodifikasi anak dalam sebuah variety show Korea Selatan: The Return of Superman (TROS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat komodifikasi anak yang tersembunyi di balik judul program; program ini merupakan produk budaya populer yang berlatar belakang praktik kapitalisme: berorientasi pada keuntungan dan diatur oleh pasar; dan variety show dimaknai secara lebih negatif karena telah mengeksploitasi praktik-praktik komodifikasi dan pelecehan hak-hak anak demi kepentingan media.

Metode penelitian          : Kualitatif

Penulis                                 : Irani Yosef, Universitas Paramadina.

Itulah beberapa contoh judul penelitian dalam kajian Ilmu Komunikasi seputar K-Wave yang telah dirangkum dari berbagai jurnal.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

 

Tips skripsi
Reading Time: 3 minutes

Ujung dari perjalanan studi S1 adalah mengerjakan tugas akhir atau familiar disebut skripsi. Momen ini bisa menjadi titik jenuh mahasiswa lantaran ia harus menyelesaikan tugas tersebut secara mandiri dengan waktu terbatas. Lantas apa saja hal-hal yang wajib mahasiswa ketahui sebelum mengerjakan skripsi agar tidak stuck di tengah jalan? 

Skripsi adalah karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa demi meraih gelar S1, tujuannya melatih kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah secara sistematis dengan berbagai bekal teori yang telah dipelajari selama masa perkuliahan. 

Secara umum skripsi dikerjakan pada akhir semester yakni 7 hingga 8. Namun ini sedikit berbeda dengan Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia. Timeline yang disusun mungkin akan sedikit berbeda dengan kampus lain, namun strategi ini cukup berhasil meluluskan mahasiswa tepat waktu. 

Diawali dengan mengambil mata kuliah Seminar Proposal pada semester 6, mahasiswa sudah harus memikirkan topik penelitian yang nantinya akan menjadi bahan skripsi di semester 7. Selama satu semester (pada semester 6) mahasiswa telah belajar bagaimana sistematika dan cara mengerjakan skripsi. Lanjut semester 7 mengejakan skripsi hingga sidang pendadaran, dilanjutkan semester 8 magang dan ujian akhir. 

Semester 6 adalah waktu yang cukup krusial. Selain memantapkan topik penelitian, mahasiswa juga harus memulai menyusun proposal penelitian setidaknya Bab 1. Jika semua berjalan lancar, semester 7 mahasiswa akan mendapat dosen pembimbing sesuai topik dan bidang keilmuan. 

Perlu diketahui bahwa studi normal semester 6, mahasiswa akan mengambil setidaknya 21 SKS mata kuliah. Dengan timeline yang disusun penuh strategi, akankah mahasiswa selalu berhasil? Berikut hal yang wajib diketahui sebelum mengerjakan skripsi. 

Penting diketahui mahasiswa 

1. Pahami konsep 

Pahami konsep dasar tentang skripsi, mulai dari topik penelitian yang akan diambil, sistematika dan pedoman penulisan skripsi, serta data dan objek yang akan diteliti. 

Memilih topik penelitian menjadi kunci, usahakan memilih topik yang Anda sukai dan memiliki urgensi nyata. Cara ini cukup membantu lantaran Anda akan dengan mudah menemukan data dan sudah terbayang objek penelitian tersebut. 

Selanjutnya ketahui pedoman dan sistematika penulisan skripsi, sebaiknya baca panduan skripsi setiap Program Studi mungkin akan berbeda. Agar hasil penelitian Anda kredibel gunakan sumber terpercaya A1 seperti narasumber langsung, BPS, NGO atau data sekunder seperti jurnal dan buku. Hindari mengutip sumber yang tidak kredibel. 

2. Susun timeline 

Buatlah timeline agar Anda memiliki target, beranjak dari semester 6 dengan modal bab 1 artinya Anda tinggal melanjutkan dan memperbaiki kesalahan minor dari dosen pembimbing. Contoh timeline: 

Asumsi semester 6 berjalan lancar, topik penelitian sudah matang 

Timeline semester 7  Target 
Bulan pertama 
  1. Minggu pertama, bimbingan dan memantapkan bab 1 hasil dari Seminar Proposal 
  2. Minggu kedua hingga keempat, perdalam bab 1 
Bulan kedua 
  1. Jika bab 1 masih perlu pendalaman teori, perbanyak membaca jurnal 
  2. Minggu ketiga hingga keempat, kerjakan bab 2. Dua minggu adalah waktu yang masuk akal untu menulis dengan serius gambaran objek 
Bulan ketiga  Bulan ketiga fokus mencari data dan mengerjakan bab 3 
Bulan keempat  Fokus dengan analisis data 
Bulan kelima  Masuk bab 4, maksimalkan satu bulan untuk mengerjakan pembahasan 
Bulan keenam 
  1. Minggu pertama dan kedua, kerjakan bab 5 atau penutup 
  2. Persiapan pendaftaran pendadaran 

3. Manfaatkan teknologi

Perkembangan teknologi tentu akan memudahkan Anda dalam mengerjakan skripsi. Beberapa software yang perlu Anda ketahui manfaat dan kegunaannya antara lain EndNote, Zotero, Mendeley, dan Refworks. 

Aplikasi yang disebutkan di atas adalah reference manager yang akan sangat membantu Anda untuk mengatur pengelompokan jurnal hingga membuat kutipan otomatis. Dengan mengetahui hal ini Anda akan menghemat waktu dalam mengerjakan skripsi. 

Selain itu, Anda wajib tahu portal-portal yang mempublikasi jurnal kredibel seperti Jurnal Komunikasi yang telah terindeks Sinta 2, Portal Garuda, Research Gate, Impact Factor, dan Google Scholar. 

5. Jalin komunikasi yang baik dengan dosen pembimbing 

Terakhir, setelah menyusun strategi dengan matang satu hal yang wajib Anda ketahui dan lakukan yakni menjalin komunikasi yang baik dengan dosen pembimbing. 

Sebaiknya Anda memahami gaya dan etika komunikasi yang baik dengan dosen. Dosen adalah manusia biasa yang memiliki berbagai kegiatan dan pekerjaan, sementara Anda memiliki waktu yang terbatas untuk mengerjakan skripsi. 

Pastikan menghubungi dosen pada waktu yang tepat, menepati janji atau tepat waktu saat bimbingan. Jika dosen yang membatalkan janji, sebaiknya cari jam pengganti dengan bertanya yang sopan. 

Demikian hal-hal yang wajib mahasiswa ketahui sebelum mengerjakan skripsi demi meraih gelar S1. Semoga bermanfaat! 

Threads
Reading Time: 3 minutes

Pesaing Twitter telah lahir. Meta, rumah dari Instagram, Facebook, dan WhatsApp telah melahirkan aplikasi Threads pada 6 Juli 2023. Antusias penggunanya juga meledak. Lantas mana yang lebih menarik: Threads milik Mark Zuckerberg atau Twitter milik Elon Musk?

Melihat data pengguna Threads yang kini tembus lebih dari 100 juta pengguna, memang aplikasi ini menjadi saingan berat Twitter. Sementara Twitter yang telah rilis pada 2006 kini telah digunakan oleh 556 juta pengguna di seluruh dunia berdasarkan laporan dari We Are Social dan Hootsuite pada bulan Januari 2023.

Perlu Anda ketahui, Threads mengadopsi cara kerja dan tampilan dari Twitter. Inilah yang membuat keduanya disandingkan sebagai rival. Dilansir dari New York Time, Mark Zuckerbeg telah merumorkan pesaing Twitter beberapa bulan sebelum perilisannya. Tak hanya itu, Threads digadang-gadang akan sukses seperti Instagram dan disebut pembunuh Twitter oleh para teknisi dalam bidangnya.

Ditambah pro kontra setelah Twitter dimiliki Elon Musk seperti berbagai perubahan algoritma, fitur, hingga pemberlakuan batasan-batasan lain bagi penggunanya. Tampaknya Mark Zuckerberg telah siap dengan persaingan tersebut, dengan modal basis pengguna Instagram 1,32 miliar di dunia pada Januari 2023.

“Saya pikir harus ada aplikasi percakapan publik dengan lebih dari 1 miliar orang di dalamnya. Twitter telah memiliki kesempatan untuk melakukan hal ini tetapi belum berhasil. Mudah-mudahan kami bisa melakukannya,” tulis Mark Zuckerberg pada postingan Threads hari Rabu lalu.

Sementara di tengah perdebatan Threads vs Twitter,  tangkapan layar berisi email Elon Musk dengan Juleanna Glover pada Agustus 2018 kembali mencuat. Isi pesan yang dikirim Elon Musk “Aku baru saja menghapus Instagramku. Mengecewakan” diunggah oleh akun Twitter @techemails.

Twitter vs Threads

Email Elon Musk soal Instagram

Sontak pemilik Twitter itu membalasnya dengan nada yang cukup tinggi, “Jauh lebih baik diserang oleh orang asing di Twitter, daripada menikmati kebahagiaan palsu dari Instagram yang menyembunyikan rasa sakit,” balasnya menanggapi tangkapan layar di Twitter.

Beralih dari perang dingin Mark Zuckerberg dengan Elon Musk, mana yang lebih menarik untuk digunakan dan yang terpenting soal keamanan data. Berikut hal-hal yang wajib Anda ketahui sebelum download aplikasi Threads.

Apa bedanya Threads dan Twitter?

Menurut hasil wawancara yang dilakukan New York Time kepada head of Instagram yakni Adam Mosseri, disebutkan bahwa Threads adalah aplikasi pendukung Instagram yang dapat melakukan percakapan publik secara real time.

“Idenya adalah untuk membangun ruang yang terbuka dan bersahabat untuk komunitas,” kata Mosseri.

Jika ingin menggunakan Threads otomatis harus memiliki akun Instagram. Begitu pula jika ingin menghapus akun Threads, penggunanya dipaksa merelakan akun Instagram terhapus juga. Pengguna dapat langsung mengimpor daftar orang yang dikuti di Instagram ke Threads jika mereka menginginkannya. Termasuk pengguna yang sudah terverifikasi di Instagram otomatis terverifikasi di aplikasi Threads. Pengguna dapat mengatur akun Threads mereka menjadi privat atau publik.

Secara tampilan Threads bisa dikatakan meniru Twitter seutuhnya, mulai dari tombol like, komentar, posting ulang, hingga tombol berbagi ke media sosial lainnya. Bedanya, Twitter lebih unggul dari sisi isu yang mampu menampilkan hal trending setiap harinya.

Meski sama-sama mampu memposting foto atau video, ternyata Threads tidak mendukung pesan langsung, sementara pada Twitter fitur ini telah terakomodasi. Namun masih ada kemungkinan pihak Threads akan menambahkan fitur tersebut jika banyak permintaan dari penggunanya.

“Ada kesempatan atau permintaan bagi lebih banyak orang untuk bermain di ruang publik,” ujarnya Adam Mosseri.

Perlukah menggunakan Threads ketika sudah memiliki Twitter?

Jika memang fitur yang disediakan Threads serupa dengan Twitter, perlukah ikut-ikutan menggunakan aplikasi ini?

Sah-sah saja bagi Anda yang ingin mengikuti tren dan tak ingin ketinggalan dengan euforia membagikan pengalaman menggunakan Threads. Namun, perlu Anda ketahui apa tujuan dan manfaat yang akan didapat setelah mengunduhnya.

Bagi content creator hingga pemilik bisnis, bergabung dan menggunakannya dari awal perilisan atau minggu-minggu pertama cukup menguntungkan. Mengutip startups.co.uk, ketika platform media sosial mana pun baru saja dirilis, tujuan utama adalah mendapatkan pengguna sebanyak-banyaknya. Sementara jika Anda bergabung lebih awal, konten yang Anda bagikan akan mendapatkan prioritas untuk muncul pada halaman awal pengguna yang bergabung dan mengikuti Anda.

Menariknya Threads bisa jadi platform yang membuat nama atau bisnis Anda mendapat banyak perhatian dari pengguna lain. Karena kita tidak pernah tahu bagaimana pertumbuhan di tempat yang baru. Seperti yang sering kita lihat, banyak pemilik bisnis yang beralih ke TikTok untuk mencari peruntungan dan hal ini cukup berhasil.

Mana yang lebih aman, Threads atau Twitter?

Kedua aplikasi ini pada dasarnya sama dengan fokus konten berbasis teks, namun mana yang lebih banyak mengintip data pribadi Anda?

Dibandingkan dengan Twitter, Threads meminta izin akses data lebih banyak. Setidaknya ada 10 jenis data yang diminta oleh Threads. Mengutip dari Kompas.com, Threads meminta akses informasi tentang kesehatan dan fitness, finansial, riwayat pencarian, kontak, konten pengguna, penggunaan data, lokasi, kartu identitas, informasi sensitif, dan data lainnya. Sedangkan Twitter meminta informasi antara lain lokasi pengguna, kartu identitas, informasi kontak, penggunaan data, riwayat pencarian, riwayat pembayaran, dan konten bikinan pengguna.

Artinya baik Threds maupun Twitter sama-sama tak dapat dikatakan aman 100 persen. Namun, hal yang pasti data tersebut digunakan untuk beberapa aspek mulai dari personalisasi konten, layanan iklan, akses informasi ke iklan pihak ketiga, fungsionalitas aplikasi, pemantauan aktivitas, dan sebagainya.

Inilah alasan mengapa di Uni Eropa, Threads belum dapat dirilis sebab keamanan data yang perlu ditinjau ulang.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Kaliurang Festival Hub
Reading Time: 4 minutes

Film lokal dan film horor seolah memiliki batasan makna yang tipis. Di Indonesia, film yang mengusung konsep lokal bergenre horor tampaknya telah menjadi keniscayaan. Bagaimana tidak film jenis ini terbukti memenangkan pasar dari awal tahun 2023 hingga saat ini.

Tercatat 7 di antara 10 film yang paling laris dari Januari hingga Maret 2023 adalah film bergenre horor antara lain Waktu Magrib dengan 2,3 juta penonton; Mangkujiwo 2 dengan 554,5 ribu penonton; Bayi Ajaib dengan 434,2 ribu penonton; Perjanjian Gaib dengan 342 ribu penonton; Pesugihan Bersekutu Iblis dengan 248 ribu penonton; Betina Pengikut Iblis  dengan 214,5 ribu penonton; dan Iblis dalam Darah dengan 201 ribu penonton.

Namun sebenarnya, menyebut film lokal sama dengan film horor adalah keliru. Keduanya memiliki makna dan ide yang berbeda. Film lokal adalah film yang mengusung isu keseharian, tidak hanya soal tempat melainkan juga bercerita tentang perlawanan. Sementara film horor adalah genre film yang menampilkan adegan-adegan menyeramkan, mengungkap hal mistis dan gaib yang bertujuan untuk menciptakan ketakutan pada penonton dengan orientasi memenangkan pasar.

Seperti disebutkan oleh Anugrah Pambudi Wicaksono yang menggawangi Festival Film Disabilitas tahun 2013-2016, isu film lokal sebenarnya berlawanan dengan isu mainstream yang diproduksi oleh rumah produksi besar yang kini memenangkan pasar.

“Saya iseng cari film lokal di Google, (yang muncul paling banyak adalah film horor) jadi film lokal yang dimaksud adalah yang orientasinya pasar. (Sebenarnya) film lokal adalah film-film yang mengangkat isu keseharian. Jadi lokal itu juga lokus atau tempat, isunya juga isu yang berlawanan dengan isu mainstream. Jadi ketika kita menyelenggarakan festival film disabilitas kami sangat mempertimbangkan isu. Karena memang kalau festival film disabilitas di-setting sebagai film yang berbeda,” sebutnya saat menjadi pembicara Kaliurang Festival Hub pada 7 Juli 2023.

Hal senada disampaikan pula oleh Ade Hidayat, Direktur Festival Aruh Film Kalimantan (AFK) yang kini membangun ekosistem film di wilayah Banjarmasin dan sekitarnya mulai dari produksi, kurasi, hingga memamerkan film-film dari Kalimantan

“Ekosistem film sederhananya ada yang memproduksi film ada yang mengkonsumsi film (kegiatan AFK). Sementara film lokal itu soal isu, di Aruh Film Kalimantan tiga tahun pertama konsentrasinya kita pada film-film dari provinsi Kalimantan, produksi, kemudian dikumpulin lalu kita pamerkan,”  ujar Ade pada momen yang sama.

Selain itu, fakta lain terkait film horor di Indonesia adalah seringnya tokoh perempuan menjadi objek eksploitasi. Tercatat film KKN di Desa Penari tembus 10 juta lebih penonton dan dinobatkan sebagai film terlaris sepanjang sejarah di Indonesia. Hantu Badarawuhi adalah sosok perempuan yang memenangkan rasa penasaran penonton se-Indonesia.

Sementara pasca reformasi beberapa film horor seperti Kuntilanak (2006), Suster Ngesot the Movie (2007) secara dominan menampilkan hantu perempuan sebagai antagonis. Artinya ada ketimpangan representasi perempuan dibandingkan dengan laki-laki dalam sejarah film horor di Indonesia, ditambah kerasnya budaya patriarki dan misogini.

Dari 559 film horor Indonesia yang terbit selama periode 1970-2019 menunjukkan bahwa perempuan sangat dominan direpresentasikan sebagai hantu dan karakter utama. Setidaknya 60,47 persen atau 338 film horor sosok hantu diperankan oleh perempuan, sementara 24,15 persen atau sekitar 135 film horor pemeran hantunya adalah laki-laki.

Sisanya film horor yang menampilkan posisi peran berimbang hantu laki-laki dan perempuan hanya 15,38 persen atau 86 film saja.  (Selengkapnya baca: Film Horor Paling Laris di Indonesia, Kenapa Hantunya Rata-rata Perempuan?)

Pambudi mengamini jika ingin memenangkan pasar memang cara tersebut paling efektif.

“Film horor didominasi oleh hantu perempuan: bayi, muda, tua mewakili semua. Perempuan dan minoritas itu paling juara, seksi banget untuk dijual. Jadi kalau kamu mau dapat banyak duit gunakan difabel, perempuan, anak, orangtua untuk jadi objekmu. Tapi di mana nuranimu? Bagaimana film lokal itu sekarang mau kembali ke pasar atau mau kembali ke akarnya kita,” ungkap Pambudi.

Tujuan diproduksinya film-film lokal dalam festival adalah melawan isu mainstream, jika Festival Film Difabel yang digawangi Pambudi 2013 silam bertujuan mengadvokasi isu-isu difabel, Aruh Film Kalimantan juga demikian.

Ade Hidayat bercerita mirisnya tinggal di Kalimantan yang terus menerus ikhlas menerima tentang stereotipe negatif yang terus dilanggengkan. Sehingga produksi Aruh Film Kalimantan adalah bentuk perlawanan dari para seniman melalui karya.

“Narasi besar yang melekat pada Kalimantan itu cenderung negatif. Saya kemarin pernah survei, saya menyebutkan kata Kalimantan terhadap teman-teman luar daerah yang disebutkan itu aneh-aneh. Kalau saya sebutkan kata Kalimantan apa yang muncul di benakmu? Mistis, hutan, tambang, mandau terbang apalah macem-macem. Ini kok negatif semua, ternyata ketika bertemu dengan teman-teman seniman lainnya ternyata narasi itu memang dibikin oleh sebut saja oknum. Oknum ini semacam sesuatu yang besar, sebut saja mafia yang mereka tidak mau terlibat banyak, SDA kita itu benar-benar harta di sana buat mereka, dan dia tidak mau diganggu. Maka narasi-narasi besar ini selalu dibikin oleh mereka. Nah sebagai seniman kita bisa melawannya hanya dengan karya, dan banyak sekali keinginan kami melahirkan film-film yang memang berani untuk menembus itu,” jelas Ade.

Isu sosial tentu banyak disoroti pada film lokal yang telah dikurasi oleh Aruh Film Kalimantan. Salah satu isu yang disoroti terkait dengan isu lingkungan hingga tambang yang tidak berpihak pada masyarakat lokal. Hal ini tentu perlu mendapat perhatian lebih dari berbagai pihak. Namun kini, geliat film lokal cukup gencar dilakukan, salah satu ruang baru yang digagas oleh Laaboratorium Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia yakni “Kaliurang Festival Hub” yang menjadi ruang dengan wajah baru yang diharapkan mempertemukan ide, kolaborasi, hingga momen apresiasi dalam ekosistem film.

“Makanya festival seperti Kaliurang Festival Hub, Festival Aruh Film Kalimantan penting untuk digemakan. Dari bawah kita menerobos lokalitas macam apa yang mau kita bentuk problem perebutan makna juga. Potret realitas kita seperti itu, jadi kepala kita belum melokal kepala kita mengglobal, sukanya horor,” tandasnya.

Sebenarnya Kaliurang Festival Hub bukanlah festival yang melulu soal kompetisi film. Dr. Zaki Habibi selaku Festival Hub Programmer menyebutkan bahwa program ini merupakan ruang untuk berjejaring dan momen apresiasi dalam ekosistem film.

“Program ini menyediakan ruang dan platform bagi berbagai festival film. Hub dalam konteks ini artinya mempertemukan, perjumpaan ide, hingga kolaborasi. Selanjutnya Kaliurang Festival Hub menjadi bertemunya momen kreasi dan momen apresiasi dalam ekosistem film secara luas secara berkala melalui dua bentuk kegiatan utama, yakni pemutaran karya-karya film terkurasi dan diskusi dengan pengelola festival maupun undangan relevan lainnya dari setiap festival film,” ungkapnya membuka Movie Talk pada 7 Juli 2023.

 

Penulis: Meigitaria Sanita