Media yang Paling Banyak Diakses Masyarakat Indonesia Menjelang Buka Puasa

Televisi
Reading Time: 2 minutes

Menunggu waktu buka puasa masyarakat Indonesia kerap mengisinya dengan berbagai kegiatan. Ada yang mengisinya dengan beribadah, memasak, jalan-jalan mencari takjil, hingga berdiam diri di rumah sambil menikmati berbagai tontonan spesial Ramadan.

Meski banyak media yang dapat diakses, ternyata televisi menjadi platform favorit yang dipilih masyarakat Indonesia untuk menemani buka puasa. Data yang publikasikan oleh Katadata Insight Center (KIC) presentasenya mencapai 47,1%.

Presentase tersebut mengalahkan YouTube yang menempati posisi kedua yakni 27%, disusul Radio dengan presentase 6%, layanan streaming berbayar seperti Netflix atau Disney+ sebesar 5,5%, dan terakhir Spotify sebanyak 1%, sementara 13,4% lainnya tak menyebutkan.

Data tersebut merujuk pada responden di Pulau Jawa (selain Jakarta) 63,8%, Jakarta 15,7%, Sumatra 10,4%, dan Sulawei, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua di rentang 0,3% hingga 4,3%. Data diambil pada 24-31 Maret 2023 dengan metode computer web interviewing (CAWI) dengan margin of error 4% dan tingkat kepercayaab 95%.

Tayangan TV Masih jadi Favorit di Bulan Ramadan

Hampir seluruh stasiun televisi memproduksi tayangan spesial di bulan Ramadan. Perayaan Ramadan semakin terasa dengan tagline yang ditayangkan secara berkala, sebut saja Indosiar yang mengusung “Ramadan Penuh Berkah” dan RCTI mengusung tagline “Keberkahan Ramadan”.

Dominasi tagline tersebut membuat para penonton begitu dekat dan merasa terbawa dengan suasana Ramadan. Selain itu, televisi sebagai media informasi memiliki sifat yang bisa dinikmati sembari melakukan aktivitas lainnya. Hal tersebut diungkap oleh dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, Ida Nuraini Dewi Kodrat Ningsih, S.I.Kom., M.A. dalam risetnya ditemukan bahwa ibu-ibu rumah tangga tetap menyalakan televisi sembari melakukan aktivitas rumah tangga.

Dalam konteks tayangan spesial Ramadan, beberapa program tetap mampu diakses secara audio sembari melakukan kegiatan buka puasa. Dengan tayangan bertema Ramadan akan menambah kehangatan bulan suci.

“Televisi media yang bisa dilakukan dengan multitasking, bisa dinikmati audio visual maupun audio saja. Dalam tayangan spesial Ramadan kemungkinan orang-orang yang sedang buka puasa menikmati tayangan spesial Ramadan lebih ke audio,” ujarnya.

“Sementara kalau YouTube itu kan lebih harus kita manage sendiri,” tambahnya.

Dominasi Tayangan Ramadan di Televisi

Dominasi tayangan spesial Ramadan selama sebulan tak luput dari pantauan Majelis Ulama Indonesia. Melansir dari laman Antara, Ketua Infokom MUI, Mabroer menyebutkan jika tayangan televisi spesial Ramadan harus memberikan spirit dan pesan moral agama yang mencerahkan.

“Semua program televisi yang tayang pada bulan suci Ramadhan ini harus memberikan spirit dan juga pesan moral agama yang sifatnya mencerahkan. Dari yang belum tahu menjadi tahu, yang sudah tahu menjadi semakin kuat pengetahuannya,” ujarnya pada laman Antara.

Pemantauan ini telah dilakukan MUI sejak tahun 2005, pihaknya memantau dan memberikan catatan bagi stasiun televisi yang tak menunjukkan pesan pencerahan.

Dengan dominasi tayangan spesial Ramadan ini membuat jumlah penonton sepanjang bulan suci selalu meningkat. Tercatat survei Nielsen yang menunjukkan rata-rata Angka TV Rating (ATR) kenaikan tahun 2019 mencapai 13,4%, 2020 naik 14,6%, dan tahun 2021 mencapai 11,8%.

Menurut MUI, televisi memiliki peran sebagai agen perubahan sehingga sangat penting untuk dilakukan pengawasan.

“Televisi merupakan agen perubahan, baik itu prilaku, pemahaman maupun peradaban. Televisi sangat penting untuk kita awasi bersama. Jika penayangan televisi tidak dilakukan pemantauan, maka ditakutkan ke depannya peradaban akan sulit untuk dikendalikan,” tandasnya.

 

Penulis: Meigitaria Sanit