Society 5.0
Reading Time: 3 minutes

Society 5.0 atau masyarakat 5.0 kini menjadi topik perbincangan hangat di kalangan akademisi. Berbagai universitas di Indonesia telah menyampaikan gagasan Society 5.0 yang dikemas dalam berbagai kegiatan seperti kuliah umum, workshop, seminar, hingga riset.

Masyarakat super cerdas menjadi nama lain dari Society 5.0, yang mana pusat penyelesaian masalah sosial akan diselesaikan melalui integrasi ruang siber dan fisik. Lantas bagaimana peran Ilmu Komunikasi pada Society 5.0?

Tercatat, diskusi terkait Society 5.0 telah ramai sejak awal tahun 2017. Berdasarkan artikel yang diterbitkan oleh Tempo pada 9 Maret 2019 disebutkan bahwa hal ini merupakan proyek Pemerintah Jepang untuk memberi kesan sebagai bangsa yang besar dan disegani.

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yakni Irin Oktafiani dan Ibnu Thufail sepakat bahwa Jepang memang jago dalam menciptakan label yang mengesankan bangsa-bangsa lain. Pernyataan tersebut diungkapkan pada diskusi “Jepang Society 5.0” di Jakarta pada 8 Maret 2019.

Konsep Society 5.0 pertama kali diumumkan secara terbuka oleh Perdana Menteri Shinzo Abe pada forum internasional konferensi CeBIT (Centrum der Buroautomation und Informationestechnologie und Telekommunikation) yang dihelat di Jerman tahun 2017 lalu.

Inti dalam pembahasan itu, Society 5.0 berbeda dengan Industry 4.0 yang digagas Jerman (2010) ataupun Singapore Smart Nation (2014). Ia menegaskan, penggunaan teknologi maju tidak hanya digunakan untuk mendukung industri infrastruktur perekonomian namun juga untuk mendukung kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang.

Timeline selanjutnya di tahun 2019, Abe Shinjo kembali menyampaikan visi Society 5.0 pada Forum Ekonomi Dunia di Davos Swiss. Pada kesempatan itu, pihaknya menyebutkan sebuah masyarakat yang berpusat pada manusia dalam kemajuan ekonomi melalui penyelesaian masalah sosial melalui sistem yang saling terintegrasi baik maya maupun fisik.

Definisi Society 5.0

Dari background di atas, lantas apa definisi Society 5.0? Mengutip laman resmi Japan Cabinet Office, “A human-centered society that balances economic advancement with the resolution of social problems by a system that highly integrates cyberspace and physical space”.

Konsep Society 5.0 menempatkan masyarakat yang berpusat pada manusia demi menyeimbangkan kemajuan ekonomi melalui penyelesaian berbagai masalah sosial dengan sistem yang saling berintegrasi yakni ruang siber dan ruang fisik.

Urutannya sebagai berikut, Masyarakat 1.0 (berburu dan meramu), Masyarakat 2.2 (bercocok tanam), Masyarakat 3.0 (industri mesin), Masyarakat 4.0 (teknologi informasi), dan Masyarakat 5.0 (masyarakat super cerdas).

Berdasarkan penjelasan Japan Cabinet Office, Society 5.0 disebut sebagai masyarakat dengan tingkat konvergensi paling tinggi antara dunia maya dan ruang fisik. Jika pada Masyarakat 4.0 orang-orang mengakses layanan cloud di dunia maya melalui internet dan mencari, mengambil, dan menganalisis informasi atau data.

Sementara pada Society 5.0 hampir seluruh informasi sensor di ruang fisik terakumulasi di dunia maya. Di dunia maya, data besar ini nanti dianalisis oleh kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), dan hasil analisis tersebut diumpankan kembali kepada manusia di ruang fisik dalam berbagai bentuk.

Peran Ilmu Komunikasi dalam Society 5.0

AI menjadi diskusi menarik akhir-akhir ini. Sederet artikel mempertanyakan kemungkinan AI menggeser peran manusia. Terlebih AI menjadi bagian utama pada Society 5.0. Akankah manusia benar-benar akan digantikan AI? Ternyata, manusia tak akan tergantikan karena AI justru membantu manusia untuk lebih produktif. Selengkapnya dapat dibaca pada artikel berikut https://communication.uii.ac.id/benarkah-pekerjaan-manusia-akan-digantikan-oleh-ai-chatgpt-tak-terkendali-hingga-nasib-lulusan-ilmu-komunikasi/.

Dalam Serial Diskoma #8 yang digelar oleh magister Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada diskusi tentang “Artificial Intelligence dalam Industri Komunikasi” muncul pendapat bahwa selamanya AI tak akan menggantikan manusia karena pengetahuan merupakan modal utama yang dimiliki oleh manusia. Sementara informasi yang diakses dengan berbagai platform adalah komoditas. Artinya manusia yang lihai menggunakan AI yang menjadi unggul.

Peran Ilmu Komunikasi cukup besar dalam hal ini, terlebih dalam produksi informasi di tengah-tengah transformasi digital. Lulusan Ilmu Komunikasi menjadi aktor utama dalam produksi informasi.

Transformasi digital merupakan perubahan mendasar terkait cara organisasi beroperasi. Dilansir dari McKinsey & Company, transformasi digital bertujuan untuk membangun keunggulan secara kompetitif dengan teknologi dalam skala besar sehingga mampu meningkatkan pengalaman pelanggan dan menurunkan biaya.

Dalam hal inilah peran Ilmu Komunikasi menjadi penting. Agar tim IT sukses menyempurnakan peran AI dalam transformasi digital perlu ada pemahaman komunikasi yang efektif. Komunikasi menjadi pendorong kesuksesan suatu proyek atau bisnis.

Komunikasi disebut-sebut sebagai kunci kesuksesan ini karena lulusannya dianggap memiliki skill dalam menyelesaikan berbagai masalah mulai dari menjangkau semua karyawan dengan pendekatan multi-saluran, menciptakan budaya perusahaan yang kuat dengan meningkatkan keterlibatan, menciptakan sistem pencatatan yang otoritatif untuk komunikasi, mengoptimalkan seluruh perangkat teknologi komunikasi, menyederhanakan kampanye komunikasi dengan efisien, hingga mengumpulkan analitik kritis untuk menginformasikan strategi.

Terlepas dari prasangka Society 5.0 adalah proyek Pemerintah Jepang, Ilmu Komunikasi adalah pengetahuan yang dinamis dan mampu beradaptasi dalam berbagai kondisi. Bagaimana pendapatmu tentang ini, Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Merdeka Belajar Episode Ke-26
Reading Time: 2 minutes

Kabar menarik datang dari dunia Pendidikan. Baru saja Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim umumkan kebijakan baru terkait mahasiswa yang tidak wajib mengerjakan skripsi sebagai syarat kelulusan.

Mendikbudristek telah meluncurkan Merdeka Belajar Episode Ke-26 bertajuk Transformasi Standar Nasional dan Akreditasi Pendidikan Tinggi pada 29 Agustuus 2023. Peraturan tersebut tertuang pada Permendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan.

Lantas cara apa yang dapat menggantikan skripsi tersebut? Melansir dari laman resmi LLDIKTI Kemdikbud, Nadiem menyebutkan setidaknya ada dua hal fundamental pada kebijakan tersebut termasuk terkait pengaturan tugas akhir mahasiswa dan sistem akreditasi yang cenderung meringankan beban administrasi.

“Ada dua hal fundamental dari kebijakan ini yang memungkinkan transformasi pendidikan tinggi melaju lebih cepat lagi. Pertama, Standar Nasional Pendidikan Tinggi yang lebih memerdekakan, di mana Standar Nasional kini berfungsi sebagai pengaturan framework dan tidak lagi bersifat preskriptif dan detail, di antaranya terkait pengaturan tugas akhir mahasiswa. Kedua, sistem akreditasi pendidikan tinggi yang meringankan beban administrasi dan finansial perguruan tinggi,” ungkap Mendikbudristek.

Lantas apa syarat kelulusan yang harus dipenuhi oleh mahasiswa S1 maupun D4 untuk menggantikan skripsi? Mahasiswa dapat memilih tugas akhir dalam bentuk prototipe, proyek, maupun bentuk sejenis lainnya dengan syarat prodi mahasiswa bersangkutan telah menerapkan kurikulum berbasis proyek dan sejenisnya.

Merdeka Belajar Episode Ke-26 ini dinilai penting lantaran berkaitan dengan persiapan hard skill dan soft skill mahasiswa untuk mempersiapkan dunia kerja.

“Pendidikan tinggi memiliki peran penting sebagai pendorong pertumbuhan yang berkelanjutan, persiapan SDM unggul, dan sebagai tulang punggung inovasi. Selain itu, pendidikan tinggi adalah jenjang yang paling dekat dengan dunia kerja dan masyarakat. lulusan perguruan tinggi dituntut untuk dapat berkontribusi dengan baik. Itu mengapa kami meletakkan titik berat pada transformasi jenjang pendidikan tinggi,” jelas Nadiem.

Jauh sebelum kebijakan Mas Menteri diluncurkan, Prodi Ilmu Komunikasi UII telah memberlakukan kebijakan ini sejak tahun 2015. Banyak cara yang dapat dipilih mahasiswa untuk meraih kelulusan.

Ada lima cara untuk meraih gelar S.I.Kom di kampus Ulil Albab antara lain jalur skripsi, proyek komunikasi, proyek kolaboratif internasional, penulisan artikel jurnal, bahkan magang yang laporannya setara dengan skripsi. Informasi selengkapnya dapat dibaca pada link berikut “Maba Wajib Tahu Fakta Menarik Kuliah di Jurursan Ilmu Komunikasi“.

Kebijakan ini menarik bagi mahasiswa karena dinilai mampu mewadahi minat dan ketertarikan yang tidak hanya fokus menghasilkan output sempurna, melainkan daya kritis dan kreatif mahasiswa yang terasah demi persiapan di dunia kerja.

Lantas bagaimana dengan dirimu Comms, kira-kira ingin lulus kulias S1 Ilmu Komunikasi jalur apa nih?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Prof Kristian Bankov
Reading Time: 3 minutes

Kajian semiotik ternyata berperan besar dalam proses perkembangan brand hingga membentuk consumer culture.

Untuk mengungkap bagaimana mengoptimalkan kerja semiotik dalam sebuah brand, Program Studi Ilmu Komunikasi UII bekerja sama dengan International Association for Semiotic Studies (IASS-AIS) menggelar international workshop bertajuk “Semiotics of Brands and Consumer Culture” pada 22 Agustus 2023 di Gedung Lantai 3 Prodi Ilmu Komunikasi UII dengan menghadirkan Prof. Kristian Bankov dari New Bulgarian University yang sekaligus Secretary General IASS-AIS.

IASS-AIS merupakan asosiasi internasional yang berurusan dengan studi tanda dan semiotik di seluruh dunia dengan berbagai budaya yang berdiri sejak 1969. Beberapa nama akademisi pendirinya adalah Algirdas Julien Greimas, Roman Jakobson, Julia Kristeva, Emile Benveniste, Thomas A. Sebeok, dan Jurij M. Lotman.

Tujuan asosiasi tersebut antara lain mempromosikan integritas semiotik sebagai penelitian ilmiah, memperkuat dan memperluas hubungan internasional dalam bidang semiotik, berkolaborasi dengan asosiasi sejenis, menyelenggarakan konferensi dan lokakarya baik di tingkat nasional maupun internasional, dan menerbitkan jurnal internasional.

Salah satu pengajar di Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni, Muzayin Nazaruddin, S.Sos., MA, yang fokus mempelajari kajian semiotik menginisiasi workshop ini lantaran masih sangat jarang dilakukan di Indonesia. Antusiasme datang dari berbagai penjuru negeri, workshop digelar secara daring dan luring.

Semiotik

International Workshop ‘Semiotics of Brands and Consumer Culture’,

Pada pembukaan Bankov menegaskan kajian semiotik yang berperan besar pada Ilmu Komunikasi, yang membentuk consumer culture.

Semiotics is very important for communications science,” sebutnya saat membuka workshop.

Salah satu alasan konsumen memutuskan membeli produk dari sebuah brand karena promosi yang kreatif melalui storytelling dan narrative value.

Consumer buy more product which catchy or narrative value,” tambahnya.

Sebagai studi kasus, didatangkan sebuah brand lokal milik Meika Hazim yakni Cokelat nDalem dengan keunggulan konsep pemberdayaan petani lokal di Yogyakarta. Selain itu, Cokelat nDalem berfokus pada cokelat dengan citarasa khas Nusantara seperti produk cokelat es cincau jeruk dan cokelat es rujak.

Sebelumnya, pada sesi pertama juga diungkap bagaimana brand Samsung menguasai pasar global melalui peran para publik figur di Korea Selatan dengan berbagai strategi. Semuanya mampu dijelaskan dengan konsep “Brand Mythology System”, mulai dari world view and scared beliefs, brand agent, brand narrative, hingga brand culture.

Workshop

Studi kasus brand cokelat nDalem milik Meika Hazim dalam kajian semiotik

Workshop kali ini seolah memberi angin segar tentang kajian semiotik yang awalnya hanya dianggap sebagai gagasan akademis yang kurang aplikatif. Menurut Dr. Herman Felani Tandjung yang berkesempatan menjadi moderator menyebut bahwa kajian semiotik sangat aplikatif dan fungsional.

“Jadi workshop kemarin itu sangat menarik. Jika selama ini kita hanya tahu kajian semiotik sifatnya kritis saja, ternyata kajian semiotik juga sangat fungsional dan bisa diterapkan untuk membangun sebuah brand. Bedanya workshop semiotik ini dengan workshop semiotik lain adalah ini benar-benar aplikatif. Meika Hazim sebagai pemilik brand Cokelat nDalem, dia merasa banyak manfaat, tidak cuma stop dalam kajian akademik tapi juga untuk praktisi yang aplikatif,” sebutnya.

Untuk mengetahui secara detail lokakarya“Semiotics of Brands and Consumer Culture” dari Prof. Kristian Bankov, Anda dapat menyimak rekamannya di YouTube Ikonisia TV melalui link berikut.

 

Noice
Reading Time: 5 minutes

Noice sebagai salah satu platform konten audio lokal telah merilis audioseries Journal of Terror: Kelana Season 3 pada 25 Juli 2023. Audioseries ini merupakan konten terlaris dari Noice yang ditulis oleh Sweta Kartika. Dalam peluncurannya, ada wajah baru yang akan mendampingi tokoh utama. Ia adalah Pretisya Rahmani yang berperan sebagai Nawang.

Syasya, panggilan akrabnya, adalah alumni Ilmu Komunikasi UII yang mencuri perhatian karena wajahnya muncul di berbagai media nasional pada akhir Juli lalu. Setelah berkecimpung dan menekuni bidang voice over dan dubbing dari lulus kuliah, akhirnya kerja kerasnya menuai hasil.

Profesi ini cukup unik dan menjanjikan, dan tentu saja tak semua orang mampu untuk melakukannya. Dibutuhkan skill khusus untuk menjadi voice talent profesional. Mengutip inavoice.com, voice over talent merupakan profesi pembaca naskah untuk produk audio maupun audio visual.

Menjalani profesi yang unik ini ternyata membawa Syasya menemukan passion-nya. Terlebih, di era digital, profesi voice over talent cukup menjanjikan dan dibutuhkan oleh konten media sosial, advertising, hingga sulih suara film.

Journal of Terror: Kelana Season 3 sendiri berkisah tentang kultur dan klenik di Sunda. Berawal dari petualangan Prana saat KKN (Kuliah Kerja Nyata) bersama 12 temannya di Kampung Cilambayung, Jawa Barat. Prana dan teman-temannya menemui sebuah keganjilan, ia mencoba mengungkap misteri di kampung itu. Salah satu temannya bernama Nawang yang juga anak indigo akhirnya bekerja sama dan mengungkap fakta bahwa desa tersebut adalah kampung pesugihan. Cerita ini didukung dengan riset yang dilakukan oleh penulis terkait cerita budaya Nusantara.

Lantas bagaimana cerita Syasya bisa mendapat peran Nawang dan proses kerja sesuai dengan passion? Berikut pengalaman dan tips-tips yang dibagikan.

Noice

Pretisya Rahmani (kedua dari kanan) resmi menjadi voice talent di audioseries Journal of Terror: Kelana Season 3

Sebenarnya, apa sih nama profesimu ini?

Alhamdulillah, profesiku saat ini menjadi freelancer voice talent, lebih tepatnya ke area voice over talent dan dubbing. Ada yang bilang profesi ini adalah voice actor karena sudah melingkupi semuanya.

Sudah berapa lama memulai karier tersebut? Boleh diceritakan awal mulanya?

Awal mulanya di tahun 2021 aku mulai iseng cari-cari pelatihan online, yah itung-itung isi waktu. Ada beberapa pelatihan online yang aku ikuti. Menurutku, yang paling berkesan adalah pelatihan content creator dan pembuatan audio drama. Nah dari audio drama, ini semua dimulai.

Pelatihan yang membawa aku sampai tahap ini adalah pembuatan audio drama. Kenapa aku memilih itu karena jarang ada ya, kayaknya ini menarik deh, dan perlu untuk dipelajari. Jadi akhirnya aku ikut pelatihan itu.

Pertemuan kedua atau ketiga, host-nya bilang output dari pelatihan ini adalah peserta harus membuat audio drama sendiri. Nah di situ sibuk para peserta mencari kelompoknya, singkat cerita aku dapet teman kelompok. Terus kita mulai menggarap proyek sambil ngobrol banyak hal. Di situ aku tahu, ada dua teman kelompokku yang sudah terjun duluan ke dunia voice over. Bahkan salah satunya adalah ketua komunitas suara, Rumah Suara Kita. Karena aku penasaran, aku gabung komunitasnya. Akhirnya aku diikutkan dalam proyek internalnya.

Lanjut tahun 2022, tepatnya bulan Januari, untuk pertama kalinya aku dan teman-temanku ikut pelatihan basic dubbing di Bandung. Saat itu mentornya Ibu Novi Burhan dan Kak Ihwan Said. Di Bandung itu titik mulai aku memutuskan untuk belajar lebih dalam dunia voice over dan dunia dubbing. Aku merasa jatuh cinta dan mendapatkan support. Akhirnya aku banyak ikut kelas, casting yang tersedia, dan Alhamdulillah di tahun yang sama aku dapet proyek pertama yaitu proyek dubbing. Ada juga proyek voice over sampai sekarang.

Sekarang ‘kan resmi gabung di Noice. Gimana sih tipsnya bisa sampai ke tahap ini?

Alhamdulillah, sekarang aku resmi bergabung ke dalam salah satu proyek audioseries Noice  yang berjudul Journal of Terror: Kelana Seasson 3. Itu ceritanya tentang cowok yang bernama Prana memiliki kemampuan indigo. Seperti namanya jurnal ya berisi catatan-catatn pribadi Prana, tentang pengalamannya yang melibatkan makhluk-makhluk dari dunia lain. Journal of Terror ini adalah audioseries terfavorit di Noice.

Kalau ditanya apa sih tips bisa bergabung? Harus pandai melihat peluang mungkin, jadi aku kebetulan bisa bergabung dan menjadi voice over talent di audioseries tersebut karena ada casting online. Dulu aku lihat di Instagram Noice ada open casting voice over talent for audioseries special project. Tidak cuma dari Instagram, tapi dari grup komunitas yang aku ikuti juga nge-share info tersebut. Qodarullah, aku terpilih menjadi 3 besar finalis dan selanjutnya ada tahap voting online.

Berkat semua dukungan, aku bisa sampai di posisi ini, memiliki kesempatan emas yang datang. Aku benar-benar berterima kasih pada Allah, keluarga, teman-teman, dan komunitas yang benar-benar solid. Support system-nya kuat banget. Aku benar-benar terharu ternyata ada banyaj orang yang aku kenal bahkan gak kenal akupun mau mendukung aku.”

Apakah profesi ini sudah sesuai dengan passion kamu?

Aku bisa bilang iya soalnya aku merasa enjoy banget menjalani ini. Aku merasa lebih hidup, bermakna, punya rutinitas baru yang aku senangi walaupun awal-awal masih ditentang oleh keluarga. Ini juga freelance waktunya tidak menentu, lokasinya juga bisa di mana-mana. Aku pernah dapat project remote, aku rekaman malam-malam bahkan pernah sampai pagi untuk ngejar deadline. Aku juga pernah rekaman di studio yang jauh banget di daerah Gunung Sindur di Bogor.

Apakah profesimu ini sesuai bidang minat saat kuliah?

Bidang minat saat kuliah itu komunikasi strategis. Tetapi sebelumnya dari semester satu, sebenarnya tertarik pada bidang budaya media kreatif. Aku pengen banget masuk bidang minat itu. Pas semester tiga, aku mulai galau antara budaya media kreatif atau komunikasi strategis. Aku tanya dan konsultasi ke keluarga, senior, teman-teman, dan dosen. Akhirnya aku memilih komunikasi strategis. Tapi kalau ditanya sesuai bidang minat atau engga? Kalau “dicocoklogikan”, pekerjaan aku saat ini menjadi voice talent itu masih bisa nyambung. Soalnya di dunia periklanan terutama digital masih butuh jasa voice over, nah aku masih bisa masuk.

O iya dulu aku aktif di Galaxy Radio (salah satu unit kegiatan mahasiswa di Ilmu Komunikasi UII). Jadi waktu awal aku belajar voice over, aku merasa ini kok mirip ya dasar-dasarnya, cara pemanasannya, sama kayak aku belajar jadi penyiar. Jadi masih ada kaitan antara jurusanku Ilmu Komunikasi, bidang minatku Komunikasi Strategis, dan pengalamanku sebelumnya.

Apa tantangan yang biasa dihadapi profesi ini?

Pengalaman aku dapet proyek voice over, jadi sebagai talent kita harus cepat paham brief dari klien. Dan klien kemauannya bisa berubah-berubah kita harus paham, harus sabar banget. Kalau misal klien minta A kita turutin, mau B kita ikutin. Terus kita sebagai talent juga harus punya referensi suara berbeda entah di tone dan emphasize, atau iramanya. Kita harus punya referensi. Nanti klien tinggal memilih mau yang mana.

Punya pengalaman menarik atau mistis selama melakukan profesi ini? Apalagi ini cerita tentang hal yang tak kasat mata?

Alhamdulillah belum memiliki pengalaman mistis selama belajar di profesi ini. Dan jangan sampai aku punya pengalaman itu. Untuk pengalaman paling menarik, semuanya menarik. Semula aku kira bakal dapet proyek dubbing animasi gitu dan ternyata realitanya aku dapet proyek reality show. Perannya manusia asli, output suara yang diinginkan itu harus bisa senatural mungkin selayaknya manusia pada umumnya. Gak ada tuh yang dianeh-anehin, dilucu-lucuin.

Nah menurutku itu susah, apalagi saat itu peranku sebagai pasangan muda. Aku harus retake berkali-kali karena emosinya engga dapet. Terus aku tanya sama voice director-nya, gimana caranya aku bisa memerankan tokoh ini dengan baik. Akhirnya diberi saran untuk recall memory momen bersama pacar. Ketika aku dapat jawaban itu, aku ingin nangis. Aku belum pernah punya pengalaman seperti itu, aku belum punya pengalaman romantis.

Resmi gabung di Noice, gimana sih rasanya diliput banyak media?

Sebagai orang baru di dunia voice acting ini deg-degan parah. Jadi media session itu tujuannya untuk memperkenalkan dan membangun awareness dari Jurnal Kelana Session 3 yang baru rilis dengan efek binaural audio lewat program listening session. Jadi di hari itu kita sambil denger trailer dan episode pertamanya. Itu mengundang media dan partner lainnya. Saat itu aku dan Kak Sigi pemeran Prana mewakili pengisi suara dari Journal of Terror: Kelana Season 3. Dan aku juga mewakili pemenang dari casting online Noice special project.

Bertemu circle baru yang bakal dikenal banyak publik, bagaimana cara kamu menghadapinya?

Kalau aku pribadi, aku tetap ingin menjadi Pretisya sih hehehe, namun menjadi Pretisya yang berprogres menjadi lebih baik dan terus belajar menjadi voice talent professional bahkan aku ingin dikenal karena karakter suara aku sendiri. Branding, PR banget. Bagaimana caranya aku membranding diri aku. Niat ada, ide ada, realisasinya itu yang sulit.

Bagaimana Comss apakah tertarik dengan profesi voice over talent? Jika tertarik, tentu bisa mempersiapkan sejak sekarang. Salah satu cara adalah bergabung dengan komunitas seperti pengalaman Pretisya.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

International Workshop
Reading Time: < 1 minute

International Workshop “Semiotics of Brands and Consumer Culture”

Speaker: Prof. Kristian Bankov

New Bulgarian University – Secretary General of International Association for Semiotic Studies (IASS)

This one day workshop aims to delve into the application of semiotics as a valuable tool box for critically analyzing the phenomena of brands  and consumer culture. Throughout the workshop, participants will actively engage in examining various brands, advertising, and marketing cases, employing some semiotic models.

The overarching goal of this workshop is to enhance the participants analytical skills in conducting semiotic research on brands and consumer culture. The workshop will be divided into  four parts:

  1. Introduction to applied semiotics in advertising , marketing and branding
  2. Analysis of concrete commercials
  3. Introduction to semiotics of branding
  4. Analysis of local brands using the brand mythology model

Will be held:

  • Yogyakarta (hybrid), 22 August 2023 at 08.00-16.00 WIB
  • 3rd floor Audio Visual Room Departement of Communication, Universitas Islam Indonesia, Jl. Kaliurang  14,5 Sleman, Yogyakarta
  • Limited for 20 participants (on-site) and 25 participants (online). Please kindly register here https://bit.ly/workshopsemiotics2023 by 18 August 2023
  • Free of charge, the participants will get certificate, lunch and coffee break

 

Komunitas
Reading Time: 3 minutes

Resmi menjadi mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UII tentu wajib tahu apa saja komunitas-komunitas yang ada di dalamnya. Bagi mahasiswa baru (maba) informasi terkait komunitas sangat penting demi menyalurkan bakat dan minat.

Di Prodi Ilmu Komunikasi terdapat lima komunitas yang berada di bawah naungan Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi UII (Himakom). Lima komunitas tersebut fokus terhadap dunia Ilmu Komunikasi yang akan bermanfaat untuk kariermu dalam jangka panjang mulai dari dunia fotografi, film, riset, jurnalistik, dan broadcasting.

Perlu maba ketahui, manfaat bergabung komunitas antara lain memperluas koneksi, melatih keterampilan komunikasi, berbagi ilmu dan pengalaman, berkolaborasi, dan perspektif baru.

Lantas perlukah bergabung dalam suatu komunitas? Yang pasti dengan bergabung di komunitas, Anda akan menemui banyak orang dengan background yang berbeda bahkan dengan pengalaman-pengalaman yang mumpuni di bidangnya.

Berikut beberapa komunitas-komunitas yang ada di Prodi Ilmu Komunikasi UII yang dapat diikuti oleh maba.

  1. Klik 18

Klik 18 atau Komunitas Lensa Ilmu Komunikasi UII yang aktif pada bidang fotografi. Banyak sekali kegiatan yang dilakukan oleh komunitas ini mulai dari workshop, hunting foto, hingga lomba-lomba nasional.

Salah satu agenda yang rutin digelar adalah gelar karya. Beberapa bulan lalu, Klik 18 menggelar pameran bertajuk  “Hidden Gems Photography Exhibition: Potret Pesona Hidden Gems Indonesia dalam Fotografi Landscape di Yogyakarta tahun 2022”.

Bagaimana tertarik menyalurkan bakat fotografimu? Klik 18 adalah komunitas yang tepat untukmu.

Instagram                    : klik18uii

Contact person            : 082281189164

  1. Kompor.kom

Kompor.kom adalah akronim dari Komunitas Pilem Orang Komunikasi, bagi Anda yang tertarik dengan dunia perfilman wajib untuk bergabung dengan komunitas ini.

Bergabung dengan komunitas ini akan mempertemukan Anda dengan sineas-sineas Tanah Air. Pengalaman menggarap proyek film dari menulis skrip, mengatur peran talent, hingga teknik videografi akan didapatkan di sini.

Beberapa kegiatan yang dilakukan komunitas adalah screening sekaligus diskusi film dari berbagai perspektif yang menarik. Apakah tertarik menjadi bagian dari komunitas ini?

Instagram                    : kompor.com

  1. RedAksi

RedAksi memiliki tagline “Lugas Membaca Realita” merupakan komunitas jurnalistik Ilmu Komunikasi UII.

Komunitas ini berfokus pada kondisi-kondisi sosial yang terjadi dan menuliskannya menjadi sebuah karya jurnalistik. Selain itu, RedAksi aktif melakukan kegiatan sosial, baru-baru ini RedAksi berkolaborasi dengan Literasik.Kom melakukan kegiatan pemberdayaan di Panti Asuhan Al Wahhaab Sinar Melati 11 dengan tajuk “Pengembangan Literasi pada Anak Membuahkan Sebuah Karya”.

Menariknya komunitas ini juga ada kegiatan visit media, beberapa media yang pernah dikunjungi adalah Hipwee, Hookspace, Provoke Magazine Jogja, dan Mojok. Visit ini bertujuan untuk sharing dan diskusi terkait kerja media.

Ingin terjun ke dunia jurnalistik? Sepertinya cocok untuk belajar di RedAksi dengan pengalaman-pengalaman menarik dari anggota yang lain.

Instagram                    : redaksikomunikasi

  1. Dispensi

Dispensi merupakan akronim dari Diskusi dan Penelitian Komunikasi. Dalam akun Instagramnya disebut “Dispensi adalah counterculture berkedok komunitas diskusi dan penelitian”. Komunitas ini adalah wadah bagi kamu yang memiliki perspektif kritis. Apa saja bisa didiskusikan hingga menjadi bahan penelitian!

Dispensi juga menjadi salah satu komunitas yang paling aktif karena rutin menggelar diskusi bulanan yang berkolaborasi dengan PDMA Nadim. Isu-isu menarik dibahas, seperti diskusi beberapa waktu lalu yang bertajuk “Wacana Keseharian Para penggemar K-Pop” menjadi perbincangan menarik dalam perspektif komunikasi.

Apakah kamu tertarik dengan komunitas ini? Cari tahu melalui akun Instagram di bawah ini ya.

Instagram                    : dispensi_uii

  1. Galaxy Radio

Galaxy Radio dengan saluran 107.8 ini merupakan komunitas radio kebanggaan Prodi Ilmu Komunikasi UII. Dengan tagline “Your Universe of Music” komunitas ini selalu menemani para mahasiswa dengan musik-musik populer saat bersantai di sekitar kampus.

Bagi kamu yang tertarik dengan dunia penyiaran, wajib untuk bergabung dengan komunitas ini. Kamu bisa belajar dari announcer cara mengolah vokal, manajemen siaran radio, teknis operasional siaran, kegiatan lain seperti pengembangan skill, workshop, hingga visit ke beberapa radio komersial maupun radio komunitas.

Instagram                    : 107.8galaxyradio

Bagaimana Comms tertarik dengan komunitas yang mana nih? Tenang, biasanya komunitas-komunitas ini akan membuka pendaftaran pada bulan September. Siap-siap ya!

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Mahasiswa
Reading Time: 2 minutes

Mahasiswa baru (maba) akan dihadapkan berbagai pilihan organisasi di kampus setelah mengikuti masa orientasi di Universitas Islam Indonesia (UII)-dikenal dengan nama Pesona Ta’aruf atau lazimnya ospek.

Secara umum, berbagai organisasi di kampus akan dikenalkan pada saat ospek. Perbincangan-perbincangan sesama mahasiswa soal pilihan organisasi menjadi hal yang umum terjadi. Hingga akhirnya mahasiswa memutuskan organisasi apa yang akan diikuti.

Biasanya, alasan mahasiswa mengikuti organisasi di kampus antara lain untuk menambah relasi, melatih soft skill, dan mendapat sertifikat.

Selain organisasi, maba juga harus memikirkan bidang akademik agar mampu meraih Indeks Prestasi Mahasiswa (IPK) sesuai ekspektasi. Namun, apakah bisa mahasiswa raih IPK tinggi dengan tetap aktif berorganisasi? Simak penjelasan berikut ini ya, Comms.

Organisasi adalah sistem yang saling berkoordinasi satu sama lain demi tujuan bersama. Jika sistem terjadi di kampus maka disebut organisasi kampus atau biasa disebut organisasi mahasiswa kerana anggotanya adalah mahasiswa. (Dakwah dan Komunikasi: Konsep dan Perkembangan, Dr. Qudratullah, S.Sos., M.Sos.)

Berdasarkan penelitian “Analisis Tingkat Pengaruh Keaktifan Kegiatan Akademis Mahasiswa Terhadap Indeks Prestasi Kumulatif” yang dilakukan oleh Rahma Fariza dkk dari Universitas Islam Indonesia dalam Conference: IENACO (Industrial Engineering National Conference) 8 tahun 2020 menyebut faktor-faktor yang dapat memengaruhi prestasi belajar mahasiswa antara lain uang saku, usia, nilai rata-rata ujian nasional, banyaknya organisasi yang diikuti, lama belajar, dan penggunaan internet.

Sementara soal keikutsertaan organisasi dengan pengaruh IPK juga dibahas pada penelitian yang dilakukan oleh Rinto Alexandro dkk dari Universitas Palangka Raya. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Keaktifan Berorganisasi Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UPR” menyebutkan data-data yang menarik.

Hasil yang didapatkan adalah keaktifan mahasiswa dengan tingkat sangat aktif (2 organisasi internal dan 2 organisasi eksternal) memiliki IPK rata-rata 3,60 dengan IPK paling tinggi 3,81 dan terendah 2,43. Selanjutnya tingkat aktif (1 organisasi internal dan 1 organisasi eksternal) memiliki IPK rata-rata 3,31 dengan IPK tertinggi 3,75 dan IPK paling rendah 2,25. Terakhir mahasiswa kategori cukup aktif (1 organisasi internal) rata-rata memiliki IPK 3,36 dengan IPK tertinggi 3,61 dan terendah 3,11.

Jika melihat data di atas memang semakin aktif mengikuti organisasi, semakin tinggi juga IPK yang diraih oleh mahasiswa. Namun coba perhatikan IPK terendah dari masing-masing tingkat keaktifan mahasiswa.

Inilah perlunya mengetahui bagaimana kita menentukan prioritas. Berikut beberapa cara atau tips agar maba mampu raih IPK tinggi namun tetap aktif dalam organisasi.

  1. Akademik menjadi prioritas utama

Tanggung jawab pertama bagi mahasiswa adalah mendapat nilai yang tinggi dengan mempelajari mata kuliah yang telah diikuti. Karena kedisplinan akan mempengaruhi masa studi Anda, tidak cukup nilai baik, namun materi harus dipahami agar bisa menerapkannya setelah lulus.

  1. Membuat jadwal dan perencanaan

Kuliah tentu membutuhkan perencanaan yang baik, membuat jadwal bisa menjadi solusi. Lakukan dan selesaikan kegiatan berdasarkan prioritas. Jangan lupa untuk mengatur jadwal belajar, menyelesaikan tugas, dan kegiatan organisasi.

  1. Memilih organisasi yang tepat

Jangan asal bergabung dengan organisasi yang ditawarkan. Anda harus mengetahui passion dan kebutuhan yang perlu Anda kembangkan. Hindari mengikuti banyak organisasi namun tidak fokus. Pilih satu atau dua organisasi yang menurutmu paling tepat. Prioritaskan organisasi yang mendukung kegiatan akademik Anda di kelas dan juga mengembangkan relasi.

  1. Istirahat cukup

Nilai A memang menjadi tujuan, namun jangan terlalu berlebihan dan memaksa dirimu. Karena belajar berlebihan juga membuat Anda justru tidak dapat berkonsentrasi dengan baik. Belajar selama 45 menit hingga 1 jam lalu beri jeda untuk istirahat.

Itulah beberapa tips dan cara agar prioritas akademik dan organisasi yang kamu ikuti berjalan seimbang tanpa ada hal yang perlu dikorbankan. Bagaimana menurutmu, Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Karel Fahrurrozi kerja di Persis Solo
Reading Time: 3 minutes

Profesi content writer menjadi ladang baru bagi lulusan Ilmu Komunikasi di era digital. Selain kemampuan menulis yang mumpuni, kerja kreatif dan cepat menjadi skill utama yang wajib dimiliki bagi mereka yang terjun di bidang ini.

Content writer adalah penulis profesional yang bekerja untuk memproduksi artikel-artikel menarik dan kreatif di media online maupun portal media. Banyak organisasi yang meng-hire para penulis untuk memberi warna demi mencapai target audiens.

Jika kita melakukan pencarian profesi content writer di Jobstreet (9 Agustus 2023) setidaknya ada 2.900 lowongan pekerjaan yang menawarkan posisi ini. Sebanding dengan data APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) yang menyebut, pengguna internet di Indonesia terus meningkat yakni 210 juta pengguna di tahun 2022.

Salah satu organisasi yang menjadi sorotan publik adalah klub sepak bola. Dengan fans fanatic yang tersebar, mau tak mau media sosial hingga website resmi menjadi rujukan utama termasuk klub sepak bola milik Kaesang Pangarep.

Klub kebanggaan warga Solo Raya yakni Persis Solo kini tengah berkompetisi di Liga 1. Laskar Sambernyawa akhirnya naik kasta tertinggi sejak awal tahun 2022 lalu setelah hampir 14 tahun bercokol di Liga 2.

Di balik eksistensi persissolo.id dan akun Instagram @persisofficial yang memiliki lebih dari 400 ribu followers, tentu ada orang-orang kreatif di baliknya. Salah satunya adalah alumni Ilmu Komunikasi UII Angkatan 2016 yang bernama Karel Fahrurrozi. Ia telah menjadi bagian creative content writer Persis Solo sejak Maret 2022.

Melihat hiruk pikuk dunia sepak bola, ternyata tak membuatnya pusing dengan pekerjaan. Ia menilai pekerjaan yang dipilihnya sesuai dengan passion dan bidang minat semasa kuliah. Selain itu, kultur yang dibangun di lingkungan kerja cukup fleksibel dan sesuai dengan karakter Gen Z yang sangat dinamis.

Berikut keseruan kerja sebagai creative content writer di Persis Solo yang dilakoni oleh Karel Fahrurrozi.

Menjadi Creative Content Writer di Persis Solo sudah berapa lama, Kak?

“Dari Maret 2022, kurang lebih berarti udah 1,5 tahun.”

Kalau boleh tahu, tulisan Kak Karel itu yang dimuat dalam website resmi Persis atau khusus untuk publikasi di media sosial? 

“Di dua-duanya sih. Semua tulisan di persissolo.id sama copywriting di sosmed (Isntagram @persisofficial) dan semua sosmednya sih.”

Dulu bidang minat saat kuliah apa ya? Apakah linear dengan pekerjaan saat ini?

Alhamdulillah sama (bidang minat dan passion). Aku ambil jurnalistik penyiaran (saat kuliah),”

Apakah ada target tulisan setiap hari kak? Minimal berapa artikel per hari?

“Kebetulan gak ada target per hari sih. Soalnya untuk kebutuhan rilis di website lebih ke kondisional sama insidental aja.”

 Apakah pekerjaan kakak ini fleksibel dikerjakan di mana saja? Atau harus ngantor?

“Di tempatku tetep harus ngantor, tapi jamnya fleksibel banget. Gak yang nine to five gitu, yang penting daily task kelar, ke kantor buat absen harian.”

Kira-kira cocok ngga buat Gen Z yang berjiwa dinamis dan ekspresif?

“Cocok banget. Soalnya gak ada tekanan jam kerjanya hahah.”

Dari tadi seru semua, apa sih kendalanya kerja jadi content writer?

“Waduh apa ya. kalau dari aku pribadi sih paling pas wawancara pemain asing. Soalnya mereka gak bisa ngomong Bahasa Indonesia dengan lancar dan Inggrisnya pun juga kacau (tidak lancar). Jadi agak nerawang dikit pas nulisnya hahah.”

Oiya, apa rahasia dan tips bisa diterima di Persis Solo Kak?

“Kalau tipsnya apa ya, aku juga gatau sih. Mungkin lebih ke portofolio yang aku punya kali ya, karena pas masih kuliah dulu kebetulan aktif di Lembaga Pers Mahasiswa juga.”

Terakhir, kamu wajib liputan dan ngikutin tim Persis Solo berarti?

“Gak selalu sih kak, kadang liputannya juga via online aja udah cukup.”

Ternyata seru ya jika kita kerja sesuai passion dan bidang minat semasa kuliah. Kerja tanpa banyak beban dan pusing. Satu hal yang penting dari cerita Kak Karel, banyak-banyakin portofolio ya. Jadi gimana nih, Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

 

Desain Grafis
Reading Time: 3 minutes

Siapa yang tidak tahu klub sepak bola PSS Sleman? Klub asal Sleman DIY itu tengah berjuang di kasta tertinggi sepak bola Indonesia atau Liga 1. Selain memiliki fans fanatik yang solid seperti BCS, Slemania, dan Sleman Fans, klub ini memiliki engagement yang luar biasa melalui media sosial yang dibangun.

Tampilan feed Instagram klub ini tak pernah gagal membuat para fans bangga mengidolakan Super Elang Jawa dan kerap me-repost ke media sosial pribadi masing-masing. Tak hanya itu, salah satu fans menyebut bahwa tampilan grafis Instagram @pssleman selalu menjadi trendsetter bagi klub sepak bola lainnya.

“Menariknya karena design kekinian dan selalu menjadi trendsetter design bagi klub-klub lain. Selain itu ilustrasinya selalu menarik dan informatif,” ucap Bayu Prabowo yang mengaku sebagai Sleman Fans.

Didukung dengan design graphic yang menarik, hal ini menempatkan Instagram PSS Sleman menempati peringkat 10 besar peringkat klub Liga 1 Indonesia dengan jumlah followers Instagram terbanyak. Seperti dikutip dari Katadata.co.id, Instagram PSS Sleman berada di urutan ke-delapan dengan 700 ribu followers (per 19 Juni 2023).

Ternyata, sosok di balik graphic design menarik itu adalah Rosikhul Ilmi. Ia adalah alumni Ilmu Komunikasi UII Angkatan 2016. Berbekal segudang pengalaman dan portofolio menarik, pemuda itu mantap mengikuti seleksi menjadi graphic designer di PSS Sleman sejak tahun 2021.

Rosikhul Ilmi tak hanya bercerita tentang pekerjaannya, ia juga membagikan beberapa tips yang berguna bagi Gen Z yang juga tertarik dengan dunia design. Menurutnya, kecenderungan Gen Z yang ekspresif dan menyukai hal-hal dinamis cocok banget untuk profesi ini.

Penasaran bagaimana proses kerja dan rahasia design graphic PSS Sleman? Berikut hasil wawancara kami dengan Roshikul Ilmi  pada 7 Agustus 2023

Sejak kapan mulai bergabung menjadi bagian PSS Sleman?

“Sejak 2021, bulannya lupa. Yang pasti ketika sepak bola Liga 1 mulai musim 2021/2022.

Bagaimana tipsnya agar dilirik oleh klub PSS Sleman?

“Waktu itu sih masuk lewat proses open recruitment, ada bukaan lowongan untuk desainer grafis ya udah coba-coba saja. Kalau untuk tipsnya yang pasti portofolio karya sangat berpengaruh. Alhamdulillah waktu kuliah saya lumayan punya banyak portofolio karya waktu bergabung dengan berbagai event git. Jadi waktu apply di PSS bisa saya pamerin itu portofolio-portofolionya.”

Apakah pekerjaan ini sesuai dengan bidang minat atau passion?

“Iya, sejalan dengan minat saya di bidang desain visual.”

Demi menghasilkan desain yang menarik, apa tantangan dan solusinya?

“Untuk tantangannya, menurut saya pribadi itu desainer grafis pasti dituntut untuk selalu menciptakan karya yang fresh dan baru agar audiens tidak bosan. Jadi proses mencari idenya itu yang menjadi tantangan. Selain itu, tugas utama desainer grafis juga salah satunya adalah untuk menyampaikan pesan ke dalam elemen grafis, jadi biar pesan lebih gampang dipahami sama audiens. Percuma desainnya bagus-bagus tapi pesan yang mau disampaikan malah gak efektif. Nah cara kita mengolah dan membungkus pesannya itu juga jadi tantangan.”

Soal flow kerja, apakah ada target dan berapa desain yang harus diselesaikan dalam satu hari?

“Nah, bedanya pekerjaan bidang sepak bola dan industri-industri lain salah satunya adalah flow kerja yang sangat cepat. Contoh kalau sepak bola, misal sore ini ada daftar pemain yang akan bertanding nanti sore, bisa aja setengah jam selanjutnya itu daftar pemainnya berubah lagi karena ada yang cedera. Bisa dibilang juga kami gak ada jadwal atau agenda yang saklek karena semuanya bisa berubah kapan saja. Jadi untuk flow kerja cepat banget. Untuk target gak ada, kerjaan saya sebagai desainer grafis itu ngikutin agenda dari tim, jadwal-jadwal pertandingannya, jadwal latihannya dan sebagainya. Ya bisa dibilang fleksibel sih, gak ada yang saklek.”

Kalau boleh tahu, apa saja job desc kamu?

Job desc saya membuat semua kebutuhan-kebutuhan grafis di media sosial, konten-konten Instagram, thumbnail YouTube, grafis match promotion ketika menjelang pertandingan, kadang bikin konten gambar ilustrasi-ilustrasi juga untuk di media sosial.”

Tips kerja cepat dan efektif bagi graphic designer?

“Setiap awal musim itu kami pasti bikin kaya sejenis panduan grafis gitu, graphic guideline untuk 1 musim ke depan. Pemilihan font, pemilihan warna, dll. Jadi ya itu mempermudah juga buat kerja cepet.”

Kalau boleh tahu ada berapa graphic designer di klub PSS Sleman?

“Desainer grafis di tim kami ada 3. Saya sendiri tanggung jawab di bagian media sosial utama, ada yang fokus untuk sosial media di tim muda (Akademi PSS), sama satu lagi fokus untuk kebutuhan PSS Store.”

Apakah pekerjaan ini cocok bagi Gen Z yang cenderung dinamis dan ekspresif? Dan apakah kamu wajib ngantor?

“Cocok, apalagi ini industri olahraga gak bosenin soalnya, asik juga. Kalo pertanyaannya wajib ngantor apa engga? Untuk divisi saya sendiri kan media, nah itu kerjanya fleksibel soalnya kadang ngikut tim juga kan jadi gak bisa selalu di kantor. Ya fleksibel sih, yang penting presensi dan kerjaan beres.”

Itulah hasil perbincangan dengan sosok di balik design menarik klub PSS Sleman. Gimana, kamu tertarik untuk menjadi graphic designer seperti Rosikhul Ilmi? Yuk optimalkan selagi belajar di Prodi Ilmu Komunikasi UII ya, Comms.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Fikom Unisba
Reading Time: 2 minutes

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung (Unisba) melakukan kunjungan ke Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia pada 7 Agustus 2023. Kunjungan ini bertujuan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) bagi asisten Laboratorium Simulasi Komunikasi Fikom Unisba.

Dipimpin oleh Dr. Rita Gani sebagai Kepala Laboratorium Simulasi, rombongan Fikom Unisba sampai di Gedung Unit 18 Ilmu Komunikasi sekitar pukul 08.45 WIB. Kedatangan itu tentu disambut hangat oleh keluarga besar Prodi Ilmu Komunikasi, termasuk Kaprodi Ilmu Komunikasi Iwan Awaluddin, Ph.D, dan Dr. Zaki Habibi selaku Kepala Laboratorium Ilmu Komunikasi UII.

Dalam kesempatan ini, Dr. Zaki Habibi memperkenalkan Laboratorium Ilmu Komunikasi beserta gagasan-gagasan di dalamnya. Poin utama yang menjadi sorotan pada perbincangan itu terkait bagaimana laboratorium mampu menunjang kebutuhan seiring berkembang dan berubahnya kurikulum.

“Teknologi dapat berganti dan berubah dalam hitungan hari, begitupun kurikulum akademik. Bagaimana kita mengikutinya?” ungkap Dr. Zaki Habibi.

Menjawab pertanyaan tersebut, Dr. Zaki Habibi menjelaskan sejarah Laboratorium Ilmu Komunikasi yang dibangun pada 2007 untuk memenuhi kebutuhan skill mahasiswa. Hingga akhirnya ada perombakan besar-besaran tahun 2014, namun kurikulum terus berjalan dan berubah.

Hingga akhirnya pada 2017, dibuatlah konsep dengan sasaran dengan komponen yang sama atau modular.

“Untungnya tahun 2017 kita menciptakan sebuah rancangan, konsepnya modular yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan praktikum,” ujarnya.

Fikom Unisba

Pemberian kenang-keangan antara Fikom Unisba dengan Prodi Ilmu Komunikasi UII

Selain teknologi, peran SDM pada laboratorium dianggap menjadi kunci utama. Untuk itu, Kepala Laboratorium Ilmu Komunikasi UII menyebut bahwa langkah efektif lainnya adalah dengan melakukan pengembangan kapasitas SDM. Berbagai kerja kreatif dan keterlibatan staf hingga kerja kolaboratif dilakukan agar laboratorium mampu menjadi bagian pendampingan mahasiswa.

“Yang paling efektif kapasitas orang per orang. Bertumbuh bersama dengan semangat kolaborasi. Karena kalau sendiri kadang ide juga mentok. Jadi kita sering lakukan kolaborasi dengan berbagai pihak. Seperti program Kaliurang Festival Hub yang menjadi ruang bertemunya para kreatif,” ungkapnya.

Senada dengan Dr. Zaki Habibi, Kaprodi Ilmu Komunikasi UII Iwan Awaluddin Yusuf, Ph.D, menyebut bahwa dengan kolaborasi, akan saling menguntungkan karena ada pertukaran potensi. Apalagi di tengah teknologi kecerdasan buatan atau AI yang makin pesat.

“Bisa berkolaborasi dan saling menguntungkan. Bertukar potensi, perjumpaan-perjumaan ini akan mempertemukan kelebihan dan kekurangan sehingga bisa mengisi ruang-ruang dan kita kembangkan. Mulai dari ide kreativitas apalagi  saat ini kita dihadapkan dengan tantangan kecerdasan buatan AI. Maka kapasitas manusia juga harus terus berkembang,” ujarnnya.

Dr. Rita Gani juga bercerita tentang sistem rekrutmen asisten Laboratorium Simulasi Komunikasi yang ditujukan kepada mahasiswa Ilmu Komunikasi secara professional dengan pola seleksi yang terukur.

Setelah diskusi rampung, rombongan Dr.Rita Gani berkeliling melihat dan mencoba langsung fasilitas yang dimiliki oleh Prodi Ilmu Komunikasi UII. Mulai dari Ikonisia TV, laboratorium Fotografi dan Multimedia, Lab TV & Podcast, hingga PDMA Nadim.

 

Penulis: Meigitaria Sanita