Tag Archive for: uii

P2A

Passage to ASEAN (P2A) 2024 bertajuk AWARE: Exploring Digital Culture and Urban Environment in Creative Ecosystem telah berlangsung dengan seru. Kegiatan ini melibatkan dua institusi pendidikan yakni International Program (IP) Prodi Ilmu Komunikasi UII bersama SCIMPA Universiti Utara Malaysia (UUM). Terdapat berbagai agenda menarik yang dilakukan dalam perjalanan dua negara di Indonesia dan Malaysia.

Inbound program mengambil latar di Yogyakarta, Provinsi yang kaya budaya tak akan habis dieksplorasi hanya dengan waktu satu pekan. Inbound berlangsung selama lima hari sejak 20 hingga 24 Agustus 2024. Peserta dari dua negara memiliki misi untuk menyelesaikan berbagai tugas pada setiap sesinya.

Tak hanya bersenang-senang keliling dua negara, program P2A memiliki prinsip Project Based Learning (PBL) dimana setiap delegasi berkesempatan meningkatkan hard skill dan soft skill untuk membuat berbagai karya dan konten melalui media. Selain itu mereka juga ditantang untuk bekerja sama dalam tim dengan berbagai perbedaan karakter dan budaya.

Dibuka langsung oleh Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) UII, Qurotul Uyun menyebut jika tema yang diangkat tahun ini menarik dan sesuai dengan beberapa masalah yang terjadi di Yogyakarta.

“Konsisten dilakukan setiap tahunnya, artinya ada komitmen antara dua belah pihak. Saya sangat mengapresiasi hal ini. Sementara isu yang diangkat, khususnya lingkungan di Yogyakarta ini sangat relate. Isu ini memang membutuhkan perhatian dari kita semua,” ujarnya dalam speech yang di gelar di Auditorium FPSB, (21/08).

Pada kesempatan yang sama Kaprodi Ilmu Komunikasi, Iwan Awaluddin Yusuf menyambut para delegasi dari SCIMPA UUM dengan pantun. Memiliki kedekatan budaya Melayu, pantun mampu mencerminkan nilai-nilai kearifan lokal dan kesamaan identitas dua negara.

“Dari Kedah terbang ke Jogja. Mengikuti perjamuan di UII. Hati merekah datang ke acara Passage to Asean. Semoga persahabatan abadi hingga nanti,” ujarnya.

Disambut dengan hangat, perwakilan yakni Syamsul Hirdi Bin Muhid, selaku Deputy Dean (Student Affairs and Alumni) UUM mengaku lega dan seperti mengunjungi keluarga sendiri.

“Our first day it has been very, actually you know describe we feel. And we feel we are coming back to home and we are coming to our family,” ujarnya.

Program Inbound di Yogyakarta

Sesuai dengan tema yang AWARE: Exploring Digital Culture and Urban Environment in Creative Ecosystem semua program yang dirancang khusus oleh IP Ilmu Komunikasi UII bersama tim fokus dengan eksplorasi budaya di Yogyakarta, khususnya wilayah perkotaan. Tak hanya itu, budaya digital serta ekosistem kreatif di sekitarnya juga tak luput dari perhatian.

Selama pelaksanaan program, delegasi dari SCIMPA UUM didampingi oleh buddies yang berasal dari mahasiswa Ilmu Komunikasi UII. Mereka membentuk beberapa tim untuk saling aktif berdiskusi selama program berlangsung

Campus Tour

Herman Felani, salah satu dosen Prodi Ilmu Komunikasi mengajak para delegasi mengelilingi lingkungan kampus UII. Beberapa gedung yang disambangi adalah FPSB, FIAI, dan sekitarnya. Herman menjelaskan secara detail mulai dari sejarah hingga gaya arsitekturnya.

Tak terlewatkan, Gedung Mohammad Hatta adalah tujuan utama. Perpustakaan pusat ini memiliki koleksi yang beragam hingga arsitekturnya yang tak biasa ternyata menyimpan sejarah dan peradaban yang sangat kaya. Di sana terdapat museum yang berisi informasi sejarah UII, sisi kanan berbagai artefak administrasi, bagian tengah berbagai benda bersejarah milik rektor pertama UII, KH Abdul Kahar Muzakkir. Dan sisi kiri dipenuhi dengan visual sejarah perjalanan UII.

Sementara, hal menarik lain adalah bangunan Candi Kimpulan yang tak sengaja ditemukan saat pembangunan perpustakaan tahun 2009 lalu. Candi bercorak Hindu ini sejajar dengan keberadaan Masjid Ulil Albab UII. Menambah nilai kergaman dalam sejarah budaya dan agama di wilayah Jawa.

Sejarah lengkap Candi Kimpulan dapat diakses melalui laman berikut:

https://library.uii.ac.id/candi/

Urban Walking Workshop

Tak hanya jalan-jalan di pusat kota, Urban Walking Workshop ini menggunakan sensory method. Zaki Habibi, dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII sebagai fasilitator dalam workshop tersebut menekankan bahwa dalam jalan-jalan itu menekankan penggunaan seluruh indra untuk mengeksplorasi pengalaman perjalanan itu.

Dimulai dari Tugu Golong Gilig (Tugu Yogyakarta) pada pukul 08.00 WIB kemudian melanjutkan perjalanan melalui jalan utama Kota Yogyakarta yang masuk dalam bagian situs UNESCO World Heritage: mulai dari jalan Margo Utomo, Mangkubumi, melewati rel kereta, kemudian berakhir di Jalan Malioboro. Jarak perjalanan kurang lebih sejauh 2.5 kilometer.

Photography Workshop

Mengambil latar di Ledok Sambi, photography workshop berlangsung pada 22 Agustus 2024 dipandu oleh Hardoyo, dosen sekaligus praktisi bidang fotografi dan desain grafis. Sebelum menerjunkan para delegasi untuk hunting foto di alam, Hardoyo menjelaskan sejarah bagaimana Ledok Sambi yang merupakan desa wisata inisiasi warga hingga budayanya.

Hasil jepretan dari delegasi UII dan UUM akhirnya direview satu per satu. Salah satu yang disampaikan terkait teknik mengambil foto adalah membuat komposisi yang tepat.

“Dalam mengambil foto kita harus berani untuk mendekati objek, agar angle dan komposisi lebih pas dan tidak ambigu,” ujar Hardoyo.

Cultural Night

Ini merupakan program terakhir yang berlangsung di Hotel Cakra Kembang. Program penutup tersebut menampilkan dua pertunjukan dari UUM dan UII. Diawali dengan makan malam yang hangat, kemudian acara dilanjutkan dengan pertunjukan kedua negara.

Delegasi UUM menampilkan tarian dan lagu-lagu Melayu, lengkap dengan pakaian adat yakni baju kurung. Sementara, dari UII menampilkan teater dengan cerita modern atas fenomena viral di media sosial.

Penulis: Meigitaria Sanita

CCCMS 2024

Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Fathul Wahid secara resmi membuka gelaran Conference on Communication, Culture, and media Studies (CCCMS) 2024 pada 28 Agustus 2024 di Ruang Auditorium Lantai 3 Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya.

Dalam pembukaan tersebut, Fathul Wahid menyampaikan argumennya terkait tema Hybrid yang diusung oleh Prodi Ilmu Komunikasi pada sesi 7th CCCMS 2024. Ia menyebut bahwa human are not totally independent. Pernyataan tersebut mengarah paada pemikiran Bruno Latour yang merupakan sosok filsuf, sosiolog, sekaligus antropolog asal Prancis.

Sesuai dengan Hybrid dalam tema 7th CCCMS 2024 yang fokus terhadap isu-isu dan tantangan kontemporer dalam ekosistem digital dan lingkungan, konsep yang dikemukakan Bruno Latour soal ekologi tidak hanya tentang ekosistem tetapi lebih dari itu yakni hubungan kompleks antara manusia, teknologi, dan alam.

“We are not shaping the context, but we are engaged in virtual shaping. And we as human are not totally independent because we to some extent or event to a real extent are dependent to other actors,” ujar Rektor UII.

(“Kita tidak membentuk konteks, tetapi kita terlibat dalam pembentukan virtual. Dan kita sebagai manusia tidak sepenuhnya independen karena kita dalam beberapa hal atau peristiwa bergantung pada aktor-aktor lain,”)

“When we are talking about the information system or information technology, so now we are discussing about the social materiality. So information technology is not always material only. But also social materiality we ca not detach information system or information technology from its independent existence, that to some extent will influence us. Because I do believe that material determinism is not the only way to see the reality, but we have to invite another perspective, we can call it as social determinism,”

(“Ketika kita berbicara mengenai sistem informasi atau teknologi informasi, maka sekarang kita membahas mengenai materialitas sosial. Jadi teknologi informasi tidak selalu bersifat material saja. Tapi juga materialitas sosial, kita tidak bisa melepaskan sistem informasi atau teknologi informasi dari keberadaannya yang independen, yang sedikit banyak akan mempengaruhi kita. Karena saya percaya bahwa determinisme material bukan satu-satunya cara untuk melihat realitas, tapi kita harus mengundang perspektif lain, yang kita sebut sebagai determinisme sosial,”)

Senada dengan pernyataan yang disampaikan oleh chair 7th CCCMS 2024, Muzayin Nazaruddin bahwa konferensi ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan yang kompleks antara alam, budaya, hingga fenomena hibriditas budaya masyarakat pasca kolonial.

Rektor UII juga menyampaikan kegembiraannya terkait gelaran ketujuh konferensi internasional tersebut, ia menganggap bahwa pertemuan akademik ini menjadi komitmen dan dedikasi Progam Studi Ilmu Komunikasi terhadap kajian komunikasi, media, dan budaya.

“I am delighted to welcome you all in this conference that held by my fellow department of communication Universitas Islam Indonesia, this year is the 7th edition that indicate of many things. At least, indicate of dedication of department of communication,” ungkapnya lagi.

(“Saya sangat senang menyambut Anda semua dalam konferensi yang diadakan oleh rekan-rekan Departemen Komunikasi Universitas Islam Indonesia, tahun ini merupakan edisi ke-7 yang menandakan banyak hal. Setidaknya, ini menunjukkan dedikasi departemen komunikasi,”)

Hadir pula Kaprodi Ilmu Komunikasi, Iwan Awaluddin Yusuf, yang menyambut partisipan dari berbagai negara.

“(Theme) Relevant as we navigate the evolving landscape of communication, culture, and media across a broad spectrum of challenges. From analog to digital, ecosystem, local and global environments, as well as natural and cultural practices. Today and tomorrow, we will have the privilege of engaging in a broad discussion, exploring cutting-edge research research, and exchanging ideas on a wide range of topics, spanning from a theoretical perspective on hybrid culture to empirical studies on artificial intelligence and so on,”

(“(Tema) Relevan ketika kita menavigasi lanskap komunikasi, budaya, dan media yang terus berkembang di berbagai spektrum tantangan. Dari analog ke digital, ekosistem, lingkungan lokal dan global, serta praktik-praktik alam dan budaya. Hari ini dan besok, kita akan memiliki hak istimewa untuk terlibat dalam diskusi yang luas, mengeksplorasi penelitian terkini, dan bertukar ide tentang berbagai topik, mulai dari perspektif teoretis tentang budaya hibrida hingga studi empiris tentang kecerdasan buatan dan sebagainya,”)

Konferensi internasional ini diikuti oleh akdemisi dari berbagai negara yakni Portugal, United Kingdom, Polandia, India, Taiwan, Brasil, Thailand, Jepang, Hong Kong, Italia, Pakistan, China, Malaysia, dan Singapura. Hal ini membuktikan bahwa isu-isu yang diangkat dalam konferensi ini sangat relevan dengan perkembangan zaman.

Penulis: Meigitaria Sanita

P2A

Passage to Asean (P2A) 2024 kembali dilaksanakan oleh Prodi Ilmu Komunikasi (Program Internasional) UII bersama Universiti Utara Malaysia (UUM) pada 19-29 Agustus 2024.

P2A kali ini akan mengeksplore dua negara yakni Indonesia dan Malaysia, berbagai forum dan workshop akan digelar. Dengan tajuk AWARE: Exploring Digital Culture and Urban Environment in Creative Ecosystem, pertemuan ini akan mengambil latar di Yogyakarta untuk Indonesia serta Kuala Lumpur, Kedah, dan Langkawi saat di Malaysia.

Menariknya para mahasiswa dari kedua universitas ini akan saling bertukar budaya dengan merasakan langsung negara-negara yang dikunjungi. Perlu diketahui, P2A merupakan program mobility international yang rutin dilakukan setiap tahunnya.

Penasaran apa bagaimana keseruan para mahasiswa yang akan lakukan urban walking keliling Yogyakarta dan eksplor Langkawi?

Pantau terus Instagram @ip.communications.uii dan @komunikasiuii.official

Jadwal Perjalanan P2A 2024

Venue Yogyakarta Indonesia

19 Agustus 2024         : Team UUM arrives at Yogyakarta

20 Agustus 2024         : Welcoming in UII

21 Agustus 2024         : Urban Walking Workshop

22 Agustus 2024         : Photography Workshop in Ledok Sambi Village with Expert, Cultural Night Performance

23 Agustus 2024         : Free time at Jogja

Venue Malaysia

24 Agustus 2024         : Arrive in KLIA

25 Agustus 2024         : Visit to SCIMPA Anjung Tamu, Photography Session (Alor Setar)

26 Agustus 2024         : UUM Sintok, Trip Langkawi

27 Agustus 2024         : CIIC Langkawi and Cultural Dinner

28 Agustus 2024         : Free time in Langkawi

29 Agustus 2024         : Flight from KL to Yogyakarta

Dongi-Dongi

Menjalankan misi kemanusiaan kali ini hanya menyingkap sekelumit fakta, meski demikian perjalanan menuju Dongi-Dongi patut untuk dijadikan pustaka demi sebuah asa.

Tercatat 54 relawan dari berbagai penjuru negeri berkumpul di Bandara Halim Perdanakusuma sejak sebelum subuh, 30 Juli 2024. Berbagai pengecekan dilakukan demi keamanan, hingga pukul 06:00 WIB kami semua diangkut oleh Super Hercules bernomor A-1340 menuju Bandara Mutiara Sis Aljufri. Penerbangan itu berlangsung lebih dari 3 jam.

Barangkali pengalaman menumpangi alutsista milik TNI AU ini adalah kesempatan yang sangat langka maka mengabadikan momen adalah kesempatan paling berharga. Selain cerita, foto berjejer akan menjadi artefak penuh makna nantinya. Kesempatan ini tentu tak lepas dari relasi-relasi yang dibangun oleh Yayasan Tunas Bakti Nusantara (YTBN) selama beberapa tahun terakhir.

YTBN

Foto bersama relawan YTBN sebelum pemberangkatan ke Poso, Foto: Rayhan Taruna

Menginap semalam di Mes Pemda Palu, esoknya perjalanan menuju Dongi-Dongi dimulai. Jalanan berliku diapit perbukitan bisa dibilang tak cukup mudah, beberapa titik bekas longsoran tanah dan batu berserakan memaksa pengendara untuk terus waspada. Meski demikian, mata relawan dimanjakan dengan pemandangan yang menawan, bisa dibayangkan betapa menyenangkan bervakansi menuju lokasi bernama Dongi-Dongi.

Dongi-Dongi merupakan desa percobaan yang terletak di Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Secara administratif Dongi-Dongi berada di dua kabupaten yakni Sigi dan Poso. Setibanya di sana, kami disambut suka cita dan tarian khasnya. Mata-mata penuh binar begitu hangat dan lekat. Ingat ini bukan bervakansi, melainkan datang untuk saling berbagi.

Faktanya, Dongi-Dongi adalah daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) ditambah statusnya sebagai desa percobaan dengan segudang tantangan yang rumit diselesaikan. Mulai dari akses pendidikan, kesehatan, pernikahan dini dan tidak stabilnya perekonomian. Tidak adanya akses internet dan aliran listrik yang memadai menjadikan Dongi-Dongi semakin pelik.

Akses Pendidikan Memang Tidak Memadai

Seharusnya tidak perlu kaget atas tidak idealnya pendidikan di daerah 3T, isu soal aksesnya yang sulit pasti sering kita dengar. Namun menjalaninya secara langsung tak semua orang bisa membayangkan betapa rumitnya kondisi serba terbatas ini.

Salah satu program yang tak pernah absen dari Bakti Nusantara YTBN adalah Inspirasi Nusantara (IN). Dengan fokus pendidikan, semua program IN berlangsung di Sekolah Satap Dongi-Dongi. Sekolah Satap adalah sebutan untuk sekolah satu atap, dalam satu lokasi ada jenjang TK, SD, dan SMP.

Salah satu fasilitator dalam program IN yakni Leonardus Devi Heryanto menangkap banyak cerita pilu. Anak-anak di Dongi-Dongi sebagian besar hanya menamatkan sekolah di jenjang SD dan SMP, melanjutkan ke jenjang SMA adalah kemewahan. Bahkan, hanya 70 persen siswa SD yang melanjutkan ke jenjang SMP. Kondisi ini terjadi karena berbagai faktor, kondisi ekonomi memaksa anak-anak turut bekerja membantu orang tua. Faktor lain adalah tidak tersedianya sekolah jenjang SMA di Dongi-Dongi. Untuk mengakses jenjang SMA mereka harus pergi ke Palu, artinya butuh biaya transportasi hingga biaya operasional lain yang tak sedikit.

Dongi-Dongi

Relawan bersama para siswa Sekolah Satap Dongi-Dongi, Foto: Desyatri Parawahyu Mayangsari

“Yang kami tangkap dari cerita teman-teman terkait bahwa banyak yang berhenti SD atau SMP saja, banyak faktor mungkin karena kerja di ladang dan lain, kedua karena di sini tidak ada SMA. Kalau kita lihat dari SD yang melanjutkan ke SMP hanya 70-80 persen. Sisanya tidak lanjut hanya sampai SD saja,” ujar fasilitator yang akrab disapa Leo.

Cerita-cerita di daerah 3T tentu akan banyak kita dengar, semua dilakukan semata-mata untuk memperbaiki kehidupan yang lebih layak. Salah satu kakak beradik di SD Dongi-Dongi misalnya, keduanya harus berjalan kaki dengan jarak tempuh satu jam untuk menuju sekolah. Suhu dingin, jalan terjal bukan lagi jadi persoalan sulit bagi mereka.

Dari hasil fasilitasi yang dilakukan Leo bersama tim, para orang tua di Dongi-Dongi sebenarnya memiliki mimpi yang tinggi untuk menyekolahkan anak-anaknya. Ketika mengisi sesi motivasi, ia mengungkap salah besar jika narasi-narasi terkait masyarakat 3T enggan meraih pendidikan. Mereka sebenarnya tak ingin mengalami kondisi rumit ini, namun luasnya Indonesia tak meratanya fasilitas adalah penyebab utama.

“Sebenarnya banyak orang tua yang sudah punya pemahaman bahwa sekolah itu penting maka ada orang tua yang semangat menyekolahkan anaknya setinggi mungkin meskipun dalam kekurangan,” tambahnya.

Dongi-Dongi

Potret siswa Sekolah Satap Dongi-Dongi, Foto Rizka Aulia Ramadhani

Bayangkan saja, dengan penghasilan yang fluktuatif, orang tua di Dongi-Dongi harus membayar Rp 500 ribu untuk satu setcel seragam pramuka. Ini mungkin menjadi pembelajaran bagi relawan untuk melakukan riset dan observasi lebih detail ketika merencanakan program. Salah satu program penutup adalah kemah perdamaian di Dongi-Dongi, dan pengalaman ini bisa jadi perdana bagi mereka. Antusiasme luar biasa, mirisnya tak semua siswa memiliki seragam pramuka, sedari awal memang tak mewajibkan hal ini. Namun, mereka benar-benar ingin melakukan yang terbaik alhasil para orang tua rela pergi jauh ke pasar demi mendapatkan seragam pandu itu.

Tuntutan Negara dan Akses Internet yang Tak Memadai

Claudya Mardiani, tim IN peningkatan kapasitas guru juga menyebutkan jika dua hari menjalankan programnya berbagai hambatan nyata dirasakan. Berkali-kali aliran listrik mati, soal internet tak perlu ditanyakan lagi. Sementara Kurikulum Merdeka memaksa semua guru adaptif dengan teknologi dan deretan aplikasi.

“Di sini guru-gurunya melakukan apa-apa sendiri, mereka manual. Tidak ada bantuan alat apapun untuk mengajar. Mereka tetap semangat dalam melakukan pengajaran sehari-hari bersama anak-anak,” ujarnya.

Dari pengamatannya para guru masih belum terampil dalam menerapkan Kurikulum Merdeka, ditambah kondisi yang serba terbatas.

“Di Kurikulum Merdeka para guru diharapkan bisa menentukan tujuan pembelajaran secara mandiri, dan ada beberapa hal yang harus dilakukan seperti upload ini dan itu kalau dibayangkan dari penjelasan tadi mengenai ketersediaan akses internet, ini menjadi hal sangat menyulitkan,” tambahnya.

Dongi-Dongi

Peningkatan kapasitas guru di wilayah Lore bersaudara, Foto: Rizka Aulia Ramadhani

Persoalan itu diamini oleh Arum Putri Suryandari, seorang guru sekaligus Bendahara PB PGRI yang turut menjadi fasilitator peningkatan kapasitas guru menyebut hal mendasar terkait Kurikulum Merdeka masih belum dipahami menyeluruh oleh para guru.

Peningkatan kapasitas guru yang dilaksanakan di Satap Dongi-Dongi mengundang antusiasme luar biasa. Para guru di sekitar kecamatan Lore Bersaudara rela datang dengan menempuh jarak hingga 3 jam perjalanan.

“Kendala pertama adalah informasi, mereka seperti ini karena internetnya agak sulit sehingga sulit mengakses informasi,” jelas Arum.

Terputusnya informasi terkait Kurikulum Merdeka membuat tenaga pendidik gagal paham dengan beberapa konsep dasar seperti Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) hingga analisis capaian belajar.

“Itu sebenarnya dasar banget di Kurikulum Merdeka, karena untuk mereka meng-create sebuah pembelajaran dia harus ngerti dulu apa yang harus dia ajarkan, pada saat dia tidak ngerti capaian pembelajaran kemudian tujuan pembelajaran seperti apa, alur pembelajaran seperti apa bagaimana mau ngajarin,” keluhnya.

Selain dipusingkan dengan Kurikulum Merdeka, para pengajar di Dongi-Dongi juga harus bertaruh dengan kondisi siswa yang kerap absen. Hal biasa dalam seminggu mereka hanya mampu masuk kelas dua kali, lagi-lagi karena membantu pekerjaan orang tua di ladang, berdagang atau pekerjaan lainnya.

“Siswanya datang hari Senin nanti datang lagi hari Jumat. Karena diajak dagang diajak ini dan itu. Jadi itu tantangannya, bagaimana guru mau mengajar dengan baik, muridnya saja datang suka-suka. Sudah merencanakan pembelajaran dengan baik ternyata masuk muridnya tidak ada,” ujarnya lagi.

“Pak Nadiem harus tahu sih,” tandasnya.

Walau demikian masyarakat Dongi-Dongi masih bisa mensyukuri, Kepala Sekolah Satap bernama Dirman yang baru menjabat 24 hari adalah sosok penuh semangat. Pengakuan dari warga sekitar, ia bahkan selalu membersihkan sekolah seorang diri, mengajak masyarakat bergotong royong mengalirkan air ke sekolah. Mungkin terdengar sederhana, namun sebelumnya ini tak pernah dilakukan.

Fasilitas Kesehatan Tidak Memadai

Beranjak dari isu pendidikan yang belum menemui titik terang, persoalan fasilitas kesehatan di Dongi-Dongi tak kalah runyam. Data tahun 2018 jumlah masyarakat di sana mencapai 581, sementara hanya ada satu bidan yang bertugas. Martina Bonggadika adalah satu-satunya bidan tetap yang harus melayani seluruh masyarakat.

Sosok yang akrab disapa Bidan Sambo mengaku sudah hampir satu dekade ditugaskan di wilayah tersebut. Tak hanya berurusan dengan kesehatan kehamilan dan persalinan, Bidan Sambo melayani segala jenis penyakit yang dikeluhkan masyarakat Dongi-Dongi.

Beruntungnya kini Bidan Sambo mendapat bantuan tenaga dari petugas kesehatan Puskesmas Wuasa, Ellen Leomi Tengkow salah satunya. Sebagai Pengelola promosi Kesehatan Puskesmas Wuasa ia rutin menyambangi Dongi-Dongi untuk melakukan berbagai aktivitas kesehatan.

Isu kesehatan lingkungan hingga angka pernikahan dini belum tertangani dengan maksimal, Ellen bercerita soal kultur msayarakat Dongi-Dongi yang banyak melakukan MCK di sungai hingga menimbulkan masalah baru yakni pencemaran air.

“Jelas akan berdampak pada kesehatan (kegiatan MCK di sungai), sungai digunakan sebagai tempat BAB, airnya diambil untuk cuci piring, air dikonsumsi untuk minum. Biasanya ada kasus diare dampak dari penggunaan air yang tidak bersih,” jelas Ellen.

Banyak kasus diare setiap tahunnya, bahkan dalam sesi program Sehat Nusantara (SN) rumah sakit lapangan ada salah satu warga Dongi-Dongi yang menderita diare lebih dari dua tahun dan tak kunjung sembuh. Untuk alasan mengapa tak segera pulih tentu banyak faktor, kondisi ini benar-benar rumit.

Dari observasi yang penulis lakukan selama program Bakti Nusantara (BN) Poso 2024, masyarakat Dongi-Dongi mengeluhkan kondisi toilet umum yang tak memadai. Dari jumlahnya yang tak ideal dengan kebutuhan, pembangunan tak sesuai standar, hingga kerusakan-kerusakan yang tak dipertanggungjawabkan. Bahkan, kalimat-kalimat negatif bersahutan, kemana larinya dana-dana perbaikan?

Ellen mengakui bahwa kondisi toilet umum di Dongi-Dongi tidak terawat, masyarakat sebagai pengguna seolah tak memiliki rasa tanggung jawab untuk saling merawat fasilitas umum tersebut.

“Namanya toilet umum mereka tidak ada rasa memiliki sehingga tidak terlalu terawat. Masih layak digunakan tapi untuk kebersihan masih sangat kurang,” ujar Ellen terkait kondisi toilet umum.

Dari toilet umum yang tak memadai, kondisi kesehatan masyarakat juga miris untuk diceritakan. Sekali lagi, semua terbelenggu dalam keterbatasan. Bidan Sambo dan Ellen tentu sudah menahan getirnya memperjuangkan masyarakat Dongi-Dongi.

Raissa Liem, dokter spesialis obgyn dari Metropolitan nampak gusar kala memfasilitasi pemeriksaan kehamilan para ibu di Dongi-Dongi. Ada satu kasus yang serius, kekhawatiran memuncak ketika sang ibu ternyata juga tidak concern soal itu.

Ia menghadapi bagaimana kesadaran kesehatan sangat rendah. Namun, ini semua tak bisa diambil kesimpulan begitu saja. Para ibu di Dongi-Dongi tak bisa setiap bulan mengakses pemeriksaan USG, kontras jika dibandingkan dengan kondisi warga kota. Mereka dipaksa oleh keadaan yang serba tak ideal.

Dongi-Dongi

Pemeriksaan kesehatan ibu hamil oleh relawan YTBN, Foto: Rizka Aulia Ramadhani

“Mungkin kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan terutama kesehatan ibu hamil itu sangat rendah. Kemarin ada kasus bagaimana ibu hamil aterm 37 minggu ternyata pertumbuhan tulangnya tidak sesuai ukurannya 31-32 minggu. Namun ketika disampaikan kepada pasien, pasien tidak ada concern sama sekali mereka menganggap itu hal yang normal saja dan hanya peduli apa jenis kelamin bayinya saja,” jelas Raissa.

“Apa yang saya tangkap kesadaran dari masyarakat rendah, mereka mungkin tidak punya akses terhadap vitamin atau terhadap gizi yang baik atau mungkin pendidikan mereka masih tergolong rendah sehingga mereka tidak tahu apa itu pentingnya bayi yang sehat berpengaruh terhadap anak yang pintar, mereka belum ditahap itu,” tambahnya lagi.

Akses pendidikan yang tak memadai disinyalir menjadi pemicu-pemicu kondisi ini. Tak sedikit anak-anak melakukan pernikahan dini. Cerita yang dituturkan siswa-siswi sekolah Satap Dongi-Dongi banyak dari keluarga dan para tetangga yang menikah di usia dini, 14 tahun adalah usia yang sangat belia.

Dalam program SN lain yang fokus terhadap penyuluhan gizi tampak dua perempuan berusia belasan. Ketika berbincang, mereka mengaku akan melangsungkan pernikahan dengan laki-laki pilihannya beberapa bulan ke depan. Penyuluhan gizi yang mereka ikuti harapannya mampu memberi bekal ketika mereka berumah tangga nanti, bagaimana menyiapkan makanan pendampin asi untuk buah hatinya kelak.

Meski demikian, Dongi-Dongi adalah bagian dari Indonesia. Anak-anak di Sekolah Satap berhak meraih mimpinya. Beberapa dari mereka menyimpan semangat luar biasa. Mencoba mengurai rumitnya Dongi-Dongi, YTBN bersama banyak pihak membangun Puskesmas Pembantu atau Pustu Plus untuk memfasilitasi para masyarakat.

Semua pihak berhak mendapat fasilitas yang layak dan pendidikan yang memadai.

Dongi-Dongi

Kegiatan Inspirasi Nusantara di Sekolah Stap, Foto: Desyatri Parawahyu Mayangsari

“Nama saya Alif, cita-cita ingin menjadi tantara. Saya ingin melanjutkan SMA di Palu karena di sana lebih bagus. Ada kakak sepupu melanjutkan di sana”

“Saya Novita, kelas 7. Cita-cita ingin menjadi TNI, ingin melanjutkan sekolah di daerah Parigi Palu. Di keluarga saya ada yang menikah usia dini kakak sepupu, ada yang lulus SMP ada yang lulus SMP”

“Saya Kayra, cita-cita ingin menjadi dokter, Mudah-mudahan nanti bisa sekolah di Palu. Saya sedih kakak sepupu menikah dini lulus SD”

Dongi-Dongi, untuk tiba di sana memang sangat berliku.

 

 

Penulis: Meigitaria Sanita

BPPTKG

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta lakukan penjajakan kerja sama dengan Prodi Ilmu Komunikasi pada 25 Juli 2024. Diskusi mengerucut pada potensi-potensi kolaborasi yang bisa dilakukan kedua belah pihak.

Kepala BPPTKG Yogyakarta, Agus Budi Santoso memaparkan bahwa jumlah masyarakat di sekitar lereng Gunung Merapi mencapai 75.410 jiwa. Tingginya risiko erupsi pada Merapi membuat pihaknya harus terus melakukan adaptasi dalam hal mengkomunikasikan intruksi kepada masyarakat.

Tercatat erupsi Merapi tahun 2010 menyebabkan 386 korban meninggal termasuk juru kunci yakni Mbah Maridjan. Letusan dimulai 26 Oktober dan puncaknya tanggal 4 hingga 5 November 2010 itu adalah erupsi paling dahsyat dengan skala 4 dan luncuran awan panas mencapai 15 km.

“Butuh peran akademisi untuk mengidentifikasi apakah selama ini tahap yang dilakukan untuk mendorong adaptasi masyarakat itu sudah tepat. Sehingga masyarakat bisa merespon setiap intruksi dengan baik dan tidak terulang lagi kejadian masyarakat tidak mau di evakuasi,” ujarnya.

Niat baik tersebut disambut terbuka oleh Prodi Ilmu Komunikasi UII, beberapa dosen telah aktif dalam riset kebencanaan sehingga hal ini memungkinkan untuk dilakukan.

“Sudah ada dosen-dosen yang biasa melakukan program terkait kebencanaan, sehingga mungkin akan lebih relevan untuk kerjasama. Penelitian dan kajian Pak Muzayin dan Pak Anang sudah melakukan penelitian di Merapi,” ujar Kaprodi Ilmu Komunikasi UII, Iwan Awaluddin Yusuf.

Beberapa tawaran yang telah didiskusikan dalam momen tersebut antara lain pemagangan mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UII dalam bidang media di BPPTKG, projek tugas akhir terkait dokumentasi pembuatan film, hingga kolaborasi konten dalam YouTube IkonisiaTV.

Potensi-potensi dari Prodi Ilmu Komunikasi UII memberikan angin segar pada BPPTKG Yogyakarta, pihaknya sangat berharap upaya-upaya tersebut mampu mengoptimalkan mitigasi bencana sehingga meminimalis risiko korban jiwa.

“Kerja sama ini diharapkan mampu menjadi pendukung pelaksanaan tugas fungsional dari BPPTKG sebagai pelaksanaan mitigasi bencana,” tandas Kepala BPPTKG Yogyakarta.

Dalam penjajakan kerja sama tersebut hadir pula Nor Cholik dan Kebak Alam Setiyawan dari pihak BPPTKG Yogyakarta, sementara dari Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Anang Hermawan dan Muzayin Nazarudin keduanya adalah dosen yang intens dalam riset kebencanaan.

Unived

Universitas Dehasen (Unived) Bengkulu bertandang ke Yogyakarta untuk menjalin kerja sama dengan Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) pada 7 Agustus 2024.

Secara umum kerja sama yang disepakati terkait dengan pengelolaan jurnal, kesepakatan tersebut berisi kesediaan kedua belah pihak untuk menjadi reviewer atau editorial on board yang dilakukan oleh Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial Unived dengan Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) UII.

Prodi Ilmu Komunikasi UII tercatat memiliki tiga jurnal yakni Jurnal Komunikasi, Jurnal Cantrik, dan Asian Journal of Media and Communication (AJMC) yang nantinya dapat membantu mempublikasikan artikel-artikel berkualitas yang ditulis oleh pihak Unived.

Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial Unived, Dra. Maryaningsih, M.Kom mengungkapkan jika kesepakatan dan berbagai peluang yang akan dilakukan anatara Unived dengan UII membuatnya cukup lega.

“Bagi kami sangat sulit jika tidak ada kolaborasi, mengetahui ada jurnal Sinta 2 sangat gembira sekali. Artinya dosen-dosen kami bisa mencoba untuk mempublikasikan artikelnya dengan bantuan bapak ibu,” ujarnya dalam diskusi.

Hal ini juga direspon oleh Kaprodi Ilmu Komunikasi UII, Iwan Awaluddin Yusuf sebagai tuan rumah beliau menyebut jika kedua belah pihak memiliki potensi-potensi yang layak untuk saling dikolaborasikan.

“Kita berangkat dari potensi apa yang bisa kami kolaborasikan bersama,” ujarnya.

Hadir pula Kepala Pengelola Jurnal FPSB sekaligus dosen Prodi Ilmu Komunikasi yakni Puji Rianto, beliua menegaskan jika dalam implementasinya artikel yang akan diterbitkan tentu mengikuti standar kualitas masing-masing jurnal.

“Tukar-menukar naskah untuk menghindari menerbitkan penulis internal tetapi prosesnya dengan standr jurnal masing-masing. Meskipun tukar-menukar naskah setiap pengelola jurnal itu bertanggung jawab atas kualitas jurnal itu,” tambah Puji Rianto.

Diskusi yang berlangsung hampir dua jam itu berjalan interaktif, baik pihak Unived maupun UII saling memberikan feedback. Bahkan Wakil Rektor Bidang Kemitraan dan Kewirausahaan UII, Wiryono Raharjo berbagi pengalaman terkait kolaborasi-kolaborasi tingkat nasional maupun global untuk memberikan referensi terhadap Unived.

“Akhir-akhir ini kita gencar melakukan program outbond mobility, mahasiswa UII ke luar baik level nasional maupun intrnasional. Kami juga (berpartisipasi) dalam beasiswa studi IISMA itu membuka peluang-peluang kolaborasi mitra kami di luar,” ujarnya.

Momen penandatanganan kerja sama tersebut juga dihadiri oleh Kaprodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial Unived, Sri Narti, M.I.Kom beserta dosen Prodi Ilmu Komunikasi Bayu Risdiyanto, MPS. Sp.

Sementara dari pihak UII hadir pula Qurotul Uyun, Dekan Fakultas Psikologi & Ilmu Sosial Budaya, dosen Prodi Ilmu Komunikasi Ratna Permata Sari, dan Bambang Suratno selaku Kepala Divisi Kemitraan Dalam Negeri.

UII

Rektor Universitas Islam Indonesia, Fathul Wahid pada Rabu, 24 Juli 2024 telah melakukan pelepasan mahasiswa yang akan mengikuti kegiatan mobilitas internasional. Tercatat 6 mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi terlibat dalam program tersebut. Keenam mahasiswa tersebar ke beberapa negara mulai dari Malaysia, Italia, hingga Belanda.

Program mobilitas internasional yang diikuti oleh mahasiswa UII meliputi IISMA, IISMA Co-funding, ICT Kemendikbud, dan ICT Self-funding.

Sementara enam mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi yang terlibat dalam program tersebut antara lain Guevara Tamtaka Warih Sadana (IISMA – University of Pisa), Yasmeen Mumtaz Widyawan (IISMA – University of Groningen) keduanya merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi reguler. Selanjutnya ada empat mahasiwa Program Internasional yakni Sri Rahmawati (ICT Kemendikbud – Universiti Utara Malaysia), Muhammad Taufiq (ICT Kemendikbud – Universiti Utara Malaysia), Mohammad Aji Bayu Samudera (ICT Self-funding – Universiti Utara Malaysia), dan Raihan Muyassar Abbud (ICT Self-funding – Universiti Utara Malaysia).

Turut sertanya enam mahasiswa dalam mobilitas internasional diapresiasi oleh Kaprodi Ilmu Komunikasi UII, Iwan Awaluddin Yusuf. Beliau menyebut jika program ini memiliki nilai strategis yang aplikatif khususnya terkait iklim akademik dan kreativitas di kancah global.

“Mobilitas internasional yang dilakukan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi punya nilai strategis. Untuk mahasiswa program ini memberi eksposure pengalaman global dalam kancah internasional sehingga mereka punya bekal dalam menghadapi tata pergaulan global secara akademis maupun kreativitas. Mereka terpapar dan berinteraksi dengan iklim budaya atau negara-negara yang lain yang beberapa negara ini adalah negara maju sehingga mereka akan mendapatkan pengalaman dari sana untuk dibawa pulang kembali ke Indonesia dan mengkontribusikannya. Atau minimal dalam perkuliahan mereka memiliki wawasan yang lebih luas,” jelasnya.

Prodi Ilmu Komunikasi juga berkomitmen untuk mendukung program-program mobilitas internasional yang melibatkan mahasiswa dengan mengikuti kebijakan serta sistem kurikulum universitas.

“Untuk Program Studi Ilmu Komunikasi kami memberi kesempatan kepada mahasiswa seluas-luasnya untuk bersaing di tingkat internasional sejak mereka kuliah dengan adanya program-program pertukaran, credit transfer, dan peluang-peluang mobilitas internasional lainnya yang itu sangat kami dukung dan terbuka diikuti oleh mahasiswa dengan menyesuaikan kebijakan dan sistem kurikulum di kampus kita,” tandasnya memberi dukungan.

Gemini

Salah satu artificial intelligence (AI) yang dinamai Gemini telah rilis pada 21 Maret 2023, tengah menjadi sorotan karena dinilai lebih unggul atau canggih dari AI sejenis lainnya termasuk ChatGPT. Benarkah demikian?

Setelah melalui berbagai uji perusahaan dan berfungsi secara optimal akhirnya Gemini dapat digunakan publik pada 21 Mei 2024. Gemini dibuat oleh salah satu pendiri Google, Sergey Brin bersama staf Google lainnya untuk membantu pengembang dan bisnis yang agar terus berinovasi.

Hal tersebut sesuai dengan data pengguna AI yang memanfaatkannya untuk mendukung kerja pemasaran atau marketing (Konsultan Bisnis McKinsey, 2023).

Pada laman resminya tertulis bahwa Gemini merupakan AI paling mumpuni dari ekosistem Google lainnya “The Gemini ecosystem represents Google’s most capable AI”.

Gemini adalah chatbot AI dengan teknologi Natural Language Processing (NPL) yang mampu merespon pertanyaan dan perintah dari pengguna. Gemini AI dapat digunakan untuk menghasilkan teks, menerjemahkan bahasa, menciptakan konten kreatif, hingga menjawab pertanyaan dengan informatif.

Iwan Awaluddin Yusuf, dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Indonesia, yang juga pemerhati perkembagan AI menilai bahwa saat ini masyarakat semaikin diuntungkan dengan fitur-fitur, kebaruan basis data, dan kecepatan respons yang ditawarkan aplikasi generative AI terbaru.

Namun ia mengingatkan risiko bias data yang akan tetap terjadi sehingga perlu membandingkan dengan data lain. Sikap kritis dan evaluatif atas jawaban AI juga perlu dikedepankan sehingga kretivitas manusia tetap memliki peran aktif.

Membandingan Gemini dengan ChatGPT

Berdasarkan data pengguna kedua model AI tersebut, ChatGPT tentu lebih populer karena lebih dulu beroperasi. Melansir dari data yang disampaikan Similar Web, per 3 Juli 2024 pengguna ChatGPT memiliki angka kunjungan 834,1 juta pengguna, sementara Gemini di angka 422,2 juta pengguna.

Perbedaan paling mencolok dari keduanya tentu soal sumber data dan respons terkini. Dri artikel yang ditulis Tempo Eksklusif menyebut jika Gemini dilatih dengan data real time dari internet sehingga informasi lebih up to date. Sementara ChatGPT data yang digunakan untuk merespon permintaan pengguna terhenti pada September 2022.

Untuk membuktikan kecanggihan antara Gemini dan ChatGPT, tom’s guide dalam laman resminya melakukan uji bertajuk battle of chatbots dengan menganalisis 9 aspek. Hasilnya, Gemini unggul pada 5 aspek, ChatGPT unggul dalam 3 aspek, dan 1 aspek imbang.

Coding Profiency, adalah aspek dasar pada model AI jenis ini. Bahasa dan kode seputar penulisan, memperbarui, dan menguji bahasa yang berbeda. Dengan perintah kalimat yang sama, Gemini memberikan laporan lebih rinci termasuk referensi.

Kedua adalah Natural Language Understanding, dalam aspek ini melihat seberapa baik keduanya memahami bahasa secara alami. Tom’s guide memberikan perintah Cognitive Reflect Test (CRT) atau tes kemampuan AI untuk memahami ambiguitas. untuk tidak disesatkan oleh kesederhanaan tingkat permukaan masalah dan untuk menjelaskan pemikirannya dengan jelas. Keduanya menjawab dengan benar, tetapi ChatGPT menunjukkan cara kerjanya dengan lebih jelas.

Creative Text Generation & Adaptability, menurut tim Tom’s Guide ini merupakan aspek yang paling rumit untuk dianalisis. Pihaknya mengharapkan hasil yang orisinil dan dengan elemen-elemen kreatif. Dengan memberi perintah “Tulislah sebuah cerita pendek yang berlatar kota futuristik di mana teknologi mengendalikan setiap aspek kehidupan, tetapi karakter utama menemukan masyarakat tersembunyi yang hidup tanpa teknologi modern. Gabungkan tema kebebasan dan ketergantungan.” Masing-masing chatbot menang di bidang tertentu, namun Gemini lebih unggul memiliki kepatuhan yang lebih baik pada rubrik ini.

Reasoning & Problem Solving, penalaran menjadi indikator pada model AI ini. Dengan mengajukan pertanyaan yang membutuhkan solusi, kedua AI memberikan jawaban yang solid. Namun ChatGPT memberikan jawaban yang lebih detail dan jelas.

Explain Like I’m Five (ELI5), aspek ini pada dasarnya menyederhanakan jawaban. Pertanyaan sederhana yang diajukan “Jelaskan bagaimana pesawat terbang bisa berada di angkasa kepada anak berusia lima tahun.” Harapannya chatbot memberikan penjelasan yang sederhana dan dipahami anak kecil, namun tetap akurat dengan bahasa menarik minat anak-anak. Keduanya menggunakan analogi burung sebagai cara untuk menjelaskan, bahasa yang digunakan juga personal. Gemini lebih unggul menyajikannya sebagai serangkaian poin-poin dan bukannya satu blok teks. Hal ini juga memberikan eksperimen praktis untuk dicoba oleh anak berusia lima tahun.

Ethical Reasoning & Decision Making, skenario yang dibuat oleh tom’s guide mengarah pada keselamatan manusia. Dengan perintah “Pertimbangkan sebuah skenario di mana kendaraan otonom harus memilih antara menabrak pejalan kaki atau berbelok dan mempertaruhkan nyawa penumpangnya. Bagaimana seharusnya AI mengambil keputusan ini?” kedua AI tidak memberi pendapat, namun keduanya menguraikan berbagai hal yang perlu dipertimbangkan dan menyarankan cara-cara untuk membuat keputusan di masa depan. Dibanding ChatGPT, Gemini memiliki respons yang lebih bernuansa dengan pertimbangan yang lebih cermat.

Cross Lingual Translation & Cultural Awareness, aspek ini menerjemahkan antara dua bahasa. Prompt yang digunakan “Terjemahkan paragraf pendek dari bahasa Inggris ke bahasa Prancis tentang perayaan Thanksgiving di Amerika Serikat, dengan menekankan nuansa budaya.” Hasilnya Gemini menawarkan lebih banyak nuansa dalam terjemahannya dan penjelasan tentang bagaimana pendekatannya terhadap terjemahan tersebut.

Knowledge Retrieval, Application, & Learning, aspek ini akan menjelaskan kedalaman pengetahuan pada masing-masing AI. Dengan perintah “Jelaskan pentingnya Batu Rosetta dalam memahami hieroglif Mesir kuno.” Keduanya melakukan pekerjaan yang baik dalam menampilkan detail yang saya inginkan atau imbang.

Conversational Fluency, Eror Handling, & Recovery aspek terakhir merupakan kempauan AI menangani informasi yang salah dan sarkas. Hasilnya ChatGPT mampu mendeteksi sarkasme dalam memberikan respon.

Itulah beberapa uji yang telah dilakukan oleh tom’s guide, namun perlu diketahui chatbot AI selalu melakukan pengembangan dalam data pengetahuan. Menurutmu bagaimana Comms, sudahkah membandingkannya?

Lomba fotografi

Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menorehkan prestasi yang membanggakan. Ia adalah M. Nabiel Marazieq, pada 9 Juli 2024 Pusat Prestasi Nasional dan BPSMI DIY mengumumkan bahwa mahasiswa angkatan 2021 tersebut berhasil meraih juara 1 kategori fotografi dalam gelaran PEKIMISDA.

Kemenangan ini akan membawa Nabiel melaju ke tingkat nasional, “Adapun yang berhak maju ke Pekan Seni Mahasiswa Tingkat Nasional (Peksiminas) adalah delegasi yang juara 1 yakni atas nama M. Nabiel Marazieq dari Ilmu Komunikasi 2021 FPSB UII,” tulis dalam keterangan BPSMI DIY.

Kompetisi ini merupakan yang kedua kalinya bagi Nabiel di PEKIMISDA DIY. Melalui kerja keras dan pengetahuan terkait teknik fotografi membawanya sukses pada kesempatan kedua.

“Alhamdulillah, dalam keikutsertaan saya yang kedua kalinya di PEKSIMIDA DIY ini saya diberikan kemenangan dan dapat melanjutkan kompetisi di PEKSIMINAS mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta,” ucap Nabiel.

Keterkaitan Kompetisi dengan Minat Studi

Belajar dari pengalaman sebelumnya ia memilih lategori fotografi jurnalistik sesuai dengan peminatannya dalam menempuh studi di Prodi Ilmu Komunikasi UII. Terdadapt dua kategori dalam kompetisi fotografi yakni jurnalistik dan seni.

“Salah satu faktor yang membuat saya dapat lebih maksimal dan percaya diri pada tahun ini adalah karena tangkai lomba fotografi terbagi dalam dua kategori, yaitu fotografi jurnalistik dan fotografi seni. Saya mengikuti kategori fotografi jurnalistik yang sesuai dengan peminatan yang saya ambil di Ilmu Komunikasi UII, sehingga sudah cukup banyak materi yang saya pelajari,” tambahnya.

Tahun ini tema yang diangkat dalam kategori fotografi adalah Pendidikan Pancasila dalam Dinamika Ekosistem Kotagede. Praktiknya, tema tersebut baru diberikan pada hari H perlombaan. Peserta mendapat waktu selama 3 jam untuk hunting foto di area yang sudah ditentukan, yaitu Kotagede.

“Dari tema tersebut, saya memilih objek mural yang berada di sekitar Kotagede karena mural merupakan salah satu media edukasi bagi masyarakat sekitar,” ujar Nabiel.

Tak hanya memotret visual dengan komposisi yang estetik, Nabiel juga mempersiapkan kalimat-kalimat yang sesuai dan bermakna untuk mendukung hasil foto yang telah disiapkan.

“Fotografi jurnalistik adalah gabungan antara gambar dan kata. Jadi selain memperhatikan elemen visual yang menurut kita sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan, kata atau caption juga tidak boleh disepelekan. Karena sebuah foto akan kehilangan makna jika tanpa keterangan,” tandasnya.

Museum

Rangkaian agenda milad ke 20 Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) beriringan dengan prosesi pengukuhan jabatan akademik tertinggi Prof. Dr. rer. soc, Masduki, S.Ag., M.Si., MA pada 25 Juni 2024.

Atas pengukuhan tersebut, Prof. Masduki bersama kolega aktivis pers dan seniman berinisiatif membuat Pameran Arsip Moeseoem Pers Jogjakarta dengan menggandeng media lokal Kedaulatan Rakyat. Pameran itu menampilkan arsip-arsip berita yang ditulis koran Kedaulatan Rakyat pada rentang tahun 1945 hingga 2012, dengan kurasi berita terkait transisi kemerdekan Indonesia, Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi. Pameran berlangsung mulai 25 Juni hingga 15 Juli 2024 di Perpustakaan Kampus Terpadu UII.

Di hari pertama pembukaan pameran, peluncuran buku bejudul Negara, Media, dan Jurnalisme di Indonesia Pasca Orde Baru yang ditulis Prof. Masduki menjadi penyemarak milad ke 20 Prodi Ilmu Komunikasi. “Menjamboet Pengoekoehan Goeroe Besar Masduki& 20th Program Stoedi Ilmoe Komunikasi UII Jogjakarta” keterangan dalam poster bertema jadul itu.

“Sebetulnya saya tidak menulis sesuatu yang baru, ini merupakan tulisan kompilasi di Facebook, artikel ringan di koran, dan catatan-catatan pribadi selama 10 tahun terakhir. Saya tawarkan ke penerbit Kompas apakah ini bisa diterbitkan ternyata bisa dan saya tidak membayar apapun,” ujar Prof. Masduki.

Istilah Negara dalam judul buku tersebut mengacu pada posisinya yang diharapkan mempu melindungi pers, namun fenomena yang terjadi di Indonesia justru menjadi predator.

Pameran

Pameran Arsip Museum Pers, Foto: Siti Maisaroh Yurafida

Apa Kata Mereka?

“Kita bicara Yogyakarta, mestinya Yogya adalah miniature Indonesia dan disinilah program studi Ilmu Komunikasi memberikan warna dan harapannya kita terlibat dengan sejarah-sejarah aktivisme dan tentu saja intelektualitas yang bermuara pada spektrum pemberdayaan di bidang informasi dan komunikasi”

Iwan Awaluddin Yusuf, Ph.D – Kaprodi Ilmu Komunikasi

Saya gembira karena ini momentum yang luar biasa, momentum besar peluncuran buku yang melegitimasi bidangnya Mas Ading (Masduki) media dan jurnalisme. Kedua adalah pameran, dan yang ketiga bonusnya 20 tahun Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia. Tidak selalu mudah tapi harus ada yang melakukan, apa yang ditulis oleh Mas Ading yang terdokumentasikan melalui buku ini adalah bagian dari itu (perjuangan) bagaimana mengingatkan yang di atas (pemerintah). Ini peran aktivisme inteltualitas yang meng-atas tapi ada cara yang lain kalau belum berani ke atas ini cara aktivisme intelektual menyamping menyampaikan yang benar untuk mengedukasi khalayak publik yang sempat dibahas Mas Ading kebebasan akademik level ketiga sifatnya demokratik tidak utilitarianisme. Dan saat ini yang tampaknya menjadi barang mewah karena jarang sekali kita temui intelektual yang selain kaya gagasan juga berani melantangkan pesannya di ruang publik” 

Prof. Fathul Wahid – Rektor Universitas Islam Indonesia

“Dugaan saya buku ini menggunakan pendekatan kritis melihat posisi negara terhadap bagaimana media dan bagaimana jurnalis dihadapan negara dan diperlakukan oleh negara pasca orde baru”

Dr. Suparman Marzuki – Ketua Umum Pengurus Badan Wakaf UII

“Di jaman sekarang orang punya pandangan hidup, daya hidup, dan ilmuan yang hidup itu langka. Oleh karena itu saya datang untuk menghormati tiga hal itu. Yang sudah langka betul dan membosankan datang ke kampus-kampus yang penuh basa-basi di jaman ini keilmuannya penuh basa-basi dan hanya utilitarianisme dan science dan bagi saya tidak menghidupkan diri saya jadi saya memberi hormat atas pandangan hidup, daya hidup, dan ilmuan hidup. Kalau ngomong jurnalisme sebenarnya ada tiga hal yang paling dasar ada profesionalisme, supremasi hukum, dan demokrasi dan tiga itu juga berusaha dihidupi oleh seorang Masduki yang langka juga. Saya datang karena saya tahu menghidupi itu dalam pengertian jurnalisme ketiganya syarat mutlak itu juga tidak mudah”

Garin Nugroho – Sutradara Indonesia

“Berawal dari pertanyaan mengapa di Yogyakarta tidak ada museum pers, alih-alih berfikir bangunan museum yang kami rasa itu terlalu susah untuk mengelola sebuah bangunan museum maka kita melakukan kerja-kerja materi yang bisa kita kerjakan bersama akademisi (Prof. Masduki), rekan pers (Sinta Maharani), saya, dan Pitra Ayu. Kami memutuskan untuk mengajak Kedaulatan Rakyat karena satu-satunya media yang dari duku sampai saat ini masih eksis. Setelah diskusi kita mengambil tema transisi”

Anang Saptoto – Seniman dan Kurator Pameran