Tag Archive for: SCIMPA UUM

IPC

Cultural Night Festival atau Culnight Fest 2023 yang digagas oleh Internasional Program (IP) Prodi Ilmu Komunikasi UII berlangsung sangat meriah. Festival bertajuk Unity in Diversity ini melibatkan mahasiswa dari berbagai negara.

Tak hanya mahasiswa dari Indonesia, mahasiswa yang berasal dari Malaysia, Thailand, hingga Yaman menampilkan berbagai pertunjukan seni yang menakjubkan. Setidaknya ada lima performances yang disuguhkan oleh mahasiswa IP Ilmu Komunikasi pada 6 November 2023 di Gedung Kuliah Umum Sardjito UII.

Konsep Unity in Diversity merupakan acara yang mengusung kesatuan dan keberagaman dari berbagai suku yang ada di Indonesia hingga budaya dari berbagai negara. Nyatanya meski mahasiswa IPC berasal dari berbagai penjuru Indonesia bahkan negara, festival malam itu berlangsung sangat apik menampilkan sebuah keberagaman yang disatukan.

Ida Nuraini Dewi Kodrat Ningsih, S.I.Kom., M.A., Sekretaris IP Ilmu Komunikasi UII menyampaikan jika gelaran Culnight Fest 2023 untuk momen apresiasi dan penyambutan untuk mahasiswa-mahasiwa internasional selain memberikan pengalaman akademik juga budaya. Hal ini adalah tradisi di kampus UII untuk mengenalkan budaya Indonesia kepada mahasiswa internasional.

IPC

Cultural Night Festival 2023, performance dari IPC Batch 2021

“Selain sebagai momen kebersamaan menghargai, saling toleransi dari diversity di IPC memang konteksnya beragam dari Sabang sampai Merauke dan juga kita menerima mahasiswa-mahasiswa luar negeri. Ini juga bertepatan pelepasan program social cultural engagement untuk mahasiswa exchange programe. Ini sebenarnya tradisi UII ketika ada irisan program-program di UII dengan mahasiswa internasional kita tidak hanya membekali mereka dengan akademik tapi juga social cultural engagement. Harapannya merka juga belajar tradisi kita,” ujarnya.

Culnight Fest 2023 dibuka dengan penampilan Drama Roro Jonggrang dari IPC Batch 2021, selanjutnya Tari Zapin yang dibawakan oleh Affan dan Fahim mahasiswa Exchange dari SCIMPA UUM Malayasia, Fashion Show Pakaian Nusantara oleh IPC Batch 2022, Traditional Dance oleh IPC Batch 2023, Maumere Dance dari IPC Batch 2020. Setelah semua pertunjukan seni ditampilkan, perwakilan mahasiswa Thailand yakni Suwaibah Mahteaha menutupnya dengan dua lagu pop berbahasa Thailand dan mengajak semua penonton bernyanyi bersama.

Malam itu begitu hangat bagi para mahasiswa IPC, pasalnya seperti yang disampaikan oleh Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi, Ratna Permata Sari, S.I.Kom, M.A., yang menyebutkan jika Culnight Fest 2023 adalah rangkaian akhir dari exchange program yang menjadi momen perpisahan untuk Affan Azman dan Fahim Haziq dari SCIMPA UUM yang mengikuti exchange program di IPC UII, serta Suwaibah Mahteaha mahasiswa asal Thailand yang telah lulus pada Oktober lalu.

IPC

Affan dan Fahim mahasiswa dari SCIMPA UUM

“Special thank you to Prodi Ilmu Komunikasi, Miss Ida for invitation. Memorable night for us. We also gain more knowledge especially about Indonesian culture.  I’m really sorry because we didn’t prepare well. I hope that we can do events like this for UII n UUM,” ujar Affan Azman kepada pihak Prodi Ilmu Komunikasi UII.

Tak hanya itu, Suwaibah Mahteaha juga menyampaikan kesannya terkait pengalam belajar selama empat tahun di UII. Perpisahan ini akan sangat dirindukannya lantaran merasa jika Indonesia adalah rumah keduanya.

“Jika kita merasa nyaman waktu empat tahun terasa sangatlah singkat, terimakasih untuk semua pihak yang sangat baik kepada dosen, staf, dan teman-teman IPC,” ujar mahasiswa asal Thailand.

Culnight Fest 2023 ditutup dengan pemberian penghargaan kepada para penampil. Penghargaan diberikan dengan berbagai kategori grup maupun individu.

IPC

Pemberian penghargaan kepada para penampil di Cultural Night Festival

Itulah rangkaian Culnight Fest 2023 yang begitu menarik dan hangat. Perbedaan menjadi suatu perjumpaan yang saling mendekatkan. Bagaimana menurutmu Comms, seru bukan?

Study Field Program

Field Study Program ke School of Creative Management and Performing Arts (SCIMPA), University Utara Malaysia (UUM) baru saja dijalani oleh lima mahasiswa IPC Batch 2022.

Program internasional yang berlangsung selama lima hari yakni 4-8 November 2023 ini merupakan kegiatan tahunan yang diinisiasi oleh Internasional Program Ilmu Komunikasi UII.

SCIMPA UUM dipilih karena memiliki lingkungan akademik yang mendukung, selain itu hubungan antara kedua institusi ini telah terjalin sejak tahun 2018.

Selama program berlangsung, lima mahasiswa IPC Batch 22 berkesempatan untuk bergabung di beberapa kelas SCIMPA UUM. Selain mendapat materi perkuliahan, mahasiswa juga merasakan international atmosphere.

Study Field Program

Suasana kelas di SCIMPA UUM dalam Study Field Program

Menurut penuturan Secretary of International Pragram of Comunications, Universitas Islam Indonesia yakni Ida Nuraini Dewi Kodrat Ningsih Field Study Trip ini dilakukan dengan tujuan melatih skill mandiri dalam ranah global.

“Pada intinya Study Field Trip memang salah satu program mobilitas global yang dimiliki oleh IPC UII, memang kalau IPC berbeda dengan regular program jadi harus ada capaian atau engagement keterlibatan mahasiswa tidak hanya konteks akademik dan non akademik. Mereka juga harus able to adapt, able to know to solve the problem during the trip atau during there way to go abroad atau bahkan selama mereka di luar negeri jadi adaptasi, pemecahan masalah, benturan culture kalau di IPC selain mempertajam juga skill mandiri dalam konteks global,” ujarnya.

Lima mahasiswa yang mengikuti program ini telah melalui beberapa seleksi salah satunya adalah kemampuan bahasa Inggris. Hal ini dilakukan untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan tugas dan adaptasi di lingkungan global.

“Sangat selektif karena kita hanya membawa lima mahasiswa yang kemudian diseleksi berdasarkan motivasi mereka, CEPT Skor agar mereka mampu handling dare self during the trip, mampu bergaul dengan orang-orang saat disana alhamdulillah semua berhasil dalam semua fase, berhasil dalam menyelesaikan penugasan selama perjalanan dan kegiatan disana,” tambahnya.

Di dalam kelas-kelas tersebut mahasiswa berinteraksi dengan mahasiswa internasional dari berbagai negara mulai dari India hingga Jepang. Setidaknya ada dua kelas yang diikuti oleh para mahasiswa IPC UII.

“Kalau untuk kelas mereka ikut di design innovative, pokoknya mereka create sesuatu dan satunya kelas script writing yang mengampu praktisi pembuat script video, sinetron, film di Malaysia,” tandasnya

Sebagai informasi beberapa kegiatan internasional yang rutin berjalan antara lain Student Exchange, Fied Study Program, dan Passage to ASEAN (P2A) yang berlangsung di enam negara yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Kamboja, Thailand, dan Vietnam.

Study Field Program

Social and Cultural Engagement Along the Penang Heritage Spots

Berikut catatan dan insight yang didapatkan selama program dari mahasiswa IPC Batch 22.

Catatan dan Insight dari Mahasiswa

“The SCIMPA program at the University Utara Malaysia has been a transformative journey for me. The new experience and supportive environment have not only deepened my understanding of my field but also allowed me to connect with diverse peers. Grateful for the enriching experience and the skills gained. Thank you, SCIMPA, University Utara Malaysia, and UII! for this valuable opportunity! “

Annisa Azzahra R, IPC’s Batch 22

“I am very grateful and proud to be a part of this program, it is not just a trip for me but this experience has a positive impact on my life. from this program I learned many things not only in my field but also how to appreciate cultural differences, how to learn something, work together in teams, and many other knowledge that I got from this program. Thank you to SCIMPA and the Communication Studies Program for organizing this program and providing this valuable opportunity.”

Mohammad Aji Bayu Samudera, IPC’s Batch 22

“I am very happy to be able to take part in this program, I got new experiences and I learned many new things, I was able to understand foreign cultures, and also learned at SCIMPA UUM,it has improved my communication skills and self-confidence, I am very grateful to be given this opportunity. thanks a bunch for SCIMPA UUM and communication department uii to arrange all of this for us.”

Muhammad Zahid Naufal IPC’s Batch 22

“I have zero regrets in joining this field study program. Learning in a different campus and interacting with students from different backgrounds broadened my perspectives and self-development. I could definitely say that it was truly enjoyable, memorable and one of the most life changing experience in my life. I am grateful for the invaluable experiences and knowledge gained during my time at SCIMPA UUM. Thank you so much for this unforgettable experience UII!”

Cinthaka Vania Afandi IPC’s Batch ‘22

“Shoutout to SCIMPA and Communication Science UII for the epic memories and knowledge. Overall, my trip has been a great experience and I am extremely happy I got the opportunity, it enabled me to learn in a different system, to see an amazing country, to meet some amazing people.”

Sri Rahmawati IPC’s Batch’22

Itulah sederet catatan dari mahasiswa Internasional Program Ilmu Komunikasi batch 22 yang telah mengikuti Study Field Trip di SCIMPA UUM. Bagaimana Comms tertarik dengan program internasional lainnya, pantau terus informasi di website dan Instagram @ip.communications.uii.

Sebuah catatan menarik yang ditulis oleh Prof. Dr. rer. soc. Masduki, S.Ag., M.Si., salah satu dosen prodi Ilmu Komunikasi UII yang berkesempatan menjalani program visiting lecturer di School of Creative Management and Performing Arts (SCIMPA), University Utara Malaysia (UUM). Cerita mengalir terkait materi yang komprehensif hingga jelajah wisata kuliner di distrik Changlun.

Visiting lecturer merupakan program kerja sama yang disepakati oleh Prodi Ilmu Komunikasi UII dengan SCIMPA UUM. Berikut catatan yang juga diposting pada media sosial pribadinya.

Visiting Lecturer di UUM Malaysia

4-10 November 2023

Prof. Dr. rer. soc. Masduki, S.Ag., M.Si., saat mengajar di SCIMPA UUM, Foto: Doc pribadi

Fenomena mahasiswa memiliki akun FB lebih dari satu ternyata tidak hanya jamak terjadi di Indonesia, tetapi juga di Malaysia. Bagi para millenials, media sosial begitu penting, bukan semata soal etalase citra diri, tapi ia kini bertransformasi sebagai tool of business.

Merujuk artikel Jiayin Qi (2018), ada pergeseran dari motive presentation of self (Goffman) ke social capital (Bourdieu) dan juga ke shared world (Heidegger).

Kini motivasi membuka akun makin beragam, bangga punya beberapa akun sosmed sekaligus, makin kompleks, memicu perilaku ekonomi berbagi, yang berpola post-privacy di satu sisi, melahirkan ketergantungan pada platform, kolonialisasi platform disisi lain.

Masalahnya, apakah ada kesadaran yang tinggi atas tergerusnya ‘waktu luang’ personal dan hilangnya kedaulatan atas wilayah privasi, data pribadi ketika ber-medsos? Apakah ada kondisi resiprokal: aktivasi/engagement atas medsos dengan right/request to platform owners untuk moderasi konten? Relasi kuasa user dengan platform digital seperti Instagram dan TikTok yang sangat tidak imbang tampak tak dirasakan sebagai ‘masalah’, seolah-olah layanan gratis, tanpa batas.

Pertanyaan dan gugatan kecil ini saya kemukakan saat mengisi kelas selaku dosen tamu pada School of Creative Management and Performing Arts (SCIMPA), University Utara Malaysia (UUM) di Kedah pekan ini, 4-10 November 2023. Selama kurang lebih satu pekan, saya mendapat kehormatan untuk mengikuti budaya akademik, berdiskusi dengan para eksekutif SCIMPA terkait Dual Degree, dan ini yang menggairahkan: mengisi beberapa kelas mahasiswa tingkat bachelor (S1), mengupas the future of digital media, digital media regulation hingga AI journalism.

Menjalankan tugas visiting lecturer, ibarat menjadi ‘warga negara kehormatan’ di UUM. Saya bukan hanya mendapat akses masuk Kompleks kampus dengan area geografis terbesar di Malaysia 24 jam, tinggal di hotel kampus, tapi disediakan ruangan kerja, plus keramahan para academic staf saat ngobrol di pantri, ketemu di koridor menuju kelas, dll.

UUM berlokasi di kawasan Sintok, negara bagian Kedah, dekat perbatasan Thailand, daerah paling utara Malaysia. Dari total 30 ribu mahasiswa, sekitar satu ribu adalah mahasiswa asing dari Eropa dan Timur Tengah. Merujuk QS rating, UUM berada di kisaran 400-450 universitas terbaik di dunia.

Undangan resmi dari Rektor UUM mengikuti Faculty Exchange 2023 untuk berbagi ilmu dan pengalaman akademis terasa istimewa, meskipun durasi offline-nya pendek, satu pekan. Sisa waktu antara November 2023 hingga Februari 2024 agar genap satu semester, berpola online, termasuk mentoring mahasiswa semester 5-6, yang mengerjakan thesis writing, creative production, dll.

Berbeda dengan universitas pada umumnya di Indonesia, UUM adalah model universitas terintegrasi yang mirip ‘pondok pesantren’ di Indonesia. Seluruh mahasiswa wajib tinggal di dalam kampus, beraktifitas akademik dan sosial. Cik Amir dan Ruzinoor, dua dosen senior yang menjadi host mengajak keliling sport center, culinary dan health center, hingga mengajak menikmati menu makan siang di warung dekat perbatasan Thailand. UUM adalah visi besar Dr. Mahathir Muhammad, ‘golden boy’ of Kedah untuk membangun kampus yang paling luas dan lengkap, termasuk lapangan golf dan menembak.

Pada kelas mata kuliah regulasi dan etika untuk industri kreatif di lantai 3 SCIMPA, para mahasiswa yang notabene masih semester satu antusias menyimak penjelasan disrupsi dan kuasa digital yang merendahkan humanitas menjadi sekedar angka algoritma. Mereka sependapat, posisi etika dan regulasi menjadi penting sebagai bentuk pelibatan negara, bukan semata user dan platfom digital dalam kerja moderasi konten digital.

Pada kelas introduction to digital media dengan jumlah mahasiswa yang lebih kecil, mereka, termasuk satu mahasiswa asal dari Jepang antusias mengupas isu robotic journalism, alienasi teknologi atas dunia sosial yang genuine, dan ancaman krisis lapangan kerja fisik pasca disrupsi digital.

Model visiting lecturer yang dikemas hibrid: offline dan online dengan tetap berdurasi satu semester bisa menjadi jalan baru memperkuat budaya mobilitas akademik akademisi Indonesia-Malaysia, yang beyond conference dan publikasi. Ketika ajang konferensi semakin turistik, instant, maka visiting lecturer menyajikan hal sebaliknya: pertukaran ilmu, community engagement jangka panjang.

Tahun ini UUM mengemasnya dalam konsep exchange week (offline) yang memuat aktifitas mengajar, sharing pengalaman publikasi internasional, strategi dan arah kebijakan internasionalisasi, pola karir para akademisi, sharing pengalaman dan jaringan riset kolektif, showing latest campus facilities, dll.

Tinggal satu pekan di kawasan bebas macet Sintok sepertinya sangat pendek. Menikmati aroma dan rasa nasi lemak, nasi kandar, teh tarik, dll menjadi agenda harian tambahan, disertai diskusi dengan warga lokal distrik Sintok, Kedah. Secara kebetulan saya juga telah menjadi board editor Jurnal of Creative Industry and Sustainable Culture SCIMPA sehingga membuka ruang diskusi terkait tata kelola, indexing dan budaya publikasi. Kami mendiskusikan hal ini sambil makan nasi Briyani Ayam Tandoori di warung Islamabad, distrik Changlun, 10 kilo dari UUM.

Kembali ke fenomena sosmed di atas, visiting lecture bagi UUM bukan lagi soal presentation of selfism, lewat indeksasi jumlah pengajar- mahasiswa asing di satu kampus, tapi ruang ‘shared world’, sharing social capital atas nama ekualitas dunia akademik. Pada farewell high tea yang dihelat di resto hotel EDC Kamis sore, Dr Hisyam, Dekan SCIMPA School berbagi optimisme kolaborasi lanjutan terdekat: riset bersama tahun 2024 dengan sharing pendanaan, more exchange lecturer, dll.

Terimakasih SCIMPA UUM dan Program Studi Komunikasi UII atas pertukaran akademik singkat ini. Khususnya, untuk pengalaman kecil mengajar dengan kombinasi bahasa pengantar Inggris, Indonesia dan Melayu, suatu hybrida komunikasi yang unik, ada local wisdom.

Selebihnya, menghayati keramahan scholars negeri jiran, ‘on the spot’ mengingat lagu lagu legendaris tahun 1990-an, seperti Suci Dalam Debu, Isabella, atau lagu lagu gubahan P. Ramlee adalah sebuah kemewahan. Selain lagu-lagu slow rock, nasi lemak, nasi kandar dan teh tarik adalah cara lain memahami negeri jiran, yang makin progressif dalam kerja-kerja kolaborasi akademik global.

 

*Catatan ini telah terbit di Facebook pribadi pemilik

Kunjungan ke UUM

Bertandang ke Malaysia selama tiga hari, Kaprodi Ilmu Komunikasi UII beserta jajarannya membawa kabar segar bagi kita semua. Pasalnya telah terjadi kesepakatan beberapa program antara Prodi Ilmu Komunikasi UII dengan School of Creative Industry Management and Performing Arts (SCIMPA) Universiti Utara Malaysia (UUM).

Kedua belah pihak intens melakukan berbagai kesepakatan dan kegiatan selama tiga hari yakni 4-6 November 2023. Ada dua hal utama yang menjadi kesepakatan dan realisasi kerja sama yakni Pendidikan dan Pengajaran serta Riset dan Publikasi.

Sebenarnya antara Prodi Ilmu Komunikasi UII dengan SCIMPA UUM kerap kali berkolaborasi dalam berbagai program internasional. Beberapa program yang telah berjalan adalah Exchange Program serta Passage to Asean atau sering dikenal dengan P2A.

Menurut Kaprodi Ilmu Komunikasi UII, Bapak Iwan Awaluddin Yusuf, Ph.D., kegiatan berlangsung dengan sangat lancar dan hangat. Kedatangan Prodi Ilmu Komunikasi UII disambut oleh Dekan, dosen, serta mahasiswa dari SCIMPA UUM.

“Rangkaian pertemuan dan pelaksanaan kerjasama Prodi kita dengan SCIMPA UUM berjalan lancar dan produktif. Sejak kedatangan di hari Sabtu malam, kami disambut hangat di Bandara langsung oleh Dekan, Wakil Dekan dan dosen-dosen, serta perwakilan lembaga mahasiswa di SCIMPA,” terangnya dalam pesan tertulis.

Selama diskusi suasana begitu cair, bahkan kedua pihak sempat berbalas pantun yang menjadi warisan budaya Melayu.

“Semua agenda pertemuan sangat hangat dan sempat berbalas pantun,” sebutnya lagi mendeskripsikan keseruan yang terjadi.

Beberapa program yang segera direalisasikan salah satunya adalah Dual Degree, lantas apa saja program lainnya?

Kunjungan ke UUM

Suasana di perpustakaan UUM, Foto: Dok Pribadi

Pendidikan dan Pengajaran

Dalam bidang Pendidikan dan Pengajaran, salah satu program yang sudah 100 persen disepakatai adalah Dual Degree. Diskusi terkait schedule, biaya, prosedur, kriteria, hingga kurikulum.

Kemungkinan pembukaan dan pelaksanaan program Dual Degree akan direalisasikan pada tahun 2024 mendatang.

“Alhamdulilah kita telah bersepakat akan menjalankan kerjasama program Dual Degree. Kemarin saya mewakili Prodi juga sudah presentasi yang dilanjutkan berdiskusi intensif tentang pembahasan teknis. Pembukaan dan pelaksanaan Dual Degree tahun depan,” jelas Kaprodi Ilmu Komunikasi UII.

Dual Degree adalah program perkuliahan untuk meraih dua gelar akademis sekaligus (gelar sarjana ganda) dalam satu periode studi. Biasanya Dual Degrree didapatkan dari universitas dalam negeri dan luar negeri yang menjalin kerja sama.

Dalam hal ini mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UII yang bersedia mengikuti program Dual Degree akan mendapat gelar sarjana dari UII dan UUM.

“Beberapa hal teknis masih perlu disesuaikan karena perbedaan standar akademik. Namun demikian, Intinya kita telah 100% bersepakat secara resiprokal,” tegasnya lagi.

Selain Dual Degree, program lainnya adalah Visiting Lecturer baik secara online maupun offline. Salah satu dosen yang telah mengikuti program tersebut adalah Prof. Dr. rer. Masduki.

“Kita diundang menjadi Visiting Lectuter untuk dosen. Dari kita Pak Masduki yang mendaftar, dan diterima,” ungkapnya.

Ketiga adalah UUM International Faculty Exchange Week (IFEX @UUM) yang setiap tahun digelar. Tentu program internasional ini akan melibatkan dan mengundang mahasiswa dari prodi Ilmu Komunikasi UII

Kunjungan ke UUM

Rombongan Prodi Ilmu Komunikasi UII berkesempatan berkeliling di museum UUM, Foto: Dok Pribadi

Riset dan Publikasi

Kerja sama selanjutnya adalah bidang Riset dan Publikasi. Hasil penelitian dari UII berkesempatan terbit di Jurnal UUM, begitupun sebaliknya.

Menariknya ajakan publikasi ini akan membuat suatu proyek buku referensi terkait lansekap dua negara, Indonesia dan Malaysia.

“Jurnal mereka siap menerima artikel dari kita begitu pula sebaliknya. Yang menarik antara lain ajakan publikasi bersama untuk penulisan buku referensi dengan konteks lansekap dua negara.  SCIMPA UUM mengirimkan jurnal dan buku untuk kita,” terang Kaprodi Ilmu Komunikasi UII.

Itulah beberapa kesepakatan dan kerja sama yang segera direalisasikam antara Prodi Ilmu Komunikasai UII dan SCIMPA UUM. Meski dua area program di atas telah disepakati 100 persen, masih ada kemungkinan kerja sama lainnya antara lain pengabdian masyarakat lima negara, riset dan mengajukan grant bersama ke BRIN.

Kunjungan ke UUM kali ini menjadi momen berharga dan penuh keseruan, rombongan dari Prodi Ilmu Komunikasi juga sempat diajak berkeliling mengunjungi Perpustakaan dan Museum di UUM.

 

Penulis: Meigitaria Sanita