Bulan suci Ramadan menjadi momen yang dirindukan, umat muslim di seluruh dunia berbondong-bondong meningkatkan ibadah dan memperbanyak ilmu. Namun ada beberapa hal yang menjadi kendala salah satunya adalah kesibukan yang kita jalani hingga merasa
Kesibukan kerap menjadi alasan bagi kita hingga luput untuk meningkatkan ilmu. Sementara berbagai kemudahan karena perkembangan zaman justru membuat kita semakain abai dan terlena.
Menurut cendikiawan muslim Profesor Quraish Shihab bulan Ramadan adalah waktu bagi kita untuk terus produktif. Baik dalam pekerjaan maupun menuntut ilmu. Dalam serial Kalam Abi Qu di laman Instagramnya beliau menyebut jika puasa bukanlah waktu untuk berleha-leha atau bahkan tidur berlebihan, melainkan waktu yang tepat untuk terus produktif.
Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah dengan meningkatkan ilmu, kegiatan produktif ini termasuk kegiatan positif yang direstui Allah SWT. Sehingga beliau menegaskan untuk tidak meninggalkan pekerjaan dan menuntut ilmu dengan dalih fisik melemah karena puasa.
“Memang puasa mengurangi sedikit kekuatan fisik, tetapi kekurangannya diimbangi ditutupi oleh kekuatan mental sehingga kita dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang direstui oleh Tuhan dan kita dapat mencapai apa yang kita harapkan dengan melakukan aneka kegiatan positif di bulan puasa. Puasa mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif yang sesuai dengan tuntutan agama karena tidur melebihi waktu yang dibutuhkan bukanlah ibadah,” jelasnya.
“Di bulan puasa banyaklah belajar bukan sekedar membaca Al Quran, di bulan puasa jangan sampai anda terlambat masuk ke kantor dengan dalih sedang berpuasa. Di bulan puasa jangan sampai terjadi hal-hal yang melanggar tuntunan agama karena itu bukan tujuan yang diharapkan dari puasa,” tambahnya.
Bahkan pencapaian-pencapaian besar terjadi di bulan puasa seperti kemenangan memasuki kota Makkah, Perang Badar, hingga proklamasi kemerdekaan Indonesia.
“Pada masa Nabi dan masa sahabat-sahabat, bahkan pada masa sesudah itu, karya-karya besar, pencapaian-pencapaian besar umat Islam, terjadi di bulan puasa,” ujarnya lagi.
Ditambah dengan banyaknya majelis-majelis yang diselenggarakan di bulan Ramadan menjadi kesempatan bagi umat muslim meningkatkan kapasitas dalam bidang ilmu agama. melansir dari laman NU Online, “Barang siapa hadir di majelis ilmu pada bulan Ramadan maka Allah menulis bagi orang tersebut tiap-tiap jangkahan kakinya sebagai ibadah satu tahun” dalam kitab Durratun Nasihin.
Cara Meningkatkan Ilmu di Bulan Ramadan di Era Digital
Sementara banyaknya daftar alasan karena kesibukan dan keterbatasan waktu ataupun ruang perkembangan zaman di era digital dan Society 5.0 telah mampu memberikan jawaban.
Seperti dikisahkan oleh salah satu dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII, yakni Anang Hermawan, S.Sos., M.A., menyebut saat pandemi Covid-19 bulan Ramadan masa itu majelis-majelis tatap muka ditiadakan. Namun teknologi telah menjawabnya, umat muslim tetap bisa meningkatkan ilmu dengan berbagai hal mulai dari mengakses buku hingga media digital lainnya.
“Kendati bulan Ramadan ini tidak biasa dalam konteks kita menuntut ilmu kita harus menggunakan berbagai macam metode, bila kita tidak mampu untuk bermajelis mungkin apabila kita di rumah punya buku-buku ataupun sarana (media digital) kita baca kembali, karena begitu pentingnya agama kita menjadikan ilmu sebagai perangkat dalam kehidupan bahkan Allah berfirman dalam Alqur’an bahwa,” ujarnya pada tayangan YouTube Ikonisia TV.
Dalam Islam juga telah dijelaskan pentinganya ilmu dalam kehidupan manusia. Surat Al Mujadilah yang disebutkan oleh Anang, dengan ilmu seseorang akan mendpatkan kehidupan yang lebih baik dan derajat yang lebih tinggi.
“’Barang siapa yang mendapatkan ilmu atau memiliki ilmu, maka Allah akan meninggikan kedudukannya beberapa derajat’ dan nabi pun telah mengatakan bahwa ilmu itu akan bersifat wajib bagi seorang muslim ‘barang siapa yang ingin sukses di dunia, maka dia harus dengan ilmu. Barang siapa yang ingin sukses di akhirat, maka dia harus dengan ilmu. Barang siapa yang ingin sukses di dunia dan di akhirat maka dia juga harus dengan ilmu’,” ujarnya lagi.
Meski media digital dan sarana lain sangat mudah diakses, pihaknya menyebut jika mendatangi majelis adalah cara paling ideal dan efektif dalam menuntut ilmu. Jika memang terkendala, mencari sumber-sumber yang valid perlu kita lakukan. Karena memahami suatu ilmu tidak bisa dilakukan dengan hanya menonton video yang hanya sepotong-sepotong.
“Dengan segala keterbatasan yang ada di bulan ini karena kita tidak dapat lagi ke majelis-majelis ilmu marilah kita gunakan sebaik-baiknya kesempatan di rumah kita dengan membaca banyak buku, dengan mengkhatamkan Al Qur’an membaca kitab-kitab ilmu agama atau dengan membaca apapun yang akan bermanfaat untuk menambah pengetahuan sekaligus meningkatkan iman kita kepada Allah,” tandasnya.
Komisi Bahtsul Masail Waqi’iyah Munas NU pada September 2023 lalu menyebut, meski perkembangan AI telah begitu pesat hingga mampu menjawab berbagai pertanyaan seputar ilmu agama tidak bisa dipercaya karena tidak memiliki kemampuan keagamaan.
“Maka, bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengethuan jika kamu tidak mengetahui” Surat an-Nahl 43.
Dari pernyataan tersebut menyimpulkan bahwa umat muslim dianjurkan untuk mengakses ilmu melalui sumber terpercaya, jika memang ingin mengakses melalui media digital pastikan sosok yang menyampaikan adalah seseorang yang memiliki keilmuan dalam bidang tersebut.
Untuk mengetahui informasi selengkapnya dapat diakses melalui laman berikut:
https://www.youtube.com/watch?v=HxB02tmVclg