Tag Archive for: Prodi Ilmu Komunikasi UII

Awarding night

After traveling to the two countries of Indonesia and Malaysia, it was time for the P2A 2024 Awarding Night. The appreciation moment on 5 October 2024 marked the end of the Passage to ASEAN (P2A) 2024 series.

The awarding night was conducted in a hybrid way, live in the TV studio of the UII Communication Science Study Program, by combining Zoom meetings for delegates spread across two countries.

This international mobility involving Universitas Islam Indonesia and Universiti Utara Malaysia took place from 19 to 29 August 2024, travelling around Yogyakarta, Kuala Lumpur, Kedah, and Langkawi. Twenty delegates attended. The delegates were divided into groups and responsible for completing projects related to the AWARE theme: Exploring Digital Culture and Urban Environment in Creative Ecosystem. The work produced from the P2A 2024 project is in the form of photos, videos, and writings.

The P2A 2024 Awarding Night was also attended online by several university officials including the Vice Rector for Partnership and Entrepreneurship of UII, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D and Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D as the Head of UII Communication Science Department. While from UUM Dr Syamsul Hirdi bin Muhid and several other lecturers.

Both representatives from the university expressed their gratitude for the international collaboration that has been established since the last few years. Interestingly, the collaboration produced outputs that were able to hone the skills of the delegates from both universities.

The event that night was even more interesting because it was enlivened by art performances from the two cultures of Indonesia and Malaysia. Firstly Butterfly Dance, Javanese Dance and Rap from UII, while from UUM gave an offering of folk songs from Malaysia.

The most awaited moment was of course the announcement of the winner of the creative work of the delegates. After going through the judging process, the three best works were selected. The appointed jury was Marjito Iskandar Tri Gunawan, M.I.Kom who is a UII laboratory assistant as well as a film activist, while the representative from UUM was Dr Azzura.

List of Best Works in P2A 2024

3rd Winner:

– Spica, Latifah, Noraisyafika, Athirah, Batrisya: Travel Journal

2nd Winner:

– Nandita, Dila: Video Reel: Two Nations, One Journey

1st Winner Best Project

– Nurfahmi, Musdalifah, Kissharoopy, Faeiq: Everything’s Waiting For You

More information about P2A 2024 can be accessed on the following page:

Dilema Fans K-Pop: Love vs. Principle

Yogyakarta, 28 Agustus 2024 – Salah satu panel yang cukup menyita perhatian pada CCCMS ke 7 kali ini adalah “Social Activism through and in Hybrid Societies”. Panel ini menghadirkan sejumlah penelitian yang membahas bagaimana teknologi digital membentuk lanskap aktivisme sosial kontemporer.

Penelitian dengan judul “Love vs. Principle: K-Pop Fans’ Boycott of Idols and Controversial Products” yang dipresentasikan oleh Kusnul Fitriah dari Universitas Gadjah Mada menarik untuk dikupas lebih jauh. Penelitian ini membicarakan fenomena yang sempat trending di media sosial yakni mengenai penggemar K-Pop yang sering dihadapkan pada dilema moral ketika idolanya terlibat dalam promosi produk yang dianggap kontroversial, seperti produk yang terkait dengan Israel.

Konflik antara Palestina dan Israel telah memicu berbagai gerakan boikot di seluruh dunia. Fans K-Pop juga turut serta dalam gerakan ini. Namun, ketika idol yang mereka cintai menjadi brand ambassador produk yang diboikot, munculah dilema yang cukup rumit.

“The argument to support the idol fully did by the fans. The fans assume that the fault is in the agency not in the idol.” jelas Kusnul. Lebih lanjut Kusnul menyebutkan, ikatan emosional antara penggemar dan idol sangat kuat sehingga membuat penggemar sulit untuk mengambil keputusan yang rasional.

Kusnul menjelaskan bahwa penelitiannya menunjukkan adanya dilema yang signifikan bagi penggemar K-Pop. Mereka harus memilih antara cinta mereka terhadap idol atau prinsip dan nilai-nilai yang mereka yakini. “Relationship between fans and idol is so complicated. There are deep emotions involve to this relation.” tutupnya.

Penelitian ini memberikan gambaran menarik tentang bagaimana budaya populer seperti K-Pop dapat menjadi arena pertarungan antara identitas pribadi dan komitmen sosial. Fenomena ini menunjukkan bahwa aktivisme digital tidak hanya terjadi di kalangan kelompok tertentu, tetapi juga melibatkan seluruh netizen yang terlibat dalam budaya populer.

Penulis: Desmalinda

MoU

Program Studi Ilmu Komunikasi UII melakukan penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Sekolah Al Azhar Cairo Yogyakarta.  MoU tersebut berisi kesepakatan terkait kerja sama dan rencana program kedua lembaga. Kerja sama ini meliputi berbagai hal terkait pemagangan mahasiswa, program-program pemberdayaan para dosen hingga tindak lanjut proses rekrutmen.

Pendatanganan MoU dilakukan oleh Ketua Prodi Ilmu Komunikasi, Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D bersama Atin Saraswati, Kepala Humas dari pihak Sekolah Al Azhar Cairo pada Rabu, 27 Maret 2024.

“Skill yang dimiliki lulusan Ilmu Komunikasi yang sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan. Ini diperlukan karena orang-orang di bidang Ilkom saat ini unggul dalam dunia digital yang semakin kompetitif dan kreatif, SDMnya harus tahu tren,” jelas Atin Saraswati, Humas Sekolah Al Azhar Cairo.

Tak hanya untuk mahasiswa, kerja sama ini juga akan meliputi program-program pemberdayaan dari para dosen dari Ilmu Komunikasi UII. Literasi digital hingga fasilitator pelatihan program excellent service kepada para guru juga menjadi pembahasan menarik dalam diskusi siang itu.

MoU

proses penandatanganan MoU kedua pihak

Menanggapi hal ini Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi UII, Ratna Permata Sari, S.I.Kom, M.A., menyebut jika hal tersebut sangat mungkin dilakukan.

“Kerja sama ini bisa dilakukan dengan pola Catur Dharma perguruan tinggai karena dosen memiliki tanggung jawab pemberdayaan,” ujarnya.

Ia juga menambahkan jika kerja sama ini harapannya tidak memberatkan salah satu pihak termasuk mahasiswa. Sebagai contoh program pemagangan masuk dalam SKS sehingga memang sangat dibutuhkan oleh mahasiswa.

“Pemagangan masuk dalam pendidikan, matkul khusus tentang pemagangan. Sifatnya umum tidak memberatkan, tidak terlalu mengikat,” tambah Ratna Permata Sari, S.I.Kom, M.A.

Dalam pembahasan tersebut, beberapa program lain yang berpotensi dilakukan antara lain peluang teacher academy untuk fresh graduate Ilmu Komunikasi UII, fasilitator dari dosen terhadap para guru, serta program utama pemagangan mahasiswa.

Sebelumnya, salah satu mahasiswa Ilmu Komunikasi UII telah melakukan kegiatan magang di Sekolah Al Azhar Cairo Yogyakarta. Skill mengelola media sosial, editing, hingga keterlibatan dalam bidang partnership sangat berkontribusi selama pemagangan.

“Mahasiswa dari Prodi Ilmu Komunikasi UII sangat asertif, sesuai deadline tugas, skill yang sangat terpakai salah satunya editing video, penyampaian komunikasi, dan pengembangan partnership,” ungkap Humas Sekolah Al Azhar Cairo Yogyakarta.

Ketua Prodi Ilmu Komunikasi UII juga menegaskan jika kerja sama ini sangat disambut baik dan harapannya tidak hanya berhenti dalam surat dokuemntasi formal.

“Kami senang dengan kerja sama ini. Insya Allah ke depan semakin siap berkolaborasi karena dengan MoU ini dan kita sudah ada payung yang kuat, apalagi Sekolah Al Azhar Cairo Yogyakarta merupakan salah satu institusi pendidikan yang memiliki background Islam, tentu hal ini selaras dengan nilai-nilai UII,” ujarnya.

 

Kunjungan

Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) menerima kunjungan kolega yang datang dari Bengkulu. Mereka adalah rombongan mahasiswa serta dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Dehasen.

Menyambut kedatangan tersebut, Ketua Prodi Ilmu Komunikasi UII Bapak Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D, berkesempatan mengisi kuliah pakar dihadapan 92 mahasiswa dan 6 dosen.

Materi bertajuk “Kreativitas dan Ilmu Komunikasi di Era Artificial Intelligence (AI)” dipilih karena memiliki urgensi yang relate dengan kondisi mahasiswa di era Society 5.0, dimana masyarakat menjadi pusat untuk menyeimbangkan kemajuan ekonomi hingga penyelesaian berbagai masalah sosial dengan integrasi ruang siber dan fisik. Artinya peran AI menjadi sangat dominan dalam hal ini.

Kunjungan

Pembukaan dengan pembacaan da dari mahasiswa UII

Kuliah pakar yang berlangsung di RAV Perpustakaan Pusat UII pada 22 November 2023 berlangsung seru, para mahasiswa begitu antusias dalam momen diskusi. Ada berbagai pertanyaan yang dilontarkan mulai dari cara menghadapi pesatnya perkembangan AI yang disalahgunakan pada media sosial, jenis aplikasi AI yang dapat dimanfaatkan dan membantu mahasiswa, hingga strategi Prodi Ilmu Komunikasi dalam mendukung mahasiswa untuk mengembangkan potensi diri di berbagai bidang.

Apalagi baru-baru ini ChatGPT dari Open AI menjadi cukup booming karena banyak pihak yang menggunakan untuk berbagai kebutuhan seperti pembuatan tugas esai hingga mencari jawaban singkat dari berbagai pertanyaan.

Akibatnya banyak pihak saling bagi tips pemanfaatan aplikasi ini secara optimal seperti Bedah Mantra ChatGPT yang berseliweran di berbagai media sosial.

Kunjungan

Kaprodi Ilmu Komunikasi UII dan tim Marcom FPSB tengah melakukan mempersiapkan menyambut kunjungan Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Dehasen Bengkulu

Dunia AI dalam kajian Ilmu Komunikasi telah dibahas khusus dalam konferensi tahunan dalam International Conference on Artificial Intelligence in Information and Communication (ICAIIC). Tahun 2023 telah berlangsung di Bali, sementara tahun 2024 akan digelar di Jepang.

Menariknya pemanfaatan AI dalam kehidupan manusia juga telah masuk dalam ranah agama, mulai dari negara Jepang, Dubai, Jerman, hingga di Indonesia. Ada peralihan praktik agama yang memanfaatkan kehebatan AI.

“Ada kuil di Jepang yang sudah berdiri lebih dari 300 tahun selalu jadi tempat untuk orang memohon doa ternyata dalam waktu tiga tahun terakhir ini pemimpin doa digantikan robot misalnya ingin meminta ujian lancar dan lainnya. Kemudian di jerman sudah ada gereja yang menggunakan pendetanya AI bukan telekonferens atau apa nah ini sudah terjadi di luar sana. Sementara di Indonesia MUI hingga Munas NU 2023 telah mengkaji dalam tentang AI,” tambahnya.

Terdapat beberapa tips untuk menghadapi pesatnya perkembangan AI yang disampaikan dalam kuliah pakar tersebut. Tips ini berkaitan dengan sikap dan cara kita memanfaatkan AI secara tepat.

“Kunci menghadapi disrupsi ditengah pesatnya AI adalah SAKKTI yakni sensitif, adaptif, kolaboratif, kritis, transformatif, dan inovatif,” jelas Kaprodi Ilmu Komunikasi UII.

Dalam kegiatan ini hadir juga Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan, dan Alumni yakni Bapak Dr. Nizamuddin Sadiq, Sekretaris Ilmu Komunikasi UII Program Internasional Ibu Ida Dewi Kodrat Ningsih, S.I.Kom., M.A. sementara dari pihak Universitas Dehasen adalah Ibu Sri Narti, M.I.Kom selaku Kaprodi Ilmu Komunikasi.

YTBN

Yayasan Tunas Bakti Nusantara (YTBN) menggandeng Program Studi Ilmu Komunikasi UII untuk turut serta “Bakti Nusantara” di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Pada kesempatan ini, YTBN bertandang ke Desa Batuputih Daya, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Sumenep, Madura.

Selama dua hari, tepatnya pada 30 September hingga 1 Oktober 2023, para relawan yang berasal dari berbagai penjuru negeri diterjunkan untuk mengisi berbagai kelas edukasi untuk masyarakat di sekitar Kecamatan Batuputih. Empat relawan dari Prodi Ilmu Komunikasi UII antara lain Desyatri Parawahyu Mayangsari, Rizka Aulia Ramadhani, Meigitaria Sanita, serta mahasiswa Ilmu Komunikasi International Program, Lalu Muhammad Lutfi Maududy yang turut serta menjadi tim media dokumentasi.

Kecamatan Batuputih masuk dalam daftar daerah 3T dengan letak geografis di pesisir pantai dan perbukitan kapur, sehingga membuat warganya kesulitan mendapatkan air bersih. Bahkan masyarakat sekitar harus menadah air di musim penghujan di tandon rumah masing-masing. Namun, hal itu belum mampu mencukupi kebutuhan masyarakat sehingga fasilitas pengadaan air bersih sangat dibutuhkan.

YTBN

Kegiatan dalam fasilitas kesehatan
Foto: Lalu Muhammad Lutfi Maududy

Kesulitan ini tentu perlu mendapat penanganan segera. YTBN berinisiatif membangun sumur untuk masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih. YTBN merupakan organisasi inklusif penggerak bagi berbagai pihak yang turut serta bergabung dengan semangat kebersamaan, kepedulian, dan gotong royong yang berfokus pada pembangunan daerah 3T (Tertinggal, Terluar, Terdepan) di Indonesia.

Kegiatan besar yang digelar di Batuputih meliputi tiga program yakni Bangun Nusantara, Sehat Nusantara, dan Inspirasi Nusantara melalui semangat gotong royong.

Teguh Dwi Nugroho selaku Ketua YTBN menyebut bahwa seluruh kegiatan yang menjadi program YTBN demi pemerataan fasilitas di Indonesia terutama daerah 3T.

“Semangat bersatu bergotong-royong harus selalu dikobarkan mengingat kondisi kesenjangan pembangunan dan pemerataan fasilitas di Indonesia menjadi isu nyata yang masih memerlukan perhatian lebih. Akses fasilitas kesehatan, pendidikan, dan juga lahan pekerjaan di daerah 3T masih belum merata tersedia,” ungkapnya dalam sambutan.

Edisi Bakti Nusantara di Desa Batuputih meliputi penyediaan fasilitas air bersih yang menjadi program Bangun Nusantara. Selanjutnya Sehat Nusantara yang meliputi penyuluhan gizi dan pemberian paket gizi, pemeriksaan kesehatan, dan sunatan masal. Terakhir, program Inspirasi Nusantara yang mencakup tiga kegiatan yakni psikoedukasi pernikahan dini, peningkatan kapasitas guru bersama KGBN dan PGRI, serta kemah perdamaian bersama MoP Indonesia.

Peran Prodi Ilmu Komunikasi

YTBN

Tim Prodi Ilmu Komunikasi UII dalam dokumentasi Bakti Nusantara di Sumenep, Madura
Foto: YTBN

YTBN menggandeng Prodi Ilmu Komunikasi UII sejak tahun 2022, berawal dari Bakti Nusantara di Aik Mual, Lombok Tengah, NTB serta kegiatan fasilitasi literasi yang diinisiasi oleh dosen, staf, dan mahasiswa di Sekon, Insana Timor Tengah Utara, NTT. Hingga kini, prodi Ilmu Komunikasi UII masih aktif turut serta dalam kegiatan pemerataan pembangunan di daerah 3T.

Selain memberikan fasilitasi, pada beberapa kesempatan, Prodi Ilmu Komunikasi menjadi tim media dokumentasi utama pada kegiatan Bangun Nusantara yang dijalani YTBN. Kegiatan ini selaras dengan visi dan misi Prodi Ilmu Komunikasi yakni Communications for Empowerment atau Komunikasi untuk Pemberdayaan. Tagline yang telah diusung sejak 2014 ini dibuktikan dengan berbagai kegiatan yang dilakoni oleh para dosen, staf, serta mahasiswa.

YTBN

Kegiatan dokumentasi dan wawancara tentang pembangunan faslitas air bersih di Desa Batuputih Daya Sumenep
Foto: Desyatri Parawahyu Mayangsari

“Menjadi bagian dari Bakti Nusantara adalah kesempatan berharga, memotret kebaikan adalah kegiatan kemanusiaan yang tak mampu diukur dengan materi.”

Desyatri Parawahyu Mayangsari, relawan Prodi Ilmu Komunikasi UII.

“Kegiatan Bakti Nusantara di daerah 3T yang berlangsug di Sumenep ini tak hanya fokus pada pembangunan fisik daerah, melainkan juga pemberdayaan serta edukasi untuk masyarakat. Tujuan ini tentu selaras dengan visi misi Prodi Ilmu Komunikasi UII dengan basis Communication for Empowerment. Sebagai penulis, inilah saatnya menulis kebaikan untuk kemanusiaan.”

Meigitaria Sanita, relawan Prodi Ilmu Komunikasi UII.

“Kami tim di balik layar, menyaksikan berbagai aksi sosial yang begitu berarti untuk sebagian orang adalah kerja yang tak melelahkan dan justru menjadikan diri kita mendapat energi positif. Communication for Empowement ini begitu nyata. Semangat dan senyuman dari warga Sumenep Kecamatan Batuputih, mengartikan dengan kondisi apapun tetap harus mensyukuri segalanya.”

Rizka Aulia Ramadhani, relawan Prodi Ilmu Komunikasi UII.

“Masa menjadi mahasiswa tak datang dua kali, Prodi Ilmu Komunikasi memberi banyak kesempatan untuk saya bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya berharap kesempatan seperti ini tak datang sekali. Selain menambah skill dalam dunia fotografi, saya juga belajar kemanusiaan.”

Lalu Muhammad Lutfi Maududy, Mahasiswa relawan Prodi Ilmu Komunikasi UII.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Kaliurang Festival Hub

Film lokal dan film horor seolah memiliki batasan makna yang tipis. Di Indonesia, film yang mengusung konsep lokal bergenre horor tampaknya telah menjadi keniscayaan. Bagaimana tidak film jenis ini terbukti memenangkan pasar dari awal tahun 2023 hingga saat ini.

Tercatat 7 di antara 10 film yang paling laris dari Januari hingga Maret 2023 adalah film bergenre horor antara lain Waktu Magrib dengan 2,3 juta penonton; Mangkujiwo 2 dengan 554,5 ribu penonton; Bayi Ajaib dengan 434,2 ribu penonton; Perjanjian Gaib dengan 342 ribu penonton; Pesugihan Bersekutu Iblis dengan 248 ribu penonton; Betina Pengikut Iblis  dengan 214,5 ribu penonton; dan Iblis dalam Darah dengan 201 ribu penonton.

Namun sebenarnya, menyebut film lokal sama dengan film horor adalah keliru. Keduanya memiliki makna dan ide yang berbeda. Film lokal adalah film yang mengusung isu keseharian, tidak hanya soal tempat melainkan juga bercerita tentang perlawanan. Sementara film horor adalah genre film yang menampilkan adegan-adegan menyeramkan, mengungkap hal mistis dan gaib yang bertujuan untuk menciptakan ketakutan pada penonton dengan orientasi memenangkan pasar.

Seperti disebutkan oleh Anugrah Pambudi Wicaksono yang menggawangi Festival Film Disabilitas tahun 2013-2016, isu film lokal sebenarnya berlawanan dengan isu mainstream yang diproduksi oleh rumah produksi besar yang kini memenangkan pasar.

“Saya iseng cari film lokal di Google, (yang muncul paling banyak adalah film horor) jadi film lokal yang dimaksud adalah yang orientasinya pasar. (Sebenarnya) film lokal adalah film-film yang mengangkat isu keseharian. Jadi lokal itu juga lokus atau tempat, isunya juga isu yang berlawanan dengan isu mainstream. Jadi ketika kita menyelenggarakan festival film disabilitas kami sangat mempertimbangkan isu. Karena memang kalau festival film disabilitas di-setting sebagai film yang berbeda,” sebutnya saat menjadi pembicara Kaliurang Festival Hub pada 7 Juli 2023.

Hal senada disampaikan pula oleh Ade Hidayat, Direktur Festival Aruh Film Kalimantan (AFK) yang kini membangun ekosistem film di wilayah Banjarmasin dan sekitarnya mulai dari produksi, kurasi, hingga memamerkan film-film dari Kalimantan

“Ekosistem film sederhananya ada yang memproduksi film ada yang mengkonsumsi film (kegiatan AFK). Sementara film lokal itu soal isu, di Aruh Film Kalimantan tiga tahun pertama konsentrasinya kita pada film-film dari provinsi Kalimantan, produksi, kemudian dikumpulin lalu kita pamerkan,”  ujar Ade pada momen yang sama.

Selain itu, fakta lain terkait film horor di Indonesia adalah seringnya tokoh perempuan menjadi objek eksploitasi. Tercatat film KKN di Desa Penari tembus 10 juta lebih penonton dan dinobatkan sebagai film terlaris sepanjang sejarah di Indonesia. Hantu Badarawuhi adalah sosok perempuan yang memenangkan rasa penasaran penonton se-Indonesia.

Sementara pasca reformasi beberapa film horor seperti Kuntilanak (2006), Suster Ngesot the Movie (2007) secara dominan menampilkan hantu perempuan sebagai antagonis. Artinya ada ketimpangan representasi perempuan dibandingkan dengan laki-laki dalam sejarah film horor di Indonesia, ditambah kerasnya budaya patriarki dan misogini.

Dari 559 film horor Indonesia yang terbit selama periode 1970-2019 menunjukkan bahwa perempuan sangat dominan direpresentasikan sebagai hantu dan karakter utama. Setidaknya 60,47 persen atau 338 film horor sosok hantu diperankan oleh perempuan, sementara 24,15 persen atau sekitar 135 film horor pemeran hantunya adalah laki-laki.

Sisanya film horor yang menampilkan posisi peran berimbang hantu laki-laki dan perempuan hanya 15,38 persen atau 86 film saja.  (Selengkapnya baca: Film Horor Paling Laris di Indonesia, Kenapa Hantunya Rata-rata Perempuan?)

Pambudi mengamini jika ingin memenangkan pasar memang cara tersebut paling efektif.

“Film horor didominasi oleh hantu perempuan: bayi, muda, tua mewakili semua. Perempuan dan minoritas itu paling juara, seksi banget untuk dijual. Jadi kalau kamu mau dapat banyak duit gunakan difabel, perempuan, anak, orangtua untuk jadi objekmu. Tapi di mana nuranimu? Bagaimana film lokal itu sekarang mau kembali ke pasar atau mau kembali ke akarnya kita,” ungkap Pambudi.

Tujuan diproduksinya film-film lokal dalam festival adalah melawan isu mainstream, jika Festival Film Difabel yang digawangi Pambudi 2013 silam bertujuan mengadvokasi isu-isu difabel, Aruh Film Kalimantan juga demikian.

Ade Hidayat bercerita mirisnya tinggal di Kalimantan yang terus menerus ikhlas menerima tentang stereotipe negatif yang terus dilanggengkan. Sehingga produksi Aruh Film Kalimantan adalah bentuk perlawanan dari para seniman melalui karya.

“Narasi besar yang melekat pada Kalimantan itu cenderung negatif. Saya kemarin pernah survei, saya menyebutkan kata Kalimantan terhadap teman-teman luar daerah yang disebutkan itu aneh-aneh. Kalau saya sebutkan kata Kalimantan apa yang muncul di benakmu? Mistis, hutan, tambang, mandau terbang apalah macem-macem. Ini kok negatif semua, ternyata ketika bertemu dengan teman-teman seniman lainnya ternyata narasi itu memang dibikin oleh sebut saja oknum. Oknum ini semacam sesuatu yang besar, sebut saja mafia yang mereka tidak mau terlibat banyak, SDA kita itu benar-benar harta di sana buat mereka, dan dia tidak mau diganggu. Maka narasi-narasi besar ini selalu dibikin oleh mereka. Nah sebagai seniman kita bisa melawannya hanya dengan karya, dan banyak sekali keinginan kami melahirkan film-film yang memang berani untuk menembus itu,” jelas Ade.

Isu sosial tentu banyak disoroti pada film lokal yang telah dikurasi oleh Aruh Film Kalimantan. Salah satu isu yang disoroti terkait dengan isu lingkungan hingga tambang yang tidak berpihak pada masyarakat lokal. Hal ini tentu perlu mendapat perhatian lebih dari berbagai pihak. Namun kini, geliat film lokal cukup gencar dilakukan, salah satu ruang baru yang digagas oleh Laaboratorium Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia yakni “Kaliurang Festival Hub” yang menjadi ruang dengan wajah baru yang diharapkan mempertemukan ide, kolaborasi, hingga momen apresiasi dalam ekosistem film.

“Makanya festival seperti Kaliurang Festival Hub, Festival Aruh Film Kalimantan penting untuk digemakan. Dari bawah kita menerobos lokalitas macam apa yang mau kita bentuk problem perebutan makna juga. Potret realitas kita seperti itu, jadi kepala kita belum melokal kepala kita mengglobal, sukanya horor,” tandasnya.

Sebenarnya Kaliurang Festival Hub bukanlah festival yang melulu soal kompetisi film. Dr. Zaki Habibi selaku Festival Hub Programmer menyebutkan bahwa program ini merupakan ruang untuk berjejaring dan momen apresiasi dalam ekosistem film.

“Program ini menyediakan ruang dan platform bagi berbagai festival film. Hub dalam konteks ini artinya mempertemukan, perjumpaan ide, hingga kolaborasi. Selanjutnya Kaliurang Festival Hub menjadi bertemunya momen kreasi dan momen apresiasi dalam ekosistem film secara luas secara berkala melalui dua bentuk kegiatan utama, yakni pemutaran karya-karya film terkurasi dan diskusi dengan pengelola festival maupun undangan relevan lainnya dari setiap festival film,” ungkapnya membuka Movie Talk pada 7 Juli 2023.

Penulis: Meigitaria Sanita

Pameran foto internasional

Karya foto dosen Prodi Ilmu Komunikasi, Dr. Zaki Habibi, bersama Marjito Iskandar Tri Gunawan, Laboran sekaligus sineas film dokumenter di Laboratorium Prodi Ilmu Komunikasi UII terpilih meramaikan pameran bertajukMaking an Artist’s Photobook” di Malaysia.

Setelah karyanya terpilih, keduanya harus terbang ke Malaysia untuk mempersiapkan pameran foto yang digelar tahunan ini. Persiapan dimulai dari presentasi ide dan cerita di balik karya foto yang di-submit.

Sebelumnya, Dr. Zaki mengirimkan foto yang diberi judul “Abandoned and Beyond”, karya itu menyoroti isu ruang-ruang terbengkalai di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sementara karya Gunawan bertajuk “Messages in Silence” bercerita tentang keseharian hidup para santri dan guru di pondok pesantren khusus siswa tuli di Sleman, Yogyakarta.

Selanjutnya, Dr. Zaki dan Gunawan mengikuti workshop di Kuala Lumpur, Malaysia. Workshop bertajuk “Making an Artist’s Photobook with Gueari Galeri” itu digelar selama empat hari yakni 8 hingga 11 Juni 2023.

Workshop tersebut dimentori oleh para photobook artists dari Gueari Galeri yang berlokasi di Zontiga. Guaeri Galeri adalah sebuah hub kreatif bagi para pecinta fotografi dan buku foto di Malaysia. Dalam seri wokrshop ini, Dr. Zaki dan Gunawan belajar mengenai sejumlah aspek penting dalam produksi sebuah karya visual berwujud photobook (buku foto).

Pameran buku foto

Persiapan pameran buku foto di Malaysia

Dalam workshop tersebut keduanya mendapatkan banyak materi di antaranya konsep dasar photobook, aplikasi Design Thinking dalam produksi buku foto, teknik curating and sequencing foto-foto terpilih, prinsip dan teknik layouting yang efektif, hingga crafting in photobook dan wawasan self-publishing dalam dunia buku foto.

Harapannya setelah workshop selesai, para pasrtisipan mampu memproduksi photobook dummy yang nantinya bakal dipamerkan dalam perhelatan Exposure+, sebuah festival foto tahunan di Malaysia.

Selain turut serta dalam pameran internasional, Dr. Zaki menyebut bahwa tujuannya mengikuti kegiatan ini adalah untuk memberikan warna dan pengetahuan baru pada Prodi Ilmu Komunikasi UII, terutama bagi mahasiswa yang nantinya akan mengambil tugas akhir dalam bentuk karya kreatif.

“Selain belajar ilmu dan pengetahuan baru, serta tujuan jangka pendek untuk berpameran di sebuah festival foto internasional, tujuan kami mengikuti workshop ini juga untuk menginspirasi rekan-rekan kolega lain serta mahasiswa di Prodi Ilmu Komunikasi. Terutama mahasiswa yang berencana menempuh TA dalam bentuk Projek Karya Komunikasi,” tuturnya saat diwawancarai.

Senada dengan Dr. Zaki, Gunawan sebagai Laboran di Prodi Ilmu Komunikasi UII kerap mendampingi mahasiswa dalam pembuatan karya kreatif. Ia yakin, pengalaman ini penting dibagikan kepada mahasiswa yang tertarik dengan foto.

Persiapan pameran internasional

Karya laboran Prodi Ilmu Komunikasi UII terpilih pameran internasional

“Tentu saja akan memberikan banyak pengetahuan dan pemahaman yang nantinya bisa dibagikan kepada mahasiswa yang ingin mengerjakan tugas akhir mereka (karya kreatif),” tuturnya.

Pengalaman dan jam terbangnya sebagai sineas film dokumenter turut membawanya untuk memotret momen penuh cerita di balik filmnya. Saat workshop di Malaysia, Gunawan juga bercerita bahwa di sana banyak bertukar pengetahuan dan ide kepada partisipan lainnya.

“Yang didapat dari workshop tersebut adalah memberikan kontribusi besar dalam pengembangan karya buku foto saya. Karena kita saling belajar, curah pendapat, berbagi ide. Tentu saja hal ini memberikan dampak kemajuan bagi masing-masing foto projek buku partisipan,” ungkapnya.

Selain itu, Gunawan menyebut bahwa kegiatan seperti ini akan memberikan wawasan dan membuka mata terkait bidang buku foto yang selama ini masih belum banyak dibahas mulai dari perancangan, desain konsep, hingga distribusi.

Harapannya, jika ada mahasiswa yang tertarik dengan tugas akhir projek buku foto, ia mampu mendampingi dan bertukar pengetahuan saling memberi masukan.

Memasuki usia 19 tahun, Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) telah meluluskan lebih dari 1.300 alumni yang kini tersebar di seluruh Indonesia, Thailand, dan Malaysia. 

Berdiri 17 Juni 2004, UII mendirikan Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya dengan satu prodi, yakni Prodi Ilmu Komunikasi. Namun seiring dengan restrukturisasi yang dilakukan pada tahun 2006 Prodi Ilmu Komunikasi resmi bergabung dengan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB). Keputusan ini tertuang dalam Peraturan Pengurus Harian Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia Nomor: 03 Tahun 2006 tentang Struktur dan Organisasi Universitas Islam Indonesia. 

Perjalanan Prodi Ilmu Komunikasi memang tak mudah. Proses akreditasi C menuju akreditasi A baru terlaksana setelah 11 tahun bertumbuh yakni di tahun 2015. Bersyukur, kini menginjak usia ke-19 tahun, prodi Ilmu Komunikasi berproses menuju akreditasi “Unggul”. 

Jika diibaratkan manusia yang sedang bertumbuh, Prodi Ilmu Komunikasi sedang berada pada fase yang sedang aktif-aktifnya: 19 tahun baru lulus SMA, tengah mencari jati diri, dan mengeksplorasi kemampuan apa yang dimiliki. 

Sama halnya dengan Prodi Ilmu Komunikasi yang kini terus mengupayakan segala kemampuan SDM di dalamnya, memperbaiki kualitas dan pelayanan. Mengusung tagline “Communication for Empowerment” kini pengabdian kepada masyarakat terus dilakukan demi kemslahatan umat. 

Seperti marwah dari Prodi Ilmu Komunikasi, Communication for Empowerment menjadi spirit yang diusung dalam menyelenggarakan seluruh aktivitas akademik. Spirit empowerment termanifestasi dalam empat matra (catur dharma): pengajaran, penelitian, pengabdian masyarakat, dan dakwah islamiyah sehingga tercapai proses pembelajaran yang kritis, inovatif, kreatif, dan transformatif.

Lantas apa kata alumni tentang Prodi Ilmu Komunikasi? 

Belajar dan bertumbuh dengan suasana yang humanis, belajar interaktif dan setara adalah budaya di Prodi Ilmu Komunikasi. Diskusi antara dosen dan mahasiwa serta kultur saling menghargai adalah kunci untuk tetap rindu untuk “main-main ke Prodi”. 

Ini kata alumni: 

“Ilmu komunikasi itu unik, Ilmu Komunikasi UII lebih unik lagi. Saya bertumbuh dan belajar bermula dari sana. Ilkom UII adalah salah satu tangga saya untuk menumbuhkan value diri. Tentunya materi-materinya sangat bermanfaat pada dunia kerja yang saat ini sedang saya geluti, yakni public relation. Terutama dalam hal manajemen krisis.” 

“Seni berkomunikasi itu unik, kita berbicara tidak hanya lewat verbal. Banyak hal yang dapat digunakan untuk berkomunikasi. Semoga prodi Ilmu Komunikasi UII semakin maju, semakin bertumbuh lebih baik, semakin banyak juga mencetak lulusan terbaik.” 

Etry Novica (PR salah satu Rumah Sakit di Jawa Tengah, yang meraih gelar Magister dengan beasiswa LPDP) 

“Buat aku belajar di Ilmu Komunikasi UII sangat berpengaruh dengan bisnis yang sekarang aku jalani. Karena di Ilmu Komunikasi itu ilmu-ilmunya bermanfaat di dunia nyata. Contohnya saat aku berbisnis aku harus berdiskusi dengan klien, harus memasarkan bisnis aku, dan lain-lain. Ilmu-ilmu itu aku dapatkan Ilmu Komunikasi UII.” 

Puri Oksi (Pengusaha, Founder Bakmie Hotplate Viral) 

“Selama belajar di Prodi Ilmu Komunikasi seneng banget karena banyak dosen yang kompeten di bidangnya dan kelasnya seru, teman-temannya asyik juga. Dulu ingat banget mata kuliah Penulisan Akademik yang bikin aku sampai sekarang jadi ada di posisi ini yang diajar oleh Pak Iwan, dan itu menurut aku salah satu mata kuliah yang nempel banget sampai sekarang.” 

“Awalnya memilih Jurusan Ilmu Komunikasi itu supaya tidak ketemu dengan angka dan matematika, tapi ternyata di semester tiga ada mata kuliah Statistik Komunikasi karena sudah menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi ya dinikmati saja. Saran untuk Prodi Ilmu Komunikasi UII, di usia yang ke-19 menurutku ini usia yang sedang lucu-lucunya, lagi muda-mudanya, semoga Prodi Ilmu Komunikasi UII bisa terus membimbing mahasiswanya yang tidak hanya pintar secara akademik tapi juga bisa bersaing di dunia kerja.” 

Nasuha Ali (Senior Copywriter di Sekolah Murid Merdeka) 

“Saya senang belajar di Prodi Ilmu Komunikasi UII soalnya tidak hanya belajar keilmuan Barat tapi juga secara Islam. Bersyukur bisa belajar Komunikasi Profetik tentang Ilmu Komunikasi dari sudut pandang Islam dan menjadi lulusan insan Ulil Albab.” 

Iven Sumardiyantoro (Videographer dan Editor) 

“Menyenangkan, pembelajarannya yang up to date dengan masa kini, dosen-dosennya juga keren-keren. Dari nama jurusannya aja “Ilmu Komunikasi”, tentu tidak jauh-jauh dong dari obrolan dan didengar maupun mendengarkan. Ini salah satu yang bikin mudah adaptasi di dunia kerja. Selain itu, karena dulu ambilnya konsentrasi “Jurnalistik Penyiaran”, mata kuliah yang dulu diajarkan banyak yang related sama kerjaan sekarang, misalnya dalam edit mengedit video/foto.” 

“Alasan memilih jurusan Ilmu Komunikasi pertama, karena tidak ada Matematikanya. Selain itu, menariknya jurusan ini salah satu jurusan yang tidak monoton dan terus berkembang dari masa ke masa. Jurusan yang sangat fleksibel sih menurutku.” 

“Semoga tetap istiqomah menjadi jurusan yang menyenangkan di UII. Selalu melakukan gebrakan-gebrakan baru (baik dalam events, akademik dan organisasinya) yang gila, ciamik, dan out of the box. Pokoknya semoga makin baik dan terus membaik ke depannya!” 

Brilliant Ayesha Nadine (Content Creator, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta) 

Itulah beberapa kesan para alumni terhadap Prodi Ilmu Komunikasi UII, ternyata Ilkom adalah tempat belajar yang seru. Para dosen yang suportif, pelayanan humanis, dan fasilitas mumpuni menjadi kunci. Semoga di usia yang ke-19 tahun ini, Prodi Ilmu Komunikasi UII semakin progresif dan mampu mencetak lulusan unggul.

    

Communication for empowerment

Artikel ini memuat berbagai pengabdian yang dilakukan oleh Prodi Ilmu Komunikasi UII pada rentang satu tahun terakhir sebagai perwujudan “Communication for Empowerment” yang selama ini menjadi tagline dan landasannya. 

Landasan ini senada dengan konsep Islam Rahmatan Lil Alamin yang berarti bahwa Islam adalah agama rahmah dan penuh kasih sayang, baik kepada sesama manusia maupun alam semesta. 

Perwujudan itu dibuktikan dengan berbagai pengabdian yang dilakukan oleh Prodi Ilmu Komunikasi UII di tengah keberagaman masyarakat Sekon di Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga nelayan perempuan “Puspita Bahari” di Kampung Nelayan Morodemak 

Rekapitulasi ini ditulis sebagai pengingat bahwa tahun ini, Prodi Ilmu Komunikasi UII telah menginjak usia ke-19, usia yang sedang aktif dan lucu-lucunya mengeksplorasi dan menemukan jati diri. Harapannya, dengan menghadirkan apa yang telah berlalu menjadi tetap semangat untuk konsisten dan berkomitmen berkontribusi bagi masyarakat sesuai keilmuan bidang komunikasi. 

1. Pengabdian Kepada Nelayan Perempuan di Demak  (Juni 2023) 

Pengabdian masyarakat yang menyasar para nelayan perempuan “Puspita Bahari” di Morodemak, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak ini berlangsung pada 2 hingga 4 Juni 2023. Kegiatan ini merupakan inisiatif yang digagas oleh dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Ratna Permata Sari, M.A., dan Puji Hariyanti, M.I.Kom, yang didukung penuh oleh Laboratorium Prodi Ilmu Komunikasi UII. 

Gambaran miris terlihat di lokasi kampung nelayan, ratusan rumah terendam air laut lantaran bencana rob. Kondisi ini semakin mempersulit akses dan aktivitas masyarakat. Namun tak mematahkan semangat bagi nelayan perempuan yang tergabung dalam komunitas Puspita Bahari. Mereka bertugas mengambil alih kemudi kapal, sementara suami bertugas menebar jaring. Tak hanya itu, para perempuan di Morodemak juga aktif memproduksi hasil olahan laut untuk dipasarkan.  

Melihat keterbatasan yang dihadapi para nelayan perempuan, Prodi Ilmu Komunikasi UII mengabdikan diri untuk berbagi wawasan terkait pemasaran digital yang kiranya berpotensi memperluas pasar sehingga mampu memperbaiki kondisi perekonomian dalam jangka panjang. 

Selain itu, Prodi Ilmu Komunikasi juga berbagi wawasan tentang parenting, mengingat nelayan perempuan memiliki tiga peran vital yang tak bisa digantikan. Deretan peran itu adalah peran produktif, peran reproduksi, dan peran sosial. Perempuan yang bekerja sebagai nelayan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga menunjukkan bahwa nelayan perempuan menjalankan peran produktif. Sedangkan peran yang berhubungan dengan tanggung jawab pengasuhan anak dan tugas-tugas domestik seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah, mengasuh anak, mendidik anak adalah peran reproduktif. Terakhir adalah peran sosial yaitu peran yang dilakukan dalam kegiatan sosial demi kepentingan bersama. 

2. Pemasaran wisata Embung Sekembang, Ngablak, Kabupaten Magelang (Desember 2022) 

Awalnya Embung Sekembang diciptakan untuk pengairan pertanian di desa, Sebagai wisata baru yang diinisiasi oleh masyarakat, wisata Embung Sekembang yang terletak di Desa Pagergunung, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang Jawa Tengah belum menuai hasil yang cukup. Padahal tujuan dari dibukanya wisata ini adalah memperbaiki perekonomian masyarakat desa. 

Secara geografis, Embung Sekembang terletak di lereng perbukitan Gunung Andong dan Gunung Telomoyo dengan ketinggian 1.010 mdpl yang beriklim sejuk. Embung ini dikelilingi oleh tiga gunung yakni Merbabu, Sindoro, dan Sumbing yang memberikan nilai unggul dibandingkan dengan keberadaan embung lainnya yang ada di Indonesia. 

Namun, data saat itu menunjukkan pemasukan dari hasil wisata Embung Sekembang saat itu hanya berkisar kurang lebih Rp1 juta setiap bulannya. Melihat kondisi ini Prodi Ilmu Komunikasi UII tergerak untuk membantu dan menawarkan solusi atas permasalahan tersebut. 

Dipimpin oleh Dr. Masduki, pengabdian dilakukan pada akhir tahun 2022. Beberapa program kerja dilakukan untuk mengatasi masalah terkait SDM dan pemasaran promosi. Sebagai wisata baru, pengelola tentu masih belum memiliki keterampilan terkait bidang pariwisata termasuk bagaimana cara menyuarakan wisata Embung Sekembang. 

Prodi Ilmu Komunikasi UII membuat berbagai pelatihan di antaranya pelatihan peningkatan kemampuan SDM dalam dunia digital, pelatihan public speaking, pelatihan pengenalan dan praktik pengelolaan penggunaan media digital, pelatihan pembuatan konten yang diunggah di media sosial, pelatihan fotografi dan pembuatan video, pelatihan pembuatan media pemasaran dan promosi secara digital, dan pembuatan papan penunjuk arah. 

Dengan pengabdian yang dilakukan oleh Prodi Ilmu Komunikasi UII, diharapkan wisata Embung Sekembang mampu menjadi penunjang sektor ekonomi masyarakat.  

3. Kelas Remaja Berdaya dengan Media – Sekon NTT (November 2022) 

Bertajuk “Kelas Remaja Berdaya dengan Media”, forum ini merupakan pelatihan peningkatan kapasitas dalam penggunaan dan pemanfaatan media bagi remaja di SMPN Sekon, Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang dilangsungkan pada tanggal 7-11 November 2022.  

Pengabdian ini adalah kolaborasi antara Program Studi Ilmu Komunikasi UII dengan Yayasan Tunas Bakti Nusantara (YTBN) yang didukung oleh Yon Kavaleri 10 Mendagiri Makassar, Satgas Pamtas RI-RDTL Sektor Barat, dan KPP Bea & Cukai TMP C Kupang. 

Urgensi pengabdian ini adalah bahwa penggunaan teknologi dan media tak dapat dipisahkan dengan kehidupan berbagai kalangan usia, khususnya remaja. Dalam program ini, peserta juga didorong untuk memanfaatkan teknologi dan media demi menghasilkan karya kreatif mulai dari segi penyampaian informasi, mengekspresikan pendapat, ide, dan gagasan khususnya di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). 

Program ini melibatkan 10 mahasiswa terpilih untuk menjadi fasilitator yang mengajarkan siswa-siswi SMPN Sekon tentang pembuatan video story, photo story, penulisan kreatif, dan media sosial serta 4 orang tim pendampingan yang terdiri dari dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII, staf laboratorium, dan perwakilan staf pengurus YTBN.  

4. Pengabdian di Dusun Aik Mual NTB (Agustus 2022) 

Sebagai salah satu daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) Dusun Aik Mual, Sekotong Timur, NTB sudah selayaknya mendapat perhatian lebih dari berbagai pihak. Prodi Ilmu Komunikasi UII bekerja sama dengan Yayasan Tunas Bakti Nusantara melakukan misi pemberdayaan kepada masyarakat pada Augustus 2022 lalu. 

Dalam pengabdian di Dusun Aik Mual dilakukan pendampingan kepada remaja perempuan dan ibu-ibu rumah tangga tentang digital marketing. Kelas itu diikuti setidaknya oleh 30 perempuan dari berbagai usia. Dalam kegiatan ini, mereka diharapkan mampu memasarkan hasil produk usaha, jasa, dan barang-barang yang mereka produksi secara mandiri seperti kerajinan tangan, katering, hingga pakaian. 

Konsep pemasaran yang diajarkan adalah membuat konten promosi yang menarik dengan Canva yang dapat dipasarkan melalu media sosial seperti WhatsApp, Instagram, dan Facebook. 

Selanjutnya pendampingan juga diberikan kepada tenaga pendidik Sekolah Dasar di sekitar Dusun Aik Mual. Mereka diajak duduk bersama belajar terkait materi penulisan kreatif, tujuannya agar pembelajaran yang mereka sampaikan semakin menarik, bervariatif, dan menyenangkan bagi siswa. Kelas fasilitasi ini berkolaborasi dengan pemateri dari pengurus pusat Persatuan Guru Republik Indonesia. Kegiatan ini diikuti oleh 40 peserta dari berbagai sekolah. 

5. Semeru Lumajang (Maret 2022) 

Erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada 4 Desember 2021 mengakibatkan 54 korban jiwa meninggal dan 6 orang hilang. Banjir lahar dingin pada 16 Desember 2021 juga menerjang pemukiman warga yang akhirnya menjadi bencana susulan setelah awan panas pada awal Desember sebelumnya. Akibatnya 5.205 warga menjadi terdampak erupsi dan per 8 Desember 2021 lebih dari 3.000 warga mengungsi ke pengungsian di beberapa titik. 

Menurut laporan tim relawan dari Jalin Merapi (Jaringan Informasi Lintas Merapi) dan JRKI (Jaringan Radio Komunitas Indonesia) di lokasi terdampak erupsi Semeru per 1 Februari 2022, banyak rumah di lokasi terdekat sudah tidak bisa dihuni. Meski begitu, banyak warga yang masih sering pulang ke rumahnya dari lokasi pengungsian. Padahal sejak erupsi Desember 2021, Gunung Semeru masih berstatus Siaga.  

Artinya, erupsi bisa terjadi sewaktu-waktu baik dalam bentuk awan panas ataupun banjir lahar dingin. Dari pengakuan warga, mereka tak mendapatkan peringatan dini. Pasca erupsi warga juga belum memiliki rencana pemulihan, antisipasi, bahkan rehabilitasi. 

Melihat fenomena ini, Prodi Ilmu Komunikasi UII bekerja sama dengan beragam stakeholder seperti Jalin Merapi, FPRB (Forum Pengurangan Risiko Bencana) Jawa Timur, JRK (Jaringan Radio Komunitas) Lumajang untuk melakukan sebuah program mitigasi dan rehabilitasi warga terdampak erupsi Semeru ke depan. Program ini merupakan salah satu cara memberi alternatif dan inisiatif pada warga Semeru agar belajar dari pengalaman pemulihan warga Merapi setelah gunung ini erupsi pada 2010 lalu.  

Demikian rekapitulasi satu tahun terakhir bentuk pengabdian Prodi Ilmu Komunikasi UII kepada masyarakat di Indonesia. Diharapkan berbagai jenis pengabdian tersebut mampu berkontribusi dalam usaha pemulihan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat yang membutuhkan. Di usia 19 tahun, semoga Prodi Ilmu Komunikasi UII bisa semakin merengkuh masyarakat yang lebih luas lagi. 

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Sharing session
Sharing Session Unisa

Sharing session A to Z Prodi Komunikasi Unisa kepada Prodi Ilmu Komunikasi UII

Prodi Komunikasi Universitas Aisyiyah Yogyakarta (Unisa) melakukan kunjungan ke Prodi Ilmu Komunikasi UII untuk melakukan sharing terkait berbagai hal “A to Z” pada Selasa, 17 Maret 2023.

Kunjungan yang dilakukan Prodi Komunikasi Unisa bertujuan untuk melakukan sharing terkait dinamika kurikulum hingga proses akreditasi mengingat Prodi Komunikasi Unisa yang kini memasuki tahun ketujuh sejak berdiri pada tahun 2016 lalu.

Kaprodi Ilmu Komunikasi Unisa Bapak Ade Putranto Prasetyo Wijiharto Tunggali, M.A menceritakan dan meminta saran

“Prodi Komunikasi Unisa berdiri Tahun 2016, yang kedua dinamika luar biasa. Kita baru mengalami akreditasi B di tahun 2019. Awal berdiri Komunikasi wawasan kesehatan, namun berjalannya waktu merombak kurikulum dengan spesialisasi PR dan Jurnalisme,” jelasnya siang itu membuka sharing session.

Menanggapi hal itu, Kaprodi Ilmu Komunikasi UII Bapak Iwan Awaluddin Yusuf, Ph.D membagikan pengalaman Prodi Komunikasi UII mulai dinamika akreditasi C menuju A hingga proses pengajuan Unggul.

“Pasang surut akreditasi Prodi Ilmu Komunikasi dari C langsung A, memang tidak mudah perlu perjuangan dan strategi, dari belum punya Doktor jadi mempunyai Doktor,” terangnya pada Selasa, 17 Maret 2023.

Beberapa strategi juga dibagikan oleh para dosen Ilmu Komunikasi UII yang saat itu turut menyambut kedatangan Prodi Komunikasi Unisa, salah satunya Bapak Dr. Zaki Habibi, M.Comms. Beliau banyak membagikan strategi kreatif yang telah dilakukan Prodi Komunikasi UII dalam perjalanannya.

Kunjungan Unisa

Room tour yang dilakukan Prodi Komunikasi Unisa di laboratorium Prodi Ilkom UII

“Banyak yang bisa kita gali, dari sisi pasar bisnis, gagasan, dan dari sisi mahasiswa,” ujarnya.

“Daripada kita hanya fokus dengan mengikuti negara dan universitas yang selalu diseragamkan dan berubah, ternyata fokus secara kolektif, individu bersama tanpa diformalkan menjadi cara yang bisa kita lakukan,” tambahnya.

Selaras dengan pendapat tersebut, Kaprodi Ilmu Komunikasi UII juga menekankan untuk melakukan strategi yang cerdas dalam membangun suatu institusi.

“Perlu kita kompromi, saat ini kita harus kerja cerdas. Salah satu peluang yang bisa dilakukan oleh Unisa adalah Komunikasi kesehatan yang diperkuat. Seperti dosen di Prodi Ilmu Komunikasi UII yang banyak dari kalangan aktivis sehingga kita memperkuat dengan branding “Communication for Empowerment”,” jelas Bapak Iwan Awaluddin, Ph.D.

Sharing session tersebut ditutup dengan room tour di Prodi Ilmu Komunikasi dari melihat laboratorium serta fasilitas Nadim sebagai penunjang kegiatan mahasiswa.

Beberapa dosen dari Unisa yang turut mengikuti kunjungan tersebut adalah Hari Akbar Sugiantoro, MA., Erwin Rasyid, M.Sc., dan Rinta Arina Manasikana, MA. Sementara dari Prodi Ilmu Komunikasi ada Ratna Permatasari, S.I.Kom., MA dan Narayana Mahendra P, S.Sos., MA.