Banyak sekali mahasiswa yang merasa hidupnya gitu-gitu aja. Hidupnya cuma kuliah, skrol social media, dan nonton online. Sebenarnya banyak sekali kegiatan yang menunggu kita untuk partispasi, baik itu nasional maupun event internasional. Misalnya MUN (Model United Nation)
Acara ngobrol Teatime yang secara rutin diadakan oleh International Program Communication Universitas Islam Indonesia (IPC UII) menghadirkan Rafif Sulthan. Ia adalah alumi Ilmu Komunikasi UII angkatan 2017, yang pernah berpartisipasi dalam simulasi rapat PBB. Rafif yang kini bekerja sebagai Digital Content di Sport 77 ini mengikuti MUN (Model United Nation) di Malaysia saat masih berkuliah di semester 2. Obrol santai teatime, yang diselenggarakan Jumat 21 januari 2022, ini bertajuk The Importance of International Skill as a medium to Expand Skills.
Pada awal pertama kuliah Rafif merasa butuh banyak pengalaman mengikuti barbagai kegiatan. Dia percaya bahwa berbagi kegiatan itu nantinya akan membawa dan membuka banyak peluang kegiatan baru dan menambah wawasan pergaulannya. Tiba suatu saat seorang temannya dari jurusan Hubungan International memberinya informasi tentang sebuah event international bernama Model United Nation (MUN). “Awalnya aku nggak tahu banyak infonya, lalu aku googling untuk cari tahu lebih lanjut. Aku pelajari dan aku mikir kira-kira aku bisa partsisipasi ambil bagian apa,” pikir Rafif saat itu.
Sejak awal rafif mengetahui soal kesempatan ini, ia langsung memtuskan untuk ikut serta ambil bagian. Ia merasa semua kegiatan akan memberinya kesempatan untuk mengembangkan diri. “Aku harus ikut ini. Aku mikir kalau aku ikut aku bakal jadi orang yang lebih baik dari aku yang kemarin,” katanya.
Dan benar saja, kesempatan berpartisipasi dengan banyak orang dari seluruh dunia, dan kesempatan mengikuti simulasi rapat resmi PBB sebagai jurnalis Perancis memberinya pengetahuan dan mengasah ketrampilan barunya dalam menulis artikel dengan serius. “Aku ikut event pertama, tantangan banyak. Banyak ketemu dengan banyak orang, jadi lebih banyak networking. Aku harus bisa karena dipaksa ngomong, harus berbahasa Inggris, dan nulis artikel juga berbahasa inggris,” kenang Rafif.
Mengikuti acara internasional yang diikuti oleh berbagai latar belakang negara dan berbagai background akademik membuat Rafif menyadari bahwa banyak sekali orang hebat di luar sana. Ia juga mendapat insight bahwa dunia ini begitu luas dengan berbagai kemampuan dan pandangan yang beragam. “Nyadar kalau dunia ini besar dan beragam. Banyak orang yang keren di luar sana.”
Selain pandangan baru, Rafif juga juga mendapatkan kesempatan untuk mengasah ketrampilan. “Banyak sekali yang aku dapat. Yang pasti kepercayaan diriku bertambah, ketrampilan public speaking, menulis. netrworking lebih luas, juga kemampuan analisis yang lebih baik,” ungkap Rafif.