Tag Archive for: copywriter

Peluang kerja jurusan Ilmu Komunikasi
Reading Time: 3 minutes

Memilih jurusan Ilmu Komunikasi ternyata memiliki peluang pekerjaan yang menjanjikan bagi Gen Z. Bukan tanpa alasan, digitalisasi menjadi salah satu faktor yang memperluas peluang. Hampir semua konten yang kita konsumsi di internet bisa dikerjakan oleh lulusan sarjana Ilmu Komunikasi.

Lantas apa saja peluang pekerjaan lulusan sarjana Ilmu Komunikasi yang relate dengan karakter Gen Z?

Berdasarkan data dari Kemdikbud, Gen Z adalah generasi yang lahir pada rentang tahun 1997-2012. Artinya Gen Z adalah mereka yang saat ini berusia 11 hingga 26 tahun. Gen Z juga disebut sebagai masyarakat digital, mereka telah terpapar internet, jejaring seluler sejak dini. Hal ini membentuk generasi hiperkognitif yang nyaman mencari referensi dari berbagai sumber baik pengalaman virtual maupun offline. Hal ini juga mempengaruhi kecenderungan Gen Z terkait jenis pekerjaan yang akan dipilih.

Riset yang dilakukan Deloitte menyebutkan bahwa Gen Z menyukai pekerjaan yang fleksibel dan dapat dikerjakan kapanpun dan di manapun tanpa harus pergi ke kantor. Tak hanya itu, Gen Z menyukai pekerjaan yang dinamis dan banyak tantangan.

Ternyata, kemungkinan-kemungkinan pekerjaan yang tak perlu dilakukan di kantor sangat relate dengan beberapa skill yang didapatkan jika Anda mengambil jurusan Ilmu Komunikasi.

Hal ini dikonfirmasi oleh Iven Sumardiyantoro, salah satu Gen Z yang berprofesi sebagai videographer. Ia menyebut banyak side job yang dikerjakan berbekal dari skill yang didapatkannya selama berkuliah jurusan Ilmu Komunikasi.

“Gen Z tipe bosenan menurutku karena suka tantangan dan hal baru tidak bisa stay di satu tempat, tapi saya tipe yang loyal. Rata-rata Gen Z kerjaannya freelance dan banyak side job. Aku videographer dan editor, aku kerja kantoran dan punya side job,” ungkap Iven.

Pemuda 26 tahun itu cukup percaya diri mengambil berbagai side job karena benar-benar relate dengan keterampilan yang dimilikinya.

Relate banget (dengan jurusan Ilmu Komunikasi) Gen Z itu generasi yang ekspresif cocok banget sama ilmu komunikasi dengan dunia digital,” tambahnya.

Sosok Gen Z lain yang setuju dengan pernyataan tersebut adalah Zaidan yang berprofesi sebagai graphic designer. Ia berani mengambil pekerjaan di luar jurusan semasa kuliah karena merasa tertarik. Memulai dari dasar dan banyak belajar dengan beberapa temannya yang berasal dari jurusan Ilmu Komunikasi untuk mengembangkan skill.

“Saya desainer grafis, mengambil bidang ini yang di luar jurusan karena tertarik dengan dunia editing. Skill justru banyak saya dapatkan dari teman-teman di jurusan Ilmu Komunikasi yang fokus pada bidang minat kreatif. Dengan minat ini saya juga merasa mudah berkembang, selain itu skill ini ternyata banyak dibutuhkan. Jadi saya tidak salah pilih,” sebut pemuda 23 tahun itu.

Secara umum, beberapa jurusan Ilmu Komunikasi akan mempelajari Public Relations (PR), Jurnalistik, Kajian Media, dan Media Kreatif. Lantas pekerjaan apa saja yang menjadi peluang emas bagi Gen Z lulusan sarjana Ilmu Komunikasi?

  1. Digital Content Producer

Sepertinya profesi ini menduduki posisi pertama yang cocok bagi Gen Z setelah mendapat gelar sarjana Ilmu Komunikasi. Pesatnya platform digital menuntut semua organisasi merekrut digital content producer. Outputnya adalah produksi konten untuk website, media sosial, hingga materi pemasaran.

Pekerjaan yang dilakukan digital content producer:

  • Riset audiens
  • Kerja kolaboratif dengan semua creator
  • Membuat konten digital
  • Mengedit dan mengoreksi
  • Memelihara dan memperbarui sistem manajemen konten

Dalam sistem kerja yang dibangun digital content producer keterampilan fotografi, videografi, penulisan, hingga desain menjadi penunjang utama.

  1. Copywriter dan Content Writer

Lulusan sarjana Ilmu Komunikasi tentu tidak akan asing dengan pekerjaan ini. Skill menulis yang didapatkan selama masa kuliah akan sangat berguna. Menjadi copywriter maupun content writer membutuhkan ide dan kreativitas yang tinggi. Namun, Anda tak akan bosan karena pekerjaan ini bisa dikerjakan di mana saja. Profesi ini sangat dibutuhkan oleh agensi pemasaran, media, perusahaaan, dan organisasi lainnya.

Pekerjaan yang dilakukan copywriter dan content writer:

  • Menulis naskah dengan menarik
  • Edit dan proofread
  • Menciptakan keunikan brand lewat tulisan
  • Riset audiens dan topik
  • Riset SEO
  • Kolaborasi dengan desain grafis dan divisi pemasaran

Pekerjaan ini menuntut Gen Z untuk cepat beradaptasi, detail dan kreatif, serta memiliki jiwa riset yang tinggi.

  1. Social Media Manager

Secara umum pekerjaan ini termasuk pendatang baru dalam dunia komunikasi karena perkembangan media dan digitalisasi. Social media manager bertanggung jawab mengkurasi seluruh platform media social suatu perusahaan ataupun organisasi.

Pekerjaan yang dilakukan social media manager:

  • Memantau, memoderasi, dan menanggapi komentar audiens
  • Mengelola kemitraan media social
  • Kampanye pemasaran digital multi-platform
  • Menganalisis dan mengatur strategi media sosial

Bagi Gen Z yang tertarik dengan pekerjaan ini tentu sangat relevan, kebiasaan memantau media sosial bisa menjadi modal besar. Selain sistem kerja yang kolaboratif, pekerjaan ini juga membutuhkan skill riset audiens. Tenang, pekerjaan ini cukup fleksibel dikerjakan di mana saja.

  1. Bidang Public Relations (PR)

Public Relations (PR) adalah bagian penting yang ada pada setiap organisasi dan bekerja sebagai pemecah masalah dan bertindak cepat dalam menangani krisis yang terjadi pada sebuah organisasi. Menjadi PR sangat tepat bagi Gen Z yang mudah bosan dan menyukai tantangan. Profesi PR dibutuhkan pada sektor pemerintah, perusahaan, media dan LSM.

Pekerjaan yang dilakukan PR:

  • Menjalin dan menjaga hubungan dengan para stakeholder organisasi
  • Merancang dan mengembangkan materi media
  • Manajemen acara
  • Mengevaluasi opini publik
  • Mengelola masalah dan krisis organisasi.

Menjadi PR artinya harus percaya diri untuk tampil di depan publik serta mengikuti perkembangan dan tren media.

Demikian beberapa peluang pekerjaan yang cocok bagi Gen Z setelah mendapat gelar sarjana Ilmu Komunikasi. Kira-kira tertarik yang mana nih?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

 

Reading Time: 2 minutes

Writing is not an easy matter. Moreover, writing so that many people buy and are interested in the products we sell. Writing for advertising content especially, can’t be too long, let alone convoluted. Advertising content must persuade people to at least stop viewing our products.

The key to reaching consumers is to write-copywriting eye catching, simple, and not long. It’s rare to start writing for an ad that can’t be arbitrary. “The main thing is research. We have to research first before writing for advertising,” said Nasuha Ali, copywriter at Zenius Education, on Friday (27/8/2021) on the talk show belonging to the International Program, Teatime, .

Nasuha Ali is currently working at edutech zenius. He is used to writing for the benefit of Zenius ad copywriting. Nasuha said that many of his creative and writing abilities were formed since college. “The crisis course is used once. IMC is also the key for me to work in the creative and marketing world. Academic writing is primarily the foundation for determining the structure of writing,” he said.

Are there steps to do copywriting?

“First, it depends on the brief. Copywriters and content writers are different. If a copywriter works in creative for ad text. It depends on the brief, graphic design, creative, and others,” said Nasuha. Especially the main step is research. Competitor research, reader segment research, then language determination and message research.

“Then we need to adjust what key message we want to highlight in the creative ad content,” explained Nasuha, who is also an alumni of UII at the Department of Communications. “The division of tasks in advertising production includes copywriters, graphic designers, or from the campaign section, as well as marketing,” Nasuha said, this team also considers brand voice, key messages, and aesthetic elements. “The point is teamwork,” he said.

Zenius, said Nasuha, is a technology-based education company. Online tutoring. “We provide a platform outside of school hours. Now, the teacher is there, you can live, you can immediately do practice questions until you try out,” he said, explaining Zenius’ profile.

A copywriter is a person who writes digital advertising content. The output provides an eye-catching, simple, and appropriate advertisement for the key message. “The difference is that if the content writer or SEO writer outputs long writing, more than 300 words, what if people see it, they immediately buy or click. Help sales (sales).”

This is very important for a copywriter, said Nasuha. “People nowadays rarely like to read long, so copywriters are important to write to reach more consumers in a short and digital way.”

Reading Time: 2 minutes

Menulis bukan perkara mudah. Apalagi menulis agar banyak orang ikut membeli dan tertarik dengan produk jualan kita. Menulis untuk konten iklan terutama, tak bisa terlalu panjang, apalagi berbelit-belit. Konten iklan harus mengajak orang minimal berhenti melihat produk kita.

Kunci meraih konsumen adalah menulis copywriting yang eyecathing, simpel, dan tidak panjang. Langka memulai menulis untuk iklan tak bisa sembarangan. “Yang utama itu riset. Kita harus riset dulu sebelum menulis untuk advertising,” ujar Nasuha Ali, copywriter di Zenius Education, pada Jumat (27/8/2021) di acara bincang-bincang milik International Program yaitu Teatime, .

Nasuha Ali saat ini bekerja di edu tech zenius. Dia terbiasa menulis untuk kepentingan copywriting iklan Zenius. Nasuha berkata kemampuan kreatif dan menulisnya banyak dibentuk sejak kuliah. “Mata kuliah krisis itu terpakai sekali. IMC juga jadi kunci saya juga bergerak di dunia kreatif dan marketing. Penulisan akademik terutama jadi pondasi menentukan struktur tulisan,” katanya .

Adakah Langkah-langkah Melakukan Copywriting?

“Pertama tergantung brief nya. Copywriter dan content wirter beda. Kalo copywriter kan bekerja di kreatif untuk teks iklan. Itu tergantung dengan biefnya, desain grafis, creative, dan lain-lain,” kata Nasuha. Terutama langkah utama adalah riset. Riset kompetitor, riset segmen pembaca, lalu penentuan bahasa dan riset pesan.

“Lalu kemudian kita perlu menyesuaikan apa key message yang mau kita tonjolkan dalam konten iklan kreatif,” jelas Nasuha, yang juga alumni Komunikasi UII. “Pembagian tugas di produksi iklannya ada copywiter, graphic designer, atau dari bagian campaign, juga marketing,” Nasuha bilang, tim ini juga memertimbankan brand voice, key message, dan unsur estetik. “Intinya adalah kerja tim,” katanya..

Zenius, kata Nasuha, adalah perusahaan edukasi berbasis teknologi. Bimbingan belajar online. “Kami menyediakan satu platform di luar jam sekolah. Nah sekarang gurunya ada, bisa live, bisa langsung ngerjain latihan soal sampai try out,” katanya emnejlaskan profil Zenius.

Copywriter adalah orang yang menulis konten iklan digital. Outputnya menyediakan iklan yang eyecathing, simple, dan sesuai key message. “Bedanya kalau content writer atau SEO writer itu outputnya tulisan panjang, lebih dari 300 kata, gimana caranya kalo orang liat itu langsung beli atau klik. Ngebantu penjualanlah (sales).”

Ini penting sekali copywriter, kata Nasuha. “Orang sekarang kan jarang suka membaca panjang, jadi copywriter penting menulis untuk meraih konsumen lebih banyak secara singkat dan digital.”

Reading Time: 2 minutes

Untuk Menjadi profesional, kita harus bisa menentukan menjadi generalis atau spesialis. Meskipun beberapa orang ada yang memilih menjadi generalis, bisa melakukan segala, tetapi sebaiknya menekuni bidang spesiaisasimu bisa menjadi arah sejak menjadi mahasiswa. Spesialisasi bidang kajian dan keahlian akan sangat menentukan ketika kamu memasuki dunia kerja profesional.

“Ada di dunia kerja itu ada yang dia milih jadi palugada, apa lu mau gue ada. Semua yang diminta, aku bisa. Atau kalau misal mau spesialis, ya sejak awal protofoio kamu itu mengarah ke spesialisasi yang mau kamu tuju,” ujar Nasuha Ali, copywriter di Edutech Zenius Education, pada bincang-bincang Teatime, Jumat, 27 Agustus 2021.

Lewat saluran tayangan langsung Instagram Live, Nasuha bercerita bagaimana ia mengawali karir dan berjibaku dengan rivalitas di dunia profesional. “Anak-anak komunikasi itu kan suka berkarya, nah karya dan portofolio ini yang jadi modal kamu menghadapi persaingan. Justru yang sudah punya pengalaman lebih banyak. Ada yang sudah punya pengalaman minimal satu hingga dua tahun, gimana fresh graduate bisa bersaing?,” papar Nasuha Ali, yang juga adalah alumni Komunikasi UII. “Ya perbanyak karya dan pengalaman project, bisa penelitian dengan dosen, program dengan teman, dan lain sebagainya. Pengalaman itulah yang menjadi daya saing kita dengan orang-orang profesional berpengalaman satu dua tahun itu,” katanya memberi saran.

Menurutnya, kegiatan kampus dan kuliah banyak membantunya mengahdapi dunia kerja. Banyak mata kuliah yang turut andil membantunya kini berkembang di dunia copywriter. “Dulu ada mata kuliah dasar-dasar soal teori penulisan, advertising, dasar soal PR (Public Relation), dan menulis rilis. Itu kita dilatih menulis di bidang minat komunikasi strategis,” papar Nasuha mengenang masa-masa kuliah

Dulu, Nasuha bercerita, ia sudah mencoba pengalaman berkarya ini dan itu. Mulai dari ikut program dosen, program karya bersama teman, hingga mendaftar di pekerjaan-pekerjaan yang dianggap sepele. Itu caranya untuk mengetahui kompleksitas dunia kerja. Ia juga akhirnya tetap harus berjuang mengirim ratusan lamaran. Saingannya, menurutnya, adalah mereka-mereka yang sudah berpengalaman kerja, meskipun lowongan itu diperuntukkan untuk fresh graduate. Kunci dan modal utama bersaingnya adalah pengalaman aktivitas di komunitas dan akademik ketika kuliah di Komunikasi UII.

 

 

Reading Time: 2 minutes

To become a professional, we must be able to decide whether to be a generalist or a specialist. Even though there are some people who choose to be generalists, they can do anything, but it’s best if pursuing your field of specialization can be a direction since you are a student. Specialization in the field of study and expertise will be very decisive when you enter the world of professional work.

“In the world of work, there is someone who chooses to be a ‘yes man. Or, for example, if you want to be a specialist, from the start, your portfolio will lead to the speciality you want to go to,” said Nasuha Ali, copywriter at Edutech Zenius Education, during the Teatime talk show, Friday, August 27, 2021.

Through the live Instagram Live channel, Nasuha told how he started his career and struggled with rivalries in the professional world. “Students of communication like to create creative projects, so this work and portfolio are your capital to face competition.

Instead, they have more experience. How can fresh graduates compete with anyone who already has at least one to two years of experience?” said Nasuha Ali, who is also an alumnus of UII of the Department of Communications. “Yes, multiply the work and project experience, you can do research with lecturers, the program with friends, and so on. That experience is what makes us competitive with those professionals with one or two years of experience,” he advised.

According to him, campus and college activities helped him face the world of work. Many courses that contributed to helping him now thrive in the world of copywriting.

“In the past, there were basic courses on writing theory, advertising, basic PR (Public Relations), and writing press releases. We are trained to write in the field of strategic communication,” said Nasuha, reminiscing about his college days.

In the past, Nasuha told us that he had tried this and that work experience. Starting from participating in lecturer programs, work programs with friends, to registering in trivial jobs. That’s his way of knowing the complexity of the world of work. He also ended up still having to struggle to send hundreds of applications. 

The competitors, according to him, are those who have work experience, even though the vacancies are intended for fresh graduates. The key and the main competitive capital is the experience of community and academic activities while studying at UII of the Department of Communications.