Reading Time: < 1 minute

Yogyakarta-Program Studi Ilmu Komunikasi  Universitas Islam Indonesia bersama Aliansi Jurnalis Independent menggelar  Diskusi Refleksi Akhir Tahun Media Massa dan Pelanggaran HAM di DIY. Kegiatan tersebut berlangsung pada tanggal 26 Oktober 2017 di ruang sidang lantai II Kampus UII Cik Ditiro No. 1 Yogyakarta.

Kegiatan tersebut turut menghadirkan  pembicara Masduki, dosen dan peneliti media di Prodi Ilmu Komunikasi UII dan juga Anang Zakaria yang merupakan Ketua AJI DIY. Selain itu juga kegiatan ini dimoderatori oleh Bambang Muryanto yang merupakan Dewan Etik AJI Indonesia.

Diskusi tersebut dihadiri oleh para jurnalis dan juga mengundang kalangan persma dari berbagai kampus yang ada di Yogyakarta. Dalam diskusi tersebut Masduki menyampaikan bahwa belakangan ini pelaku baru dalam kekerasan HAM terhadap wartawan jurnalis adalah pemilik media itu sendiri terhadap wartawannya.

“Ada begitu banyak wartawan yang tidak sadar bahwa dirinya sedang mengalami kekerasaan HAM. Hal itu dikarenakan kekerasan yang terjadi bersifat kekerasan simbolik,” Ungkap Masduki.

Selain itu juga Anang mengungkapkan bahwa secara umum kebebasan Pers di DIY cukup bagus tapi hanya secara permukaan saja. Karena menurut penelitian Dewan Pers di tahun 2017 jatuh terpuruk hingga di angka urutan ke sembilan.

“Mari masyarakat bersama-sama mengawasi kerja media. Masyarakat mempunyai hak untuk mengontrol media. Ada hak jawab dan hak koreksi  yang sebenarnya ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk melihat media apakah sudah bekrja untuk kepentingan publik,” ujar  Anang.

 

Penulis: Risky Wahyudi

Foto: Risky Wahyudi

Reading Time: < 1 minute

Download Disini

Reading Time: < 1 minute

Festival Film Pelajar kembali digelar untuk kedelapan kalinya di Pondok Pemuda Ambarbinangun Yogyakarta, Bantul. Kegiatan FFPJ#8 ini berlangsung dari tanggal  16-17 Desember 2017. Terdapat ratusan siswa yang terdiri tingkatan Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas dari berbagai daerah di Indonesia. Rangkaian dari FFPJ#8 juga diisi dengan beberapa kegiatan seperti Seminar Nasional, Kelas Pendidik, Kelas Seni & Kreativitas, Screening Film dan beberapa kegatan lainnya yang produktif. Terdapat 13 penghargaan yang diberikan untuk kategori film fiksi dan dokumenter dari tingkatan Sekolah dasar hingga Sekolah Menengah Atas.

Kaprodi Ilmu Komunikasi UII, Muzayin Nazaruddin, mengungkapkan bahwa festival film yang ideal itu adalah festival yang menjadi tempat bertemunya filmmaker dan berkembang, dalam hal ini konteksnya pelajar yang suka memproduksi film (16/12). “Harapannya kemudian FFPJ bias menjadi sebuah pergerakan sosial. Dimana film bukan hanya untuk sekedar film, tetapi film untuk perubahan sosial yang lebih besar.

Penanggungjawab FFPJ, Tomi Taslim juga berpesan bahwa siapa pun yang ikut terlibat dapat menoba memahami bahwa festival ini merupakan proses pembelajaran untuk berapresiasi secara kritis, berliterasi untuk kritis dan film merupakan saranya untuk itu. “Harapannya ke depan semoga FFPJ tetap istiqomah dan memegang teguh nilai-nilai yang dipegang yang mewarnai aktivitas festival, seperti misalkan nilai kemandirian,” ujar Tomi (16/12).

 

Penulis: Risky Wahyudi

Reading Time: < 1 minute

Silahkan Download

Reading Time: < 1 minute

Yogyakarta- Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia kembali menggelar Communication Artcademic  Festival 2017 setelah sukses menggelar sebelumnya di tahun 2015. Berbeda dengan tahun sebelumnya, kali ini Comart Fest 2017  kembali lagi digelar di Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta. Terdapat beberapa rangkaian kegiatan seperti Art Exhibition, National Competition, Public Discussion, Art Performance, Bazaar dan Awarding Night yang berlangsung dari tanggal 14-16 Desember 2017 dari jam 08:00-22:00 WIB.

Mengusung tema Do It Your Self, Commart Fest 2017  menyajikan atmosfer bagaimana kuliah di dunia komunikasi khususnya di Prodi Ilmu Komunikasi UII. Hal tersebut terlihat pada rangkaian acara Art Exhibition yang turut melibatkan karya dari mahasiswa, dosen, dan staf dari prodi Ilmu Komunikasi UII berupa foto, film, instalasi dan beberapa karya akademik lainnya. Tidak hanya itu saja, euphoria dunia komunikasi pun juga dituangkan melalui  Public Discusion.  Mengundang Eddie Cahyono (Film Director), Bimo Pradityo (Photographer), Nanang Rakhmad Hidayat ‘Nanang Garuda’ (ISI Lecture), dan Agus Yulianto (ISI Lecture) sebagai pemantik diskusi untuk barbagi wawasan.

Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi UII, Muzayin Nazaruddin, mengungkapkan bahwa Commart Fest 2017 ini sengaja dilaksanakan di luar kampus dengan pertimbangan cangkupan audien yang lebih luas (14/11/2017). “Harapannya semoga event ini mampu meningkatkan kualitas karya mahasiswa dan bisa menjadi media untuk memamerkan karya ke publik Jogja,” papar Muzayin.

Penulis: Risky Wahyudi

Foto: Tim PDD Commart Fest 2017

Reading Time: < 1 minute

Reading Time: 2 minutes

Yogyakarta- Artistik memiliki peran penting ketika mengelola suatu event. Melalui artistik mampu memberikan gambaran bagaimana konsep yang hendak disuguhkan kepada audiens dan bahkan juga mampu menjadi identitas tersendiri bagi event tersebut. Selain itu juga, dalam pengelolaan artistik dalam event perlu memperhatikan aspek nilai lokal.

Berangkat dari hal tersebut, PSDMA Nadim Komunikasi UII menggelar diskusi rutin bulanan yang mengangkat tema Manajemen Artistik dalam Event, Kamis (25/11/2017). Turut mengundang pemateri yang cukup cukup berkompeten di bidangnya Supono atau kerab dikenal dengan Pono Gimbal untuk berbagi pengalamannya di hadapan mahasiswa di RAV Lantai 2  gedung Prodi Komunikasi UII. Pono sebelumnya pernah menjadi direktur artistik dalam beberapa event besar seperti Dieng Culture Festival, Festival Pesona Telaga Menjer, Gumelem Ethnic Carnival, dan Pasa Harau Art and Culture Festival.

Pono menjelaskan bahwa ketika hendak mengelola suatu artistik, penting sekali memperhatikan apa potensi yang terdapat di sekitaran wilayah tempat diadakannya event tersebut. Karena dengan begitu tentunya akan mampu memperkenalkan  identitas dari suatu daerah dan menarik perhatian orang luar daerah untuk menghadiri event tersebut. Sebelum menentukan konsep artistik, perlu dilakukan riset untuk mengatahui apa saja potensi yang terdapat di sekitar wilayah tersebut. Sehingga nantinya konsep bisa berpatokan dari hasil temuan riset di lapangan. “Terkadang melalui masyarakat yang ada di sana bisa memunculkan ide atau wawasan,” ujar Pono.

Pono juga menjelaskan bahwa selama menggarap event perlu menumbuhkan rasa kebersamaan hingga memunculkan nilai kekeluargaan. Ketika diakhir sesi  Ia juga menjelaskan bahwa aspek atitude perlu diperhatikan ketika bekerja. Karena melalui atitude yang baik akan membantu mempermudah urusan  dalam pekerjaan.

 

Penulis: Risky Wahyudi

Foto: Risky Wahyudi

Reading Time: 2 minutes

Film merupakan karya seni dalam bentuk audio visual yang tentunya juga termasuk dalam ranah kajian dunia komunikasi. Proses produksinya yang membutuhkan perhatian dari berbagai elemen menjadikannya harus menuntut kerja sama tim yang ideal supaya dapat mengahasilkan film yang berkualitas. Diperlukan koordinasi dan pemahaman terkait jobdesknya masing-masing agar tiap-tiap kru yang bertanggungjawab di bidangnya bisa memiliki kesamaan persepsi.

Berangkat dari hal tersebut Komunitas Pilem Orang Komunikasi (KOMPOR.KOM) menggelar workshop untuk persiapan dalam memproduksi film yang merupakan rangkaian dari acara HUT KOMPOR.KOM 2017 (18/11/17).  Berbeda dengan perayaan pada tahun sebelumnya, workshop kali ini digelar dengan mengundang pembicara dari sineas profesional dari bidang film dokumenter, M. Gunawan Iskandar dan juga sineas profesional dari film fiksi, Lulue Hendra yang digelar di ruang RAV, Gedung Prodi Ilmu Komunikasi UII.

Gunawan menjelaskan bahwa untuk proses produksi suatu film dokumenter bermula dari sebuah kegelisahan. Karena dengan adanya kegelisahan akan memberikan motivasi untuk bisa memproduksi film tersebut. Selain itu Gunawan juga menjelaskan bahwa gagasan film dokumenter berasal dari dua prinsip, yaitu berdasarkan subjek dan peristiwa. Subjek merupakan sosok yang bisa menceritakan suatu persoalan. Sedangkan peristiwa mengacu pada suatu kejadian atau persoalan yang terjadi di suatu daerah. Ketika menyampaikan materi Gunawan juga menjelaskan bahwa cerita film dokumenter itu sangat fleksibel dan memungkinkan terjadinya perubahan. “Ketika dalam proses produksi sangat memungkinkan terjadinya perubahan di lapangan karena suatu faktor atau alasan tertentu. Entah itu perubahan fokusnya mau pun perubahan ceritanya”, ujar Gunawan.

Sedangkan Lulue sang sutradara film Onomastika yang telah banyak meraih prestasi menyampaikan materi terkait bagaimana pekerjaan di balik layar dalam proses produksi film. Ia menjelaskan bahwa ide gagasan merupakan awal dari sebuah produksi film. Lulue memberikan penjelasan tentang bagian-bagian apa saja yang di balik film dan bagaimana cara mereka bekerja secara umumnya. “Credit title pada suatu film menggambarkan seberapa kompleks film tersebut dibuat,” ujar Lulue.

 

Penulis: Risky Wahyudi

Foto: Risky Wahyudi

Reading Time: 2 minutes

Yogyakarta-Televisi Streaming merupakan salah satu platform yang bisa dijadikan sebagai media alternatif dalam proses penyebaran informasi audio visual bagi suatu komunitas.  Selain itu juga bisa dijadikan sebagai platform yang tepat untuk menyalurkan potensi mahasiswa di dunia broadcasting. Berdasarkan hal tersebut, program studi Ilmu Komuikasi Universitas Islam Indonesia berinisiatif untuk membuat program Televisi streaming yang akan dilaunching pada awal tahun 2018.

Keseriusan dalam menggarap pelaksanaan program ini dibuktikan dengan digelarnya workshop terkait persiapan TV Streaming (17/11/17) yang diikuti oleh perwakilan dosen, staf prodi, laboran, staf PSDMA Nadim dan perwakilan dari mahasiswa komunikasi UII. Workshop tesebut digelar di lantai 2 Gedung FPSB UII dengan mengundang Tomy Widiyatno Taslim dari Yayasan Festival Film Pelajar Yogyakarta sekaligus penggiat media alternatif.

Tomy menjelaskan bahwa untuk fenomena pengelolaan TV streaming saat sekarang ini disarankan lebih berfokus terhadap pengelolaan TV Streaming dibandingkan terhadap pengelolaan konten. Karea menurutnya perhatian peran Program Manger dalam pengelolan ini sangat  penting karena eksistensinya akan mempengaruhi keberlangsungan terjalannya program TV ini secara berkelanjutan. Sedangkan untuk program acara yang akan ditayangkan, Tomy merekomendasikan untuk melakukannya dengan cara produksi, barter dengan jejaring, dan juga melalui perlombaan. Selain itu juga ada tiga hal lainnya yang menjadi perhatian dalam proses pengelolaan televisi streaming,  diantaranya pemograman, marketing dan teknik.

Pelatihan tersebut digelar dengan harapan mampu  meningkatkan kualitas dan produktivitas program studi Ilmu Komunikasi UII ke depannya. Tidak hanya berbicara tentang pelatihan seputar Persiapan  TV streaming saja, pelatihan tersebut juga sekaligus membincangkan  terkait beberapa rancangan program lainnya. Seperti program Festival Film Pelajar (Internasional/Asia), pemberdayaan masyarakat dalam konteks media alternatif dan project terkait Film Dokumenter tentang sejarah Perkembangan Islam di Indonesia.

 

Penulis: Risky Wahyudi

Foto: Risky Wahyudi

Reading Time: < 1 minute

Yogyakarta- Muhammad Rizal Purnawan, mahasiswa Ilmu Komunikasi UII 2014 berhasil mengukir prestasi dalam ajang perlombaan fotografi akbar Canon Photomarathon Indonesia IX 2017 yang digelar di Yogyakarta (12/11/2017). Ia berhasil mendapatakan juara 1 pada tema 3 Kategori Umum: Sejauh Mata Memandang. Kegiatan tersebut diikuti oleh Rizal bersama teman-teman mahasiswa Ilmu Komunikasi lainnya dari komunitas fotografi Ilmu Komunikasi UII Klik18 yang di gelar di Jogja Expo Center.

Pada rangkaian CPMI 2017, seluruh peserta dikumpulkan terlebih dahulu sebelum akan dimulainya perlombaan. Perlombaan terbagi atas tiga sesi yang tiap-tiap sesinya diberikan tema berbeda dan batasan durasi waktu pengumpulan karya. Setelah tema disampaikan, barulah peserta mengeksplore dirinya untuk berkompetisi berburu mendapatkan foto yang terbaik.

Event CPMI ini bukan pertama kalinya diikuti oleh Rizal. Sebelumnya Ia juga pernah mengikuti event tersebut beberapa kali dan terus mencobanya . “Alhamdulillah akhirnya setelah beberapa kali ikutan di tahun-tahun sebelumnya, tahun ini bisa juara 1 Canon Photomarathon Indonesia. Terimakasih Komunitas foto @klik18.uii dan @cann.indonesia,” ungkapnya dalam postingan akun instagram.

Penulis: Risky Wahyudi

Foto: Dok. KLIK18