Reading Time: 2 minutes

Angkringan Lek Ghofar sepi pembeli. Ponsel menempel di telinganya seketika kemudian ia berbincang dengan penelponnya di ujung sana. “Gimana ini dab, kok ora ngangring, iki pie. Anak-anak UII kayaknya lagi nggak ada kiriman ini, belum lagi katanya SPP nya naik terus ini,” kata lek Ghofar sambil langsung disambut tepuk tangan riuh ramai hadirin ketika ia mengatakan kata “SPP naik terus.” Hadirin yang mayoritas mahasiswa itu mulai mengeluarkan derak tawa dan tepukan hangat.

Lek Ghofar, berakting menelepon mengundang banyak orang untuk nangkring di angkringannya. Orang-orang yang diundang ke angkringannya itu ternyata adalah pembicara-pembicara dalam acara inisiatif dari Prodi Ilmu Komunikasi UII yaitu Bincang-bincang “How to Create Impactful Media” pada 28 September 2019 di Auditorium Prof. Abdul Kahar Mudzakkir UII. Lek Ghofar adalah tokoh buatan panitia, khususnya ikon dari program Serial Ramadhan 2019 Uniicoms TV dari Komunikasi UII.

Beruturut-turut kemudian naik ke atas panggung, tempat gerobak angkringan Lek Ghofar ditata, Moderator, Dahlia Citra, dan juga Mario dan Eda Duo Budjang belakangan di sesi kedua. Herman Felani, dosen Komunikasi UII yang berperan sebagai Lek Ghofar, itu menawarkan minuman dan hidangan pada undangannya. Sambil kemudian diceletuki oleh pembicara itu. “Kok sepi, nggak ada yang endorse ni?” tanya Dahlia Citra, Co-Founder Narasi TV, salah satu pembicara kali itu. Citra ingin mengatakan bahwa kini bisnis dan dunia digital harus disikapi dengan kreatif. Termasuk angkringan Lek Ghofar. Begitu juga dengan apa yang dilakukan Narasi TV.

Alumni Namche dan Fisipol UGM ini mengatakan cara mengonsumsi media kini telah berubah. Perkembangan teknologi begitu cepat. Meskipun konten banyak diproduksi, tiap hari tiap orang posting, “Sayangnya banjirnya konten digital tidak dibarengi dengan konteks,” katanya.
Prank misalnya, “konten tutorial masih mending, tapi prank (seperti) itu (saja) jutaan penontonnya. Maka narasi hadir untuk memberi konten yang punya konteks. Edukatif.”

Ada tiga nilai yang Narasi TV usung dalam konten-kontennya: Antikorupsi, Toleransi, dan Partisipasi. Nilai itu pula yang mewujud dalam mantra 3C seperti Content, Collaboration, Community. “Kami tidak harus pakar di semua bidang, kolaborasi yang utama.”

Kalau soal kecepatan semua TV sudah hadir seperti detik. Bedanya, kalau kami memberi konteks. Misalnya. Narasi newsroom hadir menjelang pilpres hadir menangkap dan memberi konteks atas curent isue. Semua TV mengadakan debat pilpres. “Kami berpikir bagaimana caranya dedek-dedek ini mau pakai kuotanya buat nonton Narasi TV. Kami bikin Nobar debat pilpres di bioskop 21 bersama Narasi TV waktu itu.”

“Adek-adek, kalau bikin konten harus kolaborasi. Mereka yang diajak bisa dapat exposure, dikenal, aspirasinya masuk. Kontennya pun jadi,” saran Citra. Itulah yang membuat narasi punya daya kreasi magis. Bagaimana caranya?

 

Reading Time: < 1 minute

Sabtu, 30 November 2019, seluruh staf Prodi Ilmu Komunikasi FPSB UII bergabung bersama seluruh warga akademik FPSB UII di Hotel Santika, Jalan Surdirman, Yogyakarta. Pada hari itu, sekira 7 orang staf seharian mereka menjajal kemampuan menulis artikel. Tak tanggung-tanggung, artikel yang ditulis adalah artikel untuk kepentingan dakwah.

Acara yang diselenggarakan oleh jajaran pimpinan FPSB itu mendorong para tenaga akademik untuk ikut berdakwah. Salah satunya dengan cara menulis. Acara bertajuk Workshop Menulis Artikel Dakwah itu dipandu Muchamad Abrori dari UIN Sunan Kalijaga. Abrori akan berlaku sebagai redaktur dalam acara tersebut. Sebelumnya seluruh staf tendik sudah diminta untuk memilih judul, dan menulis untuk dikumpulkan saat pelatihan menulis.

Ada banyak judul artikel dakwah bermunculan. Temanya beragam. Misalnya ada tema tentang berbakti pada orang tua, keikhlasan, menolak riba, silaturahmi, dan tema-tema lain yang dipilih berdasarkan kemampuan dan kapasitas masing-masing staf. Pada akhirnya nanti, semua tulisan akan dikompetisikan. Tulisan terbaik akan mendapatkan penghargaan dan dapat masuk dalam jajaran tulisan terbaik yang diunggah pada laman web FPSB UII.

Di tempat yang berbeda, dosen-dosen Komunikasi UII bersama dosen se-FPSB UII juga mengikuti workshop dakwah serupa. Bedanya, jika tenaga akademik berlatih dakwah bil qolam, menulis artikel dakwah, dosen-dosen melatih kelancaran public speakingnya sebagai alat dakwah bil lisan. Pelatihan Public Speaking dipandu oleh Imam Mujiono, pakar public speaking kenamaan dari FIAI UII.

Reading Time: < 1 minute

Pada 28 November 2019 telah terlaksana Kuliah Umum dengan tema How To Create Impactful Media di Auditorium Prof. Abdul Kahar Mudzakkir UII. Acara yang dihadiri oleh lebih dari 500 mahasiswa dan akademisi ini menggaet Dahlia Citra dan Duo Budjang dari Narasi TV sebagai pembicara. Kegiatan atas inisiasi Prodi Ilmu Komunikasi FPSB UII ini dibuka oleh Dr. Drs. Rohidin, M.Ag., Wakil Rektor 3 UII.

Dalam sambutannya, Rohidin menekankan bahwa saat ini sangat susah meninggalkam internet. Akibatnya berdampak pada kehidupan sosial keseharian. “Begitu pentingnya, adek-adek saya mahasiswa berkata, lebih baik tidak makan daripada tidak punya kuota,” katanya disambut gelak tawa hadirin yang kebanyakan mahasiswa. Kata Rohidin, menurut data APJII, ada 30 Juta pemakai internet di Indonesia. Ini memnunjukkkan bahwa paparan internet begitu kuat sekali. “Kondisi ini harus terus dikaji dampak positif dan negatifnya,” kata Rohidin kemudian.

Acara yang dilaksanakan bekerjasama dengan Humas UII ini juga dimulai dengan penyerahan cinderamata dari UII pada perwakilan Narasi TV. Lalu juga ada pemberian Kenang-kenangan dari Narasi TV untuk UII. Acara dilanjutkan dengan foto bersama dan diskusi pemaparan bagaimana memproduksi media yang berdampak dipandu oleh moderator. Sedangkan Duo Budjang, terdiri dari broadcaster Mario dan Eda yang selama ini berkecimpung di Prambors Radio dan Narasi TV, mengemukakan beda antara Radio, Youtube, dan Podcast. Sebagai poscaster, Duo Budjang mendorong mahasiswa UII untuk bangga dengan konten lokal dan berani produsi podcast dengan konten lokal. “Setiap kalian adalah expert di bidang yang kaliah geluti,” kata Mario menyemangati.

Reading Time: 2 minutes

Sudah sejak lama banyak media yang bermain api. Mereka hanya memberitakan konflik yang terjadi antar suporter dan tim sepak bola. Akibatnya, bukan solusi, melainkan friksi semakin membesar. Begitulah diskursus yang mencuat pada diskusi “Media dan Sepak Bola: Perspektif Media Massa dalam Melihat Rivalitas Sepak Bola Indonesia”.

 Diskusi ini diadakan di Halaman Parkir Student Area depan Gedung Unit 18 Prodi Ilmu Komunikasi FPSB UII. Diskusi media & sepak bola yang berlangsung pada 22 November 2019 ini menghadirkan Narayana Mahendra, Dosen Komunikasi UII, dan FX Harminanto, Jurnalis Kedaulatan Rakyat. Mereka adalah dua orang yang dipercaya sebagai pembicara oleh Panitia Diskomunikasi Komunikasi UII dan Militansi 04 dalam rangkaian Sesasi Diskomunikasi 2019. 

FX Harminanto, wartawan KR, yang jadi pembicara diskusi kali itu mengatakan bahwa rivalitas tetap penting dalam olahraga dan kehidupan supporter. “Rivalitas itu harus diimbangi dengan literasi. Jangan kurang baca. Saya pesan, mulai nanti share ke teman yang lain, harus share berita bola secara utuh. Bukan tidak dibaca tapi asal share,” katanya menanggapi berita konflik supporter dalam peristiwa sepak bola di Indonesia belakangan ini.

Sedangkan Narayana Mahendra Prastya, Dosen Komunikasi UII, spesialis klaster jurnalisme dan komunikasi olahraga, mengatakan tiap wartawan mungkin punya pemahaman berbeda-beda. “Supporter di kampus harus melakukan kritik dan jalurnya sesuai hukum. Memang prosesnya lebih lama daripada membalas sebuah kebencian dengan cara yang lebih kejam,” ungkapnya.

Diskusi dihadiri  mahasiswa komunikasi UII, perwakilan supporter, dan beberapa tamu undangan yang concern pada isu media dan sepakbola di Indonesia.

Alkausar misalnya, salah satu peserta mahasiswa Komunikasi UII, mencoba memertanyakan soal mengapa media tidak menggunakan Jurnalisme Damai dalam tiap peliputan konflik suporter dan laga sepak bola. “Untuk jurnalisme damai dalam media itu gimana seharusnya? Kalau kasusnya ada suporter yang meninggal, kalau kita hanya mencari yang salah, maka sampai kapan, tidak akan ada yang selesai. Bagaimana jurnalisme damai digunakan?” Kata Al, panggilan Alkausar.

Jurnalisme damai memang digunakan sering dalam konflik atau peperangan, kata Narayana. Rusuh suporter sepak bola bisa dilihat sebagai bencana sosial, dan ,”jurnalisme damai itu bisa digunakan sebenarnya,” kata Narayana. Belum ada media yang mengarahkan,”ini penting lho suporter ini dengan ini berdamai,” sambungnya.

Narayana menambahkan bahwa pemberitaan tentang suporter jangan berhenti soal sanksi. Tetapi media juga tak bisa menunggu soal fakta ini, perlu riset, perlu menggali.

Memang kecenderungannya media sering berhenti di sanksi dan konflik, kata FX Harminanto.  Menurutnya, ini disebabkan media sekarang dituntut cepat, dan yang paling cepat dimintai keterangan tentu kepolisian. “Belum sampai ke solusi harusnya gimana,” katanya menganalisis. Jika media berniat menuju ke sana butuh riset yang mendalam. “Sekarang kan media olahraga kebanyakan daring ya, dan klaim gaji kan dari jumlah berita yang dibikin. Jadi memang sulit bikin berita yang mendalam.”

Meski begitu, FX Harminanto menambahkan hal itu akan jadi masukan untuk dirinya dan media, “Jangan sepak bola hanya jadi komoditas.” 

Reading Time: 2 minutes

Communication Field Trip (CFT) Tahun ke 12 kini menuju Jakarta lagi. CFT adalah kegiatan rutin HIMAKOM tiap tahun yang diikuti oleh mahasiswa komunikasi UII untuk mempelajari dunia industri dari dekat. Kegiatan ini dilaksanakan pada 7-8 November 2019. Kunjungan kali ini menimba banyak ragam pembelajaran dari beragam industri media dan komunikasi.

Pertama, Peserta mengunjungi kantor KOMPAS TV. Di sana, dengan didampingi Ratna Permata Sari, Dosen Komunikasi UII, dan Annisa Putri Jiany, Staf International Program (IP) Komunikasi UII, mereka bertemu juga dengan alumni Komunikasi UII yang kini berkiprah di sana. Kedua, para peserta CFT kali ini berkunjung ke tempat yang tidak biasa dilakukan pada agenda CFT tahun-tahun yang lalu. Misalnya, kunjungan ke Kementrian Pariwisata, dan kunjungan ke Remotivi, sebuah lembaga pusat kajian media dan komunikasi.

Remotivi ( @remotivi.or.id ) adalah salah satu organisasi non pemerintah (NGO/ Non Goverment Organization) yang sangat fokus dan termasuk gencar melakukan kajian media, pemantauan media (media watch) di Indonesia. Mahasiswa komunikasi UII jadi paham dunia aktivisme juga penting sebagai kontrol terhadap berjalannya demokratisasi media di Indonesia seperti yang dilakukan Remotivi. Meski sudah hampir tiap tahun berkunjung ke NET TV, tetapi kali ini tujuannya berbeda: Ini Talkshow. Banyak pengalaman yang didapat, misalnya peserta belajar bagaimana pola kerja yang dinamis di industri swasta seperti Kompas TV dan NET TV. Lalu juga belajar komunikasi strategis di lembaga pemerintah dan non pemerintah dalam melakukan kampanye dan advokasi sosial.

Fikri Alkausar, Sekjend Himakom UII, mengatakan memang baru pertama di CFT tahun ini ada kunjungan ke NGO dan Kementerian Pariwisata. “Tujuannya biar seimbang saja, antara industri dan aktivisme sosial. Kalau dulu sering ke industri terus, saat ini ada ke NGO supaya peserta juga paham soal dan problem sosial dan aktivisme sosial.”

Selain bertandang ke beberapa wadah praktisi berkegiatan, yang beda pada kesempatan kali ini adalah para peserta juga mengagendakan melakukan pertemuan temu alumni yang tergabung dalam Relasi UII, sebuah wadah alumni komunikasi UII. Relasi UII adalah kependekan dari Ruang Interaksi Alumni Komunikasi Universitas Islam Indonesia. Selain belajar dari praktisi sosial dan swasta, mereka juga tetap menjaga jejaring dengan alumni almamater.

Reading Time: 2 minutes

lanjutan dari Pergi Ke Singapura Dengan Montor-Montor Cilik (1)

Imam juga paling berpikir keras soal masalah biaya. Butuh biaya yang tak sedikit untuk persiapan, keberangkatan dan biaya hidup di Singapura. “Segan minta orang tua, dan nggak pengin ngerepotin,” ungkapnya. Imam, yang juga pernah ikut kegiatan komunitas foto Klik18 dan MUN, ini mengaku, sampai berdebat dengan orang tua soal itu, “tapi alhamdulillah semuanya sudah teratasi dengan baik.” Menurutnya, triknya, ia melakukan komunikasi dan diskusi baik-baik dengan orang-tua. “Terus ngasih tahu segala hal mengenai event-ya dan ngasih alasan kenapa mau ikut ke Singapore.” Imam berkata motivasinya ikut SICF ingin menunjukkan pada orang tuanya bahwa ia bisa berprestasi juga walaupun tidak dalam hal akademik.

Tak hanya individu, dalam skala tim, di internal PSM MV UII juga berhadapan dengan beragam tantangan yang tak mudah. Misalnya, cerita Imam, yang pertama tim harus hadapai masalah dana juga. Kebutuhan dana tinggi, “jadi terpaksa yang ikut lomba harus mengeluarkan biaya yang cukup besar, dan ada beberapa anak yang tidak membayar karena masalah keluarga dan lain-lain.” Untungnya, sambung Imam, “dari Univ (UII) beri dukungan berupa dana,” katanya, sehingga dapat membantu meringankan beban dana dan membantu beberapa orang yang tidak bisa membayar. Sebelum berangkat, dari rektorat UII menjadwalkan pertemuan, “dan saat ketemu kami diberi motivasi dan mereka membantu kami menenangkan pikiran dan hati.”

Yang unik, PSM MV UII membawa lagu-lagu dengan nilai-nilai daerah yang belakangan hampir tenggelam oleh lagu pop dan lagu mancanegara. PSM UII, kata Fakhriyah Fatin, Ketua PSM MV UII, pada Humas UII, mereka maju ke SICF di kompetisi dengan dua kategori lagu: Mixed Voice (Category B2) dan Folklore. Masing-masing 6 peserta untuk kategori Mixed Voices dan 19 peserta untuk kategori Folklore.

Lagu-lagunya legendaris, bermuatan dakwah, dan beberapa sangat lokal. Lagu yang dinyanyikan misalnya “Ya Muhammad SAW”, “Zigeunerleben”, “Mae-e” untuk Mixed Voice. Lalu di kategori folklore ada lagu-lagu daerah di Indonesia yang legendaris seperti “Montor-Montor Cilik” yang pada jaman dulu sempat populer dan digubah oleh Ki Narto Sabdo. Ada juga lagu yang populer dari tanah papua, yang dulu sempat dipopulerkan grup band Rock asal Papua “Black Brothers” berjudul “Diru-Diru Nina”. Tak hanya itu, menarik juga mendengar sajian langsung Miracle Voice UII membawakan lagu khas Kalimantan Selatan bertitel “Paris Barantai.” Dengan lagu-lagu legenda seperti Montor-Montor Cilik dan Diru Diru Nina inilah gerbong PSM pergi ke Singapura meraih Golden Award dengan nilai 80,77.

Imam merasakan mendapat banyak manfaat dari aktivitas kemahasiswaan seperti PSM ini. Selain merasakan atmosfer kekeluargaan, ia juga banyak belajar mengenai olah vokal, konser, dan kompetisi. Selain itu, ia di PSM secara tidak langsung juga belajar soal karakter, pengembangan diri, dan manajemen. “Kan di PSM bukan cuma sekedar nyanyi doang tapi belajar organisasi juga.” katanya. “Saya ingin memanfaatkan hobby saya agar menghasilkan prestasi yang dapat membanggakan kampus orang tua dan negara.”

Imam berharap semoga Ilmu Komunikasi UII semakin maju dan dikenal di seluruh dunia. Imam juga berpesan walaupun tidak bisa berprestasi di bidang akademik, “Carilah hal atau bidang yang kamu kuasai dan jadikanlah hal tersbut sebagai motivasi. Tekunilah bidang itu Insyaalloh ketika menjalani hal tersebut dan menghadapi masalah dalam bidang itu kalian akan tetap tenang dan bahagia,” pesannya. Mimpi Imam katanya, ia berharap bisa membawa PSM menduduki peringkat tertinggi di setiap perlombaan. “Sehingga orang mengakui kita dan menunjukan bahwa universitas islam pun bisa memenangkan perlombaan seni bernyanyi dunia,” tutupnya.

Reading Time: < 1 minute

Apa saja tipologi konflik yang bisa muncul dalam organisasi?

Puji Hariyanti banyak menjelaskan soal konflik dalam organisasi, tipenya, dan bagaimana menghadapinya. Pemaparan itu ia terangkan dalam sesi Komunikasi Organisasi (Jilid 2) di Pelatihan dan Pengabdian Masyarakat Gandeng Gendong  pada Jumat, 25 Oktober 2019. Pelatihan di Gedung PKK balai kota Yogyakarta ini adalah hari yang ke 5 dari total 9 hari materi terstruktur Workshop Kewirausahaan yang dihelat oleh tim Pemateri dari Komunikasi UII. Kegiatan ini juga adalah kerjasama dengan DPMPPA Kota Yogyakarta.

Sebelum menyelesaikan konflik, Puji harap para peserta memahami tipologi konflik yang sedang dihadapi. Menurut Puji, ada beragam tipe konflik. Misal Ada yg konflik substantif. Ia terjadi karena hal-hal yang mendasar tentu solusinya membenahi suatu yang prinsip misalnya dasar atau tujuan organisasi.

Ada pula konflik yang sifatnya konflik emosional. Biasanya konflik emosional disebakan oleh masalah psikologis. Misalnya ketidakpercayaan, perasaan takut atau terancam.

Konflik juga harus dilihat apakah ia destruktif, merusak, atau konstruktif. Konflik yang destruktif tentu memberikan kerugian setidaknya pada yang berkonflik. Ada perasaan tidak nyaman, tidak aman.

“Konflik konstruktif membawa perbaikan, keuntungan bagi pihak yang berkonflik berupa peningkatan kreatifitas,” terang Puji. Konflik yang membawa keuntungan ini bisa jadi sebuah momen untuk peningkatan kreativitas, peningkatan produktivitas, hingga peluang bertumbuhnya solidaritas dalam organisasi.

Bagaimana menghindari konflik kemudian

Meski telah mengenali tipologi konflik, layaknya patut dikenali juga gaya dalam manajemen konflik. Yang manakah kita. Misalnya, kata Puji, gaya “competitor” yang lebih mengelola konflik dengan pendekatan kompetisi dan tantangan dalam organisasi. Kita perlu menciptakan kompetisi yang sehat dalam organisasi.

Pendekatan dan gaya “accomodation” Melihat apakah dapat mengakomodasi beragam kepentingan dalam konflik. Atau mungkin gaya selanjutnya yaitu gaya “compromiser” yang memilih kompromi untuk memanajemen konflik. Ada juga gaya “collaborator” yang mengelola konflik dengan menakar Mungkinkah kolaborasi dilakukan untuk meminimalisir konflik. Gaya “avoider” justru sebaliknya: menghindari konflik.

Reading Time: < 1 minute

20 Kelompok rintisan usaha yang tergabung dalam nama Gandeng Gendong di Kota Yogayakarta rampung mengikuti pelatihan merancang konten berita website bersama Narayana Mahendra Prastya, Dosen Komunikasi UII yang fokus kajiannya ada di klaster jurnalisme dan komunikasi krisis. Kegiatan yang berlangsung pada 24/10 ini dilaksanakan di Gedung PKK di Komplek Balai Kota Yogyakarta.

Sebanyak 20 perwakilan rintisan usaha ibu-ibu di kodya Yogyakarta mengikuti paparan Narayana. Selain menjelaskan soal urgensi, fungsi, dan tips menulis berita di website, para ibu pengusaha umkm ini bahkan juga latihan menulis rancangan konten website. “Konten tersebut sebisa mungkin konten yang dapat memancing pembeli,” kata Narayana, yang juga sering meneliti di tema komunikasi olahraga. “Bayangkan ibu-ibu menulis konten website mengenai edukasi, tips, dll yang “memancing” orang untuk menggunakan produk/jasa anda,” tambahnya.

Strukturnya, kata Nara, bisa dimulai dengan Judul yang merangkum keseluruhan isi tulisan. Kelebihan, keuntungan, dan manfaat dari produk atau jasa yang dijual wajib untuk ditulis juga. Selain itu, dan yang sering penjual lupa adalah: edukasi.

Edukasi berarti informasi yang sifatnya “did you know”. Konten “Did You Know”/”tahukah anda” memenuhi rasa ingin tahu pembaca sehingga pembaca terpancing membeli produk atau menggunakan jasa.

Semua peserta menulis rancangan konten berita websitenya dalam secarik kertas folio. Narayana juga rajin membahas satu per satu hasil karya peserta sembari memberi masukan dan saran di sana-sini.

Reading Time: 2 minutes

Holy Rafika, Dosen Komunikasi UII, itu sudah hadir di depan ibu-ibu peserta pagi-pagi (24/10). Ia sudah menyiapkan materinya dengan tajuk Copywriting: Seni Menjual Lewat Tulisan (2) atau sederhananya, “Menulis di socmed,” katanya.  Ruangan, di Gedung PKK komplek Balai Kota Yogya, dengan 20an peserta dari komunitas gabungan Gandeng Gendong itu penuh dengan antusiasme dan ibu-ibu yang sedari pagi tak sabar mengulik sosmednya.

Holy dan para peserta sedang menjalankan kelas dalam program pengabdian masyarakat hasil kerjasama Komunikasi UII dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat  Perempuan dan Perlindungan Anak (DPMPPA) Kota Yogyakarta yang dihelat dari 21 Oktober 2019 hingga 6 November 2019. .

“Apa yang berbeda menulis di sosmed?” Kata Holy di depan peserta yang semuanya ibu-ibu. Copywriting itu menulis bertujuan, tujuannya marketing. Pemasaran. Memasarkan barang jualan kita. Menurut Holy, copywriting ssebenarnya mudah. Ada tiga tips copywriter handal: (1) Mengenali social media yang akan digunakan untuk memasarkan, (2) Memahami product, (3) Memahami target audience.

‌Mengapa harus mengenal saluran media sosial? Karena itu menentukan panjang pendek, ruang, dan batas sampai mana tulisan yg akan digunakan. Saluran menentukan audience dan content yg kita gunakan. Facebook mungkin audience-nya banyak orang dewasa. Sedangkan Instagram (IG) diisi oleh banyak remaja.

‌Paling tepat memang mendeteksi akun-akun yg mengikuti berada dalam jaringan akun yg anda gunakan. Saluran menentukan ruangan/isi tulisan dan saluran akhirnya menentukan juga gaya tulisan dalam copywriting.

‌‌Selain mengenali saluran media sosial yang akan digunakan, kita juga perlu memahami produk kita (product knowledge). Sebuah pemahaman mengenai barang atau layanan yang kita jual setidaknya mengandung informasi: Penggunaan, Fungsinya, Penampilan, dan Kelengkapan pendukung. Produk menentukan cara mengkomunikasikan/menjualnya. Jika kita menghadapi customer yang berbeda, penguasaan terhadap produk, penyusunan pesannya juga mestinya berbeda.

‌Salah satu yang juga jangan sampai terlewat adalah “Menentukan target pasar”: panjang tulisan, gaya bahasa, bentuk font, huruf ditentukan oleh pasar kita.

‌”komunikasi pemasaran terutama ditentukan oleh target (pembeli) dan bukan oleh pembuat pesan komunikasi (penjualnya),” kata Holy.

‌Tak hanya teori, peserta juga praktik melatih diri menulis menjual lewat tulisan. “Yuk latihan menulis. Mari kita menuliskan produk kita dengan: menentukan saluran media, product knowledge, dan target pasar,” kata Holy.

Ada tanya jawab, diskusi, ada juga peserta yang kreatif membuat konten sedikit genit dan sangat anak muda. Padahal rata-rata sudah di atas kepala tiga, masih banyak yang bisa menulis kreatif, lucu, dan bahkan puitik. “Oh saya baru mengerti kalau copywriting itu promosi produk lewat tulisan,” kata salah satu peserta dari Purbayan Kotagede saat diminta testimoninya.

Reading Time: 2 minutes

Tak ada orang yang akan tertarik membeli bila tulisan anda tak menjual. Ya, menjual lewat tulisan ada seninya. Itulah yang coba dibagi oleh Sumekar Tanjung, Dosen Komunikasi UII, pada kesempatan Workshop wirausaha di Gedung PKK, Kota Yogyakarta, pada Rabu (23/10). Temanya “Copywriting: seni menjual Lewat Tulisan” kata Sumekar Tanjung pagi itu.

Copywriting, atau mengemas tulisan dalam penjualan dan promosi di media sosial butuh trik. Setidaknya itulah salah satu cara mengail pembeli selain kekuatan produk anda. Sumekar bicara hal itu di depan para peserta yang semuanya adalah ibu-ibu pengelola rintisan usaha kampung yang selama ini masuk dalam program pemberdayaan DPMPPA Kota Yogyakarta.

Tanjung, panggilan sehari-hari Sumekar, yang juga adalah pakar di bidang Komunikasi Visual, ini mengatakan ada beberapa trik menulis untuk menjual produk. Pastikan tulis penawaran dengan menarik dan menyita perhatian khalayak. Ada banyak pesan berseliweran kini di media sosial, tentu penawaran anda harus mencuri perhatian.

Kedua, tentukan pasar, kebutuhan dan fokus pada produk anda. Poin tersebut juga menentukan tulisan macam apa yang akan kita tulis. Memahami media promosi juga penting. Media dengan Instagram perlu foto menarik, media promosi dengan twitter tentu tulisan yang dominan.

Tapi yang paling penting adalah Call to action (CTA). Tulisan promosi harus punya ajakan untuk membeli produk atau menggunakan jasa. Misalnya, kata Tanjung, CTA bisa seperti, “apalagi yang anda tunggu? telepon sekarang juga.” atau, “Sekarang adalah saat yang terbaik,” dan “Buktikan sendiri.” bisa juga “Anda harus mengambil keputusan penting.” dan lain sebagainya.

Tanjung juga menyarankan agar ibu-ibu memberi Bonus, Garansi, dan jangan lupa minta testimoni pembeli. Trik terakhir membuat calon pembeli terpancing untuk membeli. Meskipun tak membeli, setidaknya orang sudah berhenti untuk membaca promosi anda. Ia bisa mereferensikan pada orang lain atau mencoba produknya di lain waktu.

Tentu saja, tidak ada orang yang tidak tertarik pada Bonus dan Garansi. Terstimoni pun akan pembeli berikan bila pembeli puas dan senang dengan produk dan layanan kita. Terakhir, Tanjung mengingatkan jangan sekali-kali lupa dengan cek ulang tulisan: proofread. Proofread penting dilakukan dengan cara mengecek ulang tulisan, salah ketik, apakah ada kemungkinan salah paham, cek typo, dan lain sebagainya. Proofreading menunjukkan keseriusan, ketelitian, kredibilitas dan profesionalitas pengusaha dan produknya.