communication department UII Commnunication for empowerment
Reading Time: 2 minutes

Kelas Impian: Tanamkan Cita-cita pada Anak Sejak Dini Oleh Aghna Alfan Hidayat, Fahra Sania Sofyan,
Reza Fahmi Priyadi, Zakiyyah Ainun, Naufal Arfino

Kelas impian merupakan program pemberdayaan yang bertujuan mengajak anak-anak mengenali potensinya: menjadi pribadi yang berani dan mampu bermimpi sejak dini. Program ini menyasar pada anak usia sekolah dasar yang posisinya terletak jauh dari kota. Selain itu, anak-anak peserta program ini diharapkan dapat menyusun mimpi-mimpinya mulai dari jangka pendek hingga panjang.

Ada beberapa kegiatan dalam program ini. Salah satunya adalah kelas profesi. Kelas profesi bertujuan untuk mengenalkan beberapa profesi yang berhubungan dengan rumpun Ilmu Komunikasi, yaitu broadcasting, news anchor, dan videographer. Dikalangan anak-anak SD terlebih yang jauh dari kota, profesi-profesi tersebut masih jarang dikenali. Sebagian besar dari mereka lebih memilih menjadi sosok yang memang mereka ketahui, seperti polisi, guru, TNI, dan pilot.

Tidak hanya kelas profesi, kegiatan kami yang lain adalah bercerita mimpi. Dalam kegiatan ini, anak-anak SD diminta untuk menggambar cita-citanya lalu mereka menceritakan alasan mereka memilih cita-cita tersebut. Bagi mereka yang memiliki gambar dan cerita yang bagus, mereka akan mendapatkan hadiah dari kami. Mereka sangat antusias mengikuti semua kegiatan kami.

Output dari kegiatan kami adalah pohon mimpi. Anak-anak SD diminta untuk menuliskan mimpi dan cita-citanya di kertas yang telah disediakan. Lalu mereka gantungkan ke pohon yang telah kami siapkan. Nantinya, pohon ini akan menjadi simbol atas mimpi-mimpi mereka yang kelak akan mereka capai.

Sekolah dasar yang menjadi target pun memiliki respon positif terhadap kegiatan yang kami buat. Alasannya, metode pembelajaran seperti ini dianggap sangat variatif. Kelas Impian: Tanamkan Cita-cita pada Anak Sejak Dini

Oleh Aghna Alfan Hidayat, Fahra Sania Sofyan,
Reza Fahmi Priyadi, Zakiyyah Ainun, Naufal Arfino

Kelas impian merupakan program pemberdayaan yang bertujuan mengajak anak-anak mengenali potensinya: menjadi pribadi yang berani dan mampu bermimpi sejak dini. Program ini menyasar pada anak usia sekolah dasar yang posisinya terletak jauh dari kota. Selain itu, anak-anak peserta program ini diharapkan dapat menyusun mimpi-mimpinya mulai dari jangka pendek hingga panjang.

Ada beberapa kegiatan dalam program ini. Salah satunya adalah kelas profesi. Kelas profesi bertujuan untuk mengenalkan beberapa profesi yang berhubungan dengan rumpun Ilmu Komunikasi, yaitu broadcasting, news anchor, dan videographer. Dikalangan anak-anak SD terlebih yang jauh dari kota, profesi-profesi tersebut masih jarang dikenali. Sebagian besar dari mereka lebih memilih menjadi sosok yang memang mereka ketahui, seperti polisi, guru, TNI, dan pilot.

Tidak hanya kelas profesi, kegiatan kami yang lain adalah bercerita mimpi. Dalam kegiatan ini, anak-anak SD diminta untuk menggambar cita-citanya lalu mereka menceritakan alasan mereka memilih cita-cita tersebut. Bagi mereka yang memiliki gambar dan cerita yang bagus, mereka akan mendapatkan hadiah dari kami. Mereka sangat antusias mengikuti semua kegiatan kami.

Output dari kegiatan kami adalah pohon mimpi. Anak-anak SD diminta untuk menuliskan mimpi dan cita-citanya di kertas yang telah disediakan. Lalu mereka gantungkan ke pohon yang telah kami siapkan. Nantinya, pohon ini akan menjadi simbol atas mimpi-mimpi mereka yang kelak akan mereka capai.

Sekolah dasar yang menjadi target pun memiliki respon positif terhadap kegiatan yang kami buat. Alasannya, metode pembelajaran seperti ini dianggap sangat variatif.

communication department UII Commnunication for empowerment
Reading Time: 3 minutes

Merintis Desa Wisata Edukatif Bambu Lestari Bulak Salak oleh : Daffa Firdaus Najati, Fadilla Silvia Suhartono, Sifa Auliyasari, Aqsha Narariya Yani dan Roiyan Nangim.

Gerakan dan pengembangan desa secara mandiri sedang gencar dilakukan. Tak
ketinggalan salah satu desa wisata di daerah Sleman, Yogyakarta yang secara bertahap merintis
desanya sebagai desa wisata edukatif. Ialah Desa Wisata Edukatif Bambu Lestari yang terletak di
Dusun Bulaksalak, Wukirsari, Cangkringan, Sleman. Desa wisata ini berjarak sekitar 20 menit
dari Universitas Islam Indonesia (UII). Diresmikan oleh GKR Hemas pada 2018 lalu, desa ini
mengusung konsep utama edukasi terkait tanaman bambu. Berbagai tanaman bambu yang ada
tak hanya berasal dari Indonesia. Seperti bambu dari Jepang, Thailand, Timor dan sebagainya.
Terdapat beberapa fasilitas yang telah dibangun oleh warga setempat yang bisa dipergunakan,
selain areal bambu. Yaitu camping ground dan arena outbond.

Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman menyatakan bahwa desa ini masih termasuk dalam
desa wisata rintisan. Yang berarti, masih termasuk dalam desa wisata baru, yang didalamnya
baik struktur kepengelolaan, infrastruktur dan partisipasi masyarakat masih perlu untuk
ditingkatkan. Meski telah tercatat di Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Bapak Eko Wiyarto,
selaku kepala pengelola desa wisata edukatif ini, mengatakan bahwa pihak pengelola belum
berani mendaftarkan desanya sebagai desa wisata. Dikarenakan kesiapan internal yang dimiliki
belum sepenuhnya siap. Khususnya partisipasi masyarakat dalam mengembangkan Desa Wisata
Edukatif Bambu Lestari Ini. Pendanaan dalam memperbaiki fasilitas yang ada pun masih sebatas
gotong–royong antar warga dan terkadang dibantu pula oleh mahasiswa dalam bentuk kegiatan
KKN.

Oleh karenanya, kelompok kami yang terdiri dari Daffa Firdaus Najati, Fadilla Silvia
Suhartono, Sifa Auliyasari, Aqsha Narariya Yani dan Roiyan Nangim, mahasiswa ilmu
komunikasi 2017, melalui mata kuliah Manajemen Program Non Komersil, melakukan
pembinaan dengan mengadakan beberapa program. Yaitu, pelatihan fotografi, pelatihan konten
web dan media sosial, sosialisasi sadar wisata, pembuatan papan nama bambu dan plang serta
pendampingan pembuatan AD/ART. Program ini menjadi media pembelajaran untuk kami,
dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat serta menyalurkan ilmu yang kami peroleh agar
bermanfaat untuk sesama. Durasi pelaksanaan program berlangsung pada bulan November 2019
hingga awal Desember 2019.

Program pertama dari kegiatan pemberdayaan ini adalah pelatihan fotografi yang mana
target sasaran dari kegiatan ini adalah pemuda dan pemudi daerah setempat. Kami berhasil
mengirim sebanyak 20 undangan dan berhasil mendatangkan 16 peserta. Pelatihan fotografi
berlangsung pada hari minggu tanggal 17 November 2019 pukul 10.30. Materi pelatihan yang
diberikan berkaitan dengan dasar-dasar fotografi, mengingat hal ini sangat penting untuk menjadi
salah satu langkah awal dalam mengembangkan desa wisata edukatif bambu lestari untuk lebih
dikenal wisatawan. Anggota dari KLIK18 menjadi pemateri dalam pelatihan ini dibantu dengan
volunteer dan seluruh anggota dari kelompok dalam praktek lapangannya di penghujung
pelatihan fotografi.

Program kedua dari kegiatan pemberdayaan ini adalah sosialisasi mengenai sadar wisata,
dengan target 36 undangan untuk warga setempat. Kegiatan ini dilakukan pada hari yang sama
setelah pelatihan web dan sosial media, namun kegiatan ini dilaksanakan pada malam hari karena
menyesuaikan jadwal audiens, yakni warga sekitar desa wisata bulak salak bambu lestari.
Pada sosialisasi kali ini dihadiri oleh beberapa volunteer dari teman-teman di UII.
Pemateri berasal dari founder ‘Omah Noto Plankton’ yaitu Mas Edi dan rekannya. Materi
sosialisasi yang diberikan lebih mengarah kepada bagaimana konsep dari sebuah desa wisata dan
bagaimana cara pengembangan untuk selanjutnya.

Mas Edi menjadikan Omah Noto Plankton sebagai contoh kepada warga Desa Bulak Salak bagaimana perjuangan membangun sebuah tempat wisata edukasi. Peran mitra yakni KBD adalah sebagai narahubung dan membantu jalannya kegiatan. Dari target undangan yang disebar, terdapat 33 bapak-bapak warga sekitar yang hadir. Peserta sangat antusias karena sosialisasi ini bersifat sharing.
Program selanjutnya yang kami berikan kepada desa wisata tersebut adalah pembuatan
plang dan papan informasi untuk bambu-bambu disana, penamaan tersebut bertujuan untuk
mengedukasi para wisatawan yang datang mengenai nama serta jenis bambu.

Lokasi bambu-bambu disana tidak jauh dari aula yang kami pakai untuk mengadakan pelatihan serta sosialisasi sadar wisata. Sehingga, untuk menemukan berbagai macam bambu tidak sulit karena area
tersebut menjadi satu kawasan yang dinamai ‘Bambu Track’. Pelaksanaan pembuatan plang dan
papan informasi tersebut berlangsung pada tanggal Minggu, 1 Desember 2019 dimulai pagi dan
selesai di sore hari.

Pembuatan plang tersebut cukup berjalan dengan lancar, apalagi dalam
prosesnya dibantu oleh beberapa volunteer dari ilmu komunikasi maupun volunteer dari luar.
Adapun papan informasi yang kami buat yakni menggunakan seng yang kemudian kami cat dan
tulis nama bambu serta jenisnya, yang nantinya papan tersebut diletakkan di bambu-bambu yang
sudah dikelompokkan.

—————————-

Mulai Januari hingga Maret 2020, kami akan mengunggah tulisan seri  tentang manajemen komunikasi non komersil di bawah supervisi Puji Hariyanti, S.I.Kom, M.I.Kom. Puji Hariyanti adalah dosen spesialis kajian klaster Komunikasi Pemberdayaan. Ia telah berkali-kali mendapatkan hibah-hibah dan riset soal pemberdayaan. Berikut ini adalah tulisan-tulisan mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UII tahun angkatan 2017 ketika mengambil mata kuliah Manajemen Komunikasi Non Komersil. Tulisan diterbitkan dengan melewati proses bimbingan Puji Hariyanti dan tahap penyuntingan oleh A. Pambudi W.

communication department UII Commnunication for empowerment
Reading Time: 3 minutes

oleh Muhammad Mikael Atthariq, Haninda Salsabillah, Alysa Chairunnisa S, Rezki Akbar, dan Muhammad Alfian

Banyak sekali manfaat dan dampak yang bisa mempengaruhi penggunanya tergantung sikap pengguna dalam menggunakan teknologi itu. Jika mereka menggunakan teknologi dari sisi positifnya maka akan memberikan kemaslahatan bagi kehidupan itu sendiri dan begitupun sebaliknya. Jika mereka menggunakan teknologi dari sisi negatifnya maka akan banyak menimbulkan masalah bagi kehidupannya.

Manfaat yang harus gali adalah peluang pekerjaan baru di bidang digital seperti graphic designer, fotografer dan videografer. Setiap lini pekerjaan ini sangat dibutuhkan di era new media saat ini. Beberapa Sekolah pun dalam memberikan informasi kepada siswa-siswinya saat ini sudah menggunakan platform-platform new media diantaranya sosial media. Salah satu diantaranya adalah Instagram. Instagram adalah platform komunikasi yang sangat banyak digunakan oleh setiap orang, instansi maupun lembaga saat ini.

Smpn 1 Pakem berjarak sekitar 4 km dari Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia. Jarak yang cukup dekat bagi kelompok kami untuk melaksanakan kegiatan Non-Komersil ini. Dimulai sejak tanggal 23 November 2019 dan berakhir di minggu- minggu desember kemarin. Kegiatan kami berupa rangkaian pelatihan, praktek dan penyusunan yang nantinya akan menghasilkan akun official Instagram dari Smpn 1 Pakem ini.

Hari pertama pelatihan dibuka oleh pihak sekolah dan ketua dari kelompok kami Muhammad Alfian dengan mengucapkan terima kasih atas kesediaan waktu acara ini. Lalu agenda kami lanjutkan dengan pelatihan oleh mitra dari @Noctis_project dengan materi creating digital dan fotografi.

Hari kedua kami lanjutkan di minggu selanjutnya dengan materi pelatihan creating digital content dan creative thinking oleh tim Non-Komersil kami. Materi dibuka oleh ketua pelaksana kami Muhammad Alfian dan dibantu oleh rekan-rekannya.

Hari ketiga kami melakukan praktek lapangan untuk kebutuhan materi konten yang nanti akan dipublikasikan sebagai content digital pertama Smpn 1 Pakem. Pelatihan ini melibatkan seluruh tim dibantu oleh teman-teman dari KLIK.18

Pertemuan terakhir setelah praktek, kami memberikan evaluasi kepada siswa/i atas hasil pertama konten mereka yang sudah dibuat pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ini, kami memberikan sedikit hadiah bagi setiap kelompok yang sudah aktif melaksanakan kegiatan kami.

Kegiatan yang dimulai pada tanggal 23 November 2019 yang berlokasi di SMPN 1 Pakem dan berlokasi hanya 4 km dari Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia ini merupakan rangkaian kegiatan pelatihan, praktik dan penyusunan yang nantinya akan menghasilkan akun official Instagram dari Smpn 1 Pakem.

Kegiatan ini diawali dengan pembukaan oleh Muhammad Alfian dan pemberian materi oleh rekannya sendiri dari @Noctis_Project yaitu Ari Jinu. Ari Jinu memberikan materi tentang basic-basic dalam fotografi kepada siswa SMPN 1 Pakem. Sebagian besar siswa SMPN 1 Pakem ini sangat tertarik dengan fotografi. Hari pertama ini cukup terlaksana dengan baik oleh semua anggota kelompok.

Minggu kedua dibuka dengan materi pelatihan creating digital content dan creative thinking. Materi dibuka oleh ketua pelaksana kami Muhammad Alfian dan dibantu oleh Ari Jinu. Disisi lain, pihak sekolah juga memberikan respon yang sangat positif. Hari ketiga  dilakukan praktek lapangan untuk kebutuhan materi konten yang nanti akan menjadi content digital pertama Smpn 1 Pakem.

Pelatihan ini melibatkan seluruh tim dibantu oleh teman-teman dari KLIK.18. Pertemuan terakhir, diberikan evaluasi kepada siswa/i atas hasil pertama konten mereka yang sudah dibuat pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ini, kami memberikan sedikit hadiah bagi setiap kelompok yang sudah aktif melaksanakan kegiatan kami.

Kendala yang kami rasakan mungkin sebagian kecil dari siswa SMPN 1 Pakem ini kurang tertarik dengan pelatihan fotografi dan mengelola akun sosial media. Padahal dari pihak sekolah sendiri sangat mendukung kegiatan ini. Kegiatan ini juga sangat berguna sebagai identitas sekolah agar lebih dikenal oleh semua orang dan menjadi suatu kebanggan sekolah. Dalam kegiatan ini akan lebih baik jika semua siswa tertarik terhadap pelatihan ini. Kegiatan ini  juga dapat bermanfaat dalam memberi pengetahuan marketing dalam media sosial.

————

Mulai Januari hingga Maret 2020, kami akan mengunggah tulisan seri
tentang manajemen komunikasi non komersil di bawah supervisi Puji Hariyanti, S.I.Kom, M.I.Kom.
Puji Hariyanti adalah dosen spesialis kajian klaster Komunikasi Pemberdayaan. Ia telah berkali-kali
mendapatkan hibah-hibah dan riset soal pemberdayaan. Berikut ini adalah tulisan-tulisan mahasiswa
Prodi Ilmu Komunikasi UII tahun angkatan 2017 ketika mengambil mata kuliah Manajemen Komunikasi Non Komersil. Tulisan diterbitkan dengan melewati proses bimbingan Puji Hariyanti dan tahap penyuntingan oleh A. Pambudi W.

communication department UII Commnunication for empowerment
Reading Time: 2 minutes

Mulai Januari hingga Maret 2020, kami akan melanjutkan mengunggah tulisan seri Komunikasi Pemberdayaan dari mata kuliah Manajemen Program Komunikasi non komersil di bawah supervisi Puji Hariyanti, S.I.Kom, M.I.Kom. Puji Hariyanti adalah dosen spesialis kajian klaster Komunikasi Pemberdayaan. Ia telah berkali-kalimendapatkan hibah-hibah dan riset soal pemberdayaan.

Berikut ini adalah tulisan-tulisan mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UII tahun angkatan 2017 ketika mengambil mata kuliah Manajemen Komunikasi Non Komersil. Tulisan diterbitkan dengan melewati proses bimbingan Puji Hariyanti dan tahap penyuntingan oleh A. Pambudi W.

Kegiatan mahasiswa ini merentang dari pemberdayaan dengan beragam isu. Misalnya mulai dari isu penderita lupus, jurnalistik, fotografi, membatik, pelestarian permainan tradisional, pengembangan diri, kesehatan reproduksi untuk remaja, hingga isu-isu seperti isu lingkungan, pengurangan sampah plastik, kesehatan mental, dan media kreatif. Setiap kelompok mahasiswa menggandeng mitra yang dapat menyokong jalannya acara baik dari sisi konten maupun finansial.

Manajemen Program non komersil mencoba memantik ruh pemberdaya dalam tiap sanubari mahasiswa komunikasi. Semua program yang dilakukan mahasiswa ini menyiratkan pesan bahwa menjadi berdaya tidak harus muluk, tak harus besar, dan ia harus inklusif: kolaborasi multipihak, kreatifitas multidisiplin, dan sarana multiplatform. Ada nuansa kreatif, inspiratif, dan berdaya bersama dalam tiap program itu. Kental semangat warga berdaya dengan spirit urun daya.

Meski ada beberapa konsep program yang terlihat sederhana, kurang matang, ataupun tak mendalam analisis sosialnya, tentulah itu bakal menjadi pembelajaran. Catatan untuk pelecut dan refleksi atas program penguatan dan pemberdayaan warga. Maka, masukan dan saran anda penting kiranya.

Wal Akhir, jika anda membaca artikel tiap program, anda akan semakin yakin, bahwa masa depan umat manusia (dan bumi) bakal cerah jika nurani yang murni selalu dipupuk tanpa embel-embel keuntungan profit. Tak selamanya segalanya mesti dibumbu tujuan keuntungan ekonomi uang. Anda dapat mengikutinya dengan mengetik kata kunci Pemberdayaan Masyarakat atau Komunikasi Pemberdayaan di kolom pencarian/ search situs kami. Selamat membaca dan mengikuti tiap artikel dengan tag #KomunikasiPemberdayaan, #Pemberdayaanmasyarakat #pemberdayaan #nonkom.

Menyemai semangat Communication for Empowerment.

Penyunting_

Reading Time: 5 minutes

Oleh Rachmat Arya Prayuda, Anindya Karina Putri, M Ikhsan Mahendra, Rahadyan Pakci Asmarandika (Mahasiswa Komunikasi UII)

 

Lupus Eritematosus Sistematik merupakan penyakit autoimun dengan pembentukan antibodi antinukleus (ANA), terutama terhadap double-stranded DNA (Anti ds-DNA). Pada LES terjadi inflamasi, vaskulitis, deposisi, kompleks imun, serta vaskulopati yang luas, dengan manifestasi klinis yang bersifat episodik dan multisistem. Sederhananya, lupus adalah penyakit autoimun dimana yang seharusnya melindungi tubuh mengalami miss fungsi sehingga menyerang organ tubuh sendiri.

Penderita lupus atau orang dengan lupus (Odapus) didominasi oleh wanita dengan perbandingan 10:1 untuk penderita wanita dan laki-laki. Lupus kabanyakan menyerang wanita di usia produtif dengan rentan usia 15-40 tahun. Gejala lupus termasuk beragam sehingga tak heran penderita lupus di-awali dengan diagnose yang salah. Ketika tubuh penderita lupus melemah, lupus dapat kambuh dan penderita harus menkonsumsi banyak obat yang salah satu akibat dari konsumsi obatnya adalah wajah mereka menjadi membengkak. Maka dari itu lupus disebut dengan penyakit seribu wajah.

Komunitas Lupus sudah berdiri di wilayah jogja dan jawa tengah sendiri. Salah satunya adalah Sahabat Cempluk. Komunitas yang awalnya berdiri dengan nama Sahabat Kupu ini merupakan komunitas support system bagi odapus-odapus yang ada di Jogja. Sahabat didirikan oleh Ian Sofyan yang juga merupakan seorang odapus. Dalam struktur kepengurusan Sahabat Cempluk hanya berisikan empat orang yaitu Ketua (founder), dua orang mahasiswa yang juga odapus, dan satu orang lagi yang merupakan orang tua dari odapus. Biasanya Sahabat Cempluk menemani dan memberikan support (baik materi mau pun non materi) bagi pasien-pasien yang rawat inap di Rumah Sakit Sardjito Jogjakarta.

Sahabat Cempluk juga sering mengadakan program untuk kampanye lupus. Program berfungsi juga untuk memberi bantuan kepada odapus dari hasil pelaksanaan program mereka. Salah satu programnyaadalah Cempluk Goes to School. Bentuknya, Sahabat Cempluk mendatangi sekolah dengan odapus yang bersekolah di sana.

Odapus tidak dapat menghindari efek-efek obat yang dikonsumsi. Terkhusus Odapus di usia remaja ke bawah mengalami hal-hal yang bukan hanya berdampak di fisik. Di sekolah-sekolah, anak anak odapus sering mengalami bully atau diskriminasi karena perubahan fisik yang sering dialami. Bukan hanya itu, mereka juga dibully karena sering izin sekolah dikarenakan harus dirawat inap di rumah sakit. Untuk itu edukasi kepada lingkungan Odapus menjadi sangat penting.

Selain itu odapus-odapus ini juga seringkali harus meninggalkan kegiatan belajar mengaar di sekolah karena keharusan untuk control ke dokter. Tentu saja hal ini membuat mereka semakin ketinggalan akan pelajaran, belum lagi jika mereka harus opname dirumah sakit dalam waktu berhari-hari, seminggu, bahkan ada yang sampai sebulan dalam  beberapa kejadian. Tentu saja efek yang diterima tidak hanya sampai di sini saja, odapus-odapus juga mengalami demotivasi akibat ketinggalan pelajaran. Mereka juga merasa tertekan akibat perubahan dan penurunan fungsi tubuh mereka akibat efek dari obat yang membuat mereka tidak percaya diri. Salah satu hal yang paling tidak mengenkkan seperti yang telah dikatakan tadi adalah bully.

Cempluk goes to school diadakan untuk mengedukasi pelajar-pelajar terkhsus di lingkungan odapus agar mengerti ap aitu sebenarnya lupus dan bagaimana cara menyikapinya dengan benar. Cempluk goes to school juga diharapkan sebagai pembantu dalam mengupayakan awareness terhadap masyarakat tentang lupus. Sahabat Cempluk sendiri sebenarnya sudah pernah melaksanakan Cempluk goes to school sebelumnya, hanya saja acaranya berjalan kurang maksimal dan tidak ada kelanjutan Cempluk goes to school yang lainnya.

Program goes to school yang dijalani Sahabat Cempluk sebelumnya dinilai belum maksimal karena SOP dari program ini belum terbentuk dengan baik. Selain itu, hanya mengedukasi saja dirasa tidak cukup untuk memberikan dampak yang baik kepada odapus. Akan lebih baik jika program goes to school juga di campaign kan menggunakan media kreatif untuk memperluas jangkauan program ini. Dari program ini seharusnya juga dapat menjadi pembuka bagi Sahabat Cempluk untuk menciptakan sesuatu yang hasilnya dapat digunakan untuk membantu pengobatan bagi odapus atau hal-hal penting lainnya.

Sampai saat ini, akhirnya ada tiga sekolah yang berhasil didatangi oleh tim Cempluk goes to school yaitu SMK N 5 Yogyakarta, SMA N 1 Turi, dan SD N Bangunrejo 1 Yogyakarta. Perencanaan Cempluk goes to school dimulai dengan membuat list dari sekolah yang ada odapusnya dan akhirnya dipilihlah tiga sekolah tersebut. Selanjutnya yang harus dilakukan adalah mencari tahu atau membuat kontak dengan odapus yang sekolahnya ada di list untuk memastikan keadaan odapus itu sendiri. Jika odapus telah memberi konfirmas yang baik, maka baru beralih ke langkah selanjutnya yaitu membuat kontak dengan pihak sekolah yang dituju.

Sebelum membuat kontak dengan sekolah, tim harus menyiapkan proposal dan surat izin dahulu. Proposal yang dibuat digunakan untuk sekolah sebagai objek dan juga untuk calon mitra yang diharapkan memberi support pada kegiatan, bedanya proposal yang dikasih ke sekolah tidak dicantumkan anggaran biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan acara. Setelah itu surat izin dan proposal diberikan kepada sekolah untuk membuat kontak kepada humas sekolah atau bahkan kepala sekolah langsung guna membahas perihal acara yang akan dilakukan.

Berdiskusi dengan sekolah tidak membutuhkan waktu yang sedikit, tetapi juga membutuhkan waktu yang panjang karena kesibukan diantar kedua belah pihak. Untuk itu, sembari menunggu mendapatkan kata deal dengan sekolah, tim juga harus menyebarkan proposal kepada calon mitra untuk support acara Cempluk goes to school ini. Maka dari itu, anggara biaya haruslah dibuat dengan tepat dan matang agar kebutuhan acara nantinya dapat terpenuhi sebelum tiba di hari pelaksanaan. Sementara itu, dealing dengan sekolah sebagai mitra objek harus terus dilaksanakan baik itu lewat alat komunikasi jarak jauh atau bertemu tatap maka langsung dengan pihak sekolah.

Sebelum acara dimulai, tim harus membuat list untuk pra-event , event, dan after event. Untuk pra-event sendiri, hal-hal yang dibutuhkan adalah poster pra event, dan produksi marchendise Sahabat Cempluk. Marchendise yang di produksi sendiri ada pouch, booklet, dan gantungan kunci. Untuk poster ada dua poster yang harus disiapkan sebelum hari kegiatan acara dilaksanakan, yaitu ada poster pra-event dan poster edukasi tentang lupus. Poster pra-event berisikan informas tentang waktu-tempat-latar acara sedangkan poster edukasi berisikan tentang informasi umum mengenai lupus yang nantinya akan diserahkan kepada sekolah untuk ditempelkan di madding sekolah.

Pembuatan marchendise sendiri juga dilakukan sebelum hari kegiatan dilaksanakan. Terkhusus untuk booklet, dicetak dan didesain dengan sederhana dan menarik. Nantinya booklet ini berisikan tentang informasi deteksi lupus yang diharapkan murid-murid sebagai objek edukasi nanti akan memanfaatkannya dengan baik. Sementara itu, persiapan-persiapan seperti susunan kepanitiaan, susunan acara, kontak pembicara, perkembangan proposal, harus segera diselesaikan dengan baik sebelum hari pelaksanaan kegiatan tiba.

Acara kegiatan Cempluk goes to school dimulai dengan kata sambutan dari pihak sekolah sekaligus penyerahan dari pihak Sahabat Cempluk kepada sekolah. Setelah kata sambutan dan acara resmi dibuka, acara dilanjutkan dengan dikendalikan oleh pembawa acara dan langsung ke materi pertama yaitu edukasi lupus. Untuk edukasi lupus sendiri, tim mengundang anggota dari IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) yaitu Dr. Sumadiono dan Dr. Cahya. Kami mengundang Dr. Suma dan Dr. Cahya karena mereka memang berkompeten di dunia autoimun dan diharapkan dapat memberikan suasana kondusif kepada anak-anak sekolah.

Cempluk goes to school diisi dengan beberapa kali pemutaran video dan beberapa kali kuis agar suasana tidak begitu bosan. Video-video yang diputar mulai dari video informasi lupus hingga video testimoni para odapus dan kegiatan Sahabat Cempluk. Tim sudah menyiapkan banyak hadiah untuk siapa yang dapat menjawab pertanyaan kuis dengan benar. Biasanya disaat sedang ada kuis, dokumentator tidak boleh lengah untuk mendokumentasikan suasana anak-anak yang sedang bersemangat menjawab pertanyaan kuis, karena tentunya akan sangat sayang jika momen tersebut tidak tertangkap.

Acara terakhir dari Cempluk goes to school adalah games mengenai deteksi dini lupus. Games ini bertujuan untuk mengedukasi mereka mengenai cara mendeteksi lupus dengan gejala-gejala yang di keluarkan oleh pemerintah yaitu saluri (sadari lupus sendiri). Games ini juga kami harapkan dapat membuat anak-anak dapat mengkampanyekan gejala-gejala lupus dalam bentuk apapun seperti gambar, tulisan, audio, dan lain-lain. Ketiga sekolah yang dikunjungi memberikan kesan mendalaman selama kegiatan terkhusus acara games terakhir ini. SD N Bangunrejo 1 memberikan kesan tersendiri juga karena penanganan anak SD tidaklah sama dengan penanganan terhadap anak-anak SMA. Akan tetapi anak-anak SD N Bangunrejo 1 melampaui ekspektasi kami dan mampu membuat kami terpukau dengan kecerdasan mereka.

Setelah semua ketiga sekolah itu dikunjungi yang dilakukan adalah evaluasi untuk mengetahui dimana letak kekurangan acara Cempluk goes to school ini. Langkah yang dilakukan selanjutnya adalah merangkum semua kegiatan untuk perencanaan Cempluk goes to school mendatang seperti membuat SOP, membuat list sekolah tujuan, dan kebutuhan perlengkapan yang harus ditambah. Selain itu, hasil dokumentasi juga harus diolah agar dapat di publikasi di media social Sahabat Cempluk. Marchendise-marchendise yang sudah diproduksi juga akan di publikasi di media social guna mendapatkan keuntungan. Dengan demikian, acara Cempluk goes to school diharapkan akan terus dapat berjalan di sekolah-sekolah lainnya.


Seri Manajemen Komunikasi Non Komersil. Mulai Desember 2019 hingga Maret 2020, kami akan mengunggah tulisan-tulisan mahasiswa seri tentang manajemen komunikasi non komersil di bawah supervisi Puji Hariyanti, S.I.Kom, M.I.Kom. Puji Hariyanti adalah dosen spesialis kajian klaster Komunikasi Pemberdayaan. Ia telah berkali-kali mendapatkan hibah-hibah dan riset soal pemberdayaan. Berikut ini adalah tulisan-tulisan mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UII tahun angkatan 2017 ketika mengambil mata kuliah Manajemen Komunikasi Non Komersil. Karya ini adalah bimbingan Puji Hariyanti dan suntingan A. Pambudi W.

 

 

Reading Time: 4 minutes

Batik adalah salah satu warisan kebudayaan Indonesia. Keberadaan batik seolah-olah menjadi magnet bagi wisatawan. Para wisatawan tidak hanya menyasar pada batik-batik yang sudah jadi. Proses pembuatan batik juga tidak kalah menarik dibanding batik itu sendiri. Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah orang-orang yang menekuni batik semakin menurun. Yang tersisa hanyalah segelintir orang yang memang menekuni batik, dan orang-orang yang hanya sekadar tahu tentang membatik. Ini semua tidak terlepas dari semakin tergerusnya budaya lokal dengan hadirnya budaya asing. Kekhawatiran kami adalah eksistensi batik yang telah diwariskan secara turun temurun mungkin secara perlahan akan menghilang.

Warga Desa Bawukan, khusususnya anggota PKK adalah masyarakat yang aktif dan memiliki antusiasme yang tinggi untuk terus berkarya. Keaktifan dan antusiasme ini dibuktikan dengan sambutan yang hangat dari perwakilan PKK tersebut ketika kami menawari mereka sebuah kegiatan yang sifatnya memberdayakan. Ibu Kepala Desa yang memberikan senyuman ditambah dengan tutur kata halus mewarnai pertemuan pertama kami dengan sosok ibu paruh baya tersebut.

‘Bawukan Membatik’ adalah sebuah ‘paket komplit’ yang kami tawarkan dalam rangka menjawab antusiasme dan keaktifan yang mereka miliki. Kegiatan ini juga lahir dari kekhawatiran kami mengenai warisan budaya nusantara yang mulai tergerus zaman, khususnya batik. Kenapa kami sebut ini sebagai paket komplet? Alasannya bukan hanya memberi pelatihan dasar mengenai cara membatik, tapi bagaimana cara mempromosikan batik yang sudah dihasilkan. kami berharap kegiatan ini mampu memberikan dorongan agar masyarakat mampu menghasilkan karya-karya yang bisa bersaing dengan produk-produk lain di luar sana.

Kami adalah orang-orang yang mencintai batik. Tapi kami bukanlah pembatik profesional. Untuk itu, kami menggaet Batik Purwati sebagai mitra guna memberikan pelatihan dan bimbingan membatik kepada ibu-ibu PKK. Selain memang berpengalaman dalam membatik, tentu saja Batik Purwati jauh lebih berkompeten di bidang ini. Oleh karena itulah, kami menjadikan Batik Purwati sebagai mitra, dengan harapan pihak mereka mampu berbagi pengalaman berkaitan dengan membatik.

Rangkaian kegiatan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu, 16 November 2019. Sebagaimana kegiatan pertama kali lainnya. Kegiatan dimulai dengan tatapan bingung dan senyuman canggung dari panitia maupun peserta pelatihan. Maklum, kami belum terlalu mengenal satu sama lain sebelumnya.

Bagaimanapun semuanya pasti butuh penyesuaian.

Hari itu pelatihannya adalah mengenai pembuatan batik tulis. Hal-hal dasar mengenai membatik disampaikan dengan sangat baik oleh mitra kami, Batik Purwati. Pada pelatihan kali ini, disampaikan mengenai wawasan batik tulis, membuat pola dan mencanting malam pada kain yang telah dibuat pola. Ibu-ibu PKK dikenalkan berbagai hal mengenai membatik, mulai dari sejarahnya, wawasan mengenai pola-pola batik populer di Indonesia, dan sebagainya.

Dalam kegiatan hari ini ibu-ibu PKK juga diminta untuk langsung mempraktikkan ilmu membatik yang telah disampaikan. Di antara semua proses, mencanting malam pada kain adalah bagian tersulit. Dan disinilah semua keseruan bermula. Panitia dan peserta yang awalnya saling canggung, mendadak akrab dan saling berbagi tawa dikarenakan kelucuan yang dihasilkan dari kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh ibu-ibu PKK saat mengoleskan malam pada kain. Semua itu tidak membuat ibu-ibu PKK kehilangan semangat untuk meneruskan belajar membatik. Justru itu semua menjadi bahan bakar yang memacu semangat mereka untuk terus maju.

Kami menyadari bahwa satu hari bukanlah waktu yang cukup bagi siapapun untuk bisa belajar membatik. Maka pelatihan mengenai membatik dilanjutkan pada pertemuan kedua pada Sabtu, 23 November 2019. Melanjutkan dari materi sebelumnya, kali ini pelatihan berisikan materi tentang mewarnai kain dan me-lorod  kain yang telah dilapisi dengan malam.

Sama seperti pertemuan pertama, ibu-ibu PKK mendengarkan pemateri dengan serius dan penuh perhatian. Setelah semua materi disampaikan, kegiatan dilanjutkan dengan praktik materi yang telah disampaikan sebelumnya. Masih seperti hari pertama, masih banyak kekurangan dimana-mana. Namun, ketelatenan dan kesabaran yang ditunjukkan oleh ibu-ibu PKK Desa Bawukan patut untuk mendapat apresiasi.

Pada pertemuan ketiga, kami berpindah dari materi tentang membatik ke pelatihan fotografi hasil-hasil membatik. Berbeda dari dua pertemuan sebelumnya, kali ini, selain melibatkan ibu-ibu PKK Desa Bawukan, para pemuda juga dilibatkan pada kegiatan kali ini.

Alasannya adalah untuk mendorong adanya kerjasama anatara semua kalangan di Desa Bawukan. Kami berharap ibu-ibu bisa menghasilkan karya-karya batik dengan kualitas yang baik dan pemuda bisa membantu promosi dengan hal yang berkaitan dengan teknologi.

Kegiatan yang diadakan pada 30 November 2019 ini diisi dengan pelatihan terkait fotografi yang disampaikan oleh perwakilan Klik18 – Sebuah komunitas fotografi milik Program Studi Ilmu Komunikasi UII – bernama Marcellino Bima, atau yang akrab dengan sapaan Marcel. Para peserta diberikan materi mengenai dasar-dasar fotografi seperti angle, pencahayaan, dan lain sebagainya. Setelah itu, sama seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya, kegiatan dilanjutkan dengan praktik. Hasilnya luar biasa, foto yang dihasilkan dari jepretan peserta telah melampaui ekspektasi kami. Kami tidak terlalu yakin apakah sebelumnya peserta sudah pernah mendapat pelatihan serupa terkait fotografi. Namun yang jelas, kualitas foto yang dihasilkan sudah cukup untuk dijadikan sebagai sarana promosi.

Pertemuan kali ini dilanjutkan dengan pelatihan mengenai digital marketing. Setelah semua proses dilewati, mulai dari membatik, memotret hasilnya, tentu saja itu semua tidak akan terlalu memiliki dampak yang signifikan tanpa adanya publikasi.

Selain pelatihan mengenai publikasi, pelatihan untuk mem-branding produk juga dilaksanakan. Untuk itu, sekaligus menutup rangkaian acara, pelatihan manajemen media sosial pun dilaksanakan. Muhammad Alfian menyampaikan menjadi pemateri. Ibu-ibu PKK dan para pemuda mendengarkan dengan semangat yang sama seperti pada pertemuan pertama.

Seluruh rangkaian acara diakhiri dengan cara yang selalu dilakukan di setiap acara pada umumnya: sesi foto-foto. Baik kami maupun para peserta dari Desa Bawukan sadar bahwa pelatihan ini memang masih sangat jauh dari cukup. Tentu saja, dengan berakhirnya rangkaian kegiatan yang kami adakan, bukan berarti proses belajar membatik dan publikasi di Desa Bawukan akan berakhir pula. Antusiasme dan semangat yang ditunjukkan sejak awal hingga akhir kegiatan menjadi harapan bahwa tanpa kami pun, masyarakat Desa Bawukan, khususnya ibu-ibu PKK dan para pemuda akan terus berkarya.


Seri Manajemen Komunikasi Non Komersil. Mulai Desember 2019 hingga Maret 2020, kami akan mengunggah tulisan-tulisan mahasiswa seri tentang manajemen komunikasi non komersil di bawah supervisi Puji Hariyanti, S.I.Kom, M.I.Kom. Puji Hariyanti adalah dosen spesialis kajian klaster Komunikasi Pemberdayaan. Ia telah berkali-kali mendapatkan hibah-hibah dan riset soal pemberdayaan. Berikut ini adalah tulisan-tulisan mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UII tahun angkatan 2017 ketika mengambil mata kuliah Manajemen Komunikasi Non Komersil. Karya ini adalah bimbingan Puji Hariyanti dan suntingan A. Pambudi W.

 

 

 

Reading Time: 3 minutes

Sekelompok mahasiswa Ilmu Komunikasi FPSB Universitas Islam Indonesia mengadakan serangkaian kegiatan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan ini dinamakan Rangkul Ceria. Nama Rangkul Ceria bertujuan agar mahasiswa dapat merangkul anak-anak untuk ceria bersama. Rangkul Ceria merupakan program sosial yang diadakan di Yayasan Sayap Ibu 2 Yogyakarta. Acara digelar dengan beberapa kegiatan. Misalnyapenyuluhan gaya hidup sehat dan praktik cuci tangan yang benar. Selain itu Rangkul Ceria juga melatih kreatifitas anak-anak dengan melukis pot bunga. Setelah melukis, anak-anak diajak menanam tanaman obat pada pot yang telah mereka lukis. Ada juga pertunjukan dongeng cerita tradisional dan beberapa fun games sebagai pelengkap acara.

Program ini bekerjasama dengan beberapa komunitas untuk mewujudkannya. Komunitas-komunitas itu misalnya Komunitas Teh Tarik Rasa Vanta dan Komunitas Lebah Ceria. Lokasi pelaksanaan program kami pilih di Yayasan Sayap Ibu 2 Yogyakarta. Yayasan Sayap Ibu kami pilih karena yayasan ini merupakan lembaga dengan anak-anak disabilitas/ difabel yang tentunya membutuhkan banyak perhatian dan pembelajaran. Rangkaian kegiatan seperti diatas juga dipilih karena untuk memperingati beberapa peringatan nasional maupun internasional.

Anak-anak Yayasan Sayap Ibu 2 dan 3 Yogyakarta berjumlah sekitar 33 orang. Mereka terbagi menjadi tiga kategori yaitu mampu rawat, mampu didik dan mampu latih. Mampu rawat adalah kategori anak-anak yang memiliki disabilitas ganda dan hanya mampu dirawat oleh Yayasan. Mereka sulit dalam berinteraksi. Mampu didik dan mampu latih adalah kategori anak-anak yang mampu diberi keterampilan dan disekolahkan oleh Yayasan. Anak-anak dalam kategori ini memiliki disabilitas ringan atau satu jenis disabilitas. Program Rangkul Ceria ini diikuti oleh 18 anak gabungan Yayasan Sayap Ibu 2 dan 3 yang masuk dalam kategori mampu didik dan mampu latih.

Program ini berlangsung selama tiga pekan setiap hari sabtu, Pada minggu pertama, 16 November 2019, kegiatan kami beri tajuk “Rangkul Hidup Sehat.” Rangkaian kegiatan terdiri dari penyuluhan gaya hidup sehat dan praktik cuci tangan dengan benar.

Kegiatan ini bekerja sama dengan komunitas Lebah Ceria. Komunitas ini merupakan komunitas yang fokus pada kesehatan tubuh dan gizi anak. Pada pertemuan pertama ini, Komunitas Lebah Ceria mengajak anak-anak ikut senam sehat, praktik cuci tangan serta fun games sebagai pelengkap acara. Ada juga acara talkshow interaktif. Pemilihan rangkaian kegiatan ini diadakan bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional yang jatuh pada 12 November 2019.

Minggu kedua,pada 23 November 2019, kami beri tajuk “DORA (Dolanan Anak Rangkul)” dalam rangka memperingati Hari Anak Internasional pada tanggal 20 November 2019. Rangkaian kegiatan dibuka dengan senam sehat yang diikuti seluruh anak-anak. Kemudian acara dilanjutkan dengan kegiatan melukis pot sesuai dengan kreasi masing-masing. Melukis pot juga diselingi dengan fun games. Anak-anak dibiarkan berkreasi dengan berbagai warna cat dan menuangkan imajinasinya kedalam pot bunganya masing-masing.

Kemudian pada minggu terakhir pada 30 November 2019, rangkaian kegiatan dirancang mulai dari menanam tanaman obat pada pot yang telah dilukis pada minggu lalu, hingga menonton pertunjukan dongeng. Jenis tanaman obat yang ditanam ada empat macam. Misalnya, kumis kucing yang berfungsi sebagai obat darah tinggi, lalu daun ungu yang berfungsi untuk menyembuhkan wasir, brojolintang sebagai obat penurun panas, dan temulawak sebagai peningkat nafsu makan.

Setelah menanam pohon obat, kemudian anak-anak menyaksikan pertunjukan dongeng cerita daerah rakyat Bali yang berjudul I Belog. Pertunjukan ini adalah hasilkerjasama Rangkul Ceria dengan komunitas dongeng Teh Tarik Rasa Vanta. Instrumen yang digunakan pada saat mendongeng adalah boneka, ukulele dan nyanyian. Dan juga ditutup oleh kegiatan pentas seni yang ditampilkan oleh anak-anak yayasan, seperti menari, menyanyi dan baca puisi.

Program ini memberikan poster-poster cuci tangan yang ditempel di beberapa wastafel di sekitar Gedung Yayasan Sayap Ibu. Poster juga dilengkapi sabun cuci tangan dan lap agar anak-anak dapat terus menerapkan ilmu yang telah dipelajari. Tanaman obat juga disimpan di pekarangan bangsal putra yang sebelumnya gersang. Kami juga memberikan sembako dan kebutuhan sehari-hari yang sangat dibutuhkan oleh yayasan. Sebagai penutup, kami memberikan kenang-kenangan juga berupa rangkuman rangkaian kegiatan selama tiga minggu.

 


Seri Manajemen Komunikasi Non Komersil. Mulai Desember 2019 hingga Maret 2020, kami akan mengunggah tulisan-tulisan mahasiswa seri tentang manajemen komunikasi non komersil di bawah supervisi Puji Hariyanti, S.I.Kom, M.I.Kom. Puji Hariyanti adalah dosen spesialis kajian klaster Komunikasi Pemberdayaan. Ia telah berkali-kali mendapatkan hibah-hibah dan riset soal pemberdayaan. Berikut ini adalah tulisan-tulisan mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UII tahun angkatan 2017 ketika mengambil mata kuliah Manajemen Komunikasi Non Komersil. Karya ini adalah bimbingan Puji Hariyanti dan suntingan A. Pambudi W.

 

Reading Time: 2 minutes

             Teman-teman IPM Madrasah Mu’allimin Yogyakarta baru saja melahirkan Bidang Media mereka pada tahun 2019. Hal ini membuat kami memiliki inisiatif untuk membuat sebuah kegiatan berupa edukasi media. Gunanya untuk memberi mereka pengetahuan mengenai hal-hal tentang media, terutama media dalam organisasi. Di antaranya pemahaman terkait apa itu media, bagaimana media berperan, fungsi dan posisi media di dalam organisasi.

Program ini adalah berbentuk pelatihan dan edukasi terkait hal-hal yang mereka butuhkan dalam bidang media. Kami menggunakan beberapa metode dalam pelatihan, seperti sosialisasi, workshop dan Diskusi Kelompok Terarah (Focussed Group Discussion/ FGD). Pemateri-pemateri yang hadir adalah Komisi B HIMAKOM (Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi UII) UII sebagai pemateri terkait pemahaman media dalam organisasi,dan komunitas/ klub mahasiswa di  Komunikasi UII sebagai pemateri terkait pengetahuan fotografi, editing video dan lainnya.

Program yang terbagi menjadi empat pertemuan ini dimulai dengan pertemuan pertama yang membahas tentang pengolahan konten di media social. Materi ini diampu oleh sub-komisi Kominfo dan Kewirausahaan dari Komisi B HIMAKOM . Materi kali ini disambut baik oleh para pelajar pengelola Bidang Media di IPM Mu’allimin. Mereka merasa bahwa materi ini memang diperlukan.. Pertemuan kedua dilanjutkan dengan pembahasan mengenai dasar fotografi dan videografi. Sadar akan estetika sebuah konten itu penting, materi ini mencoba untuk lebih mengenalkan teori fotografi dan videografi kepada para peserta agar karya foto dan video mereka berikutnya menjadi lebih baik

Materi di pertemuan ketiga tentang Web dan Dasar penulisan. Materi ini penting untuk dibagi agar dalam melengkapi sebuah konten, peserta dapat menuliskan sebuah keterangan dengan tepat. Pertemuan terakhir diakhiri dengan materi podcast. Podcast memang sebuah hal baru, namun secara fungsi, podcast dapat dijadikan sebuah media penting untuk menyampaikan apapun dalam bentuk suara.

Pada akhirnya, output yang dihasilkan cukup beragam. Dimulai dari teman-teman IPM yang membuat sebuah essay mengenai empat materi yang telah diberikan. Salah satu contoh adalah di instagram mereka sudah mulai mengaplikasikan salah satu materi dari pengolahan konten. Ini merupakan sebuah kemajuan yang dilahirkan oleh bidang media IPM Mu’allimin walaupun baru terlahir tahun 2019.


Seri Manajemen Komunikasi Non Komersil. Mulai Desember 2019 hingga Maret 2020, kami akan mengunggah tulisan-tulisan mahasiswa seri tentang manajemen komunikasi non komersil di bawah supervisi Puji Hariyanti, S.I.Kom, M.I.Kom. Puji Hariyanti adalah dosen spesialis kajian klaster Komunikasi Pemberdayaan. Ia telah berkali-kali mendapatkan hibah-hibah dan riset soal pemberdayaan. Berikut ini adalah tulisan-tulisan mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UII tahun angkatan 2017 ketika mengambil mata kuliah Manajemen Komunikasi Non Komersil. Karya ini adalah bimbingan Puji Hariyanti dan suntingan A. Pambudi W.

 

 

Reren Indranila Radar Jogja JAwa Pos di UII
Reading Time: 3 minutes

“Kalau biasanya orang kasih 5W + 1H, saya tambahkan jadi 6W + 1H,” kata Reren Indranila dalam Workshop How to Create and Manage Impactful Website Content.

Begitulah salah satu tip yang dibagikan Reren, Pemimpin Redaksi Radar Jogja, salah satu pembicara dalam workshop yang dilaksanakan oleh Humas UII pada 4 Desember 2019 di Lantai 4, Gedung H. GBPH Prabuningrat. Kegiatan yang diikuti lebih dari 40 pengelola website di seluruh program studi dan unit di UII ini dibuka oleh Ratna Permata Sari, S.I.Kom, MA, Kepala Bidang Humas UII. Menurut Ratna, kegiatan ini dilaksanakan untuk membuat garda depan UII di laman daring dengan konten yang kuat secara citra, dan konsisten.

Pelatihan ini juga bermaksud meningkatkan kualitas website di UII. Selain kualitas, soal jumlah domain web juga penting diperhatikan. Ratna berharap, semakin sedikit website di UII, penanganan keamanannya juga semakin mudah.  Begitu pula jika konten semakin konsisten dan berkualitas, maka semakin bagus juga citra UII di mata publik. “Intinya ketika menulis, kedepankan UII lebih dahulu, meskipun itu kegiatan kerjasama dengan pihak lain, karena ini garda depannya UII,” kata Ratna.

Citra dan konten  yang berkualitas itu seperti apa? Reren menyarankan pengelola website prodi bisa mengoptimalkan apa saja potensi prodinya. “Ada dosen prestasi dan riset bagus, ya itu dinaikkan. Ada mahasiswa yang pintar juga konten kreator youtuber nah itu juga bisa dinaikkan. Kalau konten ini naik, nanti kan bisa jadi rujukan jurnalis. Bisa masuk media tanpa cost yang berarti. Ini bisa jadi publikasi gratis. dan secara nggak langsung ini juga sudah menjalankan fungsi kehumasan juga kan?” saran Reren.

Selain tingkatkan kualitas, Reren bagikan juga soal tingkatkan keterbacaan konten kita. menambahkan bahwa kita bisa bermain di penjudulan untuk tingkatkan keterbacaan berita website. Kita bisa kaitkan dengan konteks saat ini. “Ini penting dalam SEO (Search Engine Optimizer), misalnya kita mau menulis soal gubernur DIY, kita mau pakai gubernur DIY atau HB X? Orang akan lebih populer cari HB X daripada Gubernur DIY,” kata Reren.

Reren juga menyarankan penggunaan judul hanya 5 sampai 7 kata minimal. Jika terlalu banyak, di dunia daring orang sudah malas membaca. Lalu, Bagaimana membuat artikel kita diklik banyak orang, kata Reren. “Kita bisa berkolaborasi dengan media sosial lain. Jadi kita link-kan artikel kita di story instagram. Bikin foto yang menarik, karena foto itu mempengaruhi orang mau klik atau tidak. kalau di twitter kita bisa memancing dengan tulisan atau link  yang gaya menulisnya bukan khas robot. Sangat manusia, sehingga tidak kaku dan orang tertarik, katanya. Angkat kisah-kisah mahasiswa dan dosen karena itu menarik.

Dalam sesi tanya jawab, Zarkoni, pengelola Website Komunikasi UII,  mengemukakan pertanyaan. “Kalau tadi disebut

“Ada dosen prestasi dan riset bagus, ya itu dinaikkan. Ada mahasiswa yang pintar juga konten kreator youtuber nah itu juga bisa dinaikkan. Kalau konten ini naik, nanti kan bisa jadi rujukan jurnalis.”

Soal standar, Jawa Pos juga sering mengeluarkan dan memerbarui standar penulisan, diksi, dan gramatikal bahasa yang dipakai seluruh wartawan Jawa Pos. Mengapa penting membuat standar bahasa ini? Media juga ikut mendidik pembaca, jurnalis jangan sampai mengedukasi pembaca dengan bahasa yang tidak baik. “Saya sering sarankan ke wartawan, setelah kamu tulis berita, kamu baca ulang, enak atau tidak. kalau kamu sendiri tidak enak bacanya, apalagi pembaca.” kata Reren.

Menulis sebisa mungkin ringkas, padat, jelas, tapi tidak mengurangi informasi yang ingin disampaikan. Gunakan kalimat tunggal yang efektif, satu subjek, satu predikat. Perhatikan juga apakah satu kalimat bisa dibaca satu nafas. Satu nafas adalah ukuran apakah tulisan ini enak dibaca atau tidak. Satu lagi katanya, “Kalau biasanya orang kasih 5W + 1H, saya tambahkan jadi 6W + 1H,” kata Reren. W tambahan Reren dalam 6W itu adalah “What Next”. “Pembaca perlu tahu apa lagi kelanjutan dari isu yang ditulis sehingga ia akan terus mengikuti perkembangan kegiatan berikutnya,” kata Reren.

Reading Time: < 1 minute

Dua Dosen Ilmu Komunikasi UII, Mutia Dewi dan Ali Minanto, atas dedikasi dan konsistensinya pada riset dan pemberdayaan di bidang pemberdayaan perempuan dilantik menjadi anggota Puspa (Forum Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak) Dinas PPMPA Kota Yogyakarta. Pelantikan tersebut atas dasar SK Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti, pada 3 Desember 2019 di Balai Kota Yogyakarta. Mutia Dewi dilantik menjadi Wakil Ketua Puspa, sedangkan Ali Minanto dilantik sebagai Koordinator Penelitian dan Pengembangan Puspa Kota Yogyakarta.

Puspa sendiri adalah satua tugas yang terdiri dari beragam elemen yang peduli pada pemberdayaan dan perlindungan perempuan di Yogyakarta. Elemen-elemennya yang ikut juga terlibat dalam Puspa Kota Yogyakarta beragam. Misalnya ada baznas, peradi, PHDI, Lembaga swadaya masyarakat, dan Organisasi Keagamaan. Forum Puspa sendiri merupakan bentukan di tiga level. Prodi Komunikasi UII dilibatkan di level kota.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPA) telah sejak 2017 menugaskan Puspa bertugas mempercepat mengentaskan apa yang disebut Three Ends. Three Ends, menurut Kemen PPPA, dibentuk guna bertujuan membantu Kemen PPPA menyelesaikan kesenjangan dan kekerasan terhadap perempuan dan anak. KemenPPPA membutuhkan kerjasama masyarakat, karena pemerintah tidak dapat bekerja sendiri tanpa bantuan berbagai elemen masyarakat. Tugas Mutia dan Ali di Puspa juga seturut ide dengan KemenPPPA dan Dinas PPMPA Kota Yogyakarta dalam menghapus Three Ends tersebut. Termasuk di dalamnya kekerasan pada perempuan, Tindak Pidana Perdagangan Orang, dan mengatasi gap atau kesenjangan ekonomi.