Punya ide cerita? Bingung buat mengembangkan ide cerita? Ide selalu mentok di layar putih laptop? Beragam kendala ini barangkali sering muncul bagi mahasiswa ilmu komunikasi ketika menggarap proyek karya kreatifnya. Entah itu naskah film, novel, esai, cerita pendek, bahkan tulisan berbasis reportase lapangan. Kuncinya adalah kuat dalam riset: meneliti dan membaca.
“Jadi kuncinya riset dan observasi. Kita akan punya sekian banyak data untuk kita letakkan dalam storyline,” kata Dirmawan Hatta dalam Workshop Desain Karya Kreatif pada Sabtu (12/12/2020). Dirmawan, pembicara kali ini, adalah Founder Tumbuh Sinema Rakyat. Sebuah lembaga yang bervisi menumbuhkan tontonan rakyat dan jaringannya.
Acara yang ditujukan mendukung mahasiswa merancang Seminar Proposal tugas akhir. Pada pelaksanaan hari kedua ini workshop dilaksanakan secara daring dan disiarkan langsung dari studio Laboratorium Audiovisual Prodi Ilmu Komunikasi UII.
Jika risetnya lengkap, dan sudah menemukan banyak bahan untuk dimasukkan dalam cerita, langkah selanjutnya adalah menentukan rentang batas.
Seberapa jauh akan dibawa cerita dalam film ini. Membuat batasan yang konkrit tentang waktu. Batas waktu penceritaan. Bagaimana menceritakan peristiwa sesuai apa yang didapat indra, bukan dari gagasan.
Pandailah meletakkan ide cerita. “Awalannya apa, akhirnya apa? Lalu cari yang paling penting itu letakkan di akhir, itu yang akan menjadikan rasanya beda-beda,” tambah Dirmawan.
Ia menambahkan, “Jadi, intinya jalan cerita bisa terlihat dulu. Cara mempresentasikan karya filmnya bisa dibolak balik bebas susunannya.”
Menurut Dirmawan, menyampaikan informasi lebih mudah daripada merebut perasaan. Alat kita untuk memikat penonton, salah satu mata uangnya adalah perasaan. Maka buatlah cerita yang membawa perasaan, itulah yang memikat.
Bagaimana Memikat Penonton? Gunakan trik Suspense dan Surprise
Apa beda surprise dan suspense. Banyak pembuat film pemula tertukar memahami keduanya. Pun jika penggunaannya dalam film tak jarang tak tepat. Dirmawan mencoba menjelaskannya pada peserta workshop agar dua trik ini dapat digunakan dalam merancang ide cerita.
“Surprise itu tidak menyangka tapi terjadi. Mengagetkan,” kata Dirmawan yang filmnya beberapa waktu lalu masuk dalam nominasi ajang Festival Film Indonesia/ FFI 2020.
Adapun suspense, misalnya ketika kita menyadari akan menyangka sesuatu terjadi tapi tak kunjung terjadi. “Kita menyangka pasti terjadi. Ternyata tidak terjadi. Misalnya, kejar=kejaran dengan polisi. Bersembunyi dalam ruang, tapi saat dobrak pintu ternyata tidak ada,” Dirmawan menyontohkan.
“Kalau teman-teman membuat cerita yang selalu ada ada suspense dan surprisenya ini akan membuat penonton menonton sampai akhir,” jelasnya.
Selain menggunakan trik surprise dan suspense, pengembangan karakter dan plot juga harus diperhatikan. Pengembangan karakter ditentukan pada, “seberapa besar pengetahuanmu dan seberapa fokus kamu akan mengembangkan karakter si tokoh,” jelasnya.
“Pengembangan karakter tidak ngasal juga, pasti mengikuti pola tertentu dari cara kita mendefinisikan ruang kultural dan ruang spasial yang melekat pada si tokoh/ karakter,” katanya.
Pengembangan karakter bisa dilakukan dengan menerjemahkan bentuk karakter antar tokoh atau antara tokoh dengan peristiwa dan nilai cerita.
Kata Dirmawan, “Jadi harus mendefiniskan karakter. Kalau kita tidak bisa mendeskripsikan karakter, hobi dan sifat tokoh, maka ide dan karakter cerita kita akan tak memiliki daya tarik dan hanya sekadar gagasan.” Pendalaman karakter, cerita, dan plot cerita ini hanya bisa didapat setelah melakukan riset.
Pada dasarnya, menurut Dirmawan, formula untuk bercerita atau mengisahkan cerita adalah selalu membaca, bersikap kritis, “tidak semata dengar dan tiru, tapi diolah.”
Ia menambahkan, “kalau kita kenal baik dengan karakter tokoh kita, caranya dengan riset dan observasi dari beragam arah, maka penonton akan bawa sesuatu setelah menonton,” katanya.