AI

Artificial Intelligence (AI) menjadi sangat familiar sepanjang tahun 2023. Pasalnya AI menjadi alat bantu yang mempermudah pekerjaan manusia, bahkan tak sedikit yang berpendapat keberadaan AI membuat para pekerja semakin produktif.

AI merupakan kecerdasan buatan yang dirancang pada sistem komputer untuk meniru kemempuan intelektual manusia, mulai dari identifikasi pola, keputusan, dan menyelesaikan pekerjaan yang kompleks dengan efisien.

Dari publikasi Populix, disebutkan bahwa hampir 45% pengusaha di Indonesia menggunakan aplikasi AI dalam menyelesaikan pekerjaan. Survei yang dilakukan terhadap 530 responden menempatkan ChatGPT di urutan teratas dengan presentasi 52%.

ChatGPT atau Generative Pre-Training Transformer, merupakan situs pengolahan bahasa yang dikembangkan OpenAI.  ChatGPT dapat dimanfaatkan untuk membuat teks, menerjemahkan bahasa, hingga menjawab apa pun pertanyaan yang kita ajukan.

Di Indonesia deretan AI paling populer antara lain ChatGPT (52%), Copy.ai 29%, Luminar AI (18%), Oracle (15%), Dall-e (12%). Lalal.ai (12%), dan Outmach (11%).

Lantas apa saja AI yang paling populer di dunia? Pew Research Center pada Desember 2022 menerbitkan hasil riset dengan artikel berjudul “Public Awareness of Artificial Intelligence in Everyday Activities” menyebutkan lebih dari setengah orang Amerika telah menggunakan AI untuk kehidupan sehari-hari mereka.

Survei yang dilakukan terhadap 11.004 responden menunjukkan 27% orang Amerika menggunakan AI beberapa kali dalam sehari sementara 28% lainnya menggunakan AI sehari sekali, dan 44% tidak secara teratur menggunakan AI dalam menyelesaikan pekerjaan dan kegiatan sehari-hari.

Tak hanya itu, 15% responden mengaku bersemangat tanpa khawatir tentang meningkatnya penggunaan AI dalam kehidupan sehari-hari. Namun masih ada kekhawatiran pada 38% responden, dan 46% responden menyambutnya dengan rasa khawatir dan gembira.

Lantas AI apa saja yang cukup mencuri perhatian sepanjang tahun 2023? Berikur deretan AI teratas berdasarkan Technology Magazine.

  1. OpenAI

OpenAI didirikan pada tahun 2015 oleh research lab nirlaba milik Elon Musk. Tahun 2021, OpenAI meluncurkan Dall-e yang mampu menghasilkan gambar digital berdasarkan deskripsi bahasa yang kita perintahkan.

Selanjutnya November 2022, ChatGPT diluncurkan OpenAI dengan kemampuan menjawab berbagai pertanyaan, menerjemahkan, dan menghasilkan teks dengan improvisasi. Menariknya ChatGPT menjadi aplikasi AI paling populer dengan keuntungan sebesar US$200 juta pada tahun 2023.

  1. AI

Observe.AI berfungsi melacak percakapan suara dan teks. Dalam Intelligent Workforce Platformnya mengubah pusat kontak dengan menyisipkan AI dalam percakapan pelanggan, mengoptimalkan kinerja agen, optimasi berulang yang mampu mendorong pendapatan dan retensi.

Tujuan AI ini untuk meningkatkan kinerja pusat kontak untuk mendorong hasil bisnis lebih cepat. Tercatat pada Maret 2022, perusahaan ini meningkat 150% meningkat tiga kali lipat.

  1. Landing AI

Landing AI didirikan oleh Dr. Andrew Ng, Co-Founder Coursera dan Founding Lead Google Brain. Landing AI berfungsi untuk membantu bisnis, mulai dari membantu pelanggan dalam mewujudkan nilai bisnis hingga operasional.

AI paling populer yang dikembangkan Landing AI antara lain LandingLens, platform MLOps perusahaan yang menawarkan alur kerja menyeluruh untuk membangun, mengulang, dan mengoperasionalkan solusi inspeksi visual.

  1. Stability AI

Stability AI merupakan start up visual open source untuk membuat gambar berdasarkan input teks. Sejak 2021 setidaknya 200.000 kreator, pengembang, dan peneliti bergabung untuk mengembangkan perusahaan ini.

Saat ini Stability AI tengah mengembangkan AI terobosan yang diterapkan pada pencitraan, bahasa, kode, audio, video, konten 3D, desain, biotek, dan penelitian ilmiah lainnya. Pada Agustus 2022, diluncurkan Stable Diffusion model teks ke gambar yang terus dilakukan penyempurnaan.

  1. Databricks

Databricks yang didirikan pada tahun 2013, merupakan platform data warehouse pertama dan satu-satunya di dunia yang menggunakan cloud. Databricks mengombinasikan data warehouse dan data lake untuk menawarkan platform terbuka dan terpadu untuk data dan AI.

Tercatat Databricks melayani lebih dari 5.000 organisasi di seluruh dunia, termasuk ABN AMRO, Conde Nast, H&M Group, Regeneron, dan Shell. Perusahaan-perusahaan tersebut mengandalkan Databricks untuk memungkinkan rekayasa data berskala besar, ilmu data kolaboratif, pembelajaran mesin siklus penuh, dan analisis bisnis.

  1. Deep 6 AI

Deep 6 AI adalah start up AI yang berfokus pada perawatan kesehatan dengan mengadopsi sistem kerja profesional paramedis dalam mendiagnosis dan merawat pasien. Algoritme Deep 6 AI mampu menganalisis data medis dalam jumlah besar dan membantu petugas medis membuat keputusan lebih tepat dalam pengobatan.

Perusahaan yang didirikan pada 2016 ini telah menyelamatkan nyawa banyak pasien lantaran mampu bekerja secara real time dan terstruktur.

  1. Shield AI

Didirikan pada 2015, Shield AI merupakan start up AI yang berfungsi untuk melindungi anggota militer serta warga sipil dengan sistem yang cerdas. Hivemind autonomy yang dikembangkan Perusahaan ini adalah Pilot AI otonom dan satu-satunya yang dikerahkan dalam pertempuran 2018.

Hivemind berperan sebagai tim pesawat cerdas dalam melakukan misi mulai dari pembersihan ruangan hingga pesawat tempur F-16. Didukung oleh dana VC Silicon Valley papan atas, Shield AI telah dinobatkan dalam daftar AI 50 dan Startup Terbaik versi Forbes, 100 Perusahaan AI Teratas versi CB Insights, dan Perusahaan Paling Inovatif versi Fast Company.

Itulah beberapa Perusahaan yang mengembangkan AI untuk membantu kehidupan manusia agar lebih produktif dan efisien. Kira-kira aplikasi mana yang telah kamu gunakan Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Muhammad Heri Fadli

Salah satu alumni Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia sukses menjadi film maker yang mampu menembus festival internasional. Lewat karya-karyanya Muhammad Heri Fadli berkesempatan menyinggahi beberapa negara.

Karya fenomenalnya berjudul Jamal telah dipertontonkan pada 13 festival dalam dan luar negeri. Jamal atau akronim dari “Janda Malaysia” adalah kisah pilu keluarga TKI di Nusa Tenggara Barat. Mengisahkan para istri yang ditinggal suaminya menjadi TKI di Malaysia dan pulang tanpa nyawa. Film ini memperlihatkan realita seorang “Jamal” yang pilu, minim dialog, namun terlihat kuat dan tegar.

Perjalanan Heri menjadi film maker berawal saat dirinya memilih tugas akhir produksi karya film dokumenter sebagai syarat mengajukan kelulusan S1 Ilmu Komunikasi UII. Saat itu film yang diproduksinya berjudul “DAJAL (Dangdut Jalanan) Pembuatan Film Dokumenter Tentang Kesenian Musik Kecimol Sebagai Budaya Populer yang Mulai Mengancam Kesenian Tradisional Gendang Beleq”

Prodi Ilmu Komunikasi UII memang telah menerapkan kebijakan syarat kelulusan dengan berbagai pilihan mulai dari skripsi, proyek komunikasi, proyek kolaboratif internasional, penulisan artikel jurnal, bahkan magang yang laporannya setara dengan skripsi sejak tahun 2015.

Muhammad Heri Fadli

Muhammad Heri Fadli saat mengikuti Toronto Reel Asian International Film Festival

Kebijakan ini akhirnya juga diterapkan pada Merdeka Belajar Episode Ke-26 oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim pada 29 Agustus 2023 lalu. Sontak nama alumni Ilmu Komunikasi yang lebih dulu menjadi sorotan dan rujukan banyak pihak. Penasaran apa saja karya Heri yang tembus festival nasional dan internasional?

Beberapa waktu lalu, Heri telah berbagi pengalaman dan privilesenya memilih lulus jalur karya film dokumenter yang banyak memberinya kemudahan dalam dunia kerja dan studinya.

Berikut beberapa daftar festival yang berhasil diikuti oleh Heri dengan karya-karyanya yang menarik.

Jamal Laurel’s

  1. JAFF-Jogja 2020
  2. Lleida Visual arts-Spain 2020
  3. Ischia Global – Italy 2021
  4. BIKY – Korea 2021
  5. Sundance – Asia 2021
  6. Slamdance – US 2022
  7. Mini Film Fest – Malaysia 2022
  8. Minikino – Bali 2022
  9. Tampere – Finland 2022
  10. Youki – Austria 2021
  11. Toronto Reel Asian 2022
  12. Ningbo Film Festival 2022
  13. Aceh Film Festival 2022

Sepiring Bersama Laurels:

  1. Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2018

Blue Poetry Laurels:

  1. Nominasi Raoul Wallenberg, Nominasi Rangkai Award, Nominasi Best Nasional di Minikino Film Week 2023
  2. Show Me Short Film Festival (Academy Award Qualifying) – New Zealand

Berikut wawancara tim redaksi dengan Heri yang berkisah tentang pengalamannya di dunia film dokumenter.

Muhammad heri fadli

Toronto Reel Asian International Film Festival

Kenapa saat itu lebih memilih proyek karya film dokumenter dibandingkan skripsi untuk pengajuan syarat kelulusan?

Di tahun 2016 itu ada beberapa senior sebenarnya juga mengambil proyek satu film fiksi dan film dokumenter lebih awal. Cuma saya mendengar desas-desus tentang akan ada pilihan selain skripsi ketika ujian nanti. Nah di tahun 2015 itu saya sudah mulai mengambil stok footage untuk jaga-jaga pada saat menggarap skripsi atau tugas akhir itu bisa saya ambil proyek. Betul saja bisa mengambil proyek, saya bisa mengambil film dokumenter karena lebih bisa saya kerjakan tanpa kru yang banyak. Sebetulnya saya itu tidak hanya sekedar karya, justru menurut saya lebih capek mengerjakan karya tugas akhir. Karena nanti ada konsep sama seperti proposal skripsi segala macam, konsep kreatif, landasan teorinya juga ada, kemudian nanti membuat cerita dan lain-lain, alasan memilih objek, dan nanti setelah produksi itu kita diharuskan menganalisis film kita sendiri menjabarkan proses kreatif dan segala macam dalam bentuk laporan yang sebetulnya kalau saya pribadi lebih tebal daripada skripsi, sekitar 200an halamanlah untuk laporan dalam bentuk tertulis dari karya itu. Dan ada dua ujian untuk proyek, ada ujian proyek pemutaran secara umum dengan diahadiri oleh panel yang exspert dibidangnya, bidang film tentunya. Kemudian ada ujian Bersama dosen penguji.

Bagaimana proses produksi tersebut mempengaruhi karier saat ini?

Kalau boleh jujur, terus terang karya film dokumeter yang saya kerjakan saat tugas akhir itu sangat berpengaruh. Karena sebelumnya saya membuat sekitar empat film fiksi. Saat itu saya hanya membuat film suka-suka untuk bersenang-senang, untuk mengasah kemampuan bersama dengan teman-teman. Jadi tanpa ada landasan teori yang jelas, asal tahu teknik merekam gambar, dan penceritaan.

Setelah membuat dokumenter untuk tugas akhir, saya merasakan betul bagaimana persiapannya, pdroses risetnya, dan observasinya. Bahkan saya harus bolak-balik ke Lombok sebanyak tiga kali, berarti enam kali flight pulang pergi dari Jogja ke Lombok untuk revisi, karena ada footage yang kurang. Dan itu memakan waktu. Tet,api dari proses itu saya sadar betul setelah lulus, saya tidak bisa sembarang membuat film. Film yang mampu berbicara adalah film yang membutuhkan riset yang bagus, riset yang jelas, dan mampu kita pertanggungjawabkan karena ada landasan teori dan riset yang kita lewati.

Bagaimana menurut Anda tentang proyek Film “DAJAL” ini?

DAJAL adalah proyek “serius” pertama yang saya kerjakan karena ini adalah tugas akhir. Film ini juga tidak dipublish karena ada rencana untuk diupgrade dan perbaiki dalam waktu satu hingga dua tahun kedepan. Harapannya DAJAL akan keluar denganversi terbaru dengan lebih komplit.

Apa sih untungnya untuk mahasiswa? Padahal kalau dilihat laporannya juga hampir setara dengan skripsi?

Meski kelihatannya lebih rumit karena ada proyek film sekaligus laporan mini yang setara dengan skripsi, karena saat itu belum ada acuan ternyata banyak keuntungan yang saya rasakan. Ada dua keuntungan besar bagi saya pribadi.

Pertama, proyek film dokumenter ini menjadi portofolio yang bisa kita bawa ketika lulus tidak hanya pengalaman teoritis saja.

Kedua, karena laporannya setara dengan skripsi saat lanjut S2 sangat membantu. Laporan tugas akhir film dokumenter tersebut dianggap sebagai skripsi saat mengajukan S2 di Malaysia.

Kalau boleh tahu sudah berapa film yang diproduksi saat ini?

Saya agak lupa sudah produksi berapa film, mungkin lebih dari 12. Tapi yang benar-benar serius itu ada 5 film yaitu DAJAL, Sepiring Bersama, Buah Khuldi, Jamal, lalu Blue Poetry. Jadi total ada 5 film yang menurut saya serius secara konsep, penyampaian materi, dan secara produksi.

Kenapa bisa masuk festival internasional? Karena saya memilih untuk menjadi film maker, setelah lulus kuliah saya melakukan segala cara atau segala usaha. Saya juga mengalami banyak sekali penolakan-penolakan dari banyak festival. Mungkin yang orang-orang tahu dari publikasi ‘Wow karya saya masuk banyak festival’. Padahal banyak juga festival yang tidak nyambung dengan film kami.

Nah buat saya proses-proses itu yang membuat kita lebih kuat dalam produksi. Jadi, penolakan dan hujatan segala macam itu sudah biasa. Justru hasil-hasil itu yang di-highlight oleh orang-orang.

Bisa ceritakan kemarin tiba-tiba jadi di-notice oleh publik?

Tiba-tiba dinotice publik karena proyek tugas akhir, yang perlu publik ketahui menurut saya membuat karya ini lebih melelahkan dan butuh effort. Tapi pilihan ini cocok bagi teman-teman yang mengingnkan hasil lebih.

Ketika mendengar akan ada kebijakan ini, inilah hal yang cocok bagi teman-teman yang menginginkan tidak hanya hasil riset dan berakhir di tumpukan rak perpustakaan. Namun tak jarang hasil riset juga dipublish menjadi karya jurnal.

Lantas, sekarang fokus produksi film atau studi juga?

Fokus keduanya, Insya Allah di bulan November atau Desember akan ke Kuala Lumpur untuk wisuda. Saya menyelesaikan studi tahun lalu di bulan Agustus. DiMalaysia menunggu wisuda cukup lama jadi sekitar setahun.  Saya tetap melakukan produksi film ketika studi, misal sedang tidak studi saya menulis naskah persiapan untuk syuting Saat inisedang proses distribusi film selanjutnya berjudul Blue Poetry yang nanti akan premier di Indonesia yakni Bali International Short Film Festival – Minikino Film Week,kita mendapat tiga nominasi, dan akan dilanjutkan di bulan Oktober di New Zealand pada Show Me Shorths Film Festival, merupakan festival film pendek yang sudah disqualified sertifikasi oleh academy film award Oscar.

Terakhir, kebijakan mas Menteri kali ini menurutmu gimana? Menarik ngga?

Terus terang, menurut saya kebijakan baru ini sangat menarik. Seperti saya bilang tadi karena akhirnya teman-teman mahasiswa mendapat banyak pilihan, tidak hanya skripsi. Karena tidak semua orang suka riset. Banyak otak-otak kreatif terutama yang bersifat pengkaryaan atau mungkin teknik. Menurutku tidak semua jurusan harus membuat pengkaryaan tetapi ada jurusan tertentu yang mungkin lebih condong di karya seperti mahasiswa film, televisi, fotografi. Tentu  akan akan lebih keren kalau mereka membuat galeri fotografi, buku fotografi yang nanti tidak hanya sebagai tugas akhir tapi juga sebagai portofolionya.

Itulah pengalaman menarik yang dibagikan oleh alumni Ilmu Komunikasi UII. Tertarik mengikuti jejaknya, Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

 

 

Proyek karya

Dalam kebijakan baru yang tertuang pada Merdeka Belajar Episode ke-26, disebutkan bahwa skripsi kini bukan satu-satunya syarat lulus untuk skripsi. Jauh sebelum kebijakan ini diluncurkan, Prodi Ilmu Komunikasi UII telah lebih dulu menerapkannya di tahun 2015.

Ketika kabar kebijakan dari Menteri Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim diluncurkan, nama salah satu alumni Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia viral di media nasional lantaran karyanya yang mendunia. Sosok itu adalah Muhammad Heri Fadli yang kini tengah menyelesaikan studinya di Malaysia.

Akun Instagram media Kumparan mengunggah postingan tentang Heri dengan tajuk “Gak Bikin Skripsi, Lulus Lewat Film, Kini Karya Mendunia” pada 30 Agustus 2023. Unggahan ini sukses menarik penonton sebanyak 535 ribu, dengan 27 ribu like, 235 komentar, dan lebih dari 1.000 pengguna Instagram membagikan informasi tersebut.

Dalam menyelesaikan kuliah S1 di Prodi Ilmu Komunikasi, Heri memilih jalur karya film dokumenter sebagai syarat kelulusannya. “DAJAL (Dangdut Jalanan) Pembuatan Film Dokumenter Tentang Kesenian Musik Kecimol Sebagai Budaya Populer yang Mulai Mengancam Kesenian Tradisional Gendang Beleq” merupakan karyanya yang mengisahkan budaya di Lombok. Hal ini mengantarkannya sebagai sineas muda yang sukses raih penghargaan ditingkat nasional dan internasional.

Tertarik mengikuti jejak Heri?

Nah berikut ini beberapa contoh karya tugas akhir UII yang bisa jadi inspirasimu. Namun sebelumnya, pastikan bahwa di prodi atau jurusanmu, hal ini sudah diakomodasi ya. Misalnya saja prodi Ilmu Komunikasi UII yang menawarkan lima cara untuk meraih gelar S.I.Kom di kampus Ulil Albab antara lain jalur skripsi, proyek komunikasi, proyek kolaboratif internasional, penulisan artikel jurnal, bahkan magang yang laporannya setara dengan skripsi.

  1. Eksistensi Pelaku Street Art dalam berkarya Melalui Film Dokumenter “Di Balik Tembok” di Yogyakarta

Kreator            : Wiwind Nugraha

Karya ini merupakan film dokumenter berdurasi 20 menit yang membahas detail terkait street art di Yogyakarta. Berfokus pada satu tokoh, dokumenter ini dapat mengupas secara rinci lika-liku kehidupan dan proses berkarya dari street artist, sehingga pesan akan lebih mudah dimengerti oleh penonton menurut sudut pandang si tokoh. Pembuatan karya ini memberikan informasi dan mengupas eksistensi dari street artis dalam berkarya dan tetap bertahan serta mampu menghidupi sebuah keluarga.

  1. BEDA (Pembuatan Film Dokumenter tentang Pondok Pesantren 20 Tahun Pasca Reformasi Islam)

Kreator            : Andi Zulham Jaya

Produksi film dokumenter dengan pendekatan ekspositoris ini merekam tentang pondok pesantren 20 tahun Pasca Reformasi Islam. Pondok pesantren pada umumnya adalah tempat atau rumah sementara untuk belajar agama Islam dan untuk mendalami ajaran-ajaran islam. Pasca reformasi, muncul adanya pesantren yang baru, yakni pesantren bagi anak berkebutuhan khusus.

  1. Engkuk Merbabu (Pembuatan Film Dokumenter Mengenai Ancaman Hama Engkuk di Desa Petung, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah)

Kreator            : Farid Iskandar

Berawal dari simpati, film dokumenter ini bercerita tentang permasalahan yang sudah lama dihadapi oleh petani Desa Petung, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Para petani harus menghadapi serangan hama engkuk yang menyerang akar tanaman dan menjadi pemicu utama petani gagal panen dan menanggung kerugian. Dengan pendekatan hybrid, film berdurasi 18 menit ini menceritakan berbagai kegelisahan dan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh petani Desa Petung dalam menghadapi hama Engkuk.

  1. Mengungkap Makna di Balik Topeng (Pembuatan Film Dokumenter tentang Pengungkapan Makna-makna Tersembunyi Kesenian Tari Topeng Cirebon, Jawa Barat)

Kreator            : Aldi Iryandi

Film dokumenter ini merekam sebuah desa yang mencoba untuk mempertahankan dan mewariskan makna-makna Tari Topeng, yaitu Desa Slangit. Desa Slangit merupakan tempat lahirnya Tari Topeng Gaya Slangit, yang mana terdapat sanggar bernama Panji Asmara. Sanggar tersebut dipimpin langsung oleh Inu Kertapati selaku maestro dari Tari Topeng Gaya Slangit.

Film dokumenter berjenis news documentary ini menggunakan pendekatan ekspositoris. Pendekatan ini dipakai untuk menjadi perantara dalam menjelaskan narasi dengan menampilkan gambar-gambar yang sesuai, sehingga pesan akan lebih mudah dimengerti oleh penonton.

Film dokumenter ini mencoba untuk membuka pikiran masyarakat akan pentingnya untuk mengetahui makna-makna kelima Wanda Tari Topeng yang mengajarkan tentang proses kehidupan manusia dan menjelaskan tentan nilai-nilai Islam yang terkandung didalamnya.

  1. Produksi Majalah Fotografi Kreatif Berkonsep tentang Dunia Islam di Indonesia “@THINK”

Kreator            : Ici Dian Adilah

Produksi majalah ini menggabungkan dua keahlian yakni fotografi dan penulisan kreatif. Keduanya erat dengan industri kreatif periklanan. Isi majalah fotografi adalah gambaran dunia Islam yang ada di Indonesia dengan cara mengaitkan dengan kegiatan sehari-hari manusia. Unsur kreativitas sangat kental dalam majalah ini karena berisi tulisan dan foto-foto yang telah dikurasi. Majalah ini dibuat untuk melihat citra alternatif dunia Islam melalui fotografi di Indonesia.

  1. DAJAL (Dangdut Jalanan) Pembuatan Film Dokumenter Tentang Kesenian Musik Kecimol Sebagai Budaya Populaer yang Mulai Mengancam Kesenian Tradisional gendang Beleq

Kreator            : Muhammad Heri Fadli

Karya ini termasuk dalam jenis film dokumenter interaktif, merekam tentang budaya populer yang memberikan pengaruh besar terhadap kebudayaan lokal. Musik Kecimol merupakan produk musik pop yang menyedot perhatian publik mulai menggeser musik tradisional Gendang Beleq.

Lokasi pembuatan film ini di Lombok dengan subjek Suku Sasak yang melibatkan pemilik sanggar, pemain, dan tokoh pemuda. Film ini menjadi medium untuk mempresentasikan gambaran kesenian musik Kecimol dari budaya pop yang menggeser kesenian tradisional Gendeng Beleq dalam prosesi adat Nyongkolan masyarakat suku Sasak.

  1. Rekonsiliasi Ruh (Pembuatan Film Dokumenter tentang Peletakan Batu Nisan di Kuburan Massal Korban HAM 1965 yang Berjudul “Rekonsiliasi Ruh” Berlokasi di Kendal, Jawa Tengah)

Kreator            : Tri Rizal Ghofuur

Karya ini merupakan proyek film dokumenter ekspositori dan observasional yang merekam kegiatan pegiat kemanusiaan dalam proses penisanan. Film ini adalah kegiatan upaya rekonsiliasi korban 1965 dengan pihak pemerintah yang belum menemukan kesepakatan. Selain bukti-bukti pembunuhan massal yang terus bermunculan dengan penemuan kuburan masal tragedi 1965 di Semarang dan Kendal, Jawa Tengah.

Diperkirakan lebih lebih dari 100 orang terbunuh secara paksa tanpa peradilan. Hal ini membuat sekelompok pegiat kemanusiaan dari daerah Semarang dan Kendal melakukan penisananan yang menemui banyak kendala. Tujuan pembuatan film dokumenter ini mencoba menawarkan perspektif baru atas tragedi 1965.

  1. Melawan Batas (Pembuatan Film Dokumenter Melawan Stigma Masyarakat Terhadap Teman Tuli)

Kreator            : Kafin Maulana Rijal

Kelompok difabel sering dianggap sebagai kelompok yang tidak memiliki kemampuan untuk bisa hidup layaknya non-difabel. Namun di kota Yogyakarta tinggallah seorang anak difabel dengan kemauan dan semangat juang besar yang bernama Ahmad Roby Nugraha.

Roby mampu mematahkan stigma buruk masyarakat terhadap kaum difabel yang selama ini selalau dipandang sebelah mata. Proyek ini merupakan karya ilm dokumenter berjenis news documentary yang menggunakan pendekatan ekspositoris.

  1. ASA di ZONA BENCANA (Pembuatan Film Dokumenter tentang “Sekolah Gunung Merapi” dalam Memberdayakan Masyarakat di Kawasan Rawan Bencana)

Kreator            : Galih Yoga Wicaksono

Karya ini merupakan film dokumenter dengan pendekatan ekspositoris yang mencoba menceritakan kembali misi yang sedang diemban oleh Sekolah Gunung Merapi, khususnya dalam bidang mitigasi bencana.

Padukuhan Pangukrejo di Umbulharjo, Sleman termasuk dalam Kawasan Rawan Bencana III Gunung Merapi. Daerah tersebut seharusnya tidak boleh digunakan untuk hunian tetap warga, namun setelah erupsi 2010 banyak warga yang kembali ke sana. Dampaknya mereka tidak bisa mendapatkan fasilitas dan pendidikan yang memadai dari pemerintah. Melalui film ini, diharapkan dapat memberikan wawasan kepada penonton mengenai Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi III dan upaya-upaya yang dilakukan untuk memberikan literasi informasi kebencanaan kepada masyarakat.

  1. FORMART MAGAZINE (Produksi Majalah Tentang Proses Kreatif Street Art dan Penguatan Eksistensi Komunitas Street Art di Yogyakarta)

Kreator            : Azka Destriawan

Proyek karya majalah ini merupakan wacana, proses kreatif, dan dinamika street art di Yogyakarta seperti kesenian lokal, street art graffiti, mural, poster, hingga instalasi yang merespons keresahan masyarakat dan fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar untuk menyuarakan sesuatu di ruang publik.

Melalui dinding dingin kota, artis street art menyuarakan aspirasi masyarakat sebagai bentuk perlawanan. Namun street art kerap dianggap sebagai sesuatu yang ilegal, bentuk vandalisme, bahkan menjadi aksi kriminal karena merusak dan mengotori ruang publik.

Itulah beberapa contoh karya untuk syarat kelulusan S1 dan D4 bagi yang tak ingin memilih skripsi. Bagi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi UII, produksi film menjadi proyek yang paling banyak dilakukan. Lantas bagaimana rencana kamu, Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Society 5.0

Society 5.0 atau masyarakat 5.0 kini menjadi topik perbincangan hangat di kalangan akademisi. Berbagai universitas di Indonesia telah menyampaikan gagasan Society 5.0 yang dikemas dalam berbagai kegiatan seperti kuliah umum, workshop, seminar, hingga riset.

Masyarakat super cerdas menjadi nama lain dari Society 5.0, yang mana pusat penyelesaian masalah sosial akan diselesaikan melalui integrasi ruang siber dan fisik. Lantas bagaimana peran Ilmu Komunikasi pada Society 5.0?

Tercatat, diskusi terkait Society 5.0 telah ramai sejak awal tahun 2017. Berdasarkan artikel yang diterbitkan oleh Tempo pada 9 Maret 2019 disebutkan bahwa hal ini merupakan proyek Pemerintah Jepang untuk memberi kesan sebagai bangsa yang besar dan disegani.

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yakni Irin Oktafiani dan Ibnu Thufail sepakat bahwa Jepang memang jago dalam menciptakan label yang mengesankan bangsa-bangsa lain. Pernyataan tersebut diungkapkan pada diskusi “Jepang Society 5.0” di Jakarta pada 8 Maret 2019.

Konsep Society 5.0 pertama kali diumumkan secara terbuka oleh Perdana Menteri Shinzo Abe pada forum internasional konferensi CeBIT (Centrum der Buroautomation und Informationestechnologie und Telekommunikation) yang dihelat di Jerman tahun 2017 lalu.

Inti dalam pembahasan itu, Society 5.0 berbeda dengan Industry 4.0 yang digagas Jerman (2010) ataupun Singapore Smart Nation (2014). Ia menegaskan, penggunaan teknologi maju tidak hanya digunakan untuk mendukung industri infrastruktur perekonomian namun juga untuk mendukung kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang.

Timeline selanjutnya di tahun 2019, Abe Shinjo kembali menyampaikan visi Society 5.0 pada Forum Ekonomi Dunia di Davos Swiss. Pada kesempatan itu, pihaknya menyebutkan sebuah masyarakat yang berpusat pada manusia dalam kemajuan ekonomi melalui penyelesaian masalah sosial melalui sistem yang saling terintegrasi baik maya maupun fisik.

Definisi Society 5.0

Dari background di atas, lantas apa definisi Society 5.0? Mengutip laman resmi Japan Cabinet Office, “A human-centered society that balances economic advancement with the resolution of social problems by a system that highly integrates cyberspace and physical space”.

Konsep Society 5.0 menempatkan masyarakat yang berpusat pada manusia demi menyeimbangkan kemajuan ekonomi melalui penyelesaian berbagai masalah sosial dengan sistem yang saling berintegrasi yakni ruang siber dan ruang fisik.

Urutannya sebagai berikut, Masyarakat 1.0 (berburu dan meramu), Masyarakat 2.2 (bercocok tanam), Masyarakat 3.0 (industri mesin), Masyarakat 4.0 (teknologi informasi), dan Masyarakat 5.0 (masyarakat super cerdas).

Berdasarkan penjelasan Japan Cabinet Office, Society 5.0 disebut sebagai masyarakat dengan tingkat konvergensi paling tinggi antara dunia maya dan ruang fisik. Jika pada Masyarakat 4.0 orang-orang mengakses layanan cloud di dunia maya melalui internet dan mencari, mengambil, dan menganalisis informasi atau data.

Sementara pada Society 5.0 hampir seluruh informasi sensor di ruang fisik terakumulasi di dunia maya. Di dunia maya, data besar ini nanti dianalisis oleh kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), dan hasil analisis tersebut diumpankan kembali kepada manusia di ruang fisik dalam berbagai bentuk.

Peran Ilmu Komunikasi dalam Society 5.0

AI menjadi diskusi menarik akhir-akhir ini. Sederet artikel mempertanyakan kemungkinan AI menggeser peran manusia. Terlebih AI menjadi bagian utama pada Society 5.0. Akankah manusia benar-benar akan digantikan AI? Ternyata, manusia tak akan tergantikan karena AI justru membantu manusia untuk lebih produktif. Selengkapnya dapat dibaca pada artikel berikut https://communication.uii.ac.id/benarkah-pekerjaan-manusia-akan-digantikan-oleh-ai-chatgpt-tak-terkendali-hingga-nasib-lulusan-ilmu-komunikasi/.

Dalam Serial Diskoma #8 yang digelar oleh magister Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada diskusi tentang “Artificial Intelligence dalam Industri Komunikasi” muncul pendapat bahwa selamanya AI tak akan menggantikan manusia karena pengetahuan merupakan modal utama yang dimiliki oleh manusia. Sementara informasi yang diakses dengan berbagai platform adalah komoditas. Artinya manusia yang lihai menggunakan AI yang menjadi unggul.

Peran Ilmu Komunikasi cukup besar dalam hal ini, terlebih dalam produksi informasi di tengah-tengah transformasi digital. Lulusan Ilmu Komunikasi menjadi aktor utama dalam produksi informasi.

Transformasi digital merupakan perubahan mendasar terkait cara organisasi beroperasi. Dilansir dari McKinsey & Company, transformasi digital bertujuan untuk membangun keunggulan secara kompetitif dengan teknologi dalam skala besar sehingga mampu meningkatkan pengalaman pelanggan dan menurunkan biaya.

Dalam hal inilah peran Ilmu Komunikasi menjadi penting. Agar tim IT sukses menyempurnakan peran AI dalam transformasi digital perlu ada pemahaman komunikasi yang efektif. Komunikasi menjadi pendorong kesuksesan suatu proyek atau bisnis.

Komunikasi disebut-sebut sebagai kunci kesuksesan ini karena lulusannya dianggap memiliki skill dalam menyelesaikan berbagai masalah mulai dari menjangkau semua karyawan dengan pendekatan multi-saluran, menciptakan budaya perusahaan yang kuat dengan meningkatkan keterlibatan, menciptakan sistem pencatatan yang otoritatif untuk komunikasi, mengoptimalkan seluruh perangkat teknologi komunikasi, menyederhanakan kampanye komunikasi dengan efisien, hingga mengumpulkan analitik kritis untuk menginformasikan strategi.

Terlepas dari prasangka Society 5.0 adalah proyek Pemerintah Jepang, Ilmu Komunikasi adalah pengetahuan yang dinamis dan mampu beradaptasi dalam berbagai kondisi. Bagaimana pendapatmu tentang ini, Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Merdeka Belajar Episode Ke-26

Kabar menarik datang dari dunia Pendidikan. Baru saja Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim umumkan kebijakan baru terkait mahasiswa yang tidak wajib mengerjakan skripsi sebagai syarat kelulusan.

Mendikbudristek telah meluncurkan Merdeka Belajar Episode Ke-26 bertajuk Transformasi Standar Nasional dan Akreditasi Pendidikan Tinggi pada 29 Agustuus 2023. Peraturan tersebut tertuang pada Permendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan.

Lantas cara apa yang dapat menggantikan skripsi tersebut? Melansir dari laman resmi LLDIKTI Kemdikbud, Nadiem menyebutkan setidaknya ada dua hal fundamental pada kebijakan tersebut termasuk terkait pengaturan tugas akhir mahasiswa dan sistem akreditasi yang cenderung meringankan beban administrasi.

“Ada dua hal fundamental dari kebijakan ini yang memungkinkan transformasi pendidikan tinggi melaju lebih cepat lagi. Pertama, Standar Nasional Pendidikan Tinggi yang lebih memerdekakan, di mana Standar Nasional kini berfungsi sebagai pengaturan framework dan tidak lagi bersifat preskriptif dan detail, di antaranya terkait pengaturan tugas akhir mahasiswa. Kedua, sistem akreditasi pendidikan tinggi yang meringankan beban administrasi dan finansial perguruan tinggi,” ungkap Mendikbudristek.

Lantas apa syarat kelulusan yang harus dipenuhi oleh mahasiswa S1 maupun D4 untuk menggantikan skripsi? Mahasiswa dapat memilih tugas akhir dalam bentuk prototipe, proyek, maupun bentuk sejenis lainnya dengan syarat prodi mahasiswa bersangkutan telah menerapkan kurikulum berbasis proyek dan sejenisnya.

Merdeka Belajar Episode Ke-26 ini dinilai penting lantaran berkaitan dengan persiapan hard skill dan soft skill mahasiswa untuk mempersiapkan dunia kerja.

“Pendidikan tinggi memiliki peran penting sebagai pendorong pertumbuhan yang berkelanjutan, persiapan SDM unggul, dan sebagai tulang punggung inovasi. Selain itu, pendidikan tinggi adalah jenjang yang paling dekat dengan dunia kerja dan masyarakat. lulusan perguruan tinggi dituntut untuk dapat berkontribusi dengan baik. Itu mengapa kami meletakkan titik berat pada transformasi jenjang pendidikan tinggi,” jelas Nadiem.

Jauh sebelum kebijakan Mas Menteri diluncurkan, Prodi Ilmu Komunikasi UII telah memberlakukan kebijakan ini sejak tahun 2015. Banyak cara yang dapat dipilih mahasiswa untuk meraih kelulusan.

Ada lima cara untuk meraih gelar S.I.Kom di kampus Ulil Albab antara lain jalur skripsi, proyek komunikasi, proyek kolaboratif internasional, penulisan artikel jurnal, bahkan magang yang laporannya setara dengan skripsi. Informasi selengkapnya dapat dibaca pada link berikut “Maba Wajib Tahu Fakta Menarik Kuliah di Jurursan Ilmu Komunikasi“.

Kebijakan ini menarik bagi mahasiswa karena dinilai mampu mewadahi minat dan ketertarikan yang tidak hanya fokus menghasilkan output sempurna, melainkan daya kritis dan kreatif mahasiswa yang terasah demi persiapan di dunia kerja.

Lantas bagaimana dengan dirimu Comms, kira-kira ingin lulus kulias S1 Ilmu Komunikasi jalur apa nih?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Prof Kristian Bankov

Kajian semiotik ternyata berperan besar dalam proses perkembangan brand hingga membentuk consumer culture.

Untuk mengungkap bagaimana mengoptimalkan kerja semiotik dalam sebuah brand, Program Studi Ilmu Komunikasi UII bekerja sama dengan International Association for Semiotic Studies (IASS-AIS) menggelar international workshop bertajuk “Semiotics of Brands and Consumer Culture” pada 22 Agustus 2023 di Gedung Lantai 3 Prodi Ilmu Komunikasi UII dengan menghadirkan Prof. Kristian Bankov dari New Bulgarian University yang sekaligus Secretary General IASS-AIS.

IASS-AIS merupakan asosiasi internasional yang berurusan dengan studi tanda dan semiotik di seluruh dunia dengan berbagai budaya yang berdiri sejak 1969. Beberapa nama akademisi pendirinya adalah Algirdas Julien Greimas, Roman Jakobson, Julia Kristeva, Emile Benveniste, Thomas A. Sebeok, dan Jurij M. Lotman.

Tujuan asosiasi tersebut antara lain mempromosikan integritas semiotik sebagai penelitian ilmiah, memperkuat dan memperluas hubungan internasional dalam bidang semiotik, berkolaborasi dengan asosiasi sejenis, menyelenggarakan konferensi dan lokakarya baik di tingkat nasional maupun internasional, dan menerbitkan jurnal internasional.

Salah satu pengajar di Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni, Muzayin Nazaruddin, S.Sos., MA, yang fokus mempelajari kajian semiotik menginisiasi workshop ini lantaran masih sangat jarang dilakukan di Indonesia. Antusiasme datang dari berbagai penjuru negeri, workshop digelar secara daring dan luring.

Semiotik

International Workshop ‘Semiotics of Brands and Consumer Culture’,

Pada pembukaan Bankov menegaskan kajian semiotik yang berperan besar pada Ilmu Komunikasi, yang membentuk consumer culture.

Semiotics is very important for communications science,” sebutnya saat membuka workshop.

Salah satu alasan konsumen memutuskan membeli produk dari sebuah brand karena promosi yang kreatif melalui storytelling dan narrative value.

Consumer buy more product which catchy or narrative value,” tambahnya.

Sebagai studi kasus, didatangkan sebuah brand lokal milik Meika Hazim yakni Cokelat nDalem dengan keunggulan konsep pemberdayaan petani lokal di Yogyakarta. Selain itu, Cokelat nDalem berfokus pada cokelat dengan citarasa khas Nusantara seperti produk cokelat es cincau jeruk dan cokelat es rujak.

Sebelumnya, pada sesi pertama juga diungkap bagaimana brand Samsung menguasai pasar global melalui peran para publik figur di Korea Selatan dengan berbagai strategi. Semuanya mampu dijelaskan dengan konsep “Brand Mythology System”, mulai dari world view and scared beliefs, brand agent, brand narrative, hingga brand culture.

Workshop

Studi kasus brand cokelat nDalem milik Meika Hazim dalam kajian semiotik

Workshop kali ini seolah memberi angin segar tentang kajian semiotik yang awalnya hanya dianggap sebagai gagasan akademis yang kurang aplikatif. Menurut Dr. Herman Felani Tandjung yang berkesempatan menjadi moderator menyebut bahwa kajian semiotik sangat aplikatif dan fungsional.

“Jadi workshop kemarin itu sangat menarik. Jika selama ini kita hanya tahu kajian semiotik sifatnya kritis saja, ternyata kajian semiotik juga sangat fungsional dan bisa diterapkan untuk membangun sebuah brand. Bedanya workshop semiotik ini dengan workshop semiotik lain adalah ini benar-benar aplikatif. Meika Hazim sebagai pemilik brand Cokelat nDalem, dia merasa banyak manfaat, tidak cuma stop dalam kajian akademik tapi juga untuk praktisi yang aplikatif,” sebutnya.

Untuk mengetahui secara detail lokakarya“Semiotics of Brands and Consumer Culture” dari Prof. Kristian Bankov, Anda dapat menyimak rekamannya di YouTube Ikonisia TV melalui link berikut.

 

Noice

Noice sebagai salah satu platform konten audio lokal telah merilis audioseries Journal of Terror: Kelana Season 3 pada 25 Juli 2023. Audioseries ini merupakan konten terlaris dari Noice yang ditulis oleh Sweta Kartika. Dalam peluncurannya, ada wajah baru yang akan mendampingi tokoh utama. Ia adalah Pretisya Rahmani yang berperan sebagai Nawang.

Syasya, panggilan akrabnya, adalah alumni Ilmu Komunikasi UII yang mencuri perhatian karena wajahnya muncul di berbagai media nasional pada akhir Juli lalu. Setelah berkecimpung dan menekuni bidang voice over dan dubbing dari lulus kuliah, akhirnya kerja kerasnya menuai hasil.

Profesi ini cukup unik dan menjanjikan, dan tentu saja tak semua orang mampu untuk melakukannya. Dibutuhkan skill khusus untuk menjadi voice talent profesional. Mengutip inavoice.com, voice over talent merupakan profesi pembaca naskah untuk produk audio maupun audio visual.

Menjalani profesi yang unik ini ternyata membawa Syasya menemukan passion-nya. Terlebih, di era digital, profesi voice over talent cukup menjanjikan dan dibutuhkan oleh konten media sosial, advertising, hingga sulih suara film.

Journal of Terror: Kelana Season 3 sendiri berkisah tentang kultur dan klenik di Sunda. Berawal dari petualangan Prana saat KKN (Kuliah Kerja Nyata) bersama 12 temannya di Kampung Cilambayung, Jawa Barat. Prana dan teman-temannya menemui sebuah keganjilan, ia mencoba mengungkap misteri di kampung itu. Salah satu temannya bernama Nawang yang juga anak indigo akhirnya bekerja sama dan mengungkap fakta bahwa desa tersebut adalah kampung pesugihan. Cerita ini didukung dengan riset yang dilakukan oleh penulis terkait cerita budaya Nusantara.

Lantas bagaimana cerita Syasya bisa mendapat peran Nawang dan proses kerja sesuai dengan passion? Berikut pengalaman dan tips-tips yang dibagikan.

Noice

Pretisya Rahmani (kedua dari kanan) resmi menjadi voice talent di audioseries Journal of Terror: Kelana Season 3

Sebenarnya, apa sih nama profesimu ini?

Alhamdulillah, profesiku saat ini menjadi freelancer voice talent, lebih tepatnya ke area voice over talent dan dubbing. Ada yang bilang profesi ini adalah voice actor karena sudah melingkupi semuanya.

Sudah berapa lama memulai karier tersebut? Boleh diceritakan awal mulanya?

Awal mulanya di tahun 2021 aku mulai iseng cari-cari pelatihan online, yah itung-itung isi waktu. Ada beberapa pelatihan online yang aku ikuti. Menurutku, yang paling berkesan adalah pelatihan content creator dan pembuatan audio drama. Nah dari audio drama, ini semua dimulai.

Pelatihan yang membawa aku sampai tahap ini adalah pembuatan audio drama. Kenapa aku memilih itu karena jarang ada ya, kayaknya ini menarik deh, dan perlu untuk dipelajari. Jadi akhirnya aku ikut pelatihan itu.

Pertemuan kedua atau ketiga, host-nya bilang output dari pelatihan ini adalah peserta harus membuat audio drama sendiri. Nah di situ sibuk para peserta mencari kelompoknya, singkat cerita aku dapet teman kelompok. Terus kita mulai menggarap proyek sambil ngobrol banyak hal. Di situ aku tahu, ada dua teman kelompokku yang sudah terjun duluan ke dunia voice over. Bahkan salah satunya adalah ketua komunitas suara, Rumah Suara Kita. Karena aku penasaran, aku gabung komunitasnya. Akhirnya aku diikutkan dalam proyek internalnya.

Lanjut tahun 2022, tepatnya bulan Januari, untuk pertama kalinya aku dan teman-temanku ikut pelatihan basic dubbing di Bandung. Saat itu mentornya Ibu Novi Burhan dan Kak Ihwan Said. Di Bandung itu titik mulai aku memutuskan untuk belajar lebih dalam dunia voice over dan dunia dubbing. Aku merasa jatuh cinta dan mendapatkan support. Akhirnya aku banyak ikut kelas, casting yang tersedia, dan Alhamdulillah di tahun yang sama aku dapet proyek pertama yaitu proyek dubbing. Ada juga proyek voice over sampai sekarang.

Sekarang ‘kan resmi gabung di Noice. Gimana sih tipsnya bisa sampai ke tahap ini?

Alhamdulillah, sekarang aku resmi bergabung ke dalam salah satu proyek audioseries Noice  yang berjudul Journal of Terror: Kelana Seasson 3. Itu ceritanya tentang cowok yang bernama Prana memiliki kemampuan indigo. Seperti namanya jurnal ya berisi catatan-catatn pribadi Prana, tentang pengalamannya yang melibatkan makhluk-makhluk dari dunia lain. Journal of Terror ini adalah audioseries terfavorit di Noice.

Kalau ditanya apa sih tips bisa bergabung? Harus pandai melihat peluang mungkin, jadi aku kebetulan bisa bergabung dan menjadi voice over talent di audioseries tersebut karena ada casting online. Dulu aku lihat di Instagram Noice ada open casting voice over talent for audioseries special project. Tidak cuma dari Instagram, tapi dari grup komunitas yang aku ikuti juga nge-share info tersebut. Qodarullah, aku terpilih menjadi 3 besar finalis dan selanjutnya ada tahap voting online.

Berkat semua dukungan, aku bisa sampai di posisi ini, memiliki kesempatan emas yang datang. Aku benar-benar berterima kasih pada Allah, keluarga, teman-teman, dan komunitas yang benar-benar solid. Support system-nya kuat banget. Aku benar-benar terharu ternyata ada banyaj orang yang aku kenal bahkan gak kenal akupun mau mendukung aku.”

Apakah profesi ini sudah sesuai dengan passion kamu?

Aku bisa bilang iya soalnya aku merasa enjoy banget menjalani ini. Aku merasa lebih hidup, bermakna, punya rutinitas baru yang aku senangi walaupun awal-awal masih ditentang oleh keluarga. Ini juga freelance waktunya tidak menentu, lokasinya juga bisa di mana-mana. Aku pernah dapat project remote, aku rekaman malam-malam bahkan pernah sampai pagi untuk ngejar deadline. Aku juga pernah rekaman di studio yang jauh banget di daerah Gunung Sindur di Bogor.

Apakah profesimu ini sesuai bidang minat saat kuliah?

Bidang minat saat kuliah itu komunikasi strategis. Tetapi sebelumnya dari semester satu, sebenarnya tertarik pada bidang budaya media kreatif. Aku pengen banget masuk bidang minat itu. Pas semester tiga, aku mulai galau antara budaya media kreatif atau komunikasi strategis. Aku tanya dan konsultasi ke keluarga, senior, teman-teman, dan dosen. Akhirnya aku memilih komunikasi strategis. Tapi kalau ditanya sesuai bidang minat atau engga? Kalau “dicocoklogikan”, pekerjaan aku saat ini menjadi voice talent itu masih bisa nyambung. Soalnya di dunia periklanan terutama digital masih butuh jasa voice over, nah aku masih bisa masuk.

O iya dulu aku aktif di Galaxy Radio (salah satu unit kegiatan mahasiswa di Ilmu Komunikasi UII). Jadi waktu awal aku belajar voice over, aku merasa ini kok mirip ya dasar-dasarnya, cara pemanasannya, sama kayak aku belajar jadi penyiar. Jadi masih ada kaitan antara jurusanku Ilmu Komunikasi, bidang minatku Komunikasi Strategis, dan pengalamanku sebelumnya.

Apa tantangan yang biasa dihadapi profesi ini?

Pengalaman aku dapet proyek voice over, jadi sebagai talent kita harus cepat paham brief dari klien. Dan klien kemauannya bisa berubah-berubah kita harus paham, harus sabar banget. Kalau misal klien minta A kita turutin, mau B kita ikutin. Terus kita sebagai talent juga harus punya referensi suara berbeda entah di tone dan emphasize, atau iramanya. Kita harus punya referensi. Nanti klien tinggal memilih mau yang mana.

Punya pengalaman menarik atau mistis selama melakukan profesi ini? Apalagi ini cerita tentang hal yang tak kasat mata?

Alhamdulillah belum memiliki pengalaman mistis selama belajar di profesi ini. Dan jangan sampai aku punya pengalaman itu. Untuk pengalaman paling menarik, semuanya menarik. Semula aku kira bakal dapet proyek dubbing animasi gitu dan ternyata realitanya aku dapet proyek reality show. Perannya manusia asli, output suara yang diinginkan itu harus bisa senatural mungkin selayaknya manusia pada umumnya. Gak ada tuh yang dianeh-anehin, dilucu-lucuin.

Nah menurutku itu susah, apalagi saat itu peranku sebagai pasangan muda. Aku harus retake berkali-kali karena emosinya engga dapet. Terus aku tanya sama voice director-nya, gimana caranya aku bisa memerankan tokoh ini dengan baik. Akhirnya diberi saran untuk recall memory momen bersama pacar. Ketika aku dapat jawaban itu, aku ingin nangis. Aku belum pernah punya pengalaman seperti itu, aku belum punya pengalaman romantis.

Resmi gabung di Noice, gimana sih rasanya diliput banyak media?

Sebagai orang baru di dunia voice acting ini deg-degan parah. Jadi media session itu tujuannya untuk memperkenalkan dan membangun awareness dari Jurnal Kelana Session 3 yang baru rilis dengan efek binaural audio lewat program listening session. Jadi di hari itu kita sambil denger trailer dan episode pertamanya. Itu mengundang media dan partner lainnya. Saat itu aku dan Kak Sigi pemeran Prana mewakili pengisi suara dari Journal of Terror: Kelana Season 3. Dan aku juga mewakili pemenang dari casting online Noice special project.

Bertemu circle baru yang bakal dikenal banyak publik, bagaimana cara kamu menghadapinya?

Kalau aku pribadi, aku tetap ingin menjadi Pretisya sih hehehe, namun menjadi Pretisya yang berprogres menjadi lebih baik dan terus belajar menjadi voice talent professional bahkan aku ingin dikenal karena karakter suara aku sendiri. Branding, PR banget. Bagaimana caranya aku membranding diri aku. Niat ada, ide ada, realisasinya itu yang sulit.

Bagaimana Comss apakah tertarik dengan profesi voice over talent? Jika tertarik, tentu bisa mempersiapkan sejak sekarang. Salah satu cara adalah bergabung dengan komunitas seperti pengalaman Pretisya.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

International Workshop

International Workshop “Semiotics of Brands and Consumer Culture”

Speaker: Prof. Kristian Bankov

New Bulgarian University – Secretary General of International Association for Semiotic Studies (IASS)

This one day workshop aims to delve into the application of semiotics as a valuable tool box for critically analyzing the phenomena of brands  and consumer culture. Throughout the workshop, participants will actively engage in examining various brands, advertising, and marketing cases, employing some semiotic models.

The overarching goal of this workshop is to enhance the participants analytical skills in conducting semiotic research on brands and consumer culture. The workshop will be divided into  four parts:

  1. Introduction to applied semiotics in advertising , marketing and branding
  2. Analysis of concrete commercials
  3. Introduction to semiotics of branding
  4. Analysis of local brands using the brand mythology model

Will be held:

  • Yogyakarta (hybrid), 22 August 2023 at 08.00-16.00 WIB
  • 3rd floor Audio Visual Room Departement of Communication, Universitas Islam Indonesia, Jl. Kaliurang  14,5 Sleman, Yogyakarta
  • Limited for 20 participants (on-site) and 25 participants (online). Please kindly register here https://bit.ly/workshopsemiotics2023 by 18 August 2023
  • Free of charge, the participants will get certificate, lunch and coffee break

 

Komunitas

Resmi menjadi mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UII tentu wajib tahu apa saja komunitas-komunitas yang ada di dalamnya. Bagi mahasiswa baru (maba) informasi terkait komunitas sangat penting demi menyalurkan bakat dan minat.

Di Prodi Ilmu Komunikasi terdapat lima komunitas yang berada di bawah naungan Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi UII (Himakom). Lima komunitas tersebut fokus terhadap dunia Ilmu Komunikasi yang akan bermanfaat untuk kariermu dalam jangka panjang mulai dari dunia fotografi, film, riset, jurnalistik, dan broadcasting.

Perlu maba ketahui, manfaat bergabung komunitas antara lain memperluas koneksi, melatih keterampilan komunikasi, berbagi ilmu dan pengalaman, berkolaborasi, dan perspektif baru.

Lantas perlukah bergabung dalam suatu komunitas? Yang pasti dengan bergabung di komunitas, Anda akan menemui banyak orang dengan background yang berbeda bahkan dengan pengalaman-pengalaman yang mumpuni di bidangnya.

Berikut beberapa komunitas-komunitas yang ada di Prodi Ilmu Komunikasi UII yang dapat diikuti oleh maba.

  1. Klik 18

Klik 18 atau Komunitas Lensa Ilmu Komunikasi UII yang aktif pada bidang fotografi. Banyak sekali kegiatan yang dilakukan oleh komunitas ini mulai dari workshop, hunting foto, hingga lomba-lomba nasional.

Salah satu agenda yang rutin digelar adalah gelar karya. Beberapa bulan lalu, Klik 18 menggelar pameran bertajuk  “Hidden Gems Photography Exhibition: Potret Pesona Hidden Gems Indonesia dalam Fotografi Landscape di Yogyakarta tahun 2022”.

Bagaimana tertarik menyalurkan bakat fotografimu? Klik 18 adalah komunitas yang tepat untukmu.

Instagram                    : klik18uii

Contact person            : 082281189164

  1. Kompor.kom

Kompor.kom adalah akronim dari Komunitas Pilem Orang Komunikasi, bagi Anda yang tertarik dengan dunia perfilman wajib untuk bergabung dengan komunitas ini.

Bergabung dengan komunitas ini akan mempertemukan Anda dengan sineas-sineas Tanah Air. Pengalaman menggarap proyek film dari menulis skrip, mengatur peran talent, hingga teknik videografi akan didapatkan di sini.

Beberapa kegiatan yang dilakukan komunitas adalah screening sekaligus diskusi film dari berbagai perspektif yang menarik. Apakah tertarik menjadi bagian dari komunitas ini?

Instagram                    : kompor.com

  1. RedAksi

RedAksi memiliki tagline “Lugas Membaca Realita” merupakan komunitas jurnalistik Ilmu Komunikasi UII.

Komunitas ini berfokus pada kondisi-kondisi sosial yang terjadi dan menuliskannya menjadi sebuah karya jurnalistik. Selain itu, RedAksi aktif melakukan kegiatan sosial, baru-baru ini RedAksi berkolaborasi dengan Literasik.Kom melakukan kegiatan pemberdayaan di Panti Asuhan Al Wahhaab Sinar Melati 11 dengan tajuk “Pengembangan Literasi pada Anak Membuahkan Sebuah Karya”.

Menariknya komunitas ini juga ada kegiatan visit media, beberapa media yang pernah dikunjungi adalah Hipwee, Hookspace, Provoke Magazine Jogja, dan Mojok. Visit ini bertujuan untuk sharing dan diskusi terkait kerja media.

Ingin terjun ke dunia jurnalistik? Sepertinya cocok untuk belajar di RedAksi dengan pengalaman-pengalaman menarik dari anggota yang lain.

Instagram                    : redaksikomunikasi

  1. Dispensi

Dispensi merupakan akronim dari Diskusi dan Penelitian Komunikasi. Dalam akun Instagramnya disebut “Dispensi adalah counterculture berkedok komunitas diskusi dan penelitian”. Komunitas ini adalah wadah bagi kamu yang memiliki perspektif kritis. Apa saja bisa didiskusikan hingga menjadi bahan penelitian!

Dispensi juga menjadi salah satu komunitas yang paling aktif karena rutin menggelar diskusi bulanan yang berkolaborasi dengan PDMA Nadim. Isu-isu menarik dibahas, seperti diskusi beberapa waktu lalu yang bertajuk “Wacana Keseharian Para penggemar K-Pop” menjadi perbincangan menarik dalam perspektif komunikasi.

Apakah kamu tertarik dengan komunitas ini? Cari tahu melalui akun Instagram di bawah ini ya.

Instagram                    : dispensi_uii

  1. Galaxy Radio

Galaxy Radio dengan saluran 107.8 ini merupakan komunitas radio kebanggaan Prodi Ilmu Komunikasi UII. Dengan tagline “Your Universe of Music” komunitas ini selalu menemani para mahasiswa dengan musik-musik populer saat bersantai di sekitar kampus.

Bagi kamu yang tertarik dengan dunia penyiaran, wajib untuk bergabung dengan komunitas ini. Kamu bisa belajar dari announcer cara mengolah vokal, manajemen siaran radio, teknis operasional siaran, kegiatan lain seperti pengembangan skill, workshop, hingga visit ke beberapa radio komersial maupun radio komunitas.

Instagram                    : 107.8galaxyradio

Bagaimana Comms tertarik dengan komunitas yang mana nih? Tenang, biasanya komunitas-komunitas ini akan membuka pendaftaran pada bulan September. Siap-siap ya!

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Mahasiswa

Mahasiswa baru (maba) akan dihadapkan berbagai pilihan organisasi di kampus setelah mengikuti masa orientasi di Universitas Islam Indonesia (UII)-dikenal dengan nama Pesona Ta’aruf atau lazimnya ospek.

Secara umum, berbagai organisasi di kampus akan dikenalkan pada saat ospek. Perbincangan-perbincangan sesama mahasiswa soal pilihan organisasi menjadi hal yang umum terjadi. Hingga akhirnya mahasiswa memutuskan organisasi apa yang akan diikuti.

Biasanya, alasan mahasiswa mengikuti organisasi di kampus antara lain untuk menambah relasi, melatih soft skill, dan mendapat sertifikat.

Selain organisasi, maba juga harus memikirkan bidang akademik agar mampu meraih Indeks Prestasi Mahasiswa (IPK) sesuai ekspektasi. Namun, apakah bisa mahasiswa raih IPK tinggi dengan tetap aktif berorganisasi? Simak penjelasan berikut ini ya, Comms.

Organisasi adalah sistem yang saling berkoordinasi satu sama lain demi tujuan bersama. Jika sistem terjadi di kampus maka disebut organisasi kampus atau biasa disebut organisasi mahasiswa kerana anggotanya adalah mahasiswa. (Dakwah dan Komunikasi: Konsep dan Perkembangan, Dr. Qudratullah, S.Sos., M.Sos.)

Berdasarkan penelitian “Analisis Tingkat Pengaruh Keaktifan Kegiatan Akademis Mahasiswa Terhadap Indeks Prestasi Kumulatif” yang dilakukan oleh Rahma Fariza dkk dari Universitas Islam Indonesia dalam Conference: IENACO (Industrial Engineering National Conference) 8 tahun 2020 menyebut faktor-faktor yang dapat memengaruhi prestasi belajar mahasiswa antara lain uang saku, usia, nilai rata-rata ujian nasional, banyaknya organisasi yang diikuti, lama belajar, dan penggunaan internet.

Sementara soal keikutsertaan organisasi dengan pengaruh IPK juga dibahas pada penelitian yang dilakukan oleh Rinto Alexandro dkk dari Universitas Palangka Raya. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Keaktifan Berorganisasi Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UPR” menyebutkan data-data yang menarik.

Hasil yang didapatkan adalah keaktifan mahasiswa dengan tingkat sangat aktif (2 organisasi internal dan 2 organisasi eksternal) memiliki IPK rata-rata 3,60 dengan IPK paling tinggi 3,81 dan terendah 2,43. Selanjutnya tingkat aktif (1 organisasi internal dan 1 organisasi eksternal) memiliki IPK rata-rata 3,31 dengan IPK tertinggi 3,75 dan IPK paling rendah 2,25. Terakhir mahasiswa kategori cukup aktif (1 organisasi internal) rata-rata memiliki IPK 3,36 dengan IPK tertinggi 3,61 dan terendah 3,11.

Jika melihat data di atas memang semakin aktif mengikuti organisasi, semakin tinggi juga IPK yang diraih oleh mahasiswa. Namun coba perhatikan IPK terendah dari masing-masing tingkat keaktifan mahasiswa.

Inilah perlunya mengetahui bagaimana kita menentukan prioritas. Berikut beberapa cara atau tips agar maba mampu raih IPK tinggi namun tetap aktif dalam organisasi.

  1. Akademik menjadi prioritas utama

Tanggung jawab pertama bagi mahasiswa adalah mendapat nilai yang tinggi dengan mempelajari mata kuliah yang telah diikuti. Karena kedisplinan akan mempengaruhi masa studi Anda, tidak cukup nilai baik, namun materi harus dipahami agar bisa menerapkannya setelah lulus.

  1. Membuat jadwal dan perencanaan

Kuliah tentu membutuhkan perencanaan yang baik, membuat jadwal bisa menjadi solusi. Lakukan dan selesaikan kegiatan berdasarkan prioritas. Jangan lupa untuk mengatur jadwal belajar, menyelesaikan tugas, dan kegiatan organisasi.

  1. Memilih organisasi yang tepat

Jangan asal bergabung dengan organisasi yang ditawarkan. Anda harus mengetahui passion dan kebutuhan yang perlu Anda kembangkan. Hindari mengikuti banyak organisasi namun tidak fokus. Pilih satu atau dua organisasi yang menurutmu paling tepat. Prioritaskan organisasi yang mendukung kegiatan akademik Anda di kelas dan juga mengembangkan relasi.

  1. Istirahat cukup

Nilai A memang menjadi tujuan, namun jangan terlalu berlebihan dan memaksa dirimu. Karena belajar berlebihan juga membuat Anda justru tidak dapat berkonsentrasi dengan baik. Belajar selama 45 menit hingga 1 jam lalu beri jeda untuk istirahat.

Itulah beberapa tips dan cara agar prioritas akademik dan organisasi yang kamu ikuti berjalan seimbang tanpa ada hal yang perlu dikorbankan. Bagaimana menurutmu, Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita