International Seminar
CGE UUM dan UII

Dr. Zaki Habibi menyambut delegasi di Prodi Ilmu Komunikasi UII

Collaborative Global Experience (CGE) 2023 merupakan kegiatan kolaborasi antara Universiti Utara Malaysia (UUM) dengan Universitas Islam Indonesia (UII) khususnya Prodi Ilmu Komunikasi dan Hubungan Internasional yang berlangsung pada 17-19 Maret 2023. 

Kegiatan CGE diikuti oleh 30 peserta yang terdiri dari dosen dan mahasiswa berbagai jurusan UUM ini bertujuan untuk menjalin kolaborasi kedua universitas. Dalam agenda internasional tersebut kegiatan difokuskan pada segi akademik dan sosial budaya. 

CGE dibuka dengan International Seminar yang bertajuk “Discovering Fresh Perspectives in Indonesian-Malaysian Relations: Multidimensional Approache” beberapa pembicara yang tergabung diantaranya Dr. Nor Azura Binti A. Rahman (UUM), Muzayin Nazaruddin S.Sos., M.A. (Prodi Ilkom UII), Hadza Min Fadhli Robby, S.I.P., M.Sc. (YBW UII), dan Rizki Dian Nursita , S.IP., M.H.I (Prodi HI UII). 

Setelah International Seminar berlangsung dilanjutkan dengan kunjungan ke Prodi Ilmu Komunikasi, para buddies mendampingi delegasi UUM untuk melakukan sharing session dan room tour di Prodi Ilmu Komunikasi terkait dengan fasilitas dan sistem penunjang kegiatan akademik. 

Delegasi CGE 2023

Delegasi dari UUM dan UII yang mengikuti CGE 2023

Kunjungan tersebut dibuka dengan salam hangat dari Kepala Laboratorium Ilmu Komunikasi UII Dr. Zaki Habibi, pihaknya sedikit bercerita dengan sedikit candaan khas soal lokasi Prodi Ilmu Komunikasi UII. 

“In this level Departemen of Communications is actually located in term of full the administration offices as well as the laboratory. as maybe in the morning you all have been introduced in terms of our faculty located in 3 different buildings. you will explore there as well while walking the temple. so in terms of student activity, class activity,” jelasnya. 

“So we see that this university is quite pack, have you struggle to find the park? the bus? yes UII bus. so it si kinda like VVIP right?,” guraunya kepada pihak UUM. 

“So today we have vacation like in malaysia or we call it wisuda, a ceremony for graduate especially for bachelor and master program toward the whole university. well there will be a time to discuss to talk with me and my staff that one of our staf mbak Desya. We will met to other as well i need the help from the fellow buddies in term of organizing while we will meet,” terangnya. 

Setelah sambutan dilanjutkan dengan sharing session dari perwakilan mahasiswa UUM serta UII. Dalam sharing session tersebut masing-masing delegasi lebih banyak menceritakan soal kegiatan akademik hingga outputnya. 

Sesi kunjungan di Prodi Ilmu Komunikasi UII ditutup dengan room tour melihat bagaimana fasilitas penunjang praktik akademik untuk mahasiswa. Suasana yang tercipta sungguh hangat, para dosen, buddies, serta delegasi UUM saling bertukar perspektif. 

Hari pertama ditutup dengan kunjungan ke Candi Kimpulan yang terletak di tengah-tengah perpustakaan UII, para buddies menjelaskan bagaimana sejarah dan kebudayaan yang terukir pada relief.  

Perlu diketahui UII merupakan satu-satunya Universitas yang diwarisi Arca kebudayan bercorak Hindu. Terakhir makan malam bersama di Bale Roso dengan konsep lesehan yang menarik dan komunikatif. 

Sharing session
Sharing Session Unisa

Sharing session A to Z Prodi Komunikasi Unisa kepada Prodi Ilmu Komunikasi UII

Prodi Komunikasi Universitas Aisyiyah Yogyakarta (Unisa) melakukan kunjungan ke Prodi Ilmu Komunikasi UII untuk melakukan sharing terkait berbagai hal “A to Z” pada Selasa, 17 Maret 2023.

Kunjungan yang dilakukan Prodi Komunikasi Unisa bertujuan untuk melakukan sharing terkait dinamika kurikulum hingga proses akreditasi mengingat Prodi Komunikasi Unisa yang kini memasuki tahun ketujuh sejak berdiri pada tahun 2016 lalu.

Kaprodi Ilmu Komunikasi Unisa Bapak Ade Putranto Prasetyo Wijiharto Tunggali, M.A menceritakan dan meminta saran

“Prodi Komunikasi Unisa berdiri Tahun 2016, yang kedua dinamika luar biasa. Kita baru mengalami akreditasi B di tahun 2019. Awal berdiri Komunikasi wawasan kesehatan, namun berjalannya waktu merombak kurikulum dengan spesialisasi PR dan Jurnalisme,” jelasnya siang itu membuka sharing session.

Menanggapi hal itu, Kaprodi Ilmu Komunikasi UII Bapak Iwan Awaluddin Yusuf, Ph.D membagikan pengalaman Prodi Komunikasi UII mulai dinamika akreditasi C menuju A hingga proses pengajuan Unggul.

“Pasang surut akreditasi Prodi Ilmu Komunikasi dari C langsung A, memang tidak mudah perlu perjuangan dan strategi, dari belum punya Doktor jadi mempunyai Doktor,” terangnya pada Selasa, 17 Maret 2023.

Beberapa strategi juga dibagikan oleh para dosen Ilmu Komunikasi UII yang saat itu turut menyambut kedatangan Prodi Komunikasi Unisa, salah satunya Bapak Dr. Zaki Habibi, M.Comms. Beliau banyak membagikan strategi kreatif yang telah dilakukan Prodi Komunikasi UII dalam perjalanannya.

Kunjungan Unisa

Room tour yang dilakukan Prodi Komunikasi Unisa di laboratorium Prodi Ilkom UII

“Banyak yang bisa kita gali, dari sisi pasar bisnis, gagasan, dan dari sisi mahasiswa,” ujarnya.

“Daripada kita hanya fokus dengan mengikuti negara dan universitas yang selalu diseragamkan dan berubah, ternyata fokus secara kolektif, individu bersama tanpa diformalkan menjadi cara yang bisa kita lakukan,” tambahnya.

Selaras dengan pendapat tersebut, Kaprodi Ilmu Komunikasi UII juga menekankan untuk melakukan strategi yang cerdas dalam membangun suatu institusi.

“Perlu kita kompromi, saat ini kita harus kerja cerdas. Salah satu peluang yang bisa dilakukan oleh Unisa adalah Komunikasi kesehatan yang diperkuat. Seperti dosen di Prodi Ilmu Komunikasi UII yang banyak dari kalangan aktivis sehingga kita memperkuat dengan branding “Communication for Empowerment”,” jelas Bapak Iwan Awaluddin, Ph.D.

Sharing session tersebut ditutup dengan room tour di Prodi Ilmu Komunikasi dari melihat laboratorium serta fasilitas Nadim sebagai penunjang kegiatan mahasiswa.

Beberapa dosen dari Unisa yang turut mengikuti kunjungan tersebut adalah Hari Akbar Sugiantoro, MA., Erwin Rasyid, M.Sc., dan Rinta Arina Manasikana, MA. Sementara dari Prodi Ilmu Komunikasi ada Ratna Permatasari, S.I.Kom., MA dan Narayana Mahendra P, S.Sos., MA.

Diskusi Rumah Perubahan

Digitalisasi tumbuh subur, netizen di Indonesia sangat mudah mengakses berbagai informasi melalui berbagai platform media sosial melalui Instagram, Facebook, Twitter, YouTube, TikTok, bahkan WhatsApp Group.

Pada dasarnya alasan netizen mencari informasi pada platform tersebut lantaran kemudahan dan dengan kebiasaan sehari-hari. Mengakses media sosial telah menjadi rutinitas bahkan dari survei LIPI tahun 2018 setidaknya 3 jam 23 menit telah dihabiskan oleh netizen mengakses media sosial.

Tak mengherankan jika derasnya arus informasi membuat oversharing hingga menciptakan budaya “bar-bar” pada masyarakat itu sendiri. Intinya masyarakat mulai beralih dari media rujukan utama ke media sosial karena kemudahan.

Bahkan bisa dikatakan netizen justru sedikit yang merujuk informasi pada RRI, TVRI, dan Lembaga Penyiaran Publik Lokal.

Mengapa hal itu bisa terjadi, apakah karena Lembaga Penyiaran Publik di Indonesia mulai tak pasti?

Pada momen peringatan satu dekade Rumah Perubahan Lembaga Penyiaran Publik (RPLPP) bekerja sama dengan Prodi Ilmu Komunikasi UII menggelar diskusi yang bertajuk “Masa Depan Lembaga Penyiaran Publik” pada Jumat, 10 Februari 2023 di Kafe Ra Kopiran Yogyakarta.

Diskusi tersebut membahas persoalan kompleks dalam Lembaga Penyiaran Publik (LPP). Mulai dari pendanaan, regulasi, hingga independensi LPP itu sendiri.

LPP merupakan lembaga penyiaran berbadan hukum yang didirikan oleh negara bersifat independen, netral, dan tidak komersial. LPP berfungsi memberkan layanan bagi kepentingan masyarakat seperti TVRI, RRI, dan Lembaga Penyiaran Publik Lokal (LPPL).

Masalah yang dialami LPP terutama LPPL

Darmanto pendiri Rumah Perubahan menyebutkan jika sengkarut soal diskriminasi yang terjadi di daerah terutama perihal perizinan dan pendanaan perlu segera diselesaikan.

“Yang berbeda LPPL, disertasi saya tentang LPPL kondisinya komplek. Paling jelas bahwa LPPL mengalami diskriminasi. Dari proses perizinan, sama dengan swasta sementara RRI dan TVRI tidak. Kedua beban regulasi yang berat,” terang darmanto membuka diskusi.

Menurutnya masalah ini akan berpengaruh terhadap masyarakat yang akan kehilangan panduan rujukan utama. Sehingga butuh skema baru demi Lembaga Penyiaran Publik yang kuat.

“Masyarakat kehilangan panduan dalam rujukan utama. Kita perlu ada satu skema baru agar Lembaga Penyiaran Publik lebih kuat. Saya melihat ada kekuatan netizen dangkal, penuh amarah merusak demokrasi itu sendiri,” tambahnya.

Berdasarkan artikel yang dituliskan oleh Dosen Ilmu Komunikasi UII sekaligus pendiri Rumah Perubahan Masduki menyebut jika memasuki ulang tahun ke-10, tantangan terberat bagi advokasi penyiaran publik di Indonesia adalah kondisi RRI dan TVRI yang semakin tidak pasti, juga kondisi serupa pada LPP lokal. Hal ini terjadi lantaran negara tidak hadir dalam mengupayakan hak publik atas konten berkualitas di media publik.

Gagasan dan upaya mengurai masalah

Beberapa ide gagasan yang muncul dalam diskusi siang itu cenderung mengarah, berbagai praktisi dari LPPL berkumpul menyuarakan kendala yang dihadapi dan mulai menyusun strategi.

Konten

Salah satunya Alan Kosdana dari Batik TV Pekalongan, Ia menyebutkan jika memang netizen di Indonesia sangat “super power”. Batik TV tempat Ia bekerja merupakan media milik dinas yang kini terus membuat inovasi demi tetap hidup.

  1. “Posisioning Batik tv itu dimana. Batik tv selain dari dinas, harus menjaga Marwah. Mau tidak mau kita harus menyesuaikan dengan market, karena denial kalau tanpa model bisnis yang jelas. Kebutuhan masyarakat goalnya adalah keterbukaan dari publik,”
  2. “Netizen super power. Taktisnya, kita selalu mempunyai program dekat dengan masyakarat 6 kota di daerah tersebut. Biar kita relate dengan masayarakat,”
  3. “Konvergensi media sama dengan konvergensi value. Tapi sering terlewat valuenya tidak terkonvergensi. Kebutuhan masyarakat terpenuhi,” tandasnya.

Paulus Widyanto juga menyebutkan soal masa depan LPP yang harus menjadi penggerak.

  1. “Masa depan Lembaga Penyiaran Publik harus menjadi penerbit terbaik, penggerak trending, intergrated, memori arsip platform.”

Regulasi

Menurut Dewi Hernuningsih yang turut menyuarakan soal politisasi yang terjadi dalam kepengurusan dan menghambat kinerja LPP independen dan netral.

  1. “Didalam pemilihan Dewan Pengawas oleh DPR maka didalam pemilihan itu sudah ada nuansa-nuansa politisasi,”.
  2. “Mestinya ada pengawasan itu, politisasi ada sejak saat itu, proses assessment kompetensi, tpa, termasuk proper tes. Saya merasa itu syarat politisasi,”
  3. “Saya ingin menyampaikan harusnya saling dukung malah bisa saling menjatuhkan jika tidak memiliki hubungan dan komunikasi yang baik. Karena merasa diatas bisa melakukan apapun,”

Ia menyebut jika politisasi menjadi sumber konflik sehingga muncul paradok  UU dan PP di struktur organisasi, lantaran Dewas berada pada posisi paling tinggi yakni mengawasi dan menetapkan.

Masduki juga menyebutkan perlu

  1. “Indonesia membutuhkan sebuah institusi Lembaga yg benar-benar pro kepada publik dalam hal ini media. Kita dihadapkan dalam suatu hal yang komplek, dikuasai swasta”
  2. “Sekarang dikuasai penumpang gelap dari digitial, dan kita menghadapi krisis literasi, krisis bermedia secara sehat. Rumah perubahan sejak awal berada pada ideologi striktural. Bahwa pemerintah harus hadir. Masyarakat di Indonesia cenderung powerless.”
  3. “Dimana negara harus memberi dukungan uu khusus, negara memfalistisi public fund. Sekarang kompetisi pasar terbuka.”
  4. “Kita fokus trenasformasi kelembagaan, transformasi pola pikir dan platform digital. Kita punya modal sosial.”

Perlu diketahui Rumah Perubahan Lembaga Penyiaran Publik (RPLPP) merupakan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) yang bersifat non-profit dan didirikan untuk mendorong percepatan transformasi terwujudnya Lembaga Penyiaran Publik (LPP) yang independen, kuat, profesional, dan berstandar internasional.

Lembaga ini dibentuk pada tanggal 23 Februari 2013 di Yogyakarta. Para pendiri dan pengelola lembaga ini terdiri dari orang-orang yang memiliki komitmen untuk memajukan demokrasi melalui penguatan Lembaga Penyiaran Publik.

Viral kata Cuaks atau Chuaks

Viral di berbagai platform media sosial terutama TikTok dan Instagram Bahasa gaul ‘Cuaks’ atau ‘Chuaks’. Lantas apa artinya? Bagaimana penggunaannya?

Secara umum penggunaan kata ‘Cuaks’ selalu diucapkan pada akhir sebuah kalimat dengan nada sindiran. Ramai-ramai remaja mengekspresikan protesnya dengan akhiran ucapan ‘Cuaks’.

Bisa dikatakan jika ‘Cuaks’ adalah Bahasa gaul memiliki arti yang buruk atau negatif terhadap suatu gagasan. Seperti yang viral di akun TikTok milik @sastra.silalahii yang menyampaikan sindiran atas kasus Dandy Mario anak mantan pejabat Dirjen Pajak Kementerian Keuangan Rafael Alun Trisambodo, menganiaya D pada 20 Februari 2023.

“Ke Rumah si Rojak lewat Jaksel, capek-capek bayar pajak anaknya bikin kesel, cuaks,”

“Nongkrong di balkon pakai xiaomi, anaknya pamer Rubicon, eh rakyat cuma bisa makan Indomie, cuaks,”

Hingga kini postingan tersebut telah ditonton 8,3 juta kali pengguna TikTok dan disukai oleh lebih dari 900 ribu pengguna.

Arti dan awal mula Bahasa gaul ‘Cuaks’

Sebelumnya Tretan Muslim dan Coki Pardede yang memperkenalkan kata-kata “Cuaks”. Stand Up Comedy tersebut menggunakan kata tersebut dalam konten yang mereka bagikan. Selanjutnya rama-ramai para pengguna mengikutinya.

Sementara menilik dalam KBBI, kata ‘Cuak’ tanpa ‘S’ berarti binatang (seperti kerbau, gajah) untuk memikat (gajah, kerbau liar) supaya dapat ditangkap.

Saat ini “Cuaks” diucapkan layaknya Bahasa gaul kalangan anak muda. Berdasarkan riset yang diterbitkan oleh Kemendikbud Bahasa gaul adalah salah satu cabang dari bahasa Indonesia yang diucapkan dalam Bahasa pergaulan sehari-hari.

Bahasa gaul mulai popular pada tahun 1980an sebagai sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya selama kurun tertentu. Hal ini dikarenakan, remaja memiliki bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri.

Alasan muncul kata ‘Cuaks’

Lantas mengapa orang-orang di Indonesia senang menciptakan Bahasa gaul? Berdasarkan hasil riset databoks Kata Data Indonesia termasuk dalam 10 negara dengan jumlah Bahasa terbanyak.

Negara Indonesia menempati urutan kedua dengan jumlah 720 bahasa, sementara posisi teratas ditempati Papua Nugini yakni 840 bahasa. Dlanjutkan posisi ketiga Nigeria 537 bahasa, India 458 bahasa, Amerika Serikat 355 bahasa, Australia 318 bahasa, Tiongkok 307 bahasa, Meksiko 304 bahasa, Kamerun 279 bahasa, dan Brasil 240 bahasa.

Bisa jadi munculnya kosakata khas, fonem, dan diftong dalam Bahasa gaul lantaran beragamnya Bahasa yang digunakan di Indonesia.

Selain itu banyaknya kasus yang dilakukan oleh pejabat publik turut menyumbang masyarakat menyuarakan kekecewaan melalui ekspresi di media sosial. Lantas kamu sudah pakai kata “Cuaks” belum Comms?

 

Artikel ini ditulis oleh: Meigitaria Sanita

Musik dangdut paling diminati

Genre musik dangdut paling banyak diminati masyarakat Indonesia karena liriknya yang relate dengan kehidupan sehari-hari. Lirik yang bercerita soal kerasnya hidup dan lika liku asmara bisa menjadi lagu andalan dan kerap kali diputar berulang-ulang.

Hasil survei Skala Survei Indonesia (SSI) yang dilakukan pada tahun 2022 musik dangdut merupakan genre yang paling disukai masyarakat Indonesia dengan presentase tertinggi yakni 58,1 persen.

Selanjutnya posisi kedua musik pop 31,3 persen, disusul musik daerah 3,9 persen, musik keroncong 2,6 persen, musik kasidah (religi) 1,2 persen, jazz 0,4 persen, dan terakhir rock 0,3 persen.

Hadirnya penyanyi-penyanyi dangdut yang kini jadi idola seperti Happy Asmara, Yeni Inka, hingga Denny Caknan turut merangkul anak muda di Indonesia ramai-ramai memutar lagu dangdut setiap hari. Liriknya yang banyak bercerita tentang kesedihan diyakini menjadi alasan utama.

Terpantau trending musik di YouTube kini (9 Maret 2023) paling banyak dihiasi oleh genre lagu dangdut. Ada lagu berjudul “Jajalen Aku” dari album Kalih Welasku milik Denny Caknan yang trending 3 saat ini lebih dari 1 juta penonton padahal belum ada 24 jam diunggah.

Disusul “Sanes” dari GuyonWaton featuring Denny Caknan di urutan ke-4 dengan 3,1 juta kali ditonton. Lalu ada “Cinta Tak Direstui” yang dinyanyikan oleh Shinta Arsinta featuring David Chandra yang trending 8 dengan jumlah 434 ribu kali ditonton sejak 5 hari lalu. Selanjutnya trending ke-9 ada Happy Asmara dengan lagu berjudul “Gusti Kulo Los” dengan 356 ribu kali diputar sejak 3 hari lalu.

Selain YouTube, di Instagram maupun TikTok musik dangdut ramai-ramai digunakan sebagai backsound reel. Bahkan lagu “Sial” yang bergenre pop milik Mahalini juga populer dengan aransemen dangdut yang telah banyak dicover oleh banyak pihak.

Jika dilihat di audio reel Instagram setidaknya lebih dari 50 ribu orang menggunakan backsound Sial aransemen dangdut untuk video yang diunggahnya. Seperti lagu “Rungkad” yang dinyanyikan Happy Asmara sukses digunakan lebih dari 60 ribu reel. Sehingga lagu-lagu dangdut berjejal menghiasi berbagai media sosial.

Relate dengan kondisi masyarakat Indonesia?

Lantas, apa alasan masyarakat Indonesia sangat menyukai lagu dangdut? Benarkah karena lirinya yang relate dengan kehidupan masyarakat Indonesia?

Jika dilihat beberapa lagu di atas memang bercerita tentang kisah asmara yang kandas lantaran sebab kondisi ekonomi, perdebatan soal status sosial dan banyak sebab lainnya.

Menurut Andrew Weintraub seorang profesor pada jurusan musik Universitas Pittsburgh, Amerika Serikat, pada bukunya Dangdut: Musik, Identitas, dan Budaya Indonesia (2012), mengutip ungkapan yang ditulis peneliti sejarah dari Universitas Ohio William Frederick, menyebutkan bahwa musik dangdut adalah prisma yang peka dan berguna untuk memandang masyarakat Indonesia.

Andrew menyebut selain menggambarkan kondisi politik dan budaya nasional, lagu dangdut juga disampaikan sebagai praktik, ekonomi, politik, dan ideologi, dangdut telah membantu membentuk gagasan tentang kelas, gender, dan etnisitas di negara Indonesia modern.

Selain itu musik dangdut identik dengan penikmatnya yang dinilai berasal dari kelas ekonomi dan sosial menengah kebawah. Hal ini didukung dengan survei dari SSI terkait peminat terbesar musik dangdut adalah masyarakat dengan tingkat pendidikan tertinggi sekolah dasar (SD) dengan persentase 67,3 persen.

Selanjutnya disusul lulusan SMP 62,8 persen, SMA 45,8 persen, dan Perguruan Tinggi 28,1 persen. Data ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin berkurang kesukaannya terhadap dangdut.

Soal Lirik, masyarakat Indonesia banyak yang sedih?

Dilansir dari riset yang dilakukan Kata Data, Menariknya pendengar Spotify di Indonesia cenderung menyukai lagu-lagu yang terdengar sedih. Spotify mengukur suasana emosi lagu dengan indikator yang disebut “valensi”, yang dinyatakan dalam skor di rentang skala 0-1.

Artinya lagu dengan angka valensi mendekati 1 terdengar lebih positif, seperti bahagia, ceria atau antusias. Sebaliknya, lagu-lagu dengan valensi mendekati 0 terdengar lebih negatif, seperti murung atau sedih.

Hasil daftar putar lagu terpopuler yang diputar oleh masyarakat Indonesia menunjukkan 50 lagu paling populer dengan angka valensi rata-rata 0,37 per akhir Mei 2022.

Angka ini paling rendah jika dibandingkan daftar putar di 60 negara. Sementara negara dengan valensi daftar putar lagu terpopuler paling positif adalah Brasil, Nigeria, Belanda, Polandia dan Chile.

Namun apapun genre lagu favoritmu, pilihanmu tetap keren seperti tema Hari Musik Nasional 9 Maret 2023 yang mengambil tema “Musik Indonesia Keren”. Perlu kamu ketahui Hari Musik Nasional ditetapkan pada tahun 2013 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Artikel ini ditulis untuk memperingati Hari Musik Nasional 9 Maret 2023

Penulis: Meigitaria Sanita

Kekerasan seksual jurnalis perempuan

Perempuan yang bekerja pada sektor media seperti jurnalis tentu memiliki peluang bersuara dengan lantang menanggapi isu kesetaraan. Ironisnya, jurnalis perempuan justru menerima banyak kekerasan hingga kelayakan upah yang tak setara dengan jurnalis pria. Jika dirimu perempuan yakin mau jadi jurnalis? Tingkat kekerasan tinggi, gaji masih belum mumpuni.

Dalam rangka merayakan “Hari Perempuan Internasional” 8 Maret 2023 sudah selayaknya kita tahu jika banyak perempuan yang mengalami kondisi mengerikan dan penuh diskriminasi. Perlu diketahui Hari Perempuan Internasional merupakan bentuk dukungan kepada seluruh perempuan di dunia yang memilih jalan hidupnya diberbagai bidang, mulai dari perempuan karier hingga ibu rumah tangga yang berhak untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Hari Perempuan Internasional juga diartikan sebagai titik balik untuk memperjuangkan hak mengingat perempuan memiliki pengaruh besar dalam advokasi berbagai isu.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh PR2Media dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) sebanyak 82,6 persen jurnalis perempuan mengalami kekerasan seksual. Riset dilakukan kepada 852 jurnalis perempuan yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Setidaknya 704 perempuan memiliki pengalaman kekerasan seksual sepanjang menjalani kariernya.

Bagaimana fakta ini cukup mencengangkan bukan? Ternyata di tengah upaya kesetaraan gender yang digaungkan oleh berbagai pihak masih banyak perempuan yang posisinya tidak aman dan menerima perlakuan diskriminatif.

Lantas apa saja bentuk kekerasan serta tindakan diskriminatif yang diterima jurnalis perempuan selama menjalani profesinya, simak hasil laporan riset berikut ini.

Baca juga: “Riset: jurnalis perempuan masih menjadi target rentan kekerasan”

Kekerasan yang dialami jurnalis perempuan di Indonesia relatif tinggi

Meski memiliki kesempatan untuk bersuara lantang nyatanya jurnalis perempuan masih tidak aman dalam belenggu kekerasan seksual. Tingginya kasus kekerasan seksual tentu menjadi masalah besar yang perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak.

704 dari 852 jurnalis dari 34 provinsi di Indonesia mengaku memiliki pengalaman kekerasan seksual selama bekerja.  Dari riset yang dilakukan PR2Media dan AJI mereka mengalami pelecehan seksual ataupun serangan seksual di kantor dan luar kantor, bahkan di lokasi liputan. Perlu diketahui kekerasan seksual dialami secara daring maupun luring. Fakta selanjutnya, pelaku kekerasan terhadap jurnalis perempuan juga berasal dari rekan kerja sebesar 20,9 persen dan atasan 6,9 persen.

Berikut data yang ditemukan oleh PR2Media dan AJI terkait kekerasan seksual yang dialami jurnalis perempuan.

  1. Body shaming secara luring (58,9% dari total responden),
  2. Catcalling secara luring (51,4%),
  3. Body shaming secara daring (48,6%),
  4. Menerima pesan teks maupun audio visual yang bersifat seksual dan eksplisit secara daring (37,2%),
  5. Sentuhan fisik bersifat seksual yang tidak diinginkan secara luring (36,3%),
  6. Komentar kasar atau menghina bersifat seksual secara luring (36%),
  7. Komentar kasar atau menghina bersifat seksual secara daring (35,1%),
  8. Diperlihatkan pesan teks maupun audio visual yang bersifat seksual dan eksplisit secara luring (27,2%),
  9. Dipaksa menyentuh atau melayani keinginan seksual pelaku secara luring (4,8%), dan
  10. Dipaksa melakukan hubungan seksual secara luring (2,6%).

Sementara itu, terkait ranah daring dan luring, sebagian besar jurnalis mengalami kekerasan di ranah daring sekaligus luring (37% dari total responden), lalu daring saja (26,8%), dan luring saja (18,2%). Hanya 17,4% (148) responden yang tidak pernah mengalami kekerasan seksual apa pun dalam karier jurnalistik mereka.

Diskriminatif dan gaji yang belum mumpuni

Jika kekerasan masih menjadi pil pahit bagi sebagian besar jurnalis perempuan ternyata masih ada pola diskriminatif yang tumbuh subur. Isu soal gaji yang lebih rendah daripada pria hingga diskriminatif tugas di lapangan hanya karena persoalan gender.

Hasil riset yang dilakukan AJI Jakarta soal Survei Upah Layak 2021 ternyata masih ada jurnalis perempuan yang diberi gaji lebih rendah. 5 dari 99 jurnalis perempuan yang bekerja maksimal 5 tahun mengaku ada perbedaan signifikan terkait gaji jurnalis perempuan dengan laki-laki. Sedangkan 41 responden mengaku tidak ada perbedaan gaji, dan 54 lainnya tidak mengetahui sama sekali ada atau tidaknya perbedaan gaji.

Berdasarkan upah layak bagi jurnalis tahun 2022 yakni sekitar Rp 8,3 juta, faktanya sebagian jurnalis digaji dengan ketentuan UMP. Padahal gaji yang rendah tentu akan berpengaruh terhadap profesionalisme jurnalis seperti isu suap dan lainnya. Sementara etika dalam jurnalis dituntut untuk bekerja secara profesional , memihak kebenaran, serta kepentingan masyarakat luas.

Riset AJI bersama Internasional Federation Journalist (IFJ) pada akhir 2020 ternyata upah minimum tak berpihak kepada jurnalis. Setidaknya respoden yang terdiri dari 700 jurnalis mengungkap 83,5 persen jurnalis terdampak ekonomi dari pandemi, berupa pemotongan honor (53,9 persen), pemotongan gaji (24,7 persen), Pemutusan Hubungan Kerja (5,9 persen), dan dirumahkan (4,1 persen).

Melihat banyaknya potongan gaji tersebut apa kabar dengan jurnalis perempuan yang sejak awal menerima upah lebih rendah?

Beralih dari diskriminasi gaji, ternyata jurnalis perempuan juga menerima diskriminasi soal tugas di lapangan. Menurut penuturan Erlina Fury Santika salah satu jurnalis media nasional di Jakarta mengaku pada saat dirinya menjadi reporter pembagian pos liputan juga berbasis gender.

Sejak awal kesempatan dan jenis pekerjaan yang dilakukan antara jurnalis perempuan dan laki-laki berbeda. Erlina menyebut paling sering mengalami diskriminasi soal tugas lapangan. Isu potensial lebih banyak diberikan kepada jurnalis laki-laki.

“Perbedaanya di pos liputan dan itu terasa sekali. Liputan yang dianggap berat diserahkan ke laki-laki misalnya soal hukum, politik selalu didominasi laki-laki,” terangnya saatdihubungi melalui pesan WhatsApp pada 8 Maret 2023.

Ia menambahkan kondisi itu membuatnya merasa tidak nyaman, terlebih jurnalis perempuan juga butuh pengembangan kualitas di bidang jurnalistik dan liputan yang beragam. Hingga akhirnya Ia mantap untuk selalu mengajukan diri.

“Ada (isu potensial dan urgen) tidak tercover karena semua jurnalis laki-laki gak ada yang lowong akhirnya mengajukan diri,” terangnya.

Ketimpangan yang dialami jurnalis perempuan masih terjadi padahal menurut Anggota Dewan Pers Ninik Rahayu kesenjangan gaji yang diberikan kepada jurnalis perempuan bias disebabkan adanya bias yang sistematis terhadap perempuan dalam bekerja. Misalnya saja, jurnalis perempuan yang memang selama ini “dibedakan” pekerjaannya dengan laki-laki, sehingga kesempatan yang berkaitan dengan promosi gaji atau bonus pun juga berbeda.

“Sejak awal jenis pekerjaannya sudah dibedakan, kenapa (bisa jadi) mendapatkan upah yang berbeda,” katanya dilansir dari konde.co.

Artikel ini ditulis untuk memperingati Hari Perempuan Internasional 2023

Penulis: Meigitaria Sanita

Talk series HAJY
Talk series

Talk series bersama Himpunan Alumni Jerman Yogyakarta dan Prodi Ilmu Komunikasi UII

Himpunan Alumni Jerman Yogyakarta (HAJY) memberikan secercah harapan soal apa yang bisa kamu lakukan sebelum memulai untuk lanjut studi ke negara para pemikir dunia seperti Kant, Nietzsche, Hegel, Albert Einstein, dan masih banyak lagi. 

Talk series bertajuk “Studi Lanjut dan Belajar Budaya Jerman” yang digelar oleh HAJY bersama Prodi Ilmu Komunikasi UII pada Jumat, 3 Maret 2023 yang digelar secara hybrid ini seolah membuka mata kita bahwa melanjutkan studi ke luar negeri tidak hanya butuh kecerdasan kognitif saja, melainkan jiwa resilience yang tangguh. 

Salah satu pendiri HAJY yakni Prof. Dr. drh. Wayan T. Artama menyebutkan jika ingin studi lanjut ke Jerman salah satu budaya yang perlu kita pelajari adalah bahasa Jerman itu sendiri. Lantas apa saja yang wajib kita tahu sebelum berangkat ke Jerman? 

Bahasa Jerman digunakan sehari-hari 

Profesor lulusan S3 dari Institut fur Veterinar Biochemie, Freie Universitaet Berlin, Jerman, tahun 1989 itu awalnya tak memiliki bekal kemampuan bahasa Jerman mengaku sangat kesulitan menjalani aktivitasnya di Jerman. Beliau menuturkan harus bekerja keras untuk belajar bahasa Jerman ketika sudah menginjakkan kaki di sana. 

Belajar bahasa Jerman dengan pengantar bahasa Jerman juga merupakan tantangan luar biasa, namun dengan berbekal kerja keras maka beliau mampu melaluinya. Tinggal di Jerman artinya harus mampu berbicara dengan bahasa Jerman, warga lokal dan petugas di ranah publik semua berbahasa Jerman. 

Terlebih bagi mahasiswa S1 bahasa pengantar dalam pembelajaran di kampus semuanya menggunakan bahasa Jerman berbeda dengan mahasiswa S2 dan S3 yang bisa sedikit bernegosiasi dengan bahasa Inggris. 

Presensi tidak dihitung 

Mungkin terdengar menarik dan santai ya Comms, mahasiswa di Jerman tidak masalah jika absen masuk kelas. Semua dosen tidak akan mempermasalahkan soal itu. Tapi risiko tidak paham dan tertinggal materi adalah tanggung jawab pribadi. 

Jika Comms merasa mampu mengejar materi dan mampu mengerjakan tugas dengan sempurna dan memiliki kecerdasan diluar batas bisa mencobanya.  

Namun perlu diketahui standar kompetensi di Jerman tentu berbeda dengan di Indonesia, otomatis tidak bisa disamakan budaya santai menunda-nunda pekerjaan dan menggunakan cara negosiasi dengan para dosen atau supervisor demi kelulusanmu Comms. 

Wajib membuat janji 

Para supervisor tidak akan menanyakan sejauh mana progres mahasiswa dalam mengerjakan thesis maupun disertasi Comms. Mereka cenderung fokus dengan hasil yang dikerjakan oleh mahasiswa dan tidak akan mengejar-ngejar mahasiswa tanpa menagih pekerjaanmu Comms. 

Paling penting adalah mahasiswa wajib membuat janji saat ingin konsultasi dan menyampaikan progres yang telah dikerjakan. Bahkan dengan stafpun harus membuat janji, hal ini penting diketahui agar mahasiswa mampu mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan studi. 

Dalam talk series yang dipandu Dr Evita Hanie Pangariebowo, MIDEC (Fakultas Geografi UGM dan alumni Rheinish Friedrich Wilhelm University of Bonn) tersebut hadir beberapa narasumber seperti Dr.re.soc Masduki dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII yang juga alumni Ludwig Maximillians University of Munich, Dr.rer.pol Dyah Widiastuti dosen di Fakultas Geografi UGM alumni Technische Universitaet Dortmund, dan Hendrawan Pambudi General Manager Eule Haus dan alumni Goettingen University. 

Bagi Comms yang tertarik untuk mengetahui bagaimana tips dan trik lanjut studi ke Jerman serta budaya hidup disana bisa menonton talk series HAJY di channel Ikonisia TV melalui link di bawah ini. 

Link streaming HAJY  

Talk Series: Studi Lanjut dan Belajar Budaya Jerman 

PILMAPRES

Pengumuman pemenang PILMAPRES atau pemilihan mahasiswa berprestasi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) UII 2023.  

Muhammad Fahrur Rozi atau akrab disapa Rozi perwakilan mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi raih skor paling tinggi dengan perolehan 106,15 poin. Ia memiliki prestasi tingkat nasional maupun internasional salah satunya Juara ke-3 International Poster Competition pada UNS-46 Diesnatalis dan Juara ke-1 Lomba Poster Ilustrasi Claproyex 5 Fakultas Teknik (FT) UGM. 

Atas kemenangan ini Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Bapak Iwan Awaluddin Yusuf, Ph.D memberikan apresiasi dan ucapan selamat serta menyampaikan kepada Rozi untuk terus berjuang di tingkat universitas. 

“Selamat dan apresiasi serta harapan agar dalam kompetisi ini, Arozi terus berjuang sampai akhir, di tingkat universitas,” ucapnya pada Kamis, 2 Maret 2023 di Prodi Ilmu Komunikasi UII.  

Kaprodi juga menyampaikan bahwa dengan dukungan dan sinergi semua pihak, khususnya dosen, tendik dan komunitas mahasiswa, pembinaan kemahasiswaan di Program Studi Ilmu Komunikasi akan semakin baik lagi ke depannya. 

Perlu diketahui PILMAPRES merupakan pemilihan mahasiswa berprestasi pada tingkat fakultas di FPSB. Para  finalis telah melewati berbagai proses seleksi mulai dari administrasi, capaian unggulan yang berisi prestasi nasional dan internasional, membuat video presentasi berbahasa Inggris, presentasi gagasan kreatif atau produk kreatif, hingga wawancara verifikasi. 

Kegiatan ini diadakan sebagai bentuk apresiasi FPSB UII kepada mahasiswa-mahasiswa yang memiliki prestasi bidang akademik maupun non akademik.   

Berikut daftar pemenang PILMAPRES FPSB: 

  1. Muhammad Fahrur Rozi (21321207) – Ilmu Komunikasi – skor 106,15 
  1. Erisa Oksanda (20320274) – Psikologi – skor 95,85 
  1. Aleea Dian Putri Reskido (20320121) – Psikologi – skor 93,3025 
  1. Jalaluddin Rizqi Mulia (21323255) – Hubungan Internasional – skor 75,145  
  1. Imeyda Putri Damayanti Wicaksono (20320293) – Psikologi – skor 74,35 
  1. Inas Ainun Shafia (20323296) – Hubungan Internasional – skor 73,235 
  1. Parditha Eka Putri (21323297) – Hubungan Internasional – skor 58,5 

NB: Kepada 5 peserta pemenang, selain hadiah, pembekalan lanjutan, juga akan diberikan surat rekomendasi dari fakultas kepada universitas. Jadwal pertemuan dengan para finalis Jumat, 4 Maret 2023 pukul 09.00 WIB di  ruang rapat dekanat lt.1 gedung Dr. Soekiman Wirdjosanjojo. 

yudisium

5 mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi FPSB UII telah mengikuti yudisium pada 28 Februari 2023. Pelaksanaan yudisium dilakukan secara daring tepat pukul 15:00 WIB hingga selesai.  

Sebagai informasi, yudisium merupakan penentuan nilai ujian sarjana secara lengkap di perguruan tinggi. Artinya mahasiswa dinyatakan lulus tepat pada pelaksanaan yudisium tersebut.  

Dalam pelaksanaan yudisium tersebut Kaprodi Ilmu Komunikasi UII Bapak Iwan Awaluddin Yusuf, Ph.D. secara resmi menyebutkan 5 mahasiswa telah lulus dari jenjang sarjana dan telah memenuhi persyaratan kelulusan.  

Pada pelaksanaan yudisium salah satu mahasiswa yang meraih Indeks Prestasi Akademik (IPK) tertinggi adalah Rkyan Diandra Choirunissa yakni 3,81 dengan predikat “Sangat Memuaskan”. 

Hadir juga Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi Ibu Ratna Permata Sari, S.I.Kom., dalam proses kelulusan 5 mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi sore itu. 

Berikut daftar mahasiswa yang dinyatakan lulus dari Prodi Ilmu Komunikasi pada 28 Februari 2023:  

  1. 15321041 – Elqy Retno Putri 
  2. 17321131 – Dimas Tri Ardiyanto 
  3. 18321002 – Azzahra Ayu Prasanti  
  4. 18321169 – Angga Hadi Wijaya  
  5. 18321195 – Rkyan Diandra Choirunissa 

Demikian informasi terkait yudisium gelombang kedua bulan Februari yang telah berlangsung di Prodi Ilmu Komunikasi UII. 

 

Pekan Komunikasi 2023
Art Exhibition

Art Exhibition

Telah berlangsung Pekan Komunikasi 2023 bertajuk Exhibition and Awarding Event From Ilmu Komunikasi UII yang digelar pada 25-26 Februari 2023 di Taman Budaya Yogyakarta. 

Pekan Komunikasi 2023 merupakan event yang digelar untuk mengapresiasi sekaligus mewadahi beragam karya yang dihasilkan oleh keluarga Prodi Ilmu Komunikasi UII. 

Beragam karya yang dihasilkan dari proses pembelajaran di kelas dipamerkan (Art Exhibition) dan dikategorikan dalam 9 nominasi serta ditutup dengan malam penghargaan atau awarding night. 

Selain itu turut digelar Talkshow Session dalam rangkaian acara hari kedua yang membahas soal “Kreativitas, Inovasi, dan Daya Saing dalam Bermedia” dengan dua pembicara yakni Asmono Wikan dari CEO PR Indonesia serta Dr. Zaki Habibi seorang Fotografer dokumenter dan Peneliti kajian media dan budaya visual di Prodi Ilmu Komunikasi UII. 

Berikut daftar pemenang dalam Awarding Night Pekan Komunikasi UII yang diisi 9 kategori karya dan mahasiswa berprestasi akademik dan non akademik. 

Daftar pemenang pada Pekan Komunikasi 2023 

No  Jenis Kategori  Nominasi  Pemenang 
1.   Fotografi 

 

  • Aulia Salsabilla 
  • Galih Abimanyu 
  • Nadya Astari 
  • Gamal Firza 
  • Reza Zuhdan 
Galih Abimanyu 

 

2.  Produksi Dokumenter 

 

  • Burger Dinar 
  • Badut Jalanan 
  • Sebelum Pukul Sepuluh 
Sebelum Pukul Sepuluh 
3  Penulisan Kreatif 

 

  • Dewasa 
  • Temaram 
  • Ratu Dibalik Cermin 
  • Malaikat Tanpa Sayap 
Temaram 
4.  IMC Plan 
  • X.Watch 
  • Vert Terre 
  • Kanz 
Vert Terre 
5.  Short Movie 
  • Hysteria 
  • Garib 
  • Vacation 
  • Sari 
  • The Technician 
Vacation 

 

6.  Simple Series 
  • Selembar Uang Segenggam Harapan 
  • Bingkai Cerita Sena 
  • Potret Srikandi Pengais Rezeki 
  • Grateful 
Potret Srikandi Pengais Rezeki 

 

7.  Manajemen Program Non Komersil 

 

  • Komunikasik 
  • Dari Diri 
  • Enigma 
  • Aspirasi 2022 
  • Public Speaking Fun Day 
  • Merapi Berdaya 
  • Pelatihan Pembuatan Telor Asin ODGJ 
Komunikasik 

 

8.  Manajemen Program Komersil 

 

  • The Backyard gang 
  • Pensiun Fest 
  • Capricon 
Capricon 
9.  Top 3 Compreneurship 

 

  • Berkembang Creative 
  • Kaninara 
  • Earth Coffee 
  • Pawtrens 
  • Rumantic Beauty 
Earth Coffee, Kaninara, Rumantic Beauty 

 

 

Mahasiswa Berprestasi     
Akademik   Muhammad Fahrur Rozi 
Non Akademik  Yasmeen Mumtaz Widyawan 
Dzaky Muhammad Arafat 

Turut hadir juga Kaprodi Ilmu Komunikasi Bapak Iwan Awaluddin Yusuf, Ph.D dalam pembukaan serta Awarding Night serta para dosen lainnya yang menyaksikan Art Exhibition dan pertunjukan lainnya untuk mendukung acara tersebut.