Yayasan Darussalam Selokerto dan Prodi Ilmu Komunikasi UII Gelar Workshop Menjadi Guru di Era AI

Yayasan Darussalam Selokerto (YDS) dan Prodi Ilmu Komunikasi UII mengadakan Workshop bertema “Menjadi Guru di Era Artificial Intellegence (AI) & Produksi Media Pembelajaran dan Promosi Sekolah Berbasis AI.”

Workshop dilaksanakan pada Sabtu, 8 November 2025 di Restoran The Harjo’s Pancasari Yogyakarta yang dihadiri oleh pembina, pengawas, pengurus YDS, guru, tenaga kependidikan RA dan SDIT Darussalam Selokerto, serta beberapa mahasiswi Prodi Magister Ilmu Komunikasi UII. Kegiatan tersebut merupakan salah satu aktivitas dari rangkaian program pengabdian masyarakat Prodi Ilmu Komunikasi UII di RA dan SDIT Darussalam Selokerto.

Pemateri kegiatan ini adalah Prof. Dr Subhan Afifi, M.Si (Ketua Prodi Magister Ilmu Komunikasi UII)  dan Budi Yuwono, S.Sos, M.Sn.  (Dosen STSRD Visi Yogyakarta dan Praktisi Disain Komunikasi Visual).

AI Tidak Menggantikan Profesi Guru

Prof. Subhan Afifi menyampaikan dalam materinya, teknologi AI memberikan tantangan terhadap eksistensi profesi guru, dan juga profesi-profesi lainnya di masa depan. Prof. Subhan mengutip pernyataan Bill Gates yang memprediksi bahwa dalam 10 tahun mendatang, guru-guru akan tergantikan oleh AI. Bahkan saat ini sudah mulai muncul sekolah tanpa guru.

“Tentu agendanya adalah bagaimana para guru merespon tantangan ini,” ujar Prof. Subhan. “AI atau teknologi itu hanya tools saja. Kita meyakini bahwa guru tidak tergantikan oleh AI, tapi bagaimana para guru memanfaatkan AI untuk mendukung tugas mulianya. Tugas guru tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi mendidik keyakinan, karakter dan akhlak mulia dengan sentuhan personal dan manusiawi. Kemampuan itu yang tidak dimiliki AI,” tambahnya.

Selain pemaparan dari Prof. Subhan, pemateri berikutnya, Budi Yuwono menambahkan, kepintaran sebenarnya dimiliki oleh manusia, bukan AI. “AI  sebenarnya “bodoh”, karena AI hanya menerima data dan mengikuti instruksi atau prompt manusia untuk memproduksi sebuah karya, seperti video dan gambar,” jelas Budi Yuwono.

Budi Yuwono memberikan stategi produksi video pembelajaran dan promosi sekolah berbasis AI.  Kuncinya adalah membuat prompt atau instruksi untuk produksi video dengan teknologi AI harus secara detail untuk mendapatkan hasil optimal yang diharapkan. “Prompt dituliskan dengan menyertakan jenis visual, subjek, detail subjek, background setting, mood atau suasana, bahkan hingga ke teknik kamera. Di sinilah letak kreativitas manusia dalam mengupayakan pekerjaan dengan menggunakan teknologi AI,” ujar Budi Yuwono.

Manfaat-Mudharat AI

Prof. Subhan menyampaikan bahwa para guru dan tenaga kependidikan bisa mengoptimalkan teknologi AI dengan berbagai manfaat dan kelebihannya untuk mendukung proses pembelajaran di sekolah. “Manfaatnya sangat banyak, misal membatu guru dalam hal efisiensi waktu, personalisasi pembelajaran, inovasi media dan metode, analisis data pembelajaran, pengembangan profesional hingga menjadi pendamping/asisten guru dalam mengembangkan kualitas pembelajaran,” tambahnya.

Meski demikian, selain memberikan manfaat, AI memiliki potensi dampak buruk (mudharat) yang harus diwaspadai, seperti plagiarisme, berkurangnya kreativitas dan kemandirian, hilangnya nilai-nilai kemanusiaan, terancamnya privasi dan keamanan, bahkan terganggunya kesehatan mental pengguna yang menggunakannya secara berlebihan dan tidak terkontrol.

“Untuk itu diperlukan peningkatan literasi digital di kalangan para guru untuk memanfaatkan AI dengan bijak dan menegakkan etika, sekaligus mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif, agar terhindar dari dampak buruk AI” pungkas Prof Subhan.  (**)

Dosen Ilmu Komunikasi UII Berikan Materi Literasi Digital untuk Siswa SD ‘Upaya Menciptakan Ruang Aman untuk Anak’

Data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024 menyebutkan sebanyak 39,71 persen anak usia dini di Indonesia telah menggunakan telepon seluler, sementara 35,57 persen tercatat mengakses internet. Lantas bagaimana dengan anak usia Sekolah Dasar (SD)?

Bisa diprediksi angkanya pasti akan lebih tinggi, anak usia 7 hingga 17 tahun tercatat 74,85 persen telah mengakses internet (data tahun 2024). Masalahnya adalah apakah mereka sudah cukup bijak menggunakan telepon seluler yang tersambung dengan internet? Dengan sangat mudah anak-anak bebas menjelajah dunia, bahkan bisa tersesat.

Demi menciptakan ruang digital yang aman untuk anak, salah satu dosen Ilmu Komunikasi UII, Puji Hariyanti, S.Sos., M.I.Kom. melakukan pengabdian ke SDIT Hidayatullah yang berlokasi di Sleman, Yogyakarta. Literasi digital diberikan kepada anak-anak kelas 1 dan 2 secara bertahap, pada 24 dan 31 Oktober 2025.

Hampir 200 anak yang ditemui menyebutkan telah memiliki smartphone, sementara sedikit yang dipinjami oleh oleh orangtuanya karena belum diizinkan memelikinya secara pribadi.

“Sekarang ini anak-anak SD sudah banyak yang menggunakan gawai baik untuk hiburan (main game atau menonton video) maupun untuk mendukung pembelajaran. Namun banyak kasus di mana anak-anak memainkan game atau menonton video yang tidak sesuai untuk usia mereka,” ujar dosen Ilmu Komunikasi tersebut.

Dosen Ilmu Komunikasi UII Berikan Materi Literasi Digital untuk Siswa SD ‘Upaya Menciptakan Ruang Aman untuk Anak’

Siswa-siswi SDIT Hidayatullah

Sementara fasilitas yng mumpuni kerap kali tak diimbangi dengan pengawasan dari orang tua tentu akan berisiko. Tanpa aturan yang jelas, anak-anak dengan rasa penasaran yang tinggi tentu akan mudah mengakses konten apapun, termasuk konten yang tak sesuai uisa.

Dari laporan Komdigi yang merujuk pada survei National on Missing and Exploited Children (NCMEC), Indonesia menempati posisi keempat secara global dalam kasus pornografi anak di ruang digital.

“Banyak orang tua yang hanya memberikan fasilitas gawai ke anaknya tanpa memberikan aturan pembatasan penggunaan gawai,” jelasnya.

“Sehingga anak menggunakan gawai secara berlebihan tanpa pengawasan. Hal ini menyebabkan anak menjadi kurang bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajibannya untuk belajar, bahkan cenderung kurang peduli dengan lingkungannya,” tambahnya.

Dalam penyampaian edukasi ini dilakukan dengan berbagai metode, mulai dari penjelasan secara sederhana yang fun hingga menonton berbagai video edukasi. Berbagai tayangan seperti animasi yang menjelaskan dampak yang tidak baik dalam penggunaan smartphone secara berlebihan hingga tawaran solusi.

Anak-anak diajak untuk mengenal alam, seperti bermain di luar rumah bersama teman sebaya, membantu orang tua, belajar hingga berolahraga. Dalam literasi ini, anak-anak tetap diperbolehkan menggunakan smartphone namun dengan batasan yang jelas.

“Sebagai media literasi lainnya diberikan ular tangga internet sehat yang di dalamnya terdapat informasi sederhana diantaranya menjadikan internet sebagai tempat seru mencari ilmu, menambah pengetahuan dan pengalaman, tidak memberi tahu teman informasi yang tidak benar (hoax), tetap waspada karena di internet juga ada orang jahat yang berpura-pura baik, jangan mau jika diajak janjian bertemu dengan orang yang dikenal lewat internet, selalu bercerita dengan orang tua tentang pengalaman di internet, tidak melakukan pembullyan di dunia maya serta informasi positif lainnya,” tandasnya.

Pengalaman Unik Alumni Ilkom UII Kuliah S2 di India, dari Adaptasi hingga Culture Shock

Pengalaman unik datang dari alumni Ilmu Komuniasi UII, Rizqiyah Yusrinawati yang kini tengah melanjutkan studi lanjut di India. Ia memilih Journalism and Mass Communication di Punjabi University melalui beasiswa pemerintah India. Lebih dari tiga bulan menjalani hidup di India, Qiya membagikan cara beradaptasi hingga culture shock yang dialaminya.

Sebagai mahasiswa internasional, tentu bahasa Inggris menjadi andalannya untuk berkomunikasi. Namun, di Punjabi University bahasa pengantarnya adalah bahasa Punjab. Tentu ini membuat Qiya harus berusaha lebih keras. Ia adalah satu-satunya mahasiswa internasional di kelas itu. Tak jarang ia meminta dosen untuk mengulang penjelasan dengan bahasa Inggris.

“Karena mahasiswa internasional di kelas hanya saya, maka dosen akan mengajar menggunakan Punjabi atau Hindi,” ungkap Qiya.

“Tapi kalo belum paham beliau akan menjelaskan ulang dalam bahasa Inggris,” tambahnya.

Tak hanya di kelas, bahasa Punjabi menjadi bahasa utama, termasuk saat berada berbelanja di toko, memesan ojek online dan sebagainya.

Soal makanan juga tak kalah unik, ia pernah memesan jus buah. Di tengah panasnya suhu di India, Qiya sudah membayangkan akan minum jus mangga yang menyegarkan. Sayangnya, ekspektasinya berubah, jus mangga yang dipesannya terasa asin berempah masala khas India.

“Makanan ya, paling berat (adaptasi). Di India semua penuh rempah. Tapi semakin lama mulai terbiasa Pernah coba beli jus buah kan, ternyata asin dan berempah,” ujarnya.

Bertahan hidup di India menjadi tantangan baginya, termasuk dalam mencari tempat tinggal. Hampir semua kos di India khusus mereka yang vegan, artinya tak boleh memasak apapun di dapur kecuali makanan vegan. Dan ini juga berlaku di kantin kampusnya.

Tapi, kondisi ini cukup menguntungkan bagianya. Sebagai seorang muslim tak perlu terlalu was-was dalam memilih makanan.

Di luar pengalaman-pengalaman unik itu, Qiya bersyukur cita-citanya kuliah di India terwujud. India adalah negara impiannya, sejak S1 di Ilmu Komunikasi UII ia telah meyakinkan diri untuk belajar di negara yang kaya tradisi dan budaya itu.

Sistem pendidikan di India cukup berbeda dengan Indonesia. Budaya mencatat dan mengahafal teori begitu kuat. Hal ini memaksanya beradaptasi dengan cepat dan mencari strategi yang tepat.

“Jujur disini masih kebanyakan teori, jadi dosen akan menerangkan, dan kami mencatat. Tapi ada practical class tapi tidak banyak,” ungkapnya.

“Yang bikin greget, ujiannya tulis tangan (pena biru dan banyak aturan lainnya). Kalo bisa nulisnya 4-5 halaman. Jadi tergantung seberapa banyak mahasiwa menulis. Literally 3 jam tangan tidak berhenti menulis berlembar-lembar,” tambahnya lagi.

Selain itu, mahasiswa-mahasiswa di India sangat kompetitif dan semangat belajarnya tinggi. Hal ini membuatnya terpacu untuk terus beradaptasi. Melanjutkan studi di India adalah pilihan yang telah dipertimbangkan secara matang.

Alasannya karena udah cinta banget sama India. Terlebih suka tentang art and culture. Selain itu, mempertimbangkan kemampuan diri, dari segi mental dan finansial juga. India rupees dan Indonesia rupiah gak begitu jauh, harga makanan disini juga 11 12 lah sama di Indonesia,” teranya.

Ia juga membagikan tipsnya lolos mendapatkan beasiswa, memulai dari riset universitas dan negara tujuan.

Berikut bebrapa tips yang disampaikan Rizqiyah Yusrinawati sukses meraih beasiswa S2:

  1. Riset kampus dan negara. Kita bakal belajar di negeri orang, gak lucu kalo tiba-tiba gak cocok sama negaranya.
  2. Riset jurusan tentunya.
  3. Cek ketersediaan beasiswa (tanpa beasiswa pun gapapa- kembali lagi sesuaikan dengan kemampuan diri).
  4. Cek syarat-syarat dan dokumen yang harus diunggah (baik jalur beasiswa maupun non beasiswa ya).
  5. TOEFL/ DET/ IELTS/ PTE atau apapun itu. Kemampuan bahasa yang diminta apa. Ada kan kampus yang mengizinkan pakai sertifikat bahasa mereka (yang nonenglish) kayak German, Jepang, Korea dkk. Tapi ENGLISH penting banget.
  6. Essay (personal statment) CV, resume and so on. Ini masuknya ke dokumen yang perlu diunggah ya. Tapi kayaknya tips and trick penulisannya sangat diperlukan.
  7. Ngobrol sama awardee beasiswa atau alumni dari uni tersebut. Jadikan mentor, minta bantuan.
  8. Diskusi dengan orang tua dan jangan lupa berdoa.

Itulah cerita dan pengalaman menarik dari salah satu alumni Ilmu Komunikasi, harapannya kisah suksesnya mampu meberi inspirasi ya Comms.

Screening Festival Film Bahari

Film berjudul Sweat Dripping in the Ripples of the River kembali diputar dalam Festival Film Bahari pada 16 Oktober 2025. Sesi menonton bersama di UIN Siber Cirebon menjadi ruang bertemunya kreator dengan penonton. Para mahasiswa yang datang menunjukkan antusias terhadap film-film yang diputar.

Salah satu kru film Sweat Dripping in the Ripples of the River, Iven Sumardiyantoro menyebut bahwa mahasiswa yang datang sebagian besar penasaran terkait bagaimana proses produksi film dokumenter. Sebagai editor sekaligus cameramen, ia menjelaskan berdasarkan pengalaman yang dilaluinya.

“Mereka banyak bertanya tentang bagaimaana produksinya. Saya menjelaskan bagaimana kerja pasca produksi, editor bekerja sama dengan sutradara untuk menjahit cerita agar cerita dapat diterima, proses ini cukup panjang,” ujarnya menjelaskan.

Pertanyaan lain juga muncul, salah satunya terkait pemilihan isu. “Dalam film dokumenter isu yang dipilih sesuai dengan realitas. Di Demak, Jawa Tengah kondisinya banyak perempuan beralih profesi sebagai nelayan karena berbagai faktor termasuk krisis lingkungan,” tambahnya.

Film dokumenter ini berkisah tentang sosok perempuan nelayan di Demak, Jawa Tengah. Menariknya, sosok nelayan perempuan dalam kisah ini tidak hanya bergulat dengan profesi dan ekonomi melainkan juga kerja-kerja melestarikan lingkungan. Ini adalah bentuk kepedulian untuk keberlangsungan ekosistem perairan di Demak.

Festival Film Bahari 2025 mengambil tema Kembali ke Laut puluhan film bertemakan laut dan kelautan diputar serentak diberbagai titik di Kota Cirebon. secara umum film-film yang diputar mengambil tema climate change hingga ekosistem laut.

Salah satu film lainnya yang diputar adalah, Whales-Beloved and Hunted garapan sutradara Michael Neberg. Film dokumenter ini merekam kapan penangkap paus Norwegia, penangkapan paus demi berbagai kepentingan terutama budaya konsumsi di Eropa.

Bagi Iven Sumardiyantoro, banyak pesan mendalam dalam film-film yang dikurasi oleh Festival Film Bahari. Selain menebalkan pemahaman soal kelautan penonton diajak membaca berbagai realitas di berbagi belahan dunia.

Sebagai informasi film dokumenter Sweat Dripping in the Ripples of the River merupakan salah satu karya kreatif yang diproduksi oleh dosen dan staf Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Puji Hariyanti, S.Sos., M.I.Kom. bersama Marjito Iskandar Tri Gunawan, M.I.Kom. Film ini juga terpilih dalam Program Akuisisi Pengetahuan Lokal Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) periode 1 tahun 2024.

‘Rajbani Gibran’ Mahasiswa Ilmu Komunikasi Raih Juara 2 Lomba MTQ Tingkat Nasional

Mahassiwa Ilmu Komunikasi, D. Rajbani Gibran Ahmad berhasil memenangkan kompetisi MTQ tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Lambung Mangkurat pada 6-9 Oktober 2025.

Mahasiswa angkatan 2024 tersebut berhasil meraih juara dua pada kategori Musabaqah Syahril Qur’an. Kompetisi beregu ini merupakan bidang musabaqah yang mengungkapkan isi kandungan Al-Qur’an dengan cara menampilkan bacaan, puitisasi, terjemahan, dan uraian yang menunjukkan kesatuan yang serasi.

Kompetisi ini merupakan debut tingkat nasional perdana bagi Rajbani, ia bercerita bahwa bidang Syahril Qur’an telah ditekuninya sejak masih mondok di tahun 2019. Meski demikian jalannya tidak mulus, beberapa kali ia harus menelan pil pahit lantaran kegagalannya yang berulang.

 “Ini pengalaman pertama aku bisa menjadi peserta lomba MTQ tingkat nasional,” ujarnya.

Sebelumnya di tahun 2022 ia sempat menjadi calon peserta MTQ Nasional untuk mewakili Kafilah Jawa Barat, sayangnya tujuh hari menjelang keberangkatannya justru ia diganti oleh peserta lain.

Kejadian serupa ternyata berulang di tahun 2024, ia dipanggil sebagai calon peserta untuk Jawa Barat. Namun mimpinya pupus karena tergantikan calon lain.

Its okey tidak apa-apa mungkin belumb rezekinya, dan di tahun 2024 saya kembali lagi kepanggil TC calon peserta nasional kafilah Jawa Barat lagi, alhasil kasus nya masih sama seperti di tahun 2022. Setelah itu saya bermimpi ketika nanti saya sudah jadi mahasiswa saya harus mengikuti MTQMN dan harus sampai naik panggung,” ungkapnya penuh keyakinan.

Akhirnya cita-citanya terwujud saat memasuki semester tiga perkuliahannya di UII. Rajbani mengikuti seleksi internal di UII, selanjutnya seleksi online pra-nasional dengan mengirim video online. Ia dan tim bersaing dengan ratusan tim dari seluruh Indonesia.

“Alhamdulillah lolos 48 besar dan siap berangkat ke Nasional lomba secara offline di Universitas Lambung Mangkurat, Saya tampil penyisihan di hari pertama dan alhamdulillah Masuk babak Final 6 besar dan Finish di Posisi 2,” ungkapnya.

Ia bersyukur mendapatkan dukungan dari pihak kampus untuk mewujudkan cita-citanya. “Terimakasih UII karena sudah mendukung mahasiswa untuk berkembang,” tandasnya.

Raihan prestasi dari D. Rajbani Gibran Ahmad turut mengharumkan nama UII, khususnya Jurusan Ilmu Komunikasi di mata publik.

Ask the Expert: Keamanan Digital Perempuan dalam Bermedia Sosial

Perempuan menjadi sosok rentan di media sosial, diakui atau tidak perempuan lebih sering mendapat risiko kekerasan online. Data dari United Nation – Regional Centre for Western Europe, menyebut 16 hingga 58 persen perempuan dan anak perempuan menjadi sasaran kekerasan online.

Kekerasan online bisa muncul karena berbagai tindakan di masa lalu. Tahun 2010an pelecehan berbasis gambar atau revenge porn menuai banyak perhatian. Penyebaran gambar intim tanpa concern kerap digunakan untuk balas dendam hingga senjata mengontrol perempuan. Tahun 2017, data menunjukkan 1 dari 10 perempuan menjadi korban kekerasan online sejak usia 15 tahun. Kondisi ini semakin parah pada pandemi Covid-19, semua aktivitas bergantung pada ruang digital.

Selain fakta tersebut, kecemasan juga datang dalam bentuk penguntitan. Informasi keberadaan seseorang dapat dengan mudah diketahui publik. Sementara, percepatan teknologi dalam sisi negatif memperburuk kondisi. Perkembangan AI menambah kompleksitas masalah ini. dengan mudah aplikasi berbasis AI menghasilkan pornografi deepfake, dan sulit untuk dibuktikan oleh korban.

Ditambah algoritma di media sosial kini menyukai interkasi yang melonjak tinggi, sehingga konten tersebar dengan cepat dan tak terbatas. Lantas bagaimana seharusnya perempuan aman di ruang digital?

Dosen Ilmu Komunikasi UII, Ratna Permata Sari, S.I.Kom., M.A. membagikan berbagai upaya agar perempuan lebih bijak di ruang digital khususnya dalam menggunakan sosial media.

  • Bagaimana cara perempuan bisa lebih kritis dalam mengelola jejak digitalnya agar tidak disalahgunakan pihak lain?

Saya menjawab terkait dengan pengguna media sosial secara luas. Bisa dimulai dengan memperhatikan apa yang diposting. Mungkin kita bisa mengatakan saring sebelum sharing. Dengan mulai tidak membagikan informasi pribadi ke media sosial seperti foto KTP, foto KK, atau hal-hal tentang dokumen-dokumen yang rahasia. Mungkin kalau perempuan, ada yang perlu lebih diperhatikan mengenai foto atau video yang terkait dengan dia dan tubuh dia secara umum. Dari situlah kemudian paling tidak mengetahui bahwa apa yang diposting sudah mengandung sebuah makna bahwa akan ada sesuatu yang jangan sampai di sesali di kemudian hari.

  • Apa bentuk risiko atau ancaman digital yang paling sering dihadapi perempuan ketika menggunakan media sosial?

Ancaman atau risiko di media sosial biasanya terkait dengan hal-hal yang sifatnya lokasi. Jadi location atau shared location itu sebenarnya mengandung risiko. Terutama buat perempuan ada beberapa kasus yang kadang-kadang terkait dengan penguntitan, di-stalking atau kemudian dalam beberapa kasus terjadi proses anarkis dan lain sebagainya karena memang kita meletakkan atau memberitahu lokasi kita di postingan terkini atau live. Sehingga kemudian sarannya kalau kemudian posting di media sosial baiknya dilakukan secara tertunda atau tidak live. Sehingga mereka tahu kita di mana tapi itu mungkin sudah beberapa jam atau sudah beberapa hari kita sejak di tempat tersebut.

  • Apa pesan utama yang sebaiknya ditanamkan pada perempuan agar mereka lebih sadar keamanan data di media sosial?

Terkait dengan keamanan data, pertama pengguna media sosial kita secara umum harus tahu bahwa kita harus terus mengupdate cyber security atau keamanan di media sosial. Salah satunya adalah dengan kita terus melakukan update pasword kita di media sosial dan juga melakukan atau tidak memberitahu atau tidak meletakkan password kita di tempat-tempat yang mudah diakses oleh banyak orang. Dan terkait dengan isu yang pertama yang saring sebelum sharing adalah, terutama buat perempuan jika kita dalam sebuah hubungan yang dekat dengan seseorang, untuk mulai memperhatikan atau lebih concern terhadap konten atau postingan yang akan kita bagikan di media sosial dan terkait hal-hal yang sifatnya intim seperti itu, bisa foto, bisa video, atau apapun yang postingan karena bagaimanapun kita harus tahu bahwa jejak digital itu sifatnya permanen seperti itu.

Itulah bebrapa upaya meningkatkan keamanan perempuan di ruang digital, lantas bagaimana pendapatmu Comms?

Dampingi UMKM Kota Jogja, Dosen Ilmu Komunikasi UII Ungkap ‘Pengabdian Tepat Guna’

Tercatat empat tahun terakhir salah satu dosen Jurusan Ilmu Komunikasi UII, Ida Nuraini Dewi Kodrat Ningsih, S.I.Kom., M.A. aktif mendampingi pelaku UMKM di Kota Yogyakarta. Hal ini berkaitan dengan tugasnya dalam melakukan pengabdian masyarakat.

Pengabdian yang dilakukan pada Kamis, 25 September 2025 diikuti setidaknya 25 pelaku UMKM di wilayah Kelurahan Rejowinangun yang berlokasi di Kotagede Yogyakarta. Fokus pada branding produk, workshop dalam pengabdian ini adalah pembuatan desain packaging dengan aplikasi Canva.

Pemberdayaan ini dipilih karena melihat kebutuhan pelaku usaha yang dituntut untuk adaptif dengan transformasi digital yang mengedepankan estetika visual.

Bagi Ida Nuraini Dewi Kodrat Ningsih, S.I.Kom., M.A. melakukan pengabdian selain memberikan manfaat bagi masyarakat juga penting menyesuaikan kebutuhan dan tepat guna.

“Partisipasinya sangat aktif, diskusinya seru. Saat diarahkan, bapak ibu pelaku UMKM juga langsung mencobanya. Jadi pelatihan ini tepat guna,” ujarnya.

Dampingi UMKM Kota Jogja, Dosen Ilmu Komunikasi UII Ungkap ‘Pengabdian Tepat Guna’

Dampingi UMKM Kota Jogja, Dosen Ilmu Komunikasi UII Ungkap ‘Pengabdian Tepat Guna’

Tak hanya itu, setelah praktik desain packaging para partisipan menunjukkan ketertarikannya dengan melakukan konsul lebih lanjut. Kegiatan ini nantinya akan dilanjutkan pada sesi berikutnya dengan kesepakatan bersama.

“Waktu satu jam terasa tidak sia-sia karena peserta sangat aktif dan selalu berpartisipasi. Mereka juga konsultasi lebih lanjut, artinya konsep pemberdayaan ini sesuai,” tambahnya.

Bagi pelaku UMKM, design packaging akan berdampak pada peningkatan penjualan serta membangun identitas merek. Hal ini juga menentukan Keputusan pembelian bagi konsumen ketika melihat suatu desain produk yang unik dan berbeda.

Harapannya setelah pemberdayaan ini, para pelaku UMKM di Kelurahan Rejowinangun mampu menciptakan desain produk secara mandiri sehingga menekan biaya produksi. Selain itu mampu menerapkan kreativitas sehingga tercipta desain packaging yang menarik, fungsional, dan sesuai karakter. Hingga mampu menghadapi persaingan pasar.

Selain tugas wajib dosen, pengabdian ini merupakan bentuk nyata kerja sama antara Jurusan Ilmu Komunikasi UII dengan Pemerintah kota Yogyakarta. Sebelumnya, pemberdayaan serupa juga dilakukan di Kelurahana Suryatmajan bulan Juni lalu. Dengan kolaborasi dengan Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kota Yogyakarta, pemberdayaan diberikan kepada Kelompok Informasi Masyarakat Yogyakarta (KIM YK).

Penyambutan Mahasiswa Baru MIKOM 2025: Langkah Awal Menjadi Bagian Solusi

Sejarah baru dalam Program Magister Ilmu Komunikasi (MIKOM) UII mencatatkan 16 nama mahasiswa angkatan pertama periode 2025-2026. Perjalanan akademik yang dimulai pada 19 September 2025 dimulai dengan penyambutan, pengenalan, hingga proses kuliah hari pertama.

Disambut di Auditorium Lt 3 Gedung Soekiman Wirosandjojo, momen ini tak sekedar penyambutan mahasiswa baru angakatan pertama saja, melainkan komitmen serius dari para akademisi dalam menghadirkan pendidikan yang mampu menjawab tantangan zaman.

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi UII, Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D. menyampaikan proses perjalanan pendirian MIKOM. “Sebuah proses yang tidak main-main kami lalui dengan sangat panjang. 20 tahun program studi berdiri kami baru berani membuka Magister Ilmu Komunikasi dengan sebuah komitmen, kami rencanakan dengan serius, hati-hati dan pada waktunya kita launching. Dan 16 orang ini adalah bagian dari sejarah itu,” ujarnya menyambut mahasiswa MIKOM angkatan pertama.

Harapannya lulusan MIKOM UII mampu berkontribusi dalam kompetensi yang datang dari berbagai latar belakang. “Visi misi kami ingin menjadi bagian solusi dari persoalan terkait lingkungan dan komunikasi digital. Kami berharap kepada teman-teman yang hari ini memulai kuliah, besok akan berkontribusi dengan bidang dan kompetensi masing-masing,” tambahnya.

Hal serupa juga diungkap oleh Kaprodi MIKOM UII, Prof. Subhan Afifi, S.Sos., M.Si. perjalanan sejak awal tahun 2023 dengan melakukan bencmarking dari beberapa universitas di Yogyakarta, Jakarta, dan Singapura akhirnya menemukan formulasi yang unik dan kuat yakni Environmental and Digital Communication.

“Benchmarking dilakukan untuk mencari tahu bagaimana formula Program Magister Ilmu Komunikasi yang kira-kira sesuai dengan tantangan zaman. Akhirnya kami melaunching dengan keunikannya yang diapresiasi oleh berbagai pihak yakni kajian digital dan environmental communication ini menjadi pembeda yang sangat kuat,” tegasnya.

Ucapan selamat juga datang dari Prof. Masduki selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Budaya sekaligus pengajar MIKOM UII. Beliau menegaskan bahwa pendidikan jenjang magister berorientasi pada kemampuan analitis dan otonomi mahasiswa. Hal ini sesuai dengan slogan yang dilakukan oleh UII “Mendesain Versi Terbaikmu”.

“Selamat datang kepada mahasiswa magister ilmu komunikasi. Kita sudah berada di level yang substantif bagaimana mahasiswa membangun otonominya sendiri. Pendidikan adalah satu petualangan yang sepanjang usia, slogan UII versi terbaik,” ungkapnya.

Salah satu mahasiswa baru MIKOM UII, Annisa Putri Jiany, mengungkapkan harapan besarnya dalam mengikuti program ini. Ia berharap dengan bergabung menjadi bagian dari MIKOM UII mampu menjadi lulusan yang berkontribusi dalam bidang akademik maupun praktik.

“Harapan saya di MIKOM tentu mengembangkan skill yang nantinya berguna dan aplikatif di lapangan pekerjaan, baik dari segi akademis ataupun praktisi,” tandasnya.

Penyambutan mahasiswa baru MIKOM UII 2025 tak hanya menandai perluasan jenjang akademik, tetapi juga membuka peluang kontribusi nyata bagi mahasiswa dalam menangani isu-isu kritis di era digital dan perubahan lingkungan.

IAMCR 2025 Singapore: Solastalgia ‘Rumah Tenggelam dalam Lautan’ di Demak Jawa Tengah

Juli lalu beberapa delegasi dari Jurusan Ilmu Komunikasi UII bertandang ke Singapura untuk turut menyuarakan isu lingkungan dalam konferensi internasional IAMCR 2025 Singapore yang bertema Communicating Environmental Justice: Many Voices, One Planet.

Salah satu paper yang dipresentasikan oleh staf dan dosen kami adalah “Solastalgia”: Surviving (dis)placed Sinking Village garapan Iven Sumardiyantoro, S.I.Kom., M.I.Kom. (asisten Laboran Ilmu Komunikasi) dan Puji Rianto, S.IP., M.A. (dosen Ilmu Komunikasi) yang mengeksplorasi dampak emosional dan sosial akibat climate change di Demak, Jawa Tengah.

Konsep solastalgia dari Albrecht, menggambarkan kesedihan dan keterasingan ketika tempat yang ditinggali menjadi sumber kecemasan karena hilangnya identitas ruang itu sendiri. Berbeda dengan nostalgia yang maknanya rindu rumah yang jauh. Solastalgia adalah rasa sakit, ketika seseorang masih berada di rumah yang sama namun lingkungannya rusak. Seseorang menjadi stress hingga tak bedaya melihat perubahan tersebut.

Pengamatan empiris dilakukan sejak tahun 2023 di beberapa wilayah Pesisir Demak, Jawa Tengah. Informasi menyebutkan jika tenggelamnya perkampungan di wilayah tersebut terjadi sejak tahun 2000-an awal. Kenaikan permukaan laut, abrasi pantai, dan penurunan tanah terjadi karena climate change dan diperparah oleh aktivitas manusia seperti pembangunan infrastruktur yang tak memperhatikan risiko lingkungan.

Dampak dari tenggelamnya perkampungan memkasa masyarakat untuk segera beradaptasi. Hilangnya lahan pertanian yang berubah menjadi lautan. Mereka dipaksa keadaan menjadi nelayan, meninggikan rumah, hingga membuat papan jalan demi bertahan hidup. Alasan tetap bertahan adalah ikatan emosional dengan tanah leluhur, meskipun risiko sosial ekonomi yang kompleks. Solastalgia menyingkap bahwa krisis lingkungan tak hanya melihat risiko fisik, melainkan dampak serius pada kesehatan mental masyarakat pesisir. Sehingga mitigasi bencana selayaknya mengintegrasikan pemahaman ini agar respons yang diberikan lebih manusiawi dan sensitif terhadap keterikatan emosional.

Dari ketarangan Iven Sumardiyantoro, ini adalah pengalaman diskusi akademik internasional perdananya. “Kesempatan berharga bertemu scholar komunikasi bidang environmental communication walaupun saya junior researcher forum itu sangat egaliter. Para profesor curriouss terhadap paper saya,” ujarnya menjelaskan.

IAMCR 2025 Singapore digelar pada 13-17 Juli lalu di Nanyang Technological University (NTU), ia mendapat jadwal presentasi di hari terakhir. Kesempatan ini dimanfaatkannya untuk belajar dari diskusi panel-panel sebelumnya. “Berjejaring dengan section sesuai ketertaikan terhadap suatu topik, topik visual culture, environmental, film, pop,” tambahnya.

Dari jejaring tersebut, Iven menyebut mendapat tawaran dari panel chair untuk menjadi fasilitator yang bertema book chapter on environmental communication and disaster. Kesempatan ini tentu menjadi awal yang meyakinkan baginya.

Sebagai junior researcher, Iven mengaku banyak melakukan diskusi dengan para dosen di Jurusan Ilmu Komunikasi UII. “Jadi Pak Puji Rianto memberikan banyak masukan dan menuliskannya dari segi teoritik, saya empiris bagaimana cara menyemapaikan pengalaman dari point of view pada conference,” tandasnya.

Selain paper tersebut, tercatat ada sepuluh judul paper dari Jurusan Ilmu Komunikasi UII yang turut menyuarakan isu-isu terkait dalam konferensi tersebut.

IAMCR 2025 Singapore menjadi bukti nyata bahwa krisis lingkungan dan ketimpangan sosial perlu menjadi agenda penting. Lewat kajian komunikasi konferensi ini menyoroti persimpangan kritis antara berbagai suara dari berbagai pemangku kepentingan dan tindakan kolaboratif mereka dalam mengatasi tantangan mendesak zaman ini.

Singapura, sebuah negara kota yang dinamis dan dikenal karena keragaman budayanya serta program-program keberlanjutannya, menjadi latar belakang yang ideal untuk diskusi ini. Meskipun memiliki wilayah geografis yang kecil, Singapura secara unik rentan terhadap dampak perubahan iklim, termasuk kenaikan permukaan laut dan pola cuaca ekstrem.

Metode PjBL sebagai Metode Pembelajaran Metode Penelitian Kualitatif ‘Efektif Meningkatkan Pengetahuan Kognitif Mahasiswa’

Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi UII Puji Rianto dan Khumaid Akhyat Sulkhan telah menerbitkan risetnya yang mengambil objek pada mata kuliah Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif semester genap 2025. Riset berjudul Metode Project-based Learning sebagai Metode Pembelajaran Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif diterbitkan pada Jurnal Refleksi Pembelajaran Inovatif UII.

Dalam pembelajaran Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif, mahasiswa dituntut untuk memahami konsep teoritik sekaligus mampu mengaplikasikannya dalam penelitian mandiri. Mata kuliah ini menjadi komponen fundamental dalma kurikulum Ilmu Komunikasi.

Nampaknya pendekatan konvensional (ceramah) dianggap kurang efektif dalam mengembangkan ketrampilan praktis, untuk mengatasi masalah ini metode PjBL menjadi inovasi pedagogis karena menekankan keterlibatan aktif mahasiswa dalam pelaksanaan proyek riset kolaboratif mendalam.

Penelitian dengan metode eksperimen-kuasi tanpa kelompok (pre-test/post-test) ini mengkaji implementasi PjBL pada mata kuliah Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif dilakukan melalui survei dan Focus Group Discussion (FGD). Hal ini dilakukan untuk mengukur efektivitas metode tersebut. Hasilnya, PjBL efektif mampu meningkatkan pengetahuan kognitif mahasiswa dalam pengalaman praktis saat menjalani penelitian kualitatif secara sistematis.

Selama proses pembelajaran di kelas tersebut, mahasiswa aktif terlibat dalam berbagai tahapan mulai menemukan ide dan merumuskan masalah penelitian, menulis latar belakang, melakukan tinjauan pustaka, hingga analisis data dan penulisan laporan ilmiah. Setiap pertemuan, diawali dengan presentasi dan konsultasi dengan dosen (feedback konstruktif). Sehingga pemahaman mahasiswa semakin berkembang. Terakhir, mahasiswa mengumpulkan data (wawancara dan observasi), mengolah data, serta menulis laporan naratif menjadi artikel ilmiah yang siap terbit.

Evaluasi yang dilakukan dengan menggunakan Google Form menunjukkan mayoritas mahasiswa menganggap tugas proyek riset membantu dalam memahami tahapan penelitian kualitatif, dengan 50% menyatakan cukup terbantu dan 28,6% sangat terbantu. Relevansi antara tahapan proyek dengan materi kuliah juga dinilai positif oleh 57,1% responden, sementara 60,7% setuju bahwa proyek mendorong eksplorasi lebih lanjut terhadap topik penelitian mereka. Umpan balik dosen mendapat apresiasi dari sebagian besar mahasiswa, meski masih terdapat saran untuk peningkatan frekuensi dan kualitas umpan balik. Waktu penyelesaian proyek dinilai memadai oleh 53,6%, meski ada kebutuhan penyesuaian waktu agar seluruh mahasiswa dapat mengerjakan proyek secara optimal.

Kerja kelompok yang menjadi salah satu aspek utama PjBL juga mendapatkan respons baik. Sebanyak 24,1% mahasiswa menilai kerja kelompok sangat efektif, dan 41,4% merasa puas dengan hasil kolaborasi mereka. Pemanfaatan keahlian dan pengetahuan anggota kelompok turut dinilai efektif oleh sebagian besar responden, menunjukkan bahwa kerja tim mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Namun, tantangan yang muncul seperti kurangnya kooperasi anggota kelompok, motivasi membaca yang rendah, dan ketakutan mengajukan pertanyaan dalam diskusi tetap perlu mendapat perhatian untuk perbaikan.

Temuan penelitian ini menegaskan bahwa pembelajaran berbasis proyek dan kerja kolaboratif layak dipertahankan dalam pengajaran metode penelitian komunikasi kualitatif. PjBL tidak hanya membekali mahasiswa dengan keterampilan teknis riset, tetapi juga menumbuhkan sikap aktif, kreativitas, dan kemampuan kerja sama yang sangat dibutuhkan di dunia akademik dan profesional. Meski begitu, keterbatasan dalam desain eksperimen tanpa kontrol lengkap membuat hasil evaluasi ini masih bersifat perseptual. Oleh karena itu, pengembangan protokol proyek yang lebih terstruktur dan penggunaan kelompok kontrol di masa depan sangat dianjurkan untuk mendukung pengukuran efektivitas yang lebih akurat.

Dengan demikian, PjBL menawarkan solusi pembelajaran yang inovatif dan efektif, menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik dalam penelitian kualitatif komunikasi serta mempersiapkan mahasiswa secara holistik untuk tantangan pendidikan tinggi dan dunia kerja. Optimalisasi metode ini akan semakin memperkuat kualitas pendidikan dan kesiapan profesional mahasiswa Ilmu Komunikasi.

Selengkapnya:

https://journal.uii.ac.id/RPI/article/view/41851/18781