Workshop Jurnal
Reading Time: 2 minutes

Tugas akhir atau skripsi jika digarap dengan serius maka layak untuk dipublikasikan di jurnal bereputasi. Tentu bukan perkara mudah, lantas bagaimana cara mempublikasikan tugas akhir ke jurnal?

Dalam workshop bertajuk Strategi Publikasi Ilmiah di Jurnal Bereputasi Berbasis Tugas Akhir yang diinisiasi oleh Jurnal Cantrik bersama Prodi Ilmu Komunikasi UII pada 19 Oktober 2024 secara daring membahas detail terkait kiat-kiat menulis karya ilmiah berkualitas.

Di tengah masifnya keculasan dalam dunia akademik dan dugaan-dugaan jurnal predator, tentu workshop ini menjadi angin segar bagi mahasiswa dan para akademisi untuk menambah pengetahuan.

Hal tersebut sempat disinggung oleh Kaprodi Ilmu Komunikasi UII, Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D, dalam membuka sesi workshop.

“Di tengah kecurangan praktik akademik masih ada orang yang peduli dengan urusan mengelola jurnal, naskah, edit, mengurus akreditasi jurnal dengan penuh dedikasi,” ujarnya

“Apreasiasi untuk rekan para penyelamat sistem akademik yang berintegritas bukan seperti yang itu, jangan ya dek ya seperti yang kita lihat praktik-praktik yang tidak bagus dalam konteks integritas akademik,” tambahnya.

Diikuti lebih dari 200 peserta yang tersebar dari penjuru negeri, workshop tersebut menghadirkan tiga pembicara yakni Prof. Rajab Ritonga (Ketua APJIKI), Dr. Fuad Nashori (Dosen Psikologi UII), dan Puji Rianto, M.A (Editor in Chief Jurnal Mahasiswa Cantrik).

Prof. Rajab Ritonga menyampaikan materi terkait Standar Penulisan Artikel Jurnal Nasional Terakreditasi. Dalam penjelasanya beliau menyebut jika salah satu ciri jurnal yang bereputasi baik adalah proses penerbitan yang prosesnya cukup panjang.

“Jurnal yang baik akan selalu melalui proses review, oleh sebabnya jurnal perlu waktu menerbitkan artikel minimal 6 bulan bahkan 1 tahun. Belum lagi proses balik setelah direview dikembalikan ke author untuk dilakukan perbaikan,” ujarnya.

Hal ini selaras dengan materi yang disampaikan oleh Puji Rianto, M.A, Memahami Selingkung Jurnal sebagai Strategi Penting Menembus Jurnal. Mengawali materi dengan menjelaskan detail alur kerja redaksi jurnal yang begitu panjang, ditambah para banyak penulis yang tidak memperdulikan selingkung jurnal sehingga berujung penolakan.

“Para penulis banyak yang kurang memperdulikan selingkung ini, sehingga kalau di Jurnal Komunikasi antriannya setahun bisa 300 artikel dan yang kami publish hanya 20. Kalau selingkungnya tidak sesuai akan kami tolak,” ungkapnya.

Sementara Dr. Fuad Nashori memberikan saran dalam materinya Publikasi Tugas Akhir, agar para mahasiswa mencari jurnal yang sesuai dengan riset yang tengah dilakukan.

“Tentu saja menyesuaikan topik, fokus dan scope harus tahu. Karena missal sama-sama jurnal komunikasi atau psikologi kalau di riset banyak nama-nama yang umum.” Pungkasnya.

Berikut berbagai tips terkait menulis tugas akhir agar berpeluang terpublikasi di jurnal berintegritas:

Tips Menulis Tugas Akhir untuk Diterbitkan di Jurnal

  1. Judul penting untuk menarik perhatian editor, sebaiknya mempresentasikan isi, informatif (highlight dan finding)
  2. Judul maksimal 14 kata
  3. Abstrak Mengandung latar belakang (jika ada), tujuan penelitian, metode penelitian, finding/hasil penelitian dan simpulan. Selain itu dilengkapui maksimal 5 kata kunci.
  4. Introduction memuat state of the art, serta menyatakan dan merumuskan masalah penelitian.

Tahap Awal Memilih Jurnal

  1. Kesesuaian topik TA dengan fokus scope jurnal
  2. Kesesuaian jenis artikel hasil riset dan non riset, riset kuali kuanti mix method
  3. Memutuskan jurnal sasaran dengan skala prioritas 1 sampai 3

Sistematika/Selingkung (Jurnal Cantrik)

  1. Judul
  2. Abstrak
  3. Pendahuluan
  4. Teori
  5. Metode
  6. Hasil dan Pembahasan
  7. Kesimpulan
  8. Daftar Pustaka

Soal pelanggaran akademis selengkapnya dapat dibaca pada laman berikut:

https://communication.uii.ac.id/pelanggaran-akademis-di-tingkat-universitas-mengapa-sering-terjadi/

Benchmarking kurikulum
Reading Time: 2 minutes

Prodi Ilmu Komunikasi UII menerima kunjungan dari Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sriwijaya (UNSRI) pada Jumat, 11 Oktober 2024 di Gedung FPSB. Kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka benchmarking kurikulum dan penjaminan mutu.

Pihak UNSRI melakukan kunjungan benchmarking dalam rangka revisi kurikulum berbasis outcome-based education (OBE) dan penyesuaian terhadap Permendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi.

Diskusi diawali dengan perbincangan kurikulum yang diterapkan di Prodi Ilmu Komunikasi UII. Tercatat pada semester ganjil 2023, beberapa mata kuliah mengalami perubahan karena tuntutan kebutuhan dan zaman.

Benchmarking kurikulum

Diskusi terkait benchmarking kurikulum dan penjaminan mutu, Foto: Dokumentasi Prodi Ilmu Komunikasi UII

Seperti Jurnalisme yang lebih disempurnakan dengan Jurnalisme Digital, Ekologi Media, hingga memasukkan materi Big Data Analytic and AI.

Kaprodi Ilmu Komunikasi Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D, menyebut jika sangat terbuka dengan kunjungan tersebut.

“Kami sangat terbuka dengan kunjungan benchmarking kurikulum dari Prodi Ilmu Komunikasi UNSRI. Bersyukur Prodi Ilmu Komunikasi UII bisa berbagi kepada kolega, itu artinya kurikulum kita bisa menjadi contoh pengembangan kurikulum untuk kajian Ilmu Komunikasi di Indonesia,” ungkapnya.

Selain diskusi mendalam terkait bencmarking kurikulum dan penjaminan mutu, kedua pihak juga mendiskusikan strategi yang berkaitan antara riset mahasiswa dan dosen. Salah satu program yang ingin diadaptasi untuk mencapai kolaborasi tersebut adalah research day dan research week yang tersedia dalam platform digital Prodi Ilmu Komunikasi UII.

“Kemarin kami juga berdiskusi soal research day dan research week, agar riset yang dilakukan mahasiswa bisa saling bersinergi dengan klaster riset dari masing-masing dosen.” Tandasnya.

Dari Palembang rombongan UNSRI diwakili oleh Rindang Senja Andarini, S.I.Kom., M.I.Kom, Harry Yog Sunandar, S.IP., M.I.Kom, dan Miftha Pratiwi, S.I.Kom., M.I.Kom.

Sementara dari Prodi Komunikasi UII hadir pula Sekretaris Prodi yakni Ratna Permata Sari, S.I.Kom., M.A, Kepala Laboratorium Dr. Zaki Habibi, serta Koordinator Penjaminan Mutu Tingkat Fakultas (2022-2023) yakni Narayana Mahendra Prastya, S.Sos., M.A.

Informasi lengkap terkait kurikulum Prodi Ilmu Komunikasi UII dapat diakses melalui link berikut:

https://communication.uii.ac.id/program-studi/

INCOMS 2024
Reading Time: 2 minutes

Euforia penyambutan mahasiswa baru (Maba) selalu terjadi setiap tahunnya. Introduction to Communications (INCOMS) 2024 merupakan agenda menyambut Maba di Prodi Ilmu Komunikasi UII pada 21-28 September 2024.

Diinisiasi Himakom dan Prodi Ilmu Komunikasi UII, INCOMS 2024 mengambil tema A Piece of Tone dengan tagline Spread the Spirit & Energy for Creativity. Harapannya Maba angkatan 2024 yang hadir dari berbagai latar belakang disatukan pada INCOMS, mampu mengekspresikan diri dan kreativitas di lingkungan baru.

Secara teknis kegiatan ini terbagi menjadi dua sesi, pra INCOMS berlangsung pada 21 September 2024 di selasar Prodi Ilmu Komunikasi UII menjadi momentum pengenalan institusi beserta jajaran yang bertugas terkait pelayanan akademik.

INCOMS 2024

Kegiatan INCOMS 2024, Foto: Dokumentasi HIMAKOM

Selanjutnya sesi kedua pada 27 dan 28 September 2024 yang dihelat di Omah Jawi menjadi puncak acara INCOMS. Maba diajak menginap dan menikmati berbagai keseruan dari pertunjukan budaya hingga menyerap ilmu dari alumni.

Mas Aik dalam talk shownya yang bertajuk A Piece of Tone merupakan Creator Director Serikat Sahabat Sambat @nantikitasambattentanghariini. Harapannya dari talk show tersebut para Maba mendapat perspektif baru yang mampu menstimulus kreativitas.

Fikra Humam Mumbaits selaku Sekjend Himakom menyebut INCOMS 2024 selain menjadi momen pengenalan juga menjadi wadah yang mampu memberdayakan.

“INCOMS 2024 merupakan acara pemberdayaan yang dirancang untuk mahasiswa baru Program Studi Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Indonesia,” ujarnya.

Ia juga menyematkan pesan kepada para mahasiswa baru untuk selalu beretika dalam melakukan tindakan. Mengingat proses panjang yang akan dilalui di kota pelajar tak selalu berjalan mulus, kerinduan akan kampung halaman, hingga proses-proses yang tak ideal lainnya.

“Saya menekankan bahwa jangan terlalu merasa homesick lagi karena kita keluarga. Sebagai mahasiswa yang sudah lebih lama di Jogja tentu saya selaku Sekjend menitipkan pesan pada saat sambutan INCOMS 2024 yaitu “dimana bumi di pijak di situ langit dijunjung”. Darimana pun asal kalian, siapa pun orang tua kalian. ketika sampai di uii maka lepas dulu semua itu karena dalam pendidikan kita semua sama rata dan sedikit memberi tahu mereka tentang adab ketika menjadi anak perantauan di kota yogyakarta. Saya sangat menekankan bahwa “adab lebih tinggi dari pada ilmu.” Tambahnya.

Diikuti oleh 200 Maba Ilmu Komunikasi UII, INCOMS 2024 menjadi forum dengan keseruan luar biasa. Seluruh angkatan 2024 saling mengenal satu sama lain demi mempererat rsa kekeluargaan.

Mahasiswa baru
Reading Time: 2 minutes

Mahasiswa baru dituntut cepat beradaptasi dengan lingkungan sosial yang berbeda dari masa sebelumnya. Untuk bisa bertahan dan berhasil dalam menyelesaikan study diperlukan berbagai skills yang mendukung proses tersebut.

Keberhasilan menempuh pendidikan di perguruan tinggi nyatanya tidak cukup dengan kecerdasan intelektual (IQ) saja, namun perlu keseimbangan kecerdasan emosional (EQ) serta kercedasan transcendental (TQ).

Terbukti dari beberapa mahasiswa yang gagal dan terancam DO, beberapa diantaranya bukan karena tidak pintar melainkan karena cara berkomunikasi yang kurang tepat dengan dosen pembimbing, motivasi belajar yang rendah, hingga minimnya kemampuan sosial.

Berikut beberapa keterampilan yang penting dimiliki mahasiswa baru agar sukses menjalani masa study yang dirangkum dari berbagai sumber:

1. Public Speaking

Kemampuan public speaking nampaknya menjadi prioritas teratas bagi mahasiswa untuk mencapai kesuksesan di dunia akademik. Selain kepercayaan diri, bertutur kata dengan struktur yang tepat membuat seseorang berhasil dalam presentasi di depan audiens. Mahasiswa Ilmu Komunikasi tentu tak asing dengan keterampilan ini, salah satu mata kuliah Pengantar Public Relations adalah wadah paling tepat untuk mengembangkan keterampilan public speaking.

2. Komunikasi Tertulis

Tak hanya lihai dalam menulis paper tugas, mahasiswa perlu menguasai komunikasi tertulis. Hal ini berkaitan dengan penulisan pesan dan surat formal. Ketika menulis email yang ditujukan kepada institusi berkaitan dengan kebutuhan administrasi akademik tentu bahasa formal serta salam pembuka akan menunjukkan jika seorang mahasiswa memiliki etika yang baik.

Hal lain yang kerap dianggap sepele adalah chat kepada dosen, untuk melakukan janji misalnya mahasiswa harus pandai memilih kata yang tepat. Jika ingin menutarakan pendapat sampaikan secara singkat namun akurat. Secara umum cara paling umum adalah dengan memberi salam dilanjutkan dengan menyebutkan identitas, maksud dan tujuan, dan diakhiri dengan ucapan terimakasih.

3. Bahasa Asing

Menguasai bahasa asing akan membawa mahasiswa mencapai beberapa peluang. Misalnya kemampuan bahasa Inggris. Tak hanya sebagai dokumen syarat kelulusan semata, lihai berbahasa Inggris akan menguntungkan bagi mahasiswa yang tertarik terlibat dalam berbagai international program, student exchange, hingga symposium international.

4. Literasi Digital

Mahasiswa baru tahun ini hampir seluruhnya adalah Gen Z, artinya mereka adalah native digital. Maka kemampuan literasi digital adalah kunci utama. Selain lihai mengoperasikan segala jenis media sosial, literasi digital yang mumpuni mulai dari menemukan, mengevaluasi, dan menyusun informasi adalah hal yang mestinya harus dikuasai. Selain itu bijak bermedia serta etika menggunakan media sosial perlu perhatian khusus, mengingat semua hal bisa dengan mudah viral. Jika tidak menguasai hal tersebut, maka hal tersebut juga kan mempengaruhi reputasi mahasiswa dalam perjalanan akademik.

5. Manajemen Keuangan

Hidup jauh dari orang tua memaksa mahasiswa cerdas dalam mengelola keuangan. Usahakan membuat daftar prioritas untuk membelanjakan uang dengan bijak. Literasi keuangan tidak diajarkan pada ruang kelas, sehingga mahasiswa perlu mempelajarinya secara mandiri dengan berbagai referensi. Jika tidak ditangani dengan baik masalah keuangan bisa menjadi salah satu faktor yang mengganggu proses penyelesaian study.

Itulah deretan keterampilan sederhana namun perlu dimiliki mahasiswa, apakah sudah menerapkan keterampilan tersebut Comms?

Podcast
Reading Time: 2 minutes

Podcast menjadi konten digital yang diminati anak muda di Indonesia. Pendengarnya didominasi oleh Gen Z dan Milenial. Selain isu yang dibicarakan menarik, podcast dapat diakses dan didengarkan sembari melakukan aktivitas secara multitasking. Paling sering podcast diakses ketika dalam perjalanan, saat bekerja, ataupun ketika menulis.

Konten-konten yang ada pada podcast memiliki berbagai genre, dari politik hingga komedi. Hal ini membuat podcast menjadi konten alternatif yang digemari karena menyajikan diskusi dari berbagai sudut pandang yang ringan namun mendalam. Hal ini terbukti dari jumlah pendengarnya yang selalu meningkat.

Rincian terkait pendengar podcast di Indonesia yang dirilis oleh Databoks Katadata tahun 2021enyebut 22,1 persen pendengar berusia 15-19 tahun, 22,2 persen berusia 20-24 tahun, 19,9 persen usia 25-29 tahun, 15,7 persen berusia 30-34 tahun, usia 35-39 tahun sebanyak 11,8 persen, dan 40-44 tahun sekitar 8,4 persen. Dari data tersebut artinya semakin menurun seiring bertambahnya usia.

Lantas apa itu podcast? Podcast adalah produksi audio digital yang diunggah pada platform online (paling sering website) untuk dibagikan dengan orang lain. Audio tersebut dapat diakses langsung melalui smartphone maupun perangkat komputer lainnya. Istilah podcast berasal dari broadcasting dan ipod. Memahami podcasting tentu berkaitan dengan konten audio dan berbeda dari format video yang memperkenalkan istilah vodcasting. Meski demikian podcasting dapat merujuk pada audio dan video untuk pemahaman yang komprehensif. (Hutabarat, 2020)

Indonesia Masuk Sebagai 10 Negara yang Paling Banyak Mendengar Podcast

Salah satu platform audio lokal non musik, Noice termasuk yang populer di Indonesia. Melansir dari laman Antara, Noice telah digunakan lebih dari lima juta pengguna di Indonesia. Mengenai konten-konten yang diproduksi tak diragukan lagi, mulai dari kondisi perpolitikan di Indonesia, cerita horor, hingga cerita sehari-hari yang sangat relate dengan pendengar.

“Podcast audio berupaya untuk menghadirkan screenless moment yang menyenangkan bagi semua pendengar,” Ujar Niken Sasmaya CEO Noice pada Antara.

Produksi Podcast cukup menjanjikan, laporan dari We Are Social 2024, jumlah pengguna internet global yang mendengar podcast sebesar 20,6 persen. Dari jumlah tersebut Indonesia menempati posisi kedua yakni sebesar 38,2 persen, posisi teratas negara Brasil yakni 39,7 persen.

Tiga podcast yang paling populer di Indonesia antara laian Curhat Bang Denny Sumargo, Mata Najwa, dan Close the Door. (Databoks Katadata)

Tertarik Mendengarkan Podcast?

Tak sekedar hiburan, banyak informasi yang akan didapatkan pendengar ketika mengkses konten pada podcast. Riset menunjukkan podcast memiliki dampak yang besar pada dunia pendidikan. Pertama menjadi sumber pengajaran yang inovatif bagi pengajar, kedua mampu membantu proses pembelajaran baik di dalam maupun luar kelas, dan terakhir meningkatkan kesiapan dan persiapan calon pengajar.

Selain dalam segi pendidikan, podcast sangat menguntungkan bagi para pengiklan. Edison Research merilis The Podcast Consumer 2024 menyebut selama satu dekade jumlah pendengar podcast meningkat empat kali lipat. Pendengar podcast adalah audiens yang berpendidikan dan memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas. 56 persen pendengar podcast bulanan memiliki pendapatan rumah tangga tahunan lebih dari $ 75 ribu, dibandingkan dengan 48 persen populasi AS, dan 49 persen pendengar podcast bulanan berpendidikan tinggi dibandingkan dengan 44 persen populasi AS.

Bagaimana menurutmu terkait fakta-fakta terkait podcast, tertarik untuk turut mendengar dan meramaikan produksi konten podcast Comms?

EMKP
Reading Time: 2 minutes

Dosen Prodi Ilmu Komunikasi FPSB UII, Muzayin Nazaruddin, memperoleh grant riset untuk dua tahun (2024-2026) dari British Museum. Riset yang didanai sebagai bagian dari Projek Endangered Material Knowledge Program (EMKP) tersebut berjudul “Documenting the Endangered ‘Pet Uno’, ‘Canang Ceureukeh’, and ‘Alee Tunjang’ as Indigenous Forest and Farm Culture in Post-Conflict and Post-Tsunami Aceh, Indonesia”

Penelitian ini juga melibatkan dosen dan staf Prodi Ilmu Komunikasi antara lain Zaki Habibi, Risky Wahyudi, Marjito Iskandar Tri Gunawan, dan Anugrah Pambudi Wicaksono. Selain itu, projek ini juga berkolaborasi dengan peneliti dari Aceh, yaitu Ade Ikhsan Kamil (Prodi Antropologi Universitas Malikussaleh) dan Marzuki (peneliti independen, Aceh Selatan). Projek riset ini dilakukan dengan pendekatan etnografi visual, mengandalkan teknik wawancara mendalam semi-terstruktur, obrolan informal, observasi semi partisipan, serta perekaman foto dan video.

EMKP

Tim peneliti berpose bersama Utoh Amad, Aceh Utara

Pada proyek ini, Muzayin dan tim akan meneliti dan mendokumentasikan tradisi memanen madu hutan secara alami di Buloh Seuma, Aceh Selatan, yang terancam punah karena pembukaan hutan dan modernisasi. Ritual ini merupakan tradisi khas masyarakat Buloh Seuma, Aceh Selatan, yang biasa dilakukan pada malam hari dan tanpa bantuan penerangan apapun. Panen madu ini dilakukan di sarang lebah yang ada di pohon Rubek, dengan alat-alat tradisional yang dibuat dari kayu, bambu, dan bahan-bahan lainnya yang didapat dari hutan. Tradisi ini didahului dengan ritual tertentu yang menunjukkan bagaimana para pemanen berkomunikasi dengan meminta izin kepada pohon Rubek dan lebah untuk memanen madu.

Selain di Aceh Selatan, Muzayin dan tim juga akan bekerja di Aceh Utara untuk mendokumentasikan seni musik yang hampir punah di Aceh Utara, yaitu Canang Ceureukeh dan Alee Tunjang. Di lokasi ini, projek riset difokuskan di Desa Paya Teungoh, tempat tinggal Utoh Amad, seorang maestro pembuat alat musik tradisional Aceh seperti Canang Ceureukeh, Alee Tunjang, dan Rapai. Di masa lalu, Canang Ceureukeh dan Alee Tunjang merupakan alat musik pengisi waktu luang, khususnya selepas panen padi. Tradisi memainkan alat musik ini mulai tidak dilakukan ketika Aceh mengalami konflik panjang. Selepas konflik, tradisi ini tidak pernah dilakukan lagi karena para petani sudah menggunakan teknologi modern untuk proses penanaman dan pemanenan padi. Penggunaan teknologi modern ini berimbas pada hilangnya tradisi-tradisi lokal yang mengiringi proses budidaya padi, termasuk hilangnya tradisi memainkan Canang Ceureukeh dan Alee Tunjang.

Detail informasi terkait riset ini dapat diakses melalui link berikut:

https://www.emkp.org/documenting-the-endangered-pet-uno-canang-ceureukeh-and-alee-tunjang-as-indigenous-forest-and-agriculture-rituals-in-aceh-indonesia/.

Puspita Bahari
Reading Time: 2 minutes

Dua tahun terakhir Prodi Ilmu Komunikasi UII telah melakukan berbagai pendampingan dan kerja sama dengan nelayan perempuan Morodemak dan Timbulsloko, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Banjir rob telah mengepung wilayah tersebut, akibatnya berbagai masalah terjadi baik dari aspek ekonomi dan sosial.

Bermula dari pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh dua dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Puji Hariyanti, S.Sos., M.I.Kom dan Ratna Permata Sari, S.I.Kom., MA pada tahun 2023. Beberapa program pendampingan seperti pemasaran digital serta parenting diberikan kepada masyarakat di sana. Proses untuk memasuki daerah tersebut tak lepas dari campur tangan komunitas Puspita Bahari.

Untuk menguatkan kerja sama, Prodi Ilmu Komunikasi UII bertandang ke Demak pada 25 Septeber 2024 untuk melakukan penandatanganan Implementasi Aktivitas (IA) denga Puspita Bahari, komunitas nelayan perempuan.

Diwakili oleh Puji Hariyanti, S.Sos., M.I.Kom, penandatanganan tersebut dilakukan bersamaan dengan festival ‘Perempuan Merajut Gerakan Krisis Iklim’ di Panggung Kesenian Tembiring, Demak Jawa Tengah. Bertandangnya rombongan Prodi Ilmu Komunikasi UII juga turut memeriahkan festival tersebut, film garapan Puji Hariyanti, S.Sos., M.I.Kom, serta Marjito Iskandar Tri Gunawan, M.I.Kom selaku staf laboran yang berjudul Sweat Dripping in the Ripples of the River juga dipertontonkan kepada publik.

“Kerjasama dengan Komunitas Puspita Bahari di Demak di mulai dari kegiatan pengabdian masyarakat dosen-dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII di komunitas perempuan nelayan di pesisir Demak. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan film dokumenter tentang kehidupan perempuan nelayan di daerah Tambak Polo dan Timbulsloko, Demak. Prodi Ilmu Komunikasi UII juga pernah menyalurkan bantuan UIIPeduli Banjir Demak saat bencana banjir melanda kawasan tersebut. Berdasarkan kegiatan-kegiatan bersama yang semakin intensif, maka Prodi Ilmu Komunikasi ingin memformalkan kerja sama dengan Komunitas Perempuan Nelayan Puspita Bahari,” ujarnya.

Peran Puspita Bahari bagi nelayan perempuan begitu besar di Morodemak dan Timbulsloko. Maka dari itu penguatan kerja sama antara Prodi Ilmu Komunikasi UII dilakukan untuk melakukan kerja-kerja pemberdayaan berkelanjutan. Hal ini selaras dengan kegiatan yang dilakoni oleh Puspita Bahari, Masnuah selaku pengurus menyebut jika kerja-kerja yang dilakukan berkaitan dengan pengorganisasian serta edukasi.

“Selam aini Puspita Bahari melakukan kerja-kerja pengorganisasian, edukasi, pemberdayaan ekonomi, pendampingan kasus kekerasan serta advokasi kebijakan (pengakuan identitas nelayan perempuan),” ujar Masnuah.

Screening Film
Reading Time: 2 minutes

Krisis iklim sudah selayaknya mendapat perhatian serius dari masyarakat dan negara. Tak hanya berdampak pada lingkungan, nyatanya krisis iklim memiliki pengaruh besar terhadap perempuan. Masalah ini digagas secara serius pada momen festival bertajuk ‘Perempuan Merajut Gerakan Krisis Iklim’ di Panggung Kesenian Tembiring, Demak Jawa Tengah pada 25 September 2024.

Memasuki area festival, pengunjung akan disambut aroma menyengat khas pesisir. Deretan hasil tangkapan dari perempuan nelayan menjadi daya tarik pengunjung yang datang.

Rangkaian agenda yang cukup padat menjadi ruang pertemuan antara perempuan nelayan, pemangku kebijakan, dan publik. Di tengah-tengah diskusi, salah satu film garapan Prodi Ilmu Komunikasi UII dipertontonkan. Film dokumenter berjudul Sweat Dripping in the Ripples of the River mengangkat kisah seorang perempuan nelayan dari Tambak Polo, Demak. Kisah hidup yang dilakoni Bu Umro dalam film itu menjadi contoh bagaimana seorang perempuan turut andil besar dalam merawat lingkungan dari krisis iklim.

Dalam sesi tersebut, staf laboran Prodi Ilmu Komunikasi Marjito Iskandar Tri Gunawan, M.I.Kom., menyampaikan film ini berhasil digarap setelah melewati berbagai proses pendekatan. Salah satu rekanan yang turut andil adalah komunitas Puspita Bahari.

“Awal mula pembuatan film dokumenter ini kami berangkat dari kegiatan pendampingan terkait parenting pengasuhan anak dan bekerjasama dengan Puspita Bahari tentang pemasaran digital. Selain itu kami coba untuk belajar yang lain yaitu membuat film dokumenter,” ujarnya dalam membuka sesi.

Setelah memberi pengantar, film diputar. Para pengunjung menyaksikan, kisah Bu Umro yang berjuang sebagai kepala keluarga demi pemenuhan ekonomi. Dalam sesi itu, Bu Umro diundang untuk menceritakan bagaimana kondisinya akibat krisis iklim di pesisir Pantai Utara.

Apresiasi layak diberikan, ia memburu tangkapan dengan cara yang ramah lingkungan yakni menggunakan alat bernama bubu. Selain merekam perjuangan nelayan perempuan, film ini menunjukkan kepedulian lingkungan, tanpa merusak bibit-bibit kepiting dan ikan yang masih kecil.

Selain memproduksi sebuah karya, harapan dari Prodi Ilmu Komunikasi UII atas film ini mampu membuka mata banyak pihak. Bahwa kondisi masyarakat di pesisir Demak yang terdampak banjir rob begitu sulit, baik dari sisi ekonomi maupun sosial.

“Kami bersyukur pesan film ini nanti akan bisa sampai pada penonton di Australia dan Samarinda,” tambahnya.

Film ini terpilih dalam Program Akuisisi Pengetahuan Lokal BRIN peiode 1 tahun 2024, selain itu juga masuk dalam daftar pemutaran ReelOzInd yakni Australia Indonesia Short Film Festival yang akan dilakukan pada 24 Oktober 2024 di Samarinda dan Australia.

Sebanarnya Prodi Ilmu Komunikasi UII telah menggarap beberapa film dokumenter yang mengangkat persoalan-persoalan di pesisir pantura terutama kabupaten Demak. Selain film Sweat Dripping in the Ripples of the River, lebih awal film The Independence Day, Between Tears and Laughter telah masuk dalam nominasi film dokumenter pendek terbaik dalam Festival Film Indonesia 2023.

Bermula dari dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII, Puji Hariyanti, S.Sos., M.I.Kom dan Ratna Permata Sari, S.I.Kom., MA yang melakukan pemberdayaan di lokasi tersebut harapannya melalui berbagai program dampak banjir rob di pesisir Pantai Utara mendapat perhatian serius dari berbagai pihak.

Very Demure
Reading Time: 2 minutes

Pengguna aktif TikTok dan Instagram satu bulan ke belakang pasti beberapa kali terpapar dengan istilah very demure dan very mindful yang kerap diungkapkan beberapa influencer. Sontak istilah ini juga menjadi tren bagi masyarakat digital lainnya.

Lantas mengapa very demure dan very mindful bisa muncul, dan apa artinya?

Dari berbagai sumber yang telah beredar, ungkapan very demure dan very mindful pertama kali diunggah content creator TikTok Jools Lebron. Ia memberikan saran kepada para followersnya untuk bertindak very demure dan very mindful dalam situasi apapun.

“I’m very modest, I’m very mindful,” ucapnya.

“The way I came to the interview is the way I go to the job. A lot of you girls go to the interview looking like Marge Simpson and go to the job looking like Patty and Selma. Not demure,” ujarnya menambahi.

Konten yang diunggah menggunakan akun joolieannie di TikTok itu telah ditonton lebih dari 50 juta kali. Sedikit informasi tentang konteks yang dibicarakan oleh Jools Lebron terkait standar feminitas yang dilontarkan oleh publik kepada dirinya yang memilih menjadi sosok transgender. Jika biasanya transgender tampil dengan style yang menarik perhatian, berbeda dengan dirinya yang ingin tampil lebih sederhana.

Menariknya di Indonesia istilah very demure dan very mindful digunakan dalam berbagai konteks, termasuk promosi berbagai produk. Salah satunya influencer bernama Gita Savitri Devi atau akrab dengan sapaan gitasav mengungkap “How see I do my skincare, very mindful, very demure. I don’t do 10 step skincare routine, nobody got time for that I keep it very efficient very mindful. And you see the products I use these products they don’t over claim in fact, I formulate then myself. I don’t incorporate random ingredients jus for marketing sake I’m being very intentional very thoughtful again very demure,” ucapnya mempromosikan produk skincare miliknya.

Arti Very Demure dan Very Mindful dalam Bahasa Indonesia

Very demure merupakan kata sifat atau dalam bahasa Inggris adjective yang menggambarkan kalem, sopan, penuh kehati-hatian, dan pemalu. Dalam Dictionary Cambridge, demure diperuntukan bagi perempuan yang tenang dan berperilaku baik. Misalnya She gave him a demure smile.

Sementara very mindful yang biasa kita dengar dalam konteks kesehatan mental yang merupakan kata sifat yang penuh perhatian atau sadar. Berhati-hati untuk tidak melupakan sesuatu. I’m trying to be more mindful and I think it helps me with stress. Dictionary Cambridge.

Mengapa Langsung Viral di Media Sosial, Apakah ini Bentuk Sindiran?

Selain kultur media sosial yang sangat dinamis, ada pesan-pesan implisit yang ingin disampaikan oleh content creator. Jika memahami konteks yang disampaikan oleh Jools Lebron di awal, ia seolah ingin berkata satir. Satir atau ejekan ditunjukkan untuk menyatakan sindiran terhadap kondisi seseorang. “A lot of you girls go to the interview looking like Marge Simpson and go to the job looking like Patty and Selma. Not demure.”

Patty dan Selma yang disebutkan merupakan dua tokoh fiksi komedi animasi Amerika The Simpsons. Keduanya adalah seorang saudara kembar identik yang berpenampilan feminim khas dengan aksesoris yang menarik, perokok, dan bersuara berat layaknya laki-laki.

Melansir dalam laman The Guardian, Jools Lebron sengaja menggunakan very demure dan very mindful untuk mengungkapkan dengan satir atas penampilannya yang feminim. Hal tersebut bisa menjadi sindiran dan bahan candaan untuk Gen Z terkait bagaimana cara membuat konten flexing. “It also reads as a spoof on Gen Z’s obsession with quiet luxury, the trend where wealth is flexed via a whisper, not a scream.”

Namun, karena budaya yang berbeda penggunaan very demure dan very mindful di Indonesia terutama lebih banyak digunakan untuk berbagai kebutuhan mulai dari promosi sebuah produk, hingga konten-konten ringan daily life.

Lantas bagaimana menurutmu comss?

CCCMS
Reading Time: 3 minutes

Rangkaian agenda pada 7th Conference on Communication and Media Studies (CCCMS) menghadirkan beberapa workshop unik sebelum forum akademik itu berlangsung. Konferensi internasional yang diinisiasi oleh Prodi Ilmu Komunikasi UII menyuguhkan beberapa workshop gratis untuk para presenter.

Menariknya workshop-workshop itu tak melulu berbau akademik yang memusingkan, melainkan kegiatan unik yang memicu ide-ide baru. Ada empat workshop dalam program pre-konferensi antara lain Urban Walking, Photobook and Design Thingking, Environmental Communication, dan Writing Class for International Journal.

Semua workshop dilaksanakan di hari yang sama yakni 27 Agustus 2024. Peserta berhak memilih dan bergabung pada salah satu workshop dan bertemu dengan fasilitator professional.

Urban Walking

Tak sekedar jalan-jalan, Urban Walking yang difasilitatori olerh Dr. Zaki Habibi menekankan pada sensory method selama proses perjalanan melintasi jalanan utama Yogyakarta. Mengawali titik di Tugu Golong Gilig sekitar Tugu Yogyakarta pada pukul 08:00 WIB, perjalanan dilakukan dengan menyusuri situs UNESCO World Heritage: mulai dari jalan Margo Utomo, Mangkubumi, melewati rel kereta, kemudian berakhir di Jalan Malioboro. Perjalanan sepanjang 2,5 kilometer itu usai pukul 12.00 WIB.

Workshop ini diikuti oleh peserta dari berbagai negara mulai dari Indonesia, India, Cina, dan Taiwan. Dr. Zaki mengajak peserta untuk mengamati hal-hal yang dilalui selama perjalanan dari hasil pandangan mata, suara, bau, sentuhan, dan rasa. Peserta diminta untuk membuat sensory mapping yang mendokumentasikan perjalanan tersebut serta hal-hal apa saja yang menarik perhatian. Sesampainya di area Jalan Malioboro, Dr. Zaki meminta peserta menggambar situasi jalan sesuai dengan yang menjadi perhatian peserta misalnya kombinasi antara modernitas dan tradisionalitas di jalanan Yogyakarta.

Salah satu peserta asal Indonesia yakni Lutviah menyebut jika workshop ini memberinya wawasan soal metode baru yang mendukung pekerjaannya sebagai peneliti.

“Sebagai peneliti sosial, menurut saya workshop Urban Walking dan Sensory Method ini sangat menarik karena workshop ini menawarkan pendekatan baru dalam penelitian sosial. Workshop ini melatih saya untuk melakukan pengamatan mendalam tentang hal-hal yang terjadi di sekitar saya dengan menggunakan seluruh panca indera yang saya miliki. Dari proses tersebut, saya mampu menemukan hal-hal menarik yang sebelumnya tidak pernah saya perhatikan, misalnya perpaduan antara modernitas dan tradisionalitas di jalanan kota Yogyakarta. Kemampuan observasi mendalam seperti ini menurut saya penting untuk dapat menangkap fenomena-fenomena sosial, khususnya fenomena komunikasi, serta menganalisis implikasinya terhadap masyarakat,” ujar Lutvia salah satu peserta workshop.

Photobook and Design Thingking: An Introduction

Workshop ini menggandeng Gueari Galeri yang merupakan publisher buku foto dari Indonesia. Bertajuk Photobook and Design Thinking: An Introduction workshop ini fokus dengan hasil jepretan peserta yang nantinya akan diubah menjadi buku foto.

Salah satu peserta yang aktif dalam menekuni hobi journaling, Sri Rahmawati tertarik untuk menerbitkan buku foto.

“Aku ingin bisa nerbitin buku foto archive, mungkin tentang academic journey-ku atau hal-hal simpel lain. Aku tuh suka ngumpulin kaya tiket kereta atau kalau aku makan sama orang yg spesial, aku bakal simpan nota-nya, mungkin hal-hal kaya gitu suatu hari bisa kujadikan buku foto,” pungkas Rahma.

Fasilitator dari Gueari Galeri, Caron Toshiko dan Andi Ari Setiadi, menyebutkan kegiatan ini merupakan pengantar kepada peserta untuk mengenal buku foto sebagai salah satu cara mengekspresikan diri.

“Kami melihat fotografi itu salah satu medium nonverbal yang bisa digunakan semua orang untuk menggali banyak hal dengan cara yang mudah dan menarik,” ujar Caron.

“Ada cerita, ada kegelisahan, atau ada kemarahan, bahkan dan foto bisa menjadi medium untuk mengeluarkan itu semua,” jelas Ari.

Environmental Communication

Tak sekedar workshop yang berhenti dalam waktu satu hari, program ini mengajak peserta untuk melakukan proyek panjang yang berkelanjutan.

Muzayin Nazaruddin, M.A selaku fasilitator workshop menginisiasi proyek tersebut untuk peserta  yang tertarik berkontribusi dalam sebuah buku yang disunting (dalam Bahasa Indonesia) tentang komunikasi lingkungan dan humaniora lingkungan. T

Topik-topik yang akan dibahas dalam buku ini meliputi risk and disaster communication, environmental crises, human-animal relations, nature-culture tensions, local ecological knowledge, environmental activism, dan tema-tema lain yang terkait.

Menyadari kompleksitas antara manusia, teknologi, dan alam saling berkontribusi dalam membentuk realitas dunia maka workshop ini tentu akan memunculkan banyak hal yang mengusik.

Workshop ini juga menghadirkan Achmad Choirudin dari Insist Press untuk membicarakan rencana penerbitan buku bertopik komunikasi lingkungan.

Writing Class for International Journal

Workshop Writing Class for International Journal yang difasilitatori oleh Prof. Masduki nampaknya menjadi program favorit. Puluhan akademisi dari berbagai negara antusias dan responsive selama workship berlangsung.

Peserta diajak untuk lebih mengenal area riset yang diminati dan mendapatkan tips-tips berharga mengenai pemilihan jurnal yang tepat serta teknik penulisan yang efektif. Nico Carpentier dari Charles University yang juga menjadi Keynote Speaker dalam konferensi ini turut bergabung dan memberikan feedback.

You have to start writing, create narrative about your publication and connect your journals to one line expertise.” ujarnya.

Melalui Writing Class ini, diharapkan para peserta dapat meningkatkan kualitas penulisan ilmiah dan memperluas jaringan kerjasama di bidang penelitian. Acara ini juga menjadi bukti bahwa CCCMS terus berkomitmen untuk mendorong pengembangan ilmu pengetahuan di bidang komunikasi.

Di akhir acara, Prof. Masduki menutup sesinya dengan kalimat yang pamungkas “Consistency! It is to make advance move for your academic journey!”