Simbolisme Bromance Raditya Dika dan Pandu Winoto dalam Channel YouTube Raditya Dika
Reading Time: < 1 minute

Skripsi salah satu alumni Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) tiba-tiba ramai di media sosial Instagram. Pasalnya, Raditya Dika sebagai subjek riset membagikan tangkapan layar dari laman dspace.uii.ac.id dengan keterangan skripsi berjudul Simbolisme Bromance Raditya Dika dan Pandu Winoto dalam Channel YouTube Raditya Dika.

Riset yang ditulis oleh Pandu Bagus Pratama direspon oleh Raditya Dika, ia menuliskan “Baru tau ternyata kisah saya dan @panduwinoto13 dijadikan skripsi. .

Mendapat lebih dari 60 ribu komentar dan lebih dari 800 ribu like dari netizen, skripsi milik Pandu Bagus Pratama menuai berbagai respon. Tak sedikit yang menjadi polisi bahasa hingga mempertanyakan mengapa judul tersebut di-acc oleh dosen pembimbing.

Lantas, apa yang dibahas oleh Pandu Bagus Pratama dalam lembaran tebal untuk menuntaskan kewajiban meraih gelar sarjananya tersebut?

Bromance dalam Riset

Konsep bromance mengacu pada hubungan persahabatan antar laki-laki yang saling menyayangi satu sama lain, namun dilakukan dengan batasan. Menyoroti hubungan Raditya Dika dan Pandu Winoto, penulis membagikan beberapa tangkapan layar potret keduanya dalam konten. Adegan-adegan tersebut menunjukkan keakraban pertemanan antar laki-laki.

Dengan pendekatan kualitatif dan menganalisisnya dengan semiotika Roland Barthes. Tanda-tanda representasi bromance dalam video YouTube chanel Raditya Dika dikelompokkan menjadi tiga analisis mulai dari dialog, tindakan, dan penampilan.

Peneliti menemukan kedekatan-kedekatan dari scene yang ditangkap, mulai dari menyuapkan makanan, ucapan permintaan maaf, hingga penampilan penggunaan pakaian yang senada.

Riset selengkapnya dapat dibaca pada Jurnal Mahasiswa Komunikasi Cantrik pada laman di bawah ini:

https://journal.uii.ac.id/cantrik/article/view/18973

 

Jurnal Mahasiswa Komunikasi Cantrik
Reading Time: 2 minutes

Jurnal Mahasiswa Komunikasi Cantrik yang dikelola Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) meraih akreditasi Sinta 4.

Berdasarkan Keputusan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 177/E/KPT/2024 pada 15 Oktober 2024, Jurnal Mahasiswa Cantrik dengan EISSN 28072499 meraih “Akreditasi Baru Peringkat 4 mulai Volume 1 Nomor 2 Tahun 2021 sampai Volume 6 Nomor 1 Tahun 2026”.

Melalui proses panjang, Puji Rianto, S.IP., M.A, selaku Editor in Chief menyebutkan proses dan usaha yang dilakukan untuk mencapai titik ini. Demi melancarkan proses akreditasi, usaha yang dilakukan salah satunya melaksanakan workshop untuk para pengelola jurnal.

“Ikhtiar pertama yang terpenting adalah mempelajari dengan sebaik mungkin syarat akreditasi jurnal. Untuk itu, kami melakukan serangkaian workshop untuk memahami dengan baik syarat dan proses akreditasi agar sesuai standar akreditasi Sinta,” ujarnya.

Lebih lanjut, dalam proses peningkatan akreditasi dua hal yang tak boleh luput adalah manajemen dan substansi. Artikel diseleksi secara ketat agar reputasi jurnal tetap terjaga.

“Pada dasarnya, akreditasi mencakup dua hal, manajemen dan substansi. Untuk manajemen, kami pastikan bahwa artikel diproses dengan baik sesuai standar. Artikel yang publish pasti melalui double blind review dan revisi. Tata letak juga kami perbaiki agar tampilannya lebih bagus. Dari sisi substansi, kami jaga melalui proses di editor. Mereka memastiksn bahwa artikel telah ditulis sesuai dengan standar penulisan ilmiah,” tambahnya.

Cakupan dan Kualitas Artikel

Fokus isu pada Jurnal Mahasiswa Komunikasi Cantrik meliputi Kajian Media, Komunikasi Massa dan Jurnalisme, Public Relation dan Komunikasi Strategis, dan Media Kreatif. Jurnal ini secara konsisten terbit dua kali dalam satu tahun yakni bulan Mei dan November.

Jika sebelumnya jurnal ini menjadi wadah publikasi riset yang dilakukan mahasiswa, setelah naik tingkat ke Sinta 4 harapannya artikel yang diterbitkan semakin berkualitas dan cakupannya lebih luas.

“Sebelum akreditasi, artikel yang masuk terbatas sehingga pilihannya juga terbatas. Setelah terakreditasi, kami berharap artikel yang masuk semakin banyak sehingga pilihannya juga semakin variatif. Secara otomatis, kualitas artikel seharusnya semakin meningkat,” ujar Puji Rianto, S.IP., M.A.

Sebagai informasi Sinta merupakan Science and Technology Index, merupakan laman atau database yang dikelola Kemendikbud Ristek yang menyajikan jurnal nasional terakreditasi.

Sementara, pada tingkatan jurnal Sinta mencakup 6 tingkatan. Mulai yang tertinggi Sinta 1, Sinta 2, Sinta 3, Sinta 4, Sinta 5, dan Sinta 6.

Menerbitkan artikel ke jurnal bereputasi sangat penting bagi mahasiswa maupun dosen, salah satunya untuk berbagai prasyarat kelulusan hingga berpengaruh terhadap angka kredit pengajuan jabatan fungsional.

Terkait cara menerbitkan artikel ke jurnal berpeutasi dapat membaca tips dan trik pada laman berikut ini: https://communication.uii.ac.id/bagaimana-cara-mempublikasikan-tugas-akhir-di-jurnal-bereputasi/

Laman resmi jurnal Mahasiswa Komunikasi Cantrik:

https://journal.uii.ac.id/cantrik

Pagar api jurnalisme
Reading Time: 2 minutes

Idealnya kegiatan jurnalistik harus terpisah dengan persoalan bisnis. Peran jurnalis menjadi menjadi faktor terbesar dalam sebuah produk jurnlistik yang disampaikan kepada publik. Sayangnya, pagar api jurnalistik (firewall) telah runtuh dari dalam.

Catatan dari Nanang Krisdinanto, dosen Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) dalam bukunya yang berjudul Runtuh dari Dalam, Serangan Komersialisasi terhadap Pagar Api jurnalistik di Indonesia menjadi topik diskusi yang dihelat oleh Program Studi Ilmu Komunikasi UII bersama Sekolah Jurnalisme SK Trimurti, dan AJI Yogyakarta pada 4 November 2024 di UII.

Prof. Masduki, dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII membuka diskusi dengan melontarkan pernyataan terkait bagaimana jurnalis bekerja dalam memproduksi berita.

“Harus free from economy interest, bebas dari persoalan bisnis. Dilema di antara profesional jurnalis, pimred, editor,” ujarnya.

“Jurnalis itu manusia biasa yang dipengaruhi banyak faktor di dalam dia bekerja (status kerja, gaji yang diterima, struktur lingkungan redaksi) mempengaruhi sebuah berita yang dia tulis.” Tambahnya lagi.

Pagar Api yang telah Runtuh

Nanang Krisdinanto sebagai penulis memaparkan hasil penemuannya bahwa ruang lingkup jurnalistik tak memiliki batasan konkret akibat kondisi ekonomi dan politik.

“Apa yang saya cemaskan sampai hari ini tidak menunjukkan gejala menurun tapi semakin meningkat eskalasinya. Sehingga pada akhir buku ini kesimpulannya adalah, bisnis media itu memang hidup di Indonesia tapi yang saya khawatirkan jurnalismenya mungkin sudah mati atau bahkan terancam mati,” ungkapnya.

“Garis pagar api antara redaksi dan bisnis sudah tidak dihormati lagi,” tambahnya.

Praktik-praktik penerabasan pagar api sebenarnya telah terjadi sejak tahun 90an, namun hal ini semakin parah selama masa pandemi Covid-19, semua bisnis semakin sulit termasuk pendapatan media dan iklan. Kondisi tersebut berakibat pada berita yang dihasilkan oleh jurnalis. Melalui berbagai proses di ruang redaksi yang sedemikian dimanipulative karena berbagai kepentingan (iklan).

“Itu tidak hanya disumbang dari kekuatan besar di luar (ekonomi dan politik) tapi juga dari dalam dari para jurnalis itu sendiri yang mengalami perubahan signifikan dalam cara mereka memandang jurnalisme,” jelasnya.

Temuan tersebut diamini oleh Nugroho Nurcahyo, Wakil Pemimpin Redaksi Harian Jogja yang turut menjadi pembicara. Bergelut dengan industri media lokal, ia mengungkap bobroknya ruang redaksi yang telah kaburnya batasan berita dan advertorial.

“Omong kosong kalau orang bilang 80 persen media itu hidup dari iklan. Dan yang dibayangkan iklan display misal satu iklan satu halaman itu hampir tidak mungkin dilakukan. Dari perusahaan media komunikasi yang meminta untuk advertorial itu pagar apinya mungkin konten promosi, ada juga yang dikode adv itu enggak cukup bagi mereka,” jelasnya.

“Mereka inginnya ini menjadi konten berita yang belakangan hari disebut brand content. Sialnya kalau di daerah, media belum dipercaya oleh privat sector mereka masih pakai konsultan media di Jakarta dan placementnya di media-media nasional dan banyak media nasional sudah berekspansi di sini mencari ekosistem bisnis yang lebih visible dalam tanda kutip bisa membayar SDM lebih rendah dengan kualitas yang sama di ibu kota,” tandasnya.

Fakta-fakta yang dikemukakan oleh Nugroho Nurcahyo menegaskan bahwa selain runtuhnya pagar api dari dalam, juga persaingan bisnis media tidak imbang antara media lokal dan nasional.

Buku yang diterbitkan Marjin Kiri tersebut membahas detail bagaimana pagar api jurnalistik sebagai salah satu filosofi dasar jurnalisme atau sekat yang membatasi redaksi dan bisnis demi menjaga independensi atau objektivitas praktik jurnalisme tengah diruntuhkan secara terang-terangan oleh desakan komersialisasi dalam industri media massa.

Visiting lecturer
Reading Time: 2 minutes

Dosen sekaligus Kaprodi Ilmu Komunikasi UII, Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D berkesempatan mengikuti program International Faculty Exchange Week (IFEX) 2024 ke Universiti Utara Malaysia (UUM) pada 4 hingga 6 November 2024.

Dalam program tersebut, beliau melakukan pengajaran (visiting lecturer) di salah satu fakultas, yakni School of Creative Industry Management and Performing Arts (SCIMPA). Beberapa materi yang dibagikan meliputi creative thinking, creative writing, literasi digital, kecerdasan buatan (AI), hingga fotografi jurnalistik.

Bukan tanpa alasan, materi tersebut dipilih karena memiliki keterkaitan dengan keilmuan komunikasi juga kurikulum di SCIMPA UUM.

“Materi seputar dunia kreatif dan industri komunikasi juga kaitannya dengan tren-tren dunia komunikasi saat ini dan ke depan yang saya bahas dari perspektif komunikasi. Jadi sangat berkaitan dengan SCIMPA saya bicara tidak terlalu pada tataran yang sangat teoritis tapi juga bagaimana itu bisa diterapkan dengan kebutuhan mereka,” ujaranya menjelaskan.

Pengalaman mengajar kali ini cukup bergam, dosen Ilmu Komunikasi UII harus mengisi lima kelas mulai undergraduate, postgraduate, hingga dosen dan staf.

Visiting Lecturer

Dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII Ikuti Lecturer Exchange di Universiti Utara Malaysia, Foto: Dok Pribadi

“Untuk yang postgraduate menyampaikan hasil riset sebagai satu insight ke mereka seperti pengembangan AI dan teknologi komunikasi di dunia jurnalisme, dunia media dan segala rupa kaitannya dengan masa depan keilmuan komunikasi,” tambahnya.

Dalam program IFEX 2024 tercata melibatkan 14 dosen dari 6 negara yang selanjutnya tersebar mengajar di berbagai fakultas di UUM.

Peluang Kerja Sama dengan Mitra Internasional

Selain menjadi guest lecturer, dosen Ilmu Komunikasi UII juga melakukan pertemuan-pertemuan strategis untuk menindaklanjuti beberapa peluang kerja sama yang sebelumnya telah digagas.

Sebagai informasi, beberapa kerja sama yang akan direalisasikan dalam waktu dekat tentu mobility international untuk mahasiswa IPC yakni P2A 2025. Jangka panjang akan ada program dual degree serta matching grand.

“Kegiatan kemarin cukup produktif karena mereka akan berkunjung kembali Jogja untuk menindaklanjuti yang saya sampaikan kemarin tentang dual degree dan matching grant,” jelasnya.

Usai menjalankan kegiatan akademik, beliau menyempatkan untuk bertemu dengan empat mahasiswa IPC yang sedang menempuh kredit transfer internasional (ICT) di SCIMPA, UUM.

Kegiatan menarik lainnya adalah Do-Bond, yakni pertemuan akbar dengan semua mahasiswa, dosen, dan staf dan termasuk lembaga kemahasiswaan untuk sosialisasi dan membahas beragam isu atau persoalan kampus.

GLSP
Reading Time: 2 minutes

Konten lokal semestinya mendapat porsi yang layak dalam program siaran di TV maupun radio, sayangnya hal tersebut belum terwujud.

Ironi dengan persoalan tersebut, Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Yogyakarta menggandeng Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar diskusi Gerakan Literasi Sejuta Pemirsa (GLSP) di Gedung GKU UII pada 1 November 2024.

Secara khusus, isu konten lokal dibahas mendalam oleh praktisi dan akademisi. Bertajuk Konten Lokal Sebagai Medium Demokratisasi diskusi tersebut menghadirkan dua pemateri dari KPID Yogyakarta serta akademisi UII.

Rektor UII, Fathul Wahid menyambut hangat niat tersebut. Dalam sambutannya beliau memberikan statement terkait konteks informasi yang selalu mengalami pergeseran.

“Setiap zaman setiap konteks itu mempunyai tafsirannya masing-masing, apa yang kita lihat hari ini belum tentu terjadi di masa lampau. Sehingga kita harus memaknai dengan cara yang berbeda,” ujarnya.

“Dalam kehidupan kita juga sama, di sini kita bicara konten lokal yang dulu di Indonesia tahun 80an 90an tidak pernah masuk diskusi. Ketika ada undang-undang baru kita diskusikan, kemudian diperkuat dengan medium demokratisasi budaya. Banyak sekali yang harus kita tafsirkan ulang,” tambahnya.

Mendukung KPID Yogyakarta dalam mendorong media-media penyiaran dalam memberikan porsi lebih banyk pada konten lokal, Rektor UII turut melakukan penandatangan nota kesepakatan kerja sama.

Konten Lokal Sebagai Medium Demokratisasi Budaya

Menghadirkan pemateri dari Komisioner KPI, Amin Shabana dan dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Puji Rianto keduanya menyampaikan secara detail bagaimana posisi konten lokal.

Konten lokal adalah siaran bermuatan lokal yang mencakup program siaran jurnalistik, program siaran faktual dan non faktual dalam rangka pengembangan potensi daerah setempat serta dikerjakan dan diproduksi oleh sumber daya dan lembaga penyiaran setempat. 

Amin Shabana menjelaskan urgensi lokalitas konten dalam beberapa perspektif. Mulai dari Amanah regulasi, wajah daerah, potensi daerah, partisipasi kolektif, dan pemberdayaan SDM lokal.

“Demokrasi itu partisipasi, partisipasi masyarakat terkait dengan akses informasi, kebebasan berekspresi itu merupakan konteks dasar demokrasi. Termasuk di dalam sektor kebudayaan, karena sektor penyiaran merupakan multisector yang semuanya ada,” ujarnya.

“Kita dimandatkan untuk mengawal konten lokal yang sesuai dengan karakteristik daerah. Untuk program wisata budaya semestinya bukan hanya kontennya saja yang diangkat melainkan juga seumber daya penyiarnya harus mengoptimalkan daerah setempat,” tambahanya.

Sementara dari Puji Rianto, selaku akademisi sekaligus researcher menempatkan televisi lokal sebagai upaya untuk membangun cultural sphere.

Cultural sphere atau ruang budaya bpada kesenangan dan estetika, industri budaya berbiaya tinggi tapi perolehannya berpotensi zero dan di sisi lain tv lokal harus mencari profit.

“Agak ironis, kita punya kekayaan budaya yang luar biasa lebih dari 200 etnis. Problem akses, di mana kita diberi ruang di mana kita tidak diberi ruang,” ujarnya.

Beliau memberikan dua tawaran solusi yakni memperlakukan konten lokal sebagai public goods. Kedua mengupayakan regulasi terkait pendanaan khusus oleh daerah dalam produksinya.

Dalam kesempatan itu, hadir pula jajaran Komisioner KPI Bidang Kelembagaan dan Penanggung Jawab GLSP Evri Rizqi Monarshi, Ketua KPID Yogyakarta Hazwan Iskandar serta jajaran Dekan FPSB UII bersama Kaprodi Ilmu Komunikasi UII.

Studium Generale 2024
Reading Time: 2 minutes

Berbagi riset menyebut salah satu cara menyelesaikan masalah adalah dengan kreativitas. Pernyataan tersebut bisa langsung dikonfirmasi dengan mengetikkan kata kunci ke laman pencarian Google. Namun, bagaimana caranya menjadi kreatif?

Menyambut mahasiswa baru angkatan 2024, Prodi Ilmu Komunikasi UII secara khusus menghadirkan Studium Generale bertajuk Menembus Batas: Mengembangkan Kreativitas dengan Berpikir di Luar Kotak pada 2 November 2024 di Ruang Auditorium Lt. 5 FIAI UII.

Harapannya, dengan hadirnya ruang diskusi mampu menjawab persoalan terkait bagaimana skill kreatif bekerja dan menyelesaikan masalah.

“Studium Generale ini merupakan tahapan awal, dengan kami mengundang rekan-rekan dari eksternal salah satunya alumni Prodi Ilmu Komunikasi, bisa mendapat banyak mendapatkan wawasan luas tentang dunia komunikasi dan kreatif,” ujar Ratna Permata Sari, S.I.Kom., M.A, selaku Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi UII saat membuka Studium Generale 2024.

Studium Generale 2024

Studium Generale 2024: Mengembangkan Kreativitas dengan Berpikir di Luar Kotak, Foto: Laboratorium Ilmnu Komunikasi UII

Bagaimana Menjadi Kreatif dan Berpikir Kreatif?

Menghadirkan dua tokoh yang berkecimpung di bidang industri kreatif, Prodi Ilmu Komunikasi UII memilih Fanbul Prabowo dan Paksi Raras Alit.

Menariknya, ada dua resume yang bisa kita tarik pada diskusi siang itu. Ternyata, kreativitas menyelesaikan masalah dan kreativitas bisa mengubah peradaban.

Paksi Raras Alit sebagai seorang musisi sekaligus kreator konten di YouTube dengan 200 ribu lebih subscriber memberikan insight bahwa, memulai apapun di usia muda. Tentu tak mudah, mengenali diri hingga mencari tahu apa passion yang kita miliki.

“Mengoptimalkan atau menjual semua potensi yang ada di dalam diri kita,” ujarnya.

“Dimulai dari usia yang sangat muda, enggak bisa kalian mau menjadi pengubah sesuatu di usia tua itu tidak bisa, karena bisa mudah masuk angin, sudah gampang capek,” tambahnya lagi.

Saat presentasi, Paksi menampilkan lukisan lama bertuliskan Boeng, Ajo Boeng. Lalu melempar pertanyaan kepada mahasiswa, ‘siapa pelukis lukisan tersebut?’. Singkatnya, itu merupakan karya Affandi Koesoema. Pelukis yang melegenda dengan gaya abstrak dan romantisme.

Lukisan tersebut dilukisnya ketika usia muda (tahun 1945), dan membawanya menjadi Maestro Seni Lukis Indonesia. Namanya terkenang dalam Museum Affandi di Yogyakarta. Dengan membayangkan tahun itu, tentu lukisan yang dibuat Affandi penuh dengan kisah-kisah sejarah dan momen proklamasi.

“Kreativitas bisa mengubah peradaban,” ungkapnya.

Dari sisi yang lebih modern, Fanbul Prabowo selaku CEO Infipop sekaligus alumni Prodi Ilmu Komunikasi UII membagikan pengalamannya selama bekerja di bidang industri kreatif.

Fanbul meyakini bahwa kreativitas menjadi kunci utama dalam menyelesaikan masalah. Menangani berbagai persoalan dalam memasarkan sebuah brand membuatnya harus berpikir dan bertindak kreatif. Kreativitas memasarkan sebuah brand, bisa dilakukan dengan storytelling.

“Cara menyelesaiakan masalah dengan kreativitas. Satu skill yang sangat mahal untuk anak-anak Komuniksi adalah Storytelling,” ungkapnya.

Selain dengan storytelling, Fanbul memberi pesan kepada seluruh mahasiswa Ilmu Komunikasi UII angkatan 2024 bahwa saat ini skill yang sangat penting dibutuhkan dalam dunia industri adalah penguasaan informasi dan komunikasi.

“Pertempuran di dunia kreatif industri ataupun di bidang kerja lain selalu informasi dan komunikasi. Siapa yang menguasai informasi dan komunikasi, siapa yang bisa mempengaruhi orang lain itu lebih powerful dari pemegang senjata.” Tandasnya.

Pengabdian Dosen Ilmu Komunikasi UII: Bagaimana Cara Membuat Konten di Media Sosial yang Menarik dan Viral?
Reading Time: 3 minutes

Dua dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Ratna Permata Sari, S.I.Kom., M.A, dan Nadia Wasta Utami, S.I.Kom., M.A melakukan pengabdian masyarakat di TBM Gubug Pintar, Semanu, Gunung Kidul, Yogyakarta pada 26 Oktober 2024.

Menggandeng LSM Erat Indonesia, kedua dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII fokus terhadap pelatihan manajemen dan pembuatan konten di media sosial.

Sebagai informasi, Erat Indonesia merupakan LSM yang bergerak pada perlindungan, advokasi, dan treatment lansia. Diinisiasi sejak tahun 2020, Erat Indonesia masih terfokus di daerah Wonosari dan Bantul karena kapasitas SDM yang masih terbatas. Tercatat volunteer yang tergabung sekitar 20 hingga 30.

Artinya, perlu banyak SDM khususnya kaum muda dalam mendukung kegiatan kemanusiaan tersebut. untuk menyelsaikan persoalan tersebut perlu dilakukan kampanye sosial di media sosial untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu lansia.

Sehingga Prodi Ilmu Komunikasi UII berusaha mengurai permasalahan dengan tawaran memberi pelatihan kepada Erat Indonesia terkait manajemen dan pembuatan konten di media sosial.

Manajemen Media Sosial

Pelatihan pertama diawali oleh materi dari Nadia Wasta Utami yakni Manajemen Media Sosial. Sebagai dosen praktisi pemasaran, beliau menyampaikan bagaimana cara membuat perencanaan dan pengelolaan media sosial.

“Saya memberi pengantar terkait media yang diperlukan dalam pemasaran juga terkait dengan manajemen sosial medianya,” ujarnya.

Pengabdian

Dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII, Nadia Wasta Utami, S.I.Kom., M.A

“Kemarin itu seperti training for trainer untuk para pengurus Erat Indonesia, karena pengelolanya banyak dari mahasiswa salah satunya salah satunya dari UGK, beberapa ibu-ibu volunteer dari Erat Indonesianya juga hadir. Yang menarik tempat acaranya di TBM Gubuk Pintar di Semanu Gunung Kidul. YTBM ini punya pengelola dan volunteer mereka juga turut hadir sehingga pesertanya sangat beragam dari mahasiswa, pengelola Erat Indonesia dan Pengelola,” tambahnya.

Sebagai praktisi pemasan media sosial di UII, beliau menekankan bahwa dalam pemasaran khususnya di media sosial value menjadi komponen penting yang harus ditampilkan di media sosial. Sehingga memberikan pemahaman terkait value dari Erat Indonesia adalah concern utama.

“Namanya pemasaran sosialisasi dengan value itu macam-macam medianya salah satunya sosial media. Dan sekarang semuanya sudah menggunakan sosial media maka kita perlu tau bagaimana cara mengelola sosial media dengan baik dan mebuat konten yang menarik.” Tandasnya.

Pelatihan Pembuatan Konten

Usai pemaparan materi pertama, dilanjutkan dengan dengan pelatihan dari Ratna Permata Sari, S.I.Kom., M.A yakni Pelatihan Pembuatan Konten Menggunakan Smartphone.

“Jangan cuma jadi konsumen atau pengguna (media sosial) tapi juga menjadi produsen (kreator konten),” ujarnya membuka diskusi.

Pengabdian

Dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII, Ratna Permata Sari, S.I.Kom., M.A

Beliau memberi contoh cara membuat konten sederhana, dan yang terpenting bagaimana konten tersebut dijangkau oleh banyak pihak hingga viral.

“Bikin foto dikasih lagu (sedang viral) saja,” tambahnya.

Dinamika dan regulasi media sosial sangat cepat dan tidak terduga, sehingga pengguna perlu beradaptasi dengan cepat. Jika beberapa bulan sebelumnya konten kreator fokus mencari banyak pengikut, tren terkini justru berbeda.

“Jadi kalau dulu orang itu berbondong-bondong ingin mendapat banyak follower biar enggagement tinggi tapi kenyataan saat ini untuk dapat itu lebih kepada mengikuti algoritma untuk bisa viral,” ungkapnya.

Karena viral tidak mampu dipresdiksi, sebagai penutup, beliau memberikan tips agar konten yang diproduksi bisa menjangkau banyak pihak.

“Mengikuti algoritma, biasanya dengan kaitan lagu yang sedang populer. Kedua mengikuti isu. Sebenarnya FYP dan viral bisa dapat dikatakan lebih ketika untung-untungan kembali karakteristik akun masing-masing. Tiap orang punya masing-masing kekuatan karakter konten apa. Sehingga viral dan tidak viral hanya dampak.” Pungkasnya.

Mahasiswa Berprestasi
Reading Time: < 1 minute

Kabar membanggakan dari salah satu mahasiswa Ilmu Komunikasi UII angkatan 2023. Nur Kholifah Arifiani, berhasil menyabet gelar juara 1 Tahfidz 30 Juz Putri dalam gelaran Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Mahasiswa Internasional – Milad Universitas Islam Riau (UIR) 2024 ke-62.

Kepada Prodi Ilmu Komunikasi UII, Arifiani mengucapkan rasa syukurnya setelah berhasil meraih posisi pertama kategori Tahfidz 30 Juz.

“Alhamdulillah tahun ini mendapat kesempatan untuk berhasil di Juara 1 kategori Tahfidz 30 Juz,” ujarnya saat dihubungi Prodi Ilmu Komunikasi UII.

Kompetisi internasional yang digelar secara hybrid ini diikuti oleh ratusan mahasiswa dari berbagai negara yakni Indonesia, Malaysia, Kamboja, Thailand, dan Brunei Darussalam. Dari laman resmi uir.ac.id, kompetisi tingkat mahasiswa cabang tahfiz diikuti oleh 147 peserta.

Belajar dari pengalaman tahun lalu Arifiani memantapkan diri untuk mendaftarkan diri dengan mengambil tingkat tertinggi 30 Juz. Dalam cabang Tahfidz terdapat beberapa kategori yakni 5 Juz, 10 Juz, 20 Juz, dan 30 Juz.

Selain rasa percaya diri, dukungan dari orang tua dan teman-teman terdekat menjadi kunci keberhasilannya dalam percobaan kedua.

“Jadi sebetulnya saya tahun lalu juga mengikuti MTQ UIR ini tapi saya belum berkesempatan untuk menang. Support dari orang tua sama teman-teman terdekat juga yang buat saya percaya diri untuk sampai disini.” Ungkapnya.

Selain merayakan milad ke-62, Universitas Islam Riau berharap kompetisi ini mampu menciptakan Qori dan Qoriah berstandar internasional dengan meningkatkan kualitas peserta dalam memahamimakna dan isi kandungan dalam Al Qur’an.

Juara
Reading Time: 2 minutes

Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UII raih prestasi berturut-turut dalam dua bulan terakhir. Ia adalah Kelvin Alviana Setiawan, mahasiswa angkatan 2023 yang berhasil menaklukan tiga kompetisi Islami tingkat nasional.

Kompetisi pertama adalah Musabaqoh Tilawah Qur’an dalam ajang Salam Fair yang diselenggarakan oleh Maskanul Huffadz sejak Agustus hingga September 2024. Setelah melewati berbagai tahapan Alvin bersama timnya dinyatakan menang dan meraih juara 2.

Kompetisi selanjutnya adalah Musabaqoh Seni Qur’ani Nasional (MSQN) 2024 yang diselenggarakan oleh Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) pada 19 Oktober lalu. Kompetisi beregu tersebut membawanya meraih juara 2 dari 200 peserta yang terdiri dari pelajar dan mahasiswa dari seluruh Indonesia.

Tak berhenti disitu, Kelvin dengan timnya kembali menorehkan prestasi dalam bidang yang sama. Pihaknya berhasil meraih posisi terbaik 2 pada Musabaqoh Seni Qur’an Nasional (MSQN), Gebyar Brawijaya Qur’an Nasional yang digelar pada 24 hingga 27 Oktober 2024.

Memborong prestasi berturut-turut, Kelvin menyadari raihan tersebut merupakan kerja keras bersama. Baginya doa dari orang tua dan guru merupakan yang utama.

“Alhamdulillah A’la Kulli Hal, Saya sangat bersyukur atas apa yang telah diraih sekarang ini. Saya bisa berada di posisi ini adalah hasil dari kerja keras, semangat juang yang tak pernah padam, serta dukungan penuh dari tim dan semua pihak yang telah bersama-sama berjuang. Dan tentunya tidak lepas doa dan dukungan dari orang tua, guru-guru, serta teman-teman,” ujarnya.

“Saya percaya bahwa kesuksesan ini tidak hanya milik satu orang, tetapi milik kita semua yang bekerja dengan dedikasi dan komitmen yang luar biasa. Kemenangan ini juga menjadi motivasi untuk saya untuk terus berusaha lebih baik, menghadapi tantangan berikutnya dengan optimisme semangat yang sama. Jangan pernah lelah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan dan jangan pernah lelah untuk mengsyiarkan Al-Qur’an.” Tandasnya.

Secara umum Musabaqah Tilawah Qur’an adalah lomba membaca Al Qur’an dalam lagu dan berhubungan dengan seni Islam yang termanifestasi dengan praktik budaya di Indonesia. Kompetisi ini merupakan salah satu bentuk resepsi estetis. Resepsi merupakan penerimaan atas teks sastra (teks al Qur’an dam efek yang dihasilkan). Sementara Estetis mencakup proses penerimaan dengan Indera (mata dan telinga), pengalaman seni, dan style dari penampilan yang tampak dari luar.

Untuk mengasah kemampuannya, Kelvin bergabung pada Tilawatil Quran Wa Funun Islamiyah (TFQI) UII, yang merupakan pusat pengembangan tilawatil Qur’an dan kesenian keislaman.

Mengenal ‘Green Skills’: Mindset Penting untuk Dipahami Seluruh Generasi
Reading Time: 3 minutes

Ketika mengetik kata Green Skills di kolom pencarian media sosial khususnya Instagram, kita akan menemukan banyaknya konten berwarna hijau, pepohonan, hingga kampanye hemat energi. Lantas apa itu Green Skills?

Berdasarkan informasi pada laman United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), Green Skills adalah pengetahuan, kemampuan, nilai dan sikap yang mampu mendukung serta mengembangkan kehidupan berkelanjutan dengan menghemat sumber daya.

Artinya, Green Skills juga berkaitan dengan mindset atau pola pikir menuju keberlanjutan lingkungan. Jika menengok data yang dirilis Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) PBB, tindakan yang kita lakukan selama sepuluh tahun ke depan akan menentukan apakah planet yang kita huni saat ini layak atau tidak menjadi ruang hidup oleh generasi mendatang.

Mindset ini cukup luas. Tak cukup memahami konsep hemat energi dan transisi menuju rendah karbon namun juga bagaimana Green Skills yang kita miliki mengubah sistem ekonomi konvensional menuju ekonomi hijau.

Global Green Skills Report 2023 by Linkedin menyebut bahwa hanya 1 dari 8 pekerja (secara global) yang menerapkan Green Skills. Angka tersebut tentu menjadi tentangan, sehingga mindset ini perlu dipahami oleh seluruh generasi.

Mindset Green Skills, Mengapa Penting?

Seperti disinggung di awal, Green Skills sangat penting dipahami karena mencakup pengetahuan tentang kemampuan untuk pembangunan berkelanjutan.

Keterampilan ini memainkan peran dalam banyak sektor, terkait energi terbarukan, pengelolaan limbah, pertanian berkelanjutan, dan lain sebagainya. Sehingga dengan memahami Green Skills akan membuat masyarakat mengurangi ketergantungan dengan energi bahan tak ramah lingkungan, inovasi hijau, hingga menjadi masyarakat yang tangguh.

Dampak minimnya pengetahuan soal Green Skills secara gamblang dapat dilihat di Yogyakarta misalnya masalah sampah tak kunjung terselesaikan. Masyarakat dan pemerintah saling menuntut dan menyalahkan. Sementara di pesisir utara laut Jawa, banjir rob dari perubahan iklim dan faktor lain menjadi bencana yang menenggelamkan sebagian wilayah Demak, Jawa Tengah.

Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, banyak perusahaan yang mencari kandidat dengan Green Skills mindset. Data yang dirilis Bappenas menunjukkan tahun 2022, memproyeksikan kebutuhan tambahan tenaga kerja dengan keterampilan tersebut sekitar 1,8 juta hingga 4,4 juta di tahun 2030.

Deloitte bersama Institute of Environmental Management and Assessment (IEMA) dalam risetnya pada tahun 2022 menyebutkan pencarian kerja berbasis Green Skills meningkat dua digit di UK.

Hal tersebut relevan dalam mengurangi risiko finansial yang dihadapi oleh masyarakat, dalam riset Lucas Bretschger tahun 2013 yang berjudul Population Growth and Natural-Resouce Scarcity menyebutkan meningkatnya populasi di dunia yang tentu kebutuhan energi tak terbarukan juga demikian. Namun hal itu tidak akan memperburuk kondisi jika kebiasaan menuju transisi energi dan perubahan perilaku konsumsi (Green Skills). Lebih lanjut, Green Skills menjadi solusi sistem finansial.

I consider an economy that is constrained by the use of natural resources and driven by knowledge accumulation. Resources are essential inputs in all sectors. I show that population growth and poor input substitution are not detrimental but, on the contrary, are even necessary to obtain a sustainable consumption level. I find a general rule to define the conditions for a constant innovation rate. The rule does not apply to capital but to labor growth, which is the crucial input in research.

Pengetahuan Green Skills dalam Kajian Ilmu Komunikasi

Green Skills mendapat prioritas dalam kajian Ilmu Komunikasi. Kajian tersebut dipelajari secara utuh dalam Komunikasi Lingkungan (Environmental Communication).

Secara umum Komunikasi Lingkungan berisikan materi terkait strategi komunikasi yang mendukung penyususnan kebijakan, partisipasi, hingga implementasinya dalam lingkungan.

Hal ini memungkinkan mahasiswa Ilmu Komunikasi memahami isu-isu lingkungan yang kompleks dan memperkuat perannya sebagai individu maupun di organisasi dalam tata Kelola lingkungan. Dengan keterampilan tersebut harapannya lulusan sarjana Ilmu Komunikasi mampu mempengaruhi opini publik hingga menawarkan problem solving.

Di Prodi Ilmu Komunikasi UII, beberapa dosen yang concern pada bidang tersebut antara lain Dr. Anang Hermawan, Dr. Zaki Habibi, dan Muzayin Nazaruddin, S.Sos., MA., (Ph.D candidate).

Bagaimana Comms, tertarik untuk mempelajari lebih lanjut soal Green Skills?