Empat tahun berlalu skripsi alumni Ilmu Komunikasi UII menjadi perhatian publik. Riset berjudul Simbolisme Bromance Raditya Dika dan Pandu Winoto dalam Channel YouTube Raditya Dika membawa Pandu Bagus Pratama duduk di studio dalam podcast Raditya Dika.
Ia diundang oleh Raditya Dika untuk melakukan rekaman podcast pada 17 Februari 2025, akhirnya podcast bertajuk Saya dan Pandu Jadi Objek Penelitian tayang pada 28 Februari lalu.
Menariknya, banyak hal-hal yang tak terungkap dalam podcast tersebut. Ia mengaku gugup harus berhati-hati untuk menghindari komentar yang tak diinginkan oleh netizen di kolom komentar.
Hal yang tak terungkap di Podcast Raditya Dika
Menariknya, sejak awal Pandu ingin memberitahu Raditya Dika tentang skripsi yang telah digarap. Namun, keinginan itu dikubur dalam-dalam karena ia berfikir tak akan direspon. Ternyata, keinginannya justru terwujud lewat unggahan Raditya Dika di Instagram.
Selengkapnya: https://communication.uii.ac.id/simbolisme-bromance-raditya-dika-dan-pandu-winoto-dalam-channel-youtube-raditya-dika/
“Dari dulu sebenarnya sudah ingin mengirim DM Bang Radit tapi kayaknya enggak mungkin deh. Gak mungkin direspon segala macem,” ujarnya saat dihubungi lewat Zoom Meeting.
Selain itu, Pandu yang terlihat banyak lupa dengan isi skripsinya bukan karena tak membaca ulang hal itu dilakukan agar podcast berjalan natural. Empat tahun berlalu akan sangat tidak realistis jika hafal keseluruhan.
“Sebenarnya lupanya bukan karena aku lupa udah lama, lupanya karena nervous. Sedikit (membaca ulang) enggak terlalu, karena aku memang ingin natural,” ucapnya.
Proses pembuatan podcast berlangsung singkat, tim dari Raditya Dika hanya memberikan briefing untuk mengikuti alur pertanyaan yang dilontarkan Raditya Dika maupun Pandu Winoto.
“Itu benar-benar natural banget, sama tim debriefing dulu “kamu nanti ikuting Bang Radit saja”. Sebelumnya juga enggak ngobrol dulu sama Bang radit Bang Pandu. Dan setelah itu juga enggak ketemu lagi, ngobrol dikit selesai,” katanya mengingat proses take video podcast.
Pembawaan Pandu yang malu-malu dan sedikit gugup bukan tanpa alasan. Podcast tersebut akan ditonton netizen di seluruh Indonesia.
“Itu memang aku ditanya malu-malu, memang aku tidak mau ngebuka semuanya. Malu lah, kalo semua dijawab. Aku bawa diriku sendiri dan ada nama kampus, nama-nama teman aku takutnya mereka kebawa aku jadi beban, aku enggak mau,” jelas Pandu
Meski demikian, undangan dari raditya Dika tak disia-siakan. Baginya itu merupakan peluang dan kesempatan emas.
“Yang aku harapkan enggak usah muluk-muluk itu priviledge banget, aku juga ngefans sama bang Radit sama bang Pandu dan suka nonton kontennya. Dan ke depannya pasti aku dapet relasi dari hal itu, mungkin ada kerjaan atau sekedar kenalan saja tidak apa-apa. Dan ternyata memang benar setelah diundang ada yang hubungin, kenal juga sama timnya beberapa. Jadi lebih banyak orang yang tahu,” tandasnya.
Ternyata setelah podcast tayang, jumlah pengikutnya di media sosial mengalami kenaikan mesti tak banyak.
“Pasti (followers Instagram meningkat) meskipun tidak banyak, ratusan sih. Tapi trafficnya naik banget. Tiba-tiba ada orang random mengirim DM,” tandasnya.
Bagi kamu yang penasaran dengan podcast alumni Ilmu Komunikasi, klik laman berikut ya Comms: https://www.youtube.com/watch?v=cQZqoUI2PDo