Gara-gara Skripsinya yang Unik Alumni Ilkom Diundang Podcast Raditya Dika, Bagaimana Prosesnya?

Empat tahun berlalu skripsi alumni Ilmu Komunikasi UII menjadi perhatian publik. Riset berjudul Simbolisme Bromance Raditya Dika dan Pandu Winoto dalam Channel YouTube Raditya Dika membawa Pandu Bagus Pratama duduk di studio dalam podcast Raditya Dika.

Ia diundang oleh Raditya Dika untuk melakukan rekaman podcast pada 17 Februari 2025, akhirnya podcast bertajuk Saya dan Pandu Jadi Objek Penelitian tayang pada 28 Februari lalu.

Menariknya, banyak hal-hal yang tak terungkap dalam podcast tersebut. Ia mengaku gugup harus berhati-hati untuk menghindari komentar yang tak diinginkan oleh netizen di kolom komentar.

Hal yang tak terungkap di Podcast Raditya Dika

Menariknya, sejak awal Pandu ingin memberitahu Raditya Dika tentang skripsi yang telah digarap. Namun, keinginan itu dikubur dalam-dalam karena ia berfikir tak akan direspon. Ternyata, keinginannya justru terwujud lewat unggahan Raditya Dika di Instagram.

Selengkapnya: https://communication.uii.ac.id/simbolisme-bromance-raditya-dika-dan-pandu-winoto-dalam-channel-youtube-raditya-dika/

“Dari dulu sebenarnya sudah ingin mengirim DM Bang Radit tapi kayaknya enggak mungkin deh. Gak mungkin direspon segala macem,” ujarnya saat dihubungi lewat Zoom Meeting.

Selain itu, Pandu yang terlihat banyak lupa dengan isi skripsinya bukan karena tak membaca ulang hal itu dilakukan agar podcast berjalan natural. Empat tahun berlalu akan sangat tidak realistis jika hafal keseluruhan.

“Sebenarnya lupanya bukan karena aku lupa udah lama, lupanya karena nervous. Sedikit (membaca ulang) enggak terlalu, karena aku memang ingin natural,” ucapnya.

Proses pembuatan podcast berlangsung singkat, tim dari Raditya Dika hanya memberikan briefing untuk mengikuti alur pertanyaan yang dilontarkan Raditya Dika maupun Pandu Winoto.

“Itu benar-benar natural banget, sama tim debriefing dulu “kamu nanti ikuting Bang Radit saja”. Sebelumnya juga enggak ngobrol dulu sama Bang radit Bang Pandu. Dan setelah itu juga enggak ketemu lagi, ngobrol dikit selesai,” katanya mengingat proses take video podcast.

Pembawaan Pandu yang malu-malu dan sedikit gugup bukan tanpa alasan. Podcast tersebut akan ditonton netizen di seluruh Indonesia.

“Itu memang aku ditanya malu-malu, memang aku tidak mau ngebuka semuanya. Malu lah, kalo semua dijawab. Aku bawa diriku sendiri dan ada nama kampus, nama-nama teman aku takutnya mereka kebawa aku jadi beban, aku enggak mau,” jelas Pandu

Meski demikian, undangan dari raditya Dika tak disia-siakan. Baginya itu merupakan peluang dan kesempatan emas.

“Yang aku harapkan enggak usah muluk-muluk itu priviledge banget, aku juga ngefans sama bang Radit sama bang Pandu dan suka nonton kontennya. Dan ke depannya pasti aku dapet relasi dari hal itu, mungkin ada kerjaan atau sekedar kenalan saja tidak apa-apa. Dan ternyata memang benar setelah diundang ada yang hubungin, kenal juga sama timnya beberapa. Jadi lebih banyak orang yang tahu,” tandasnya.

Ternyata setelah podcast tayang, jumlah pengikutnya di media sosial mengalami kenaikan mesti tak banyak.

“Pasti (followers Instagram meningkat) meskipun tidak banyak, ratusan sih. Tapi trafficnya naik banget. Tiba-tiba ada orang random mengirim DM,” tandasnya.

Bagi kamu yang penasaran dengan podcast alumni Ilmu Komunikasi, klik laman berikut ya Comms: https://www.youtube.com/watch?v=cQZqoUI2PDo

Battle of the Best 2025

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UII, Dzaki Muhammad Arafat berhasil membawa pulang medali perak dalam kompetisi nasional sepatu roda.

Ia menempati posisi kedua kategori freestyle slide senior men dalam “Battle of the Best 2025” yang digelar di PTC Mall Palembang pada 21-25 Februari 2025 lalu.

Battle of the Best 2025 merupakan Inline Freestyle National Championship yang cukup populer dalam komunitas sepatu roda di Indonesia.

Beberapa bulan terakhir Dzaki tercatat wara-wiri dalam berbagai kompetisi sepatu roda. Mulai dari Piala Ibu Negara di Bandung hingga PON Aceh September lalu. Meski demikian langkahnya tak selalu mulus, kegagalan juga sempat dialaminya. Maka, prestasi di Battle of the Best 2025 menjadi hadiah atas kegigihannya.

“Sudah ke sekian kalinya (mengikuti kompetisi), Sebelumnya mengikuti kejuaraan Piala Ibu Negara di Bandung membawa provinsi DI Yogyakarta dengan meraih medali perak dan Bulan September lalu mengikuti Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI di Aceh membawa provinsi DI Yogyakarta,” ujarnya.

Mahasiswa angkatan 2021 tersebut mengaku telah menekuni olahraga sepatu roda sejak duduk di bangku sekolah dasar. Ia juga pernah bergabung dalam sebuah klub untuk mengasah skillnya.

“⁠Semenjak kelas 3 SD saat di Lampung usia 9 tahun,” tambahnya.

Di tengah-tengah kesibukannya menggarap skripsi Dzaki mengaku kesulitan membagi waktu untuk berlatih. Meski demikian keduanya menjadi prioritasnya, ia berlatih secara rutin setiap malam.

“Mengatur waktu kuliah dengan latihan sangat sulit dan harus mempertimbangkan banyak hal tetapi kalau semua bisa di manage dengan baik pasti bisa dijalani dengan teratur, seperti kuliah dari pagi sampai sore dan waktu latihan pada malam hari,” ucap Dzaki.

Belajar dari pengalaman sebelumnya, kompetisi ini berhasil ditaklukkan. Pada kesempatan ini Dzaki mengaku senang. Pengalaman bertemu dengan atlet-atlet nasional menambah wawasan dan relasi baru untuknya.

“Kesan dalam kompetisi ini sangat senang dan meriah karna bisa bertemu dengan teman-teman dari berbagai provinsi,” tandasnya.

Saat ini Dzaki tak tergabung dalam klub manapun sehingga ia bisa mewakili provinsi manapun dengan perjanjian kontrak. Dalam Battle of the Best 2025 dirinya menerima kontrak dari klub Joglos Yogyakarta.

Komik

Kasus pelecehan seksual di Indonesia menjadi isu yang terus disuarakan. Berbagai gerakan untuk penuntasan dan penegakan keadilan berkali-kali dilakukan oleh masyarakat sipil.

Data yang ditampilkan pada Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni-PPA) sepanjang tahun 2025 (1 Januari – 4 Maret) jumlah kasus kekerasan seksual yang tercatat (dilaporkan) mencapai 1.721 dengan korban perempuan maupun laki-laki.

Resah dengan kondisi kekerasan seksual yang tak kunjung mereda, dua mahasiswa Ilmu Komunikasi memilih membuat komik edukatif terkait pelecehan seksual sebagai syarat kelulusan atau setara dengan skripsi.

Dua mahasiswa tersebut adalah Hanifatul Ilmi (Ilmi) yang menciptakan komik berjudul Tiga Permata Luxiya. Segmentasi dalam komik ini adalah anak-anak, ceritanya yang unik perpaduan fiksi dan keseharian memberikan contoh yang mudah diterima.

Komik selanjutnya berjudul The Unbearable Unkindness: Sexual Violence Educational Comic yang digarap olehKiko Javier (Kiko). Menyasar pembaca usia 18 tahun ke atas, cerita yang disajikan cukup beragam mulai dari pelecehan di tempat kerja hingga bullying di tempat umum.

Meet the Authors

Kenapa memilih komik sebagai tugas akhir kamu? apakah kamu sudah lama menekuni bidang ini?

Ilmi       : Pemilihan komik sebagai tugas akhir karena melihat peluang berkarya lewat komik dari karya terdahulu milik Bang Rosi yang berjudul Tata Basa. Dulu saya tidak tau kalau di UII bisa projek komik juga, saya baru mengetahui di UII bisa membuat komik dari Pak Ali di kelas Penulisan Kreatif. Kebetulan saya hobi gambar dari kecil, dan beberapa kali menerbitkan komik pemula di Webtoon Canvas.

Kiko       : Saya memilih komik karena saya merasa komik adalah medium yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan. Visual dan narasi dalam komik dapat membuat topik yang berat atau kompleks lebih mudah diakses dan dipahami oleh banyak orang. Saya sudah tertarik dengan komik sejak lama, baik sebagai pembaca maupun sebagai pembuat, dan saya merasa bahwa menggabungkan minat saya dengan tugas akhir bisa menjadi cara yang baik untuk mengeksplorasi lebih dalam dan memperdalam keterampilan saya.

Alasan utama kamu mengabil isu pelecehan seksual?

Ilmi       : Karena marak banget pelecehan seksual baik di media online maupun lingkungan saya. Menargetkan anak usia sekolah dasar, karena banyak kejadian anak sekolah yang “dianggap remeh”, namun berdampak besar dikemudian hari. Seperti pada episode mengibaskan rok, itu baru satu contoh kejadian di sekolah yang saya tuangkan dalam komik, masih banyak yang belum saya tuangkan.

Kiko       : Isu pelecehan seksual adalah masalah yang sangat relevan dan penting untuk dibahas, terutama dalam konteks kesadaran sosial yang terus berkembang. Saya merasa banyak orang yang masih belum sepenuhnya memahami dampak yang ditimbulkan oleh pelecehan seksual, dan banyak korban yang merasa kesulitan untuk berbicara tentang pengalaman mereka. Dengan memilih isu ini, saya berharap bisa memberikan ruang bagi percakapan tentang trauma dan pentingnya empati, serta mengedukasi masyarakat tentang cara-cara mencegahnya.

Inspirasi membuat komik tersebut dan prosesnya berapa lama?

Ilmi       : Inspirasi karya ini, dari kejadian tahun 2009 di sekolah dasar, saya melihat kakak kelas yang mengangkat rok teman sekelasnya dan dilihat banyak anak. Lama pengerjaan komik 1,5 tahun, dengan semua yang saya lalui, kerja offline, dan masih banyak lainnya.

Kiko       : Inspirasi saya datang dari pengalaman korban pelecehan seksual yang bersuara di media sosial dan kisah nyata yang sering saya dengar dari teman-teman maupun berita yang ada di sekitar kita. Saya ingin menciptakan sebuah narasi yang bisa menggugah emosi dan membuat pembaca lebih peka terhadap isu ini. Proses pembuatan komik ini memakan waktu sekitar satu tahun, dari riset awal, penulisan cerita, hingga tahap ilustrasi dan finishing. Selama proses itu, saya banyak berdiskusi dengan dosen pembimbing untuk memastikan cerita yang saya angkat tetap akurat dan sensitif.

Harapanmu dengan terbitnya komik ini?

Ilmi       : Harapan saya, jika ada penerbit yang mau menerbitkan komik ini, saya harap dapat melibatkan idola saya, Ochi Rosdiana untuk mendapatkan royalti. Karena beliau, saya dapat menyelesaikan komik dengan penuh inspirasi hanya dengan memasukkan nama Rosdiana ke dalam komik saya.

Kiko       : Saya berharap komik ini bisa membuka mata banyak orang tentang pentingnya menghargai batasan dan mengenali tanda-tanda pelecehan seksual. Saya juga ingin komik ini bisa menjadi sarana edukasi dan refleksi diri bagi pembaca. Dengan terbitnya komik ini, saya berharap lebih banyak orang yang merasa terdorong untuk berbicara dan mendukung korban pelecehan, serta mendorong adanya perubahan dalam cara kita memperlakukan satu sama lain.

Penasaran dengan karya-karya yang diciptakan mahasiswa Ilmu Komunikasi UII? Kamu bisa mengaksesnya melalui PDMA Nadim ya Comms.

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Exchange ke University of Pisa, ‘Mengenalkan Dangdut hingga Aksi Solidaritas Palestina’

Guevara Tamtaka Warih Sadana mahasiswa Ilmu Komunikasi UII telah menyelesaikan exchange program di University of Pisa, Italia pada akhir tahun 2024 lalu. Banyak cerita dan pengalaman menarik yang ia dapatkan. Mulai dari cerita tentang pengalaman akademik dan non akademik.

Kegiatan belajar di University of Pisa cukup berbeda dengan di Indonesia. Menurut pengakuan Guevara, ia tak mendapat tugas setelah usai kelas. Bahkan hampir seluruh ujian dilakukan secara lisan. Tentu saja ini tantangan mengasah skill komunikasi hingga memetakan konsep berfikir logis agar pertanyaan terjawab dengan tepat.

Soal kultur di Italia cara berkomunikasi antara mahasiswa dan dosen dinilai lebih luweh. Meski demikian menjaga etika adalah utama.

Hal menarik lain dari pengalaman 6 bulan di Italia adalah keterlibatannya dalam beberapa kegiatan sosial. Ia sempat menjadi konseptor suatu even dan memasukkan musik dangdut dalam program tersebut. Sementara untuk aksi sosial ia turut bergabung dalam solidaritas untuk hak saudara-saudara di Palestina.

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Exchange ke University of Pisa, ‘Mengenalkan Dangdut hingga Aksi Solidaritas Palestina’

IISMA University of Pisa. Foto: Dok Pribadi

Penasaran dengan ceritanya? Simak cerita dari Guevara,

Insight yang kamu dapatkan dari exchange di University of Pisa?

Selama 6 bulan menjalani program pertukaran di Pisa, aku belajar banyak hal. Mulai dari komunikasi yang lebih cair, berpikir kritis dan reflektif (dari matkul filsafat), lebih peka terhadap budaya, dan sadar kalau belajar tidak hanya soal akademik, tapi juga tentang memahami diri sendiri.

Terkait kultuk akademik, apa hal yang berbeda dengan di Indonesia?

Untuk kultur belajar di sini aku rasa kurang lebih sama dengan Indonesia. Yang membedakan adalah di sini tidak ada tugas, mahasiswa diwajibkan untuk belajar mandiri (tapi tidak sedikit yang baru mulai belajar ketika mendekati ujian hahaha). Komunikasi ke dosen lebih luwes, mungkin karena di sini semua orang santai dan unggah-ungguhnya tidak sekeras Indonesia, tapi tetap aja nggak boleh semena-mena ke dosen, hahahah! Yang terakhir, semua ujian dilakukan dengan lisan (setidaknya semua ujianku lisan, walaupun ada satu atau dua matkul temanku yang ujian tertulis). Menurutku ini agak menyebalkan karena bisa saja dosennya bias terhadap siswanya sehingga nilainya tergantung mood dosen.

Selain kegiatan akademik, pengalaman sosial apa yang telah didapatkan?

Salah satu kegiatan yang aku lakukan di Pisa adalah menjadi panitia acara CULTURISE untuk memperingati hari pahlawan. Aku berperan di divisi kreatif, dan acaranya seru banget! Kami berbagi pengetahuan tentang pahlawan-pahlawan indonesia, menyajikan makanan tradisional, salah satunya pecel (ternyata orang luar negeri suka pecel juga, guys!), serta memperkenalkan budaya indonesia lewat berbagai booth, seperti batik (praktik nyanting), wayang, dan aksara kuno (lontara, sunda, dan jawa!). Yang terakhir, kami juga menampilkan seni tari Indonesia, lho! Aku bertanggung jawab mengonsep semua hal yang berhubungan dengan aspek kreatif dan (yang paling penting) mengajari bule lagu-lagu dangdut!

Selama 6 bulan, salah satu pengalaman yang paling berkesan adalah mengikuti protes solidaritas untuk Palestina, di mana kami berjalan cukup jauh untuk menyebarkan kesadaran akan penindasan saudara-saudari kita di sana. Viva Palestine!

Pesan untuk memberi semangat teman-teman di Prodi Ilmu Komunikasi UII

Kejarlah pengalaman sebanyak mungkin, sejauh mungkin. Keluarlah dari zona nyamanmu itu. Keluarlah dari desamu, kotamu, provinsimu, pulaumu, atau negaramu. Jangan biarkan kakimu mengakar, kobarkanlah, biarkan mengembara dan berlayar! Tetaplah kau hunus tekadmu macam semangat Sisifus, kepakkanlah harapanmu macam sayapnya Icarus! Penuhi hidupmu dengan momen-momen berharga! Kejar mimpimu!

Itulah secuil pengalaman seru dari Guevara selama menjalani exchenge program di Italia, bagaiamana tertarik mengikuti jejaknya, Comms?

 

Chandigarh University India

Dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII, Dr. Herman Felani, S.S., M.A. berkesempatan menjadi guest lecture di Chandigarh University, India pada 1 hingga 14 Februari 2025. Berbagai agenda akademik dilakukan mulai pengajaran rutin, workshop, hingga mengisi podcast.

Program bertajuk International Faculty Exchange Program (IFEP) di Chandigarh University India tersebut merupakan momen bagi para akademisi khususnya dosen bidang tertentu yang akan melakukan pengajaran setidaknya dua minggu.

Dengan background pendidikan Sastra hingga American Studies, Dr. Herman Felani ditempatkan di program studi yang mempelajari sastra di University Institute of Liberal Arts and Humanities. Tugas utama di fakultas tersebut mengajar dua kelas yakni untuk kelas Master dan Doktoral.

“Bekerja lintas prodi, mereka melihat latar belakang American Studies jadi bertemu mahasiswa S3 jurusan (English) Sastra Inggris dan Masternya English literature. Tapi kajian riset mereka ada hubungannya dengan media,” ujarnya.

Di kelas Master, Dr. Herman Felani banyak memberikan materi terkait pengembangan penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa. Secara umum riset sastra di Chandigarh University lebih banyak dilakukan pada objek printed material, melihat hal tersebut perspektif terkait objek visual dan media digital dibahas lebih mendalam. Sementara di program Doktoral yang berisi 12 mahasiswa, lebih dominan dengan sesi konsultasi terkait disertasi.

Culture Akademik India dan Segala Stereotypenya

Chandigarh University merupakan private university terbaik di India, berjarak sekitar 20 kilometer dari pusat kota 80 persen mahasiswa tinggal di asrama. Culture akademik di sana memungkinkan para mahasiswa mendapat pengalaman internasional. Pasalnya, lewat program IFEP ratusan dosen dan profesor di seluruh dunia dihadirkan setiap tahun.

Dari cerita Dr. Herman Felani inisiatif belajar yang tinggi tak hanya ditunjukkan oleh mahasiswa dan dosen saja, bahkan staf turut bergabung dalam beberapa workshopnya.

Dalam momen workshop Expert Talk: Real vs Reel ‘Perspectives on the Contemporary Digital’ yang dihadiri oleh mahasiswa, dosen, dan staf menjadi momen interaktif. Pro kontra media sosial hingga perkembangan AI yang akan mempengaruhi kreativitas manusia menjadi topik yang menarik untuk diperdebatkan.

Agenda lainnya yakni workshop khusus dosen dan mahasiswa yang akan mempublikasikan hasil risetnya pada jurnal internasional. Topiknya tentu masih berhubungan dengan kajian film dan media digital.

“Bagaimana memasukkan film, media digital, komunikasi visual ke dalam kajian riset sastra dan bahasa linguistik diberikan ke mahasiswa S3 dan dosen,” ucapnya.

“Kesempatan itu saya gunakan untuk networking mencari editor serta artikel untuk jurnal kita baik AJMC, Jurnal Komunikasi, dan Jurnal Cantrik. Dan ada beberapa dosen yang bersedia menjadi editor kita dari Jordan, Kazmir,” tambahnya.

Lantas bagaimana tentang stereotype di India yang banyak ditampilkan di media sosial? Nyatanya dari pengalaman Dr. Herman Felani semua itu terpatahkan.

“Selama ini kita punya stereotype tertentu tentang india di sosmed kita melihat makanannya yang tidak higienis, street food yang begitu, dan orangnya unik-unik. Menariknya stereotype buat saya yang datang sebagai educator melihatnya semua terpatahkan. Dari sisi keamanan juga sangat baik,” tandasnya.

Hari Peduli Sampah Nasional 2025, Bagaimana Ilmu Komunikasi Berkontribusi?

Tanggal 21 Februari diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN), momentum ini menjadi refleksi untuk bijak terhadap sampah yang kita hasilkan hingga dampaknya terhadap lingkungan.

HPSN diinisiasi oleh Kementeroan Lingkungan Hidup dan Kehutanan atas insiden longsornya gundukan sampah setinggi 60 meter dan panjang 200 meter di TPA Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat pada 21 Februari 2005. Akibatnya, puluhan rumah berjarak 1 kilometer tertimbun dan 157 orang dinyatakan meninggal dunia.

Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2024, dari 277 kabupaten/kota si Indonesia mencatat timbunan sampah nasional mencapai 28,98 juta ton. Sementara timbunan sampah nasional 38,08 persen atau 11,03 juta ton.

Berbagai upaya penanganan sampah dilakukan, mulai dari pengelolaan sampah rumah tangga hingga inovasi Bank Sampah (di Indonesia sejak 2008), Mesin Prolisis (mengubah sampah menjadi bahan bakar), Startup Pengelolaan Sampah dan berbagai inovasi di setiap daerah.

Lantas bagaimana Ilmu Komunikasi turut berkontribusi dalam penyelesaian persoalan ini?

Dalam beberapa kajian seperti Komunikasi Pemberdayaan, Literasi Media, hingga Komunikasi Lingkungan cukup aplikatif dalam mengurai persoalan dan mampu memberi tawaran solusi.

Ilmu Komunikasi memang tidak menciptakan mesin penghancur sampah, namun dengan kajian ini mindset green skill menjadi modal awal.

Selengkapnya: https://communication.uii.ac.id/mengenal-green-skills-mindset-penting-untuk-dipahami-seluruh-generasi/

Kontribusi Ilmu Komunikasi dalam Isu Lingkungan

Di Prodi Ilmu Komunikasi UII, beberapa dosen aktif mendalami isu lingkungan dan pemberdayaan. Untuk mengetahui informasi tersebut dapat diakses pada link https://communication.uii.ac.id/dosen/

Beberapa pemberdayaan yang pernah dilakukan juga fokus dalam penyelesaian isu sampah di Yogyakarta. Misalnya Kampanye Media Sosial Guna Penanganan Sampah di Kota Yogyakarta yang dilakukan oleh Ida Nuraini Dewi Kodrat Ningsih, S.I.Kom, M.A.

Jumlah produksi sampah di DIY yang terus meningkat menjadi masalah yang tak terselesaikan. Data menunjukkan tahun 2019 produksi sampah mencapai 644,69 ton per hari, sementara 2023 meningkat menjadi 1.231,55 ton perhari. Jumlah tersebut didominasi oleh sampah sisa produksi rumah tangga. Sayangnya, hal ini tak menjadi perhatian serius bagi masyarakat.

Menggandeng Dinkominfosan Kota Yogyakarta untuk melakukan kampanye di media sosial terkait penanganan sampah. Hal ini dilakukan dengan pelatihan pembuatan konten video edukasi yang mendorong kesadaran masyarakat. Strategi yang digunakan adalah third party endorser, yakni sebuah lembaga menggunakan suara pihak ketiga guna mendukung program. Pemberdayaan ini dilakukan sejak April hingga Oktober 2024.

Pengabdian lainnya dilakukan oleh Narayana Mahendra Prastya, S.Sos, M.A yakni Sosialisasi Pengelolaan Sampah Secara Mandiri di Kota Yogyakarta. Dilatarbelakangi oleh ditutupnya TPA Piyungan membuat masyarakat di Yogyakarta kebingungan.

Sosialisasi yang dilakukan terkait pembuatan ecobrick, pengelolaan sampah plastik, serta promoting zero waste lifestyle dilakukan di tiga kelurahan (Wirobrajan, Karangwaru, Baciro) menggandeng mahasiswa Ilmu Komunikasi dilakukan pada mulai Mei hingga Juni 2024. Dengan sosialisasi tersebut harapannya, masyarakat di Yogyakarta mampu menangani masalah sampah secara mandiri.

Di UII, kampanye terkait kesadaran lingkungan turut dilakukan dengan tajuk UII Mengerti Bumi. UII Mengerti Bumi adalah sebuah inisiatif yang mengajak seluruh civitas akademika UII untuk lebih memahami dan menghargai bumi serta kelestariannya. Mengangkat isu pentingnya kesadaran akan pengelolaan lingkungan yang keberlanjutan, serta mendorong tindakan nyata untuk menjaga kelestarian bumi.

Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Terima Gelar Profesor Bidang Komunikasi Publik

Kabar Bahagia datang dari civitas akademika Universitas Islam Indonesia (UII), salah satu dosen dari Prodi Ilmu Komunikasi menerima gelar akademik tertinggi profesor.

Melalui SK Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 136905/M/07/2024 tentang kenaikan jabatan akademik dosen Dr. Subhan Afifi, S.Sos., M.Si resmi meraih gelar guru besar atau profesor dengan kepakaran Komunikasi Publik.

Seremonial penerimaan SK Profesor telah dilakukan pada Selasa, 18 Februari 2025 oleh Rektor Universitas Islam Indonesia, Prof. Fathul Wahid di Gedung Kuliah Umum Sardjito.

Dengan capaian yang diraih Dr. Subhan Afifi, S.Sos., M.Si, Prodi Ilmu Komunikasi UII telah mencatatkan dua profesor dalam kurun dua tahun terakhir. Ini merupakan prestasi yang patut untuk disyukuri.

Prof. Dr. Subhan Afifi, S.Sos., M.Si.

Klaster Riset
Health Communication, Public Relations, Islamic Communication

Pendidikan
S1 Universitas Diponegoro
S2 Universitas Indonesia
S3 University of Malaya

Visiting Professor

Workshop bertajuk Writing for International Semiotic Journals menjadi penanda dimulainya perjalanan Magister Ilmu Komunikasi (MIKOM) UII. Mengundang Prof. Kristian Bankov pada visiting professor perdana, workshop ini adalah rangkaian soft launching yang digelar pada 15 Februari 2025.

Dalam sesi ini Prof. Kristian Bankov membicarakan berbagai kiat-kiat dalam menulis riset yang ditujukan untuk publikasi di jurnal internasional. Topik riset yang dibahas fokus terhadap kajian semiotik sesuai kepakarannya.

Kristian Bankov tercatat sebagai profesor dari Southeast European Center for Semiotic Studies, New Bulgarian University. Ia menyebut jika memahami konteks secara menyeluruh menjadi hal utama yang mendukung pengembangan riset semiotik.

“Understanding the context the big turning point in the development of this large language model (your project) to discover this attention makes it easy in this is very semiotics project,” ungkap Prof. Bankov saat membuka workshop.

Kelihaian dalam menulis paper tidak bisa didapatkan secara instan, meski demikian menulis dan riset adalah hal fundamental bagi program master. Sehingga kolaborasi skala internasional bisa menjadi pendukung yang tepat.

Workshop

Visiting Professor Perdana di Program MIKOM UII. Foto: Lab Ilmu Komunikasi UII

Resume Workshop

  1. Penulisan akademis sangat penting bagi mahasiswa pascasarjana, dan pengalaman diperoleh melalui praktik, kolaborasi, dan keterlibatan kritis.
  2. Mengembangkan tesis yang jelas, menggunakan sumber-sumber yang dapat diandalkan, dan mempertahankan ketelitian akademis merupakan hal yang mendasar.
  3. Peran AI dalam meningkatkan kemampuan menulis, tetapi tidak menggantikan proses kreatif, diakui.
  4. Pentingnya memilih jurnal yang tepat berdasarkan profil dan fokusnya.

Aturan Dasar untuk Menulis Paper Akademik yang Baik

  1. Tentukan pertanyaan penelitian atau pernyataan tesis
  2. Lakukan melalui penelitian
  3. Kembangkan struktur yang logis
  4. Menjaga ketelitian dan objektivitas akademik
  5. Gunakan kutipan dan referensi yang tepat

Tentukan Pertanyaan Penelitian atau Pernyataan Tesis

  1. Pilihlah topik yang jelas, terfokus, dan dapat diteliti
  2. Rumuskan pernyataan tesis yang kuat yang mengekspresikan argumen utama atau tujuan riset
  3. Pastikan pertanyaan penelitian orisinil, penting, dan dapat dijawab dengan ruang lingkup makalah

Menjaga Ketelitian dan Objektivitas Akademik

  1. Gunakan bahasa yang formal, jelas, dan tepat
  2. Hindari klaim yang terlalu subjektif kecuali secara eksplisit diperlukan
  3. Dukung argumen dengan bukti yang kredibel, bukan opini pribadi
  4. Mengakui argumen tandingan dan mengatasinya secara logis

Di sesi terakhir Prof. Kristian Bankov mengajak para peserta untuk berfikir realistis, tak masalah memiliki ide yang cemerlang namun mengelola ekspektasi perlu menjadi perhatian.

“I mean you think you discovered something great and this is very good. It’s the beginning but very often your enthusiasm meets the reality the real world is that there are so many writing about this topic or that you are not consistent enough in identifying the research potential of this topic lack of experience goes to the gap between expectations and how selfconfidence and reality,” tegasnya.

Workshop sekaligus soft launching MIKOM UII dihadiri oleh kolega dari berbagai universitas antara lain Universitas Gadjah Mada, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, UPN Veteran Yogyakarta, Universitas Muhamadiyah Yogyakarta, hingga Universitas Pakuan.

Sebelumnya, salah satu dosen MIKOM UII Muzayin Nazaruddin S.Sos., MA., Ph.D juga turut mengisi sesi workshop dengan berbagi topik-topik disertasi di Tartu University, Estonia yang mengambil kajian semiotic kebencanaan.

Magister Ilmu Komunikasi

Prodi Ilmu Komunikasi UII telah melakukan soft launching Magister Ilmu Komunikasi (MIKOM) pada 14 dan 15 Februari 2025. Di momen yang bersejarah ini, visiting professor menjadi program pertama yang menandai pendirian dan perjalanan MIKOM.

Visiting professor akan menjadi program rutin, pada kesempatan pertama Kristian Bankov seorang profesor dari Southeast European Center for Semiotic Studies, New Bulgarian University.

Tercatat pendirian MIKOM telah diinisiasi sejak awal tahun 2023. Setelah melalui berbagai proses administrasi akhir 2024 SK MIKOM akhirnya telah diterbitkan oleh Kemenristekdikti. Salah atu tim pendiri MIKOM yakni, Prof. Subhan Afifi bersama anggota lainnya menyebut telah melakukan benchmarking ke beberapa universitas dalam dan luar negeri.

“We did benchmarking with Universitas Indonesia, Universitas Multimedia Nusantara, LSPR, dan NUS in Singapura. We want to learn about the program master communication,” ujar Prof. Subhan Afifi.

Setelah melakukan persiapan secara matang, MIKOM UII akan menjadi jenjang S2 yang fokus pada Master Environmental and Digital Communication. rencananya pengajaran akan dimulai pada bulan September tahun ini.

Fokus ini dinilai relate dengan kebutuhan para pembelajar yang tengah serius membicarakan soal climate change, AI, hingga digitalism. Hal ini diungkap Muzayin Nazaruddin S.Sos., MA., Ph.D saat menyambut kedatangan Prof. Kristian Bankov di UII.

“We plan to start the first intake in September this year, and our focus is kind of combination of Environmental Communication and Digital Communication. So Master environmental and digital communication. Many institutions talking about the climate crisis, AI, digital revolution, and also some more background are the university similar with your university (private university). We have also have kind struggle to sustain and maintance for bulding or how to survive,” ujarnya.

Kolaborasi dengan Prof. Kristian Bankov dinilai sangat tepat karena latar belakang universitas sebagai (private university) harapannya memberikan banyak insight.

“Thank you for the invitation, I hope to established more durable collaboration with our university this also between the world semiotic your university may purpose my visit here,” ucap Prof. Kristian Bankov.

Pada kesempatan ini, Prof. Kristian Bankov melakukan dua kali workshop, pertama workshop untuk internal MIKOM UII terkait pengelolaan Magister. Lalu pada kesempatan kedua workshop dibuka untuk umum bertajuk Writing for International Semiotic Journals yang dibuka untuk umum.

Di hari kedua visiting professor workshop dihadiri kolega dari berbagai universitas yakni Universitas Gadjah Mada, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, UPN Veteran Yogyakarta, Universitas Muhamadiyah Yogyakarta, hingga Universitas Pakuan.

Informasi Master of Environemtal and Digital Communication

Timeline:

  1. Intake : September 2025

Course:

 

Semester

 

Nama Mata Kuliah

Bobot SKS  

RPS

Teori Praktik
I 1. Islam Ulil Albab 3 0
2. Teori dan Perspektif Komunikasi 3 0
3. Metode Riset Kualitatif 3 0
4. Komunikasi Profetik dan Pemberdayaan 3 0
5. Komunikasi dan Budaya Digital 3 0
Total SKS – Semester I 15 0
II 1. Metode Riset Kuantitatif 3 0
2. Komunikasi Lingkungan dan Humaniora 3 0
3. Komunikasi Krisis, Risiko dan Bencana 3 0
4. Mata Kuliah Pilihan 1:

Digital PR and CSR

3 0
5. Mata Kuliah Pilihan 2:

Data Raya dan Kecerdasan Buatan

atau

Komunikasi Urban dan Aktivisme Media

3 0
Total SKS – Semester II 15 0
III 1. Publikasi Karya Ilmiah 4 0
2. Reading Course / Communication Project Preparation 4 0
3. Ekonomi-Politik Media 3 0
4. Mata Kuliah Pilihan 3:

Ekosistem Media Kreatif

3 0
5.               Mata Kuliah Pilihan 4:

Eco-semiotics and Sensory Methodologies

atau

Komunikasi Kesehatan

3 0
Total SKS – Semester III 17 0
IV Tesis/Projek Komunikasi

(memilih salah satu tipenya, yakni riset atau projek kekaryaan dalam level magister)

8 8
Total SKS – Semester IV 8 0
Total SKS 55 0
Iseng Mengisi Waktu Luang, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Lolos International Program di Thailand

Putri Dama Dinanti mahasiswa angkatan 2022 dinyatakan lolos mewakili Prodi Ilmu Komunikasi UII untuk melakukan pengabdian masyarakat di Thailand.

Program bertajuk International Mobility dari FPSB membawanya ke sekolah Darul Maaref Foundation yang berlokasi di Satun, Thailand Selatan untuk melakukan pengabdian. Berdasarkan timeline yang ditentukan ia akan menjalani program tersebut mulai 26 Januari hingga 24 Februari 2025.

Program tersebut bertujuan untuk mengembangkan wawasan, keterampilan, serta pengalaman lintas budaya di luar negeri. Menariknya, Putri awalnya hanya iseng mendaftar untuk mengisi waktu luang selama mengisi libur semester ganjil.

International Mobility

International mobility, pengabdian dalam bidang pendidikan

“Alhamdulillah saya mendapat kesempatan untuk menjadi bagian dari International Mobility. Awalnya, saya berniat mendaftar program ini memang untuk mengisi waktu liburan semester saya dan mencari pengalaman baru. Meski sempat ragu, dukungan dari keluarga dan teman-teman selalu menguatkan saya untuk mencoba kesempatan ini. Saya sangat bersyukur dan berterima kasih karena selalu mendapat dukungan dari lingkungan sekitar,” terang Putri Dama.

Pengabdian yang dilakukannya fokus terhadap bidang pendidikan. Datang bersama tujuh rekan sesama UII kegiatan belajar mengajar menjadi fokus utama, mulai dari jenjang TK, SD, SMP, dan SMA.

“Selama satu bulan disini, kegiatan utama dalam program ini adalah mengajar bahasa Inggris. Setiap orang mendapat tugas masing-masing, dan saya mendapat tugas untuk mengajar siswa SMP dan SMA,” ucapnya.

Kesempatan ini adalah pengalaman mengajar pertama bagi Putri, berbekal skill dalam bidang komunikasi ia menemukan beberapa metode untuk mengajar siswa SMP dan SMA secara efektif dan tidak mudah bosan. Salah satu metode yang diterapkan adalah dengan mengelaborasikan kebudayaan masyarakat di Thailand.

“Saya juga belajar cara mengajar dengan mengelaborasikan kebudayaan yang mereka miliki, agar murid tidak merasa bosan,” ungkapnya.

“Sangat bersyukur dan berterima kasih atas pengalaman berharga yang saya dapatkan melalui program ini. Saya merasa beruntung bisa belajar banyak hal, bertemu orang-orang hebat, dan memperluas wawasan. Melalui program ini juga mengajarkan saya pentingnya keluar dari zona nyaman dan menghadapi tantangan baru. Untuk teman-teman yang masih ragu atau merasa stuck, jangan takut untuk mencoba. Karena, keluar dari zona nyaman adalah bagian dari proses belajar dan berkembang,” tandasnya.