Tanggal 21 Februari diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN), momentum ini menjadi refleksi untuk bijak terhadap sampah yang kita hasilkan hingga dampaknya terhadap lingkungan.
HPSN diinisiasi oleh Kementeroan Lingkungan Hidup dan Kehutanan atas insiden longsornya gundukan sampah setinggi 60 meter dan panjang 200 meter di TPA Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat pada 21 Februari 2005. Akibatnya, puluhan rumah berjarak 1 kilometer tertimbun dan 157 orang dinyatakan meninggal dunia.
Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2024, dari 277 kabupaten/kota si Indonesia mencatat timbunan sampah nasional mencapai 28,98 juta ton. Sementara timbunan sampah nasional 38,08 persen atau 11,03 juta ton.
Berbagai upaya penanganan sampah dilakukan, mulai dari pengelolaan sampah rumah tangga hingga inovasi Bank Sampah (di Indonesia sejak 2008), Mesin Prolisis (mengubah sampah menjadi bahan bakar), Startup Pengelolaan Sampah dan berbagai inovasi di setiap daerah.
Lantas bagaimana Ilmu Komunikasi turut berkontribusi dalam penyelesaian persoalan ini?
Dalam beberapa kajian seperti Komunikasi Pemberdayaan, Literasi Media, hingga Komunikasi Lingkungan cukup aplikatif dalam mengurai persoalan dan mampu memberi tawaran solusi.
Ilmu Komunikasi memang tidak menciptakan mesin penghancur sampah, namun dengan kajian ini mindset green skill menjadi modal awal.
Selengkapnya: https://communication.uii.ac.id/mengenal-green-skills-mindset-penting-untuk-dipahami-seluruh-generasi/
Kontribusi Ilmu Komunikasi dalam Isu Lingkungan
Di Prodi Ilmu Komunikasi UII, beberapa dosen aktif mendalami isu lingkungan dan pemberdayaan. Untuk mengetahui informasi tersebut dapat diakses pada link https://communication.uii.ac.id/dosen/
Beberapa pemberdayaan yang pernah dilakukan juga fokus dalam penyelesaian isu sampah di Yogyakarta. Misalnya Kampanye Media Sosial Guna Penanganan Sampah di Kota Yogyakarta yang dilakukan oleh Ida Nuraini Dewi Kodrat Ningsih, S.I.Kom, M.A.
Jumlah produksi sampah di DIY yang terus meningkat menjadi masalah yang tak terselesaikan. Data menunjukkan tahun 2019 produksi sampah mencapai 644,69 ton per hari, sementara 2023 meningkat menjadi 1.231,55 ton perhari. Jumlah tersebut didominasi oleh sampah sisa produksi rumah tangga. Sayangnya, hal ini tak menjadi perhatian serius bagi masyarakat.
Menggandeng Diskominfo DIY untuk melakukan kampanye di media sosial terkait penanganan sampah. Hal ini dilakukan dengan pelatihan pembuatan konten video edukasi yang mendorong kesadaran masyarakat. Strategi yang digunakan adalah third party endorser, yakni sebuah lembaga menggunakan suara pihak ketiga guna mendukung program. Pemberdayaan ini dilakukan sejak April hingga Oktober 2024.
Pengabdian lainnya dilakukan oleh Narayana Mahendra Prastya, S.Sos, M.A yakni Sosialisasi Pengelolaan Sampah Secara Mandiri di Kota Yogyakarta. Dilatarbelakangi oleh ditutupnya TPA Piyungan membuat masyarakat di Yogyakarta kebingungan.
Sosialisasi yang dilakukan terkait pembuatan ecobrick, pengelolaan sampah plastik, serta promoting zero waste lifestyle dilakukan di tiga kelurahan (Wirobrajan, Karangwaru, Baciro) menggandeng mahasiswa Ilmu Komunikasi dilakukan pada mulai Mei hingga Juni 2024. Dengan sosialisasi tersebut harapannya, masyarakat di Yogyakarta mampu menangani masalah sampah secara mandiri.
Di UII, kampanye terkait kesadaran lingkungan turut dilakukan dengan tajuk UII Mengerti Bumi. UII Mengerti Bumi adalah sebuah inisiatif yang mengajak seluruh civitas akademika UII untuk lebih memahami dan menghargai bumi serta kelestariannya. Mengangkat isu pentingnya kesadaran akan pengelolaan lingkungan yang keberlanjutan, serta mendorong tindakan nyata untuk menjaga kelestarian bumi.