Reading Time: 2 minutes

Senin (10/2), Mutia Dewi hadir sebagai pembicara dalam Workshop Menulis Proposal Pengabdian Masyarakat untuk Dosen Ilmu Komunikasi UII. Workshop yang dilaksanakan pagi hari di Prodi Ilmu Komunikasi UII ini diikuti belasan dosen Ilmu Komunikasi UII. Mulai dari dosen yang fokus pada kajian media, gender, visual culture, jurnalistik hingga regulasi komunikasi. Workshop ini bertujuan agar para dosen dapat mengoptimalkan pengabdian masyarakatnya selama ini dengan dukungan dana yang cukup juga, misalnya support dari Dikti dan Instansi swasta lain. Workshop berjalan dengan konsep diskusi dan cerita pengalaman dan praktik baik dari beberapa dosen lain juga.

Mutia memaparkan pengalaman-pengalamannya menembus hibah pada seluruh dosen Komunikasi UII. Hibah yang dimaksud adalah hibah pengabdian masyarakat baik di Dikti maupun lembaga lain. Mutia tercatat pernah menembus hibah dikti yang kompetitif pada 2015, hibah Direktorat Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat UII, dan hibah lainnya.

Beberapa dosen merasa pelatihan ini menjadi kunci untuk mereka yang selama ini kesulitan menembus hibah pengabdian dikti. Padahal hibah dikti adalah salah satu kunci tingginya derajat pengabdian masyarakat dalam dokumen akreditasi BAN-PT.

Salah satu yang ikut hadir dan berdiskusi adalah Narayana Mahendra, dosen Komunikasi UII (klaster penelitian jurnalisme dan komunikasi olahraga). Bagaimana detil atau kemasan proposal yang jitu untuk menembus hibah-hibah tersebut, tanyanya.

Mutia Dewi menjelaskan bahwa menurut pengalamannya, buatlah proposal dengan kemasan yang mudah dibaca. “Jadi tulislah persoalan yang dihadapi masyarakat atau mitra, analisis situasi, dan solusi dengan rigid, mudah, dan jelas,” jawab Mutia.

Selain itu ada pula yang wajib masuk dalam proposal yaitu luaran (output) dan kelayakan pengabdian. “Dalam setiap proposal saya yang tembus itu saya selalu menambahkan luaran sehingga pemberi hibah akan merasa jelas memberi hibah. Hasilnya jelas terlihat,” katanya. Sedangkan bagian ‘kelayakan pengabdian’ sangat penting ada di proposal agar meyakinkan pemberi hibah.

Tentu saja surat kesediaan mitra menjadi kunci diterimanya proposal. Jika mitra sudah bersedia, kesuksesan jalannya program sudah setengah jalan. Workshop ini juga membahas tips dan trik juga dalam merancang dan mengelola anggaran pengabdian masyarakat. Selain anggaran, ada juga trik mengemas keluaran (output) yang menarik seperti dengan video after movie atau poster summary pengabdian. Keluaran seperti ini bisa memermudah dan merangsang agar khalayak terinspirasi untuk melakukan pemberdayaan.

Puji Hariyanti, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi UII, juga membagikan pengalamannya. Ia mengatakan dengan anggaran subsidi pengabdian masyarakat untuk dosen, dosen bisa menggaet mahasiswa juga agar terjadi kolaborasi. “Mahasiswa-mahaiswa kita kreatif dan variatif juga lho memilih mitra dan lokasi  Bisa dilihat saat mereka melakukan program pengabdian masyarakat pada saat mata kuliah desain program non komersil tahun lalu,” katanya. Saat itu, mahasiswa bisa menggaet beragam mitra, seperti institusi BUMN, komunitas masyarakat dan hobi, maupun kalangan pelajar di sekolah SMP dan SMA.

communication department UII Commnunication for empowerment
Reading Time: 2 minutes

Indonesia adalah negara yang memiliki peringkat kedua dalam kategori negara penyumbang sampah terbesar. Sampah yang disumbangkan merupakan sampah yang sulit terurai salah satunya plastik. Plastik sendiri hadir di dalam kehidupan masyarakat masa kini untuk dijadikan bahan pengganti alat kebutuhan sehari-hari yang terbuat dari alam seperti kayu, rotan, dan besi.

Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang mulai mengalami kesulitan dalam mengolah sampah. Hal tersebut dibenarkan karena TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang berada di Piyungan justru semakin meluas. Artinya kota yang memiliki penduduk sebanyak 3,8 juta jiwa terus memproduksi sampah dan membuat TPA semakin meluas.

Berangkat dari keresahan itu, kami melalui matakuliah Manajemen Non Komersil mencoba untuk membagikan semangat sadar mengurangi produksi sampah dan mengolah sampah. Dengan itu kami menggandeng Jogja Garuk Sampah untuk memberikan kesadaran itu kepada kawan-kawan di SMP N 3 Kalasan dalam acara Everyday Is Earth Day.

Kami mengenalkan sekaligus mempraktikan pembuatan Ecobrick guna mengolah sampah dan ikut mengurangi produksi sampah rumah tangga. Tentunya diharapkan kegiatan ini dapat menginspirasi mengurangi beban TPA Piyungan.

 

Sampah plastik menjadi Ecobrick

Ecobrick merupakan produk olahan daur ulang yang menggunakan bekas botol minuman dan sampah plastik kemasan ataupun kantong plastik. Sesuai namanya, jika diartikan ke dalam Bahasa Indonesia, Ecobrick adalah batu-bata ramah lingkungan. Lebih jelasnya, ecobrick adalah batu-bata yang terbuat dari plastic dan dipadatkan ke dalam botol plastik bekas minuman. Seperti batu-bata, ecobrick juga dapat dijadikan pengganti batu-bata dan dijadikan barang berguna lainnya seperti tempat duduk ataupun meja.

SMP N 3 Kalasan merupakan sekolah yang juga peduli terhadap lingkungan. Kami memperkenalkan ecobrick ini agar setiap anak mampu menyadari pentingnya menjaga lingkungan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pada akhirnya kami harap bisa tertanam dalam jiwanya sebuah kesadaran ramah lingkungan. Dari pihak sekolah pun, turut antusias karena pada dasarnya siswa-siswi di SMP N 3 Kalasan belum mengenal dan mengetahui mengenai Ecobrick.

17 November 2019, merupakan hari pertama kami melakukan pengenalan dan sosialisasi bersama kawan-kawan SMP N 3 Kalasan. Pada hari pertama, kami mulai dengan menjelaskan mengapa penting untuk menjaga lingkungan terutama peduli terhadap sampah. Kemudian sesi selanjutnya kami lanjutkan dengan pengenalan Ecobrick dan mempraktikkannya.

Lalu pada pertemuan kedua, dengan menayangkan film dokumenter mengenai sampah yang ada di TPA Piyungan, diharapkan menjadi tamparan untuk semakin sadar terhadap sampah. Pada pertemuan kedua, kawan-kawan siswa SMP N 3 Kalasan ini juga melanjutkan ecobrick yang telah dibuat pada pertemuan pertama.

Dan pada pertemuan terakhir adalah awarding (penghargaan). Kami mulai menimbang untuk menilai apakah ecobrick yang telah kawan-kawan buat sesuai dengan standar. Kami juga menentukan kelompok mana yang mendapatkan hadiah sebagai bentuk apresiasi dalam pembuatan ecobrick terbanyak dengan standar terbaik.

Semoga hal kecil yang kami lakukan dapat menularkan hal baik kepada kawan-kawan SMP N 3 Kalasan. Harapannya hal itu terus berkelanjutan untuk menularkannya kepada masyarakat sekitar. Langkah kecil ini harapannya bisa menjadi solusi atas karesahan sampah yang terus bertambah. Dan semoga kita selalu ingat untuk terus memberi atas apa yang kita dapat dari alam semesta ini.

communication department UII Commnunication for empowerment
Reading Time: 2 minutes

Eksplorasi Kreatifitas Anak bersama Sekolah Pantai Oleh Edward M.Simanjuntak, Arwan Zubair, Imam Ar Razy

Program Eco.Project merupakan serangkaian kegiatan yang di selenggarakan di pesisir Pantai Pacer kabupaten Pacitan. Jawa Timur. Tujuannya mengajak anak-anak rentan sekolah dasar untuk mengurangi penggunaan gawai. Tingginya penggunaan gawai berakibat pada berkurangnya interaksi antar sebaya mereka. Program ini juga mencoba menumbuhkan rasa kepedulian anak-anak terhadap lingkungan dan memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kesehatan.

Rangkaian kegiatan eco.project sendiri ialah berupa pemberian materi seputar isu lingkungan. Hasil dari materi tersebut akan langsung diterapkan di pinggir pantai dengan cara melakukan konservasi membersihkan sampah-sampah di sepanjang pantai itu.  Terdapat juga isu seputar kesehatan dan  literasi media yang kemudian dibungkus dalam sebuah ruang kelas di pinggir pantai. Model ruang kelas seperti ini membuat anak-anak dapat lebih leluasa belajar dan bercengkrama dengan teman sebayanya.

Program ini juga mengajak mereka mengasah keterampilan dan kreatifitas membuat kerajinan tangan dari kertas dengan bentuk hewan kesukaan mereka. Tak hanya itu, kegiatan lainnya adalah mengabadikan cap tangan anak-anak di atas kain sebagai bentuk kesepakatan mereka untuk mengurangi penggunaan gawai bersama-sama. Bentuk kegiatan lainnya adalah mengajarkan mereka melukis di atas totebag. Upaya ini berguna untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Alhasil kami mengharapkan ke depannya pengalaman ini dapat diimplementasikan oleh anak-anak dalam kehidupan sehari-harinya.

Kami tidak sendiri dalam menjalankan program ini. Ada mitra yang sukarela mau berkolaborasi bersama kami yaitu Project Child Indonesia. Mereka telah memberikan kontribusi banyak dalam hal mengajar serta mau berbagi pengalaman dan wawasan bersama kami. Hasil dari kolaborasi proyek ini telah menghasilkan output yang maksimal dan menambah antusiasme anak dalam belajar.

 ————–

Mulai Januari hingga Maret 2020, kami akan mengunggah tulisan seri
tentang manajemen komunikasi non komersil di bawah supervisi Puji Hariyanti, S.I.Kom, M.I.Kom.
Puji Hariyanti adalah dosen spesialis kajian klaster Komunikasi Pemberdayaan. Ia telah berkali-kali
mendapatkan hibah-hibah dan riset soal pemberdayaan. Berikut ini adalah tulisan-tulisan mahasiswa
Prodi Ilmu Komunikasi UII tahun angkatan 2017 ketika mengambil mata kuliah Manajemen Komunikasi Non Komersil. Tulisan diterbitkan dengan melewati proses bimbingan Puji Hariyanti dan tahap penyuntingan oleh A. Pambudi W.