Tag Archive for: uii

Ilmu Komunikasi

17 Juni 2024 menjadi momentum istimewa bagi Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII), pasalnya tepat di tahun ini menginjak usia ke 20 tahun.

Berdiri sejak 17 Juni 2004 telah membawa Prodi Ilmu Komunikasi UII mengalami banyak capaian yang signifikan. Mulai status akreditasi hingga prestasi-prestasi yang ditorehkan oleh mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan.

Dalam perjalanan hidup, 20 tahun adalah usia dewasa yang sangat dinamis. Meninggalkan masa akhir remaja tentu berbagai aspek sosial dan emosional dalam pertambahan usia akan mengubah banyak hal mulai dari aktivitas hingga peran. Menurut teori yang disampaikan George Vaillant, seseorang perlu memiliki dan menemukan makna di sepanjang hidupnya. Sementara makna dalam diri seseorang dapat ditemukan melalui pekerjaan (Sterns & Huyck, 2001).

Berbagai usaha untuk memperbaiki kualitas pendidikan dan pengajaran terus dilakukan oleh Prodi Ilmu Komunikasi UII, mulai dari inovasi kurikulum, kerjasama berskala nasional hingga internasional, mengoptimalkan kerja pengabdian dan riset demi pemecahan masalah ketidakadilan sosial, serta peningkatan kapasitas SDM.

Kerja-kerja tersebut dilakukan demi tercapainya visi 2030 menjadi program studi terkemuka di Asia Tenggara dalam pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat di bidang keilmuan komunikasi dengan semangat keislaman dan keindonesiaan.

Milestone Prodi Ilmu Komunikasi 2034

Ada banyak mimpi untuk Prodi Ilmu Komunikasi UII 10 tahun mendatang. Mimpi-mimpi itu tengah diupayakan. Berikut beberapa catatan yang akan menjadi pengingat, berbagai mimpi yang disampaikan oleh Kaprodi dari masa ke masa.

“20 tahun itu artinya usia cukup dewasa ada hal yang sudah dicapai dan masih banyak yang belum. Organisasi yang sehat adalah yang terus punya mimpi terus punya ambisi apalagi ini organisasi akademik berarti harus punya visi besar. apa yang harus dikontribusikan terutama ilmu komunikasi itu untuk kehidupan masyarakat kemudian bangsa dan dunia. Kira-kira kalau 10 tahun ke depan apa milestone yang harus dicapai? pertama adalah menjadi unggul bukan status unggulnya yang penting tapi unggul sebagai rujukan misalnya akademi tertentu spesialisasi tertentu. Kita punya mimpi we have a dream to be school kaliurang, everyone come from all of the world may come here Kaliurang, I mean this area to engage with the academic, publishing, researching, writing, teaching, to understand the ecosystem of Indonesia the bussines of communication and also how communication science can be a tool of vehicle for Indonesian democracy.” Prof. Dr. rer. soc. Masduki, S.Ag., M.Si., MA – Kaprodi Ilmu Komunikasi Periode 2004 – 2008

“Terima kasih kami ucapkan kepada segenap masyarakat luas kepada seluruh civitas akademika UII serta berbagai mitra yang telah menjadi pendukung penuh terhadap perkembangan program studi ini. Dalam 10 tahun mendatang kami berharap dan bertekad agar program studi ini dapat terus menguatkan kiprahnya dalam bidang Ilmu Komunikasi di skala nasional maupun skala global kami berusaha bersungguh-sungguh agar program studi ini dapat tumbuh dengan baik dan berkembang termasuk diantaranya mudah-mudahan dalam tempo yang tidak lama lagi kami dapat membuka program studi S2 untuk bidang ilmu komunikasi di universitas Islam Indonesia maju terus ilmu komunikasi UII dirgahayu yang ke 20.” Dr. Anang Hermawan, S.Sos., MA – Kaprodi Ilmu Komunikasi Periode 2008 – 2014

“Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia 10 tahun ke depan akan menjadi salah satu rujukan pengembangan keilmuan komunikasi di level global terutama ketika berbicara kajian-kajian komunikasi di Asia Tenggara dengan perspektif Timur dengan perspektif yang berbeda dari teori-teori komunikasi yang telah berkembang yang selama ini dikembangkan dalam konteks masyarakat Barat. Menjadi center of scholarship of communication recognize globaly and more of importantly in the southeast Asian level.” Muzayin Nazaruddin, S.Sos., MA., Ph.D (Candidate) – Kaprodi Ilmu Komunikasi UII Periode 2014 – 2018

“Semoga Prodi Ilmu Komunikasi UII bisa terus mengembangkan nilai-nilai komunikasi pemberdayaan dan komunikasi profetik sehingga menjadi rujukan bagi Prodi Ilmu Komunikasi lainnya di Indonesia.” Puji Hariyanti, S.Sos., M.I.Kom – Kaprodi Ilmu Komunikasi UII Periode 2018 – 2022

“Saya berharap Prodi Ilmu Komunikasi 10 tahun yang akan datang satu punya gedung sendiri yang representatif gedung yang bagus yang menunjang semua kebutuhan Prodi baik untuk mahasiswa, dosen, dan stafnya. Selain itu secara akademik akan membuka S2 dan nanti akan membuka S3 juga sehingga menjadi Prodi yang dirujuk oleh banyak kalangan di Indonesia maupun di Asia Tenggara, Syukur-syukur di tingkat dunia. Terakhir yang paling penting Prodi semakin memberikan manfaat yang luas kepada masyarakat di sekitarnya.” Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D – Kaprodi Ilmu Komunikasi UII Periode 2022 – Sekarang

Itulah deretan catatan dan harapan untuk Prodi Ilmu Komunikasi UII, semoga di tahun 2034 ketika catatan ini dibuka satu per satu mimpi telah terwujud.

Pak Rektor

Terbukanya akses berbagai data serta masifnya perkembangan Artificial Intelligence (AI) menjadi isu yang terus dibahas di ranah akademik, terlebih kaitannya dengan etika dan pemanfaatan. Data menyebutkan Indonesia menjadi negara penyumbang kunjungan ke aplikasi AI terbanyak ketiga secara global di tahun 2023 yakni sebanyak 1,4 miliar (laporan WritterBuddy).

Pembahasan mendalam dilakukan dalam sesi Kuliah Pakar Analisis Big Data dan AI yang disampaikan oleh Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. pada Sabtu, 8 Juni 2024 di hadapan lebih dari 200 mahasiswa Ilmu Komunikasi.

Secara mendalam beliau menyampaikan materi bertajuk Etika dalam Mahadata dan Kecerdasan Buatan. Prof. Fathul Wahid yang memiliki keilmuan bidang Sistem dan teknologi Informasi menyebut beberapa prinsip etika data fokus pada beberapa aspek yakni kepemilikan, transparansi, privasi, intensi, dan dampak.

“Mengolah data dan menggunakan data tidak boleh dengan intensi jahat. Anda mengumpulkan data dengan survei dan yang lain tidak boleh ada niatan membahayakan orang lain. Termasuk dijual mendapatkan keuntungan sendiri, atau bahkan informasi sensitif bersifat personal anda simpan pada saat tertentu dikeluarkan untuk mengancam,” ujarnya.

Hal tersebut adalah dasar pengetahuan terkait pemanfaatan data, karena setiap data memiliki pemilik. Sehingga persetujuan menjadi langkah utama dalam pemanfaatannya. Meski dengan pesatnya AI data apapun dapat dibuka secara gamblang bukan berarti data dapat bebas dimiliki.

“Setiap informasi punya pemilik, anda boleh memegangnya tapi belum tentu itu milik anda, itu milik sumber informasi. ketika kita ingin menggunakan anda harus memberitahu bagaimana informasi itu dikumpulkan, ada inform dan consent persetujuan yang diberikan karena orangnya sudah tahu,” tambahnya.

Sikap Kita dengan Perkembangan AI

Perkembangan AI tidak mungkin dapat dihindari, bagaimanapun setiap individu harus menyesuaikan diri agar tak tertinggal oleh peradaban. Pertanyaan terlontar dari Kaprodi Ilmu Komunikasi, Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP, M.Si, Ph.D terkait “Apakah kitab isa mengandalkan AI 100 persen?” menjawab hal itu Pak Rektor mengulasnya pada empat poin materi antara lain Disrupsi TI dan AI, Memahami AI Generatif, Kesadaran etis terhadap AI, serta Peran Masa Depan.

“Konsep disrupsi adalah tidak menyesuaikan diri maka ditinggal oleh zaman. Disrupsi bukan dongeng tapi kenyataan yang tertinggal biasanya punya sebuah sindrom yaitu sindrom denialism menolak. Tidak percaya bahwa dunia sudah berubah,” jelas Pak Rektor.

AI generatif memiliki kemampuan mengenerasi berbagai bidang seperti teks, gambar, suara, dan lainnya dengan perintah tertentu. Hal ini dibahas pada teknologi dan konteks bahwa teknologi selalu hadir dengan dua sisi baik negatif dan positif, interaksi antara teknologi dengan aktor memiliki tujuan, dan teknologi tidak hadir pada ruang hampa.

Sehingga dalam menjawab pertanyaan terkait tingkat kepercayaan terhadap data yang terus berhamburan atas peran AI, Pak rektor menegaskan agar mahasiswa memiliki sikap skeptis dan terus mengembangkan kapasitas lewat berbagai bacaan.

“Ketika anda punya basis informasi lebih lengkap lebih mudah bagi anda ini bias atau tidak, sialnya kalau basis informasi kita terbatas. Sebagai pribadi individu maka harus memperluas basis ilmu pengetahuan, banyak membaca, banyak piknik, banyak diskusi. Itu bisa karena punya referensi, kalau tidak punya referensi tidak bisa mengatakan kalau itu ngawur,” tandasnya.

Sebagai informasi kelas Analisis Big Data dan AI merupakan program team teaching bersama dosen Ilmu Komunikasi UII, Ratna Permata Sari, S.I.Kom, M.A,.

Kuliah umum

Media Sosial dan Masa Depan Kemanusiaan menjadi tajuk pada pelaksanaan Kuliah Umum Pascasarjana Universitas Islam Indonesia (UII) pada 27 April 2024. Topik ini dipilih karena memiliki urgensi bagi kehidupan di masa mendatang. Secara sadar atau tidak, media sosial telah mengubah banyak hal termasuk dalam preferensi seseorang terhadap apapun termasuk politik.

Materi kuliah umum ini disampaikan oleh Prof. Dr.rer.soc. Masduki, S.Ag., M.Si, dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII yang fokus pada kajian Media Policy, Comparative Media System, Public Media and Journalism, serta Media Activism.

Sebelum kuliah umum dimulai Prof. Dr. Jaka Nugraha, S.Si., M.Si. sebagai Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik dan Riset pada sambutannya menyampaikan terkait bagaimana media sosial tak cukup diimani dampak positifnya saja. Melainkan juga bagaimana berfikir kritis terhadap perkembangan teknologi digital dan bagaimana menyelesaiakan berbagai persoalan yang terjadi.

Sementara itu, sudah saatnya bagi tugas institusi pendidikan untuk terus memberi wadah saling belajar dan membuka diri demi masa depan kemanusiaan yang lebih baik

“Begitu dahsyatnya perpecahan polemik yang terjadi di media sosial masing-masing karena sudah terkungkung oleh sudut pandang masing-masing. Tentunya kita di dunia akademik ini harus membuka diri, membuka pemikiran kita bahwa suatu masalah bisa dilihat dari berbagai sisi,” ujarnya saat membuka Kuliah Umum Pascarjana, di Ruang Teatrikal Lantai 2, Gedung Kuliah Umum Dr. Sardjito UII.

Dipandu oleh Dr. Herman Felani, S.S., M.A. kuliah umum itu dimulai dengan statement yang cukup menggugah mahasiswa.

“Orang mengakses media sosial itu seperti dopamine, ngeposting sesuatu nunggu di-like, dikomen kalau engga nanti dia engga bahagia akhirnya generasi milenial banyak yang stres. Kalau begini masa depan kemanusiaan apakah bisa terwujud dengan sesuai harapan kita?” ujarnya.

Menjawab keresahan tersebut Prof. Masduki menyempaikan materi Media Sosial dan Dehumanisasi. Secara umum beliau menjelaskan dua perspektif terkait media sosial yakni digital optimist yang memandang perkembangan ini adalah peluang besar yang bisa dimanfaatkan secara maksimal. Kedua digital pesimis, bagaimana sebagai subjek pengguna tak hanya percaya dengan peluang namun percaya bahwa manusia adalah objek yang dimanfaatkan oleh platform.

Lebih dalam, beliau memaparkan bagaimana media sosial dalam kehidupan sosial politik mampu mengubah persepsi seseorang secara masif. Terbukti pada sepuluh tahun terakhir, akibat media sosial politik di Indonesia sangat mudah dinormalisasi.

“Medsos bukan penyubur demokrasi saat ini tapi pengubur demokrasi,” ujarnya.

Situasi mencekam terjadi di media sosial pada tahun 2017 terkait polarisasi politik pilkada DKI, hingga normalisasi politik dinasti Jokowi pada Pemilu 2024.

“Terjadi di Indonesia terjadi fabrikasi terhadap slogan Gemoy. Orang yang tadinya keras, militer, tiba-tiba di medsos isinya joget-joget dan anda suka mungkin bukan anda tapi keluarga kita jadi ini disinformasi,” ujarnya

“Saya enggak bicara politiknya, tapi media sosial membuat kita menormalkan yang tidak normal. Mungkin pak Jokowi tidak keliru sekali tapi orang yang berbisnis dengan media sosial, free rider orang ikut meramaikan begitu asal dia bisa klaim subcribernya berapa, viewersnya berapa akhirnya dapat duit,” tambahnya.

Demi masa depan manusia yang lebih baik, ada tiga solusi yang dirangkum oleh Prof. Masduki, pertama pendekatan regulasi ala Eropa: digital service act, digital citizenship act, publisher right, anti disinformation act; kedua, pendekatan akademik mendorong fakultas hukum dan sosbud atau isipol untuk mengkaji digital transformation and human right issues; ketiga pendekatan kultural: literasi digital dalam spirit kedaulatan digital.

Selengkapnya: https://www.youtube.com/watch?v=Y1aiZkuG8Z8

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Demokrasi

Universitas Islam Indonesia (UII) bersama Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Republik Indonesia (RI) menandatangani Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerja Sama pada Jumat, 26 April 2024, di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito UII.

Secara umum, nota kesepahaman tersebut melingkupi bidang pendidikan dan penyuluhan HAM, bidang pengkajian dan penelitian HAM, bidang pengabdian masyarakat, serta bidang-bidang lainnya yang dapat dilakukan bersama.

Setelah Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. dan Ketua Komnas HAM RI, Dr. Atnike Nova Sigiro, M.Sc meneken nota kesepahaman, acara dilanjutkan dengan diskusi panel bertajuk Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi di Negara Demokrasi.

Fathul Wahid menegaskan pentingnya isu tersebut, mulai dari fakta-fakta yang terjadi di lapangan hingga tekanan dan ancaman yang dialami oleh sejumlah jurnalis dalam menjalankan tugasnya.

“Banyak alasan dan fakta di lapangan berbicara ternyata kebebasan berpendapat dan berekspresi di banyak pojok itu merupakan barang mewah dan bukan tanpa risiko dan kita punya beberapa saksi,” ujarnya.

“Kebebasan berpendapat seorang jurnalis dituntut karena sebuah berita oleh pemerintah provinsi senilai Rp700 miliar. Ternyata kebebasan berpendapat itu tidak sesuatu yang bisa kita nikmati begitu saja. Kita berharap di negara demokrasi kebebasan itu terjamin, di Indonesia dijamin konstitusi tapi pelaksanaanya bisa jadi agak berbeda,” tambahnya memberikan contoh kasus.

Atnike Nova Sigiro dalam sambutannya juga menyebut selain “melanjutkan kolaborasi yang selama ini dilakukan antara UII dengan Komnas HAM” ia juga menggarisbawahi terkait hak atas kebebasan berekspresi dan berpendapat adalah syarat mutlak untuk pengembangan diri warga negara.

Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi di Negara Demokrasi

Diskusi panel tersebut menghadirkan lima pakar antara lain Dr. Herlambang P. Wiratraman, S.H., M.A. (Kaukus Indonesia untuk Kebebasan Akademik); Dr. Abdul Haris Semendawai, S.H., LL.M. (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia RI); Prof. Dr.rer.soc. Masduki, S.Ag., M.Si. (Ilmu Komunikasi UII dan Forum Cik di Tiro); Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si. (Fakultas Hukum UII dan PYBW UII); dan Fatia Maulidiyanti (International Federation for Human Rights).

Diskusi dibuka oleh Dr. Herlambang P. Wirataman, S.H., M.A. yang membahas detail terkait kebebasan akademik. Berdasarkan temuan-temuan risetnya, sejak tahun 2015 kondisi di Indonesia tidak baik-baik saja.

Sementara baru-baru ini menjelang pesta demokrasi di Indonesia, deretan rektor di perguruan tingga dipaksa menyuarakan citra positif untuk kepentiang politik tertentu.

“Model baru otoritarianisme memanfaatkan informasi sebagai alat manipulasi itu pararel dengan temuan saya memperlihatkan bahwa kebebasan akademik mendapat serangan-serangan itu dan dianggap narasi-narasi yang muncul adalah narasi yang sebenarnya dominan tapi represif seperti hal yang dimaklumkan,” jelasnya.

“Peristiwa menjelang pemilu misalnya ketika rektor-rektor ditekan untuk mendapatkan citra positif Jokowi itu dianggap biasa saja. Padahal itu serangan yang paling memalukan,” tambahnya.

Menurutnya, gerakan kebebasan akademik sangat penting dilakukan demi mengawal perlawanan hukum dan konstitusional.

“Sehingga gerakan kebebasan akademik dan solidaritasnya harus dikuatkan agar pencerdasan kewargaan tumbuh dan dapat menjaga negara hukum demokratis dengan mengawal perlawanan hukum dan konstitusional,” tandasnya.

Temuan tersebut sejalan dengan data yang ditemukan oleh Prof. Dr.rer.soc. Masduki, S.Ag., M.Si. yang kini tengah sibuk menjadi pengajar di Prodi Ilmu Komunikasi UII. Beliau menegaskan soal kebebasan berekspresi dan kebebasan pers merupakan bagian tak terpisahkan.

“Antara kebebasan berkespresi dan kebebasan pers sebetulnya dua sisi mata uang. Jika kita merujuk banyak scholar bahwa kebebasan berekspresi tidak akan terjadi jika tidak ada kebebasan pers,” jelasnya.

Sulitnya situasi yang terjadi di Indonesia terjadi karena demokrasi yang buruk. Masduki menyebut pers saat ini berbasis internet tidak cukup bebas, kebebasan tersebut adalah mitos. Karena faktanya Indonesia adalah kategori partly free dalam penggunaan internet.

“Indonesia juga bukan termasuk negara yang free, orang bebas menyampaikan apapun di internet kan tidak. Kita dimasukkan dalam kategori partly free. Negara-negara yang free pasti dengan sistem demokrasi yang baik,” tambahnya.

Tak hanya di internet, tekanan-tekanan juga dilakukan dengan kalimat-kalimat represif. Hal ini terjadi pada hajatan besar pesta politik dI mana akademisi di perguruan tinggi negeri dipaksa bungkam atas dasar netralitas.

“Ada penggunaan bahasa yang sangat represif terhadap teman-teman akademisi terutama di perguruan tinggi negeri. Jadi saya mengajak banyak sekali kawan di PTN untuk menyuarakan kritik terhadap politik dinasti misalnya tetapi kemudian mereka tersandera dengan kalimat ‘yang namanya ASN ini harus netral’. Jadi ada diksi netralitas kalau merujuk Pierre Bourdieu bahasa itu sebagai alat control atas kebebasan berpikir,” pungkasnya.

Diskusi lengkap dapat disaksikan melalui kanal YouTube brikut:

https://www.youtube.com/watch?v=HZKs5j0AB-E

Visual data

Kelas Big Data Analytics and AI pada Kamis, 25 April 2024 cukup berbeda dari biasanya. Pasalnya kelas yang biasa diampu oleh salah satu dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Ratna Permata Sari, S.I.Kom, M.A, sementara diambil alih oleh Prof. Fathul Wahid, ST., M.Sc., Ph.D.

Prof. Fathul Wahid, ST., M.Sc., Ph.D adalah Rektor UII yang memiliki latar belakang keilmuan Sistem dan Teknologi Informasi. Beliau menguasai berbagai bidang termasuk mata kuliah Big Data Analytics and AI.

Dalam kesempatan itu Pak Rektor menyampaikan materi terkait Visualisasi Data kepada 44 mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi di Ruang Audio Visual.

Visualisasi Data umumnya disampaikan secara detail dalam satu semester, namun Pak Rektor meringkasnya secara padat dalam satu pertemuan 3 SKS. Salah satu poin yang mencuri perhatian siang itu terkait dengan kecohan dalam visual data.

Kecohan dalam visual data ditampilkan dengan berbagai trik agar menciptakan impresi dan persepsi berbeda. Pak Rektor menyebut kecohan ini sering dilakukan oleh media untuk tujuan tertentu.

“Banyak data di media ditampilkan dengan cara mungkin tidak salah, tapi paling tidak memberikan impresi yang bisa salah,” ujar Pak Rektor.

Pada awal pembukaan materi Pak Rektor menampilkan peta dunia, bagaimana lanskap yang selama ini diimani oleh banyak pihak ternyata tak selalu benar. Dalam peta Greenland nampak lebih luas daripada Australia namun faktanya luas Australia tiga kali lebih besar dari Greenland.

Tak hanya itu beberapa angka presentase juga bisa ditampilkan dengan berbagai bentuk diagram agar persepsi pembaca menjadi berbeda.

“Data yang sama bisa ditampilkan dengan berbeda untuk impresi yang beda. Visualisasi kalau salah tidak selalu menghantarkan pesan yang diinginkan,” tambahnya.

Tak hanya menguasai soal materi tersebut, Pak rektor ternyata juga jago dalam mendesain poster dengan cukup sederhana. Pihaknya memanfaatkan Power Point untuk menghasilkan desain yang menarik.

Skill dan pengetahuan soal Visualisasi Data ini sangat penting bagi lulusan Ilmu Komunikasi, karena berfungsi sebagai to communicate, transform data into information, to show evidence.

Pada akhir presentasi Pak Rektor menyampaikan beberapa tips bagi mahasiswa ketika membuat data visual. Pertama penting bagi penulis atau desainer agar tidak melawan convensi, tidak menampilkan data secara berlebihan agar tak menganggu fokus pembaca, dan memprioritaskan data yang paling penting dan menarik.

Kabar menariknya, Pak Rektor akan kembali mengisi pada mata kuliah ini dalam skala kelas yang lebih besar. Kelas tersebut merupakan program team teaching bersama dosen Ilmu Komunikasi UII, Ratna Permata Sari, S.I.Kom, M.A,. Bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi UII yang mengambil mata kuliah Big Data Analytics and AI masih ada kesempatan untuk bergabung. Tunggu informasi selanjutnya ya Comms.

Kabar duka

Berpulangnya Prof Muhammad Alwi Dahlan menjadi kabar duka bagi seluruh civitas akademik Indonesia termasuk kolega Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Indonesia. Sosok yang dijuluki Bapak Komunikasi Indonesia itu meninggal pada Rabu, 20 Maret 2024.

Meninggal di usia 90 tahun, sosok yang dikenal sebagai tokoh politik sekaligus pakar ilmu komunikasi itu tercatat menjabat sebagai Menteri Penerangan era Presiden Soeharto. Sementara dalam kepakaran Ilmu Komunikasi, Prof Alwi Dahlan menyelesaiakan studi master di Standford University tahun 1962 dan 1967 meraih gelar doktor di Illinois University, Amerika.

Raihan gelar doktor saat itu menempatkan beliau menjadi orang pertama bergelar doktor Ilmu Komunikasi, hal ini membuatnya dijuluki sebagai Guru Besar bidang Komunikasi Massa.

Melansir dari berbagai sumber beliau tercatat menjadi aktivis di berbagai organisasi sosial serta tergabung dalam organisasi Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, HIPIIS (Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial), serta PERHUMAS (perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia).

Perannya untuk prodi Ilmu Komunikasi UII dan Indonesia

Prof Alwi Dahlan juga turut menjadi tokoh berpengaruh dalam perkembangan Program Studi Ilmu Komunikasi UII. Hal ini dikisahkan oleh Prof Masduki dan Kaprodi Ilmu Komunikasi UII yakni Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D.

Bagi Prof Masduki, kepergian Bapak Komunikasi Indonesia meninggalkan pelajaran berharga bagi akademisi di Indonesia terutama bidang Ilmu Komunikasi.

“Atas nama pribadi dan Prodi Ilmu Komunikasi UII menyampaikan duka cita mendalam karena almarhum bisa dikatakan sebagai salah satu tokoh yang berkontribusi dalam pendirian dan pengembangan prodi Ilmu Komunikasi UII. Kita sangat kehilangan sosok yang nyaris sempurna untuk menjadi role model dalam karier dan peta jalan yang harus ditempuh oleh para akademisi komunikasi di Indonesia,” ujar Prof Masduki.

Pada awal pendirian Prodi Ilmu Komunikasi UII, Prof Alwi Dahlan turut memberikan sumbangsih pemikiran-pemikiran yang progresif terlebih pada bidang kajian manajemen media kala itu. Tercatat pada tahun 2009 beliau menjadi narasumber kegiatan rutin yang dilakukan Prodi Ilmu Komunikasi bertajuk “SiNAMA”.

“Waktu itu Prodi Ilmu Komunikasi UII menyelenggarakan simposium kajian-kajian manajemen media di Indonesia. Salah satu ciri khas Prodi Ilmu Komunikasi di awal masa berdirinya adalah konstentrasi manajemen media sebagai keunggulan. Untuk membuktikan keunggulan itu, kita didukung oleh para praktisi di bidang manajemen media, seperti almarhum Pak Amir Effendi Siregar dan juga Pak Alwi Dahlan. Beliau membantu menjadi pembicara dari forum-forum yang diadakan Prodi Ilmu Komunikasi di awal berdiri, salah satunya SiNAMA itu. Selain sebagai narasumber, beliau juga bersedia memberikan sumbangsih saran untuk pengembangan Prodi Ilmu Komunikasi. Beliau juga rekan dekat Pak Amir Effendi Siregar, salah satu pendiri Prodi Ilmu Komunikasi UII. Saat itu saya baru selesai S2 dari Univeritas Indonesia sehingga cukup dekat dengan Pak Alwi Dahlan yang telah mengajar saya langsung selama dua semester,” terang Kaprodi Ilmu Komunikasi UII Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D.

Menempuh studi di Amerika, menjadikan pengembangan Prof Alwi Dahlan bidang Ilmu Komunikasi menjadi kiblat kajian komunikasi di Indonesia.

“Ada tiga hal yang bisa kita lihat istilahnya Bapak Ilmu Komunikasi Indonesia terutama yang menganut mazhab Amerika karena pendidikan S3 beliau di Amerika dan kembali ke Indonesia kemudian pengembangan-pengembangan kajian Komunikasi, khususnya di UI sehingga menjadi kiblat kajian komunikasi di Indonesia, maka otomatis dia yang mempengaruhi mayoritas penyelenggaraan akademik Ilmu Komunikasi di seluruh Indonesia,” jelas Prof Masduki.

Hal menarik lainnya, selain menjadi akademisi pihaknya juga terjun pada politik pemerintahan. Posisi strategis ini membuatnya berperan sebagai pengambil keputusan dalam suatu kebijakan.

Soal gaya mengajarnya juga patut dikagumi, pribadinya yang rendah diri dan humble membuat para proses pengajaran yang efektif.

“Kita belajar banyak gaya beliau mengajar, intensitas dalam mengembangkan ilmu beliau juga orang yang sangat peduli dengan para mahasiswanya baik yang ada di Jakarta maupun di kota-kota lain. Khususnya Prodi Ilmu Komunikasi adalah orang yang hadir di beberapa kegiatan konferensi manajemen media, kemudian kuliah umum. Guru yang humble, yang consent dengan mahasiswa yang hari ini sulit menemukan pengganti beliau,” ungkapnya.

Hal ini juga dibenarkan oleh Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D., yang berkesempatan menjadi mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi di UI. Baginya pengalaman yang dilalui Prof Alwi Dahlan dalam berbagai lintas zaman memberikan banyak perspektif.

Ditambah kajian komunikasi bermazhab Amerika atau positivistik memiliki pendekatan determinisme teknologi yang sangat kuat membuatnya tidak gaptek dengan perkembangan teknologi.

“Yang membuat saya merasa beruntung pernah diajar langsung karena saya melihat sendiri keunikan Pak Alwi beliau sangat update dengan perkembangan teknologi komunikasi, bahkan pemahamannya tentang perspektif teoretik perkembangan teknologi dalam Ilmu Komunikasi melampaui anak-anak muda. Biasanya kalau senior dianggap gaptek, beliau sangat maju dalam hal teknologi komunikasi,” jelasnya.

“Uniknya, beliau banyak mengoreksi tugas-tugas kuliah kami dan memberikan feedback secara langsung. Saya merasa kehilangan salah satu tokoh yang saya kagumi karena dedikasinya yang luar biasa,” tambahnya.

Profil Prof Muhammad Alwi Dahlan

Nama: Muhammad Alwi Dahlan

Tempat tanggal lahir: Padang, 15 Mei 1933

Pendidikan:

  1. SR Adabiah 1 Padang (1946)
  2. SMP Bukittinggi (1950)
  3. Fakultas Ekonomi UI Jakarta (Tidak selesai, 1958)
  4. American University, (Gelar Sarjana, 1961)
  5. Stanford University, (Gelas Master 1962)
  6. Illionis University, (Gelar Doktor 1967)

Karier:

  1. Menteri Penerangan
  2. Asisten Menteri Negara bidang Keserasian Kependudukan, Lingkungan, dan Kependudukan
  3. Guru Besar bidang Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia
  4. Penulis Skenario

Beliau tercatat tak menyelesaikan studi sarjanananya di UI, hingga akhirnya pindah ke Amerika untuk menyelesaikan studi bidang Jurnalistik di American University pada tahun 1961.

Selain bidang Ilmu Komunikasi, ia juga aktif dalam pembuatan skenario film, salah satu karyanya adalah Harimau Tjampa, Tiga Dara, dan banyak lainnya. Tak hanya menulis untuk scenario film, karya buku anak berjudul Pistol Si Mancil dan Jenderal Kancil juga membawanya dikenal sebagai pengarang legendaris.

 

 

PILMAPRES

Perwakilan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi raih skor tertinggi pada Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (PILMAPRES) di Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) UII 2024.

Ada tiga nama mahasiswa yang mewakili Prodi Ilmu Komunikasi yakni Fahrur Rozi angkatan 2021, Nandita Faiza angkatan 2022, dan Rahmanisa Amani angkatan 2021. Dari ketiga nama tersebut, Fahrur Rozi berhasil menempati posisi teratas dengan skor 378,345, Nandita Faiza posisi keenam dengan skor 211,685, dan posisi kesepuluh Rahmanisa Amani dengan skor 95,500.

Pada proses pemilihan mahasiswa berprestasi beberapa tahapan, para finalis telah melakukan seleksi administrasi, capaian unggulan yang berisi prestasi nasional dan internasional, membuat video presentasi berbahasa Inggris, presentasi gagasan kreatif atau produk kreatif, dan terakhir wawancara verifikasi.

Menariknya pada PILMAPRES kali ini Fahrur Rozi dari Prodi Ilmu Komunikasi merupakan juara bertahan. Sebelumnya ia telah meraih peringkat pertama tingkat FPSB, dan peringkat ketiga tingkat universitas. Belajar dari pengalaman, Rozi menyebut telah memperbaiki beberpa kekurangannya tahun lalu.

“Karena tahun lalu saya sudah mengikuti rangkaian pilmapres, jadi kebanyakan persiapan saya ambil lagi dari tahun lalu. Beberapa perbaikan yang saya lakukan, pertama memperbaiki naskah gagasan kreatif agar lebih sesuai dengan ketentuan dari panitia Pilmapres nasional. Kedua, saya berusaha meningkatkan kemampuan bahasa Inggris yang nantinya akan dipakai dalam seleksi presentasi dan diskusi (FGD/LGD),” ujar Rozi saat dihubungi tim website Prodi Ilmu Komunikasi.

Beberapa prestasi satu tahun terakhir yang turut menyumbang skor untuk Rozi antara lain Juara 1 International Business Plan Competition (ISM IBSI) 2023, Medali Perak International Business Model Canvas iCEBIV 2023, HaKI Kompilasi Ciptaan/Data (rancang bangun aplikasi digital lakubudaya)

Sementara untuk gagasan yang dipresentasikan dalam ajang kali ini adalah terkait isu menurunnya reputasi pertunjukan seni budaya. Dirinya menawarkan solusi dengan bentuk rancangan program pembentukan komunitas yang menaungi seniman dan pemilik sanggar seni di Jogja. Solusi lainnya adalah membuat rancangan aplikasi digital sebagai fasilitator yang mempertemukan seniman dengan masyarakat sebagai pasar audiens mereka.

“Harapannya, dari program ini, para seniman kembali mendapatkan penghasilan dan atensi dari masyarakat agar terus melanjutkan sanggar mereka,” tandasnya.

Hasil Pemeringkatan PILMAPRES FPSB

  1. Muhammad Fahrur Rozi (Ilmu Komunikasi) – skor 378,345
  2. Jalaluddin Rizqi Mulia (Hubungan Internsional) – skor 272,485
  3. Mohammad Rifqi Farhan (Psikologi) – skor 248,050
  4. Silvia Jultikasari Febrian (Hubungan Internasional) – skor 232,550
  5. Yurna Hafizah (Psikologi) – skor 223,645
  6. Nandita Faiza (Ilmu Komunikasi) – skor 211,685
  7. Parditha Eka Putri (Hubungan Internasional) – skor 158,350
  8. Fatimah Az Zahra (Psikologi) – skor 121,850
  9. Utami Amalia Sudarman (Hubungan Internasional) – skor 102,050
  10. Rahmanisa Amani (Ilmu Komunikasi) – skor 95,500
  11. Afta Raasikh Editia (Psikologi) – skor 50,300

Setelah melalui seleksi para 11 finalis tersebut akan mendapat pembekalan dari pihak universitas.

Milad UII

Usia ke-81 Universitas Islam Indonesia (UII) dirayakan dengan euforia yang berbeda. Ada pita putih yang disematkan pada lengan kanan para anggota senat saat menghadiri Rapat Terbuka Senat. Pita putih adalah simbol kedukaan, keprihatinan, dan kesedihan.

Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, ST., M.Sc., Ph.D., membukanya dengan laporan pencapaian dan prestasi sepanjang tahun 2023. Idealnya milad disambut dengan penuh kebahagiaan dan suka cita, namun dunia akademik tak boleh menutup mata terkait kondisi krisis yang tengah terjadi.

UII mengajak seluruh elemen untuk merespons duka demokrasi yang mengiringi Pemilu 2024. Prof. Fathul Wahid menyebut bahwa kondisi ini butuh respons dari berbagai pihak agar suara rakyat tak digantikan kepentingan kelompok.

“Perkembangan praktik berbangsa dan bernegara dalam beberapa saat terakhir perlu mendapatkan perhatian banyak elemen bangsa. Praktik tersebut telah secara perlahan meminggirkan suara rakyat dan digantikan kepentingan kelompok dan oligard tertentu. Itulah mengapa hari ini anggota senat menggunakan pita putih sebagai tanda duka. UII baik sendiri maupun bersama-sama perguruan tinggi lain juga menjaga sensitivitasnya terhadap masalah bangsa dan menyatakan sikapnya. Sepanjang 2023 UII mengeluarkan sejumlah pernyataan sikap yang diamplifikasi oleh banyak media masa,” jelasnya.

Tak hanya pita putih, pihaknya juga menunjukkan kepedulian terhadap masyarakat Palestina yang tengah menghadapi kejahatan manusia atas serangan Israel. Ada yang menarik, sejenak Prof. Fathul meminta izin kepada audiens untuk mengambil keffiyeh yang diidentikkan simbol perlawanan warga Palestina.

Ribuan nyawa melayang didominasi perempuan dan anak-anak atas agresi Israel. Melalui program UIIPeduli penggalangan dana terkumpul sebanyak Rp 515.439.544.

“UII juga mengawal inisiatif UIIPeduli yang memberikan bantuan kemanusiaan saat bencana melanda. Pada 7 November tahun lalu bantuan UIIPeduli sejumlah 500 juta untuk Palestina diberikan melalui Medical Emergency Rescue Comitee. Selama agresi Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023 sebanyak lebih dari 28 ribu nyawa melayang sebagian besar korban yang meninggal adalah anak-anak dan perempuan. Kita tidak tahu sampai kapan agresi ini berlangsung ketika dunia negara-negara besar menunjukkan hipokrisinya. Hari ini saya sengaja memakai keffiyeh Palestina untuk menunjukkan kepedulian kepada penduduk Gaza,” ujarnya lagi.

Makna Pita Putih dalam Konteks Politik di Indonesia

Lebih detail simbol pita putih dijelaskan oleh salah satu anggota senat sekaligus guru besar Ilmu Komunikasi UII yakni Prof. Dr. rer. soc. Masduki, S.Ag., M.Si., MA. Pita putih adalah bentuk dan upaya untuk melakukan kampanye damai di tengah pesta politik di Indonesia.

Sejatinya demokrasi dilakukan dengan ketulusan tanpa ada represi dan intervensi. Tentu hal ini mengarah dari berbagai fenomena yang mengiringi perjalanan Pemilu 2024 yang begitu serampangan.

“Putih bisa dimaknai dua hal. Pertama putih sebagai kampanye damai atau peace. Bagaimana kita menyampaikan pesan bahwa seharusnya pilpres atau demokrasi di Indonesia secara umum diwarnai dengan ketulusan kedamaian hati jiwa dan juga cara-cara yang damai tidak ada intervensi, tekanan represi, tidak ada upaya-upaya untuk manipulasi semua berangkat dari keinginan tulus bahwa kita ingin negara ini kokoh sebagai negara demokratis yang itu merupakan amanat Reformasi 98 jadi putih bisa bermakna demikian,” ujarnya.

Selanjutnya adalah makna duka dalam konteks demokrasi demi melanggengkan dinasti politik segala cara dikerahkan hingga memaksimalkan fasilitas negara sebagai pendukung untuk meyakinkan masyarakat. Fenomena saat ini, negarawan yang seharusnya memberikan sikap bijaksana justru semakin tak beretika.

“Yang kedua tentu simbolis kedukaan yang lebih utama dirasakan hari-hari ini. Biasanya kalau ada orang meninggal itu ada bendera putih, yang artinya kita kehilangan, kita sedang tidak berada dalam situasi yang normal kita sedang merefleksikan kondisi yang sangat menyedihkan. Kematian adalah sutu peristiwa yang menimbulkan duka mendalam yang digambarkan dengan warna putih itu. Terhadap apa? Terhadap proses-proses pemilu yang hari ini tidak menunjukkan etika publik terutama dari kepala negara presiden. Mungkin ini peristiwa yang hanya sekali terjadi dalam sejarah kita,” jelas Prof. Masduki.

UII sebagai institusi pendidikan memiliki tanggung jawab untuk membela rakyat dan melakukan perlawanan. Cara ini dilakukan melalui perlawanan damai, harapannya simbol ini mampu dicerna dandipahami oleh pemegang otoritas politik negeri ini.

“Apa makna lain yang dilakukan guru besar kemarin, dan anggota senat UII ketika ada acara puncak milad bahwa ini bentuk perlawanan secara damai. Perlawanan simbolis, dengan menggunakan pita putih di lengan kanan masing-masing anggota senat khususnya guru besar menunjukkan kita tidak happy, tidak seperti biasanya. Kita tidak merasa bahwa ini normal simbol putih itu satu perlawanan satu isyarat yang mudah-mudahan bisa dicerna oleh pemegang otoritas politik terutama kalau hatinya jernih. Dan ini juga pertama kali dilakukan di UII, ini kreativitas Pak Rektor kita yang perlu kita apresiasi,” pungkasnya.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

 

Milad UII

Universitas Islam Indonesia (UII) sebagai universitas swasta tertua di Indonesia tahun ini memasuki usia ke-81 tepat pada 9 Februari 2024. Perayaan ini disampaikan pada Rapat Terbuka Senat UII Senin, 12 Februari 2024.

Pada kesempatan tersebut Rektor UII yakni Prof. Fathul Wahid, ST., M.Sc., Ph.D., menyampaikan berbagai laporan perkembangan UII sepanjang tahun 2023 serta mengumumkan momentum Milad ke-81 UII yang bertajuk Dedikasi untuk Negeri. Tema tersebut diambil sebagai pengingat dan komitmen bagi seluruh sivitas akademika UII untuk selalu berkomitmen kuat dalam menjalankan peran UII sebagai perguruan tinggi yang unggul untuk para cendekiawan dan calon pemimpin bangsa di masa depan.

Tak hanya capaian dan komitmennya, UII juga memberikan berbagai penghargaan kepada dosen, tenaga pendidik, serta Program Studi dan Jurusan pada puncak acara. Salah satu dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D., meraih juara ke-2 dosen berprestasi bidang Sosial Humaniora.

Di tengah kesibukannya sebagai Kaprodi Ilmu Komunikasi UII, ia menyebut bahwa capaian ini menjadi motivasi untuk tetap produktif di tengah-tengah tumpukan pekerjaan administratif yang menjadi tanggung jawabnya.

“Tentang pencapaian saya sebagai dosen berprestasi kedua bidang sosial humaniora ini adalah bentuk pencapaian bersama untuk prodi Ilmu Komunikasi sekaligus saya berharap mudah-mudahan prestasi ini menjadikan saya lebih produktif dan meyakinkan banyak pihak bahwa di tengah jabatan dan amanat yang sangat sibuk ini kita tetap bisa produktif. Hal tidak mudah, Alhamdulillah bisa,” ungkap Kaprodi Ilmu Komunikasi UII.

Di tengah euforia Milad UII ke-81 tersebut ada sisi yang berbeda, usai menyampaikan rasa syukurnya Kaprodi Ilmu Komunikasi juga mengutarakan pelaksanaan Sidang Senat Terbuka UII yang memberikan respons terhadap situasi Indonesia dan dunia yang tak baik-baik saja.

Hal ini juga ditunjukkan dengan simbol pita putih di lengan kanan yang digunakan oleh seluruh anggota senat. Pita putih adalah simbol duka demokrasi Indonesia serta duka yang dialami dunia terutama kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Palestina.

“Sidang Senat UII dalam rangka Milad ke-81, UII menunjukkan sisi yang berbeda dari biasanya karena ada ekspresi keprihatinan terkait beragam situasi yang pertama situasi politik di Indonesia yang tidak demokratis berkaitan dengan kondisi menjelang pemilu.

Respons ini penting dilakukan dan membutuhkan perhatian dari berbagai elemen bangsa. Duka demokrasi di Indonesia adalah praktik yang tak bisa dianggap sederhana karena perlahan telah meminggirkan suara rakyat.

Terkait kondisi agresi Israel di Gaza, melalui berbagai program tengah diupayakan oleh UII. Ini adalah bentuk respon, kepedulian, serta inistiatif mengajak semua pihak untuk tidak tutup mata atas situasi yang terjadi di sekitar kita.”

“Kemudian yang kedua keprihatinan juga atas kondisi saudara-saudara kita di Palestina ini yang menarik disampaikan oleh Pak Rektor sebagai bentuk keprihatinan jadi ini sekaligus menjadi penanda dunia akademik tidak boleh tutup mata terhadap berbagai situasi di sekitar kita sebagai kepedulian kaum akademik terhadap kondisi lingkungan baik lokal, nasional, maupun global,” tandasnya.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Wisuda

Pelaksanaan wisuda pada Sabtu, 27 Januari 2023 menjadi momen istimewa khususnya untuk para wisudawan dan Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia. Lantas apa saja hal Istimewa tersebut?

Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Universitas Islam Indonesia sebanyak 717 wisudawan yang terdaftar pada periode 3 Tahun Akademik 2023/2024. Wisuda dilaksanakan pada 27 Januari dan 28 Januari 2023. Prodi Ilmu Komunikasi yang tergabung pada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya mendapat giliran pada pada tanggal 27 Januari bersama beberapa fakultas lain yakni Bisnis dan Ekonomika, Teknik Sipil dan Perencanaan, serta Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam.

Dua hal paling berkesan pada pelaksanaan tersebut antara lain, jumlah wisudawan dari Prodi Ilmu Komunikasi mendominasi di FPSB yakni sebanyak 35 wisudawan. Pencapaian ini tentu menjadi prestasi yang perlu dipertahankan.

Ketua prodi Ilmu Komunikasi UII, Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D., menyampaikan rasa syukurnya atas pencapaian ini. Tak hanya itu pihaknya berharap kesuksesan menyertai para wisudawan.

“Wisudawan dari Ilmu Komunikasi di tingkat Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya jumlahnya paling banyak 35 orang. Sehingga kami bisa mengatakan pencapaian ini mudah-mudah terus baik lagi bagi Prodi untuk meluluskan wisudawan dan tentu saja untuk wisudawan selain ucapan selamat saya selaku Ketua Program studi juga berharap kesuksesan menanti kalian. Untuk yang bekerja, melanjutkan studi, maupun rencana-rencana lainnya,” harapnya.

Tak hanya itu, momen Istimewa lain datang dari salah satu wisudawati Prodi Ilmu Komunikasi yakni Luna Ananda Gusta, dirinya ditunjuk menjadi perwakilan wisudawan untuk memberikan sambutan di depan wisudawan dan para wali.

“Wisuda kali terasa Istimewa untuk Prodi, karena wisudawan dari Prodi ilmu Komunikasi mewakili menyampaikan kata sambutan mewakili para wisudawan,” tambah Kaprodi Ilmu Komunikasi UII.

Dalam kesempatan berbeda Luna, sapaan akrabnya juga menyampaikan ras syukurnya setelah melewati studi di prodi ilmu Komunikasi UII. Ia menyebut banyak pengalaman luar biasa yang tentu akan menjadi bekalnya menyambut masa depan.

“Rasa Syukur yang tiada henti bisa berkuliah di prodi Ilmu Komunikasi UII. Mendapat banyak pengalaman yang luar biasa selama menjadi bekal untuk menghadapi masa yang akan datang dan tentunya menantang. Banyak ilmu yang saya dapat selama proses perkuliahan baik segi akademik maupun non akademik yang sangat membantu saya dalam menghadapi dunia kerja,” ungkap Luna.

Dari 35 wisudawan Prodi Ilmu Komunikasi UII peraih IPK tertinggi adalah Muhammad Elroy Arsy yakni 3,89, lalu disusul Rifka Annisa Hidayati 3,86, dan Luna Ananda Gusta 3,84.

Daftar Wisudawan Prodi Ilmu Komunikasi UII

1.     Wahyu Setiani
2.     Muhammad Ramadhani Pradana
3.     Rissa Dwi Indah Syahputri
4.     Yurdhika Anna Ridwan
5.     Marsel Supianto
6.     Anggita Cahya Pratiwi
7.     Winesti Rahayu
8.     Raja Indra Bangsawan
9.     Rohaizha Anindhita
10.  Salwa Putri Nabilah
11.  Falha Kaysa
12.  Rifka Annisa Hidayati
13.  Naufal Rafif Febrian
14.  Roro Indah Sri Lestari
15.  Maitsa Safira Nuraini
16.  Muhammad Elroy Arsy
17.  Rahmadhani
18.  Luna Ananda Gusta
19.  Farira Zahra Putri
20.  Diko Naufal Milenio
21.  Muhammad Hanif Fais
22.  Della Septiana Sylva
23.  R. Wisnu Bayu Santiko
24.  Bima Wahyu Pramudya
25.  Aliefia Risha Az-Zahra
26.  Tri Lufajar Aditiya
27.  Fadzlurrahman Alqadri
28.  Kusuma Syah Alam
29.  Desti Ramadhani
30.  Ahmad Windy Rinaldy
31.  Tasya Shiffa Kamila
32.  Dwiki Arie Harnoko
33.  Vina Ndaru Salasia
34.  Putri Rosenda Uswatun Khasanah
35.  Fachrul Julian

Itulah deretan momen Istimewa terkait pelaksanaan wisuda periode 3 Tahun Akademik 2023/2024. Bagi kamu yang sedang mempersiapkan kelulusan semangat ya Comms.