Tag Archive for: puasa

Muslim
Reading Time: 3 minutes

Bulan suci Ramadan menjadi momen yang dirindukan, umat muslim di seluruh dunia berbondong-bondong meningkatkan ibadah dan memperbanyak ilmu. Namun ada beberapa hal yang menjadi kendala salah satunya adalah kesibukan yang kita jalani hingga merasa

Kesibukan kerap menjadi alasan bagi kita hingga luput untuk meningkatkan ilmu. Sementara berbagai kemudahan karena perkembangan zaman justru membuat kita semakain abai dan terlena.

Menurut cendikiawan muslim Profesor Quraish Shihab bulan Ramadan adalah waktu bagi kita untuk terus produktif. Baik dalam pekerjaan maupun menuntut ilmu. Dalam serial Kalam Abi Qu di laman Instagramnya beliau menyebut jika puasa bukanlah waktu untuk berleha-leha atau bahkan tidur berlebihan, melainkan waktu yang tepat untuk terus produktif.

Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah dengan meningkatkan ilmu, kegiatan produktif ini termasuk kegiatan positif yang direstui Allah SWT. Sehingga beliau menegaskan untuk tidak meninggalkan pekerjaan dan menuntut ilmu dengan dalih fisik melemah karena puasa.

“Memang puasa mengurangi sedikit kekuatan fisik, tetapi kekurangannya diimbangi ditutupi oleh kekuatan mental sehingga kita dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang direstui oleh Tuhan dan kita dapat mencapai apa yang kita harapkan dengan melakukan aneka kegiatan positif di bulan puasa. Puasa mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif yang sesuai dengan tuntutan agama karena tidur melebihi waktu yang dibutuhkan bukanlah ibadah,” jelasnya.

“Di bulan puasa banyaklah belajar bukan sekedar membaca Al Quran, di bulan puasa jangan sampai anda terlambat masuk ke kantor dengan dalih sedang berpuasa. Di bulan puasa jangan sampai terjadi hal-hal yang melanggar tuntunan agama karena itu bukan tujuan yang diharapkan dari puasa,” tambahnya.

Bahkan pencapaian-pencapaian besar terjadi di bulan puasa seperti kemenangan memasuki kota Makkah, Perang Badar, hingga proklamasi kemerdekaan Indonesia.

“Pada masa Nabi dan masa sahabat-sahabat, bahkan pada masa sesudah itu, karya-karya besar, pencapaian-pencapaian besar umat Islam, terjadi di bulan puasa,” ujarnya lagi.

Ditambah dengan banyaknya majelis-majelis yang diselenggarakan di bulan Ramadan menjadi kesempatan bagi umat muslim meningkatkan kapasitas dalam bidang ilmu agama. melansir dari laman NU Online, “Barang siapa hadir di majelis ilmu pada bulan Ramadan maka Allah menulis bagi orang tersebut tiap-tiap jangkahan kakinya sebagai ibadah satu tahun” dalam kitab Durratun Nasihin.

Cara Meningkatkan Ilmu di Bulan Ramadan di Era Digital

Sementara banyaknya daftar alasan karena kesibukan dan keterbatasan waktu ataupun ruang perkembangan zaman di era digital dan Society 5.0 telah mampu memberikan jawaban.

Seperti dikisahkan oleh salah satu dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII, yakni Anang Hermawan, S.Sos., M.A., menyebut saat pandemi Covid-19 bulan Ramadan masa itu majelis-majelis tatap muka ditiadakan. Namun teknologi telah menjawabnya, umat muslim tetap bisa meningkatkan ilmu dengan berbagai hal mulai dari mengakses buku hingga media digital lainnya.

“Kendati bulan Ramadan ini tidak biasa dalam konteks kita menuntut ilmu kita harus menggunakan berbagai macam metode, bila kita tidak mampu untuk bermajelis mungkin apabila kita di rumah punya buku-buku ataupun sarana (media digital) kita baca kembali, karena begitu pentingnya agama kita menjadikan ilmu sebagai perangkat dalam kehidupan bahkan Allah berfirman dalam Alqur’an bahwa,” ujarnya pada tayangan YouTube Ikonisia TV.

Dalam Islam juga telah dijelaskan pentinganya ilmu dalam kehidupan manusia. Surat Al Mujadilah yang disebutkan oleh Anang, dengan ilmu seseorang akan mendpatkan kehidupan yang lebih baik dan derajat yang lebih tinggi.

“’Barang siapa yang mendapatkan ilmu atau memiliki ilmu, maka Allah akan meninggikan kedudukannya beberapa derajat’ dan nabi pun telah mengatakan bahwa ilmu itu akan bersifat wajib bagi seorang muslim ‘barang siapa yang ingin sukses di dunia, maka dia harus dengan ilmu. Barang siapa yang ingin sukses di akhirat, maka dia harus dengan ilmu. Barang siapa yang ingin sukses di dunia dan di akhirat maka dia juga harus dengan ilmu’,” ujarnya lagi.

Meski media digital dan sarana lain sangat mudah diakses, pihaknya menyebut jika mendatangi majelis adalah cara paling ideal dan efektif dalam menuntut ilmu. Jika memang terkendala, mencari sumber-sumber yang valid perlu kita lakukan. Karena memahami suatu ilmu tidak bisa dilakukan dengan hanya menonton video yang hanya sepotong-sepotong.

“Dengan segala keterbatasan yang ada di bulan ini karena kita tidak dapat lagi ke majelis-majelis ilmu marilah kita gunakan sebaik-baiknya kesempatan di rumah kita dengan membaca banyak buku, dengan mengkhatamkan Al Qur’an membaca kitab-kitab ilmu agama atau dengan membaca apapun yang akan bermanfaat untuk menambah pengetahuan sekaligus meningkatkan iman kita kepada Allah,” tandasnya.

Komisi Bahtsul Masail Waqi’iyah Munas NU pada September 2023 lalu menyebut, meski perkembangan AI telah begitu pesat hingga mampu menjawab berbagai pertanyaan seputar ilmu agama tidak bisa dipercaya karena tidak memiliki kemampuan keagamaan.

“Maka, bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengethuan jika kamu tidak mengetahui” Surat an-Nahl 43.

Dari pernyataan tersebut menyimpulkan bahwa umat muslim dianjurkan untuk mengakses ilmu melalui sumber  terpercaya, jika memang ingin mengakses melalui media digital pastikan sosok yang menyampaikan adalah seseorang yang memiliki keilmuan dalam bidang tersebut.

Untuk mengetahui informasi selengkapnya dapat diakses melalui laman berikut:

https://www.youtube.com/watch?v=HxB02tmVclg

 

Televisi
Reading Time: 2 minutes

Menunggu waktu buka puasa masyarakat Indonesia kerap mengisinya dengan berbagai kegiatan. Ada yang mengisinya dengan beribadah, memasak, jalan-jalan mencari takjil, hingga berdiam diri di rumah sambil menikmati berbagai tontonan spesial Ramadan.

Meski banyak media yang dapat diakses, ternyata televisi menjadi platform favorit yang dipilih masyarakat Indonesia untuk menemani buka puasa. Data yang publikasikan oleh Katadata Insight Center (KIC) presentasenya mencapai 47,1%.

Presentase tersebut mengalahkan YouTube yang menempati posisi kedua yakni 27%, disusul Radio dengan presentase 6%, layanan streaming berbayar seperti Netflix atau Disney+ sebesar 5,5%, dan terakhir Spotify sebanyak 1%, sementara 13,4% lainnya tak menyebutkan.

Data tersebut merujuk pada responden di Pulau Jawa (selain Jakarta) 63,8%, Jakarta 15,7%, Sumatra 10,4%, dan Sulawei, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua di rentang 0,3% hingga 4,3%. Data diambil pada 24-31 Maret 2023 dengan metode computer web interviewing (CAWI) dengan margin of error 4% dan tingkat kepercayaab 95%.

Tayangan TV Masih jadi Favorit di Bulan Ramadan

Hampir seluruh stasiun televisi memproduksi tayangan spesial di bulan Ramadan. Perayaan Ramadan semakin terasa dengan tagline yang ditayangkan secara berkala, sebut saja Indosiar yang mengusung “Ramadan Penuh Berkah” dan RCTI mengusung tagline “Keberkahan Ramadan”.

Dominasi tagline tersebut membuat para penonton begitu dekat dan merasa terbawa dengan suasana Ramadan. Selain itu, televisi sebagai media informasi memiliki sifat yang bisa dinikmati sembari melakukan aktivitas lainnya. Hal tersebut diungkap oleh dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, Ida Nuraini Dewi Kodrat Ningsih, S.I.Kom., M.A. dalam risetnya ditemukan bahwa ibu-ibu rumah tangga tetap menyalakan televisi sembari melakukan aktivitas rumah tangga.

Dalam konteks tayangan spesial Ramadan, beberapa program tetap mampu diakses secara audio sembari melakukan kegiatan buka puasa. Dengan tayangan bertema Ramadan akan menambah kehangatan bulan suci.

“Televisi media yang bisa dilakukan dengan multitasking, bisa dinikmati audio visual maupun audio saja. Dalam tayangan spesial Ramadan kemungkinan orang-orang yang sedang buka puasa menikmati tayangan spesial Ramadan lebih ke audio,” ujarnya.

“Sementara kalau YouTube itu kan lebih harus kita manage sendiri,” tambahnya.

Dominasi Tayangan Ramadan di Televisi

Dominasi tayangan spesial Ramadan selama sebulan tak luput dari pantauan Majelis Ulama Indonesia. Melansir dari laman Antara, Ketua Infokom MUI, Mabroer menyebutkan jika tayangan televisi spesial Ramadan harus memberikan spirit dan pesan moral agama yang mencerahkan.

“Semua program televisi yang tayang pada bulan suci Ramadhan ini harus memberikan spirit dan juga pesan moral agama yang sifatnya mencerahkan. Dari yang belum tahu menjadi tahu, yang sudah tahu menjadi semakin kuat pengetahuannya,” ujarnya pada laman Antara.

Pemantauan ini telah dilakukan MUI sejak tahun 2005, pihaknya memantau dan memberikan catatan bagi stasiun televisi yang tak menunjukkan pesan pencerahan.

Dengan dominasi tayangan spesial Ramadan ini membuat jumlah penonton sepanjang bulan suci selalu meningkat. Tercatat survei Nielsen yang menunjukkan rata-rata Angka TV Rating (ATR) kenaikan tahun 2019 mencapai 13,4%, 2020 naik 14,6%, dan tahun 2021 mencapai 11,8%.

Menurut MUI, televisi memiliki peran sebagai agen perubahan sehingga sangat penting untuk dilakukan pengawasan.

“Televisi merupakan agen perubahan, baik itu prilaku, pemahaman maupun peradaban. Televisi sangat penting untuk kita awasi bersama. Jika penayangan televisi tidak dilakukan pemantauan, maka ditakutkan ke depannya peradaban akan sulit untuk dikendalikan,” tandasnya.

 

Penulis: Meigitaria Sanit

sikat gigi
Reading Time: 2 minutes

Salah satu kondisi yang membuat kita tidak percaya diri adalah bau mulut. Hal ini bisa diatasi dengan menyikat gigi ataupun mengkonsumsi permen penyegar nafas yang beredar di pasaran. Namun ketika sedang puasa apa yang bisa dilakukan, apakah boleh menyikat gigi?

Melansir dari laman Kemenkes, bau mulut yang kita alami selama puasa terjadi karena beberapa hal, pertama karena makanan yang kita konsumsi saat santap sahur yang cenderung memiliki bau menyengat. Hal tersebut memicu bakteri berkembang biak dengan cepat. Kedua, bau mulut juga bisa dipicu oleh kondisi tubuh, seperti penderita diabetes dan maag.

Saat menjalankan ibadah puasa umat muslim dianjurkan menghindari material dari luar masuk ke dalam tubuh bagian manapun, termasuk air saat kita berkumur dan sikat gigi. Ketika kita melakukan aktivitas tersebut tentu akan ada kemungkinan air masuk ke dalam mulut. Apakah selama puasa kita dilarang melakukan aktivitas tersebut?

Terkait boleh tidaknya berkumur sikat gigi saat puasa telah disampaikan oleh Syekh Muhamad Nawai Al Batani dalam Nihayatuz Zain. Dilansir dari laman NU Online, berikut penjelasannya:

ومكروهات الصوم ثلاثة عشر: أن يستاك بعد الزوال
Artinya: “Hal yang makruh dalam puasa ada tiga belas. Salah satunya bersiwak setelah zhuhur,” (Nihayatuz fi Irsyadil Mubtadi’in)

Selain itu penjelasan dari Imam Nawawi menyebut jika tetap ingin melakukan aktivitas sikat gigi perlu dilakukan secara hati-hati. Hal ini dilakukan agar aiar, pasta gigi, bahkan bulu dari sikat gigi tidak masuk ke tenggorokan. Meski tanpa sengaja hal tersebut akan membatalkan puasa.

‎ لو استاك بسواك رطب فانفصل من رطوبته أو خشبه المتشعب شئ وابتلعه افطر بلا خلاف صرح به الفورانى وغيره

Artinya: Jika ada orang yang memakai siwak basah. Kemudian airnya pisah dari siwak yang ia gunakan, atau cabang-cabang (bulu-bulu) kayunya itu lepas kemudian tertelan, maka puasanya batal tanpa ada perbedaan pendapat ulaman. Demikian dijelaskan oleh al-Faurani dan lainnya. (Abi Zakriya Muhyiddin bin Syaraf an-Nawawi, al-Majmu’, Maktabah al-Irsyad, Jeddah, juz 6, halaman 343)

Sementara dengan aturan yang jelas tersebut, solusi yang ditawarkan oleh ulama adalah menggosok gigi sebelum imsak, sementara jika sudah siang disarankan menggosok gigi dengan kayu siwak.

Untuk berkumur saat puasa anjurannya tidak berlebihan (al mubalaghah). Berlebihan yang dimaksud adalah terlalu kencang dan banyak karena kekhawatiran air akan tertelan.

Tips Mengurangi Bau Mulut saat Puasa

Selain menyikat gigi usai santap sahur, ada beberapa cara yang bis akita lakukan untuk mengurangi bau mulut selama menjalankan ibadah puasa. Berikut ada beberapa tips yang disarankan dilansir dari laman Kemenkes:

  1. Usahakan minum cukup, total konsumsi air saat sahur dan buka puasa minimal 2-3 liter.
  2. Membersihkan mulut secara sempurna, menyikat gigi serta menggosok lidah. Selain itu gunakan obat kumur agar mulut bersih secara maksimal.
  3. Menghindari makanan yang berbau tajam.
  4. Tidak merokok saat buka maupun sahur.
  5. Tidak tidur berlama-lama selama menjalankan ibadah puasa, hal ini merupakan pemicu bau mulut yang sering terjadi.

Itulah informasi seputar sikat gigi saat menjalankan ibadah puasa serta beberapa tips yang bisa diterapkan. Yuk Comms lakukan beberapa tips tersebut agar tetap percaya diri sepanjang menjalankan ibadah puasa tanpa khawatir bau mulut.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Puasa Zulhijah
Reading Time: 2 minutes

Bulan Zulhijah 1444 H jatuh pada Selasa, 20 Juni 2023. Bulan ini terbilang istimewa bagi umat Islam karena banyak keutamaan dan peristiwa sejarah pergerakan muslim. 

Salah satu ibadah yang dianjurkan dikerjakan adalah puasa sunah di 10 hari pertama bulan Zulhijah. Banyak keutamaan yang akan didapatkan bagi yang rela dan ikhlas menjalankannya. Lantas apa saja keutamaan puasa Zulhijah bagi umat muslim? 

Setidaknya ada tiga keutamaan yang dijanjikan oleh Allah SWT bagi hambanya yang menjalankan puasa sunah Zulhijah, mulai dari pahala yang dilipatgandakan, penghapusan dosa, dan hari pembebasan dari siksa neraka. 

Keutamaan puasa sunah Zulhijah 

1.Pahala yang dilipatgandakan  

Pahala ibadah pada sepuluh hari pertama bulan Zulhijah berkali-kali lipat lebih besar dibanding pahala ibadah di bulan lainnya. Hal ini sebagaimana disebut dalam hadis Rasulullah saw. 

“Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Zulhijah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat malam setara dengan salat pada malam Lailatul Qadar”  

(HR At-Tirmidzi). Maksud dari sebanding dengan satu tahun puasa pada hadis di atas adalah satu tahun puasa sunah, bukan puasa Ramadan (Mula al-Qari’, Mirqâh al-Mafâtîh, juz 3, h. 520). 

2. Penghapusan dosa  

Berdasarkan sabda Rasulullah saw, berpuasa pada 9 Zulhijah (Arafah) mampu menghapus dosa selama dua tahun. 

Rasulullah saw bersabda yang artinya, “Puasa Arafah (9 Zulhijah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu”  

(HR Muslim). Menurut mayoritas ulama, dosa-dosa yang dihapus sebab puasa Arafah adalah dosa kecil (An-Nawawi, Syarah Muslim, juz 3, h. 113).  

3. Hari pembebasan dari siksa neraka  

Keutamaan hari Arafah adalah Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari api neraka pada hari ini dibanding hari-hari lainnya.  

Rasulullah saw bersabda yang artinya, “Tidak ada hari di mana Allah membebaskan hamba dari neraka lebih banyak daripada Hari Arafah, dan sungguh Dia mendekat lalu membanggakan mereka di depan para Malaikat dan berkata: ‘Apa yang mereka inginkan?” (HR Muslim). 

Lafal niat puasa Zulhijah 

  1. Niat puasa dari tanggal 1 sampai 7 Zulhijah 

    نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ شَهْرِ ذِيْ الْحِجَّةِ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى  

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i syahri dzil hijjah sunnatan lillâhi ta’âlâ. 

Artinya: “Saya niat puasa sunah bulan Zulhijah hari ini karena Allah ta’âlâ.”  

2. Niat pada pada tanggal 8 Zulhijah (hari Tarwiyyah) 

   نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى  

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i tarwiyata sunnatan lillâhi ta’âlâ.    

Artinya: “Saya niat puasa sunah Tarwiyah hari ini karena Allah ta’âlâ.” 

3. Niat puasa pada tanggal 9 Zulhijah (hari Arafah)  

   نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِعَرَفَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى  

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i arafata sunnatan lillâhi ta’âlâ.  

Artinya: “Saya niat puasa sunah Arafah hari ini karena Allah ta’âlâ.”  

Sementara bagi umat muslim yang memiliki utang puasa Ramadan diperbolehkan untuk mengqadhanya bersamaan puasa sunah Zulhijah.  

Menurut Sayyid Bakri Syatha (w. 1892 M.) dengan mengutip fatwa Al-Barizi menjelaskan, andaikan puasanya hanya niat qadha, maka mendapat pahala keduanya.  

Misalnya bertepatan hari Arafah seseorang melakukan puasa qadha Ramadhan dengan niat qadhanya saja, secara otomatis juga memperoleh kesunahan puasa Arafah (Sayid Bakri, Hâsyiyah I’ânah at-Thaâlibîn, juz 2, h. 224). 

Kesalahan
Reading Time: 2 minutes

Menjalankan ibadah puasa pada bulan suci Ramadan tentu tidak hanya sekedar bersusah payah menahan haus dan lapar saja demi meraih pahala dan ridho Allah SWT. Kerap kali manusia sebagai makhluk sosial bertindak berlebihan dalam menyikapi sesuatu.

Ada beberapa hal yang membuat kita kehilangan pahala puasa karena tindakan dan kesalahan yang sengaja kita perbuat. Beberapa dosa ini juga sering dilakukan karena dianggap sepele dan tidak berbahaya. Padahal jika kita berpikir secara mendalam, misalnya saat kita berkata dusta akan membahayakan banyak pihak.

Maka sudah sepatutnya bagi umat muslim memperhatikan keabsahan secara fiqih agar puasa yang kita kerjakan berkualitas. Setidaknya ada tiga hadits shahih tentang dosa yang dapat menghilangkan pahala puasa.

hl-Imam Nawawi mengatakan dalam kitabnya Al-Majmu’ Syarhul Muhaddzab bahwa kesempurnaan dan keutamaan puasa hanya akan diperoleh dengan menjaga dari perkataan yang tidak berfaidah dan perkataan yang buruk, bukan oleh sebabnya puasa menjadi batal. Berikut ini tiga hadits yang menjadi landasannya:

  1. Hadits diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Abu Hurairah,

Pertama, hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad saw bersabda:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

Artinya, “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dusta, maka Allah tidak peduli dia telah meninggalkan makanan dan minumannya.”

  1. Hadits diriwayatkan Imam An-Nasai dan Ibnu Majah

Kedua, hadits yang diriwayatkan oleh Imam An-Nasai dan Ibnu Majah dalam Sunannya, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak—ia berkata: “Hadits ini shahih sesuai syarat keshahihan hadits menurut standar Imam Al-Bukhari”—. Hadits ini diriwayatkan juga dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad saw bersabda:

رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إلَّا الْجُوعُ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إلَّا السَّهَرُ

Artinya, “Berapa banyak orang yang berpuasa, tidak mendapat pahala puasa kecuali hanya lapar dan hausnya saja. Berapa banyak orang yang bangun malam, tidak mendapat pahala kecuali hanya bangun malamnya saja.”

  1. Hadits diriwayatkan Al-Baihaqi dan Al Hakim

Ketiga, hadits riwayat Al-Baihaqi dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak—ia berkata: “Hadits ini shahih sesuai standar keshahihan hadits menurut Imam Muslim”—. Hadits ini diriwayatkan juga dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad saw bersabda:

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنْ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ فَقَطْ الصِّيَامُ مِنْ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ

Artinya, “Puasa bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum saja, puasa adalah menahan diri dari perkataan sia-sia dan keji”.

Hukum menggosip
Reading Time: 2 minutes

Salah satu kebiasaan buruk yang sulit dihindari oleh semua orang adalah menggosip. Menggosip atau membicarakan keburukan bahkan aib orang lain sering kali menjadi pembuka obrolan yang mengasyikkan.

Lantas bagaimana hukum menggosip saat sedang berpuasa? Padahal seharusnya bulan Ramadan menjadi momentum yang baik untuk menyempurnakan ibadah seorang muslim untuk mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

Mungkin sebagian orang tanpa sadar akan sangat mudah membicarakan keburukan orang lain tanpa sadar hal ini akan mengganggu ibadah puasa kita. Perlu diketahui, dalam Al Qur’an perbuatan gosip dianggap sebagai tindakan keji.

Bahkan gosip diibaratkan dengan memakan daging saudara sendiri, buruknya perbuatan menggosip dianggap sebagai perilaku yang menjijikkan. Berikut firman Allah SWT tentang perbuatan menggosip.

Allah SWT berfirman:

أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

Artinya, “Adakah seorang diantara kalian yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik padanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Hujurat: 12).

Hukum menggosip saat puasa

Syekh Zainuddin Ahmad bin Abdul Aziz Al-Malibari (wafat 987 H/1579 H) seorang pakar fiqih dari India dan penulis Kitab Fathul Mu’in menyebutkan pahala puasa akan sirna karena perbuatan menggosip. Dengan menggosip, orang berpuasa hanya akan mendapatkan lapar, dahaga dan beban dosa.

“Di antaranya hal-hal yang sangat disunnahkan bagi orang yang berpuasa adalah mencegah mulut dari setiap ucapan yang diharamkan, seperti berbohong, menggosip, dan mengumpat. Sebab semua itu melebur pahala puasa sebagaimana dijelaskan secara terang-terangan oleh para ulama, ditunjukkan oleh hadits-hadits shahih, disampaikan secara nash atau jelas tanpa bisa dipahami dengan maksud lain oleh Imam As-Syafi’i dan para Ashabnya, dan ditetapkan oleh Imam An-Nawawi dalam Kitab Al-Majmu’.”

Demikian dijelaskan oleh Syekh Ahmad bin Abdul Aziz Al-Malibari dalam Kitab Fathul Mu’in yang dicetak bersama Hasyiyah I’anatut Thalibin, juz II, halaman 250.
Hadits yang menunjukkan bahwa gosip dapat melebur pahala puasa antara lain:

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الْأَكْلِ وَالْشُّرْبِ فَقَطْ؛ الصِّيَامُ مِنَ الْلَّغْوِ وَالْرَّفَثِ. رواه الحاكم

Artinya, “Puasa itu tidak hanya dari makan dan minum. Tapi puasa itu juga dari perkataan kotor (termasuk menggosip) dan perkataan mesum.” (HR Al-Hakim).

مَنْ لَم يَدَعْ قَوْلَ الزُوْرِ والعَمَلَ بِهِ والجَهْلَ فَلَيْسَ للّه حَاجَةٌ فِي أنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وشَرَابَهُ. رواه البخاري

Artinya, “Siapa saja yang tidak meninggalkan ucapan yang batil (termasuk menggosip), melakukan kebatilan dan kebodohan, maka tidak ada hajat bagi Allah dalam puasa yang dilakukannya dengan meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Al-Bukhari).

Cara agar puasa kita diterima

Lantas apakah dosa kita yang menggosip tidak diampuni oleh Allah SWT, bagaimana agar puasa kita diterima? Salah satu cara agar kesalahan kita diampuni adalah dengan cara bertobat. Ada beberapa cara bertobat yang bisa kita lakukan dengan berbagai ketentuan.

Merujuk Syekh Muhammad bin Salim Babashil dalam Kitab Is’adur Rafiq juz II halaman 143-144, cara tobat dari dosa menggosip adalah dengan melakukan empat hal sebagai berikut:

1. Menyesali gosip yang telah dilakukan.
2. Segera menghentikan perbuatan menggosip orang saat itu juga.
3. Berketetapan hati atau bertekad bulat tidak akan mengulanginya lagi.
4. Meminta kehalalan atau kerelaan dari orang yang digosip secara langsung.

Perlu diketahui, untuk poin keempat bersifat kondisional karena ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Pertama, pelaku gosip harus jujur dan menjelaskan secara detail gosipnya dan dengan siapa saja menggosipkannya.
Kedua, apabila pengakuan gosip yang detail akan menimbulkan bahaya pada diri pelaku dan orang lain serta memperburuk keadaan serta fitnah-fitnah lainnya maka pengakuan tersebut justru tidak boleh dilakukan.