Tag Archive for: Instagram

Pengabdian Dosen Ilmu Komunikasi UII: Bagaimana Cara Membuat Konten di Media Sosial yang Menarik dan Viral?

Dua dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Ratna Permata Sari, S.I.Kom., M.A, dan Nadia Wasta Utami, S.I.Kom., M.A melakukan pengabdian masyarakat di TBM Gubug Pintar, Semanu, Gunung Kidul, Yogyakarta pada 26 Oktober 2024.

Menggandeng LSM Erat Indonesia, kedua dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII fokus terhadap pelatihan manajemen dan pembuatan konten di media sosial.

Sebagai informasi, Erat Indonesia merupakan LSM yang bergerak pada perlindungan, advokasi, dan treatment lansia. Diinisiasi sejak tahun 2020, Erat Indonesia masih terfokus di daerah Wonosari dan Bantul karena kapasitas SDM yang masih terbatas. Tercatat volunteer yang tergabung sekitar 20 hingga 30.

Artinya, perlu banyak SDM khususnya kaum muda dalam mendukung kegiatan kemanusiaan tersebut. untuk menyelsaikan persoalan tersebut perlu dilakukan kampanye sosial di media sosial untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu lansia.

Sehingga Prodi Ilmu Komunikasi UII berusaha mengurai permasalahan dengan tawaran memberi pelatihan kepada Erat Indonesia terkait manajemen dan pembuatan konten di media sosial.

Manajemen Media Sosial

Pelatihan pertama diawali oleh materi dari Nadia Wasta Utami yakni Manajemen Media Sosial. Sebagai dosen praktisi pemasaran, beliau menyampaikan bagaimana cara membuat perencanaan dan pengelolaan media sosial.

“Saya memberi pengantar terkait media yang diperlukan dalam pemasaran juga terkait dengan manajemen sosial medianya,” ujarnya.

Pengabdian

Dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII, Nadia Wasta Utami, S.I.Kom., M.A

“Kemarin itu seperti training for trainer untuk para pengurus Erat Indonesia, karena pengelolanya banyak dari mahasiswa salah satunya salah satunya dari UGK, beberapa ibu-ibu volunteer dari Erat Indonesianya juga hadir. Yang menarik tempat acaranya di TBM Gubuk Pintar di Semanu Gunung Kidul. YTBM ini punya pengelola dan volunteer mereka juga turut hadir sehingga pesertanya sangat beragam dari mahasiswa, pengelola Erat Indonesia dan Pengelola,” tambahnya.

Sebagai praktisi pemasan media sosial di UII, beliau menekankan bahwa dalam pemasaran khususnya di media sosial value menjadi komponen penting yang harus ditampilkan di media sosial. Sehingga memberikan pemahaman terkait value dari Erat Indonesia adalah concern utama.

“Namanya pemasaran sosialisasi dengan value itu macam-macam medianya salah satunya sosial media. Dan sekarang semuanya sudah menggunakan sosial media maka kita perlu tau bagaimana cara mengelola sosial media dengan baik dan mebuat konten yang menarik.” Tandasnya.

Pelatihan Pembuatan Konten

Usai pemaparan materi pertama, dilanjutkan dengan dengan pelatihan dari Ratna Permata Sari, S.I.Kom., M.A yakni Pelatihan Pembuatan Konten Menggunakan Smartphone.

“Jangan cuma jadi konsumen atau pengguna (media sosial) tapi juga menjadi produsen (kreator konten),” ujarnya membuka diskusi.

Pengabdian

Dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII, Ratna Permata Sari, S.I.Kom., M.A

Beliau memberi contoh cara membuat konten sederhana, dan yang terpenting bagaimana konten tersebut dijangkau oleh banyak pihak hingga viral.

“Bikin foto dikasih lagu (sedang viral) saja,” tambahnya.

Dinamika dan regulasi media sosial sangat cepat dan tidak terduga, sehingga pengguna perlu beradaptasi dengan cepat. Jika beberapa bulan sebelumnya konten kreator fokus mencari banyak pengikut, tren terkini justru berbeda.

“Jadi kalau dulu orang itu berbondong-bondong ingin mendapat banyak follower biar enggagement tinggi tapi kenyataan saat ini untuk dapat itu lebih kepada mengikuti algoritma untuk bisa viral,” ungkapnya.

Karena viral tidak mampu dipresdiksi, sebagai penutup, beliau memberikan tips agar konten yang diproduksi bisa menjangkau banyak pihak.

“Mengikuti algoritma, biasanya dengan kaitan lagu yang sedang populer. Kedua mengikuti isu. Sebenarnya FYP dan viral bisa dapat dikatakan lebih ketika untung-untungan kembali karakteristik akun masing-masing. Tiap orang punya masing-masing kekuatan karakter konten apa. Sehingga viral dan tidak viral hanya dampak.” Pungkasnya.

Very Demure

Pengguna aktif TikTok dan Instagram satu bulan ke belakang pasti beberapa kali terpapar dengan istilah very demure dan very mindful yang kerap diungkapkan beberapa influencer. Sontak istilah ini juga menjadi tren bagi masyarakat digital lainnya.

Lantas mengapa very demure dan very mindful bisa muncul, dan apa artinya?

Dari berbagai sumber yang telah beredar, ungkapan very demure dan very mindful pertama kali diunggah content creator TikTok Jools Lebron. Ia memberikan saran kepada para followersnya untuk bertindak very demure dan very mindful dalam situasi apapun.

“I’m very modest, I’m very mindful,” ucapnya.

“The way I came to the interview is the way I go to the job. A lot of you girls go to the interview looking like Marge Simpson and go to the job looking like Patty and Selma. Not demure,” ujarnya menambahi.

Konten yang diunggah menggunakan akun joolieannie di TikTok itu telah ditonton lebih dari 50 juta kali. Sedikit informasi tentang konteks yang dibicarakan oleh Jools Lebron terkait standar feminitas yang dilontarkan oleh publik kepada dirinya yang memilih menjadi sosok transgender. Jika biasanya transgender tampil dengan style yang menarik perhatian, berbeda dengan dirinya yang ingin tampil lebih sederhana.

Menariknya di Indonesia istilah very demure dan very mindful digunakan dalam berbagai konteks, termasuk promosi berbagai produk. Salah satunya influencer bernama Gita Savitri Devi atau akrab dengan sapaan gitasav mengungkap “How see I do my skincare, very mindful, very demure. I don’t do 10 step skincare routine, nobody got time for that I keep it very efficient very mindful. And you see the products I use these products they don’t over claim in fact, I formulate then myself. I don’t incorporate random ingredients jus for marketing sake I’m being very intentional very thoughtful again very demure,” ucapnya mempromosikan produk skincare miliknya.

Arti Very Demure dan Very Mindful dalam Bahasa Indonesia

Very demure merupakan kata sifat atau dalam bahasa Inggris adjective yang menggambarkan kalem, sopan, penuh kehati-hatian, dan pemalu. Dalam Dictionary Cambridge, demure diperuntukan bagi perempuan yang tenang dan berperilaku baik. Misalnya She gave him a demure smile.

Sementara very mindful yang biasa kita dengar dalam konteks kesehatan mental yang merupakan kata sifat yang penuh perhatian atau sadar. Berhati-hati untuk tidak melupakan sesuatu. I’m trying to be more mindful and I think it helps me with stress. Dictionary Cambridge.

Mengapa Langsung Viral di Media Sosial, Apakah ini Bentuk Sindiran?

Selain kultur media sosial yang sangat dinamis, ada pesan-pesan implisit yang ingin disampaikan oleh content creator. Jika memahami konteks yang disampaikan oleh Jools Lebron di awal, ia seolah ingin berkata satir. Satir atau ejekan ditunjukkan untuk menyatakan sindiran terhadap kondisi seseorang. “A lot of you girls go to the interview looking like Marge Simpson and go to the job looking like Patty and Selma. Not demure.”

Patty dan Selma yang disebutkan merupakan dua tokoh fiksi komedi animasi Amerika The Simpsons. Keduanya adalah seorang saudara kembar identik yang berpenampilan feminim khas dengan aksesoris yang menarik, perokok, dan bersuara berat layaknya laki-laki.

Melansir dalam laman The Guardian, Jools Lebron sengaja menggunakan very demure dan very mindful untuk mengungkapkan dengan satir atas penampilannya yang feminim. Hal tersebut bisa menjadi sindiran dan bahan candaan untuk Gen Z terkait bagaimana cara membuat konten flexing. “It also reads as a spoof on Gen Z’s obsession with quiet luxury, the trend where wealth is flexed via a whisper, not a scream.”

Namun, karena budaya yang berbeda penggunaan very demure dan very mindful di Indonesia terutama lebih banyak digunakan untuk berbagai kebutuhan mulai dari promosi sebuah produk, hingga konten-konten ringan daily life.

Lantas bagaimana menurutmu comss?

Instagram

Sepekan terakhir kampanye poster All Eyes di Instagram sukses membawa netizen ramai-ramai merepost ulang di story masing-masing. Mulai dari konflik internasional All Eyes on Rafah dan disusul All Eyes on Papua.

Seruan All Eyes on Rafah pertama kali diungkapkan pada Februari 2024 lalu oleh Rick Peeperkorn Direktur Kantor Wilayah Palestina di Orrganisasi Kesehatan Dunia (WHO). Ungkapan itu muncul pasca Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menginstruksikan evakuasi ke Rafah menjelang penyerangan. Sayangnya pada 26 Mei 2024 serangan melalui udara mengakibatkan kebakaran hebat di kamp pegungsian hingga menewaskan 45 korban. Serangan tak berhenti dan berlanjut hingga beberapa hari setelahnya.

Sontak sejak 28 Mei 2024, seruan All Eyes on Rafah mencuat di X (Twitter) dan trending sehari setelahnya hingga mencapai 900 ribu lebih tagar tersebut. Sementara di Instagram lebih viral lagi, poster yang dikreasikan lewat AI itu mencapai 47 juta lebih dibagikan.

Kesuksesan lain disusul oleh All Eyes on Papua, isu lama itu kembali disorot pasca masyarakat Awyu di Boven Digul Papua Selatan dan Suku Moi di Sorong Papua Barat Daya melakukan aksi protes atas izin pengalihan hutan sebagai Perkebunan sawit oleh PT Indo Asiana Lestari di Gedung Mahkamah Agung Jakarta pada 27 Mei 2024. Narasi “separuh luas Jakarta” menjadi menggema mengiringi poster All Eyes on Papua. Hutan tak hanya soal tanah dan pohon, bagi masyarakat Papua hutan adalah sumber kehidupan bernilai budaya. Tak hanya akan kehilangan sumber penghidupan, Perkebunan sawit yang akan digarap pada 36 ribu ha turut menyumbang emisi 25 juta ton CO2.

Mengapa Bisa Viral?

Dari kedua kasus tersebut, tingkat keviralan All Eyes on Papua bisa dikatakan sukses menyamai All Eyes on Rafah. Dalam skala nasional saja mampu mengajak lebih dari 2,8 juta pengguna Instagram membagikan isu lingkungan yang cenderung hanya menjadi concern beberapa pihak.

Menurut dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII, Nadia Wasta Utami, S.I.Kom., M.A. terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keviralan dua isu tersebut. Pertama terkait fitur yang menjadi penunjang di Instagram yakni Add Yours yang berfungsi untuk membuat rantai konten stories.

“Sosial media dengan beragam fiturnya sangat memudahkan sebuah isu itu menyebar. Fitur yang memudahkan orang dan membuat kita tau siapa saja teman kita yang menggunakan akan mentrigger akhirnya kita ikutan,” jelasnya.

Rantai konten stories yang tak terputus ini juga diikuti dengan sematan-sematan link dan narasi yang semakin membuat netizen merasa relate dengan isu dalam narasi All Eyes.

“Misal fitur Add Yours, fitur menyematkan tautan/link, fitur share ke sosmed kalau sudah mengisi petisi, fitur tagging supaya tersebar ke orang-orang yang kita mau. Terutama jika isu tersebut relate dengan banyak orang maka sosial media akan membuat berita itu tersebar ke circle tertentu lalu disebarkan lagi dan lagi dan lagi sampai kemudian menjadi yg kita sebut sbg viral (penyebaran seperti virus). Ini berkaitan juga dengan bagaimana Engagement rate itu naik,” tambahnya.

Tak hanya soal fitur, pengetahuan terhadap isu juga turut mempengaruhi keviralan. Ditambah pengguna Instagram didominasi oleh Gen Z dan Milenial dengan presentase lebih dari 60 persen. (Data Statista 2023)

“Bagaimana pengguna sosmednya sendiri yang sekarang paham atau tidak, mengerti betul ataupun hanya sekedar tau, ketika ada suatu isu yang itu ramai dibicarakan, mereka akan ingin ikut membicarakan hal tersebut. Istilahnya FOMO/fear of missing out. Karena ketika suatu isu itu banyak orang bicarakan, maka netizen akan merasa “keren” atau merasa up to date ketika ia juga ikut membincangkan atau dalam hal ini ikut me-repost, ikutan fitur add yours, ikutan petisi, ikut post hal yang sama. Sebaliknya mereka akan merasa “tertinggal” jika tidak ikutan tren yang sedang ramai dibicarakan. Dan itu untuk kalangan GenZ terutama menjadi suatu ketakutan “fear” kalau tidak tahu, tidak terlibat, dan tidak ikutan apa yang orang lakukan pada isu tersebut,” ujarnya.

Viral di Media Sosial Membawa Perubahan?

Di Indonesia fenomena No Viral No Justice awalnya adalah bentuk sindiran netizen kepada Polri yang dirasa ogah merespon laporan dari masyarakat. Harapannya dengan fenomena tersebut pihaknya menjadi lebih profesional. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menjadikan suatu isu tersebut viral di media sosial.

Sosial media menjadi ruang menyegarkan pembawa perubahan, namun menurut Nadia berbagai kemungkinan bisa terjadi. Netizen perlu memahami secara detail terkait isu yang tengah mencuat agar bijak dalam merespon.

“Jadi, apakah sosial media bisa bawa perubahan? Ini sudah banyak sih kasusnya bahwa isu yang berawal dari sosial media ternyata bisa membawa dampak pada kehidupan nyata. Dampak bisa baik, bisa buruk tentu saja. Namun yang perlu ditekankan untuk kita pengguna sosmed di sini adalah, ketika ada suatu isu/ tren tertentu, ada baiknya kita cari tahu dulu, pahami betul-betul apa yang terjadi,” jelas Nadia.

Tidak semua konten yang tersebar di media sosial selalu benar, jika hanya Fomo bisa jadi apa yang dibagikan pengguna akan merusak reputasi individu bahkan memicu konflik di ruang digital.

“Jadi tidak hanya sekadar ikut-ikutan karena takut ketinggalan. Karena bisa jadi apa yang ramai di belum tentu benar adanya. Apa yang diamini oleh banyak orang tidak selalu merupakan hal yang sebenarnya. Dan harus semakin berhati-hati karena kita kini hidup dalam gelembung fakta realita  semu yang ditentukan oleh algoritma sosial media,” tandasnya.

Penulis: Meigitaria Sanita

All Eyes on Papua

Tercatat hingga 4 Juni 2024 seruan All Eyes on Papua dibagikan lebih dari 2,8 juta kali di Instagram Story. Netizen Indonesia ramai-ramai merepost ulang poster tersebut sebagai bentuk kepedulian perlindungan hutan adat Papua.

Sebelumnya, masyarakat Awyu di Boven Digul Papua Selatan dan Suku Moi di Sorong Papua Barat Daya melakukan aksi damai dengan mendatangi Gedung Mahkamah Agung Jakarta pada 27 Mei 2024. Kedatangan tersebut sebagai bentuk protes atas rencana pengalihan hutan menjadi Perkebunan sawit oleh PT Indo Asiana Lestari.

“Just in case buat yang belum tau, jadi hutan di Papua tepatnya di Boven Digul yang luasnya 36 ribu hektar atau lebih dari separuh luas Jakarta akan dibabat habis dan dibangun Perkebunan sawit oleh PT Indo Asiana Lestari.” Tulis dalam keterangan poster yang beredar.

Berdasarkan artikel Forest loss in Indonesian New Guinea (2001-2019): Trends, drivers and outlook yang dipublikasikan dalam laman Science Direct menyebutkan dalam kurun waktu tersebut kelestarian hutan Papua mengalami penyusutan akibat investasi masif kebun sawit.

Sebanyak 2 persen atau 748 ribu ha hutan berkurang, bahkan diprediksi di tahun 2036 penyusutan hutan Papua mencapai 4,5 ha.

Dukungan lain dilakukan melalui tanda tangan petisi yang diinisiatif oleh Yayasan Pusaka Bentala Rakyat, ramai-ramai netizen ikut serta ikut mendukung agar izin PT Indo Asiana Lestari dicabut. Hingga 5 Juni 2024 sebanyak 207.083 tanda tangan telah terkumpul.

Masifnya Dukungan Netizen Lewat Media Sosial

Netizen ramai-ramai mendukung masyarakat Papua untuk mempertahankan hutan adat. Narasi yang dibangun terkait dampak perkebunan sawit akan menghasilkan emisi 25 juta ton CO2 serta 5 persen emisi karbon di tahun 2030 pada poster sukses membuat netizen kompak dalam aksi tersebut.

Menurut dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII, Ibnu Darmawan, S.I.Kom., M.I.Kom. kesuksesan ini tak luput dari momentum yang berdekatan dengan poster AI terkait All Eyes on Rafah yang viral beberapa hari sebelumnya.

“Poster itu (All Eyes on Papua) bisa naik dan viral karena momentumnya tidak jauh dari All Eyes on Rafah. Poster yang dikreasikan melalui AI secara visual tidak menampilkan bentuk kekerasan dan tidak melanggar policy sehingga lolos di Instagram,” ujarnya.

Masifnya bentuk simpati dan empati yang tinggi netizen Indonesia kepada kasus kejahatan manusia di Palestina turut memberi pengaruh pada isu lingkungan di Papua.

“Di Indonesia yang concern dengan Palestina dan merepost All Eyes on Rafah sangat banyak. Sementara isu soal Papua yang sebenarnya sudah lama kembali muncul dengan desain dan pemilihan kata yang mirip Rafah akhirnya viral,” tambahnya.

Jika dengan kejadian di negeri seberang netizen Indonesia begitu peduli maka tak heran dengan kondisi di Papua. Solidaritas dan merasa ada kedekatan dengan suatu objek sehingga membentuk kelompok yang Bersatu untuk mendukung pencabutan izin pengalihan kebun sawit.

“Aware karena itu bisa terinisiasi dari Rafah aja bisa peduli masa di negeri sendiri, ada rasa solidaritas dan proksimiti. Bentuk campaign juga gampang dilakukan hanya repost makanya jadi populer,” tandasnya.

Data dari Auriga Nusantara menyebutan tahun 2022 luas hutan di provinsi Papua dan Papua Barat sekitar 33.847.928 ha. Bagi masyarakat Papua, hutan tak sekedar tanah dan pepohonan melainkan sumber kehidupan yang bernilai budaya. Sayangnya hutan Papua terus menyusut sepanjang tahun karena penebangan untuk kebutuhan industri perkebunana, kehutanan, dan pertambangan.

Video viral

Beberapa pekan terakhir kata “bercanda” begitu viral di media sosial terutama Instagram dan TikTok. Pengucapan dengan penekanan yang unik “Bercyandya” membuat terngiang-ngiang bagi yang mendengar.

Lantas bagaimana “Bercyandya” bisa viral dan menjadi bahasa gaul di berbagai media sosial dan apa artinya?

Kemunculan kata “Bercyandya” berawal dari konten yang dibuat oleh akun Instagram @thesadewa atau Danang Giri Sadewa yang tengah mengajukan pertanyaan ringan kepada dua mahasiswa baru Universitas Gadjah Mada (UGM).

Kira-kira begini isi percakapannya:

“Jadi masuk UGM gampang atau susah?,” tanya Danang.

“Nggak tahu, kita jalur hoki,” kata salah satu mahasiswi.

“Jalur hoki betul, karena emang pinter aja,” sahut mahasiswi yang diketahui bernama Abigail.

“Eh bercyandya, bercyandya,” ia melanjutkan lagi dengan wajah penuh tawa.

Selanjutnya Abigail menjelaskan bahwa ia dan temannya berhasil menjadi mahasiswa UGM melalui jalur SNBP dengan ketentuan nilai rapor stabil mulai dari kelas 10, 11, hingga semester 1 kelas 12.

Hingga hari ini konten tersebut telah ditonton oleh 12,1 juta pengguna Instagram, mendapat 689 ribu like, 16,2 ribu komentar, dan telah dibagikan sebanyak 61,7 ribu kali. (11 September 2023)

Viralnya konten ini turut mengubah rutinitas salah satu mahasiswa UGM yang diketahui bernama Abigail Manurung tersebut. Ia sempat diundang dalam komedi varietas salah satunya “Lapor Pak” Trans 7.

Arti kata “Bercyandya”

Dalam KBBI kata “Bercanda” berasal dari kata “Canda” yang artinya adalah tingkah, kelakar, senda gurau. Sementara dengan imbuhan (ber) menghasilkan arti bertingkah, berkelakar, bersenda gurau, dan bersenda gurau.

Sesuai dengan konteks yang dibangun oleh Danang dan Abigail, “Bercyandya” menjadi kata dengan penekanan yang menghasilkan bunyi gurauan. Hal ini dapat dijelaskan melalui konsep dasar fonologi bahasa Indonesia.

Pada hakikatnya bahasa merupakan bunyi ujar manusia yang muncul secara natural, bunyi ini dipelajari di bidang fonetik. Bunyi ujar tersebut akan membentuk pola atau pattern, lalu pola-pola tersebut menunjukkan system tertentu yang dipelajari dalam fonologi. (Fonologi Bahasa Indonesia, Dr. Yuliana Setyaningsih)

Pengetahuan dan pemahaman fonologi memungkinkan penutur dalam hal ini adalah Abigail, memproduksi bunyi yang membentuk tuturan penuh makna, mengenali aksen-aksen atau penekanan pengucapan asing, dan membentuk dan melahirkan kata-kata baru.

“Bercyandya” kini telah menjadi kata-kata baru karena hasil pengucapan dari Abigail dalam merespons kalimat yang ia ucapkan sebelumnya, untuk menampik kesan negatif atau sombong.

Kenapa bisa viral dan menjadi bahasa gaul?

Lantas apa alasan “Bercyandya” menjadi viral dan seolah menempatkan posisinya pada bahasa gaul?

Viral selalu berkaitan dengan konten yang ada di media sosial, baik dari Instagram, TikTok, Facebook, dan platform lainnya. Viral juga dikaitkan dengan isu yang tengah menjadi perbincangan publik, dalam artikel ilmiah “Viralitas Konten di Media Sosial” yang ditulis oleh Lidya Agustina salah satu Peneliti Puslitbang Kominfo menyebut bahwa penyebab suatu konten menjadi viral karena sharing behavior (like, shares, comments).

Jika melihat data statistik konten “Bercyandya” milik Danang memang tak diragukan lagi menjadi viral. Ramai-ramai pengguna Instagram dan TikTok membagikan konten tersebut secara berulang. Sementara kata viral dalam KBBI merujuk pada virus, atau menyebar luas dan cepat. Konten “Bercyandya” yang membutuhkan setidaknya tiga pekan menjadi viral dan ditirukan oleh pengguna media sosialnya.

Alasan lain adalah adanya emosi dan element of surprise, emosi dalam konten bisa saja positif maupun negatif. Fenomena viralnya konten “Bercyandya” menjadi konten viral yang dapat membuat publik melepaskan emosi tertentu, humor menjadi elemen surprise yang menghibur.

“Bercyandya” juga seolah menjadi bahasa gaul. Merujuk pada riset yang dilakukan Kemendikbud, bahasa gaul adalah bahasa Indonesia yang diucapkan dalam pergaulan sehari-hari untuk mengungkapkan ekspresi diri.

Kira-kira, berapa lama ya “Bercyandya” akan bertahan keviralannya? Bagaimana menurutmu, Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Desain Grafis

Siapa yang tidak tahu klub sepak bola PSS Sleman? Klub asal Sleman DIY itu tengah berjuang di kasta tertinggi sepak bola Indonesia atau Liga 1. Selain memiliki fans fanatik yang solid seperti BCS, Slemania, dan Sleman Fans, klub ini memiliki engagement yang luar biasa melalui media sosial yang dibangun.

Tampilan feed Instagram klub ini tak pernah gagal membuat para fans bangga mengidolakan Super Elang Jawa dan kerap me-repost ke media sosial pribadi masing-masing. Tak hanya itu, salah satu fans menyebut bahwa tampilan grafis Instagram @pssleman selalu menjadi trendsetter bagi klub sepak bola lainnya.

“Menariknya karena design kekinian dan selalu menjadi trendsetter design bagi klub-klub lain. Selain itu ilustrasinya selalu menarik dan informatif,” ucap Bayu Prabowo yang mengaku sebagai Sleman Fans.

Didukung dengan design graphic yang menarik, hal ini menempatkan Instagram PSS Sleman menempati peringkat 10 besar peringkat klub Liga 1 Indonesia dengan jumlah followers Instagram terbanyak. Seperti dikutip dari Katadata.co.id, Instagram PSS Sleman berada di urutan ke-delapan dengan 700 ribu followers (per 19 Juni 2023).

Ternyata, sosok di balik graphic design menarik itu adalah Rosikhul Ilmi. Ia adalah alumni Ilmu Komunikasi UII Angkatan 2016. Berbekal segudang pengalaman dan portofolio menarik, pemuda itu mantap mengikuti seleksi menjadi graphic designer di PSS Sleman sejak tahun 2021.

Rosikhul Ilmi tak hanya bercerita tentang pekerjaannya, ia juga membagikan beberapa tips yang berguna bagi Gen Z yang juga tertarik dengan dunia design. Menurutnya, kecenderungan Gen Z yang ekspresif dan menyukai hal-hal dinamis cocok banget untuk profesi ini.

Penasaran bagaimana proses kerja dan rahasia design graphic PSS Sleman? Berikut hasil wawancara kami dengan Roshikul Ilmi  pada 7 Agustus 2023

Sejak kapan mulai bergabung menjadi bagian PSS Sleman?

“Sejak 2021, bulannya lupa. Yang pasti ketika sepak bola Liga 1 mulai musim 2021/2022.

Bagaimana tipsnya agar dilirik oleh klub PSS Sleman?

“Waktu itu sih masuk lewat proses open recruitment, ada bukaan lowongan untuk desainer grafis ya udah coba-coba saja. Kalau untuk tipsnya yang pasti portofolio karya sangat berpengaruh. Alhamdulillah waktu kuliah saya lumayan punya banyak portofolio karya waktu bergabung dengan berbagai event git. Jadi waktu apply di PSS bisa saya pamerin itu portofolio-portofolionya.”

Apakah pekerjaan ini sesuai dengan bidang minat atau passion?

“Iya, sejalan dengan minat saya di bidang desain visual.”

Demi menghasilkan desain yang menarik, apa tantangan dan solusinya?

“Untuk tantangannya, menurut saya pribadi itu desainer grafis pasti dituntut untuk selalu menciptakan karya yang fresh dan baru agar audiens tidak bosan. Jadi proses mencari idenya itu yang menjadi tantangan. Selain itu, tugas utama desainer grafis juga salah satunya adalah untuk menyampaikan pesan ke dalam elemen grafis, jadi biar pesan lebih gampang dipahami sama audiens. Percuma desainnya bagus-bagus tapi pesan yang mau disampaikan malah gak efektif. Nah cara kita mengolah dan membungkus pesannya itu juga jadi tantangan.”

Soal flow kerja, apakah ada target dan berapa desain yang harus diselesaikan dalam satu hari?

“Nah, bedanya pekerjaan bidang sepak bola dan industri-industri lain salah satunya adalah flow kerja yang sangat cepat. Contoh kalau sepak bola, misal sore ini ada daftar pemain yang akan bertanding nanti sore, bisa aja setengah jam selanjutnya itu daftar pemainnya berubah lagi karena ada yang cedera. Bisa dibilang juga kami gak ada jadwal atau agenda yang saklek karena semuanya bisa berubah kapan saja. Jadi untuk flow kerja cepat banget. Untuk target gak ada, kerjaan saya sebagai desainer grafis itu ngikutin agenda dari tim, jadwal-jadwal pertandingannya, jadwal latihannya dan sebagainya. Ya bisa dibilang fleksibel sih, gak ada yang saklek.”

Kalau boleh tahu, apa saja job desc kamu?

Job desc saya membuat semua kebutuhan-kebutuhan grafis di media sosial, konten-konten Instagram, thumbnail YouTube, grafis match promotion ketika menjelang pertandingan, kadang bikin konten gambar ilustrasi-ilustrasi juga untuk di media sosial.”

Tips kerja cepat dan efektif bagi graphic designer?

“Setiap awal musim itu kami pasti bikin kaya sejenis panduan grafis gitu, graphic guideline untuk 1 musim ke depan. Pemilihan font, pemilihan warna, dll. Jadi ya itu mempermudah juga buat kerja cepet.”

Kalau boleh tahu ada berapa graphic designer di klub PSS Sleman?

“Desainer grafis di tim kami ada 3. Saya sendiri tanggung jawab di bagian media sosial utama, ada yang fokus untuk sosial media di tim muda (Akademi PSS), sama satu lagi fokus untuk kebutuhan PSS Store.”

Apakah pekerjaan ini cocok bagi Gen Z yang cenderung dinamis dan ekspresif? Dan apakah kamu wajib ngantor?

“Cocok, apalagi ini industri olahraga gak bosenin soalnya, asik juga. Kalo pertanyaannya wajib ngantor apa engga? Untuk divisi saya sendiri kan media, nah itu kerjanya fleksibel soalnya kadang ngikut tim juga kan jadi gak bisa selalu di kantor. Ya fleksibel sih, yang penting presensi dan kerjaan beres.”

Itulah hasil perbincangan dengan sosok di balik design menarik klub PSS Sleman. Gimana, kamu tertarik untuk menjadi graphic designer seperti Rosikhul Ilmi? Yuk optimalkan selagi belajar di Prodi Ilmu Komunikasi UII ya, Comms.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Threads

Pesaing Twitter telah lahir. Meta, rumah dari Instagram, Facebook, dan WhatsApp telah melahirkan aplikasi Threads pada 6 Juli 2023. Antusias penggunanya juga meledak. Lantas mana yang lebih menarik: Threads milik Mark Zuckerberg atau Twitter milik Elon Musk?

Melihat data pengguna Threads yang kini tembus lebih dari 100 juta pengguna, memang aplikasi ini menjadi saingan berat Twitter. Sementara Twitter yang telah rilis pada 2006 kini telah digunakan oleh 556 juta pengguna di seluruh dunia berdasarkan laporan dari We Are Social dan Hootsuite pada bulan Januari 2023.

Perlu Anda ketahui, Threads mengadopsi cara kerja dan tampilan dari Twitter. Inilah yang membuat keduanya disandingkan sebagai rival. Dilansir dari New York Time, Mark Zuckerbeg telah merumorkan pesaing Twitter beberapa bulan sebelum perilisannya. Tak hanya itu, Threads digadang-gadang akan sukses seperti Instagram dan disebut pembunuh Twitter oleh para teknisi dalam bidangnya.

Ditambah pro kontra setelah Twitter dimiliki Elon Musk seperti berbagai perubahan algoritma, fitur, hingga pemberlakuan batasan-batasan lain bagi penggunanya. Tampaknya Mark Zuckerberg telah siap dengan persaingan tersebut, dengan modal basis pengguna Instagram 1,32 miliar di dunia pada Januari 2023.

“Saya pikir harus ada aplikasi percakapan publik dengan lebih dari 1 miliar orang di dalamnya. Twitter telah memiliki kesempatan untuk melakukan hal ini tetapi belum berhasil. Mudah-mudahan kami bisa melakukannya,” tulis Mark Zuckerberg pada postingan Threads hari Rabu lalu.

Sementara di tengah perdebatan Threads vs Twitter,  tangkapan layar berisi email Elon Musk dengan Juleanna Glover pada Agustus 2018 kembali mencuat. Isi pesan yang dikirim Elon Musk “Aku baru saja menghapus Instagramku. Mengecewakan” diunggah oleh akun Twitter @techemails.

Twitter vs Threads

Email Elon Musk soal Instagram

Sontak pemilik Twitter itu membalasnya dengan nada yang cukup tinggi, “Jauh lebih baik diserang oleh orang asing di Twitter, daripada menikmati kebahagiaan palsu dari Instagram yang menyembunyikan rasa sakit,” balasnya menanggapi tangkapan layar di Twitter.

Beralih dari perang dingin Mark Zuckerberg dengan Elon Musk, mana yang lebih menarik untuk digunakan dan yang terpenting soal keamanan data. Berikut hal-hal yang wajib Anda ketahui sebelum download aplikasi Threads.

Apa bedanya Threads dan Twitter?

Menurut hasil wawancara yang dilakukan New York Time kepada head of Instagram yakni Adam Mosseri, disebutkan bahwa Threads adalah aplikasi pendukung Instagram yang dapat melakukan percakapan publik secara real time.

“Idenya adalah untuk membangun ruang yang terbuka dan bersahabat untuk komunitas,” kata Mosseri.

Jika ingin menggunakan Threads otomatis harus memiliki akun Instagram. Begitu pula jika ingin menghapus akun Threads, penggunanya dipaksa merelakan akun Instagram terhapus juga. Pengguna dapat langsung mengimpor daftar orang yang dikuti di Instagram ke Threads jika mereka menginginkannya. Termasuk pengguna yang sudah terverifikasi di Instagram otomatis terverifikasi di aplikasi Threads. Pengguna dapat mengatur akun Threads mereka menjadi privat atau publik.

Secara tampilan Threads bisa dikatakan meniru Twitter seutuhnya, mulai dari tombol like, komentar, posting ulang, hingga tombol berbagi ke media sosial lainnya. Bedanya, Twitter lebih unggul dari sisi isu yang mampu menampilkan hal trending setiap harinya.

Meski sama-sama mampu memposting foto atau video, ternyata Threads tidak mendukung pesan langsung, sementara pada Twitter fitur ini telah terakomodasi. Namun masih ada kemungkinan pihak Threads akan menambahkan fitur tersebut jika banyak permintaan dari penggunanya.

“Ada kesempatan atau permintaan bagi lebih banyak orang untuk bermain di ruang publik,” ujarnya Adam Mosseri.

Perlukah menggunakan Threads ketika sudah memiliki Twitter?

Jika memang fitur yang disediakan Threads serupa dengan Twitter, perlukah ikut-ikutan menggunakan aplikasi ini?

Sah-sah saja bagi Anda yang ingin mengikuti tren dan tak ingin ketinggalan dengan euforia membagikan pengalaman menggunakan Threads. Namun, perlu Anda ketahui apa tujuan dan manfaat yang akan didapat setelah mengunduhnya.

Bagi content creator hingga pemilik bisnis, bergabung dan menggunakannya dari awal perilisan atau minggu-minggu pertama cukup menguntungkan. Mengutip startups.co.uk, ketika platform media sosial mana pun baru saja dirilis, tujuan utama adalah mendapatkan pengguna sebanyak-banyaknya. Sementara jika Anda bergabung lebih awal, konten yang Anda bagikan akan mendapatkan prioritas untuk muncul pada halaman awal pengguna yang bergabung dan mengikuti Anda.

Menariknya Threads bisa jadi platform yang membuat nama atau bisnis Anda mendapat banyak perhatian dari pengguna lain. Karena kita tidak pernah tahu bagaimana pertumbuhan di tempat yang baru. Seperti yang sering kita lihat, banyak pemilik bisnis yang beralih ke TikTok untuk mencari peruntungan dan hal ini cukup berhasil.

Mana yang lebih aman, Threads atau Twitter?

Kedua aplikasi ini pada dasarnya sama dengan fokus konten berbasis teks, namun mana yang lebih banyak mengintip data pribadi Anda?

Dibandingkan dengan Twitter, Threads meminta izin akses data lebih banyak. Setidaknya ada 10 jenis data yang diminta oleh Threads. Mengutip dari Kompas.com, Threads meminta akses informasi tentang kesehatan dan fitness, finansial, riwayat pencarian, kontak, konten pengguna, penggunaan data, lokasi, kartu identitas, informasi sensitif, dan data lainnya. Sedangkan Twitter meminta informasi antara lain lokasi pengguna, kartu identitas, informasi kontak, penggunaan data, riwayat pencarian, riwayat pembayaran, dan konten bikinan pengguna.

Artinya baik Threds maupun Twitter sama-sama tak dapat dikatakan aman 100 persen. Namun, hal yang pasti data tersebut digunakan untuk beberapa aspek mulai dari personalisasi konten, layanan iklan, akses informasi ke iklan pihak ketiga, fungsionalitas aplikasi, pemantauan aktivitas, dan sebagainya.

Inilah alasan mengapa di Uni Eropa, Threads belum dapat dirilis sebab keamanan data yang perlu ditinjau ulang.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Hari media sosial

Menyambut Hari Media Sosial di Indonesia yang jatuh pada 10 Juni 2023 tentu menjadi momen yang tepat untuk mengulas balik jejak digital yang pernah kita buat. Kira-kira, kegilaan apa yang sudah kita lakukan dengan media sosial? 

Hari Media Sosial perlu kita rayakan karena masyarakat Indonesia telah menempatkan media sosial menjadi rujukan utama sumber informasi, seperti terungkap dalam laporan hasil survei Kemenkominfo bersama Katadata Insight Center (KIC). Disebutkan bahwa media sosial kini menjadi rujukan informasi masyarakat Indonesia dengan persentase 72,6 persen dan bertahan dari tahun 2020 hingga 2022 mengalahkan televisi dan portal media daring. 

Di sisi lain, sifat media sosial yang membuat penggunanya mampu berinteraksi secara dua arah kerap kali menjadi forum adu komentar negatif hingga ujaran kebencian. Percaya tidak percaya, media sosial dapat mengubah manusia menjadi apa pun dan tak terduga karena kegilaannya. 

Perkembangan era digital yang pesat membuat kita dapat dinilai hanya dengan melihat beranda media sosial kita. Aktivitas digital kita terekam jelas. Maka tak heran, tak sedikit perusahaan yang meminta calon karyawannya mencantumkan akun media sosial yang dimiliki untuk melakukan screening awal.  

Tak hanya itu, dosa paling menakutkan justru adalah aib yang terbongkar dan tersebar melalui media sosial. Alasannya, masifnya penyebaran informasi melalui media sosial tak bisa kita bendung. Hal ini beberapa kali terjadi pada pesohor tanah air yang terjun di dunia entertainment. Ketika namanya tengah moncer, isu tak sedap seketika membuatnya menuai pujian dan atau hujatan di mana-mana. 

Beberapa pekan terakhir mungkin media sosial tengah dihebohkan video syur berdurasi 47 detik yang diduga RK. Awal mula video tersebar melalui media sosial Twitter sontak membuat korban tak tenang hingga berujung pelaporan melalui  kuasa hukumnya, Sandy Arifin dengan nomor laporan LP/B/113/V/2023/SPKT/Bareskrim Polri. Dalam laporan tersebut, pelaku dijerat Pasal 45 ayat 1 juncto 27 ayat 1 UU RI nomor 19 tahun 2016 tentang perubahan atas Undang Undang RI nomor 11 tahun 2008 tentang ITE. 

Dalam konteks ini RB adalah korban, namun dengan segala ketakutan dan dukungan dari orang-orang terdekat Ia berani menghadapi publik yang berkoar-koar memojokkan dirinya. Ia meminta maaf ke hadapan publik atas kegaduhan yang sebenarnya dilakukan oleh pelaku penyebaran video diduga mirip dirinya yang tak bertanggung jawab. 

Sesuai dengan laporan yang dilakukan oleh kuasa hukum RK, Pasal 27 ayat (3) dan Pasal 45 ayat (1) UU ITE. Pasal 27 ayat (3) UU ITE menyatakan “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik”. “Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”. 

Sementara untuk RK yang saat ini menjadi korban, LBH HKTI siap memberikan bantuan hukum agar RK tidak terus menerus menjadi sorotan negatif. Secara terbuka pihak RK juga akan meminta pendampingan psikolog dan selayaknya mendapatkan meminta bantuan dari Komnas Perlindungan Perempuan. 

Salah satu kegilaan di media sosial yang berefek brutal terjadi ketika video rekaman Mario Dandy, anak seorang Dirjen Pajak Kemenkeu RI, dengan sadar menganiaya David Ozora, anak petinggi GP Anshor, tersebar. Aksi yang sengaja direkam oleh Shane Lukas, sahabat pelaku,  viral di berbagai platform media sosial dan menjadi headline banyak media massa.  

Bahkan hingga kini proses hukum masih terus berjalan dan menetapkan Mario Dandy dan Shane Lukas sebagai tersangka atas kekejaman itu. Kasus ini juga menyeret ayah Mario Dandy yakni Rafael Alun Trisambodo yang menjadi sorotan publik karena kehidupan tak wajarnya yang bergelimang harta. Istrinya yang cenderung flexing  membuatnya diseret KPK dan dipecat secara tidak hormat sebagai aparatur sipil negara (ASN).  

Contoh kegilaan media sosial yang mampu mengubah nasib seseorang lainnya dialami oleh Fuji, adik ipar almarhum Vanessa Angel. Kepergian Vanessa pada penghujung tahun 2021 membuat Fuji menjadi sorotan publik. Warganet ramai-ramai memuji Fuji atas sikap dan kepeduliannya terhadap putra semata wayang Vanessa Angel dan Febri Andrianysah. Hal ini membuat Fuji mendadak populer dan dikenal publik, namun kebaikan itu tak selamanya disambut positif. Tak sedikit pengguna media sosial menghujatnya dengan sebutan terkenal dengan “jalur kematian”. 

Apapun itu, sebenarnya media sosial telah memberikan pengalaman dan informasi berharga. Tak sedikit keuntungan serta peluang muncul dari media sosial yang sebelumnya mungkin tak terpikirkan. 

Seperti yang dilakukan oleh Meilisa Sunora, salah satu alumni dari Prodi Ilmu Komunikasi UII, yang kini berprofesi sebagai pegawai bank sekaligus content creator di TikTok. Ia mengaku menjadi sosok yang lebih produktif dan kreatif berkat media sosial. Menariknya, hobinya membuat konten makan siang adalah sebuah ketidaksengajaan alias iseng-iseng yang justru mampu menghasilkan pundi-pundi yang tidak sedikit. 

“Pertama ekonomi aku dapet penghasilan dari TikTok itu dari keranjang kuning (affiliate) yang selama ini aku jual lewat video. Selain itu juga dapat endorsment dari berbagai brand. Itu nolong banget buat menambah uang jajan,” ujar Meilisa. 

Tak hanya itu, kini ia dikenal banyak orang ketika sedang beraktivitas di luar kantor. Hal ini membuatnya merasa mendapat banyak dukungan karena konten yang ia buat ternyata diterima pengguna media sosial. 

“Segi sosial aku jadi banyak banget teman yang tidak aku kenal tapi selalu support aku. Sampe  kadang lucu sendiri ketika aku makan di mana gitu suka ada aja yang menyapa tapi aku gak kenal, suka aja jadi ketemu temen baru,” tambahnya. 

“Ketika videoku banyak yang like itu senengnya luar biasa karena aku merasa karyaku diapresiasikan. Di sisi lain ternyata selama aku ngedit itu bisa ngilangin stres, sedih, dan overthingking,” tutur perempuan berusia 27 tahun itu. 

Meilisa tak memungkiri bahwa kenaikan follower-nya di TikTok cenderung cepat, berawal dari nol hingga Agustus 2022 video makan siang dengan menu natto viral hingga tembus 1 juta penonton seolah mengubah hidupnya. Ia kini konsisten mengunggah konten makan siang minimal 5 kali dalam seminggu. 

Meski terdengar asyik dan menikmatinya, ternyata tingkah ulah pengguna media sosial cukup unik. Tak jarang ada yang memberikan komentar negatif hingga menghina fisik. Tak hanya itu, sesama pengguna terkadang justru bertengkar karena ada yang membela dan menjatuhkannya. 

Khawatir dengan komentar warganet juga dirasakan oleh Natasia Nurwitasari alumni Prodi Ilmu Komunikasi UII yang kini menjadi Influencer Mama, Ia mengaku menonaktifkan notifikasi di Media Sosialnya demi mengurangi rasa stres. 

“Aku sampe sekarang mematikan notifikasi terus. Gak pernah terlalu mau ngecek kolom komentar, awalnya lumayan stres banget baca komentar-komentar negatif. Disitu aku dituduh “membohongi anak” padahal aku merasa di video udah jelas kok maksudnya itu untuk apa,” terang Natasia. 

Ibu satu anak itu pernah mendapat cibiran dari warganet terkait tips dan trik agar anak tidak selalu meminta mainan baru ketika berkunjung di pusat perbelanjaan. Ia juga telah menjelaskan alasannya secara detail. Namun tak semua orang menerima dengan positif ide tersebut. Hal ini membuatnya sempat ogah-ogahan membuat konten baru. Namun, kreativitasnya seolah tak bisa berhenti, Ia akhirnya bergabung dengan sebuah agency dan menerima endorsment dari beberapa brand ternama. 

“Aku sebenarnya masih belum terlalu mau melabeli diri aku sebagai influencer. Tapi keadaannya sekarang aku sudsh bergabung di agency, jadi mau tidak mau aku sudah kerja & berkecimpung di dunia digital creator. Untungnya yang dirasain banyak banget alhamdulillah Aku bisa tetep kerja biarpun sbg ibu rumah tangga,” jelasnya. 

Lantas bagaimana dengan kamu, sudahkah memanfaatkan dengan bijak kegilaan media sosial?  

Jika melihat peluang di Indonesia sepertinya cukup menguntungkan, tercatat masyarakat Indonesia memiliki setidaknya 8 media sosial. Selain itu, menurut survei Global Web Indeks, konsumen di Indonesia menghabiskan waktu selama 148 menit per hari untuk mengakses media sosial. 

Sebagai informasi Hari Media Sosial diinisiasi oleh Handi Irawan, CEO Frontier Group dan juga penggagas Hari Pelanggan Nasional. Gagasan Hari Media Sosial muncul karena fenomena penggunaan media sosial di Indonesia. Diharapkan dengan pesatnya perkembangan media sosial diimbangi dengan sikap yang bijak dan memanfaatkan kegilaan secara positif.

 

Penulis: Meigitaria Sanita
 

 

Viral kata Cuaks atau Chuaks

Viral di berbagai platform media sosial terutama TikTok dan Instagram Bahasa gaul ‘Cuaks’ atau ‘Chuaks’. Lantas apa artinya? Bagaimana penggunaannya?

Secara umum penggunaan kata ‘Cuaks’ selalu diucapkan pada akhir sebuah kalimat dengan nada sindiran. Ramai-ramai remaja mengekspresikan protesnya dengan akhiran ucapan ‘Cuaks’.

Bisa dikatakan jika ‘Cuaks’ adalah Bahasa gaul memiliki arti yang buruk atau negatif terhadap suatu gagasan. Seperti yang viral di akun TikTok milik @sastra.silalahii yang menyampaikan sindiran atas kasus Dandy Mario anak mantan pejabat Dirjen Pajak Kementerian Keuangan Rafael Alun Trisambodo, menganiaya D pada 20 Februari 2023.

“Ke Rumah si Rojak lewat Jaksel, capek-capek bayar pajak anaknya bikin kesel, cuaks,”

“Nongkrong di balkon pakai xiaomi, anaknya pamer Rubicon, eh rakyat cuma bisa makan Indomie, cuaks,”

Hingga kini postingan tersebut telah ditonton 8,3 juta kali pengguna TikTok dan disukai oleh lebih dari 900 ribu pengguna.

Arti dan awal mula Bahasa gaul ‘Cuaks’

Sebelumnya Tretan Muslim dan Coki Pardede yang memperkenalkan kata-kata “Cuaks”. Stand Up Comedy tersebut menggunakan kata tersebut dalam konten yang mereka bagikan. Selanjutnya rama-ramai para pengguna mengikutinya.

Sementara menilik dalam KBBI, kata ‘Cuak’ tanpa ‘S’ berarti binatang (seperti kerbau, gajah) untuk memikat (gajah, kerbau liar) supaya dapat ditangkap.

Saat ini “Cuaks” diucapkan layaknya Bahasa gaul kalangan anak muda. Berdasarkan riset yang diterbitkan oleh Kemendikbud Bahasa gaul adalah salah satu cabang dari bahasa Indonesia yang diucapkan dalam Bahasa pergaulan sehari-hari.

Bahasa gaul mulai popular pada tahun 1980an sebagai sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya selama kurun tertentu. Hal ini dikarenakan, remaja memiliki bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri.

Alasan muncul kata ‘Cuaks’

Lantas mengapa orang-orang di Indonesia senang menciptakan Bahasa gaul? Berdasarkan hasil riset databoks Kata Data Indonesia termasuk dalam 10 negara dengan jumlah Bahasa terbanyak.

Negara Indonesia menempati urutan kedua dengan jumlah 720 bahasa, sementara posisi teratas ditempati Papua Nugini yakni 840 bahasa. Dlanjutkan posisi ketiga Nigeria 537 bahasa, India 458 bahasa, Amerika Serikat 355 bahasa, Australia 318 bahasa, Tiongkok 307 bahasa, Meksiko 304 bahasa, Kamerun 279 bahasa, dan Brasil 240 bahasa.

Bisa jadi munculnya kosakata khas, fonem, dan diftong dalam Bahasa gaul lantaran beragamnya Bahasa yang digunakan di Indonesia.

Selain itu banyaknya kasus yang dilakukan oleh pejabat publik turut menyumbang masyarakat menyuarakan kekecewaan melalui ekspresi di media sosial. Lantas kamu sudah pakai kata “Cuaks” belum Comms?

 

Artikel ini ditulis oleh: Meigitaria Sanita