Tag Archive for: Ilmu Komunikasi UII

Literasi

Data yang dirilis We Are Social menunjukkan jumlah pengguna media sosial di Indonesia mencapai 139 juta identitas per Januari 2024. Akses media sosial dan internet paling dominan melalui smartphone, sementara 36,99 persen pemiliknya adalah anak-anak berusia kurang dari 15 tahun (Data BPS 2023).

Lantas dengan usia anak-anak menuju remaja, apakah mereka sudah memahami pentingnya perlindungan identitas di dunia digital?

Salah satu dosen Prodi Ilmu Komunikasi, Puji Hariyanti berkesempatan melakukan pengabdian di MTSN 7 Pakem dengan memberikan literasi bertajuk “Lindungi Identitas Anak dengan Cakap Digital” kepada 160 siswa kelas 7. Tak dapat dipungkiri, jika hampir seluruh siswa jenjang menengah pertama memiliki smartphone pribadi. Selain berkomunikasi, smartphone juga menjadi media hiburan seperti bermain game online hingga bermedia sosial.

Literasi diawali dengan diskusi terkait kebiasaan para siswa dengan smartphone pribadinya, tak sedikit yang menyebut menggunakannya untuk bermain Mobile Legend, mengunggah konnten di TikTok dan Instagram, menonton anime serta kegiatan lainnya.

Menariknya, para siswa mengaku jika mereka tak benar-benar menggunakan identitas aslinya demi melancarkan akses terhadap aplikasi-aplikasi yang mamatok persyaratan usia di atas 17 tahun.

Mendapati hal ini, Puji Hariyanti menjelaskan risiko-risiko kebocoran identitas digital mulai dari risiko saat download aplikasi, saat upload konten, hingga bagaimana algoritma bekerja karena seluruh aktivitas online yang kita lakukan ternyata dipantau oleh platform global yang ada dalam smartphone.

“Algoritma itu mencatat apa yang kita cari di Google, kalau kalian mencari anime nanti ada rekomendasi anime juga entah di platform (media sosial) lainnya,” ujar Puji.

Sementara, beliau juga mengingatkan untuk menyimpan dengan aman data-data pribadi yang berkaitan dengan akun. Dan data apa saja yang tak boleh dibagikan di media sosial.

Diskusi semakin responsif, ketika para siswa penasaran dengan cara kerja algoritma di smartphone mereka. Sebagian dari mereka tertarik mendiskusikan bagaimana cara menghapus data yang telah mereka lakukan sebelumnya.

“Bagaimana menghapus jejak digital? Posting yang baik-baik, harus bijak apa yang kalian cari dan lakukan itu terekam,” tambahnya.

Di akhir sesi, risiko cyberbullying juga sempat dibahas. Cyberbullying adalah perilaku yang tidak baik di dunia digital, bagaimana seseorang sengaja menyakiti atau mengganggu orang lain.

“Jika identitas pribadimu bocor, mereka bisa memanfaatkannya dengan cara tidak baik misalnya mencoba melecehkan hingga melakukan penipuan,” ungkap Puji Hariyanti.

“Memanggil teman dengan kata kasar di game termasuk cyberbullying,” tambahnya.

Menutup sesi tersebut, beberapa pesan disampaikan agar para siswa aware dengan identitas pribadinya. Karena bahaya kerusakan identitas digital akan berpengaruh terhadap pendidikan dan masa depan.

“Kita hidup di dunia digital dan main HP, kalian harus hati-hati jangan mengunggah foto maupun video yang aneh-aneh (tak pantas),” tandasnya mengakhiri diskusi.

CCCMS 2024: Masduki Sampaikan ‘Hybrid Media & Politics’ hingga Singgung Darurat Demokrasi Indonesia dalam Forum Internasional

Masduki berkesmpatan menjadi keynote speaker dalam forum internasional 7th Conference on Communication, Culture and Media Studies (CCCMS) pada 29 Agustus 2024 di gedung Auditorium FPSB UII. Bertemakan Hybrid, Masduki menyampaikan materi bertajuk Hybrid Media & Politics (Democracy) in Post-Authoritarian Indonesia.

Dalam pembukaan presentasinya, poster runtuhan gedung Mahkamah Konstitusi hingga Presiden Jokowi dengan mahkota yang dikelilingi kerabat dan keluarganya diharapkan mampu menggugah audiens dari beragai negara.

“Very provocative, right? Tell us about Jokowi. I’m sure everyone knows Jokowi, our president. Ten years president. We got him in the funniest way as Mulyono, we call him. So, Jokowi is the father of the family oriented,” ujar Masduki membuka diskusi.

(Sangat provokatif, bukan? Ceritakan tentang Jokowi. Saya yakin semua orang tahu Jokowi, presiden kita. Presiden sepuluh tahun. Kami menyebutnya dengan sebutan yang paling lucu, Mulyono, kami memanggilnya. Jadi, Jokowi adalah bapak yang berorientasi pada keluarga)

Pernyataan ini dilempar atas respon kondisi darurat demokrasi di Indonesia. Istilah Raja Jawa dan Dinasti menyeruak lantaran aturan batas usia calon wakil presiden diacak-acak demi memuluskan langkah putranya maju dalam kontetasi politik.

Beranjak dari fenomena tersebut, darurat demokrasi di Indonesia sebenarnya dialami oleh semua masyarakat. Dalam konteks Hybrid, Masduki memberikan contoh soal penggunaan internet dan media digital. Di Indonesia masyarakat sah-sah saja memiliki akun media sosial ganda.

Bahkan dengan perasaan yang tenang, pengguna menganggap internet adalah ruang kolaboratif yang transparan akibat provokasi yang yang selama ini dilanggengkan.

So why we discuss about public spare? This is an idea of (quotation?) of wider context Indonesia with other countries. If you read about this decription this tell us in positive ways that internet is forum for public, can share global ownership, everyone can have social media account, right?

Sementara, yang terjadi di Indonesia adalah ketika masyarakat menyerukan sebagai oposisi dan mengkritik pemerintah tak lama pihak kepolisian akan meringkusnya. “Let say, the index like the opposite site internet is mythology or reality?, ” (“Katakanlah, indeks seperti situs internet yang berlawanan adalah mitos atau kenyataan?”)

Sementara dalam aksi unjuk rasa secara langsung, masyarakat Indonesia tak serta merta bisa melakukannya begitu saja. Persoalan administratif perizinan, jika tidak para aparata akan datang dan menghentikan dengan alasan tak berizin.

Menanggapi fenomena tersebut, Nico Carpentier yang juga terlibat dalam diskusi tersebut menegaskan jika kondisi di Indonesia sangat bermasalah, ia meyakini jika hybridity dan demokrasi seharusnya tidak melanggar hak asasi manusia.

“We shouldn’t celebrate hybridity anymore, we should definitely like get the problematic part, and I think there celebration of hybridity like we have some really good things in our society and we found human rights at that time, I think that the probably the limits,” ungkap Nico Carpentier.

(“Kita seharusnya tidak merayakan hibriditas lagi, kita seharusnya mendapatkan bagian yang bermasalah, dan saya pikir perayaan hibriditas seperti kita memiliki beberapa hal yang sangat baik di masyarakat kita dan kita menemukan hak asasi manusia pada saat itu, saya pikir itu mungkin batasnya,”)

Atas darurat demokrasi di Indonesia, Masduki menyebut jika negara Indonesia lebih cocok disebut sebagai negara dengan paham monarki.

“I do agree with many critical scholars that say Indonesia is not really republic, but this is monarchy,” tandasnya.

(“Saya setuju dengan banyak sarjana kritis yang mengatakan bahwa Indonesia tidak benar-benar republik, tetapi ini adalah monarki,”)

Nico Carpentier, Hubungan Media dengan Demokrasi hingga ‘Political Struggle’

Nico Carpentier merupakan Extraordinary Professor dari Charles University yang ditunjuk menjadi keynote speaker dalam perhelatan The 7th Conference on Communication, Culture and Media Studies (CCCMS) 2024 dalam tema Hybrid pada 28 Agustus 2024 di Auditorium FPSB UII.

Pada kesempatan itu Nico menjelaskan bagaimana hubungan media dengan demokrasi yang menjadi perjuangan politik atau political strunggle. Materi tersebut dipaparkan sesuai dengan konteks hybrid pada 7th CCCMS 2024.

“What I wanted to talk about is very much in line with the main theme of the conference, hybridity. Although I might once in a while translate it as a discussion on contingency, which is for me, quite close to the logics of hybridity,” ujar Nico membuka presentasinya.

(“Apa yang ingin saya bicarakan sangat sesuai dengan tema utama konferensi ini, yaitu hibriditas. Meskipun sesekali saya mungkin akan menerjemahkannya sebagai diskusi tentang kontingensi, yang bagi saya cukup dekat dengan logika hibriditas,”)

Baginya, demokrasi dalam konteks hybrid merupakan kontruksi sosial yang selalu mengikuti kondisi politik dan budaya suatu negara. Sementara, media memiliki peran ganda. Mulai dari ruang untuk menegosiasikan hingga perdebatan bagi elit politik, kritik masyarakat dan media itu sendiri, namun juga menjadi kekuatan perjuangan politik.

“And I will come back to the 2011 book, rest assured, but this is important for me. But I will also start by talking a bit about the discursive material, because that theoretical model, that (ontology?) will allow me to put emphasis on the role of hybridity and contingency. It’s actually a main theoretical framework that I can use to emphasize the importance of hybridity and contingency, together with, and that’s also in the title, the notion of political struggle. Because I would like to emphasize that when we start thinking about the relationship of media and democracy, we need to think about this issue from the perspective of political struggle,” tambahnya.

(“Dan saya akan kembali ke buku tahun 2011, yakinlah, tapi ini penting bagi saya. Tetapi saya juga akan memulai dengan berbicara sedikit tentang materi diskursif, karena model teoritis itu, (ontologi?) akan memungkinkan saya untuk menekankan peran hibriditas dan kontingensi. Itu sebenarnya adalah kerangka teori utama yang dapat saya gunakan untuk menekankan pentingnya hibriditas dan kontingensi, bersama dengan, dan itu juga ada di dalam judul, gagasan tentang perjuangan politik. Karena saya ingin menekankan bahwa ketika kita mulai berpikir tentang hubungan media dan demokrasi, kita perlu memikirkan masalah ini dari perspektif perjuangan politik,”)

Dalam perjuangan politik, peran berbagai pihak bisa jadi sangat besar, berbahaya, dan tak terduga. Jika elit politik bisa saja mengendalikan peran media, peran masyarakat juga demikian.

“In many cases, high level of democracy being more ethical, high citizen participation even high dangerous in some cases,” ungkapnya.

(“Dalam banyak kasus, tingkat demokrasi yang tinggi menjadi lebih etis, partisipasi warga yang tinggi bahkan berbahaya dalam beberapa kasus,”)

Fenomena tersebut kerap terjadi dalam dunia politik di Indonesia terutama, maka sudah selayaknya jurnalis bekerja atas dasar kebenaran. Bukan ikut turut sebagai buzzer politik untuk melanggengkan salah satu pihak yang ingn berkuasa.

“The journalists have power on it. But we have to point it that we ask them (journalists) not as journalist but deeply for community responsibilities,” tegasnya.

(“Para jurnalis memiliki kekuatan di dalamnya. Namun kami harus menekankan bahwa kami meminta mereka (jurnalis) bukan sebagai jurnalis, tetapi lebih kepada tanggung jawab kepada masyarakat,”)

Nico mengaku sangat bersyukur hadir dalam 7th CCCMS 2024 karena akan mendapatkan berbagai perspektif dan insight dari para presenter yang hadir dari berbagai negara.

“My pleasure to be able to listen to you. Because that’s obviously what conferences are about, is to create dialogues between many different voices. And it’s good to hear that people from many different countries have been, so thanks for making this possible,” ujaranya dalam sesi perkenalan.

(“Senang sekali bisa mendengarkan Anda. Karena memang itulah tujuan dari konferensi ini, yaitu untuk menciptakan dialog di antara banyak suara yang berbeda. Dan senang mendengar bahwa orang-orang dari berbagai negara telah hadir, jadi terima kasih karena telah membuat hal ini menjadi mungkin,”)

Penulis: Meigitaria Sanita

P2A

Passage to ASEAN (P2A) 2024 bertajuk AWARE: Exploring Digital Culture and Urban Environment in Creative Ecosystem telah berlangsung dengan seru. Kegiatan ini melibatkan dua institusi pendidikan yakni International Program (IP) Prodi Ilmu Komunikasi UII bersama SCIMPA Universiti Utara Malaysia (UUM). Terdapat berbagai agenda menarik yang dilakukan dalam perjalanan dua negara di Indonesia dan Malaysia.

Inbound program mengambil latar di Yogyakarta, Provinsi yang kaya budaya tak akan habis dieksplorasi hanya dengan waktu satu pekan. Inbound berlangsung selama lima hari sejak 20 hingga 24 Agustus 2024. Peserta dari dua negara memiliki misi untuk menyelesaikan berbagai tugas pada setiap sesinya.

Tak hanya bersenang-senang keliling dua negara, program P2A memiliki prinsip Project Based Learning (PBL) dimana setiap delegasi berkesempatan meningkatkan hard skill dan soft skill untuk membuat berbagai karya dan konten melalui media. Selain itu mereka juga ditantang untuk bekerja sama dalam tim dengan berbagai perbedaan karakter dan budaya.

Dibuka langsung oleh Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) UII, Qurotul Uyun menyebut jika tema yang diangkat tahun ini menarik dan sesuai dengan beberapa masalah yang terjadi di Yogyakarta.

“Konsisten dilakukan setiap tahunnya, artinya ada komitmen antara dua belah pihak. Saya sangat mengapresiasi hal ini. Sementara isu yang diangkat, khususnya lingkungan di Yogyakarta ini sangat relate. Isu ini memang membutuhkan perhatian dari kita semua,” ujarnya dalam speech yang di gelar di Auditorium FPSB, (21/08).

Pada kesempatan yang sama Kaprodi Ilmu Komunikasi, Iwan Awaluddin Yusuf menyambut para delegasi dari SCIMPA UUM dengan pantun. Memiliki kedekatan budaya Melayu, pantun mampu mencerminkan nilai-nilai kearifan lokal dan kesamaan identitas dua negara.

“Dari Kedah terbang ke Jogja. Mengikuti perjamuan di UII. Hati merekah datang ke acara Passage to Asean. Semoga persahabatan abadi hingga nanti,” ujarnya.

Disambut dengan hangat, perwakilan yakni Syamsul Hirdi Bin Muhid, selaku Deputy Dean (Student Affairs and Alumni) UUM mengaku lega dan seperti mengunjungi keluarga sendiri.

“Our first day it has been very, actually you know describe we feel. And we feel we are coming back to home and we are coming to our family,” ujarnya.

Program Inbound di Yogyakarta

Sesuai dengan tema yang AWARE: Exploring Digital Culture and Urban Environment in Creative Ecosystem semua program yang dirancang khusus oleh IP Ilmu Komunikasi UII bersama tim fokus dengan eksplorasi budaya di Yogyakarta, khususnya wilayah perkotaan. Tak hanya itu, budaya digital serta ekosistem kreatif di sekitarnya juga tak luput dari perhatian.

Selama pelaksanaan program, delegasi dari SCIMPA UUM didampingi oleh buddies yang berasal dari mahasiswa Ilmu Komunikasi UII. Mereka membentuk beberapa tim untuk saling aktif berdiskusi selama program berlangsung

Campus Tour

Herman Felani, salah satu dosen Prodi Ilmu Komunikasi mengajak para delegasi mengelilingi lingkungan kampus UII. Beberapa gedung yang disambangi adalah FPSB, FIAI, dan sekitarnya. Herman menjelaskan secara detail mulai dari sejarah hingga gaya arsitekturnya.

Tak terlewatkan, Gedung Mohammad Hatta adalah tujuan utama. Perpustakaan pusat ini memiliki koleksi yang beragam hingga arsitekturnya yang tak biasa ternyata menyimpan sejarah dan peradaban yang sangat kaya. Di sana terdapat museum yang berisi informasi sejarah UII, sisi kanan berbagai artefak administrasi, bagian tengah berbagai benda bersejarah milik rektor pertama UII, KH Abdul Kahar Muzakkir. Dan sisi kiri dipenuhi dengan visual sejarah perjalanan UII.

Sementara, hal menarik lain adalah bangunan Candi Kimpulan yang tak sengaja ditemukan saat pembangunan perpustakaan tahun 2009 lalu. Candi bercorak Hindu ini sejajar dengan keberadaan Masjid Ulil Albab UII. Menambah nilai kergaman dalam sejarah budaya dan agama di wilayah Jawa.

Sejarah lengkap Candi Kimpulan dapat diakses melalui laman berikut:

https://library.uii.ac.id/candi/

Urban Walking Workshop

Tak hanya jalan-jalan di pusat kota, Urban Walking Workshop ini menggunakan sensory method. Zaki Habibi, dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII sebagai fasilitator dalam workshop tersebut menekankan bahwa dalam jalan-jalan itu menekankan penggunaan seluruh indra untuk mengeksplorasi pengalaman perjalanan itu.

Dimulai dari Tugu Golong Gilig (Tugu Yogyakarta) pada pukul 08.00 WIB kemudian melanjutkan perjalanan melalui jalan utama Kota Yogyakarta yang masuk dalam bagian situs UNESCO World Heritage: mulai dari jalan Margo Utomo, Mangkubumi, melewati rel kereta, kemudian berakhir di Jalan Malioboro. Jarak perjalanan kurang lebih sejauh 2.5 kilometer.

Photography Workshop

Mengambil latar di Ledok Sambi, photography workshop berlangsung pada 22 Agustus 2024 dipandu oleh Hardoyo, dosen sekaligus praktisi bidang fotografi dan desain grafis. Sebelum menerjunkan para delegasi untuk hunting foto di alam, Hardoyo menjelaskan sejarah bagaimana Ledok Sambi yang merupakan desa wisata inisiasi warga hingga budayanya.

Hasil jepretan dari delegasi UII dan UUM akhirnya direview satu per satu. Salah satu yang disampaikan terkait teknik mengambil foto adalah membuat komposisi yang tepat.

“Dalam mengambil foto kita harus berani untuk mendekati objek, agar angle dan komposisi lebih pas dan tidak ambigu,” ujar Hardoyo.

Cultural Night

Ini merupakan program terakhir yang berlangsung di Hotel Cakra Kembang. Program penutup tersebut menampilkan dua pertunjukan dari UUM dan UII. Diawali dengan makan malam yang hangat, kemudian acara dilanjutkan dengan pertunjukan kedua negara.

Delegasi UUM menampilkan tarian dan lagu-lagu Melayu, lengkap dengan pakaian adat yakni baju kurung. Sementara, dari UII menampilkan teater dengan cerita modern atas fenomena viral di media sosial.

Penulis: Meigitaria Sanita

Communicating Space and Place in Cultural Hybridity

Panel bertajuk Communicating Space and Place in Cultural Hybridity pada 7th CCCMS 2024 yang dipandu oleh Holy Rafika Dhona, salah satu dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII, pada 28 Agustus 2024 menggali lebih dalam terkait bagaimana mengkomunikasikan ruang dalam budaya hybrid.

Salah satu paper menarik milik Natalia Grincheva dari LASALLE, University of Arts Singapore dengan judul “Smart & Creative Environments? Exploring the Role of Arts Data in Sustainability of Smart Cities” mengeksplorasi bagaimana data seni yang dihasilkan oleh organisasi budaya dapat diintegrasikan dalam tata kelola smart city secara berkelanjutan dengan pendekatan kultural.

Natalia membandingan konsep smart city yang diusung Singapura dengan beberapa negara seperti Melbourne, New York City, dan London. Hasilnya adalah Singapura dan Melbourne belum menemukan refensi secara eksplisit terkait kebijakan di dalamnya. Berbeda dengan NYC yang jelas fokus pada smart environment dan London yakni smart living.

Beberapa pertanyaan yang digali dalam riset tersebut berkisar soal kebijakan yang mempertanyakan apakah seni dan budaya memberikan kontribusi yang berarti pada pengembangan smart city. Bahkan keterlibatan pemerintah dalam memberikan insentif dan dukungan yang berarti serta organisasi budaya yang mungkin akan menawarkan meaningful space untuk masyarakat kota.

Presenter kedua ada Josephine Choi Hio Ian, dari Hong Kong dengan papernya yang berjudul “Cultural Space and Place in China’s Smart Cities”. Riset tersebut mengeksplorasi kebijakan dan praktik di wilayah Greater Bay Area terkait smart city dengan mengimplementasikan proyek-proyek budaya. Riset ini juga menggali teknologi pada smart infrastructure seperti proyek taman budaya OCT-LOFT Creative di Shenzhen dan Distrik Budaya Kowloon Barat di Hong Kong.

Sementara penemuan Josephin menyebut bahwa data tentang aplikasi pintar dalam industri budaya di Hong Kong dan Shenzhen dalam rencana wilayah Teluk masih belum tersedia. Dampak dari penggabungan budaya dan pengembangan Smart City di wilayah teluk yang lebih luas belum dieksplorasi. Terakhir soal kebijakan dan praktiknya belum dieksplorasi secara luas.

Selain dua presentasi terkait smart city dan budaya, ada dua presentasi lain yakni oleh Andrea Miconi, IULM University dengan judul “Values and Fears of the Europeans; A Media Theory Perspective”. Secara spesifik menjelaskan hasil proyek Horizon 2020 project EUMEPLAT – European Media Platforms yang menilai eksternalitas positif dan negatif untuk budaya Eropa.

Panelis terakhir adalah Martriana Ponimin Said, Universitas Pancasila Jakarta dengan papernya berjudul “Life is a Game: Scrabble Club Community in Inland Village”. Riset ini menunjukkan peran penting komunitas scrabble di desa pedalaman dalam meningkatkan kualitas diri masyarakatnya. Tantangannya adalah bagaimana lingkungan yang hibrida yang belajar bahasa asing namun tetap mempertahankan budaya tradisional. Studi ini berada di Kampoeng Inggris Borneo. []

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Budaya pop dan fandom kpop serta film

Budaya pop selalu memiliki tempat tersendiri dalam kehidupan masyarakat. Pada satu sisi masyarakat terpengaruh dengan berbagai produk budaya pop di sisi lain, budaya pop juga memengaruhi kehidupan masyarakat.

Hal tersebut membuat budaya pop menjadi satu topik yang menarik untuk didiskusikan secara akademik. Inilah yang menjadi spirit dalam salah satu diskusi panel dalam 7th CCCMS 2024 yang bertajuk “Pop Culture and Hybrid Media”.

Sesi tersebut berlangsung pada Rabu siang 28 Agustus 2024 dan dimoderatori oleh Khumaid Akhyat Sulkhan, dosen program studi Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Indonesia. Ada tiga presenter dalam forum tersebut, termasuk Sulkhan sendiri. Presenter pertama bernama Rina Sari Kusuma dari Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan topik “Xkwavers as Third Space: Hybrid Identities of Hallyu-Muslim Community Fans”. Ia membicarakan fandom Korea muslim di Indonesia yang kemudian menggunakan konten-konten K-Pop sebagai sarana dakwah.

Presenter kedua bernama Dimas Ramadhiansyah dari Universitas Airlangga, Surabaya, dengan judul topik ““I had Post-Concert”: A Netnographic Study of Lucy Fans Community Dynamic in a WhatsApp Group Post LUCY We Are Lading Jakarta 2024 Concert”. Topik ini mendalami praktik konsumsi fandom salah satu grup musik Korea.

Kemudian, panel terakhir presentasi dari Sulkhan dengan topik presentasi berjudul “Understanding the Dark History of 1965 in Horror Films: A Study of Representation in the Film “Malam Para Jahanam””. Ia membahas tentang bagaimana sejarah tragedi 1965 diwacanakan dalam film horor.

Setelah semua presenter memaparkan topik masing-masing, acara dilanjutkan dengan tanya jawab. Tampak para peserta aktif memberikan pertanyaan dan masukkan kepada para presenter hingga sesi berakhir.

Penulis: Khumaid Akhyat Sulkhan

CCCMS 2024

Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Fathul Wahid secara resmi membuka gelaran Conference on Communication, Culture, and media Studies (CCCMS) 2024 pada 28 Agustus 2024 di Ruang Auditorium Lantai 3 Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya.

Dalam pembukaan tersebut, Fathul Wahid menyampaikan argumennya terkait tema Hybrid yang diusung oleh Prodi Ilmu Komunikasi pada sesi 7th CCCMS 2024. Ia menyebut bahwa human are not totally independent. Pernyataan tersebut mengarah paada pemikiran Bruno Latour yang merupakan sosok filsuf, sosiolog, sekaligus antropolog asal Prancis.

Sesuai dengan Hybrid dalam tema 7th CCCMS 2024 yang fokus terhadap isu-isu dan tantangan kontemporer dalam ekosistem digital dan lingkungan, konsep yang dikemukakan Bruno Latour soal ekologi tidak hanya tentang ekosistem tetapi lebih dari itu yakni hubungan kompleks antara manusia, teknologi, dan alam.

“We are not shaping the context, but we are engaged in virtual shaping. And we as human are not totally independent because we to some extent or event to a real extent are dependent to other actors,” ujar Rektor UII.

(“Kita tidak membentuk konteks, tetapi kita terlibat dalam pembentukan virtual. Dan kita sebagai manusia tidak sepenuhnya independen karena kita dalam beberapa hal atau peristiwa bergantung pada aktor-aktor lain,”)

“When we are talking about the information system or information technology, so now we are discussing about the social materiality. So information technology is not always material only. But also social materiality we ca not detach information system or information technology from its independent existence, that to some extent will influence us. Because I do believe that material determinism is not the only way to see the reality, but we have to invite another perspective, we can call it as social determinism,”

(“Ketika kita berbicara mengenai sistem informasi atau teknologi informasi, maka sekarang kita membahas mengenai materialitas sosial. Jadi teknologi informasi tidak selalu bersifat material saja. Tapi juga materialitas sosial, kita tidak bisa melepaskan sistem informasi atau teknologi informasi dari keberadaannya yang independen, yang sedikit banyak akan mempengaruhi kita. Karena saya percaya bahwa determinisme material bukan satu-satunya cara untuk melihat realitas, tapi kita harus mengundang perspektif lain, yang kita sebut sebagai determinisme sosial,”)

Senada dengan pernyataan yang disampaikan oleh chair 7th CCCMS 2024, Muzayin Nazaruddin bahwa konferensi ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan yang kompleks antara alam, budaya, hingga fenomena hibriditas budaya masyarakat pasca kolonial.

Rektor UII juga menyampaikan kegembiraannya terkait gelaran ketujuh konferensi internasional tersebut, ia menganggap bahwa pertemuan akademik ini menjadi komitmen dan dedikasi Progam Studi Ilmu Komunikasi terhadap kajian komunikasi, media, dan budaya.

“I am delighted to welcome you all in this conference that held by my fellow department of communication Universitas Islam Indonesia, this year is the 7th edition that indicate of many things. At least, indicate of dedication of department of communication,” ungkapnya lagi.

(“Saya sangat senang menyambut Anda semua dalam konferensi yang diadakan oleh rekan-rekan Departemen Komunikasi Universitas Islam Indonesia, tahun ini merupakan edisi ke-7 yang menandakan banyak hal. Setidaknya, ini menunjukkan dedikasi departemen komunikasi,”)

Hadir pula Kaprodi Ilmu Komunikasi, Iwan Awaluddin Yusuf, yang menyambut partisipan dari berbagai negara.

“(Theme) Relevant as we navigate the evolving landscape of communication, culture, and media across a broad spectrum of challenges. From analog to digital, ecosystem, local and global environments, as well as natural and cultural practices. Today and tomorrow, we will have the privilege of engaging in a broad discussion, exploring cutting-edge research research, and exchanging ideas on a wide range of topics, spanning from a theoretical perspective on hybrid culture to empirical studies on artificial intelligence and so on,”

(“(Tema) Relevan ketika kita menavigasi lanskap komunikasi, budaya, dan media yang terus berkembang di berbagai spektrum tantangan. Dari analog ke digital, ekosistem, lingkungan lokal dan global, serta praktik-praktik alam dan budaya. Hari ini dan besok, kita akan memiliki hak istimewa untuk terlibat dalam diskusi yang luas, mengeksplorasi penelitian terkini, dan bertukar ide tentang berbagai topik, mulai dari perspektif teoretis tentang budaya hibrida hingga studi empiris tentang kecerdasan buatan dan sebagainya,”)

Konferensi internasional ini diikuti oleh akdemisi dari berbagai negara yakni Portugal, United Kingdom, Polandia, India, Taiwan, Brasil, Thailand, Jepang, Hong Kong, Italia, Pakistan, China, Malaysia, dan Singapura. Hal ini membuktikan bahwa isu-isu yang diangkat dalam konferensi ini sangat relevan dengan perkembangan zaman.

Penulis: Meigitaria Sanita

Enviromental Communication Workshop

Enviromental Communication Workshop menjadi salah satu agenda sebelum perhelatan Conference on Communication, Culture and Media Studies (CCCMS) 2024 yang digelar oleh Prodi Ilmu Komunikasi UII pada 27 Agustus 2024.

Workshop ini menjadi salah satu inovasi pada 7th CCCMS 2024, pasalnya selain penggalian ide dari peserta, diskusi ini akan berakhir pada rencana proyek jangka panjang yang berkelanjutan.

Dipandu oleh Muzayin Nazaruddin, workshop ini dirancang untuk peserta yang tertarik untuk berkontribusi dalam sebuah buku yang disunting (dalam Bahasa Indonesia) tentang komunikasi lingkungan dan humaniora lingkungan. Topik-topik yang akan dibahas dalam buku ini meliputi risk and disaster communication, environmental crises, human-animal relations, nature-culture tensions, local ecological knowledge, environmental activism, dan tema-tema lain yang terkait.

Menyadari kompleksitas antara manusia, teknologi, dan alam saling berkontribusi dalam membentuk realitas dunia maka workshop ini tentu akan memunculkan banyak hal yang mengusik.

Dalam sesi diskusi, pernyataan dari salah satu peserta cukup menarik untuk ditelisik yakni bagaimana bencana alam merupakan bahasa yang diciptakan oleh manusia, sementara bagi alam, peristiwa ini adalah sebuah fase yang alamiah. Perbincangan lain juga cukup unik terdengar, seperti strategi-strategi yang akan disusun oleh para ilmuan dalam menghadapi kehancuran bumi, salah satunya pindah planet. Dan hal tersebut menjadi kajian yang serius.

“Alam dan eksistensi manusia menjadi satu diskursus yang bisa dieksplorasi menggunakan berbagai pendekatan. Namun, di Indonesia, perspektif yang dominan masih sangat teknokratis. Butuh perspektif yang humanis utk memperkaya wacana terkait persoalan lingkungan di Indonesia. Hal inilah yang menjadi salah satu sorotan dalam workshop enviromental communication,” ujar Khumaid Sulkhan salah satu peserta workshop tersebut.

Muzayin Nazaruddin mengatakan bahwa rencana pembuatan buku tersebut akan menjadi proyek jangka panjang. Ia mengumpulkan ide dari para akademisi dan aktivis yang berkumpul dalam workshop.

Workshop ini juga menghadirkan Achmad Choirudin dari Insist Press untuk membicarakan rencana penerbitan buku bertopik komunikasi lingkungan.

Acara kemudian diakhiri dengan para hadirin sepakat untuk menulis berbagai isu lingkungan, tetapi disatukan lewat benang merah yang sama. Kesamaan tersebut berupa topik besar maupun perspektif yang dielaborasi.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Menggali Resiliensi Lokal dalam Menghadapi Bencana

Yogyakarta, 28 Agustus 2024 – Conference on Communication, Culture, and Media Studies (CCCMS) kembali digelar, menghadirkan beragam topik menarik yang membahas isu-isu terkini dalam bidang komunikasi dan sosial. Salah satu panel yang menarik perhatian adalah “Crisis, Risk, and Disaster in Hybrid Cultures”.

Panel ini menghadirkan empat judul abstrak yang membahas berbagai aspek bencana dan tanggapan masyarakat. Salah satu penelitian yang menarik adalah “An Understanding of the Informal Response, Culture, and Local Participation in Disaster Management in Indonesia from the 2018 Lombok Earthquake” yang dipresentasikan oleh Ikrom Mustofa dari Departemen Teknik Lingkungan, Universitas Islam Indonesia.

Ikrom dalam presentasinya mengungkapkan bahwa bencana gempa bumi Lombok tahun 2018 telah mengungkap konflik-konflik yang ada di dalam masyarakat lokal, terutama terkait alokasi sumber daya dan prioritas yang berbeda-beda di antara para pemangku kepentingan. Selain itu, budaya lokal dan kepercayaan agama juga memainkan peran penting dalam mitigasi dan respons bencana, mendorong solidaritas dan ketahanan masyarakat.

“Desa Tangguh Bencana, it is part of effort to localies regulation to improve the effect of the regulation. But the problem is still in the implementation to develop the regulation between internal stakeholders.” ujar Ikrom.

Penelitian ini juga menyoroti dampak psikologis yang serius pada penduduk lokal yang terkena dampak bencana. Trauma yang dialami oleh masyarakat memerlukan upaya penyembuhan trauma pasca bencana yang komprehensif untuk memulihkan kesejahteraan psikologis mereka.

Ikrom memberikan rekomendasi kepada pemerintah untuk mengintegrasikan regulasi nasional dengan regulasi lokal yang relevan terhadap konteks masalah. Hal ini dapat membantu meningkatkan efektivitas penanggulangan bencana dan memperkuat ketahanan masyarakat lokal.

Konferensi CCCMS ini memberikan kontribusi penting dalam memahami kompleksitas bencana dan tanggapan masyarakat. Melalui penelitian-penelitian seperti ini, diharapkan dapat diambil langkah-langkah yang lebih efektif untuk mengurangi dampak bencana dan membangun masyarakat yang lebih tangguh.

 

Penulis: Desmalinda

YTBN

Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) turut berpartisipasi dalam program “Bakti Nusantara” bersama Yayasan Tunas Bakti Nusantara (YTBN) di salah satu daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) yakni Desa Dongi-Dongi, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah pada 31 Juli hingga 3 Agustus 2024.

Dongi-Dongi merupakan desa percobaan yang masih membutuhkan penanganan serius oleh pemerintah setempat. Fasilitas umum untuk masyarakat masih jauh dari kata cukup, terlebih dalam bidang kesehatan.

Untuk mengakses fasilitas kesehatan masyarakat Dongi-Dongi harus menempuh jarak 23 km dengan perjalanan yang tak mudah karena berliku dan berisiko. Dengan dukungan berbagai pihak YTBN membangun Puskesmas Pambantu atau Pustu Plus untuk melayani masyarakat Dongi-Dongi.

Pustu Plus tersebut dilengkapi fasilitas kesehatan seperti ruang pemeriksaan, ruang tindakan, laboratorium, apotek, hingga kamar untuk para nakes yang bertugas.

“Pustu plus sebagai pendukung upaya preventif, promotif, dan rehabilitatif. Kami lengkapi puskesmas ini dengan alat-alat dan obat-obatan, genset, hingga pembangkit listrik tenaga surya, pemipaan air oleh Pemerintah Poso,” ucap dr Teguh Dwi Nugroho selaku Ketua YTBN saat meresmikan Pustu Plus, Sabtu 3 Agustus 2024.

YTBN

Peresmian Pustu Plus Dongi-Dongi Poso oleh YTBN dan Bupati, Foto: Rizka Aulia Ramadhani

Dalam peresmian itu hadir pula Bupati Poso yakni dr. Verna Gladies M Inkiriwang, selain mengucapkan rasa terimakasih pihak pemerintah Kabupaten Poso berharap agar fasilitas yang telah tersedia dapat dirawat dengan baik.

Tercatat YTBN tengah concern dengan pembangunan daerah 3T sejak 2016 silam, pihaknya berkomitmen untuk terus melanjutkan program ini melalui sistem gotong royong.

“Sebagai wujud nyata kita bisa bergotong royong untuk saudara kita di tempat yang terjauh, dan kita semua datang kesini,” ucap dr. Teguh Dwi Nugroho.

“Ini gerakan yang akan kita lakukan setiap tahunnya,” tambahnya.

Program Bakti Nusantara edisi Poso 2024 melibatkan lebih 50 relawan yang diterjunkan untuk menjalankan berbagai tugas sebagai fasilitator dalam program Sehat Nusantara yang meliputi penyuluhan kesehatan lingkungan, penyuluhan gizi keluarga, pelayanan kesehatan remaja, pemeriksaan kesehatan (rumah sakit lapangan), dan pelatihan manajemen pelayanan puskesmas. Selanjutnya program inspirasi Nusantara meliputi peningkatan kapasitas guru bersama PGRI, sisi motivasi guru dsn orang tua, kemah perdamaian, dan dan pojok baca kelas. Dan terakhir adalah program Bangun Nusantara yang meliputi pembangunan Pustu Plus serta pemberdayaan pertanian.

Peran Prodi Ilmu Komunikasi UII

Bakti Nusantara edisi Poso 2024 bukanlah kali pertama Prodi Ilmu Komunikasi UII terlibat. Bermula dari Bakti Nusantara di Aik Mual, Lombok Tengah, NTB serta kegiatan fasilitasi literasi yang diinisiasi oleh dosen, staf, dan mahasiswa di Sekon, Insana Timor Tengah Utara, NTT tahun 2022. Berlanjut dengan keikutsertaan pada Bakti Nusantara di Garut Jawa Barat serta Sumenep Madura di tahun 2023. Hingga kini Prodi Ilmu Komunikasi masih terus melanjutkan untuk bergabung dalam misi pemerataan pembangunan di daerah 3T.

Tahun 2024, tiga staf diterjunkan untuk menjadi relawan antara lain Desyatri Parawahyu Mayangsari, Rizka Aulia, dan Meigitaria Sanita. Ketiganya berperan dalam mendokumentasikan program tersebut.

“Semoga dengan kerja sama antara Prodi Ilmu Komunikasi UII bersama YTBN ini mampu menjadi wadah yang membuat semua pihak semakin menambah pengalaman terutama dalam bidang pemberdayaan.” – Desyatri Parawahyu Mayangsari, Relawan Prodi Ilmu Komunikasi UII

“Setiap program-program YTBN selalu kena di hati, terutama program Sehat Nusantara, melihat warga yang akhirnya mau datang untuk periksa, di sana mereka mengeluarkan segala keluh kesah, dan akhirnya tertangani dengan sebaik mungkin, semoga YTBN selalu hadir untuk 3T.” – Rizka Aulia Ramadhani, Relawan Prodi Ilmu Komunikasi

“Ini kedua kalinya saya terlibat, banyak nilai-nilai baik yang saya dapatkan. Jika di Prodi Ilmu Komunikasi UII ada Communication for Empowerment, di YTBN ada Bakti Nusantara. Niatnya selaras, bagi saya meliput program tersebut membuat kita sadar sedikit yang kita miliki ternyata bermanfaat untuk banyak orang.” – Meigitaria Sanita, Relawan Prodi Ilmu Komunikasi UII