Tag Archive for: diskusi nadim komunikasi UII

Reading Time: 2 minutes

Pandemi membuat pola kerja berubah, Ada banyak tantangan baru. Seperti apa? Diskusi bulanan yang digelar Nadim Komunikasi UII mencoba mengangkatnya dan mencari jawab dari pertanyaan-pertanyaan itu. Mulai dari strategi media online yang berubah, mencari ragam strategi, dan trik konten untuk merebut pembaca, bahkan di tengah kepungan virus Corona.

Diskusi Nadim kali ini mengundang Narasumber bernama Muhammad Diast Reyhanrafif untuk menjadi mitra berdiskusi para mahasiswa di Komunikasi UII. Diast adalah alumni Ilmu Komunikasi UII angkatan 2017. Penelitian akhirnya dalam skripsi meneliti Manajemen Redaksional dalam Pemberitaan Pembatalan Kompetisi Liga Sepakbola Nasional. Ada beberapa media yang dijadikan objek riset. Di antaranya Detik.com, okezone.com. Bolasport.com, Jawapos.com.

Menurut Diast, beberapa media online cukup responsif dan kreatif mengatasi pemberitaan di tengah pandemi. “Detik.com misalnya, mereka mengangkat sisi human interest selama pandemi. Mengenai ketidakpastian gaji di tengah ketidakpastian kompetisisi, Juga kegiatan pemain selama pandemi, Termasuk juga berita ketidakpastian liga I dan liga 2,” kata Diast mengungkap salah satu hasil penelitiannya pada Selasa, 15 Februari 2022.

Lain Detik, lain media dotcom sisanya. Bolasport, kata Diast, memberikan sajian konten perjalanan sepakbola, Bentuknya timeline atau momen memorable. Timeline itu dilacak dari tahun ke tahun. Selain itu, bolasport juga meliput kegiatan supporter selama pandemi. Meski terkesan biasa, tapi terlihat upaya kreatif berkelok di tengah minimnya peristiwa yang bisa jadi sumber tulisan karena adanya pembatalan kompetisi Liga Sepakbola nasional.

Tak beda, Okezone dari grup MNC punya strategi lain. “Okezone.com memiliki soccertainment, Itu adalah rubrik yangmemberitakan kegiatan pemain saat liga-liga belum mulai, Misalnya dukungan pemain, dukungan federasi, dukukangan kesetahan saat ada pemaian atau pelatih terkena corona,” papar Diast yang juga pernah menjabat sebagi Ketua Klub Jurnalistik Redaksi Komunikasi ini. Menurut Diast, rubrik ini banyak bicara bola international karena masih bayak diminati pembaca.

Jika okezone banyak melansir berita olahraga internasional karena disukai pembaca banyak, Jawapos justru lebih banyak Fokus berita olahraga nasional. Misalnya berita yang diangkat adalah seputar aktifitas pemain pelatih di luar lapangan. Atau juga tema bursa transfer pemain karena banyak pemain di luar negeri. Termasuk tak lupa juga melakukan peliputan tentang langkah PSSI dalam upaya menjalankan liga.

Ifa Zulkurnaini, moderator diskusi juga sempat bertanya, apa ada lagi riset lanjutan yang bisa dilakukan dalam konteks jurnalisme olahraga ini. Narayana, Dosen Komunikasi UII, yang juga hadir sebagai peserta diskusi mengatakan, bahwa masih ada yang bisa diteliti berkaitan dengan jurnalisme olahraga. Tak hanya yang dilakukan Diast, di olahraga sepak bola, tapi juga bisa dilakukan riset lain bagaimana media-media jurnalisme olahraga lain meliput di tengah pandemi khususnya untuk olahraga selain sepak bola. “Sepak bola masih bisa jalan pertandingannya, tapi basket, badminton, dan lain-lain gimana? bagaimana jurnalis olahraga dan medianya meliput dan bertahan di tengah pandemi? mungkin itu ya yang bisa dilanjutkan,” kata Nara mencoba berpendapat di tengah diskusi.

Reading Time: < 1 minute

[Diskusi NADIM] Menjadi Penulis Artikel dan Wartawan Sejak Mahasiswa

Ingin nulis artikel di media tapi bingung harus memulai dari mana? Jangan khawatir, PSDMA Nadim akan membahas hal ini.

Di hari Rabu, 15 Desember 2021 kita akan kembali mengadakan diskusi dengan tema yang berbeda dari sebelumnya.

Ke dua teman kita, @sitifauz_ dan @nfjrk akan berbagi pengalaman serta pengetahuan di dunia kepenulisan, sesuai dengan kiprah mereka selama menjadi wartawan dan kontributor di beberapa media.

Jangan lewatkan diskusi dengan tema Menjadi Penulis Artikel dan Wartawan di Media Sejak Mahasiswa! ini, ya!

Klik Zoom Link di:

 

Reading Time: < 1 minute

Sebuah topik yang akan dibahas dan diulas oleh PSDMA Nadim Ilmu Komunikasi UII bersama @habibizaki di acara diskusi bulanan pada dengan tema:

Kartografi Naratif: Berjalan sebagai Metodologi untuk Memetakan Memori Kultural with Zaki Habibi

Hari/Tanggal: Jumat, 3 Desember 2021
Waktu: 09.30 WIB
Tautan Zoom:

Diskusi ini juga akan disiarkan langsung melalui kanal YouTube @ikonisiatv

Jangan sampai ketinggalan, atur pengingat dari sekarang!

Reading Time: < 1 minute

Diskusi PSDMA Nadim Komunikasi UII

Diskusi PSDMA Nadim kembali digelar. Kali ini Nadim menghadirkan riset di klaster Komunikasi Geografi. Diskusi akan diselenggarakan dengan mengangkat tema:

Music Topophilia: Makna Jakarta bagi Penggemar JKT48

Jadwal:

Kamis, 17 Juni 2021

15.30 WIB

Pembicara:

Ameylia Firza Tamara

Live Uniicoms TV dan Daring Zoom di Poster berikut:

Reading Time: < 1 minute

PSDMA Nadim Ilmu Komunikasi UII kembali menggelar diskusi pada:


Hari: Kamis, 27 Mei 2021
Pukul: 14.00 wib
Zoom: http://bit.ly/diskusinadimdangdut

Diskusi kali ini turut menghadirkan @michaelhbraditya yang akan berbincang tentang:

“Membaca Generasi Ambyar: Dangdut Baru dan Problem Komunikasi.”

Catat waktu dan tanggalnya, ya!

#IlkomUII
#Nadim
#uiiyogyakarta

Reading Time: 2 minutes

Film production requires not only technical quality but also sensitivity to point-of-view and critical thinking. Perspective in seeing an issue is also crucial for filmmakers, especially women or gender, viewing topics and film production.

A filmmaker needs to understand women’s perspectives so that, in the end, a film is created that is sensitive to the interests of vulnerable groups such as women.

“The film method can be drawn on a very personal question: What if this incident happened to my sister. Or what if it happened to my mother, or a female member of my family,” said Kisno Ardi. He was a speaker at the screening and discussion of the film entitled ‘Whip in Aceh, the Veranda of Mecca’ on Friday, April 23, 2021.

This film screening and discussion resulted in the final project of director Nurhamid Budi Sutrisno, UII Student at Department of Communications, class 2017. This film raised the topic of the phenomenon and the other side of the caning punishment applied in Nanggroe Aceh Darussalam. This event is a routine discussion held by PSDMA Nadim UII at the Department of Communications.

Budi, Nurhamid’s nickname, said that he deliberately tried to take the point of view of social pressure experienced by people who were sentenced to caning. The social pressures ranged from being embarrassed in public to being ostracized and ostracized by society. “Supposedly if we used a woman’s perspective, we would not side with this exile. Imagine if our women’s families were in that position,” said Kisno, who is also a community activist cum documentary filmmaker.

So as a documentary filmmaker, Kisno said, filmmakers must present a new perspective on what we offer to society. So it is natural for documentary films to use one point of view.

“Unlike journalistic products, documentaries are not required to comply with journalistic rules, cover both sides, for example. However, journalism and documentary have something in common: factual,” said Kisno.

Kisno suggested to Budi that the filmmaker’s point of view and partisanship in the film should be seen. Even if necessary, the filmmaker must reflect events on themselves to make the filmmaker’s presence more accurate in understanding the film’s subject.

Therefore, it is crucial to understand and study the perspective of women as a form of siding with groups or community entities that are often disadvantaged. The filmmaker’s alignment with women and vulnerable groups is beneficial so that discrimination does not occur and repeat. Kisno hopes filmmakers should internalize this perspective because we have female family members and other vulnerable groups. Here is where the student’s filmmaker intelligence in working on the final project is tested.

 

Reading Time: < 1 minute

Masih banyak stigma dari masyarakat yang berasal dari luar Aceh, menganggap bahwa hukuman cambuk adalah hukuman yang kejam, hukuman yang melanggar HAM, dan bahkan pelaku akan dikucilkan.

Melalui film dokumenter berjudul Cambuk di Serambi Mekkah, mari kita ketahui bersama bagaimana realitas berbicara tentang hukuman yang ada di sana.

Pemutaran dan diskusi film ini akan dilakukan esok hari, Jumat, 23 April 2021.

PSDMA Nadim Komunikasi UII.

Reading Time: < 1 minute

Yogyakarta menjadi Ibu Kota Indonesia dari 1946-1950. Saat itu banyak hal terpusat di Jogja, film adalah salah satunya. Negara memainkan peran penting dalm dunia perfilman nasional. Negara menyediakan alat produksi, membangun saluran distribusi, serta mendirikan lembaga film. Bagaimana Yogyakarta saat menjadi ibukota film indonesia? Simak diskusinya di sini.

PSDMA Nadim Ilmu Komunikasi UII kembali menggelar diskusi dengan judul Yogyakarta sebagai Ibukota Film Indonesia.

Kali ini PSDMA Nadim berkolaborasi dengan Konsorsium Nasional Sejarah Komunikasi (KNSK).

Turut menghadirkan Dyna Herlina Suwarto sebagai pembicara.


Supaya tidak tertinggal, catat waktunya, ya!

Hari: Sabtu, 24 April 2021
Pukul: 15.00 wib
Zoom:

 

Reading Time: < 1 minute

Program Studi Ilmu Komunikasi UII kembali menggelar diskusi bulanan.

PSDMA Nadim, Komunikasi UII, mengundang Kavca Diosaputra, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UII 2016, sebagai pembicara. Dio adalah mahasiswa Komunikasi UII dari klaster riset komunikasi geografi.

Kali ini Dio akan berbicara tentang riset yang pernah dilakukan, bagaimana konstruksi kelas menengah dalam ruang konser di majalah Rolling Stone Indonesia.

Jangan lupa merapat pada hari Jumat, 16 April 2021. Pukul 13:00 WIB. Via Zoom, ya!

Reading Time: 3 minutes

Setahun belakangan Covid-19 menjadi fokus. Ia mengubah banyak hal. Termasuk pemberdayaan sosial yang selama ini rutin digelar oleh Prodi Ilmu Komunikasi UII. Mahasiswa dan akademisi, sebagai agen perubahan, adalah aktor utama dalam pemberdayaan dan perubahaan sosial di tengah-tengah masyarakat. Namun kala pandemi mendera, bagaimana pemberdayaan bisa tetap terlaksana?

Salammatul Putri dan empat kawannya dari Komunikasi UII angkatan 2018 hadir dengan solusi digital. Ia menggagas pemberdayaan digital. Sasarannya adalah menerobos beragam kendala dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ) kata Salam pada Selasa (23/03/2021). “

Awalnya ada dua ide, tapi akhirnya kami memilih melakukan edukasi literasi digital lewat instagram,” kata Salam, ketika hadir secara daring di Pusat Studi dan Dokumentasi Media Alternatif (PSDMA) Nadim Komunikasi UII. Menurutnya, Ia melihat PJJ selama ini tidak efekti. Apalagi hanya menggunakan WhatsApp (WA), sebuah aplikasi perpesanan terpopuler di Indonesia saat ini versi Laporan Survei Internet Apjii 2019–2020. Selain lewat Instagram, Salam juga berbagi keterampilan menggunakan beragam aplikasi dari Google pada guru-guru dengan protokol kesehatan yang ketat.

Salam dan tim mensistematiskan gagasan pemberdayaannya dengan tajuk Digitalisasi & Pandemi: Kampanye Penggunaan Media Digital di MTSN 1 Pasir Talang, Solok Selatan. Gagasan yang akhirnya diwujudkan satu bulan ini mendapat respon yang tidak sedikit dari peserta diskusi. Misalnya Pambudi, salah satu peserta bertanya, bagaimana proses kemunculan ide ini. Apalagi jika dicermati, antaranggota timnya, bernama sfh_online, saling terpaut jarak karena kebijakan jaga jarak selama pandemi Covid-19. Bagaimana menyatukan ide dengan tim yang berbeda ide dan jarak.

Salam menjawab, ide pemberdayaannya mulanya ada dua. Pertama, kampanye literasi digital SFH. Kedua adalah penguatan UMKM di tengah keterpurukan ekonomi kala pandemi. Namun setelah dilihat dari beragam pertimbangan, Salam dan tim merasa lebih cocok mendapuk SFH sebagai rencana utama dalam pemberdayaan.

Tentunya tak mudah menggarap pemberdayaan sosial yang mulanya luring sekarang secara daring. Salam berbagi tips dan langkah-langkah agar bisa melakukan pemberdayaan digital.

Pertama, Anda harus peka dahulu pada lingkungan. Salam mengatakan peka terhadap lingkungan adalah kunci. “Kita kan makhluk sosial, dengan kepeduliaan kita bisa tahu masalah di sekeliling kita. Barulah kita bisa melakukan pemberdayaan dan menciptakan perubahan,” katanya.

Kedua, lakukan perubahan sekarang. Tidak ditunda. “Ya walaupun sedikit, yang penting bisa bermanfaat di masyarakat,” imbuhnya. Ketiga, “Kita butuh dan membutuhkan orang lain dalam tim. Kunci bekerja dalam tim adalah menghargai pendapat tiap anggota,” paparnya membeberkan pengalamannya berembuk dalam tim. Pandemi tidak bisa menjadi alasan. Banyak sarana yang bisa digunakan untuk berdiskusi menentukan program pemberdayaan. Salam menggunakan Zoom atau juga bertelepon.

Keempat, “ketahui dulu permasalahan dari lokasi atau tempat sasaran pemberdayaan,” kata Salam mewanti-wanti. Pada gilirannya, pemetaan masalah di sasaran pemberdayaan dapat membantu merancang program. Sebaliknya, keliru memetakan, bisa jadi salah pula dalam menentukan program. Salam menjelaskan bahwa pengabdian masyarakat yang ia lakukan di MTSn 1 Pasir Talang, Solok Selatan, ini mengajarkan penggunakan google classroom. Selama ini PJJ dilakukan lewat WA dirasa kurang efektif.

Meski begitu, tidak hanya menggunakan google classroom, melainkan juga pembelajaran fitur google classroom, kahoot, dll. Jadi ada pembelajaran yg tidak monoton atau tidak membosankan kata Salam.

Respon Peserta

Ada pelbagai testimoni dari guru setelah program pemberdayaan ini dilakukan oleh Salam dan tim. Beberapa dari mereka sangat berterima kasih dengan program ini. Tak hanya itu, Salam juga selalu memperbarui perkembangan penggunaan aplikasi para peserta pascapelatihan dan sosialisasi. Di tengah praktik pembelajaran, ada juga guru-guru yang masih bertukar pesan menghubungi dan berkonsultasi ketika ada kendala menggunakan aplikasi.

Misalnya, ada seorang guru yang lupa cara menggunakan aplikasi Kahoot. Ia berikan solusi lewat pesan WA, atau telepon. Salam juga menyarankan untuk mengikuti beragam pembaruan konten di akun instagram Sfh_online.

Salam berpesan pada seluruh mahasiswa Komunikasi UII, program sosial seperti ini harus terus dilakukan. Sebab sangat penting dan memberi solusi atas beragam permasalahan masyarakat. “Kalau ada pemberdayaan lain, lakukan semaksimal mungkin, karena ke depannya itu akan banyak berguna untuk kita semua, nantinya,” pesan Salam di akhir sesi diskusi.


Reporter/ Penulis: Indria Juwita (Mahasiswa Ilmu Komunikasi UII angkatan 2017, Magang PSDMA Nadim Ilmu Komunikasi UII) dan A. Pambudi W