Tag Archive for: Daerah 3T

Poso
Reading Time: 7 minutes

Prodi Ilmu Komunikasi UII berkomitmen melakukan pemberdayaan kepada masyarakat secara luas. Dengan keilmuan di bidang komunikasi yang aplikatif harapannya mampu menjadi manfaat bagi masyarakat. Lebih lanjut, dapat menjadi solusi atas persoalan di suatu ruang.

Pemberdayaan-pemberdayaan ditujukan kepada berbagai pihak seperti SDM di instansi, perempuan, anak-anak, hingga masyarakat di daerah yang sulit mendapatkan akses informasi.

Mencatat perjalanan satu tahun ke belakang terdapat rentetan program dan perjalanan yang layak direfleksikan. Berikut beberapa peristiwa yang akan disajikan secara singkat. Tak hanya dilakukan oleh dosen, staf juga terlibat.

  1. Workshop Pembuatan Film Pendek Komunitas Video Edukasi Binaan Balai TekKomDik DIY

Workshop ini diinisiasi oleh Anggi Arif Fudin Setiadi S.I.Kom., M.I.Kom  sejak Mei hingga November 2024. Melihat masalah yang dihadapi Balai TekKomDik terkait konten edukasi (film), berbagai pelatihan diberikan kepada komunitas video edukasi binaan Balai TekKomDik yang beranggotakan guru-guru pilihan SMA se-DIY.

Pelatihan yang dilakukan meliputi (1) membuat rancangan produksi berupa pemuatan creative deck yang berisikan dari skenario, alat yang digunakan dan shot list yang diproduksi menjadi film pendek, (2) Pelatihan dalam menggunakan kamera, lighting dan audio dalam proses produksi. (3) Pendampingan dalam produksi hingga editing film pendek.

Diharapkan pengabdian ini mampu memberdayakan dan meningkatkan kualitas dalam pembuatan film secara berkelanjutan.

  1. Pelatihan Menulis Reflektif dan Kritis untuk Santri Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta Peserta Ekstrakurikuler Jurnalistik

Bekerja sama dengan Madrasah Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta, pemberdayaan yang dilakukan oleh Dian Dwi Anisa, S.Pd., M.A. menyasar pada santriwati jenjang sekolah menengah pertama yang tergabung pada ekstrakulikuler jurnalistik.

Pemberdayaan yang berlangsung pada 20 Agustus 2024, berisikan dua materi utama yakni Pentingnya Menulis dan Menulisi Feature. Selain berpikir kreatif, pelatihan tersebut dirancang untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Dalam menulis, santri dituntut untuk merangkai ide secara logis dan koheren.

  1. Pelatihan Komunikasi untuk Perawat Pasien Kanker Anak

Pengabdian ini telah terlaksana pada 10 November 2024, diinisiasi oleh Dr. Herman Felani, S.S., M.A. Pelatihan komunikasi ini diberikan kepada kelompok perawat kanker anak di RSUP Prof Sardjito. Beberapa pelatihannya meliputi pelatihan bahasa Inggris untuk perawat kanker yang sering mendapatkan dari mitra luar negeri dan pelatihan produksi media visual untuk membuat materi edukasi bagi pasien dan keluarga kanker.

Harapannya pelatihan tersebut dapat meningkatkan kepercayaan diri perawat dalam berkomunikasi, memperkuat hubungan pasien-perawat, serta meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit kanker anak.

  1. Mengenali Disleksia dan Kesulitan belajar di Usia Prasekolah/Sekolah

Pengabdian yang dilakukan oleh Holy Rafika Dhona S.I.Kom., M.A. dadasari oleh konsep koneksi salah satu field dari Komunikasi Geografi. Koneksi merupakan kajian mengenai ruang-ruang yang dibentuk dalam proses komunikas ketika ruang yang berbeda saling terhubung. Konsep ini mengimani bahwa dunia adalah ruang aman oleh setiap kalangan manusia termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

Sayangnya, pemahaman masyarakat terhadap ABK terutama disleksia masih minim. Disleksia bukan penyakit, tetapi disleksia adalah hambatan belajar khusus. Ketidaktahuan tersebut membuat membuat anak yang mengidap ini dianggap “anak nakal”, “anak bodoh” dan lain-lain. Sehingga upaya-upaya pengenalan disleksia perlu dilakukan. Pengabdian ini dilakukan pada November 2024 dan diikuti oleh 20 orang tua dan pengajar PAUD.

  1. Kampanye Media Sosial Guna Penanganan Sampah di Kota Yogyakarta

Peningkatan jumlah produksi sampah di DIY yang terus meningkat menjadi masalah yang tak terselesaikan. Data menunjukkan tahun 2019 produksi sampah mencapai 644,69 ton per hari, sementara 2023 meningkat menjadi 1.231,55 ton perhari. Jumlah tersebut didominasi oleh sampah sisa produksi rumah tangga. Sayangnya, hal ini tak menjadi perhatian serius bagi masyarakat.

Untuk menjawab persoalan tersebut Ida Nuraini Dewi Kodrat Ningsih, S.I.Kom, M.A, melakukan pengabdian dengan menggandeng Diskominfo DIY untuk melakukan kampanye di media sosial terkait penanganan sampah. Hal ini dilakukan dengan pelatihan pembuatan konten video edukasi yang mendorong kesadaran masyarakat. Strategi yang digunakan adalah third party endorser, yakni sebuah lembaga menggunakan suara pihak ketiga guna mendukung program. Pemberdayaan ini dilakukan sejak April hingga Oktober 2024.

  1. Workshop Produksi Siaran Radio untuk Kegiatan Filantropi dan Dakwah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di Bawah Yayasan Badan Wakaf UII Yogyakarta

Filantropi adalah tindakan yang didasari nilai kemanusiaan. Konsep ini menjadi landasan pemberdayaan yang dilakukan oleh Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP, M.Si, Ph.D. Berkecimpung di dunia radio, membuatnya mengetahui berbagi persoalan khususnya soal manajemen konten dakwah. Di bawah Yayasan Badan Wakaf (YBW) UII beberapa lembaga filantropi seperti Lazis Unisia, Radio Dakwah Unisia, LWU Unisia, Embun Kalimasada, Rumah Sehat Baznas, dan Griya Cendekia digandeng untuk saling mengisi konten sesuai tujuan lembaga.

Pelatihan yang dilakukan adalah produksi siaran radio, harapannya dengan konten siaran di radio dapat memperkuat kerja sama dakwah dan pemberdayaan masyarakat antara satu lembaga dengan Lembaga Internal UII lainnya sehingga meningkatkan peluang sinergi untuk kegiatan bersama yang berorientasi pada kemanfaatan masyarakat luas. Kegiatan ini berlangsung pada 22 JULI 2024.

  1. Workshop Penulisan Buku Sejarah Pers Kalimantan Selatan

Pengabdian yang dilakukan oleh Prof. Dr.rer.soc. Masduki, S.Ag., M.Si., M.A. fokus dengan penguatan sejarah pers lokal yakni Kalimantan Selatan yang selama ini terabaikan, terdominasi oleh sejarah pers nasional yang berbasis di Jakarta.

Kalimantan Selatan dipilih karena keunikan sejarah pers itu sendiri. Dari riset yang dilakukan pers lokal di Banjarmasin masih sporadis, tidak terkonsolidasi dalam satu buku, cenderung parsial kepada media pers tertentu dan dari segi tahun terbit sudah di atas 20 tahun. Perkembangan pers lokal Kalsel di era digital belum terekam dengan baik dan mendapatkan apresiasi akademik.

Menggandeng Redaksi JejakRekam.Com situs berita online lokal di Banjarmasin yang mengedepankan jurnalisme data, jurnalisme mendalam. Program ini menggunakan pendekatan partisipatif, pelaksanaannya melibatkan seluruh pegiat pers lokal Banjarmasin yang terseleksi. Luaran kegiatan adalah laporan kegiatan workshop, terbentuknya tim panitia penulisan buku dan proposal penulisan buku sejarah pers lokal yang akan diajukan ke pihak terkait. Program ini dilakukan sejak pertengahan tahun 2024.

  1. Pengembangan Panduan Peliputan Bencana Bagi Jurnalis di Kawasan Yogyakarta dan Sekitarnya

Memiliki ekpertise di bidang Komunikasi Lingkungan, Muzayin Nazaruddin, S.Sos., MA. melakukan pemberdayaan terkait panduan peliputan bencana kepada jurnalis di Yogyakarta. Hal ini dilakukan karena wilayah Indonesia yang sangat rawan bencana (ring of fire). Sehingga penting bagi masyarakat untuk mengakses wawasan terkait kebencanaan.

Melalui jurnalis, harapannya wawasan tentang kebencanaan dapat tersosialisasi lebih luas sehingga masyarakat akan siap menghadapinya. Pelatihan peliputan bencana ini dilakukan pad 30 November 2024 di Ruang Rapat BPPPTKG Yogyakarta.

  1. Pengabdian Masyarakat di Lembaga Erat Indonesia “Manajemen Sosial Media”

Isu tentang perlindungan, advokasi, dan treatment kepada lansia masih minim diketahui oleh masyarakat awam. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, perlu strategi khusus dalam hal publisitas. Melihat keterbatasan tersebut, Nadia Wasta Utami, S.I.Kom, M.A. melakukan pengabdian dan pemberdayaan kepada anggota Erat Indonesia (LSM) di Gunung Kidul, Yogyakarta.

Pelatihan pembuatan konten menggunakan smartphone dan manajemen sosial media Erat Indonesia. Harapannya melalui kegiatan ini, berbagai pihak baik lansia, pengurus, dan volunteer Erat Indonesia memiliki kemampuan pembuatan konten dengan smartphone dan manajemen sosial media yang secara bertahap dapat membantu peningkatan kesadaran masyarakat tentang isu lansia.

  1. Pengabdian Masyarakat Sosialisasi Pengelolaan Sampah Secara Mandiri di Kota Yogyakarta

Masalah sampah di Yogyakarta adalah isu besar yang harus diselesaikan. Semenjak TPA Piyungan ditutup, masyarakat kebingungan dengan sampah di rumah. Narayana Mahendra Prastya, S.Sos, M.A melakukan pengabdian sejak April 2024 untuk lakukan sosialisai pengelolaan sampah mandiri untuk mengurai persoalan.

Sosialisasi terkait pembuatan ecobrick, pengelolaan sampah plastik, serta promoting zero waste lifestyle dilakukan di tiga kelurahan (Wirobrajan, Karangwaru, Baciro) menggandeng mahasiswa Ilmu Komunikasi dilakukan pada mulai Mei hingga Juni 2024. Dengan sosialisasi tersebut harapannya, masyarakat di Yogyakarta mampu menangani masalah sampah secara mandiri.

  1. Program Literasi Digital Anak Remaja SMP (Seri Jaga Identitas Digital)

Salah satu dosen Prodi Ilmu Komunikasi, Puji Hariyanti, S.Sos., M.I.Kom melakukan pengabdian di MTSN 7 Pakem dengan memberikan literasi bertajuk “Lindungi Identitas Anak dengan Cakap Digital” kepada 160 siswa kelas 7. Pengabdian ini sangat penting dilakukan mengingat data (Kemkominfo) penggunaan media digital pada anak-anak dan remaja di Indonesia menemukan 98 persen tahu tentang internet dan 79,5 persen pengguna internet.

Internet paling dominan digunakan untuk mengakses media digital, sementara anak-anak dan remaja belum terlalu memikirkan apa tantangan dalam kemudahan akses tersebut. Termasuk soal keamanan identitas, isu kebocoran data menjadi concern utama pada pengabdian yang dilakukanpada Agustus 2024. Harapannya, kewaspadaan menjadi hal yang penting untuk diperhatikan mengingat penipuan di dunia digital biasanya memanfaatkan kelengahan pengguna terutama kaum rentan kaum rentan (anak-anak dan lansia).

  1. Pelatihan Pembuatan Konten Video Menarik Menggunakan Smartphone di Lembaga Erat Indonesia

Memiliki 20 hingga 30 relawan, Lembaga Erat Indonesia yang fokus dengan perlindungan, advokasi, dan treatment lansia dituntut untuk masif melakukan kampanye di media sosial demi mendapat banyak perhatian dari berbagai pihak (termasuk anak muda). Berbagai upaya telah dilakukan termasuk berkolaborasi dengan instansi pemerintah. Namun, atensi masyarakat masih minim.

Menjawab persolan tersebut Ratna Permata Sari, S.I.Kom, M.A melakukan pengabdian dengan pelatihan pembuatan konten video menarik dengan smartphone. Dengan konten video yang menarik harapannya masyarakat mengetahui dan turut berpartisipasi. Kegiatan tersebut berlangsung pada Oktober 2024 di TBM Gubug Pintar Semanu, Gunungkidul dan diikuti oleh berbagai pihak termasuk relawan Erat Indonesia, masyarakat umum, dan mahasiswa.

  1. Pengembangan Konten Media Sosial Sekolah Bertema Prophetic Parenting untuk Edukasi dan Dakwah

Prophetic parenting adalah pola asuh kenabian. Dr. Subhan Afifi, M.Si salah satu dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII melakukan pengabdian yang fokus pada pola asuh yang bertujuan mendidik anak dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Kegiatan ini bermitra dengan Yayasan Achmad Hasan Ali Taliwang, yang memiliki dua unit lembaga pendidikan, yaitu: TK Tahfidzul Qur’an (TKTQ) Ahsanu Amala dan Lembaga Pendidikan Al-Qur’an (LPQ) Ahsanu Amala. Lembaga pendidikan ini berlokasi di Lingkungan Kokar Dalam RT 01/RW03, Telaga Bertong, Taliwang, Sumbawa Barat NTB.

Pengabdian ini penting mengingat bahwa kompetensi pengasuhan para orang tua dan guru perlu dikembangkan demi mendukung pendidikan. Dilakukan secara daring, selama November 2024 harapannya pengabdian ini dapat meningkatkan kualitas sekolah dan memberikan dampak yang baik bagi masyarakat di Taliwang.

  1. Perancangan Buku Profil Sebagai Media Promosi Potensi Desa Gondangsari Magelang

Desa Gondangsari Magelang sebagai daerah agrowisata yang potensial belum memiliki arsip dan dokumentasi untuk pengembangan. Melihat persoalan ini, Sumekar Tanjung, S.Sos., M.A. menggandeng mahasiswa Ilmu Komunikasi UII untuk melakukan pemberdayaan dengan membuay buku profil sebagai media promosi. Kegiatan berlangsung pada Agustus 2024.

Harapannya dokumen tersebut dapat menjadi bahan evaluasi untuk masyarakat, pemerintah desa, dan pihak terkait untuk mengembangkan potensi wisata Gondangsari Magelang mampu memberikan tata cara dan strategi-strategi yang efektif untuk menjalankan kembali dan mengembangkan potensi wisata tersebut secara keberlanjutan, sehingga masyarakat dapat merasakan dampak positif secara ekonomi, sosial dan lingkungan.

  1. “Remembering and Archiving” – Penguatan Publik atas Pemahaman dan Pemanfaatan Arsip Visual Melalui Re-fotografi dan Produksi Zine

Berbeda dengan beberapa pengabdian lainnya, cakupan dalam kegiatan ini sangat luas. Dr. Zaki Habibi, S.IP., M.Comms. melakukan pemberdayaan yang fokus dengan konsep remembering and archiving. Kegiatan ini memiliki sasaran program kalangan publik luas tanpa harus memiliki prasyarat pengetahuan dasar mengenai kearsipan secara umum maupun arsip visual secara khusus.

Berkolaborasi dengan Kolektif Belajar Konservasi, program ini memusatkan perhatian pada isu budaya material, dan secara operasional berfokus pada persiapan dan pelaksanaan kegiatan lokakarya (workshop) yang diikuti oleh para partisipan dari jejaring Kolektif Belajar Konservasi dan masyarakat luas yang tertarik pada topik pemanfaatan arsip-arsip visual. Diikuti masyarakat umum kegiatan ini terselenggara pada Agustus 2024 di Rumah Ayam by ViaVia Jogja.

  1. Dokumentasi di Dongi-Dongi Sulawesi Utara bersama YTBN

Tercatat dua tahun terakhir, Prodi Ilmu Komunikasi UII telah bermitra dengan Yayasan Tunas Bakti Nusantara (YTBN) sebuah Yayasan yang fokus dengan pembangunan wilayah 3T. Pada Juli hingga Agustus 2024 beberapa staf terlibat dalam kegiatan kemanusian di Dongi-Dongi, Poso, Sulawesi Utara.

Mengambil peran sebagai tim dokumentasi tiga staf diterbangkan dengan Hercules TNI AU, luaran dalam dokumentasi antara lain dokumentasi foto dan video serta artikel feature untuk publisitas kedua lembaga.

  1. Diskusi Film, Workshop Parenting dan Public Speaking untuk Perempuan Nelayan di Demak

Beberapa dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII tengah fokus terhadap isu perempuan nelayan dan anak, salah satunya Puji Hariyanti, S.Sos., M.I.Kom. Dalam kegiatan Refleksi Perjalanan 19 Tahun Komunitas Perempuan Nelayan Puspita Bahari pada 24 Desember 2024 beberapa pemberdayaan dilakukan antara lain parenting, public speaking, serta diskusi film Nelayan Perempuan yang digarap Prodi Ilmu Komunikasi UII.

Pemberdayaan di Tambakpolo, Demak, Jawa Tengah dilakukan secara rutin, berbagai persoalan yang kompleks terjadi akibat banjir rob pesisir pantai Utara.

Demikian rentetan dalam seri kaleidoskop 2024, dengan catatan ini harapannya kerja-kerja kemanusiaan selalu mendapat prioritas dan semakin meluas.

Dongi-Dongi
Reading Time: 8 minutes

Menjalankan misi kemanusiaan kali ini hanya menyingkap sekelumit fakta, meski demikian perjalanan menuju Dongi-Dongi patut untuk dijadikan pustaka demi sebuah asa.

Tercatat 54 relawan dari berbagai penjuru negeri berkumpul di Bandara Halim Perdanakusuma sejak sebelum subuh, 30 Juli 2024. Berbagai pengecekan dilakukan demi keamanan, hingga pukul 06:00 WIB kami semua diangkut oleh Super Hercules bernomor A-1340 menuju Bandara Mutiara Sis Aljufri. Penerbangan itu berlangsung lebih dari 3 jam.

Barangkali pengalaman menumpangi alutsista milik TNI AU ini adalah kesempatan yang sangat langka maka mengabadikan momen adalah kesempatan paling berharga. Selain cerita, foto berjejer akan menjadi artefak penuh makna nantinya. Kesempatan ini tentu tak lepas dari relasi-relasi yang dibangun oleh Yayasan Tunas Bakti Nusantara (YTBN) selama beberapa tahun terakhir.

YTBN

Foto bersama relawan YTBN sebelum pemberangkatan ke Poso, Foto: Rayhan Taruna

Menginap semalam di Mes Pemda Palu, esoknya perjalanan menuju Dongi-Dongi dimulai. Jalanan berliku diapit perbukitan bisa dibilang tak cukup mudah, beberapa titik bekas longsoran tanah dan batu berserakan memaksa pengendara untuk terus waspada. Meski demikian, mata relawan dimanjakan dengan pemandangan yang menawan, bisa dibayangkan betapa menyenangkan bervakansi menuju lokasi bernama Dongi-Dongi.

Dongi-Dongi merupakan desa percobaan yang terletak di Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Secara administratif Dongi-Dongi berada di dua kabupaten yakni Sigi dan Poso. Setibanya di sana, kami disambut suka cita dan tarian khasnya. Mata-mata penuh binar begitu hangat dan lekat. Ingat ini bukan bervakansi, melainkan datang untuk saling berbagi.

Faktanya, Dongi-Dongi adalah daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) ditambah statusnya sebagai desa percobaan dengan segudang tantangan yang rumit diselesaikan. Mulai dari akses pendidikan, kesehatan, pernikahan dini dan tidak stabilnya perekonomian. Tidak adanya akses internet dan aliran listrik yang memadai menjadikan Dongi-Dongi semakin pelik.

Akses Pendidikan Memang Tidak Memadai

Seharusnya tidak perlu kaget atas tidak idealnya pendidikan di daerah 3T, isu soal aksesnya yang sulit pasti sering kita dengar. Namun menjalaninya secara langsung tak semua orang bisa membayangkan betapa rumitnya kondisi serba terbatas ini.

Salah satu program yang tak pernah absen dari Bakti Nusantara YTBN adalah Inspirasi Nusantara (IN). Dengan fokus pendidikan, semua program IN berlangsung di Sekolah Satap Dongi-Dongi. Sekolah Satap adalah sebutan untuk sekolah satu atap, dalam satu lokasi ada jenjang TK, SD, dan SMP.

Salah satu fasilitator dalam program IN yakni Leonardus Devi Heryanto menangkap banyak cerita pilu. Anak-anak di Dongi-Dongi sebagian besar hanya menamatkan sekolah di jenjang SD dan SMP, melanjutkan ke jenjang SMA adalah kemewahan. Bahkan, hanya 70 persen siswa SD yang melanjutkan ke jenjang SMP. Kondisi ini terjadi karena berbagai faktor, kondisi ekonomi memaksa anak-anak turut bekerja membantu orang tua. Faktor lain adalah tidak tersedianya sekolah jenjang SMA di Dongi-Dongi. Untuk mengakses jenjang SMA mereka harus pergi ke Palu, artinya butuh biaya transportasi hingga biaya operasional lain yang tak sedikit.

Dongi-Dongi

Relawan bersama para siswa Sekolah Satap Dongi-Dongi, Foto: Desyatri Parawahyu Mayangsari

“Yang kami tangkap dari cerita teman-teman terkait bahwa banyak yang berhenti SD atau SMP saja, banyak faktor mungkin karena kerja di ladang dan lain, kedua karena di sini tidak ada SMA. Kalau kita lihat dari SD yang melanjutkan ke SMP hanya 70-80 persen. Sisanya tidak lanjut hanya sampai SD saja,” ujar fasilitator yang akrab disapa Leo.

Cerita-cerita di daerah 3T tentu akan banyak kita dengar, semua dilakukan semata-mata untuk memperbaiki kehidupan yang lebih layak. Salah satu kakak beradik di SD Dongi-Dongi misalnya, keduanya harus berjalan kaki dengan jarak tempuh satu jam untuk menuju sekolah. Suhu dingin, jalan terjal bukan lagi jadi persoalan sulit bagi mereka.

Dari hasil fasilitasi yang dilakukan Leo bersama tim, para orang tua di Dongi-Dongi sebenarnya memiliki mimpi yang tinggi untuk menyekolahkan anak-anaknya. Ketika mengisi sesi motivasi, ia mengungkap salah besar jika narasi-narasi terkait masyarakat 3T enggan meraih pendidikan. Mereka sebenarnya tak ingin mengalami kondisi rumit ini, namun luasnya Indonesia tak meratanya fasilitas adalah penyebab utama.

“Sebenarnya banyak orang tua yang sudah punya pemahaman bahwa sekolah itu penting maka ada orang tua yang semangat menyekolahkan anaknya setinggi mungkin meskipun dalam kekurangan,” tambahnya.

Dongi-Dongi

Potret siswa Sekolah Satap Dongi-Dongi, Foto Rizka Aulia Ramadhani

Bayangkan saja, dengan penghasilan yang fluktuatif, orang tua di Dongi-Dongi harus membayar Rp 500 ribu untuk satu setcel seragam pramuka. Ini mungkin menjadi pembelajaran bagi relawan untuk melakukan riset dan observasi lebih detail ketika merencanakan program. Salah satu program penutup adalah kemah perdamaian di Dongi-Dongi, dan pengalaman ini bisa jadi perdana bagi mereka. Antusiasme luar biasa, mirisnya tak semua siswa memiliki seragam pramuka, sedari awal memang tak mewajibkan hal ini. Namun, mereka benar-benar ingin melakukan yang terbaik alhasil para orang tua rela pergi jauh ke pasar demi mendapatkan seragam pandu itu.

Tuntutan Negara dan Akses Internet yang Tak Memadai

Claudya Mardiani, tim IN peningkatan kapasitas guru juga menyebutkan jika dua hari menjalankan programnya berbagai hambatan nyata dirasakan. Berkali-kali aliran listrik mati, soal internet tak perlu ditanyakan lagi. Sementara Kurikulum Merdeka memaksa semua guru adaptif dengan teknologi dan deretan aplikasi.

“Di sini guru-gurunya melakukan apa-apa sendiri, mereka manual. Tidak ada bantuan alat apapun untuk mengajar. Mereka tetap semangat dalam melakukan pengajaran sehari-hari bersama anak-anak,” ujarnya.

Dari pengamatannya para guru masih belum terampil dalam menerapkan Kurikulum Merdeka, ditambah kondisi yang serba terbatas.

“Di Kurikulum Merdeka para guru diharapkan bisa menentukan tujuan pembelajaran secara mandiri, dan ada beberapa hal yang harus dilakukan seperti upload ini dan itu kalau dibayangkan dari penjelasan tadi mengenai ketersediaan akses internet, ini menjadi hal sangat menyulitkan,” tambahnya.

Dongi-Dongi

Peningkatan kapasitas guru di wilayah Lore bersaudara, Foto: Rizka Aulia Ramadhani

Persoalan itu diamini oleh Arum Putri Suryandari, seorang guru sekaligus Bendahara PB PGRI yang turut menjadi fasilitator peningkatan kapasitas guru menyebut hal mendasar terkait Kurikulum Merdeka masih belum dipahami menyeluruh oleh para guru.

Peningkatan kapasitas guru yang dilaksanakan di Satap Dongi-Dongi mengundang antusiasme luar biasa. Para guru di sekitar kecamatan Lore Bersaudara rela datang dengan menempuh jarak hingga 3 jam perjalanan.

“Kendala pertama adalah informasi, mereka seperti ini karena internetnya agak sulit sehingga sulit mengakses informasi,” jelas Arum.

Terputusnya informasi terkait Kurikulum Merdeka membuat tenaga pendidik gagal paham dengan beberapa konsep dasar seperti Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) hingga analisis capaian belajar.

“Itu sebenarnya dasar banget di Kurikulum Merdeka, karena untuk mereka meng-create sebuah pembelajaran dia harus ngerti dulu apa yang harus dia ajarkan, pada saat dia tidak ngerti capaian pembelajaran kemudian tujuan pembelajaran seperti apa, alur pembelajaran seperti apa bagaimana mau ngajarin,” keluhnya.

Selain dipusingkan dengan Kurikulum Merdeka, para pengajar di Dongi-Dongi juga harus bertaruh dengan kondisi siswa yang kerap absen. Hal biasa dalam seminggu mereka hanya mampu masuk kelas dua kali, lagi-lagi karena membantu pekerjaan orang tua di ladang, berdagang atau pekerjaan lainnya.

“Siswanya datang hari Senin nanti datang lagi hari Jumat. Karena diajak dagang diajak ini dan itu. Jadi itu tantangannya, bagaimana guru mau mengajar dengan baik, muridnya saja datang suka-suka. Sudah merencanakan pembelajaran dengan baik ternyata masuk muridnya tidak ada,” ujarnya lagi.

“Pak Nadiem harus tahu sih,” tandasnya.

Walau demikian masyarakat Dongi-Dongi masih bisa mensyukuri, Kepala Sekolah Satap bernama Dirman yang baru menjabat 24 hari adalah sosok penuh semangat. Pengakuan dari warga sekitar, ia bahkan selalu membersihkan sekolah seorang diri, mengajak masyarakat bergotong royong mengalirkan air ke sekolah. Mungkin terdengar sederhana, namun sebelumnya ini tak pernah dilakukan.

Fasilitas Kesehatan Tidak Memadai

Beranjak dari isu pendidikan yang belum menemui titik terang, persoalan fasilitas kesehatan di Dongi-Dongi tak kalah runyam. Data tahun 2018 jumlah masyarakat di sana mencapai 581, sementara hanya ada satu bidan yang bertugas. Martina Bonggadika adalah satu-satunya bidan tetap yang harus melayani seluruh masyarakat.

Sosok yang akrab disapa Bidan Sambo mengaku sudah hampir satu dekade ditugaskan di wilayah tersebut. Tak hanya berurusan dengan kesehatan kehamilan dan persalinan, Bidan Sambo melayani segala jenis penyakit yang dikeluhkan masyarakat Dongi-Dongi.

Beruntungnya kini Bidan Sambo mendapat bantuan tenaga dari petugas kesehatan Puskesmas Wuasa, Ellen Leomi Tengkow salah satunya. Sebagai Pengelola promosi Kesehatan Puskesmas Wuasa ia rutin menyambangi Dongi-Dongi untuk melakukan berbagai aktivitas kesehatan.

Isu kesehatan lingkungan hingga angka pernikahan dini belum tertangani dengan maksimal, Ellen bercerita soal kultur msayarakat Dongi-Dongi yang banyak melakukan MCK di sungai hingga menimbulkan masalah baru yakni pencemaran air.

“Jelas akan berdampak pada kesehatan (kegiatan MCK di sungai), sungai digunakan sebagai tempat BAB, airnya diambil untuk cuci piring, air dikonsumsi untuk minum. Biasanya ada kasus diare dampak dari penggunaan air yang tidak bersih,” jelas Ellen.

Banyak kasus diare setiap tahunnya, bahkan dalam sesi program Sehat Nusantara (SN) rumah sakit lapangan ada salah satu warga Dongi-Dongi yang menderita diare lebih dari dua tahun dan tak kunjung sembuh. Untuk alasan mengapa tak segera pulih tentu banyak faktor, kondisi ini benar-benar rumit.

Dari observasi yang penulis lakukan selama program Bakti Nusantara (BN) Poso 2024, masyarakat Dongi-Dongi mengeluhkan kondisi toilet umum yang tak memadai. Dari jumlahnya yang tak ideal dengan kebutuhan, pembangunan tak sesuai standar, hingga kerusakan-kerusakan yang tak dipertanggungjawabkan. Bahkan, kalimat-kalimat negatif bersahutan, kemana larinya dana-dana perbaikan?

Ellen mengakui bahwa kondisi toilet umum di Dongi-Dongi tidak terawat, masyarakat sebagai pengguna seolah tak memiliki rasa tanggung jawab untuk saling merawat fasilitas umum tersebut.

“Namanya toilet umum mereka tidak ada rasa memiliki sehingga tidak terlalu terawat. Masih layak digunakan tapi untuk kebersihan masih sangat kurang,” ujar Ellen terkait kondisi toilet umum.

Dari toilet umum yang tak memadai, kondisi kesehatan masyarakat juga miris untuk diceritakan. Sekali lagi, semua terbelenggu dalam keterbatasan. Bidan Sambo dan Ellen tentu sudah menahan getirnya memperjuangkan masyarakat Dongi-Dongi.

Raissa Liem, dokter spesialis obgyn dari Metropolitan nampak gusar kala memfasilitasi pemeriksaan kehamilan para ibu di Dongi-Dongi. Ada satu kasus yang serius, kekhawatiran memuncak ketika sang ibu ternyata juga tidak concern soal itu.

Ia menghadapi bagaimana kesadaran kesehatan sangat rendah. Namun, ini semua tak bisa diambil kesimpulan begitu saja. Para ibu di Dongi-Dongi tak bisa setiap bulan mengakses pemeriksaan USG, kontras jika dibandingkan dengan kondisi warga kota. Mereka dipaksa oleh keadaan yang serba tak ideal.

Dongi-Dongi

Pemeriksaan kesehatan ibu hamil oleh relawan YTBN, Foto: Rizka Aulia Ramadhani

“Mungkin kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan terutama kesehatan ibu hamil itu sangat rendah. Kemarin ada kasus bagaimana ibu hamil aterm 37 minggu ternyata pertumbuhan tulangnya tidak sesuai ukurannya 31-32 minggu. Namun ketika disampaikan kepada pasien, pasien tidak ada concern sama sekali mereka menganggap itu hal yang normal saja dan hanya peduli apa jenis kelamin bayinya saja,” jelas Raissa.

“Apa yang saya tangkap kesadaran dari masyarakat rendah, mereka mungkin tidak punya akses terhadap vitamin atau terhadap gizi yang baik atau mungkin pendidikan mereka masih tergolong rendah sehingga mereka tidak tahu apa itu pentingnya bayi yang sehat berpengaruh terhadap anak yang pintar, mereka belum ditahap itu,” tambahnya lagi.

Akses pendidikan yang tak memadai disinyalir menjadi pemicu-pemicu kondisi ini. Tak sedikit anak-anak melakukan pernikahan dini. Cerita yang dituturkan siswa-siswi sekolah Satap Dongi-Dongi banyak dari keluarga dan para tetangga yang menikah di usia dini, 14 tahun adalah usia yang sangat belia.

Dalam program SN lain yang fokus terhadap penyuluhan gizi tampak dua perempuan berusia belasan. Ketika berbincang, mereka mengaku akan melangsungkan pernikahan dengan laki-laki pilihannya beberapa bulan ke depan. Penyuluhan gizi yang mereka ikuti harapannya mampu memberi bekal ketika mereka berumah tangga nanti, bagaimana menyiapkan makanan pendampin asi untuk buah hatinya kelak.

Meski demikian, Dongi-Dongi adalah bagian dari Indonesia. Anak-anak di Sekolah Satap berhak meraih mimpinya. Beberapa dari mereka menyimpan semangat luar biasa. Mencoba mengurai rumitnya Dongi-Dongi, YTBN bersama banyak pihak membangun Puskesmas Pembantu atau Pustu Plus untuk memfasilitasi para masyarakat.

Semua pihak berhak mendapat fasilitas yang layak dan pendidikan yang memadai.

Dongi-Dongi

Kegiatan Inspirasi Nusantara di Sekolah Stap, Foto: Desyatri Parawahyu Mayangsari

“Nama saya Alif, cita-cita ingin menjadi tantara. Saya ingin melanjutkan SMA di Palu karena di sana lebih bagus. Ada kakak sepupu melanjutkan di sana”

“Saya Novita, kelas 7. Cita-cita ingin menjadi TNI, ingin melanjutkan sekolah di daerah Parigi Palu. Di keluarga saya ada yang menikah usia dini kakak sepupu, ada yang lulus SMP ada yang lulus SMP”

“Saya Kayra, cita-cita ingin menjadi dokter, Mudah-mudahan nanti bisa sekolah di Palu. Saya sedih kakak sepupu menikah dini lulus SD”

Dongi-Dongi, untuk tiba di sana memang sangat berliku.

 

 

Penulis: Meigitaria Sanita

YTBN
Reading Time: 3 minutes

Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) turut berpartisipasi dalam program “Bakti Nusantara” bersama Yayasan Tunas Bakti Nusantara (YTBN) di salah satu daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) yakni Desa Dongi-Dongi, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah pada 31 Juli hingga 3 Agustus 2024.

Dongi-Dongi merupakan desa percobaan yang masih membutuhkan penanganan serius oleh pemerintah setempat. Fasilitas umum untuk masyarakat masih jauh dari kata cukup, terlebih dalam bidang kesehatan.

Untuk mengakses fasilitas kesehatan masyarakat Dongi-Dongi harus menempuh jarak 23 km dengan perjalanan yang tak mudah karena berliku dan berisiko. Dengan dukungan berbagai pihak YTBN membangun Puskesmas Pambantu atau Pustu Plus untuk melayani masyarakat Dongi-Dongi.

Pustu Plus tersebut dilengkapi fasilitas kesehatan seperti ruang pemeriksaan, ruang tindakan, laboratorium, apotek, hingga kamar untuk para nakes yang bertugas.

“Pustu plus sebagai pendukung upaya preventif, promotif, dan rehabilitatif. Kami lengkapi puskesmas ini dengan alat-alat dan obat-obatan, genset, hingga pembangkit listrik tenaga surya, pemipaan air oleh Pemerintah Poso,” ucap dr Teguh Dwi Nugroho selaku Ketua YTBN saat meresmikan Pustu Plus, Sabtu 3 Agustus 2024.

YTBN

Peresmian Pustu Plus Dongi-Dongi Poso oleh YTBN dan Bupati, Foto: Rizka Aulia Ramadhani

Dalam peresmian itu hadir pula Bupati Poso yakni dr. Verna Gladies M Inkiriwang, selain mengucapkan rasa terimakasih pihak pemerintah Kabupaten Poso berharap agar fasilitas yang telah tersedia dapat dirawat dengan baik.

Tercatat YTBN tengah concern dengan pembangunan daerah 3T sejak 2016 silam, pihaknya berkomitmen untuk terus melanjutkan program ini melalui sistem gotong royong.

“Sebagai wujud nyata kita bisa bergotong royong untuk saudara kita di tempat yang terjauh, dan kita semua datang kesini,” ucap dr. Teguh Dwi Nugroho.

“Ini gerakan yang akan kita lakukan setiap tahunnya,” tambahnya.

Program Bakti Nusantara edisi Poso 2024 melibatkan lebih 50 relawan yang diterjunkan untuk menjalankan berbagai tugas sebagai fasilitator dalam program Sehat Nusantara yang meliputi penyuluhan kesehatan lingkungan, penyuluhan gizi keluarga, pelayanan kesehatan remaja, pemeriksaan kesehatan (rumah sakit lapangan), dan pelatihan manajemen pelayanan puskesmas. Selanjutnya program inspirasi Nusantara meliputi peningkatan kapasitas guru bersama PGRI, sisi motivasi guru dsn orang tua, kemah perdamaian, dan dan pojok baca kelas. Dan terakhir adalah program Bangun Nusantara yang meliputi pembangunan Pustu Plus serta pemberdayaan pertanian.

Peran Prodi Ilmu Komunikasi UII

Bakti Nusantara edisi Poso 2024 bukanlah kali pertama Prodi Ilmu Komunikasi UII terlibat. Bermula dari Bakti Nusantara di Aik Mual, Lombok Tengah, NTB serta kegiatan fasilitasi literasi yang diinisiasi oleh dosen, staf, dan mahasiswa di Sekon, Insana Timor Tengah Utara, NTT tahun 2022. Berlanjut dengan keikutsertaan pada Bakti Nusantara di Garut Jawa Barat serta Sumenep Madura di tahun 2023. Hingga kini Prodi Ilmu Komunikasi masih terus melanjutkan untuk bergabung dalam misi pemerataan pembangunan di daerah 3T.

Tahun 2024, tiga staf diterjunkan untuk menjadi relawan antara lain Desyatri Parawahyu Mayangsari, Rizka Aulia, dan Meigitaria Sanita. Ketiganya berperan dalam mendokumentasikan program tersebut.

“Semoga dengan kerja sama antara Prodi Ilmu Komunikasi UII bersama YTBN ini mampu menjadi wadah yang membuat semua pihak semakin menambah pengalaman terutama dalam bidang pemberdayaan.” – Desyatri Parawahyu Mayangsari, Relawan Prodi Ilmu Komunikasi UII

“Setiap program-program YTBN selalu kena di hati, terutama program Sehat Nusantara, melihat warga yang akhirnya mau datang untuk periksa, di sana mereka mengeluarkan segala keluh kesah, dan akhirnya tertangani dengan sebaik mungkin, semoga YTBN selalu hadir untuk 3T.” – Rizka Aulia Ramadhani, Relawan Prodi Ilmu Komunikasi

“Ini kedua kalinya saya terlibat, banyak nilai-nilai baik yang saya dapatkan. Jika di Prodi Ilmu Komunikasi UII ada Communication for Empowerment, di YTBN ada Bakti Nusantara. Niatnya selaras, bagi saya meliput program tersebut membuat kita sadar sedikit yang kita miliki ternyata bermanfaat untuk banyak orang.” – Meigitaria Sanita, Relawan Prodi Ilmu Komunikasi UII

YTBN
Reading Time: 3 minutes

Yayasan Tunas Bakti Nusantara (YTBN) menggandeng Program Studi Ilmu Komunikasi UII untuk turut serta “Bakti Nusantara” di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Pada kesempatan ini, YTBN bertandang ke Desa Batuputih Daya, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Sumenep, Madura.

Selama dua hari, tepatnya pada 30 September hingga 1 Oktober 2023, para relawan yang berasal dari berbagai penjuru negeri diterjunkan untuk mengisi berbagai kelas edukasi untuk masyarakat di sekitar Kecamatan Batuputih. Empat relawan dari Prodi Ilmu Komunikasi UII antara lain Desyatri Parawahyu Mayangsari, Rizka Aulia Ramadhani, Meigitaria Sanita, serta mahasiswa Ilmu Komunikasi International Program, Lalu Muhammad Lutfi Maududy yang turut serta menjadi tim media dokumentasi.

Kecamatan Batuputih masuk dalam daftar daerah 3T dengan letak geografis di pesisir pantai dan perbukitan kapur, sehingga membuat warganya kesulitan mendapatkan air bersih. Bahkan masyarakat sekitar harus menadah air di musim penghujan di tandon rumah masing-masing. Namun, hal itu belum mampu mencukupi kebutuhan masyarakat sehingga fasilitas pengadaan air bersih sangat dibutuhkan.

YTBN

Kegiatan dalam fasilitas kesehatan
Foto: Lalu Muhammad Lutfi Maududy

Kesulitan ini tentu perlu mendapat penanganan segera. YTBN berinisiatif membangun sumur untuk masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih. YTBN merupakan organisasi inklusif penggerak bagi berbagai pihak yang turut serta bergabung dengan semangat kebersamaan, kepedulian, dan gotong royong yang berfokus pada pembangunan daerah 3T (Tertinggal, Terluar, Terdepan) di Indonesia.

Kegiatan besar yang digelar di Batuputih meliputi tiga program yakni Bangun Nusantara, Sehat Nusantara, dan Inspirasi Nusantara melalui semangat gotong royong.

Teguh Dwi Nugroho selaku Ketua YTBN menyebut bahwa seluruh kegiatan yang menjadi program YTBN demi pemerataan fasilitas di Indonesia terutama daerah 3T.

“Semangat bersatu bergotong-royong harus selalu dikobarkan mengingat kondisi kesenjangan pembangunan dan pemerataan fasilitas di Indonesia menjadi isu nyata yang masih memerlukan perhatian lebih. Akses fasilitas kesehatan, pendidikan, dan juga lahan pekerjaan di daerah 3T masih belum merata tersedia,” ungkapnya dalam sambutan.

Edisi Bakti Nusantara di Desa Batuputih meliputi penyediaan fasilitas air bersih yang menjadi program Bangun Nusantara. Selanjutnya Sehat Nusantara yang meliputi penyuluhan gizi dan pemberian paket gizi, pemeriksaan kesehatan, dan sunatan masal. Terakhir, program Inspirasi Nusantara yang mencakup tiga kegiatan yakni psikoedukasi pernikahan dini, peningkatan kapasitas guru bersama KGBN dan PGRI, serta kemah perdamaian bersama MoP Indonesia.

Peran Prodi Ilmu Komunikasi

YTBN

Tim Prodi Ilmu Komunikasi UII dalam dokumentasi Bakti Nusantara di Sumenep, Madura
Foto: YTBN

YTBN menggandeng Prodi Ilmu Komunikasi UII sejak tahun 2022, berawal dari Bakti Nusantara di Aik Mual, Lombok Tengah, NTB serta kegiatan fasilitasi literasi yang diinisiasi oleh dosen, staf, dan mahasiswa di Sekon, Insana Timor Tengah Utara, NTT. Hingga kini, prodi Ilmu Komunikasi UII masih aktif turut serta dalam kegiatan pemerataan pembangunan di daerah 3T.

Selain memberikan fasilitasi, pada beberapa kesempatan, Prodi Ilmu Komunikasi menjadi tim media dokumentasi utama pada kegiatan Bangun Nusantara yang dijalani YTBN. Kegiatan ini selaras dengan visi dan misi Prodi Ilmu Komunikasi yakni Communications for Empowerment atau Komunikasi untuk Pemberdayaan. Tagline yang telah diusung sejak 2014 ini dibuktikan dengan berbagai kegiatan yang dilakoni oleh para dosen, staf, serta mahasiswa.

YTBN

Kegiatan dokumentasi dan wawancara tentang pembangunan faslitas air bersih di Desa Batuputih Daya Sumenep
Foto: Desyatri Parawahyu Mayangsari

“Menjadi bagian dari Bakti Nusantara adalah kesempatan berharga, memotret kebaikan adalah kegiatan kemanusiaan yang tak mampu diukur dengan materi.”

Desyatri Parawahyu Mayangsari, relawan Prodi Ilmu Komunikasi UII.

“Kegiatan Bakti Nusantara di daerah 3T yang berlangsug di Sumenep ini tak hanya fokus pada pembangunan fisik daerah, melainkan juga pemberdayaan serta edukasi untuk masyarakat. Tujuan ini tentu selaras dengan visi misi Prodi Ilmu Komunikasi UII dengan basis Communication for Empowerment. Sebagai penulis, inilah saatnya menulis kebaikan untuk kemanusiaan.”

Meigitaria Sanita, relawan Prodi Ilmu Komunikasi UII.

“Kami tim di balik layar, menyaksikan berbagai aksi sosial yang begitu berarti untuk sebagian orang adalah kerja yang tak melelahkan dan justru menjadikan diri kita mendapat energi positif. Communication for Empowement ini begitu nyata. Semangat dan senyuman dari warga Sumenep Kecamatan Batuputih, mengartikan dengan kondisi apapun tetap harus mensyukuri segalanya.”

Rizka Aulia Ramadhani, relawan Prodi Ilmu Komunikasi UII.

“Masa menjadi mahasiswa tak datang dua kali, Prodi Ilmu Komunikasi memberi banyak kesempatan untuk saya bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya berharap kesempatan seperti ini tak datang sekali. Selain menambah skill dalam dunia fotografi, saya juga belajar kemanusiaan.”

Lalu Muhammad Lutfi Maududy, Mahasiswa relawan Prodi Ilmu Komunikasi UII.

 

Penulis: Meigitaria Sanita