Tag Archive for: alumni

Noice
Reading Time: 5 minutes

Noice sebagai salah satu platform konten audio lokal telah merilis audioseries Journal of Terror: Kelana Season 3 pada 25 Juli 2023. Audioseries ini merupakan konten terlaris dari Noice yang ditulis oleh Sweta Kartika. Dalam peluncurannya, ada wajah baru yang akan mendampingi tokoh utama. Ia adalah Pretisya Rahmani yang berperan sebagai Nawang.

Syasya, panggilan akrabnya, adalah alumni Ilmu Komunikasi UII yang mencuri perhatian karena wajahnya muncul di berbagai media nasional pada akhir Juli lalu. Setelah berkecimpung dan menekuni bidang voice over dan dubbing dari lulus kuliah, akhirnya kerja kerasnya menuai hasil.

Profesi ini cukup unik dan menjanjikan, dan tentu saja tak semua orang mampu untuk melakukannya. Dibutuhkan skill khusus untuk menjadi voice talent profesional. Mengutip inavoice.com, voice over talent merupakan profesi pembaca naskah untuk produk audio maupun audio visual.

Menjalani profesi yang unik ini ternyata membawa Syasya menemukan passion-nya. Terlebih, di era digital, profesi voice over talent cukup menjanjikan dan dibutuhkan oleh konten media sosial, advertising, hingga sulih suara film.

Journal of Terror: Kelana Season 3 sendiri berkisah tentang kultur dan klenik di Sunda. Berawal dari petualangan Prana saat KKN (Kuliah Kerja Nyata) bersama 12 temannya di Kampung Cilambayung, Jawa Barat. Prana dan teman-temannya menemui sebuah keganjilan, ia mencoba mengungkap misteri di kampung itu. Salah satu temannya bernama Nawang yang juga anak indigo akhirnya bekerja sama dan mengungkap fakta bahwa desa tersebut adalah kampung pesugihan. Cerita ini didukung dengan riset yang dilakukan oleh penulis terkait cerita budaya Nusantara.

Lantas bagaimana cerita Syasya bisa mendapat peran Nawang dan proses kerja sesuai dengan passion? Berikut pengalaman dan tips-tips yang dibagikan.

Noice

Pretisya Rahmani (kedua dari kanan) resmi menjadi voice talent di audioseries Journal of Terror: Kelana Season 3

Sebenarnya, apa sih nama profesimu ini?

Alhamdulillah, profesiku saat ini menjadi freelancer voice talent, lebih tepatnya ke area voice over talent dan dubbing. Ada yang bilang profesi ini adalah voice actor karena sudah melingkupi semuanya.

Sudah berapa lama memulai karier tersebut? Boleh diceritakan awal mulanya?

Awal mulanya di tahun 2021 aku mulai iseng cari-cari pelatihan online, yah itung-itung isi waktu. Ada beberapa pelatihan online yang aku ikuti. Menurutku, yang paling berkesan adalah pelatihan content creator dan pembuatan audio drama. Nah dari audio drama, ini semua dimulai.

Pelatihan yang membawa aku sampai tahap ini adalah pembuatan audio drama. Kenapa aku memilih itu karena jarang ada ya, kayaknya ini menarik deh, dan perlu untuk dipelajari. Jadi akhirnya aku ikut pelatihan itu.

Pertemuan kedua atau ketiga, host-nya bilang output dari pelatihan ini adalah peserta harus membuat audio drama sendiri. Nah di situ sibuk para peserta mencari kelompoknya, singkat cerita aku dapet teman kelompok. Terus kita mulai menggarap proyek sambil ngobrol banyak hal. Di situ aku tahu, ada dua teman kelompokku yang sudah terjun duluan ke dunia voice over. Bahkan salah satunya adalah ketua komunitas suara, Rumah Suara Kita. Karena aku penasaran, aku gabung komunitasnya. Akhirnya aku diikutkan dalam proyek internalnya.

Lanjut tahun 2022, tepatnya bulan Januari, untuk pertama kalinya aku dan teman-temanku ikut pelatihan basic dubbing di Bandung. Saat itu mentornya Ibu Novi Burhan dan Kak Ihwan Said. Di Bandung itu titik mulai aku memutuskan untuk belajar lebih dalam dunia voice over dan dunia dubbing. Aku merasa jatuh cinta dan mendapatkan support. Akhirnya aku banyak ikut kelas, casting yang tersedia, dan Alhamdulillah di tahun yang sama aku dapet proyek pertama yaitu proyek dubbing. Ada juga proyek voice over sampai sekarang.

Sekarang ‘kan resmi gabung di Noice. Gimana sih tipsnya bisa sampai ke tahap ini?

Alhamdulillah, sekarang aku resmi bergabung ke dalam salah satu proyek audioseries Noice  yang berjudul Journal of Terror: Kelana Seasson 3. Itu ceritanya tentang cowok yang bernama Prana memiliki kemampuan indigo. Seperti namanya jurnal ya berisi catatan-catatn pribadi Prana, tentang pengalamannya yang melibatkan makhluk-makhluk dari dunia lain. Journal of Terror ini adalah audioseries terfavorit di Noice.

Kalau ditanya apa sih tips bisa bergabung? Harus pandai melihat peluang mungkin, jadi aku kebetulan bisa bergabung dan menjadi voice over talent di audioseries tersebut karena ada casting online. Dulu aku lihat di Instagram Noice ada open casting voice over talent for audioseries special project. Tidak cuma dari Instagram, tapi dari grup komunitas yang aku ikuti juga nge-share info tersebut. Qodarullah, aku terpilih menjadi 3 besar finalis dan selanjutnya ada tahap voting online.

Berkat semua dukungan, aku bisa sampai di posisi ini, memiliki kesempatan emas yang datang. Aku benar-benar berterima kasih pada Allah, keluarga, teman-teman, dan komunitas yang benar-benar solid. Support system-nya kuat banget. Aku benar-benar terharu ternyata ada banyaj orang yang aku kenal bahkan gak kenal akupun mau mendukung aku.”

Apakah profesi ini sudah sesuai dengan passion kamu?

Aku bisa bilang iya soalnya aku merasa enjoy banget menjalani ini. Aku merasa lebih hidup, bermakna, punya rutinitas baru yang aku senangi walaupun awal-awal masih ditentang oleh keluarga. Ini juga freelance waktunya tidak menentu, lokasinya juga bisa di mana-mana. Aku pernah dapat project remote, aku rekaman malam-malam bahkan pernah sampai pagi untuk ngejar deadline. Aku juga pernah rekaman di studio yang jauh banget di daerah Gunung Sindur di Bogor.

Apakah profesimu ini sesuai bidang minat saat kuliah?

Bidang minat saat kuliah itu komunikasi strategis. Tetapi sebelumnya dari semester satu, sebenarnya tertarik pada bidang budaya media kreatif. Aku pengen banget masuk bidang minat itu. Pas semester tiga, aku mulai galau antara budaya media kreatif atau komunikasi strategis. Aku tanya dan konsultasi ke keluarga, senior, teman-teman, dan dosen. Akhirnya aku memilih komunikasi strategis. Tapi kalau ditanya sesuai bidang minat atau engga? Kalau “dicocoklogikan”, pekerjaan aku saat ini menjadi voice talent itu masih bisa nyambung. Soalnya di dunia periklanan terutama digital masih butuh jasa voice over, nah aku masih bisa masuk.

O iya dulu aku aktif di Galaxy Radio (salah satu unit kegiatan mahasiswa di Ilmu Komunikasi UII). Jadi waktu awal aku belajar voice over, aku merasa ini kok mirip ya dasar-dasarnya, cara pemanasannya, sama kayak aku belajar jadi penyiar. Jadi masih ada kaitan antara jurusanku Ilmu Komunikasi, bidang minatku Komunikasi Strategis, dan pengalamanku sebelumnya.

Apa tantangan yang biasa dihadapi profesi ini?

Pengalaman aku dapet proyek voice over, jadi sebagai talent kita harus cepat paham brief dari klien. Dan klien kemauannya bisa berubah-berubah kita harus paham, harus sabar banget. Kalau misal klien minta A kita turutin, mau B kita ikutin. Terus kita sebagai talent juga harus punya referensi suara berbeda entah di tone dan emphasize, atau iramanya. Kita harus punya referensi. Nanti klien tinggal memilih mau yang mana.

Punya pengalaman menarik atau mistis selama melakukan profesi ini? Apalagi ini cerita tentang hal yang tak kasat mata?

Alhamdulillah belum memiliki pengalaman mistis selama belajar di profesi ini. Dan jangan sampai aku punya pengalaman itu. Untuk pengalaman paling menarik, semuanya menarik. Semula aku kira bakal dapet proyek dubbing animasi gitu dan ternyata realitanya aku dapet proyek reality show. Perannya manusia asli, output suara yang diinginkan itu harus bisa senatural mungkin selayaknya manusia pada umumnya. Gak ada tuh yang dianeh-anehin, dilucu-lucuin.

Nah menurutku itu susah, apalagi saat itu peranku sebagai pasangan muda. Aku harus retake berkali-kali karena emosinya engga dapet. Terus aku tanya sama voice director-nya, gimana caranya aku bisa memerankan tokoh ini dengan baik. Akhirnya diberi saran untuk recall memory momen bersama pacar. Ketika aku dapat jawaban itu, aku ingin nangis. Aku belum pernah punya pengalaman seperti itu, aku belum punya pengalaman romantis.

Resmi gabung di Noice, gimana sih rasanya diliput banyak media?

Sebagai orang baru di dunia voice acting ini deg-degan parah. Jadi media session itu tujuannya untuk memperkenalkan dan membangun awareness dari Jurnal Kelana Session 3 yang baru rilis dengan efek binaural audio lewat program listening session. Jadi di hari itu kita sambil denger trailer dan episode pertamanya. Itu mengundang media dan partner lainnya. Saat itu aku dan Kak Sigi pemeran Prana mewakili pengisi suara dari Journal of Terror: Kelana Season 3. Dan aku juga mewakili pemenang dari casting online Noice special project.

Bertemu circle baru yang bakal dikenal banyak publik, bagaimana cara kamu menghadapinya?

Kalau aku pribadi, aku tetap ingin menjadi Pretisya sih hehehe, namun menjadi Pretisya yang berprogres menjadi lebih baik dan terus belajar menjadi voice talent professional bahkan aku ingin dikenal karena karakter suara aku sendiri. Branding, PR banget. Bagaimana caranya aku membranding diri aku. Niat ada, ide ada, realisasinya itu yang sulit.

Bagaimana Comss apakah tertarik dengan profesi voice over talent? Jika tertarik, tentu bisa mempersiapkan sejak sekarang. Salah satu cara adalah bergabung dengan komunitas seperti pengalaman Pretisya.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Karel Fahrurrozi kerja di Persis Solo
Reading Time: 3 minutes

Profesi content writer menjadi ladang baru bagi lulusan Ilmu Komunikasi di era digital. Selain kemampuan menulis yang mumpuni, kerja kreatif dan cepat menjadi skill utama yang wajib dimiliki bagi mereka yang terjun di bidang ini.

Content writer adalah penulis profesional yang bekerja untuk memproduksi artikel-artikel menarik dan kreatif di media online maupun portal media. Banyak organisasi yang meng-hire para penulis untuk memberi warna demi mencapai target audiens.

Jika kita melakukan pencarian profesi content writer di Jobstreet (9 Agustus 2023) setidaknya ada 2.900 lowongan pekerjaan yang menawarkan posisi ini. Sebanding dengan data APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) yang menyebut, pengguna internet di Indonesia terus meningkat yakni 210 juta pengguna di tahun 2022.

Salah satu organisasi yang menjadi sorotan publik adalah klub sepak bola. Dengan fans fanatic yang tersebar, mau tak mau media sosial hingga website resmi menjadi rujukan utama termasuk klub sepak bola milik Kaesang Pangarep.

Klub kebanggaan warga Solo Raya yakni Persis Solo kini tengah berkompetisi di Liga 1. Laskar Sambernyawa akhirnya naik kasta tertinggi sejak awal tahun 2022 lalu setelah hampir 14 tahun bercokol di Liga 2.

Di balik eksistensi persissolo.id dan akun Instagram @persisofficial yang memiliki lebih dari 400 ribu followers, tentu ada orang-orang kreatif di baliknya. Salah satunya adalah alumni Ilmu Komunikasi UII Angkatan 2016 yang bernama Karel Fahrurrozi. Ia telah menjadi bagian creative content writer Persis Solo sejak Maret 2022.

Melihat hiruk pikuk dunia sepak bola, ternyata tak membuatnya pusing dengan pekerjaan. Ia menilai pekerjaan yang dipilihnya sesuai dengan passion dan bidang minat semasa kuliah. Selain itu, kultur yang dibangun di lingkungan kerja cukup fleksibel dan sesuai dengan karakter Gen Z yang sangat dinamis.

Berikut keseruan kerja sebagai creative content writer di Persis Solo yang dilakoni oleh Karel Fahrurrozi.

Menjadi Creative Content Writer di Persis Solo sudah berapa lama, Kak?

“Dari Maret 2022, kurang lebih berarti udah 1,5 tahun.”

Kalau boleh tahu, tulisan Kak Karel itu yang dimuat dalam website resmi Persis atau khusus untuk publikasi di media sosial? 

“Di dua-duanya sih. Semua tulisan di persissolo.id sama copywriting di sosmed (Isntagram @persisofficial) dan semua sosmednya sih.”

Dulu bidang minat saat kuliah apa ya? Apakah linear dengan pekerjaan saat ini?

Alhamdulillah sama (bidang minat dan passion). Aku ambil jurnalistik penyiaran (saat kuliah),”

Apakah ada target tulisan setiap hari kak? Minimal berapa artikel per hari?

“Kebetulan gak ada target per hari sih. Soalnya untuk kebutuhan rilis di website lebih ke kondisional sama insidental aja.”

 Apakah pekerjaan kakak ini fleksibel dikerjakan di mana saja? Atau harus ngantor?

“Di tempatku tetep harus ngantor, tapi jamnya fleksibel banget. Gak yang nine to five gitu, yang penting daily task kelar, ke kantor buat absen harian.”

Kira-kira cocok ngga buat Gen Z yang berjiwa dinamis dan ekspresif?

“Cocok banget. Soalnya gak ada tekanan jam kerjanya hahah.”

Dari tadi seru semua, apa sih kendalanya kerja jadi content writer?

“Waduh apa ya. kalau dari aku pribadi sih paling pas wawancara pemain asing. Soalnya mereka gak bisa ngomong Bahasa Indonesia dengan lancar dan Inggrisnya pun juga kacau (tidak lancar). Jadi agak nerawang dikit pas nulisnya hahah.”

Oiya, apa rahasia dan tips bisa diterima di Persis Solo Kak?

“Kalau tipsnya apa ya, aku juga gatau sih. Mungkin lebih ke portofolio yang aku punya kali ya, karena pas masih kuliah dulu kebetulan aktif di Lembaga Pers Mahasiswa juga.”

Terakhir, kamu wajib liputan dan ngikutin tim Persis Solo berarti?

“Gak selalu sih kak, kadang liputannya juga via online aja udah cukup.”

Ternyata seru ya jika kita kerja sesuai passion dan bidang minat semasa kuliah. Kerja tanpa banyak beban dan pusing. Satu hal yang penting dari cerita Kak Karel, banyak-banyakin portofolio ya. Jadi gimana nih, Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

 

Reading Time: 3 minutes

Memasuki usia 19 tahun, Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) telah meluluskan lebih dari 1.300 alumni yang kini tersebar di seluruh Indonesia, Thailand, dan Malaysia. 

Berdiri 17 Juni 2004, UII mendirikan Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya dengan satu prodi, yakni Prodi Ilmu Komunikasi. Namun seiring dengan restrukturisasi yang dilakukan pada tahun 2006 Prodi Ilmu Komunikasi resmi bergabung dengan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB). Keputusan ini tertuang dalam Peraturan Pengurus Harian Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia Nomor: 03 Tahun 2006 tentang Struktur dan Organisasi Universitas Islam Indonesia. 

Perjalanan Prodi Ilmu Komunikasi memang tak mudah. Proses akreditasi C menuju akreditasi A baru terlaksana setelah 11 tahun bertumbuh yakni di tahun 2015. Bersyukur, kini menginjak usia ke-19 tahun, prodi Ilmu Komunikasi berproses menuju akreditasi “Unggul”. 

Jika diibaratkan manusia yang sedang bertumbuh, Prodi Ilmu Komunikasi sedang berada pada fase yang sedang aktif-aktifnya: 19 tahun baru lulus SMA, tengah mencari jati diri, dan mengeksplorasi kemampuan apa yang dimiliki. 

Sama halnya dengan Prodi Ilmu Komunikasi yang kini terus mengupayakan segala kemampuan SDM di dalamnya, memperbaiki kualitas dan pelayanan. Mengusung tagline “Communication for Empowerment” kini pengabdian kepada masyarakat terus dilakukan demi kemslahatan umat. 

Seperti marwah dari Prodi Ilmu Komunikasi, Communication for Empowerment menjadi spirit yang diusung dalam menyelenggarakan seluruh aktivitas akademik. Spirit empowerment termanifestasi dalam empat matra (catur dharma): pengajaran, penelitian, pengabdian masyarakat, dan dakwah islamiyah sehingga tercapai proses pembelajaran yang kritis, inovatif, kreatif, dan transformatif.

Lantas apa kata alumni tentang Prodi Ilmu Komunikasi? 

Belajar dan bertumbuh dengan suasana yang humanis, belajar interaktif dan setara adalah budaya di Prodi Ilmu Komunikasi. Diskusi antara dosen dan mahasiwa serta kultur saling menghargai adalah kunci untuk tetap rindu untuk “main-main ke Prodi”. 

Ini kata alumni: 

“Ilmu komunikasi itu unik, Ilmu Komunikasi UII lebih unik lagi. Saya bertumbuh dan belajar bermula dari sana. Ilkom UII adalah salah satu tangga saya untuk menumbuhkan value diri. Tentunya materi-materinya sangat bermanfaat pada dunia kerja yang saat ini sedang saya geluti, yakni public relation. Terutama dalam hal manajemen krisis.” 

“Seni berkomunikasi itu unik, kita berbicara tidak hanya lewat verbal. Banyak hal yang dapat digunakan untuk berkomunikasi. Semoga prodi Ilmu Komunikasi UII semakin maju, semakin bertumbuh lebih baik, semakin banyak juga mencetak lulusan terbaik.” 

Etry Novica (PR salah satu Rumah Sakit di Jawa Tengah, yang meraih gelar Magister dengan beasiswa LPDP) 

“Buat aku belajar di Ilmu Komunikasi UII sangat berpengaruh dengan bisnis yang sekarang aku jalani. Karena di Ilmu Komunikasi itu ilmu-ilmunya bermanfaat di dunia nyata. Contohnya saat aku berbisnis aku harus berdiskusi dengan klien, harus memasarkan bisnis aku, dan lain-lain. Ilmu-ilmu itu aku dapatkan Ilmu Komunikasi UII.” 

Puri Oksi (Pengusaha, Founder Bakmie Hotplate Viral) 

“Selama belajar di Prodi Ilmu Komunikasi seneng banget karena banyak dosen yang kompeten di bidangnya dan kelasnya seru, teman-temannya asyik juga. Dulu ingat banget mata kuliah Penulisan Akademik yang bikin aku sampai sekarang jadi ada di posisi ini yang diajar oleh Pak Iwan, dan itu menurut aku salah satu mata kuliah yang nempel banget sampai sekarang.” 

“Awalnya memilih Jurusan Ilmu Komunikasi itu supaya tidak ketemu dengan angka dan matematika, tapi ternyata di semester tiga ada mata kuliah Statistik Komunikasi karena sudah menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi ya dinikmati saja. Saran untuk Prodi Ilmu Komunikasi UII, di usia yang ke-19 menurutku ini usia yang sedang lucu-lucunya, lagi muda-mudanya, semoga Prodi Ilmu Komunikasi UII bisa terus membimbing mahasiswanya yang tidak hanya pintar secara akademik tapi juga bisa bersaing di dunia kerja.” 

Nasuha Ali (Senior Copywriter di Sekolah Murid Merdeka) 

“Saya senang belajar di Prodi Ilmu Komunikasi UII soalnya tidak hanya belajar keilmuan Barat tapi juga secara Islam. Bersyukur bisa belajar Komunikasi Profetik tentang Ilmu Komunikasi dari sudut pandang Islam dan menjadi lulusan insan Ulil Albab.” 

Iven Sumardiyantoro (Videographer dan Editor) 

“Menyenangkan, pembelajarannya yang up to date dengan masa kini, dosen-dosennya juga keren-keren. Dari nama jurusannya aja “Ilmu Komunikasi”, tentu tidak jauh-jauh dong dari obrolan dan didengar maupun mendengarkan. Ini salah satu yang bikin mudah adaptasi di dunia kerja. Selain itu, karena dulu ambilnya konsentrasi “Jurnalistik Penyiaran”, mata kuliah yang dulu diajarkan banyak yang related sama kerjaan sekarang, misalnya dalam edit mengedit video/foto.” 

“Alasan memilih jurusan Ilmu Komunikasi pertama, karena tidak ada Matematikanya. Selain itu, menariknya jurusan ini salah satu jurusan yang tidak monoton dan terus berkembang dari masa ke masa. Jurusan yang sangat fleksibel sih menurutku.” 

“Semoga tetap istiqomah menjadi jurusan yang menyenangkan di UII. Selalu melakukan gebrakan-gebrakan baru (baik dalam events, akademik dan organisasinya) yang gila, ciamik, dan out of the box. Pokoknya semoga makin baik dan terus membaik ke depannya!” 

Brilliant Ayesha Nadine (Content Creator, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta) 

Itulah beberapa kesan para alumni terhadap Prodi Ilmu Komunikasi UII, ternyata Ilkom adalah tempat belajar yang seru. Para dosen yang suportif, pelayanan humanis, dan fasilitas mumpuni menjadi kunci. Semoga di usia yang ke-19 tahun ini, Prodi Ilmu Komunikasi UII semakin progresif dan mampu mencetak lulusan unggul.

    

Reading Time: < 1 minute

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Tidak terasa sudah sekian lama kita tidak menjalin silatuhrahmi karena pandemi. Oleh karena itu, kami mengundang teman – teman sekalian untuk dapat bergabung di acara Reuni Alumni “Apa Kabar Komunikasi UII?” yang akan dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal: Minggu, 5 Desember 2021
Waktu: 12.00 WIB – Selesai.
Tempat: Omwil Coffe. Jl. Adisucipto No. 6
Yogyakarta

Link Reservasi:

*Undangan berlaku untuk 2 orang (Alumni dan pasangannya).
*mengundang semua alumni dari angkatan pertama hingga sekarang

Demikian undangan ini kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Wasalamu’alaikum Wr. Wb. See you there!🙏🏻

 

Reading Time: < 1 minute

Teatime 9th edition will invite:

Retyan Sekar – Journalist

(Alumni of communication Science Department, batch 2015).

The next International Program of Communication’s Teatime

Theme:
Talking With Alumni: Study Life Impact to Carrier

Live On Instagram

Schedule

Sunday, August, 30th, 2020
Start at 4pm (UTC+7)

Keep update on IGTV
@ip.communication.uii
@retyansekar

View this post on Instagram

 

A post shared by IP COMMUNICATION UII (@ip.communication.uii) on