Akreditasi Unggul

Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) berhasil meraih akreditasi “Unggul”. Pencapaian ini menjadi momen yang membahagiakan bagi seluruh civitas akademika di lingkungan UII. Memasuki usia yang ke-20 tahun, predikat “Unggul” menjadi kado yang sangat istimewa.

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Dewan Eksekutif BAN-PT No. 3917/SK/BAN-PT/Ak.KP/S/X/2023 secara resmi menyatakan Program Studi Ilmu Komunikasi, pada Program Sarjana Universitas Islam Indonesia memenuhi syarat peringkat Akreditasi “Unggul”. Keputusan ini ditetapkan sejak tanggal 3 Oktober 2023 sampai dengan 16 Juli 2024.

Untuk mencapai posisi saat ini dibutuhkan proses yang tak mudah. Sejak berdiri pada 17 Juni 2004, dibutuhkan waktu 19 tahun untuk meraih akreditasi “Unggul”.

Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D. menyebut bahwa pencapaian ini merupakan hasil kerja keras dari semua pihak, serta menjadi pengingat untuk terus berjuang dan mempertahankan sebuah pencapaian.

“Prodi Ilmu Komunikasi tentu sangat bersyukur atas pencapaian akreditasi ISK dengan predikat Unggul ini, karena ini kerja keras dan doa dari semua pihak, tim, dan bantuan dari UII sehingga ini bisa sesuai dengan apa yang kita inginkan yakni terakreditasi Unggul. Ke depan, Prodi Ilmu Komunikasi tentu saja berkomitmen untuk mempertahankan pencapaian ini bahkan berharap lebih baik lagi dengan kemungkinan kita akan menjajaki akreditasi internasional,” terang Kaprodi Ilmu Komunikasi UII.

Proses menuju Unggul

Proses akreditasi A menuju akreditasi “Unggul” Prodi Ilmu Komunikasi telah dipersiapkan secara matang oleh berbagai pihak. Pak Iwan, sapaan akrabnya, menyebut bahwa proses yang dilalui sepanjang pengajuan ini dibutuhkan berbagai dokumen penting sebagai penunjang utama.

Pengajuan dilakukan secara daring tanpa adanya visitasi, setidaknya butuh waktu 1,5 bulan untuk mengetahui hasil pengumuman dari BAN-PT.

“Untuk proses kemarin ini, karena akreditasi dengan ISK tidak perlu dilakukan visitasi karena semua berbasis dokumen yang di-assessement dan dinilai oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi atau BAN PT. Sehingga kami seluruhnya melakukan proses submit di aplikasi akreditasi SAPTO (Sistem Akreditasi Perguruan Tinggi Online) yang kira-kira hasilnya sudah keluar kurang dari satu setengah bulan. Hari itu dinyatakan Unggul, besoknya sertifikat dan SK sudah langsung keluar,” jelasnya.

Sementara, dalam keterangan sertifikat yang diterbitkan BAN-PT tertera jika masa berlaku antara tanggal 3 Oktober 2023 hingga 16 Juli 2024. Tertulis tak sampai satu tahun, sedangkan secara umum masa berlaku akreditasi adalah 5 tahun.

“Akreditasinya berlaku sampai tahun 2029. Benar expired-nya tertulis 2024 karena mengikuti status akreditasi lama (A) yang belum habis. Nanti otomatis menjadi tambahan satu periode IPEPA (Instrumen Pemantauan dan Evaluasi Peringkat Akreditasi). Akreditasi yang lama pun (A) sebenarnya sudah lolos IPEPA akan tambah satu periode akreditasi lagi (A),” jelasnya terkait masa akreditasi.

“Proses ini akan berlanjut dengan pemantauan yang artinya selama beberapa tahun ke depan Prodi Ilmu Komunikasi Alhamdulillah status akreditasinya sudah Unggul. Jadi kami merasa aman dari segi itu sembari kami meningkatkan beberapa hal yang akan semakin memperkuat branding dan juga kualitas pembelajaran di Program Studi Ilmu Komunikasi,” tambahnya.

Sejarah Akreditasi Prodi Ilmu Komunikasi

Butuh waktu setidaknya 11 tahun bagi Prodi Ilmu Komunikasi UII untuk meraih akreditasi A di tahun 2015. Sebelumnya akreditasi C dari tahun 2004-2015, akreditasi A tahun 2015-2023, dan kini mencapai akreditasi Unggul.

Perjalanan dari akrediatasi C menuju A tidak lepas dari situasi dan kondisi Prodi Ilmu Komunikasi yang baru seumur jagung dan belum memiliki lulusan.

Tak hanya itu, pada awal pendirian Program Studi ini, masih sedikit dosen bergelar S2 hingga S3. Tak dipungkiri jika jumlah dan jabatan akademik memberikan dampak besar dalam proses akreditasi sebuah institusi.

“Waktu itu kami menyegerakan akreditasi ya tentunya dengan hasil yang bisa dibayangkan kurang sesuai harapan karena belum ada lulusan. Dan waktu itu dosen Ilmu Komunikasi baik dari segi jumlah, dari segi kepangkatan akademik, jabatan akdemik dan fungsional termasuk gelar kesarjanaan ini masih belum banyak yang S2 bahkan pada waktu itu. Apalagi S3, pada saat itu belum ada sehingga tidak mengherankan jika hasilnya adalah C,” jelas Kaprodi Ilmu Komunikasi UII.

Bersyukur di tahun 2023, para dosen di prodi Ilmu Komunikasi sebagian besar telah menempuh pendidikan doktoral bahkan cukup produktif dalam hal karya ilmiah.

“Untuk tahun 2023 kita sudah memiliki beberapa Doktor, kepangkatannya juga sudah meningkat dari Lektor dan Lektor Kepala sudah lebih banyak. Karya ilmiahnya juga lebih produktif, kemudian jumlah kinerja akademisnya melalui hasil tracer pelaksanaan pengajaran juga menunjukkan hasil yang baik sehingga ini berhasil terakreditasi Unggul,” tambahnya.

Memasuki usia 20 tahun, Program Studi Ilmu Komunikasi UII telah meluluskan lebih dari 1.300 alumni yang kini tersebar di seluruh Indonesia, Thailand, dan Malaysia.

Meraih akreditasi “Unggul” bukanlah akhir dari sebuah perjalanan, menurut Kaprodi Ilmu Komunikasi UII ada PR besar yang harus dikerjakan mulai dari mempertahankan kualitas, melengkapi kekurangan, hingga memperhatikan rasio jumlah dosen dan mahasiswa yang harus seimbang.

“Tapi untuk sementara kita menjaga apa yang kita raih dengan semangat untuk mempertahankan kualitas, melengkapi kekurangan-kekurangan seperti rasio dosen dan mahasiswa dan kualitas pembelajaran yang semakin lebih baik ke depannya.” tandasnya.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Buku foto

Buku foto karya dosen serta laboran Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) berhasil dipamerkan keliling dunia. Setidaknya ada lima karya buku foto yang turut serta dalam Indonesian Photobook Tour 2023 ke beberapa negara yakni Singapura, Berlin, dan London.

Setelah melalui kerja kreatif pada workshop yang digelar oleh Gueari Gallery di Kuala Lumpur dan Jakarta, foto hasil kurasi dari dosen dan Laboran Prodi Ilmu Komunikasi UII menjadi sebuah karya buku foto yang unik dan tak biasa.

Lima buku foto yang dipamerkan antara lain Abandoned and Beyond dan Subtle Encounter karya Dr. Zaki Habibi, Messages in Silence milik Marjito Iskandar Tri Gunawan, Inside yang dibuat oleh Iven Sumardiyantoro, serta Mbrebeki hasil keresahan Desyatri Parawahyu Mayangsari yang dituangkan lewat foto dan kata.

Pameran buku foto

Persiapan pameran buku foto di Malaysia

Dr. Zaki Habibi menyebut karya-karya tersebut telah dipamerkan sejak 19 September 2023 hingga 3 Oktober 2023. Dibuka di Singapura dan ditutup di London hari ini.

“Buku foto Messages in Silence, Abandoned and Beyond, dan Subtle Encounter sedang dipamerkan di event pameran foto Internasional Exposure Photo di Kuala Lumpur, Malaysia,” ujar Dr. Zaki.

“Secara serentak dengan yang di Kuala Lumpur, buku foto mBrebeki, Inside, dan Abandoned and Beyond juga sedang dipamerkan di London,” tambahnya.

Proses Kreatif Buku Foto

Siapa sangka sebelum lahir menjadi buku foto, ide ini muncul seketika dari para staf Laboran di Prodi ilmu Komunikasi lewat diskusi di sela-sela membereskan Lab Komunikasi yang saat itu tengah dalam tahap renovasi.

“Semua ini bermula dari serangkaian sharing ide kawan-kawan kru Lab di ruang LabKom beberapa bulan lalu, sambil berdiri dan membereskan ruangan, karena waktu itu masih masa-masa berdebu dan acak-acakan renovasi interior,” cerita Dr. Zaki.

Dari ide itu akhirnya Dr. Zaki dan mengirimkan foto yang diberi judul “Abandoned and Beyond”, karya itu menyoroti isu ruang-ruang terbengkalai di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sementara karya Gunawan bertajuk “Messages in Silence” bercerita tentang keseharian hidup para santri dan guru di pondok pesantren khusus siswa tuli di Sleman, Yogyakarta. Hingga akhirnya, karya mereka terpilih dalam workshop “Making an Artist’s Photobook with Gueari Galeri” yang digelar selama empat hari yakni 8 hingga 11 Juni 2023 di Kuala Lumpur.

Foto

Hal serupa juga dilakukan oleh Iven dan Desya. Mereka akhirnya mengikuti workshop yang sama pada 7-10 September 2023. Inside adalah buku foto Iven yang diartikan sebagai “di dalam (perasaan maupun pikiran)” berisi gambaran manusia yang saling terkoneksi dengan manusia lain dengan hanya melihat ekspresinya. Sementara Mbrebeki milik Desya adalah karya yang awalnya dianggap sebagai media penyembuhan atas peliknya hidup yang dialami, luapan dalam kepalanya yang mengganggu, atau noise diekspresikan melalui karya.

Buku foto

Karya itu Akhirnya Lahir

Setelah melalui berbagai proses, akhirnya karya mereka mampu dipamerkan keliling dunia, pengalaman berharga bagi kreator ketika karyanya mampu dinikamati oleh pembacanya.

“Pengalaman yang luar biasa membuka mata, pandangan, wawasan terkait buku foti dengan pendekatan seni,” Marjito Iskandar Tri Gunawan, Laboran Prodi Ilmu Komunikasi

“Pengalaman yang sangat berharga dan kesempatan yang besar untuk saya. Semoga ada kesempatan lagi untuk berkarya,” Iven Sumardiyantoro, Laboran Prodi Ilmu Komunikasi

“Berkarya untuk sembuh membuatku ingin memberi tahu pada dunia bahwa kita bisa ‘melampiaskan’ luka kita dengan berkarya. Besar harapan bagi pembaca akan makna apa itu arti kata berjuang.” Desyatri Parwahyu Mayangsari, Laboran Prodi Ilmu Komunikasi

Lokasi dan Jadwal Indonesian Photobook Tour 2023

Singapura

Objectifs – Centre for Photography and Film, 19 September 2023

Berlin

Miss Road: The Berlin Art Book Fair & Festival, 22-24 September 2023

London

Photobook Café, 30 September – 3 Oktober 2023

Itulah karya-karya dari dosen serta kawan-kawan Laboran Prodi Ilmu Komunikasi yang dipamerkan keliling dunia. Sangat menginspirasi! Bagaimana menurutmu, Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

 

YTBN

Yayasan Tunas Bakti Nusantara (YTBN) menggandeng Program Studi Ilmu Komunikasi UII untuk turut serta “Bakti Nusantara” di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Pada kesempatan ini, YTBN bertandang ke Desa Batuputih Daya, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Sumenep, Madura.

Selama dua hari, tepatnya pada 30 September hingga 1 Oktober 2023, para relawan yang berasal dari berbagai penjuru negeri diterjunkan untuk mengisi berbagai kelas edukasi untuk masyarakat di sekitar Kecamatan Batuputih. Empat relawan dari Prodi Ilmu Komunikasi UII antara lain Desyatri Parawahyu Mayangsari, Rizka Aulia Ramadhani, Meigitaria Sanita, serta mahasiswa Ilmu Komunikasi International Program, Lalu Muhammad Lutfi Maududy yang turut serta menjadi tim media dokumentasi.

Kecamatan Batuputih masuk dalam daftar daerah 3T dengan letak geografis di pesisir pantai dan perbukitan kapur, sehingga membuat warganya kesulitan mendapatkan air bersih. Bahkan masyarakat sekitar harus menadah air di musim penghujan di tandon rumah masing-masing. Namun, hal itu belum mampu mencukupi kebutuhan masyarakat sehingga fasilitas pengadaan air bersih sangat dibutuhkan.

YTBN

Kegiatan dalam fasilitas kesehatan
Foto: Lalu Muhammad Lutfi Maududy

Kesulitan ini tentu perlu mendapat penanganan segera. YTBN berinisiatif membangun sumur untuk masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih. YTBN merupakan organisasi inklusif penggerak bagi berbagai pihak yang turut serta bergabung dengan semangat kebersamaan, kepedulian, dan gotong royong yang berfokus pada pembangunan daerah 3T (Tertinggal, Terluar, Terdepan) di Indonesia.

Kegiatan besar yang digelar di Batuputih meliputi tiga program yakni Bangun Nusantara, Sehat Nusantara, dan Inspirasi Nusantara melalui semangat gotong royong.

Teguh Dwi Nugroho selaku Ketua YTBN menyebut bahwa seluruh kegiatan yang menjadi program YTBN demi pemerataan fasilitas di Indonesia terutama daerah 3T.

“Semangat bersatu bergotong-royong harus selalu dikobarkan mengingat kondisi kesenjangan pembangunan dan pemerataan fasilitas di Indonesia menjadi isu nyata yang masih memerlukan perhatian lebih. Akses fasilitas kesehatan, pendidikan, dan juga lahan pekerjaan di daerah 3T masih belum merata tersedia,” ungkapnya dalam sambutan.

Edisi Bakti Nusantara di Desa Batuputih meliputi penyediaan fasilitas air bersih yang menjadi program Bangun Nusantara. Selanjutnya Sehat Nusantara yang meliputi penyuluhan gizi dan pemberian paket gizi, pemeriksaan kesehatan, dan sunatan masal. Terakhir, program Inspirasi Nusantara yang mencakup tiga kegiatan yakni psikoedukasi pernikahan dini, peningkatan kapasitas guru bersama KGBN dan PGRI, serta kemah perdamaian bersama MoP Indonesia.

Peran Prodi Ilmu Komunikasi

YTBN

Tim Prodi Ilmu Komunikasi UII dalam dokumentasi Bakti Nusantara di Sumenep, Madura
Foto: YTBN

YTBN menggandeng Prodi Ilmu Komunikasi UII sejak tahun 2022, berawal dari Bakti Nusantara di Aik Mual, Lombok Tengah, NTB serta kegiatan fasilitasi literasi yang diinisiasi oleh dosen, staf, dan mahasiswa di Sekon, Insana Timor Tengah Utara, NTT. Hingga kini, prodi Ilmu Komunikasi UII masih aktif turut serta dalam kegiatan pemerataan pembangunan di daerah 3T.

Selain memberikan fasilitasi, pada beberapa kesempatan, Prodi Ilmu Komunikasi menjadi tim media dokumentasi utama pada kegiatan Bangun Nusantara yang dijalani YTBN. Kegiatan ini selaras dengan visi dan misi Prodi Ilmu Komunikasi yakni Communications for Empowerment atau Komunikasi untuk Pemberdayaan. Tagline yang telah diusung sejak 2014 ini dibuktikan dengan berbagai kegiatan yang dilakoni oleh para dosen, staf, serta mahasiswa.

YTBN

Kegiatan dokumentasi dan wawancara tentang pembangunan faslitas air bersih di Desa Batuputih Daya Sumenep
Foto: Desyatri Parawahyu Mayangsari

“Menjadi bagian dari Bakti Nusantara adalah kesempatan berharga, memotret kebaikan adalah kegiatan kemanusiaan yang tak mampu diukur dengan materi.”

Desyatri Parawahyu Mayangsari, relawan Prodi Ilmu Komunikasi UII.

“Kegiatan Bakti Nusantara di daerah 3T yang berlangsug di Sumenep ini tak hanya fokus pada pembangunan fisik daerah, melainkan juga pemberdayaan serta edukasi untuk masyarakat. Tujuan ini tentu selaras dengan visi misi Prodi Ilmu Komunikasi UII dengan basis Communication for Empowerment. Sebagai penulis, inilah saatnya menulis kebaikan untuk kemanusiaan.”

Meigitaria Sanita, relawan Prodi Ilmu Komunikasi UII.

“Kami tim di balik layar, menyaksikan berbagai aksi sosial yang begitu berarti untuk sebagian orang adalah kerja yang tak melelahkan dan justru menjadikan diri kita mendapat energi positif. Communication for Empowement ini begitu nyata. Semangat dan senyuman dari warga Sumenep Kecamatan Batuputih, mengartikan dengan kondisi apapun tetap harus mensyukuri segalanya.”

Rizka Aulia Ramadhani, relawan Prodi Ilmu Komunikasi UII.

“Masa menjadi mahasiswa tak datang dua kali, Prodi Ilmu Komunikasi memberi banyak kesempatan untuk saya bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya berharap kesempatan seperti ini tak datang sekali. Selain menambah skill dalam dunia fotografi, saya juga belajar kemanusiaan.”

Lalu Muhammad Lutfi Maududy, Mahasiswa relawan Prodi Ilmu Komunikasi UII.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Typing ganteng

Ada saja hal baru yang mengiringi perjalanan Gen Z di media sosial, terutama soal typing atau cara mengetik. “Typing ganteng” atau “typing cantik” adalah tren yang menjadi identitas dan perjalanan Gen Z di media sosial.

Kronologi kemunculan istilah typing ganteng bermula sekitar tahun 2019 dipopulerkan oleh Ivan Lanin, seorang yang melabeli dirinya sebagai Wikipediawan pecinta bahasa Indonesia. Ivan membagikan ilmunya terkait tata bahasa Indonesia sesuai EYD melalui Twitter dan berbagai platform media sosial lainnya.

Mengutip definisi dari Oxford English Dictionary, typing adalah kegiatan menulis atau menyalin dengan menggunakan mesin ketik. Sementara pada kondisi saat ini kegiatan typing dilakukan dengan laptop, komputer, hingga smartphone.

Sementara typing ganteng yang dipopulerkan Ivan Lanin didefinisikan sebagai gaya menulis atau chat yang rapi sesuai kaidah penulisan EYD agar enak dibaca. Berkat mempopulerkan typing ganteng, Ivan Lanin dijuluki sebagai Bapak Typing Ganteng Nasional.

Lantas mengapa Gen Z kini memilih untuk mengikuti tren typing ganteng di media sosial? Menurut salah satu mahasiswa Sastra Inggris Universitas Brawijaya, Rida Bawa Carita yang merupakan Gen Z menyebutkan alasan mengikuti tren typing ganteng agar tak dianggap sebagai sosok yang tertinggal.

“Agar lebih kerasa santai (typing ganteng), soalnya kalau typing alay merasa chattingan dengan orang yang tertinggal banget. Kita sudah 2023 dia masih 2010,” ungkapnya.

Mahasiswa Sastra Inggris itu menyebut, typing ganteng wajib dilakukan kepada orang yang baru saja ia kenal untuk menciptakan kesan positif.

Typing ganteng untuk yang baru kenal, minimal tidak chat “aku” dengan “aq”. Minimal sesuai EYD,” tambahnya.

Hal ini juga diamini oleh Iven Sumardiyantoro selaku Gen Z awal yang lahir di tahun 1997. Ia berani melakukan typing alay ketika bersama sahabatnya, sementara bersama pacarnya yang sama-sama Gen Z wajib typing ganteng.

Typing alay hanya sama sahabat dekat, kalau sama pacar typing ganteng. Dia (pacar) selalu chat sesuai EYD, menulis nama dengan awalan huruf kapital,” ujarnya.

Dalam berbagai artikel populer yang diterbitkan oleh beberapa portal media online menyebut bahwa typing ganteng adalah tips untuk mendapatkan citra positif dalam langkah pendekatan dengan gebetan.

Seperti dalam artikel yang terbit pada Kumparan.com berjudul “Pengertian Typing Ganteng dan Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan agar PDKT Lancar” lalu artikel berjudul “Apa Sih Arti Typing Ganteng? Benarkah Bisa Bikin Netizen Jatuh Hati?” pada portal Grid Kompas Gramedia, hingga “7 Cara Typing Ganteng yang Bikin Lancar PDKT Sama Cewek Gen Z” di laman IDN Media yang memberi framing bahwa cara mengetik yang baik dan benar akan memberi kesan positif dan tidak berlebihan di mata calon gebetan.

Selain berbagai artikel tersebut, viral di TikTok berbagai kalimat “muka gak harus ganteng, tapi kalau typing harus ganteng” yang telah ditonton 1,9 juta pengguna TikTok, “ganteng itu bonus, typing ganteng itu harus” yang ditonton sekitar 2,8 juta pengguna TikTok.

Typing ganteng identitas bagi Gen Z?

Jika menulis dengan gaya alay sempat tren di tahun 2000an hingga 2010 dan menjadi identitas bagi generasi pengguna Facebook awal, tampaknya typing ganteng menjadi identitas Gen Z dalam perjalanan di media sosial.

Mengutip dalam Psychology Today, identitas mencakup nilai yang dianut oleh seseorang yang menentukan pilihan dan keputusan yang diambil. Identitas dalam diri seseorang akan terus berkembang sepanjang hidup berdasarkan pengalaman.

Berdasarkan data yang dipublish GWI, salah satu lembaga market research di Amerika Serikat, menyebut bahwa salah satu karakter Gen Z adalah menggunakan media sosial dengan cara yang unik, 11% Gen Z menyebut bahwa media sosial adalah tempat mencari inspirasi.

Sehingga tren positif dengan typing ganteng ini bisa menjadi motivasi dan inspirasi untuk membentuk citra positif pada diri Gen Z.

Ciri-ciri typing ganteng

Bagi Anda yang masih bingung dengan typing ganteng yang dipopulerkan Ivan Lanin, berikut empat ciri-ciri yang mudah dikenali dan dapat dilakukan agar tak dianggap alay di media sosial.

  1. Tidak menyingkat kata

Ciri utama dalam typing ganteng adalah tidak menyingkat kata. Gunakan kata yang benar sesuai EYD, seperti kata “banget” tidak disingkat “bgt” dan singkatan-singkatan lainnya.

  1. Mengakhiri kalimat dengan titik

Konsep typing ganteng adalah rapi dan enak dibaca, untuk mengakhiri kalimat gunakan tanda titik untuk menampilkan kesan cool dan berwibawa.

  1. Tanda baca sesuai fungsi

Ciri typing ganteng selanjutnya adalah menggunakan tanda baca sesuai fungsi baik seperti koma, titik, tanda seru, hingga huruf yang tidak dobel. Kata “iya” tidak ditulis “iyaaa!”.

  1. Menggunakan kata sesuai EYD bukan kata alay

Typing alay mungkin sangat populer di tahun 2000an awal, namun hal ini benar-benar haram pada konsep typing ganteng. Penulisan kata “aku” bukan “aq” semua kata ditulis sesuai kaidah EYD.

Demikian informasi terkait typing ganteng yang menjadi identitas Gen Z di media sosial. Lantas bagaimana menurutmu, Comms? Apakah typing ganteng akan menjadi identitas yang Gen Z di media sosial?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

AI

Membahas Artificial Intelligence (AI) memang tak ada habisnya karena berbagai penelitian menyebutkan, setidaknya enam bulan sekali teknologi AI akan mengalami perubahan dan peningkatan. Perkembangan yang begitu cepat dan masif pada AI ternyata memunculkan banyak pro dan kontra.

Pada laman NPR, salah satu organisasi media independen dan non profit di Amerika Serikat, disebutkan bahwa para pemimpin teknologi mendesak jeda dalam perlombaan kecerdasan buatan yang tidak terkendali.

Untuk menyeimbangkan pola pikir dan kreativitas manusia dengan AI, sudah selayaknya kita terus menambah wawasan terkait AI. Tentu saja, AI bukan hanya penting bagi orang-orang yang mendalami bidang teknologi, melainkan juga seluruh lapisan masyarakat yang turut menjadi pengguna.

Dalam bidang Ilmu Komunikasi, AI menjadi salah satu materi yang selalu disampaikan sebagai wawasan dasar. Untuk memperdalam pengetahuan terkait AI, salah satu komunitas Diskusi Penelitian Ilmu Komunikasi UII (Dispensi) bersama Pusat Dokumentasi Media Alternatif Komunikasi UII (PDMA Nadim) menggelar diskusi bertajuk “AI dan Ilmu Komunikasi” pada 22 September 2023 menggandeng Iwan Awaluddin Yusuf, Ph.D yang tengah mendalami isu AI sebagai pembicara

Meski banyak membantu pekerjaan manusia, AI ternyata memiliki peluang yang perlu diantisipasi. Lantas bagaimana cara memanfaatkan AI serta prediksinya di masa depan?

Pentingnya AI dalam Ilmu Komunikasi

Dalam diskusi tersebut, Iwan menyebutkan berbagai alasan yang mendasari pentingnya mempelajari AI dalam konteks Ilmu Komunikasi, sikap yang perlu disiapkan, hingga kekhawatiran akibat dampat pesatnya AI terhadap dunia akademik.

Bahkan keseriusan Ilmu Komunikasi terhadap AI juga dituangkan dalam berbagai riset mendalam, salah satunya New Media and Society “Journal of Knowledge, Culture and Media”. Dalam riset tersebut dibahas pula AI yang mengubah dunia jurnalisme hingga keseharian manusia dipengaruhi AI.

“Posisi kita sebagai orang komunikasi membahas AI, kita adalah akademisi, ilmuwan Ilmu Komunikasi. Kita bukan data scientist bukan programmer. Sehingga ketika kita bicara AI dalam bahasa yang dipahami sebagai pembelajar komunikasi,” ujarnya membuka diskusi.

Selain itu, cabang AI sungguh sangat luas mulai dari konteks psikologi, bahasa, hingga komunikasi. Terbaru, AI yang sering menjadi dilema dalam lingkup akademik adalah ChatGPT yang dikembangkan oleh Open AI yang sering dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai esai.

Sebenarnya tak hanya ChatGPT, AI telah mengubah banyak industri di dunia termasuk perfilman, public service, hingga ranah Ilmu Komunikasi lainnya. Artinya AI memang bisa menjadi solusi suatu masalah, namun ada etika yang perlu dipahami dalam pesatnya perkembangan AI.

Bagaimana AI di Masa Depan

Seperti diungkap berbagai media, kecepatan perkembangan AI ternyata memunculkan banyak desakan untuk memberi jeda karena alasan kekhawatiran. Ada sebuah pertanyaan besar yang sangat urgen, salah satunya apakah perusahaan-perusahaan teknologi yang mengembangkan AI dengan percepatan yang pesat akhirnya akan menggeser peran bahkan mengakali manusia.

Mengutip dari laman NPR, sekelompok ilmuwan komputer, tokoh-tokoh industri teknologi seperti Elon Musk hingga Steve Wozniak menyerukan jeda 6 bulan dalam pengembangan aplikasi AI serta risikonya.

Seruan itu direalisasikan melalui petisi dalam menanggapi rilisnya GPT-4 yang dikembangkan OpenAI.

“Kami menyerukan kepada semua laboratorium AI untuk segera menghentikan sementara pelatihan sistem AI yang lebih kuat dari GPT-4 selama setidaknya 6 bulan,” tulis surat tersebut.

“Jeda ini harus bersifat publik dan dapat diverifikasi, serta melibatkan semua aktor kunci. Jika jeda seperti itu tidak dapat diberlakukan dengan cepat, pemerintah harus turun tangan dan melembagakan moratorium.”

“Jeda adalah ide yang bagus, tetapi surat itu tidak jelas dan tidak menanggapi masalah regulasi dengan serius,” kata James Grimmelmann, profesor hukum digital dan informasi dari Cornell University.

Pertanyaan serupa juga muncul pada peserta diskusi, seperti bagaimana AI di masa depan serta bagaimana AI mempengaruhi psikologis mahasiswa hingga menggantungkan tugasnya pada kreativitas AI.

Lantas apa jawaban terhadap berbagai keresahan tersebut?

Tonton selengkapnya melalui akun Instagram @nadimkomunikasiuii

Atau klik laman https://www.instagram.com/p/CxfZR-3LEaR/

 

 

Penulis: Meigitaria Sanita

AI

Artificial Intelligence (AI) telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia. Berkat teknologi AI pekerjaan manusia mampu diselesaikan secara efisien. Bahkan fakta terbaru muncul terkait kreativitas AI yang mampu melampaui manusia. Benarkah fakta tersebut?

Berdasarkan laporan dari Future of Jobs Report 2023 yang diterbitkan oleh World Economic Forum (WEF), keterampilan paling penting bagi pekerja di tahun 2023 adalah keterampilan kognitif untuk berpikir secara analitis dan kreatif. Bahkan disebut-sebut pemikiran kreatif lebih penting jika dibandingkan dengan pemikiran analitis untuk memecahkan suatu masalah.

Fakta terkait kreativitas AI yang berhasil melampaui manusia ini diamini dari hasil riset yang dipublikasikan oleh University of Montana pada Juli 2023. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa AI khususnya GPT-4 terbukti menyamai 1% di atas kreativitas manusia.

Aplikasi AI ChatGPT yang dikembangkan dengan GPT-4 terbukti unggul dalam orisinalitas dengan alat ukur Torrance Test of Creative Thingking (TTCT), sebuah alat ukur yang telah diakui untuk menilai kreativitas.

“Untuk ChatGPT dan GPT-4, kami menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa AI ini berada di posisi 1% teratas untuk orisinalitas. Hal ini merupakan sesuatu yang baru,” ungkap Erik Guzik, asisten profesor Klinis Fakultas Bisnis di University of Montana, dikutip dari laman resmi universitas.

Para peneliti mengirimkan delapan respons yang dihasilkan oleh ChatGPT dan mengumpulkan jawaban dari 24 mahasiswa University of Montana yang tergabung dalam kelas kewirausahaan dan keuangan. Selanjutnya dibandingkan dengan 2.700 mahasiswa (nasional) yang mengikuti TTCT pada tahun 2016.

Hasilnya AI ChatGPT yang dikembangkan GPT-4 berada pada urutan atas dalam hal menghasilkan ide dengan jumlah yang lebih besar, orisinalitas, serta ide-ide baru. Meski demikian AI tak unggul dalam hal fleksibilitas dan jenis atau kategori ide.

“Kami sangat berhati-hati dalam konferensi tersebut untuk tidak menginterpretasikan data secara berlebihan. Kami hanya mempresentasikan hasilnya. Namun kami membagikan bukti kuat bahwa AI tampaknya mengembangkan kemampuan kreatif yang setara atau bahkan melebihi kemampuan manusia,” tuturnya.

Terlepas dari keunggulan ChatGPT dalam tes kreativitas pada mahasiswa, peneliti tetap mengakui perlunya alat yang lebih canggih demi mencari tahu perbedaan antara ide yang diproduksi oleh AI dan manusia.

“ChatGPT memberi tahu kami bahwa kami mungkin tidak sepenuhnya memahami kreativitas manusia, dan saya yakin itu benar. Hal ini juga menunjukkan bahwa kita mungkin membutuhkan alat penilaian yang lebih canggih yang dapat membedakan antara ide yang dihasilkan oleh manusia dan AI,” pungkas Erik Guzik.

Mengutip dari Psychology Today, kelemahan kreativitas AI juga didukung dengan teori yang dikemukakan oleh Simone Grassini seorang Profesor di Department of Psychosocial Science, University of Bergen. Ia bersama rekan-rekannya menyebut bahwa model bahasa dan data adalah algoritma yang diadaptasi oleh AI yang diperoleh dari internet untuk menciptakan konten baru.

Model bahasa yang besar termasuk OpenAI Codex dan OpenAI LLM untuk chatbot AI ChatGPT (GPT-4 dan GPT-3), GPT-4 untuk chatbot AI Microsoft, Bing Chat, BLOOM oleh HuggingFace, Megatron-Turing Natural Language Generation 530B oleh NVIDIA dan Microsoft, Claude dari Anthropic (untuk chatbot AI Claude 2), LLaMA dari Meta, Salesforce Einstein GPT (Menggunakan OpenAI LLM), PaLM 2 yang mendukung Bard, chatbot AI Google, dan Titan dari Amazon.Psikolog Amerika J.P Guilford dalam teorinya structure of intellect menjabarkan kreativitas sebagai kemampuan pemecahan masalah dideskripsikan menjadi tiga hal yakni kefasihan (ideasional, asosiasional, dan ekspresif), dan fleksibilitas (spontan dan adaptif).

Berdasarkan hasil penelitian dari University of Montana yang menyebut kelemahan AI dalam bidang fleksibilitas, artinya dapat disimpulkan bahwa chatbot AI tidak memiliki konsistensi layaknya manusia.

Tak hanya itu, karya yang diciptakan AI dinilai tak memiliki kekhasan khusus. Hal ini diungkapkan oleh Wahyu Wijayanto salah satu alumni DKV ISI Yogyakarta yang menjalani profesi sebagai desain grafis lebih dari 10 tahun terakhir. Ia menyebut, ada “taste” yang tak bisa dimiliki oleh AI.

“Masih bisa (dibedakan karya AI dan manusia) untuk orang yang sudah tau, bedanya di taste,” ujar Wahyu Wijayanto.

Pesatnya perkembangan dan kreativitas AI baginya justru bukan lagi soal ancaman, melainkan kemudahan yang dapat dimanfaatkan. Namun ia juga menyebut terkadang karena terlalu kreatif AI tampak tak rasional dan mudah dikenali.

“Enggak menganggap sebagai ancaman, kita saja yang harus menyesuaikan. Justru dalam beberapa hal AI memang sangat membantu, tapi masih butuh kontrol dari manusia. Kalau kreativitas iya memang melebihi kemampuan manusia, tapi karena saking lebihnya justru itu gampang dikenali sebagi hasil dari AI. Itu untuk saat ini, gak tau untuk nanti,” pungkasnya.

Lantas bagaimana pendapatmu soal AI, Comms? Kira-kira mampukah AI melampaui pemikiran manusia mengingat teknologi akan selalu berkembang.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

 

 

 

 

 

Society 5.0

Menghadapi era Society 5.0 tentu membutuhkan persiapan matang, mulai dari keterampilan hingga mental. Lantas bagaimana cara menghadapinya?

Society 5.0 yang digagas oleh Pemerintah Jepang menempatkan masyarakat yang berpusat pada manusia untuk menyeimbangkan kemajuan ekonomi dan penyelesaian masalah sosial dengan sistem yang saling berintegrasi antara ruang siber dan fisik.

Melansir dari laman resmi Japan Cabinett Office, Society 5.0 merupakan inovasi yang akan mewujudkan masyarakat berwawasan ke depan dan mendobrak stagnansi. Perubahan nyata yang saat ini tengah kita hadapi terkait dengan pesatnya perkembangan Artificial Intelligence (AI) dalam berbagai bidang.

Konsep Society 5.0 memiliki kaitan erat dengan AI. Besarnya informasi dari sensor di ruang fisik dihimpun di ruang siber selanjutnya dianalisis oleh AI dan hasil analisis tersebut akan dikirim kembali ke manusia dalam berbagai bentuk.

Membahas soal AI, Indonesia menjadi negara paling optimis akan penggunaan teknologi tersebut untuk kegiatan sehari-hari. Berdasarkan survei Ipsos pada Mei 2023, sebanyak 78% masyarakat Indonesia percaya AI membawa banyak manfaat dibandingkan dengan kerugiannya. Negara yang optimis selanjutnya adalah Thailand (74%), Meksiko (73%), Malaysia (69%), Peru (67%), Turki (67%), Korea Selatan (66%), Kolombia (65%), India (65%), dan Brasil (65%).

Kondisi ini juga didukung oleh Pemerintah Indonesia. Kemdikbud menyampaikan pernyataan resmi terkait penyiapan Pendidik Professional di Era Society 5.0 demi SDM unggul.

“Untuk menjawab tantangan Revolusi industri 4.0 dan Society 5.0 dalam dunia pendidikan diperlukan kecakapan hidup abad 21 atau lebih dikenal dengan istilah 4C (Creativity, Critical Thinking, Communication, Collaboration). Diharapkan guru menjadi pribadi yang kreatif, mampu mengajar, mendidik, menginspirasi serta menjadi suri teladan,” ujar Dwi Nurani, S.KM, M.Si, Analis Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Direktorat Sekolah Dasar yang dikutip pada laman Kemdikbud.

“Menghadapi era society 5.0 ini dibutuhkan kemampuan 6 literasi dasar seperti literasi data yaitu kemampuan untuk membaca, analisis, dan menggunakan informasi (big data) di dunia digital. Kemudian literasi teknologi, memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi (coding, artificial intelligence, machine learning, engineering principles, biotech). Dan terakhir adalah literasi manusia yaitu humanities, komunikasi, & desain,” tambahnya.

5 Tips Menghadapi Era Society 5.0

Mengutip dari laman Indonesia Baik, ada berbagai cara yang bisa Anda lakukan agar siap menghadapi Society 5.0. Apa saja?

  1. Keterampilan Digital

Pesatnya transformasi secara digital menuntut kita untuk memiliki keterampilan dalam mengikuti kemajuan teknologi. Dengan kemampuan ini, kita akan mampu beradaptasi dengan dinamika lingkungan kerja maupun masyarakat. Keterampilan digital ini melingkupi literasi teknologi, analisis data, inovasi digital, keterampilan komunikasi, keterampilan kewirausahaan, dan lainnya.

  1. Pemahaman Teknologi dan Inovasi

Untuk beradaptasi di era Society 5.0, selain memiliki pemikiran yang terbuka , kita juga harus memiliki pemahaman tren teknologi baru. Teknologi baru misalnya blockchain dan AI yang mampu membantu membuat keputusan lebih efektif dan efisien.

  1. Pendidikan yang Relevan

Demi mengejar era Society 5.0, dibutuhkan wawasan yang luas termasuk soal akses informasi. Untuk bersaing dalam era ini, dibutuhkan pendidikan yang relevan baik formal maupun nonformal. Ada baiknya kita menambah wawasan dengan mengikuti kursus online, seminar, workshop, ataupun pelatihan bersertifikat yang berkaitan dengan minat dan bidang pekerjaan yang kita jalani.

  1. Sikap Adaptif

Percepatan dalam dunia kerja dan masyarakat yang tak terduga dibutuhkan sikap adaptif dalam menghadapi kondisi tersebut. Sikap adaptif termasuk berpikir kreatif, memecahkan masalah, hingga team work. Selain itu kita perlu memiliki kemauan dalam mengembangkan keterampilan baru.

  1. Kesiapan Mental

Percepatan ini tentu membuat kita mudah stres. Maka dari itu, kesiapan mental menjadi hal penting demi menghadapi tekanan yang terjadi pada lingkungan kerja maupun sosial. Kemampuan mengelola emosi, mengatasi stres, dan menjaga kondisi fisik juga menjadi prioritas utama.

Demikian beberapa cara menghadapi era Society 5.0. Bagaimana menurutmu, Comms? Sudah siap menghadapi era ini?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Pinjol

Penting bagi mahasiswa untuk melek finansial agar tak terjadi hal buruk di kemudian hari seperti terjerat pinjaman online (pinjol). Lantas apa yang wajib dilakukan mahasiswa terkait keuangannya?

Fakta yang cukup miris ketika membaca laporan yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Tercatat bahwa Gen Z dan Milenial merupakan penyumbang terbesar kredit macet pinjol (data Juni 2023). Berdasarkan data, nilai akumulasi gagal bayar utang tersebut mencapai Rp763,65 miliar dari total Rp1,73 triliun atau setara 44,14 %.

Mengutip dari Mekari, melek finansial mencakup pengetahuan, keterampilan, hingga perilaku dalam pengelolaan keuangan. Beberapa manfaat melek finansial adalah meningkatkan kualitas pengambilan keputusan agar mampu menata keuangan dengan baik serta mengubah sikap dan perilaku dalam mengelola keuangan.

Sebagai mahasiswa yang merantau, biaya yang pasti dikeluarkan biasanya untuk SPP, tempat tinggal, dan uang makan bulanan. Padahal, ada biaya lain yang jarang kita pikirkan seperti dana penunjang kegiatan akademik membeli buku, biaya transport tugas praktik lapangan, dan lainnya. Terlebih banyak mahasiswa yang tinggal jauh dari orang tua. Kondisi ini tentu mengharuskan seorang mahasiswa menjadi mandiri dan pandai mengelola keuangan.

Berikut ini beberapa tips mengatur keuangan yang dikutip dari MEFA (Massachusetts Educational Financing Authority).

  1. Memilih rekening yang tepat

Pastikan kamu tahu peraturan awal saat akan membuka rekening di bank. Selain untuk memastikan keamanan uangmu, hal ini juga terkait kebijakan bank soal biaya bulanan dengan memotong saldo. Pilihlah bank yang menurut Anda paling menguntungkan.

  1. Prioritas dalam membeli buku

Tidak semua buku harus mahasiswa beli, cara mudah adalah sering berkunjung ke perpustakaan. Jika memang tidak tersedia, mahasiswa dapat membeli buku bekas agar lebih murah. Kuncinya adalah manfaatkan fasilitas di lingkungan kampus terlebih dahulu sebelum membelinya.

  1. Bijak dalam menggunakan kartu kredit

Bagi mahasiswa yang menggunakan kartu kredit sebaiknya bijaklah dalam menggunakannya. Hindari belanja berlebihan dan tak perlu agar tak terlalu berat dalam melunasi tagihan setiap bulan mengingat bunga yang cukup tinggi.

  1. Manfaatkan diskon

Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) memiliki berbagai keuntungan, salah satunya adalah diskon untuk mahasiswa yang berlaku di beberapa super market atau toko-toko. Jangan lupa selalu bawa KTM saat melakukan grocery shopping agar mendapat harga atau diskon mahasiswa.

  1. Membuat rencana anggaran

Catat semua pemasukan dan pengeluaran yang dilakukan, hal ini penting untuk memebantu Anda mengetahui ke mana uang banyak digunakan. Setelah mengetahui pengeluaran terbesar, Anda dapat melakukan penyesuaian dan menekan anggaran tersebut serta mengevaluasinya.

  1. Kurangi pengeluaran yang tidak perlu

Cara mengurangi pengeluaran adalah dengan tidak banyak makan di luar, hiburan, serta belanja. Hindari fomo jika hal tersebut tidak terlalu urgent.

  1. Menabung

Menabung sangat penting untuk kondisi darurat dan tak terduga. Sisihkan uang bulanan yang Anda dapat dari hasil kerja maupun dari kiriman orang tua. Tidak masalah menabung dalam jumlah kecil yang penting konsisten.

  1. Hindari pinjaman online

Hati-hati dengan pinjaman online yang terkesan mudah dan tidak ribet. Selain bunga yang tinggi, kondisi gagal bayar akan merusak nama baik Anda karena banyak sekali kasus pinjol yang membagikan data pribadi.

  1. Investasi dalam Pendidikan

Investasi dalam pendidikan adalah cara terbaik. Investasi pendidikan artinya memanfaatkan peluang dan kesempatan selama menjadi mahasiswa seperti magang, bergabung dalam komunitas, hingga relasi lainnya.

Demikian beberapa cara yang bisa dilakukan mahasiswa untuk mengatur keuangan agar tidak terjadi hal buruk di kemudian hari. Semoga tips tersebut bermanfaat ya, Comms!

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Worshop

Menyajikan foto menjadi kolase dan buku yang penuh makna membutuhkan kerja kreatif yang tak sederhana. Workshop yang digelar Gueari Galeri pekan lalu memberi kesempatan kepada dua Laboran Prodi Ilmu Komunikasi UII untuk menciptakan buku foto dengan konsep unik untuk dipamerkan nantinya.

Iven Sumardiyantoro dan Desyatri Parawahyu berangkat dari Stasiun Tugu Yogyakarta menuju Jakarta untuk mengikuti workshop bertajuk “Making an Artist’s Photobook with Gueari Galeri” pada 7-10 September 2023. Berbekal foto-foto lama yang disimpan pada memori ponselnya, Iven dan Desya menaruh harapan besar untuk menjadi hasil jepretannya sebagai sebuah karya tak biasa.

Proses kerja kreatif diceritakan Iven saat membuat konsep buku fotonya yang berjudul “Inside”. Semula ia terfikir untuk menciptakan buku foto dengan tulisan mirip caption. Namun, ide itu ternyata berubah total setelah mendapat arahan dari mentor.

Buku foto “Inside” diartikan sebagai “di dalam (perasaan maupun pikiran)” berisi gambaran manusia yang saling terkoneksi dengan manusia lain dengan hanya melihat dari ekspresinya.

Workshop

Dummy buku foto karya Iven Sumardiyantoro

Dengan menggunakan teknik crafting DIY Cut yang menghilangkan objek di dalam foto sehingga tampak berlubang tak sempurna, membuat pembaca harus mengintip lebih dekat tulisan di balik foto untuk menghilangkan rasa penasaran.

Treatment membaca tersebut sengaja dilakukan kreator sebagai bentuk pesan bahwa ketika kita ingin mengetahui perasaan seseorang, maka perlun usaha untuk mendekatkan diri dengan mereka.

Teknik tersebut juga menjadi hal pertama dalam karya buku foto sepanjang workshop Gueari Gallery sejak tahun 2015.

“Karya yang saya buat ini tidak seperti buku pada umumnya, karena banyak treatment untuk membaca dan menikmatinya. Untuk tema atau konsep menceritakan kita sebagai manusia mempunyai koneksi dengan manusia lainnya walaupun tidak saling kenal,” jelas Iven menceritakan buku fotonya.

Iven mengadaptasi konsep “Sonder” dalam setiap ekspresi objek foto yang ia potret. Ada simpati yang ia tangkap. Mengutip dari situs Gramedia, Sonder adalah emosi unik yang digambarkan sebagai suatu kesadaran bahwa secara acak setiap orang yang kita temui menjalani kehidupan yang sangat rumit seperti kerumitan kita. Entah soal rutinitas, ambisi, teman, kekhawatiran, hingga kegilaan.

Workshop

Proses pembuatan buku foto

“Seperti Sonder (ekspresi objek foto), kita sadar setiap individu di sekitar kita mereka memiliki masalah apapun yang gak bisa kita bayangkan, lalu kita memiliki simpati kepada mereka,” tutur Iven.

Sementara dalam proses kerja kreatif, Iven mengaku mendapat arahan dari tiga mentor yakni Andi Ari Setiadi selaku seniman bidang fotografi, Caron Toshiko yang menggali karya dari aspek psikologis para kreator, dan Setyo Manggala Putra yang focus pada bidang riset.

“Pendampingan dari para mentor itu adalah upaya dan usaha untuk jujur supaya karyanya dekat, personal, dan relate dengan si pemilik,” tambah Iven.

Karya lainnya adalah milik Desya yang berjudul “Mbrebeki”. Karya yang awalnya dianggapnya sebagai media penyembuhan atas peliknya hidup yang dialaminya justru itu adalah luapan dalam kepalanya yang mengganggu atau noise.

“Mbrebeki itu punya arti berisik atau bikin berisik. Jadi apapun yang bikin berisik si “penggembira kehidupan” dituliskannya melalui poem dan foto alam atau benda mati,” jelas Desya.

Workshop

Buku foto karya Desya berjudul “Mbrebeki”

Desya juga menjelaskan ada empat part dalam buku fotonya yakni Luka, Bangkit, Sembuh, dan Percaya. Empat part tersebut merupakan aktualisasi emosi dan siklus yang dilalui. Menariknya dalam karya yang dibuatnya, teknik meremas kertas pada buku fotonya seolah menyiratkan seberapa kalut dan amburadulnya setiap part.

“Setelah mengikuti workshop jadi tahu fokusnya kemana, setiap karya butuh keterbukaan dan fokus berkarya,” tutur Desya.

“Bagi Penulis karya ini untuk sembuh, dan sembuh untuk berkarya,” pungkasnya.

Workshop

Desya saat melakukan presentasi pada workshop Gueari Galeri

Dengan mengikuti workshop dan pembuatan buku foto tersebut, selain menciptakan karya dan mengeksplorasi diri dengan pengalaman baru, nantinya karya-karya tersebut akan dipamerkan pada pameran nasional dan internasional.

“Salah satu kebanggaan, bukti perjalanan hidup, dan dokumentasi karya. Dan ini pengalaman dan eksplorasi diri,” pungkas Iven.

Sebagai informasi, Gueari Galeri adalah galeri buku foto dan penerbit bebas yang berada di Jakarta dan Bekasi dengan tagline “Cerita Pribadi untuk Anda” dengan medium fotografi dan buku foto sebagai penerokaan diri, pemerkasaan dan agen perubahan dengan mempersembahkan kisah pribadi seseorang.

Didirikan tahun 2014, lalu tahun 2015 mengadakan kelas buku foto untuk memudahkan peserta mengembangkan cerita pribadi dalam medium buku foto.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Gen Z

Ada beberapa stereotipe negatif yang melekat pada Generasi Z atau sering kita sebut Gen Z. Generasi yang lahir pada rentang tahun 1997 hingga 2012 ini konon dianggap kurang mampu bekerja sama dalam dunia kerja. Benarkah begitu?

Dalam data yang dipublish GWI salah satu Lembaga market research di USA disebutkan bahwa 72% Gen Z sangat membatasi diri dalam urusan kehidupan maupun pekerjaan mereka, menolak hustle culture, hingga menganut the soft life (gaya hidup santai dan nyaman) sehingga lebih sering dianggap malas dan kurang mampu bekerja sama dengan tim dalam dunia kerja.

Anggapan negatif lainnya adalah generasi ini rentan terhadap kecemasan. Setidaknya 29% Gen Z mengaku bahwa dirinya memang rentan dengan kecemasan. Hal ini menuai kritik dan anggapan bahwa Gen Z adalah sosok yang baperan.

Terlepas dari judgement tersebut, nyatanya lebih dari 37% mengaku menghargai arahan dari rekan lainnya.

Sebelum jauh memberi label buruk terhadap Gen Z, ada baiknya untuk membaca hasil riset terkait kecenderungan Gen Z dalam dunia kerja yang diterbitkan IDN Research Institue. Hasil riset menunjukkan bahwa Gen Z di Indonesia termasuk sosok yang mau bekerja lembur dan sangat mempertimbangkan waktu ideal dalam sebuah perusahaan tempatnya bekerja demi kestabilan karier.

Fakta-fakta Gen Z dalam Dunia Kerja

  1. Bersedia bekerja lembur

Penolakan soal hustle culture ternyata tak sepenuhnya terjadi pada Gen Z di Indonesia. Justru 67% Gen Z bersedia dan tidak keberatan untuk bekerja lebih lama atau lembur dengan tambahan gaji. Sementara hanya 11% yang menolak untuk bekerja lembuh.

Bahkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2021 menunjukkan, Gen Z bekerja lebih lama dibanding Milenial. Tercatat Gen Z (15-19 tahun) bekerja 44 jam, Gen Z (20-24 tahun) 42 jam, dan Milenial 40 jam dalam seminggu.

  1. Faktor Gen Z memilih pekerjaan

Sering dianggap tak gigih dalam bekerja oleh generasi sebelumnya, ternyata Gen Z cukup memperhatikan prioritas jenjang karier. Setidaknya 64% Gen Z menganggap jenjang karier sangat penting.

Jenjang karier masuk pada urutan kedua alasan Gen Z memilih pekerjaan setelah gaji yang memiliki persentase 80%. Faktor lain yang memengaruhi adalah minat 60%, jam kerja 58%, lokasi 53%, kesesuaian latar belakang pendidikan 49%, dan lingkungan kerja 47%.

  1. Perspektif soal “Work Life Balance”

Gen Z terbukti sangat memilih lingkungan kerja yang mendukungnya untuk sukses, bertumbuh, dan adil. Namun hampir seluruh perusahaan menuntut pekerjanya cepat beradaptasi bukan sebaliknya.

Tercatat 69% Gen Z setuju soal work life balance, sementara hanya 5% Gen Z yang tak setuju dengan perspektif tersebut.

  1. Sistem dan Lokasi Kerja

Work from home (WFH) ternyata masih menjadi dambaan Gen Z dengan persentase 36%. Namun sebanyak 32% tak mempermasalahkan WFH maupun WFO. Sementara 33% memilih WFO karena menganggap tengah membangun relasi dan memulai karier.

  1. Bukan Kutu Loncat?

Label soal Gen Z sebagai kutu loncat atau sering pindah tempat kerja nyatanya tak sepenuhnya benar. Mayoritas Gen Z (88%) percaya setidaknya tiga tahun adalah waktu yang ideal menetap dalam suatu perusahaan.

Sekitar 12% percaya waktu ideal 1-2 tahun, 28% percaya 3-4 tahun, 25% menganggap 5-6 tahun, dan 35% percaya lebih dari 6 tahun adalah waktu yang ideal menetap di perusahaan.

Itulah beberapa fakta terkait karakter dan preferensi Gen Z dalam dunia kerja. Lantas apakah kamu masih memandang Gen Z sebagai sosok yang susah diajak bekerja sama? Gimana menurutmu, Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita